Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
L A K I P B a l i t b a n g K P
i
TIM PENYUSUN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN 2010
PEMBINA
Dr. Endhay Kusnendar, MS
PENANGGUNG JAWAB
Dr. Ir. Achmad Poernomo, M.App.Sc
KETUA
Minhadi Noer Sjamsu, ST, ME
SEKRETARIS
Catur Pramono Adi, S.Pi, M.Si
ANGGOTA
Ir. Duto Nugroho, M.Si
Ir. Retna Utami, M.Sc
Kiswanto, SE, M.Ak
Edy Pramono Sucipto, SE
Dr. Ir. Singgih Wibowo, MS
Dr. Ir. Armen Zulham, M.Sc
Indriani Musthapia, S.Pi, M.Si
Hardian Kumara Wardhana, S.Sos
Tri Handanari, S.Si, M.Sc
Tri Yuwono, S.Pi, M.Si
L A K I P B a l i t b a n g K P
ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan akuntabilitas kinerja ini melaporkan Capaian Kinerja Badan Penelitian dan
Pengembangan Kelautan dan Perikanan selama tahun 2010 dikaitkan dengan Rencana Kinerja
2010 yang mengacu pada Rencana Stratejik 2010 -2014. Selama periode tahun 2010 Badan
Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan melakukan pengukuran terhadap
kegiatan yang tercakup dalam 1 (satu) program meliputi 5 (lima) sasaran stratejik. Setiap
kegiatan yang diukur memiliki 2 (dua) jenis indikator yaitu indikator output dan indikator
outcome.
Tujuan mengacu kepada visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisis
strategis yang akan dihasilkan dalam waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka Balitbang KP menetapkan tujuan strategis sebagai
berikut :
1. Menghasilkan IPTEK yang handal sebagai basis pembangunan kelautan dan perikanan
2. Memperkuat sumberdaya LITBANG kelautan dan perikanan secara terpadu
3. Memperluas penyebaran dan pemanfaatan hasil litbang kelautan dan perikanan oleh
pemangku kepentingan
Adapun sasaran Balitbang KP yang telah ditetapkan sebagaimana berikut ini:
1) Tersedianya data, informasi dan pengetahuan ilmiah yang terkini, akurat dan memadai
mengenai fenomena alam dan potensi sumberdaya alam kelautan dan perikanan
sebagai basis pengelolaan yang berkelanjutan;
2) Tersedianya teknologi inovatif dan rancang bangun pembangunan industri kelautan
dan perikanan yang handal dan bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas dan
daya saing serta kelestarian kelautan dan perikanan;
3) Tersedianya rekomendasi kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan
berkelanjutan secara tepat waktu dengan berbasis saintifik yang kuat;
4) Terwujudnya kelembagaan litbang yang kuat didukung dengan sumberdaya Iptek yang
handal dan jaringan kerjasama Iptek yang luas di bidang kelautan dan perikanan.
L A K I P B a l i t b a n g K P
iii
5) Meningkatnya penyebaran dan pemanfaatan hasil litbang kelautan dan perikanan
secara luas dan tepat waktu serta peran pemangku kepentingan dalam inovasi
teknologi;
Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah inovasi iptek yang memperoleh
pengakuan (HKI, SNI, dan Penghargaan) dengan target 3 tercapai 3 (tercapai 100 persen).
Adapun 3 capaian tersebut adalah : 102 Inovasi 2010 : Teh Hijau Sebagai Antihistamin pada
Pindang Ikan, 102 Inovasi 2010 : Alat Akustik Ancho Udang, Komersialisasi Hasil Litbang :
Vaksin Aeromonas Hydrophila dengan PT SANBE.
Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah karya iptek yang telah
direkomendasikan dan/atau diadopsi oleh stakeholders dan masyarakat dengan target 5
tercapai 7 (tercapai 140 persen). Rincian tersebut meliputi beberapa hal sebagai berikut : Hasil
Penelitian yang diadopsi menjadi Kebijakan di Pekalongan, Rekomendasi teknis untuk
Dokumen Klaim Pemerintah Indonesia dalam Penanganan Kasus Pencemaran Minyak Laut
Timor (Montara), Rekomendasi teknis, Rekomendasi dan Kelayakan Lahan Bagi Pengembangan
Perikanan Budidaya di 3 Kawasan Minapolitan, rekomendasi teknis dalam Penanganan
Tumpahan Lumpur Sidoarjo ke Kali Porong, Rekomendasi Pengelolaan Ikan Bilih di Danau
Toba.
Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah hasil riset yang menjadi basis
kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan dapat
mencapai target yang telah ditetapkan (100%). Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator
jumlah karya ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah nasional dan/atau internasional
dengan target 500 tercapai 559 (tercapai 112 persen). Capaian IKU Badan Litbang KP dengan
indikator jumlah model pengembangan/prototipe penerapan iptek dengan target 15 tercapai
15 (tercapai 100 persen).
Pelaksanaan program/ kegiatan Balitbang KP tahun 2010 sesuai dengan indikator
kinerja output, difokuskan untuk pencapaian kinerja lainnya berdasarkan indikator kinerja
utama dengan dukungan anggaran, sumberdaya litbang dan kelembagaan yang ada. Adapun
rincian dukungan kegiatan penelitian yang menghasilkan output untuk mendukung outcome
adalah :
1. Model Minapolitan Berbasis Perikanan Budidaya
2. Model Pengembangan Minapolitan Berbasis Sumberdaya Perikanan Perairan Umum,
Sungai dan Rawa
3. Model Minapolitan Berbasis Perikanan Tangkap Laut PPN Pelabuhan Ratu, PPS Bitung
L A K I P B a l i t b a n g K P
iv
4. Model Minapolitan Berbasis Produk Kelautan (Garam)
5. Mewujudkan Efektivitas Kebijakan Subsidi Perikanan
6. Intervensi Kebijakan Dalam Mendorong Kesejahteraan Nelayan Dan Pembudidaya Ikan
7. Strategi menghadapi ACFTA
8. Strategi penerapan PNPM Mandiri KP, Subsidi Perikanan dan KUR (Kredit Usaha Rakyat)
9. Keragaan Induk Ikan Kerapu Bebek Turunan (F2) Dan Produksi Induk Jantan Fungsional
10. Kontinuitas Pemijahan Induk Kerapu Macan dan Kerapu Sunu dengan Perlakuan Hormon
LHRH-a
11. Perbaikan Teknik Pemeliharaan Benih Kerapu Bebek (C. altivelis)
12. Perbaikan Mutu Genetik Udang Windu melalui Transfer Gen Antivirus
13. Teknologi produksi massal ikan hias air tawar BOTIA (Chromobotia macracanthus Bleeker)
14. Produksi Patin Daging Putih (Komoditas Ekspor)
15. Perakitan Udang Galah GIMacro II Melalui Seleksi Individu Populasi Sintetis
16. Rumput Laut Gracillaria sp. Hasil Kultur Jaringan
17. Calon Induk Ikan Patin Nasutus
18. Calon Induk Ikan Nila
19. Calon Induk Udang Galah
20. Calon Induk Ikan Lele
21. Pembenihan ikan hias capungan banggai
22. Pembenihan ikan hias klon
23. Pengelolaan SDI Laut di Wilayah Pengelolaan Perikanan RI
24. Pengkajian efek perubahan iklim dan stresor antropogenik pada senyawa bioaktif ekologis
biota invertebrata terumbu karang di lingkungan CTI
25. Penelitian pemanfaatan mikroorganisme dan enzim untuk pengembangan produk berbasis
surimi tropical catfish, bioenergi dari limbah rumput laut dan nutrasetikal dari limbah
udang
26. Penelitian pemanfaatan biomolekul dari rumput laut, kapang simbion spons laut dan
limbah tropical catfish
L A K I P B a l i t b a n g K P
v
27. Penelitian Bidang Sumberdaya Laut dan Pesisir Kajian Morfostruktur dan Aktivitas
Hidrothermal Bawah Laut Kawasan Perairan Sangihe Talaud – Sulawesi Utara
Pengukuran capaian kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan
Perikanan pada tahun 2010 ini menggunakan rencana stratejik 2010-2014. Rencana stratejik
ini menggunakan parameter dan indikator kinerja yang lebih difokuskan dan disesuaikan
dengan program-program pembangunan kelautan dan perikanan yang telah dilaksanakan pada
saat ini.
Pengukuran capaian kinerja dilakukan terhadap kegiatan yang dilaksanakan pada
tahun 2010 dengan angka capaian kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan
Perikanan sebesar 96.35 % dengan predikat sangat berhasil. Dari capaian kinerja tahun 2010
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan telah memenuhi 1 (satu)
sasaran stratejik yang ditargetkan yaitu termanfaatkannya hasil riset dan inovasi IPTEK untuk
pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan serta meningkatkan
produktifitas dan daya saing.
Walaupun tingkat pencapaian sasaran strategis melampaui target yang telah
ditetapkan, namun dalam pelaksanaan program dan kegiatan di tahun 2010 masih terdapat
beberapa fisik kegiatan yang belum maksimal, seperti hasil rekomendasi masih berupa naskah
akademis, banyak hasil penelitian yang belum sampai dan memberikan dampak positif bagi
masyarakat, belum adanya komisi rekomendasi yang akan merekomendasikan hasil penelitian
Balitbang KP sebelum disampaikan ke masyarakat, belum banyak pemda
provinsi/kabupaten/kota yang mengaplikasikan rekomendasi dari Balitbang KP dalam bentuk
perda, dan lainnya. Terkait hal tersebut, Balitbang KP senantiasa berupaya melakukan
perbaikkan dan perubahan kea rah yang lebih baik dengan menyusun uatu perencanaan yang
lebih konsisten dan berkelanjutan yang mengarah pada peningkatan akuntabilitas kinerja yang
berorientasi pada perbaikkan hasil penelitian Balitbang KP. Di samping itu, langkah ke depan
yang harus menjadi pertimbangan adalah penentuan indikator kinerja yang dapat benar-benar
mempresentasikan pencapaian sasaran. Sehingga pencapaian kinerja benar-benar
mencerminkan capaian sasaran.
L A K I P B a l i t b a n g K P
vi
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Iiiahi, karena atas karunia
dan rakhmat-Nya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan dapat
disusun. Laporan merupakan wujud pertanggungjawaban pelaksanaan
kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelaksana
penelitian dan pengembangan di bidang kelautan dan perikanan.
Dalam kaitannya dengan terselenggaranya good governance. Upaya tersebut sejalan dan
didasarkan pada TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dalam Pasal 3 Undang-Undang tersebut dinyatakan
bahwa asas-asas umum penyelenggaraan negara meliputi asas kepastian hukum, asas tertib
penyelenggara negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proposionalitas, asas
profesionalitas dan asas akuntabilitas.
Dalam penjelasan mengenai pasal tersebut, dirumuskan bahwa asas akuntabilitas adalah asas
yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan negara
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
LAKIP Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Tahun 2010 disusun
sebagai bentuk pelaksanaan instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Kinerja
Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Dengan tersusunnya LAKIP Badan Penelitian dan
Pengembangan Kelautan dan perikanan Tahun 2010 ini diharapkan dapat memberikan
manfaat antara lain : 1) Mendorong instansi pemerintah guna menyelenggarakan tugas umum
pemerintah dan pembangunan secara baik dan benar. 2) Menjadikan instansi pemerintah yang
akuntabel sehingga dapat bekerja secara efektif, efisien dan tanggap terhadap aspirasi
masyarakat. 3) Menjadi masukan dan umpan balik bagi pihak – pihak yang berkepentingan
dalam rangka meningkatkan kinerja instansi pemerintah. Serta 4) Terpeliharanya kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah.
Dalam dokumen ini dilaporkan kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan
Perikanan di Tahun 2010, yang memuat data dan informasi tentang pencapaian kinerja sesuai
L A K I P B a l i t b a n g K P
vii
indikator kinerja utama dan pencapaian kinerja sesuai output di bidang penelitian dan
pengembangan kelautan dan perikanan.
Dengan diterbitkannya LAKIP Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
Tahun 2010, diharapkan dapat memberikan gambaran manfaat nyata dari organisasi kepada
masyarakat di bidang kelautan dan perikanan. Serta melalui laporan ini, dapat dijadikan media
pertanggung jawaban kinerja bagi pihak – pihak yang berkepentingan untuk dapat
memperoleh informasi yang akurat, relevan dan transparan.
Jakarta, Maret 2011
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan
Dr. Ir. Endhay Kusnendar, M.S.
L A K I P B a l i t b a n g K P
viii
DAFTAR ISI
IKHTISAR EKSEKUTIF Ii
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GRAFIK x
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI 2
C. MANDAT DAN PERAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN 5
D. SISTIMATIKA PENYAJIAN 8
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 10
A. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS 10
B. PERJANJIAN KINERJA 16
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 18
A. HASIL PENGUKURAN KINERJA 18
B. PENCAPAIAN KINERJA BERDASARKAN INDIKATOR KINERJA UTAMA 19
C. EVALUASI PENCAPAIAN KINERJA 36
D. CAPAIAN KINERJA KEUANGAN 59
BAB IV PENUTUP 72
L A K I P B a l i t b a n g K P
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sasaran Strategis Pembangunan Balitbang KP 12
Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Balitbang KP Tahun 2010 17
Tabel 3.1 Indikator Kinerja Balitbang KP 18
Tabel 3.2 Sasaran 1 36
Tabel 3.3 Sasaran 2 37
Tabel 3.4 Sasaran 3 41
Tabel 3.5 Sasaran 4 51
Tabel 3.6 Sasaran 5 52
Tabel 3.7 Sasaran 6 53
Tabel 3.8 Sasaran 7 59
Tabel 3.9 Realisasi Keuangan Balitbang KP Tahun 2010 59
L A K I P B a l i t b a n g K P
x
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Perkembangan SDM 2
Grafik 1.2 Perkembangan Publikasi Karya Ilmiah Peneliti 3
Grafik 1.3 Jumlah Pegawai Balitbang KP Berdasarkan Tingkat Pendidikan dalam Kurun Waktu 2005 – 2010
5
Grafik 1.4 Jumlah Pegawai Per Unit Kerja Eselon II Balitbang KP Tahun 2010 5
Grafik 1.5 Kondisi Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2005 - 2010 5
Grafik 1.6 Kondisi Pegawai Berdasarkan Jabatan Tahun 2005 - 2010 5
Grafik 1.7 Produksi Perikanan Negara Terbesar Dunia 6
Grafik 3.1 Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Januari (dalam %)
64
Grafik 3.2 Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Februari (dalam %)
65
Grafik 3.3 Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Maret (dalam %)
65
Grafik 3.4 Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan April (dalam %)
66
Grafik 3.5 Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Mei (dalam %)
66
Grafik 3.6 Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Juni (dalam %)
67
Grafik 3.7 Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Juli (dalam %)
68
Grafik 3.8 Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Agustus(dalam %)
69
Grafik 3.9 Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan September (dalam %)
69
Grafik 3.10 Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Oktober (dalam %)
70
Grafik 3.11 Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan November (dalam %)
70
Grafik 3.12 Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan bulan Desember (dalam %)
71
L A K I P B a l i t b a n g K P
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Anchostik di tambak 20
Gambar 3.2 Publikasi Balitbang KP Tahun 2010 26
Gambar 3.3 Kegiatan IPTEKMAS di Danau Toba 27
Gambar 3.4 Kegiatan IPTEKMAS di Kab.Pacitan 29
Gambar 3.5 Kegiatan IPTEKMAS Udang Galah di Sleman 30
Gambar 3.6 Kegiatan IPTEKMAS Mutiara di Jembrana 30
Gambar 3.7 Aplikasi Probiotik Udang Windu 31
Gambar 3.8 Budidaya Udang Windu dengan Sistem Polikultur 31
Gambar 3.9 Alat Pemurni Garam Sederhana 32
Gambar 3.10 Alat Teknologi Ice Maker 33
Gambar 3.11 Pemanfaatan Teknologi Tenaga Surya 33
Gambar 3.12 Peta Lokasi 11 Wilayah Penangkapan Ikan RI 37
Gambar 3.13 Aplikasi Produk Magic Cube yang sudah di implementasikan 42
Gambar 3.14 Pelaksanaan Instalasi struktur pelindung pantai jenis KGM 45
Gambar 3.15 Pelaksanaan Instalasi Pemantauan Pasang Surut dan Dinamika Perairan
46
Gambar 3.16 Pelaksanaan Pemasangan Bouy di Wakatobi 47
Gambar 3.17 Proses pembuatan membrane 49
Gambar 3.18 Peralatan ujicoba aplikasi membran 49
Gambar 3.19 Komponen Ancho serta proses Instalasi di tambak 50
Gambar 3.20 Model Minapolitan Perikanan Perairan Umum Daratan (Lebak Lebung, Kab. OKI, Prov. Sumsel)
54
Gambar 3.21 Model Konseptual Minapolitan 55
Gambar 3.22 Model Praktikal dan Intervensi Minapolitan Budidaya 56
Gambar 3.23 Rancang Bangun Model Praktikal Minapolitan Pelabuhan Ratu 57
Gambar 3.24 Rancang Bangun Model Praktikal Minapolitan Bitung 57
Gambar 3.25 Perspektif Pengembangan Model Minapolitan Berbasis Produk Kelautan (Garam)
58
L A K I P B a l i t b a n g K P
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) adalah
satu-satunya unit organisasi eselon I pada Kementerian Kelautan dan Perikanan yang memiliki
tugas melaksanakan program penelitian dan pengembangan (litbang) Iptek di bidang Kelautan
dan Perikanan. Program litbang ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan sistem inovasi
nasional untuk menunjang pembangunan kelautan dan perikanan secara berkelanjutan.
Rencana Strategis Balitbang KP Tahun 2010-2014 merupakan dokumen perencanaan
strategis Balitbang KP yang menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan dan program dalam
kurun waktu lima tahunan. Mengacu pada dokumen Renstra tersebut, setiap unit kerja lingkup
Balitbang KP membuat perencanaan tahunan guna mencapai indikator sasaran yang telah
ditetapkan sesuai dengan program yang termuat dalam Renstra Balitbang KP. Perencanaan
tersebut dibuat disertai indikator sasaran dan cara mencapai sasaran tersebut secara strategis
baik dalam kurun waktu satu tahun maupun lima tahunan.
Dokumen LAKIP merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban instansi
pemerintah dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan
berdasarkan Rencana Strategis maupun Rencana Kerja tahunan yang dibuat sebelumnya.
LAKIP juga merupakan sarana untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja berdasarkan
indikator sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Untuk menilai efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta mengukur sejauh
mana pencapaian sasaran berdasarkan indikator yang ada, Balitbang KP menyusun Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Balitbang KP tahun 2010. LAKIP Balitbang KP
tahun 2009 merupakan LAKIP terakhir pelaksanaan Renstra Balitbang KP 2010-2014. Dengan
demikian, penyusunan LAKIP Balitbang KP tahun 2010 ini juga merupakan evaluasi secara
menyeluruh terhadap pencapaian Renstra Balitbang KP 2010-2014. LAKIP Balitbang KP tahun
2010 ini akan menginformasikan output, dan outcome dari setiap pelaksanaan program dan
kegiatan dalam kurun waktu tahun 2010 yang secara terstruktur meliputi Rencana Kinerja
Tahunan (RKT) 2010, Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) 2010 dan Pengukuran Pencapaian
Sasaran (PPS) 2010 serta menganalisis pencapaian secara menyeluruh pelaksanaan Renstra
Balitbang KP 2010-2014.
L A K I P B a l i t b a n g K P
2
B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Sesuai ketentuan yang berlaku, utamanya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, lembaga litbang milik kementerian memiliki lingkup tugas sebagai berikut:
1) Penguatan Sistem Inovasi yang meliputi kelembagaan riset, sumberdaya manusia Iptek,
sarana-prasarana Iptek, perangkat perundangan Iptek dan jaringan Iptek baik nasional
maupun internasional;
2) Penyelenggaraan kegiatan penelitian ilmiah dan pengembangan Iptek yang meliputi riset,
pengembangan, inovasi, perekayasaan dan alih teknologi di bidang kelautan dan
perikanan;
3) Pembangunan model/ prototipe penerapan hasil riset dan Iptek untuk pengelolaan
sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan.
Sementara itu sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
Per.15/Men/2010, tentang Organisasi dan Tata kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan,
pada pasal 837 menyebutkan bahwa Balitbang KP mempunyai tugas melaksanakan penelitian
dan pengembangan di bidang kelautan dan perikanan.
Dalam penguatan Sistem Inovasi Kelautan dan Perikanan (SIKP) sebagai bagian dari
Sistem Inovasi Nasional (SIN), Balitbang KP telah mencatat beberapa perkembangan organisasi
Balitbang KP yang saat ini meliputi 1 (satu) Sekretariat Badan dan 16 (enam belas) Unit Kerja
Mandiri meliputi 4 (empat) Pusat Riset, 3
(tiga) Balai Besar Riset, 7 (tujuh) Balai Riset
dan 2 (dua) Loka Riset.
Pengembangan sumberdaya
manusia Iptek di Balitbang KP (Grafik 1.1)
difokuskan pada pembinaan dan
pengembangan jabatan fungsional peneliti
dan jabatan fungsional penunjang penelitian
lainnya seperti perekayasa, perencana, Instansi (TP2I) yang ada di Balitbang KP sudah
mendapatkan akreditasi dari LIPI dan berhak melakukan penilaian angka kredit sampai dengan
jenjang Peneliti Madya.
Hingga akhir Tahun 2010 sejumlah sarana dan prasarana Iptek penunjang riset telah dibangun
di 11 UPT riset. Namun demikian kelengkapan sarana-prasarana tersebut masih harus
ditingkatkan. Pengembangan sarana dan prasarana Iptek kelautan dan perikanan harus
293331 358
412 429478
731782 799 773 754
831
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jum
lah
Pe
gaw
ai (
ora
ng)
TahunFungsional Non Fungsionl
Grafik 1.1 Perkembangan SDM
L A K I P B a l i t b a n g K P
3
Grafik 1.2 Perkembangan Publikasi Karya Ilmiah Peneliti BRKP
dikelola dengan menerapkan sistem manajemen mutu. Oleh karena itu akreditasi laboratorium
riset dan akreditasi lembaga litbang harus ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang.
Sebagai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, saat ini telah diselesaikan
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2008 tentang Penelitian dan Pengembangan Perikanan
dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 13 Tahun 2009 tentang Komisi Nasional
Pengkajian Sumberdaya Ikan. Masih dalam proses sejumlah peraturan perundang-undangan
lainnya, baik yang merupakan tindak lanjut Undang-Undang Nomor 31 maupun Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Jejaring Kerja Iptek Kelautan dan Perikanan dibangun melalui kerjasama kelembagaan,
baik nasional maupun internasional, yang bersifat bilateral maupun multilateral. Jejaring kerja
Iptek seperti Jaringan Pemuliaan, Forum Rumput Laut dan lain-lain terus dikembangkan di
Balitbang KP dengan prinsip kemitraan.
Kinerja kegiatan penelitian dan pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan selama
ini telah menghasilkan tiga kelompok out put : (1) ilmu pengetahuan, (2) teknologi dan (3)
rekomendasi kebijakan berbasis ilmiah. Sementara itu out
come yang dihasilkan Balitbang KP ditandai dengan
termanfaatkannya sejumlah out put tersebut oleh para
pemangku kepentingan. Pengalaman menunjukkan bahwa
out come dari kegiatan litbang tidak selalu terbentuk
dengan sendirinya, tetapi seringkali diperlukan upaya-
upaya kreatif dan sistematis. Di masa yang akan datang upaya tersebut harus ditingkatkan agar
outcomes segera terbentuk dan manfaat keberadaan Balitbang KP lebih dapat dirasakan oleh
para pemangku kepentingan.
Pengelolaan Jurnal Ilmiah dan HKI adalah contoh upaya-upaya mempercepat terjadinya out
come dari hasil riset yang telah berjalan selama ini. Di masa yang akan datang masih
diperlukan adanya lembaga non struktural seperti publishing house, komisi rekomendasi Iptek
dan tim analisis kebijakan. Keberadaan lembaga non struktural ini diharapkan dapat
membantu mempercepat pembentukan out come.
Kegiatan Iptekmas yang merupakan model penerapan Iptek untuk pemberdayaan
masyarakat telah dikerjakan sejak tahun 2007. Hingga saat ini sudah terdapat 18 paket
Iptekmas di berbagai daerah. Model penerapan Iptek semacam ini dimaksudkan agar
pemanfaatan Iptek oleh Direktorat Jenderal Teknis dan pemangku kepentingan lainnya dapat
lebih tepat guna dan minim persoalan. Pada waktu yang akan datang perlu dikembangkan
L A K I P B a l i t b a n g K P
4
model-model penerapan Iptek untuk tujuan lainnya seperti membangun prototipe industri,
pengembangan kawasan dan pengelolaan ekosistem.
Merujuk pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No : Per.15/Men/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan maka organisasi
Balitbang KP menjadi sebanyak 16 (enam belas) satuan kerja mandiri yang terdiri dari :
1. Sekretariat Badan
2. Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan
Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru
Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Palembang
Balai Riset Pemuliaan Stok Ikan, Jatiluhur
3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya
Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor
Balai Riset Budidaya Ikan Hias, Depok
Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Sukamandi
4. Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan
5. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir
Balai Riset dan Obervasi Kelautan, Perancak
Loka Riset Kerentanan Pesisir dan Laut
6. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
7. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Struktur organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
beserta personalia yang memangku jabatan struktural tergambar pada Lampiran 1. Jumlah
Pegawai Balitbang KP Berdasarkan Tingkat Pendidikan dalam Kurun Waktu 2005 – 2010 tersaji
dalam grafik 1.3., Jumlah Pegawai Per Unit Kerja Eselon II BALITBANG KP Tahun 2010 tersaji
dalam grafik 1.4., Kondisi Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2005 - 2010 tersaji
dalam grafik 1.5., dan Kondisi Pegawai Berdasarkan Jabatan Tahun 2005 - 2010 tersaji dalam
grafik 1.6.
L A K I P B a l i t b a n g K P
5
0
100
200
300
400
500
600
700
2005 2006 2007 2008 2009 2010
S3 S2 S1 Non sarjana
Grafik 1.3 Jumlah Pegawai BALITBANG KP Berdasarkan Tingkat Pendidikan dalam Kurun Waktu 2005 – 2010
81
290
430
66 102154
112 740
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
Set.BRKP PRPT PRPB PRTK PRWLSNH BBRPBL BBRPPBKP BBRSEKP
Jum
lah
Pe
gaw
ai
Unit kerja Eselon II
Grafik 1.4 Jumlah Pegawai Per Unit Kerja Eselon II BALITBANG KP Tahun 2010
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
<25 26-35 36-45 46-55 >56
Jum
lah
Pe
ga
wa
i
Kelompok Umur
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Grafik 1.5 Kondisi Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2005 - 2010
293331 358
412 429478
731782 799 773 754
831
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jum
lah
Pe
gaw
ai (
ora
ng)
TahunFungsional Non Fungsionl
Grafik 1.6 Kondisi Pegawai Berdasarkan Jabatan Tahun 2005 - 2010
C. MANDAT DAN PERAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan Indonesia sangat besar yang apabila
dikelola secara benar akan memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan kejayaan
bangsa dan negara sepanjang masa. Sesuai amanah konstitusi, perintah undang-undang dan
trend global yang direkomendasikan dalam berbagai konvensi dan resolusi internasional yang
berlaku, maka pembangunan kelautan dan perikanan harus dijalankan dengan menerapkan
L A K I P B a l i t b a n g K P
6
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Ini sejalan dengan apa yang dimaksud dalam
Agenda 21 Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Implementasi secara benar konsep pembangunan kelautan dan perikanan secara
berkelanjutan diharapkan akan mampu mewujudkan perairan yang bersih, sehat, asri dan
lestari serta produktif sehingga dapat memberi manfaat banyak untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan penguatan daya tahan ekonomi bangsa sepanjang masa.
Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan,
dan tetap memberi kontribusi ekonomi yang cukup signifikan, dalam situasi krisis multi
dimensi pada tahun 1997 yang lalu. Potensi ekonomi ini diyakini masih dapat dikembangkan
lebih jauh dengan menekan praktik Illegal, Unregulated and Unreported (IUU) Fishing,
destructive fishing, irresponsible aquaculture serta dengan memperluas pasar, meningkatkan
nilai tambah produk dan merehabilitasi habitat perikanan yang rusak.
Berdasarkan statistik perikanan dunia yang dilansir oleh Food and Agricultural
Organization (FAO, 2007), produksi total perikanan
Indonesia termasuk tumbuhan laut masih tertinggal di
belakang China. Faktanya Indonesia memiliki wilayah
perairan, baik laut maupun darat, yang lebih luas.
Meskipun perikanan tangkap saat ini dalam status
pengendalian, namun budidaya perairan (aquaculture)
diyakini masih dapat ditingkatkan produksinya secara
signifikan pada tahun-tahun mendatang.
Pembangunan kelautan dan perikanan secara berkelanjutan masih membutuhkan
komitmen dalam bentuk kebijakan yang kuat berbasiskan litbang (research based policy)
dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Dengan demikian,
penyelenggaraan litbang dan keberadaan ilmu pengetahuan serta teknologi yang handal
adalah kunci utama dalam implementasi research based policy dimaksud.
Sebagai negara Kepulauan yang berciri nusantara, Indonesia menyadari secara penuh
pentingnya litbang dalam penyelenggaraan pembangunan nasional. Kesadaran itu telah
tercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (5) yang berbunyi: Pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Selain itu
terdapat pasal-pasal yang menekankan hal berikut:
a. Pentingnya pembangunan ekonomi didasarkan pada prinsip berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
Grafik 1.7. Produksi Perikanan Negara Terbesar Dunia,
2007
L A K I P B a l i t b a n g K P
7
b. Memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi adalah hak bagi setiap orang
dalam mengembangkan dirinya.
Dalam rangka memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagaimana diamanatkan
oleh Undang-Undang Dasar 1945, terdapat undang-undang yang mengatur sistem kelitbangan,
yaitu Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang disahkan dengan Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2007 memiliki delapan misi pembangunan. Misi ke dua diantara kedelapan misi
tersebut yaitu Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing, yang pencapaiannya antara lain
dengan meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan,
dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan. Sedangkan misi ke tujuh yaitu,
mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional, pencapaiannya antara lain dengan meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kelautan. “Strategi untuk menjadi negara maju adalah dengan memadukan pendekatan
sumberdaya alam, iptek dan budaya (knowledge-based, resource based and culture-based
development)”, strategi tersebut dinyatakan oleh Presiden RI, Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono pada silaturrahmi dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan
Masyarakat Ilmiah di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong-
Tangerang, Januari 2010.
Pembangunan kelautan dan perikanan harus dilakukan dengan pendekatan
pembangunan berkelanjutan sehingga dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi mutlak
diperlukan. Sedikitnya terdapat tiga undang-undang yang mengamanatkan penyelenggaraan
penelitian dan pengembangan di bidang Kelautan dan Perikanan, yaitu:
a. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, mengamanatkan penelitian dan pengembangan
perikanan untuk menghasilkan pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan dalam
pengembangan usaha perikanan agar lebih efektif, efisien, ekonomis, berdaya saing tinggi
dan ramah lingkungan serta menghargai kearifan tradisi/ budaya lokal.
b. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil, mengamanatkan penelitian dan pengembangan di wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil untuk menghasilkan pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan dalam
pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil agar lebih efektif, efisien, ekonomis,
L A K I P B a l i t b a n g K P
8
berdaya saing tinggi dan ramah lingkungan, serta menghargai kearifan tradisi atau budaya
lokal.
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Ratifikasi the United Nation on the Law of
the Sea (UNCLOS) 1982, mengamanatkan agar negara-negara melakukan penelitian ilmiah
kelautan serta pengembangan dan alih teknologi kelautan.
D. SISTIMATIKA PENYAJIAN
Akuntabilitas Kinerja ini memperlihatkan capaian kinerja Badan Penelitian dan
Pengembangan Kelautan dan Perikanan selama tahun 2010. Capaian Kinerja (Performance
Results) 2010 tersebut dibandingkan dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) 2010 sebagai
indikator keberhasilan tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan.
Dari hasil analisis tersebut akan memungkinkan diidentifikasikannya sejumlah celah kinerja
(Performance Gap) bagi perbaikan kinerja di masa yang akan datang.
Lakip Balitbang KP merujuk Laporan Akuntabiltas Kinerja Kementerian Kelautan dan
Perikanan Tahun 2010 mengacu pada: Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010.
Laporan Akuntabiltas Kinerja ini bertujuan menginformasikan capaian kinerja Balitbang
KP selama tahun 2010. Capaian Kinerja (Performance Results) 2010 tersebut dibandingkan
dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) Balitbang KP 2010 sebagai tolak ukur keberhasilan
tahunan organisasi. Adapun sistemetika penyajian Laporan Akuntabiltas Kinerja Balitbang KP
sebagai berikut:
1. Ikhtisar Eksekutif, pada bagian ini disajikan tujuan, sasaran, capaian kinerja,
permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja dan upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut, serta antisipasi untuk menanggulangi permasalahan yang
mungkin terjadi pada tahun mendatang.
2. Bab I Pendahuluan, pada bab ini disajikan hal-hal umum tentang Balitbang KP, uraian
singkat tentang tugas pokok dan fungsi Balitbang KP, mandat dan peran Balitbang KP serta
sistematika penyajian.
3. Bab II Perencanaan Strategis, pada bab ini disajikan rencana strategis (meliputi visi, misi,
tujuan, sasaran, kebijakan, dan program), rencana kinerja dan perjanjian kinerja.
4. Bab III Akuntabilitas, pada bab ini disajikan hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis
akuntabilitas kinerja termasuk didalamnya keberhasilan dan kegagalan serta
permasalahan yang dihadapi dan upaya tindak lanjut penyelesaian masalah. Dalam bab ini
L A K I P B a l i t b a n g K P
9
juga disampaikan akuntabilitas keuangan yang mencakup alokasi dan realisasi anggaran
termasuk pula penjelasan tentang efisiensi.
5. Bab IV Penutup, pada bab ini disajikan tinjauan secara umum tentang keberhasilan,
kegagalan dan permasalahan serta upaya tindak lanjut untuk perbaikan tahun
mendatang.
6. Lampiran
L A K I P B a l i t b a n g K P
10
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) adalah
unit organisasi eselon I di Kementerian Kelautan dan Perikanan yang mempunyai tugas
menyelenggarakan penelitian dan pengembangan Iptek di bidang Kelautan dan Perikanan.
Dalam rangka implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
sebagaimana ketentuan yang berlaku, maka disusunlah dokumen rencana strategis ini.
Rencana Strategis Balitbang KP 2010 - 2014 berisi langkah-langkah stratejik jangka
menengah yang akan memberi arah bagi pengembangan riset kelautan dan perikanan dalam
rangka menunjang visi pembangunan kelautan dan perikanan untuk menjadikan Indonesia
penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar 2015 dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, secara lestari dan berkelanjutan.
Dalam struktur organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Balitbang KP
merupakan salah satu unit organisasi/eselon I penunjang yang mempunyai tugas di bidang
penelitian dan pengembangan Iptek di bidang Kelautan dan Perikanan.
Memperhatikan visi Pembangunan Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014 yang
ingin menjadikan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar pada
tahun 2015, dengan misi mensejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan, maka rumusan
visi Balitbang KP harus sejalan dengan hal itu. Selain itu visi Balitbang KP juga harus
memperhatikan The Blue Ocean Policies untuk mewujudkan visi dan misi Kelautan dan
Perikanan. Oleh karena itu rumusan visi Balitbang KP adalah sebagai berikut:
[Institusi riset yang handal dalam menghasilkan iptek menuju negara penghasil
produk kelautan dan perikanan terbesar 2015]
Visi tersebut di atas adalah visi yang menggambarkan ouput yang diinginkan Balitbang
KP, yaitu Iptek sebagai output utama. Produksi Kelautan dan Perikanan terbesar terkait
langsung dengan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kesejahteraan masyarakat terkait
langsung dengan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu mensejahterakan
masyarakat kelautan dan perikanan.
L A K I P B a l i t b a n g K P
11
Sehubungan dengan visi Balitbang KP tersebut di atas, dan dengan
mempertimbangkan arah kebijakan yang sedang berkembang baik nasional, kementerian
maupan sektoral, maka misi Balitbang KP adalah sebagai berikut:
1. Menguasai IPTEK di bidang kelautan dan perikanan melalui kegiatan litbang yang
terintegrasi
2. Memperkuat kapasitas dan daya dukung sumberdaya IPTEK yang mendorong peningkatan
kualitas dan kuantitas penyelenggaraan litbang di bidang kelautan dan perikanan
3. Menyebarluaskan pemanfaatan hasil litbang kelautan dan perikanan untuk peningkatan
produksi bagi peningkatan kesejahteraan
TUJUAN
Tujuan mengacu kepada visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisis
strategis yang akan dihasilkan dalam waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka Balitbang KP menetapkan tujuan strategis sebagai
berikut :
1. Menghasilkan IPTEK yang handal sebagai basis pembangunan kelautan dan perikanan
2. Memperkuat sumberdaya LITBANG kelautan dan perikanan secara terpadu
3. Memperluas penyebaran dan pemanfaatan hasil litbang kelautan dan perikanan oleh
pemangku kepentingan
SASARAN
Balitbang KP mempunyai sasaran yang merupakan gambaran hasil pada tahun yang
bersangkutan dalam kurun waktu empat tahun dan dialokasikan dalam empat periode secara
tahunan melalui serangkaian kegiatan yang akan dijabarkan dalam suatu rencana kinerja.
Dalam Sasaran perlu ditetapkan indikator untuk mengukur keberhasilan organisasi dalam
mencapai tujuan.
Adapun sasaran Balitbang KP yang telah ditetapkan sebagaimana berikut ini:
1) Tersedianya data, informasi dan pengetahuan ilmiah yang terkini, akurat dan memadai
mengenai fenomena alam dan potensi sumberdaya alam kelautan dan perikanan sebagai
basis pengelolaan yang berkelanjutan;
L A K I P B a l i t b a n g K P
12
2) Tersedianya teknologi inovatif dan rancang bangun pembangunan industri kelautan dan
perikanan yang handal dan bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing
serta kelestarian kelautan dan perikanan;
3) Tersedianya rekomendasi kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan berkelanjutan
secara tepat waktu dengan berbasis saintifik yang kuat;
4) Terwujudnya kelembagaan litbang yang kuat didukung dengan sumberdaya Iptek yang
handal dan jaringan kerjasama Iptek yang luas di bidang kelautan dan perikanan.
5) Meningkatnya penyebaran dan pemanfaatan hasil litbang kelautan dan perikanan secara
luas dan tepat waktu serta peran pemangku kepentingan dalam inovasi teknologi;
Rincian sasaran strategis Balitbang KP selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Sasaran Strategis Pembangunan Balitbang KP
Sasaran Indikator
Termanfaatkannya hasil dan inovasi Iptek kelautan dan perikanan
Jumlah pengguna/kelompok masyarakat KP, lokasi, luasan wilayah yang mengadopsi hasil litbang setelah melalui proses komunikasi, diseminasi dan difusi hasil litbang seperti IPTEKMAS atau cara lainnya termasuk di dalamnya menguatnya peran serta kelompok masyarakat dalam sistem Usaha KP yang kuat akibat penerapan hasil litbang KP.
Jumlah kawasan Minapolitan yang mengadopsi hasil litbang KP.
Jumlah hasil penelitian yang diadopsi oleh masyarakat kelautan dan perikanan dan/atau oleh pemangku kepentingan serta masyarakat lainnya di wilayah sasaran terutama di kawasan Minapolitan
Jumlah rekomendasi litbang yang dijadikan perencanaan dan kebijakan pembangunan di pusat dan daerah
Persentase peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat KP yang mengadopsi hasil litbang KP di wilayah sasaran terutama di kawasan Minapolitan
Wilayah perairan Indonesia yang teridentifikasi potensi produksi, karakteristik, kebutuhan konservasi sumber daya ikan-nya serta jumlah inovasi teknologi dan rekomendasi pengelolaannya.
Jumlah rekomendasi pengelolaan
Hak Kekayaan Intelektual (HKI), rekomendasi, inovasi teknologi dan produk biologi yang meningkatkan efisiensi produksi, ragam, kualitas dan keamanan komoditas unggulan.
Jumlah rekomendasi yang meningkatkankan efisiensi produksi, ragam varietas baru/unggul, kualitas dan keamanan komoditas unggulan
Rekomendasi dan inovasi teknologi perlindungan pantai, energi terbarukan, pengawasan, eksplorasi, eksploitasi, instrumentasi kelautan, maritim,
Jumlah rekomendasi dan inovasi teknologi perlindungan, pengawasan, eksplorasi, eksploitasi, instrumentasi kelautan, maritim, mitigasi/adaptasi bencana dan perubahan iklim yang meningkatkan
L A K I P B a l i t b a n g K P
13
mitigasi/adaptasi bencana dan perubahan iklim yang meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan
efisiensi pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan
Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang terpetakan sumber daya dan kerentanannya secara terkini dan akurat.
Jumlah wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang terpetakan sumberdaya & kerentanannya secara terkini dan akurat.
HKI, rekomendasi serta inovasi teknologi dan bioteknologi yang meningkatkan efisiensi pengolahan secara optimal, ragam, nilai tambah, kualitas dan keamanan produk unggulan/ prospektif.
Jumlah HKI, rekomendasi serta inovasi teknologi dan bioteknologi yang meningkatkan efisiensi pengolahan secara optimal, ragam, nilai tambah, kualitas dan keamanan produk unggulan/prospektif.
Rekomendasi kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan serta model pengembangan usaha dan pemasaran berbasis minapolitan.
Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan serta model pengembangan usaha dan pemasaran berbasis minapolitan.
Terwujudnya perencanaan, pengendalian, pelaporan pelaksanaan program ; pengelolaan SDM , hukum dan organisasi, fasilitasi HKI, ketatalaksanaan, dan administrasi kepegawaian; pengelolaan administrasi keuangan, ketatausahaan, perlengkapan, dan kerumahtanggaan ; pengelolaan kerjasama, informasi, dan dokumentasi ilmiah yang terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini dan akurat di lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
Persentase perencanaan, pengendalian, pelaporan pelaksanaan program ; pengelolaan SDM , hukum dan organisasi, fasilitasi HKI, ketatalaksanaan, dan administrasi kepegawaian; pengelolaan administrasi keuangan, ketatausahaan, perlengkapan, dan kerumahtanggaan ; pengelolaan kerjasama, informasi, dan dokumentasi ilmiah yang terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini dan akurat di lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
KEBIJAKAN
Arah kebijakan pengembangan iptek kelautan dan perikanan yang akan dilakukan oleh
Balitbang KP mengacu kepada visi dan misi yang telah ditetapkan, yaitu sebagai berikut:
1) Riset Ilmiah dan Eksplorasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dilaksanakan secara
terpadu dan sistematis untuk meningkatkan pemahaman akan fenomena alam di laut dan
perairan, mengetahui potensi, distribusi dan karakteristik sumberdaya kelautan dan
perikanan serta memperoleh basis pengetahuan lainnya sebagai dasar dalam pengelolaan
sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan;
2) Pengembangan, inovasi dan alih teknologi di bidang Kelautan dan Perikanan didorong
untuk menghasilkan invensi, inovasi dan alih teknologi yang tepat guna yang
bermanfaatkan dalam peningkatan produktivitas hasil kelautan dan perikanan serta
meningkatkan daya saingnya;
3) Analisis dan sintesis kebijakan pembangunan KP berbasis riset diarahkan untuk
menyiapkan hasil-hasil riset dan pengembangan teknologi sebagai dasar pengambilan
L A K I P B a l i t b a n g K P
14
kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara lestari dan
berkelanjutan;
Dalam rangka Peningkatan Kapasitas dan Daya Dukung Sumberdaya Iptek KP arah
kebijakannya meliputi:
1) Penguatan Kelembagaan Iptek difokuskan penajaman tugas dan fungsi antar unit kerja
yang ada dengan secara selektif penambahan unit kerja baru untuk menangani tugas-tugas
Balitbang KP yang belum tertangani dengan baik. Sementara itu keberadaan lembaga
fungsional yang dapat membantu proses penguasaan Iptek serta penerapannya dalam
masyarakat akan didorong. Penyelesaian peraturan perundangan yang terkait dengan
litbang KP dan yang dimandatkan kepada Balitbang KP menjadi prioritas penting;
2) Penguatan Daya Dukung Sumberdaya Iptek KP difokuskan pada peningkatan kompetensi
dan profesionalisme SDM serta revitalisasi Sarana Teknologi dan Prasarana Iptek lainnya
yang telah mengalami penurunan fungsi dan daya dukung serta pengadaan sarana riset
baru sesuai kondisi yang berkembang;
3) Peningkatan Jejaring Kerja dan Jaringan Kerjasama Iptek KP diarahkan untuk mempercepat
proses alih teknologi dari manca negara, membangun sinerji antar sesama lembaga litbang
dan mempercepat penerapan iptek oleh Daerah dan masyarakat.
Dalam rangka Pemacuan Penyebaran dan Pemanfaatan Hasil Riset dan Iptek KP, arah
kebijakannya meliputi:
1) Kegiatan publikasi ilmiah dan pemsyarakatan Iptek didorong intensitas dan kualitasnya
melalui peningkatan kualitas journal, pembentukan lembaga publishing house,
penyelenggaraan forum-forum ilmiah tingkat nasional maupun internasional melalui
kemitraan dengan organisasi profesi, lembaga riset dan perguruan tinggi di bidang
kelautan dan perikanan;
2) Pembangunan Model Penerapan Iptek untuk Pembangunan Kelautan dan Perikanan
dipacu untuk mempercepat pemanfaatan hasil riset dalam pengelolaan sumberdaya dan
proses produksi sehingga produk kelautan dan perikanan memiliki daya saing yang tinggi.
PROGRAM
Sesuai dengan Renstra KKP tahun 2010-2014 program Balitbang KP adalah Program
Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan. Program Litbang Iptek Kelautan
dan Perikanan mewadahi kegiatan-kegiatan dalam rangka melaksanakan 3 (tiga) misi
pembangunan Iptek Kelautan dan Perikanan sebagaimana tersebut. Ragam dan Fokus Kegiatan
program Litbang Iptek Kelautan dan Perikanan adalah sebagai berikut:
L A K I P B a l i t b a n g K P
15
1. Penelitian dan Pengembangan Iptek Perikanan Tangkap
Kegiatan litbang Perikanan Tangkap dimaksudkan untuk menyiapkan basis ilmiah bagi
pengelolaan sumberdaya ikan secara berkelanjutan dan pengembangan industri perikanan
yang berdaya saing tinggi. Kegiatan ini memiliki 4 (empat) sub kegiatan, yaitu:
a. Analisis Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Ikan;
b. Litbang Iptek Perikanan Laut;
c. Litbang Iptek Perikanan Perairan Umum;
d. Litbang Iptek Pemulihan Sumberdaya Ikan.
2. Penelitian dan Pengembangan Iptek Perikanan Budidaya
Kegiatan Litbang Iptek Perikanan Budidaya dimaksudkan untuk menyiapkan basis ilmiah
yang kuat bagi pengembangan perikanan budidaya secara berkelanjutan serta menyiapkan
dukungan teknologi yang tepat guna dan ramah lingkungan untuk peningkatan
produktivitas budidaya perikanan. Kegiatan ini memiliki 6 (enam) sub kegiatan, yaitu:
a. Analisis Kebijakan Pengembangan Budidaya Perikanan;
b. Litbang Iptek Budidaya Perikanan Air Tawar;
c. Litbang Iptek Budidaya Perikanan Air Payau;
d. Litbang Iptek Budidaya Perikanan Laut;
e. Litbang Iptek Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar;
f. Litbang Iptek Budidaya Ikan Hias.
3. Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan
Kegiatan Litbang Iptek Kelautan dan Perikanan dimaksudkan untuk menyiapkan dukungan
teknologi bagi eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan proteksi sumberdaya alam dan
lingkungan kelautan dan perikanan serta adaptasi perubahan iklim.
4. Penelitian dan Pengembangan IPTEK Kewilayahan, Dinamika dan Sumberdaya Non
Hayati Pesisir dan Laut
Kegiatan Litbang Iptek Kewilayahan, Dinamika dan Sumberdaya Non Hayati Pesisir dan
Laut dimaksudkan untuk melakukan observasi, eksplorasi dan pemetaan kelautan bagi
penyiapan dukungan ilmiah untuk pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan,
termasuk mitigasi terhadap perubahan iklim. Kegiatan ini memiliki 3 sub kegiatan, yaitu:
a. Kajian dan Analisis Kebijakan Kewilayahan dan Sumberdaya nonhayati;
b. Observasi Kelautan;
c. Pemetaan Kerentanan Pesisir dan Pulau Kecil.
5. Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan
L A K I P B a l i t b a n g K P
16
Kegiatan Litbang Iptek Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
diarahkan untuk menyiapkan iptek pasca panen dalam rangka peningkatan nilai tambah
dan daya saing produk kelautan dan perikanan.
6. Penelitian dan Perekayasaan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Kegiatan Litbang Iptek Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan dimaksudkan untuk
menyiapkan analisis berbasis iptek dan pendekatan sosial ekonomi dalam pengelolaan
sumberdaya kelautan dan perikanan.
7. Program Peningkatan dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya Balitbang KP
Kegiatan manajemen dan tugas teknis lainnya Balitbang KP dimaksud meliputi manajerial
dan pelayanan tugas teknis lainnya seperti pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan,
penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran termasuk pengembangan
dan peningkatan sarana dan prasarana riset kelautan dan perikanan, penyusunan program,
monitoring dan evaluasi, pengelolaan keuangan dan BMN, pengelolaan kerjasama dan
pemanfaatan hasil riset kelautan dan perikanan, pengelolaan dan pengembangan
kepegawaian, serta pelaporan.
B. PERJANJIAN KINERJA
Outcome Balitbang KP adalah Termanfaatkannya hasil riset dan inovasi IPTEK kelautan
dan perikanan dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan dan
proses produksi berdaya saing yang ditandai/diukur dari:
1. Jumlah Inovasi Iptek yang memperoleh pengakuan/perlindungan hukum (SNI, HKI,
penghargaan, dan lain-lain);
2. Karya Tulis Ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah nasional dan/atau internasional yang
terakreditasi;
3. Karya Iptek yang telah direkomendasikan dan/atau diadopsi oleh stakeholder dan
masyarakat;
4. Jumlah riset/kajian yang menjadi bahan rekomendasi kebijakan berbasis Iptek untuk
pengelolaan SDKP secara berkelanjutan;
5. Jumlah model pengembangan/ prototipe penerapan IPTEK.
Output adalah luaran langsung, atau luaran dasar, dari suatu kegiatan. Kegiatan litbang
akan menghasilkan outputs berupa Iptek yang antara lain terdiri dari:
1. Pengetahuan ilmiah, yaitu berupa data, informasi dan fenomena yang diperoleh dari
kegiatan understanding, discoveries, explorasi, karakterisasi, inventarisasi dan sejenisnya
yang dilakukan dengan metode ilmiah;
L A K I P B a l i t b a n g K P
17
2. Inovasi teknologi, yaitu berupa teknologi yang diperoleh dari kegiatan invensi, inovasi, alih
teknologi serta kegiatan sejenis yang menghasilkan hardware, software, produk biologi
maupun formulasi;
3. Rekomendasi kebijakan adalah luaran yang dihasilkan dari kegiatan analisis dan/atau
sintesis/telaah kebijakan berbasis ilmiah yang didukung dengan data dan informasi ilmiah
serta pengetahuan yang ada secara memadai.
Selain output utama dari kegiatan litbang, Balitbang KP juga memiliki output lainnya
dari kegiatan penunjang yaitu: Sumberdaya litbang serta diseminasi dan difusi Iptek
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) pada
tahun 2010 mempunyai Komitmen Kinerja yang terdiri dari sasaran, indikator dan target tahun
2010. Target ditetapkan untuk indikator kinerja, baik indikator kinerja tingkat sasaran maupun
indikator kinerja tingkat kegiatan (input, output, outcome). Perjanjian Kinerja tahun 2010
dijabarkan dalam Tabel 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Balitbang KP Tahun 2010
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET
Termanfaatkannya hasil riset dan inovasi IPTEK untuk pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan serta meningkatkan produktifitas dan daya saing
Jumlah Inovasi IPTEK yang memperoleh pengakuan (HKI,SNI dan Penghargaan)
3 buah
Jumlah Karya IPTEK yang telah direkomendasikan dan/atau diadopsi oleh stakeholder dan masyarakat
5 buah
Jumlah karya tulis ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah nasional/dan atau international terakreditas
500 buah
Jumlah hasil riset yang menjadi basis kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan
10 buah
Jumlah model pengembangan/prototipe penerapan IPTEK KP
15 paket
Untuk mencapai target indikator kinerja outcome, dalam penetapan kinerja telah
dirumuskan indikator kinerja output yang merupakan hasil langsung dari kegiatan penelitian
dan pengembangan dari satuan kerja litbang lingkup Balitbang KP.
Penetapan Kinerja 2010 memuat target kinerja outcome merupakan bentuk komitmen
yang disepakati oleh Kepala Balitbang KP yang selanjutnya dilaksanakan utamanya untuk
mendukung Program Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan.
L A K I P B a l i t b a n g K P
18
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. HASIL PENGUKURAN KINERJA
Untuk memantau perkembangan target kinerja yang sudah ditetapkan, maka pada
awal Tahun Anggaran 2010 telah dibuat Penetapan Kinerja (PK). Pengukuran kinerja dilakukan
dengan menggunakan indkator kinerja yang termuat pada Penetapan Kinerja tersebut.
Pencapaian kinerja bulanan dipantau oleh penanggung jawab kegiatan, selanjutnya
penanggung jawab kegiatan melaporkannya kepada kepala satker. Berdasarkan laporan unit
kerja penanggung jawab kegiatan, kepala satker melakukan evaluasi untuk pengendalian
pencapaian pelaksanaan program/kegiatan secara keseluruhan. Setiap semester Balitbang KP
melakukan evaluasi terhadap pencapaian indikator kinerja yang dilakukan oleh Satker lingkup
Balitbang KP
Kelompok indikator kinerja yang digunakan adalah indikator input, output dan
outcome. Indikator kinerja input meliputi dana dengan satuan rupiah dan tenaga kerja/SDM
dengan satuan orang, sedangkan indikator kinerja output dan outcome ditetapkan
berdasarkan sasaran yang dituangkan dalam kegiatan dan program seperti yang tertera dalam
rencana strategis (Renstra) KKP, sebagaimana tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Indikator Kinerja Balitbang KP
SASARAN INDIKATOR TARGET 2010
Termanfaatkannya hasil
riset dan inovasi IPTEK
untuk pengelolaan
sumberdaya kelautan
dan perikanan secara
berkelanjutan serta
meningkatkan
produktivitas dan daya
saing
1)
2)
Jumlah Inovasi IPTEK yang memperoleh pengakuan
(HKI,SNI dan Penghargaan)
3 buah
Jumlah Karya IPTEK yang telah direkomendasikan
dan/atau diadopsi oleh stakeholder dan masyarakat
5 buah
3) Jumlah karya tulis ilmiah yang dipublikasikan di jurnal
ilmiah nasional/dan atau international terakreditasi
500 buah
4) Jumlah hasil riset yang menjadi basis kebijakan
pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan
secara berkelanjutan
10 buah
5) Jumlah model pengembangan/prototipe penerapan
IPTEK KP
15 paket
L A K I P B a l i t b a n g K P
19
B. PENCAPAIAN KINERJA BERDASARKAN INDIKATOR KINERJA UTAMA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan memiliki 1 (satu)
program yaitu Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan dengan sasaran
termanfaatkannya hasil riset dan inovasi IPTEK untuk pengelolaan sumberdaya kelautan dan
perikanan secara berkelanjutan serta meningkatkan produktivitas dan daya saing. Pada tahun
2010 Balitbang KP telah dapat melaksanakan tugas dan fungsi yang dibebankan pada
organisasi yang tercermin dari tercapainya indikator yang telah ditetapkan.
1) Jumlah Inovasi IPTEK yang memperoleh pengakuan (HKI, SNI dan Penghargaan)
Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah inovasi iptek yang
memperoleh pengakuan (HKI, SNI, dan Penghargaan) dengan target 3 tercapai 3 (tercapai
100 persen). Adapun 3 capaian tersebut adalah : 102 Inovasi 2010 : Alat Akustik Ancho
Udang, 102 Inovasi 2010 : Teh Hijau Sebagai Antihistamin pada Pindang Ikan,
Komersialisasi Hasil Litbang : Vaksin Aeromonas Hydrophila dengan PT SANBE Sampai
dengan tahun 2010.
Permasalahan yang dihadapi terkait komersialisasi hasil litbang KP adalah belum
ada kesepakatan draft PKS (Perjanjian Kerjasama) antara Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan Budidaya dengan PT. SANBE dalam produksi masal vaksin
Aeromonas hydrophila. Untuk itu ditindaklanjuti dengan melakukan peninjauan kembali
draft dokumen kesepakatan kerja sama, selain itu penemuan vaksin ini juga sedang
diusulkan untuk memperoleh HKI.
Balitbang KP telah mengupayakan untuk mendapatkan hak paten (HKI) sebanyak 3
usulan HKI dan usulan tersebut sedang dalam proses dan 2 diantaranya telah dalam proses
di DEPHUKHAM, saat ini sedang dalam proses hingga tahap pemeriksaan
administrasi/pemeriksaan substansif, sedangkan untuk Teknologi Budidaya Ikan Batak
usulan HKInya telah diusulkan ke Badan Litbang KP pada tahun 2010, namun rilisnya yang
seharusnya dilaksanakan pada tahun 2010 ditunda sampai tahun 2011 karena
keterbatasan pendanaan proses rilis tersebut. Untuk selalu mendapatkan update informasi
perlu dilakukan pengawalan, karena dari satu tahap prosedur menuju ke prosedur
berikutnya memerlukan waktu yang panjang.
Balitbang KP telah menghasilkan 500 judul karya ilmiah yang telah dipublikasikan
namun sampai dengan tahun ini baru menghasilkan 2 karya ilmiah yang masuk dalam 102
karya inovasi, diharapkan pada tahun 2011 hasil penelitian Balitbang KP lebih dari 2 judul
karya ilmiah yang masuk dalam 103 karya inovasi.
L A K I P B a l i t b a n g K P
20
a. 102 Innovasi 2010: Alat Akustik Ancho Udang
Badan Litbang KP telah berhasil merekayasa anco konvensional menjadi alat
ancho akustik (ancoustic) sebagai pendeteksi aktivitas udang yang menandakan
ketersediaan pakan berupa pellet di dalam tambak. Alat ini menggunakan suara ultra
agar lebih akurat dan terjamin dalam pendeteksian jumlah pakan, dan didukung oleh
teknologi telemetri berbasis panel matahari yang memungkinkan pemantauan jarak
jauh untuk cakupan yang luas dan hemat energi. Teknologi akustik dapat memantau
tingkah laku udang dalam ancho secara periodik dan terkendali. Atas hal itu alat
tersebut memperoleh penghargan oleh pemerintah sebagai salah satu teknologi dari
102 inovasi tahun 2010.
Dengan berhasilnya riset anchostik dapat memberikan pilihan bagi korporasi
tambak udang dan masyarakat untuk menjadikan ancho sebagai instrumentasi
pemantauan tambak udang. Skematika rancang bangun ancoustic ditunjukkan pada
gambar 3.1.
Gambar 3.1. Skema Instalasi dan An
Gambar 3.1 Anchostik di tambak
b. 102 Inovasi 2010: Teknologi pemanfaatan Teh Hijau Sebagai Antihistamin pada
Pindang Ikan
Balitbang KP telah menghasilkan teknologi yang dapat menekan pertumbuhan
bakteri pengurai histidin (salah satu asam amino pada protein ikan) menjadi histamin
(penyebab alergi) pada pengolahan pindang ikan tongkol. Teknologi ini mendapatkan
pengakuan dari Kemenristek sebagai salah satu 102 Inovasi Paling Prospektif tahun
2010. Teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk produk olahan ikan lainnya, atau bahkan
untuk mempertahankan kesegaran ikan yang tidak disimpan pada suhu rendah.
L A K I P B a l i t b a n g K P
21
c. Vaksin Aeromonas hydrophila
Peneliti Balitbang KP telah menemukan vaksin pencegahan penyakit Penyakit
Motile Aeromonas Septicemia (MAS) yang menyerang semua jenis ikan air tawar
sehingga dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan. Vaksin ini belum
diproduksi secara massal, untuk itu saat ini telah dilakukan kerjasama dengan PT
SANBE, namun belum mencapai kesepakatan. Pada tahun 2010 Vaksin MAS sudah
dalam usulan untuk mendapatkan paten (HKI).
2) Jumlah Karya IPTEK Yang Telah Direkomendasikan dan/atau Diadopsi Oleh Stakeholder
dan Masyarakat
Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah karya iptek yang telah
direkomendasikan dan/atau diadopsi oleh stakeholders dan masyarakat dengan target 5
tercapai 7 (tercapai 140 persen). Capaian tersebut meliputi : Hasil Penelitian yang diadopsi
menjadi Kebijakan di Pekalongan, Rekomendasi teknis untuk Dokumen Klaim Pemerintah
Indonesia dalam Penanganan Kasus Pencemaran Minyak Laut Timor (Montara), 3
Rekomendasi dan Kelayakan Lahan Bagi Pengembangan Perikanan Budidaya pada 3
Kawasan Minapolitan, rekomendasi teknis dalam Penanganan Tumpahan Lumpur Sidoarjo
ke Kali Porong, dan Rekomendasi Pengelolaan Ikan Bilih di Danau Toba.
a. IPTEK Pengolahan Produk Perikanan untuk Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan
Kegiatan IPTEK tersebut telah menyampaikan hasil litbangnya melalui ajang
diseminasi hasil iptek pengolahan produk pada tahun 2006 – 2008 di Kabupaten
Pekalongan. Hasil litbang yang telah diadopsi oleh masyarakat di Kabupaten
Pekalongan adalah: alat pengolah kerupuk ikan dan proses pengolahan kerupuknya,
produk olahan berbasis surimi (somay, otak-otak, pempek dll), diversifikasi produk
olahan berbasis ikan patin dan produk olahan berbasis bahan baku ikan. Dari
diseminasi yang dilakukan selama 3 tahun di kabupaten Pekalongan ini serta melihat
animo dan dampak terhadap masyarakat akan teknologi pengolahan produk olahan
ikan ini, pemerintah daerah kabupaten Pekalongan menetapkan kebijakan yang
mendorong berkembangnya usaha masyarakat di bidang olahan ikan dan menjadikan
produk olahan ikan sebagai salah satu produk andalan kabupaten Pekalongan.
b. Penanganan Kasus Pencemaran Minyak Laut Timor (Montara)
Pada 21 Agustus 2009 terjadi ledakan di sumur pengeboran minyak Montara
milik PTTEP Ashmore Australia (anak perusahaan dari PTTEP Group Thailand) di
Samudera Hindia Tenggara di wilayah perairan Australia. Tanggal 31 Agustus 2009
L A K I P B a l i t b a n g K P
22
penyebaran cemaran minyak memasuki Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI).
Tanggal 21 September 2009 Stasiun penerima citra satelit Balai Riset & Observasi Laut
(BROK) mendeteksi cemaran minyak mencapai 51 NM tenggara dari Pulau Rote.
Pemantauan melalui citra satelit terus dilakukan hingga akhir tahun 2009.
Tim Nasional Advokasi Laut Timor (TALT) dibentuk oleh Presiden dengan
Penangung jawab adalah Menteri Perhubungan, dengan Ketua Tim Penyusunan Klaim
dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Kepala Badan Riset Kelautan & Perikanan
(saat itu) & Sekretaris Jenderal KKP menjadi anggota Tim Pengarah, dan BRKP terlibat
menjadi anggota TALT.
Survei oleh Tim Balitbang KP & PSDKP menggunakan Kapal Pengawas
Perikanan untuk pengujian kandungan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) dan
kualitas air dilakukan pada 10-26 Mei 2010, dengan hasil adalah positif minyak
pencemar adalah berasal dari sumur pengeboran minyak Montara. Hasil ini
memverifikasi hasil temuan sifat fisik minyak pencemar (Tarball) dari survei 23 Oktober
2009 & 3-5 November 2009 oleh Badan Pengendali Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)
NTB dan KLH. Survei verifikasi lanjutan oleh Tim Balitbang KP & PSDKP dilakukan pada
20-22 Agustus 2010.
Pemodelan transpor sebaran tumpahan minyak (oil spill) dilakukan oleh BPPT
sedangkan verifikasi hasil model hidrodinamika dan transpor dilakukan oleh Puslitbang
SDLP dimana salah satunya adalah menggunakan data dari Ditjen KP3K. Dimana
wilayah pengelolaan perikanan (WPP) seluas 7.0841,76 km2, taman nasional laut (TNL)
Laut Sawu seluas 3.4089,87 km2, wilayah nurseri seluas 135.799,93 km2, habitat sapi
laut (Dugong) seluas 15.712,11 km2, habitat penyu seluas 4.096.40 km2, dan terumbu
karang seluas 944,90 km2 terancam pengaruh pencemaran minyak.
Dokumen klaim pemerintah Indonesia berhasil disusun pada Oktober 2010 dan
serangkaian pertemuan negosiasi dan debat teknis klaim telah beberapa kali dilakukan
di Perth Australia, dan Singapura.
c. Rekomendasi Kelayakan Lahan Bagi Pengembangan Perikanan Budidaya di 3 (Tiga)
Kawasan Minapolitan
c.1. Kabupaten Pacitan
Rekomendasi dari hasil analisis data kualitas perairan di Kabupaten
Pacitan menunjukkan bahwa pengembangan budidaya ikan di Kecamatan
Bandar yang paling baik adalah ikan nila. Desa Kebon dalem sangat baik untuk
L A K I P B a l i t b a n g K P
23
pengembangan ikan nila, mas/tombro, maupun lele. Pengembangan budidya
ikan di Kecamatan Nawangan yang paling baik adalah ikan nila. Pengembangan
ikan di Kecamatan Punung cocok untuk ikan nila, lele, dan tombro. Karena
perairan di Kabupaten Pacitan relatif kurang subur, maka sebelum dilakukan
pemeliharaan, sebaiknya dilakukan pemupukan dan pemberian kapur supaya
lebih subur. Budidaya udang windu di Kecamatan Pacitan masih potensial untuk
dikembangkan dan budidaya rumput laut selain Spinosum, jenis E. Cotonii baik
untuk dikembangkan di Teluk Segoro anakan, Kecamatan Ngadirojo.
c.2. Kabupaten Pandeglang
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kondisi lingkungan perairan di
kedua lokasi penelitian masih pada kisaran yang layak untuk mendukung
kegiatan budidaya laut. Analisis spasial tingkat kelayakan lahan menghasilkan
luas dan kelas kelayakan lahan untuk budidaya. Potensi yang dimiliki ini
tentunya harus didukung juga dengan infrastruktur yang baik. Tersedianya
fasilitas pencucian kerang (depurasi) di Panimbang merupakan satu fasilitas yang
baik guna mendukung kualitas produksi kekerangan. Akses antara lokasi
budidaya di Kabupaten Pandeglang umumnya cukup baik terutama akses sampai
ke Teluk Lada, Panimbang. Namun akses transportasi ini menjadi sangat sulit
(kondisi jalan rusak). Untuk itu pada tahun yang akan datang akan mengajak
PEMDA setempat (Dinas PU) untuk memperbaiki insfrastruktur untuk akses
menuju teluk Lada menuju ke lokasi pengembangan budidaya rumput laut di
Perairan Sumur. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan kebijakan
penyusunan tata ruang dan perencanaan pemerintah daerah setempat.
c.3. Kabupaten Serang
Rekomendasi alternatif pengelolaan budidaya tambak pada tiga
kecamatan di Kabupaten Serang adalah (1) Perbaikan tingkat kesuburan tanah
dengan penggunaan pupuk urea dan pupuk organik utamanya dari kotoran sapi
dan kerbau; dan (2) Penanaman mangrove (perbaikan jalur hijau) mencegah
abrasi yang besar dan sebagai perangkap polutan yang mencemari perairan
tambak (menurunkan kadar Fe dalam air dan tanah tambak). Jenis komoditas
budidaya yang bisa dikembangkan adalah bandeng, rumput laut (Gracilaria), dan
udang dengan teknologi tradisional plus. Teknologi tradisional plus dikelola
tanpa input yang tinggi seperti penggunaan kincir air, namun dilakukan dengan
sistem polikultur.
L A K I P B a l i t b a n g K P
24
c.4. Penanganan Tumpahan Lumpur Sidoarjo ke Kali Porong
Peranan Balitbang KP di dalam Tim Teknis KKP dalam penanganan kasus
Lumpur Sidoarjo (LUSI) tahun 2006– 2011:
1. Monitoring zona ekosistem estuari dan muara Porong (mulai Juli 2006)
2. Uji coba mangrove pada media lumpur tumpahan (Lab scale, Perancak
2007)
3. Survei, observasi & modeling batimetri, arus laut, pasang-surut, mud-
dispersion
4. Pemodelan numerik dispersi lumpur di muara Porong dampak areal
tambak, lahan baru
Hasil dari kegiatan ini adalah dikeluarkannya Rekomendasi teknis &
desain pengelolaan zona muara ramah lingkungan & Sidoarjo mud-flow
management, namun demikian bahwa untuk pemanfaatan lumpur dan kawasan
budidaya masih naskah akademik, untuk itu tahun berikutnya akan diusulkan
untuk legalisasi rekomendasi teknis.
d. Penerapan Paket Kebijakan Pengembangan Produksi Ikan Bilih melalui Penerapan
Teknologi Introduksi (Penetapan Suaka Ikan Bilih secara Partisipatif) di Danau Toba.
Untuk menjaga stok ikan bilih tetap lestari maka Balitbang KP
merekomendasikan pada PEMDA Kab. Samosir untuk membuat Perda tentang
penetapan suaka ikan bilih, pengaturan aktivitas penangkapan (musim dan intensitas
penangkapan) dan dikelola secara kelompok (informal dan sukarela) pada
penangkapan dan pengolahannya.
Sebagai pedoman pengelolaan telah disusun buku-buku panduan
Pengembangan Produksi Ikan Bilih melalui Penerapan Teknologi Pemacuan Stok
(Penetapan Suaka Ikan Bilih secara Partisipatif) di Danau Toba.
Untuk selanjutnya perlu dilakukan evaluasi tentang efektifitas perda yang telah
dibuat serta diterapkan di lokasi lain (kawasan perairan umum dan daratan) dengan
komoditas yang sama maupun komoditas yang lain.
3) Jumlah karya tulis ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah nasional/dan atau
international terakreditasi
Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah hasil riset yang menjadi
basis kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan
L A K I P B a l i t b a n g K P
25
dapat mencapai target yang telah ditetapkan (100%). Capaian IKU Badan Litbang KP
dengan indikator jumlah karya ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah nasional
dan/atau internasional dengan target 500 tercapai 559 (tercapai 112 persen).
Penerbitan publikasi yang dilakukan oleh Balitbang KP terdiri atas publikasi ilmiah
dan semi ilmiah. Jenis – jenis karya ilmiah terbitan Balitbang KP diantaranya:
a. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
b. Indonesia Fisheries Research Journal
c. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia
d. Warta Perikanan Bawal
e. Buletin Teknik Litkayasa Sumberdaya dan Penangkapan
f. Jurnal Riset Akuakultur (3 edisi)
g. Indonesian Aquaculture Journal (2 edisi)
h. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Edisi Sosial Ekonomi, Akuakultur, Sumberdaya
dan Penangkapan
i. Indonesia Fisheries Research Journal
j. Jurnal Riset IPTEK Kelautan
k. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi KP
l. Jurnal Segara
m. Jurnal Kelautan Nasional
n. Jurnal Paca Panen dan Bioteknologi
o. Majalah Bawal
p. Buletin Teknik Litkayasa Budidaya
q. Media Akuakultur
r. Buletin Squalen
s. Warta Litbang
t. Buletin Kelautan
u. Warta Riset Sosial Ekonomi
v. Prosiding Kelautan dan Perikanan
L A K I P B a l i t b a n g K P
26
w. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur
x. Prosiding Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan II
y. Monograph “ Analisis Kebijakan Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Perikanan
dan Kelautan
z. Buku Peralatan Penanganan dan Pengolahan Hasil Perikanan untuk Mendukung
Minapolitan : Hasil Modifikasi Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan
Jenis – jenis karya ilmiah yang telah diterbitkan oleh Balitbang KP telah di
publikasikan ke masyarakat lewat web Balitbang KP maupun Digital Library “SIDIK (Sumber
Informasi Dokumentasi Ilmiah Kelautan dan Perikanan)” yang bisa diakses melalui
www.litbang.kkp.go.id dan www.sidik.litbang.kkp.go.id. Hasil-hasil penelitian Balitbang KP
berupa artikel dan buku karya ilmiah juga telah di publikasikan ke masyarakat lewat Pemda
Provinsi/Kabupaten/Kota, stakeholders (600 paket) dan pengiriman ke ASFA (FAO) bekerja
sama dengan PDII LIPI (ada 200 artikel karya ilmiah balitbang yang sudah publish).
Gambar 3.2 Publikasi Balitbang KP Tahun 2010
4) Jumlah Model Pengembangan/Prototipe Penerapan IPTEK KP
Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah model
pengembangan/prototipe penerapan iptek dengan target 15 tercapai 15 (tercapai 100
persen). Dalam rangka adopsi teknologi inovatif terpilih, transfer teknologi yang adaptif
terhadap masyarakat serta percepatan pembangunan kelautan dan perikanan di daerah
dalam bidang kelautan dan perikanan yang dihasilkan oleh Balitbang KP kepada
stakeholders dalam upaya pembangunan industri kelautan dan perikanan untuk
percepatan pencapaian kesejahteraan masyarakat di sektor tersebut maka dikembangkan
model IPTEKMAS yang dirancang untuk pemberdayaan masyarakat dengan
mempertimbangkan : (i) 4 komponen IPTEKMAS : assessment, bantuan teknologi,
L A K I P B a l i t b a n g K P
27
bimbingan teknologi dan monitoring manfaat dan dampak, serta (ii) bantuan dan
bimbingan teknologi yang diberikan mempertimbangkan kondisi setempat (masyarakat,
infrastruktur yang ada, sumber daya, dan pasar).
Penerapan model IPTEKMAS dilakukan dalam bentuk : Merancang serta
memfasilitasi penumbuhan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha kelautan dan
perikanan berbasis IPTEK ; Membangun sistem pengadaan teknologi dasar (misalnya
teknologi benih dasar, prototipe alat/mesin produksi, usaha penangkapan, budidaya dan
pengolahan produk skala komersial) secara luas dan desentralistik ; Menyediakan
informasi, konsultasi dan sekolah lapang untuk pemecahan masalah melalui penerapan
IPTEK kelautan dan perikanan bagi para praktisi usaha kelautan dan perikanan ;
Memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna spesifik pengguna
dan lokasi dalam rangka pengembangan riset di lingkup Balitbang KP. Model IPTEKMAS
yang telah diadopsi dimasyarakat antara lain :
a. Penerapan Paket Kebijakan Pengembangan Produksi Ikan Bilih melalui Penerapan
Teknologi Introduksi (Penetapan Suaka Ikan Bilih secara Partisipatif) di Danau Toba.
Untuk menjaga stok ikan bilih tetap lestari maka Balitbang KP
merekomendasikan pada PEMDA Kab. Samosir untuk membuat Perda tentang
penetapan suaka ikan bilih, pengaturan aktivitas penangkapan (musim dan intensitas
penangkapan) dan dikelola secara kelompok (informal dan sukarela) pada
penangkapan dan pengelolaannya.
Sebagai pedoman pengelolaan telah disusun buku-buku panduan
Pengembangan Produksi Ikan Bilih melalui Penerapan Teknologi Pemacuan Stok
(Penetapan Suaka Ikan Bilih secara Partisipatif) di Danau Toba.
Untuk selanjutnya perlu dilakukan evaluasi tentang efektifitas perda yang telah
dibuat serta diterapkan di lokasi lain (kawasan perairan umum dan daratan) dengan
komoditas yang sama maupun komoditas yang lain.
Gambar 3.3 Kegiatan IPTEKMAS di Danau Toba
L A K I P B a l i t b a n g K P
28
b. Penerapan IPTEK Pengelolaan Sumberdaya Ikan Patin Siam (Pangasinodon
hypopthalmus) secara Ko-Manejemen di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa
Tengah
Hasil yang dicapai dari kegiatan IPTEKMAS di Wonogiri adalah :
a. Buku panduan Teknik Pengelolaan Ikan Patin Siam Secara co-management di
Waduk Gajah Mungkur-Wonogiri.
b. Terbentuknya Kelompok Nelayan (49 orang).
c. Terbentuknya Kelompok Pengelola dan Pemasaran Hasil.
d. Naskah Akademis tentang Pengelolaan Sumberdaya Ikan Patin Siam
(Pangasimonodon hypopthalamus) secara ko-manajemen dan Penggunaan Alat
Tangkap Ramah Lingkungan di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah
sebagai bahan penyusunan Draft Perda Suaka ikan Patin Siam di Muara Sungai
Keduang.
e. Upaya Peningkatan pendapatan nelayan dan pengolah melalui diversifikasi produk
hasil olahan ikan patin.
c. IPTEKMAS Budidaya Ikan Nila BEST dengan pakan pelet berbahan baku maggot di
Sungai Duren, dan Jambi
Hasil dari kegiatan IPTEKMAS ini antara lain :
a. Komposisi pakan dengan bahan baku maggot
b. Efisiensi harga pakan hingga 52% (kualitas murah dan berkualitas)
c. Beberapa pembudidaya membuat pabrik pakan pelet mini untuk mencukupi
kebutuhan kelompok
d. Pertumbuhan nila best lebih cepat dari nila yang dibudidaya sebelumnya,
menyebabkan banyak kelompok sekitar yang tertarik membudidayakan ikan nila
Best.
Sedangkan kendala yang dihadapai masyarakat adalah tingginya harga pakan
ikan sehingga dengan adanya pakan alternatif dari maggot cukup membantu
masyarakat dalam menekan biaya produksi.
d. Pemasyarakatan teknologi budidaya ikan nila best di Kab. Pacitan
Hasil dari kegiatan IPTEKMAS ini antara lain :
L A K I P B a l i t b a n g K P
29
a. Benih sudah mampu diproduksi oleh kelompok di Kecamatan Punung, Nawangan
dan bandar mencapai 30.000 - 50.000.
b. UPR di Kecamatan Punung sudah melayani permintaan benih dari pembudidaya di
luar Kabupaten Pacitan (Surabaya).
c. Perbenihan menggunakan induk yang unggul.
d. Peningkatan luas dan ukuran kolam kelompok.
e. Pembesaran menggunakan benih bermutu dari nila BEST.
f. Budidaya nila best dilakukan dengan cara intensif dan sesuai dengan SOP.
Namun demikian masih ditemukan beberapa kendala di tingkat petani seperti
masih menggunakan sistem budidaya tradisional, belum ada usaha perbenihan dengan
pasokan benih dari luar dan usaha budidaya untuk konsumsi rumah tangga
Gambar 3.4 Kegiatan IPTEKMAS di Kab.Pacitan
e. IPTEKMAS Budidaya Udang Galah Di Desa Sendang Tirto Kec. Brebah, Kab. Sleman.
Kegiatan IPTEKMAS ini menghasilkan: Budidaya udang galah sesuai SOP (CBIB),
peningkatan hasil panen udang galah sebesar 180% (175 kg/ha menjadi 315 kg/ha),
kelompok mampu memproduksi benih sendiri, Pengembangan usaha hatchery skala
rumah tangga dengan dukungan pemda dan masyarakat dengan tenaga tetap
pengelola hatchery, Terbangunnya komunikasi yang baik dengan penyuluh lapangan
dan peneliti secara kontinyu dan penguatan modal kelompok dari hasil panen udang
galah yang dibudidayakan
Dari pelaksanaan kegiatan IPTEKMAS ini ada beberapa kendala yang dihadapi
antara lain: Sebagian besar petani masih menggunakan sistem budidaya tradisional
dan belum adanya usaha pembenihan selain itu pasokan benih masih belum
mencukupi dan sulitnya merubah pola masyarakat petani pembudi daya yang harus
melakukan konversi budidaya ikan menjadi udang galah.
L A K I P B a l i t b a n g K P
30
Gambar 3.5 Kegiatan IPTEKMAS Udang Galah di Sleman
f. Pemasyarakatan Iptek Pendederan Tiram Mutiara Di Kabupaten Jembrana, Provinsi
Bali
Kegiatan ini menghasilkan output berupa, 1). Produksi spat untuk kelompok
nelayan oleh BBRPBL Gondol dan benih oleh kelompok nelayan untuk dijual ke
pengguna atau pengusaha budidaya tiram mutiara, 2). Terbangunnya model kemitraan
antara pemerintah, masyarakat dan pengusaha, 3). Peningkatan penghasilan per
anggota kelompok antara Rp. 350.000,- s.d Rp. 420.000,- dan 4). Pengembangan
inisiatif budidaya polikultur dengan lobster dan baronang.
Gambar 3.6 Kegiatan IPTEKMAS Mutiara di Jembrana
g. Aplikasi Probiotik Pada Budidaya Udang Windu pada Tambak di Kabupaten Pinrang
dan Kabupaten Barru
Hasil dari kegiatan IPTEKMAS ini antara lain :
a. Dari aplikasi bakteri probiotik secara bergiliran: Meningkatkan panen udang
sekitar 120% – 160% (60 kg/ha/MT menjadi 76 kg/ha/MT pada lahan susah kering
dan 90 kg/ha/MT menjadi 150 kg/ha/MT pada lahan mudah dikeringkan)
b. Peningkatan kemampuan pembudidaya dengan: memproduksi probiotik sendiri,
pengelolaan tambak sesuai SOP, melakukan tindakan praktis pencegahan penyakit
L A K I P B a l i t b a n g K P
31
berdasarkan warna air tambak dan berkembangnya kelompok binaan (8
kelompok)
Namun demikian masih ada kendala yang dihadapi yaitu penurunan produksi
udang akibat penyakit dari dampak penurunan mutu lingkungan
Gambar 3.7 Aplikasi Probiotik Udang Windu
h. Budidaya Udang Windu Sistem Polikultur di Tambak di Kabupaten Pinrang Ds Wiring
Tasi Sulawesi Selatan
Hasil dari kegiatan IPTEKMAS ini antara lain: Teknik pemeliharaan sistem
polikultur untuk komoditas udang, bandeng, nila merah dan rumput laut , mampu
meningkatkan hasil panen udang sebesar 145% dari pada sistem monokultur selain itu
budidaya polikultur dapat menghambat berkembangnya WSSV dan saat ini telah
berkembang kelompok binaan dengan memanfaatkan lahan tidur. Namun demikian
masih ditemukan berbagai kendala yang dihadapi para petani udang berupa
penurunan produktivitas tambak yang disebabkan oleh merosotnya kualitas
lingkungan
Gambar 3.8 Budidaya Udang Windu dengan Sistem Polikultur
i. Penerapan Alat Pemurni Garam Sederhana Untuk Meningkatkan Kualitas Garam
Rakyat Berstandar Industri (di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan)
Dengan adanya kegiatan IPTEKMAS ini maka: 1). Pendapatan masyarakat
petambak garam meningkat, 2). Jumlah garam rakyat berkualitas tinggi mengalami
peningkatan, dan 3). Terlatihnya SDM di lokasi pemasangan alat pemurni garam
tersebut. Namun demikian masih ada kendala yang masih dihadapi masyarakat sekitar
berupa kualitas garam rakyat masih rendah dengan harga sangat tidak ekonomis
L A K I P B a l i t b a n g K P
32
Gambar 3.9 Alat Pemurni Garam Sederhana
j. Penerapan IPTEK Pengolahan Produk Perikanan untuk meningkatkan nilai tambah di
Kab. Pacitan,
Pengembangan pengolahan produk perikanan dilakukan melalui IPTEKMAS
dengan memberikan bantuan perbaikan sanitasi ruangan pengolahan diversifikasi
olahan tuna, peralatan pengolahan dan pelatihan peningkatan nilai tambah produk
perikanan (materi pelatihan berupa teori tentang pasca panen hasil perikanan, sanitasi
dan higienis pengolahan produk perikanan, serta pengemasannya dan dilanjutkan
dengan praktek diversifikasi produk olahan ikan).
IPTEKMAS ini diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan hasil tangkapan
nelayan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah di kabupaten Pacitan dari segi
produksi hasil olahan ikan. Teknologi pengolahan produk perikanan melalui IPTEKMAS
telah diadopsi masyarakat perikanan di kabupaten ini.
k. Penerapan IPTEK Pengolahan Produk Perikanan untuk meningkatkan Nilai Tambah di
Propinsi DIY
Alih teknologi paket iptek berupa perbaikan sanitasi ruang pengolahan, paket
bantuan peralatan pengolahan dan bimbingan teknis (teori dan pelatihan peningkatan
nilai tambah produk perikanan) melalui kegiatan IPTEKMAS. Perbaikan sanitasi ruang
pengolahan terdiri dari perbaikan sanitasi pengolahan bandeng duri lunak (Kabupaten
Kulon Progo), perbaikan sanitasi ruang pengolahan ikan lele asap (Kabupaten Bantul),
serta perbaikan sanitasi ruang diversifikasi olahan ikan dan ruang display produk akhir
(Kabupaten Gunung Kidul).
IPTEKMAS di propinsi Yogyakarta telah mengadopsikan teknologi pengolahan
produk yang diterima masyarakat perikanan dengan baik, terbukti dengan telah
dipakainya teknologi pengolahan pada beberapa UKM.
l. Pemanfaatan teknologi untuk mempertahankan kualitas hasil tangkapan nelayan
IPTEKMAS pemanfaatan teknologi ice maker di Pantai Pandansimo –
Srandakan Bantul tipe ICE MAKER – CR 500 energi hybrid (tenaga surya dan tenaga
L A K I P B a l i t b a n g K P
33
angin) kapasitas 127 kW, mesin ini mampu menghasilkan es sebanyak 500 kg per hari
dengan daya sebesar 2200 Watt, Usaha budidaya ikan dan perikanan tangkap
berkembang dengan tersedianya sumber energi terbarukan. Kegiatan ini dapat
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi nelayan yang selama ini hasil
tangkapannya berkualitas rendah.
Ketersediaan es balok merupakan salah satu sarana pengawet hasil tangkapan
nelayan yang masih sulit didapatkan bagi masyarakat nelayan khususnya di daerah
Bantul. Membangun pabrik es dengan kapasitas besar di daerah tersebut tentunya
tidak memungkinkan karena jumlah kebutuhan es mereka tidak terlalu besar sehingga
solusi yang paling cocok adalah dengan menyediakan unit teknologi pembuat es (ice
maker) yang berkapasitas kecil antara 300 – 500 kg per hari. Selain itu, salah satu
keunggulan dari teknologi ini adalah pengoperasiannya tidak terlalu besar dan cocok
untuk daerah yang memiliki pasokan listrik PLN masih terbatas ataupun belum ada.
Gambar 3.10 Alat Teknologi Ice Maker
m. Pemanfaatan teknologi tenaga surya untuk energy listrik di Morotai 2010,
Kegiatan IPTEKMAS ini memanfaatkan tenaga surya untuk listrik di rumah
tangga wilayah terisolir dengan sistem tanpa accu, serta pemeliharaan lebih mudah.
Selama ini telah disebarkan 10 paket teknologi di Desa Cibubu dan 20 unit di Desa
Mandiri. Dengan Kapasitas Panel Surya sebesar 600 KJ/hari, energi tersimpan sebesar
60 KJ/per lampu. Kegiatan ini berdampak positif karena dengan adanya penerangan di
rumah nelayan, digunakan untuk mendukung aktifitas di malam hari termasuk
kegiatan belajar mengajar keluarga.
L A K I P B a l i t b a n g K P
34
Gambar 3.11 Pemanfaatan Teknologi Tenaga Surya
n. Model Pengembangan/Prototipe Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEKMAS) Usaha Garam Rakyat
Pada tahapan FGD (Focus Group Discussion) dengan petambak garam
dilakukan identifikasi kebutuhan teknologi garam ini dilakukan pada masyarakat
petambak garam di calon lokasi sasaran. Identifikasi kebutuhan inilah yang dicari
pemecahannya terkait dengan hasil yang didapatkan pada tahapan pertama. Pada
tahap ke-3 yaitu uji adaptasi perbaikan produktivitas, dilihat sejauh mana produktivitas
(produksi per satuan luas) pada usaha garam rakyat dapat ditingkatkan menggunakan
teknologi yang diperkenalkan dalam kajian ini. Teknologi yang diperkenalkan adalah
paket teknologi garam solusi (Ramsol) yang bekerja sama dengan Universitas
Trunojoyo. Teknologi Ramsol dibedakan atas Ramsol asal Indramayu dan Ramsol asal
Madura (temuan hasil penelitian Universitas Trunojoyo). Dalam penerapannya kedua
teknologi tersebut dipadukan dengan teknologi penggaraman tradisional asal Madura.
Pada tahap replikasi perbaikan produktivitas, masyarakat petambak garam
secara luas dapat mengadopsi perbaikan produktivitas usaha garam rakyat yang
dilakukan oleh BBRSEKP yang bekerja sama dengan Puslitbang SULAP dan Universitas
Trunojoyo. Tahapan ke-5 yaitu monitoring dan evaluasi perbaikan teknologi, dikaji
berdasarkan aspek ekonomi apakah perbaikan produktivitas (teknis dan sosial
ekonomi serta kelembagaan) dapat meningkatkan pendapatan jika dibandingkan
dengan kondisi sebelum adanya introduksi perbaikan produktivitas . Sementara dari
aspek sosial tidak ada hambatan (social acceptance) serta dari aspek lingkungan
apakah teknologi yang diperkenalkan termasuk kategori ramah lingkungan (tidak
berpengaruh negatif terhadap lingkungan). Hasil yang disampaikan stakeholder
merupakan hasil akhir terbaik dari pengujian replikasi perbaikan produktivitas yang
dilakukan pada kajian penerapan ini. Sementara ini, hasil yang terbaik adalah
perpaduan antara penerapan teknologi Ramsol Indramayu menggunakan sistem
penggaraman tradisional Madura.
o. Kelembagaan Sapta Mitra Pantura
Berdasarkan hasil kajian terhadap kegiatan IPTEKMAS atau Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) untuk Pemberdayaan Masyarakat, yang dilakukan
oleh Badan Litbang KP sejak tahun 2008 hingga 2010 di wilayah Pantura Jawa Tengah,
dapat dikemukakan prototipe penerapannya adalah sebagai berikut;
1). Penentuan lokasi prioritas;
L A K I P B a l i t b a n g K P
35
2). Melakukan identifikasi kebutuhan masyarakat;
3). Melakukan inventarisasi teknologi yang siap untuk diterapkan;
4). Penentuan lokasi percontohan;
5). Penetapan kelompok koperator;
6). Penyaluran bantuan program IPTEKMAS (fisik; non fisik);
7). Evaluasi Adopsi Teknologi;
Penentuan lokasi prioritas untuk lokasi penerapan IPTEK KP dilakukan
berdasarkan hasil studi kelayakan teknis dan sosial.
Dari aspek ekonomi apakah teknologi (teknis dan sosial ekonomi serta
kelembagaan) dapat meningkatkan pendapatan jika dibandingkan dengan kondisi
sebelum adanya introduksi inovasi atau sebelum adanya kegiatan penerapan IPTEK ini
(incremental benefit cost ratio). Sementara dari aspek sosial tidak ada hambatan
(social acceptance) serta dari aspek lingkungan apakah teknologi yang diperkenalkan
termasuk kategori ramah lingkungan (tidak berpengaruh negatif terhadap lingkungan).
Dalam kegiatan IPTEKMAS yang dilakukan oleh BBRSEKP telah disepakati
bahwa kegiatan akan dilakukan di wilayah Sapta Mitra Pantura (7 Kabupaten dan Kota)
berdasarkan hasil kajian sebelumnya bahwa wilayah tersebut mempunyai keterkaitan
yang erat dari sisi potensi, permasalahan dan kebijakan yang dibuat, sehingga
pembangunan diprioritaskan berdasarkan potensi masing-masing daerah kabupaten.
Kemudian, didapatkan pola pengelolaan sumberdaya perikanan di Waduk Malahayu
sebagai sentra produksi ikan di Jawa Tengah dan perspektif model minapolitan
berbasis sumberdaya perairan umum waduk Jatiluhur di Jawa Barat.
Model kajian IPTEKMAS diharapkan dapat menjadi terobosan model
diseminasi teknologi dan pengembangan kelembagaan yang menghasilkan suatu
perkembangan usaha di sektor kelautan dan perikanan yang terpadu antar wilayah
disesuaikan dengan status potensi dan peran yang akan dikembangkan.
Pengembangan pola pengelolaan waduk Malahayu Jawa Tengah untuk perairan waduk
lainnya termasuk pola pengembangan minapolitan di perairan umum waduk Jatiluhur,
Jawa Barat.
L A K I P B a l i t b a n g K P
36
C. EVALUASI PENCAPAIAN KINERJA
Pelaksanaan program/ kegiatan Balitbang KP tahun 2010 sesuai dengan indikator
kinerja output, difokuskan untuk pencapaian kinerja lainnya berdasarkan indikator kinerja
utama dengan dukungan anggaran, sumberdaya litbang dan kelembagaan yang ada.
SASARAN 1 Wilayah perairan Indonesia yang teridentifikasi potensi produksi, karakteristik,
kebutuhan konservasi sumber daya ikan-nya serta jumlah inovasi teknologi dan
rekomendasi pengelolaannya.
Tabel 3.2 Sasaran 1
Indikator Target Capaian Evaluasi
Jumlah Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang teridentifikasi potensi produksi dan karakteristik Sumber Daya Ikan-nya serta jumlah inovasi teknologi pemanfaatannya
2 WPP 2 WPP tercapai
Jumlah Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang teridentifikasi potensi produksi dan karakteristik sumber daya ikan Tuna-nya
2 WPP 2 WPP tercapai
Jumlah wilayah ekosistem perairan Indonesia yang teridentifikasi untuk rehabilitasi dan konservasi serta jumlah inovasi teknologi rehabilitasi dan konservasi
2 Wilayah 2 Wilayah tercapai
Jumlah tipe Ekosistem Perairan Umum yang teridentifikasi potensi dan karakteristik Sumber Daya Ikan-nya serta jumlah inovasi teknologi pemanfaatannya
4 Tipe Ekosistem
4 Tipe Ekosistem
tercapai
Keberhasilan :
Masalah yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya ikan laut di wilayah
pengelolaan perikanan RI salah satunya dihasilkan dari investasi berlebih pada armada
penangkapan ikan di sebagian besar WPP-RI, yang berakibat kapasitas penangkapan ikan yang
melebihi tingkat optimalnya dan menyebabkan pemanfaatan SDI secara berlebih, yaitu
melebihi daya-dukungnya; praktek IUU fishing; konflik antar-nelayan; peningkatan suhu global
atau perubahan iklim yang berdampak negatif terhadap produktivitas perikanan serta
keterbatasan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pengelolaan perikanan, khususnya dalam
melaksanakan eksplorasi potensi/penelitian dinamika sumberdaya ikan dan perikanan. Hal ini
mendorong Badan Litbang untuk menerbitkan bahan rekomendasi hasil kajian sumberdaya
perikanan laut di beberapa WPP yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir. Rekomendasi
L A K I P B a l i t b a n g K P
37
yang disampaikan berupa data estimasi potensi produksi lestari maksimum dari sumberdaya
ikan pada masing-masing WPP RI.
Balitbang KP mentargetkan wilayah pengelolaan perikanan sebanyak 4 WPP (Wilayah
Pengelolaan Perikanan), namun Balitbang KP dapat mencapai 11 WPP.
Gambar 3.12 Peta Lokasi 11 Wilayah Penangkapan Ikan RI
SASARAN 2 Hak Kekayaan Intelektual (HKI), rekomendasi, inovasi teknologi dan produk
biologi yang meningkatkan efisiensi produksi, ragam, kualitas dan keamanan
komoditas unggulan.
Tabel 3.3 Sasaran 2
Indikator Target Capaian Evaluasi
Jumlah HKI, inovasi teknologi dan produk biologi yang meningkatkan efisiensi produksi, ragam varietas baru/unggul, kualitas dan keamanan komoditas unggulan air laut.
Produk biologi: 1
Ragam: 1
Paket teknologi: 1
Produk biologi: -
Ragam: -
Paket teknologi: 3
-
-tercapai
Jumlah HKI, inovasi teknologi dan produk biologi yang meningkatkan efisiensi produksi, ragam varietas baru/unggul, kualitas dan keamanan komoditas unggulan air payau.
HKI: 1
Produk biologi: 1
Ragam: 2
Paket teknologi: 4
HKI: 2
Produk biologi: -
Ragam: 2
Paket teknologi: 7
proses
-tercapai
tercapai
Jumlah HKI, inovasi teknologi dan produk biologi yang meningkatkan efisiensi produksi, ragam varietas baru/unggul, kualitas dan keamanan komoditas unggulan air tawar.
HKI : -
Produk biologi: 1
Ragam: 3
HKI: 2
Produk biologi: -
Ragam: -
proses
-
-tercapai
L A K I P B a l i t b a n g K P
38
Paket teknologi: 3
Paket teknologi: 3
Jumlah HKI, inovasi teknologi dan produk biologi yang meningkatkan efisiensi produksi, ragam varietas baru/unggul dan kualitas ikan hias.
Ragam: 1
Paket teknologi: 1
Ragam: -
Komponen teknologi: 1
-
tercapai
Jumlah HKI, inovasi ragam komoditas unggulan perikanan budidaya yang efisien, berkualitas dan aman.
Ragam: 5
Komponen teknologi: 2
Ragam: 5
Komponen teknologi: 6
tercapai
tercapai
Jumlah rekomendasi yang meningkatkan efisiensi produksi, ragam varietas baru/unggul, kualitas dan kemanana komoditas unggulan
5 rekomendasi
7 rekomendasi
belum maksimal
Rekomendasi :
1. Teknologi budidaya ikan nila BEST (teknologi ini dianjurkan dan juga didukung oleh
kegiatan IPTEKMAS yang dilakukan di Pacitan dan Muara Jambi-Jambi pada tahun 2010)
2. Teknologi pendederan tiram mutiara (teknologi ini dianjurkan dan juga didukung oleh
kegiatan IPTEKMAS yang dilakukan di Penjarakan, Negara, Bali pada tahun 2010)
3. Pemanfaatan teknologi probiotik untuk budidaya udang windu (teknologi pemanfaatan
probiotik ini dianjurkan terutama untuk pemanfaatan probiotik RICA produksi massal hasil
dari BRBAP Maros dan juga didukung oleh kegiatan IPTEKMAS di Pinrang SULSEL pada
tahun 2010)
4. Teknologi Budidaya Udang Galah (teknologi ini dianjurkan dan juga didukung oleh kegiatan
IPTEKMAS yang dilakukan di Jogjakarta pada tahun 2010)
5. Teknologi produksi patin daging putih (teknologi produksi patin yang berdaging putih telah
dikuasai dan dianjurkan serta didukung oleh kegiatan IPTEKMAS Sapta Pantura pada tahun
2008-2010)
6. Teknologi produksi massal ikan hias air tawar botia (teknologi produksi massal ini
dianjurkan, namun kegiatan IPTEKMAS akan direncanakan pada tahun 2011)
7. Peta kelayakan tambak di Selayar, Maros, Pangkep, Jambi, Berau dan Luwu (peta ini telah
dianjurkan dan disampaikan kepada pemerintah daerah dimaksud)
Paket teknologi :
1. Pembenihan abalone (masih dalam editing draft petunjuk teknis)
L A K I P B a l i t b a n g K P
39
2. Pembenihan ikan hias capungan banggai (akan dicetak 2011)
3. Pembenihan ikan hias klon (sebagai bahan diseminasi)
4. Teknik transfeksi udang windu (masih draft)
5. Teknik protoplas (masih drfat)
6. Tenik embriogenesis (sebagai bahan diseminasi)
7. HSRT Kepiting Bakau (masih dalam penyempurnaan draft, dan sebagai bahan diseminasi)
8. SOP Produksi Bioflok (masih dalam penyempurnaan draft)
9. SOP Kultur Jaringan dan Teknologi Aklimatisasi 100% (sebagai bahan diseminasi)
10. SOP Seleksi Klon Rumput Laut 100% (masih perlu uji multilokasi)
11. Teknologi budidaya ikan nila di lahan gambut (masih draft)
12. Teknologi pembesaran ikan baung di kolam dalam sampai ukuran konsumsi (masih drfat)
13. Teknologi produksi ikan nilem betina (all female) dengan menggunakan pejantan
fungsional (masih draft)
Komponen Teknologi :
1. Teknologi Pembesaran Ikan Patin Nasutus
2. Teknologi Suplementasi Kalsium pada Pakan Induk Udang Galah
3. Teknologi resirkulasi untuk pemijahan udang galah
4. Strain Ikan Nila Hibrida Toleran Salinitas
5. Pengaruh Kadar Nutrisi Pakan Terhadap Bioflok
6. Pengaruh Kepadatan Ikan Filter Feeder Terhadap Bioflok
7. Alat deteksi kelamin ikan arwana :
• Teknik dot-blotted
• Lateral Flow Device
Ragam (hasil antara untuk menghasilakn produk biologi) :
L A K I P B a l i t b a n g K P
40
1. Dari rumput laut Gracilaria sp hasil kultur jaringan telah tersedia ragam sebanyak 60 kg
Gracilaria di tambak, dan 100 kg dan Eucheuma cottonii. Perbanyakan di lab dan lapangan
terus dilakukan (benih kegiatan IPTEKMAS Brebes 2011) dan didistribusikan ke BBL Lombok
2. Dihasilkan ragam berupa calon induk udang windu tahan WSSV (F0) 53 ekor (20-30
gram/ekor), 314 ekor (0,3-0,4 g/ekor), 3000 ekor PL 30 melalui perbaikan teknik transfeksi
dan pemeliharaan calon induk
3. Dihasilkan ragam berupa calon induk ikan patin nasutus sebanyak 500 ekor dengan bobot
500 gr
4. Dihasilkan ragam berupa calon induk ikan nila dari 3 koleksi calon induk jenis: nirwana, best
dan aureus
5. Dihasilkan ragam berupa calon induk udang galah sebanyak 5.000 ekor induk udang galah
populasi sintetik.
6. Dihasilkan ragam berupa calon induk ikan lele dari 3 koleksi calon induk jenis: sangkuriang,
dumbo dan paiton.
7. Dihasilkan ragam berupa calon induk Ikan mas yang berasal dari 5 koleksi calon induk jenis :
rajadanu, majalaya, wildan, sutisna dan sinyonya
HKI/Rilis :
1. Probiotik RICA
2. Monoklonal antibodi untuk mendeteksi WSSV
3. Vaksin Aeromonas hydrophila (Hidrovac)
4. Rilis Ikan Batak
Target pengusulan HKI dan rilis dari teknologi perikanan budidaya sesuai dengan Tapja
(terlampir) adalah tiga, yaitu: probiotik RICA, monoclonal antibody untuk mendeteksi WSSV,
dan rilis ikan batak. Namun realisasi usulan HKInya menjadi 4 usulan, dari dua teknologi yang
diusulkan HKI belum satu pun yang mendapatkan HKI dari KemenKumHam, dan usulan HKI
vaksin Hidravac Aeromonas hydrophila telah diusulkan sejak tahun 2006 ke BRKP namun harus
kembali diulang pada tahun 2010 ini karena tidak terdeteksi present status usulannya,
sedangkan ikan batak usulan HKInya pada tahun 2010 ini telah di proses Badan Litbang KP, dan
L A K I P B a l i t b a n g K P
41
rilisnya kepada masyarakat/stake holder baru akan dilaksanakan pada tahun 2011 karena
terkendala dalam pendanaan.
SASARAN 3 Rekomendasi dan inovasi teknologi perlindungan pantai, energi terbarukan,
pengawasan, eksplorasi, eksploitasi, instrumentasi kelautan, maritim,
mitigasi/adaptasi bencana dan perubahan iklim yang meningkatkan efisiensi
pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan
Tabel 3.4 Sasaran 3
Indikator Target Capaian Evaluasi
Jumlah rekomendasi dan inovasi teknologi perlindungan, pengawasan, eksplorasi, eksploitasi, instrumentasi kelautan, maritim, mitigasi/adaptasi bencana dan perubahan iklim yang meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan
2 Rekomendasi
9 Inovasi
2 Rekomendasi
9 Inovasi
tercapai
Keberhasilan
1. UJI KINERJA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS UNTUK KAPAL NELAYAN
Merekomendasikan penggunaan bahan bakar gas sebagai pengganti bahan bakar
konvensional untuk kapan nelayan, yang terbukti memiliki kelebihan yaitu : (1) Terjadi
penurunan Torsi dan daya mesin bila menggunakan dual-fuel yaitu sekitar 2,4%, (2)
Konsumsi bahan bakar spesifik (BSFC) pada dual-fuel terjadi penghematan sebesar 6,0%
dibandingkan solar, (3) Kepekatan asapnya (smoke), operasional dual fuel lebih rendah.
Namun dalam pengoperasiannya terdapat kendala yaitu :
1. Pengaturan aliran gas ke intake manifold masih manual.
2. Flow mass gas LPG masih memakai timbangan digital sehingga hasilnya belum akurat.
3. Pengoperasian peralatan lebih dari 2 orang
Tindak Lanjut :
Agar dapat diterapkan pada kapal nelayan maka sebaiknya pengaturan aliran gas
ke intake manifold dibuatkan desain alat sederhana disesuaikan dengan bukaan throttle
nya yang dapat dioperaikan oleh 1 org nelayan
2. KAJIAN PENGEMBANGAN DERMAGA APUNG UNTUK PULAU-PULAU KECIL
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (DJ-KP3K), KKP telah
merintis program Pengembangan Sarana Tambatan Perahu untuk pulau-pulau kecil. Ini
L A K I P B a l i t b a n g K P
42
dikarenakan banyak pulau-pulau kecil bahkan belum mempunyai dermaga (tipe tiang
pancang). Program dari DJKP3K ini dilakukan untuk memberdayakan pulau-pulau kecil
diseluruh Indonesia.
Seperti kita ketahui, pulau-pulau terluar milik Republik Indonesia butuh dukungan
sarana transportasi laut yang murah dan aman. Sembilan puluh dua (92) pulau tersebut
tanpa didukung pemerintah dan swasta tak akan memiliki daya tarik untuk dikembangkan,
baik dari sektor pariwisata, keamanan dan politik.
Telah menjadi pengetahuan umum bahwa dermaga dengan sistem tiang pancang
kurang memiliki fleksibilitas terhadap kenaikan permukaan air laut dan beda pang surut
yang tinggi. Seiring dengan itu, Pusat Riset Teknologi Kelautan (PRTK-BRKP) berniat
mendukung program yang sudah dikembangkan DJKP3K, dengan mendisain dermaga
apung yang dapat dipakai dan diimplementasikan pada pulau-pulau kecil dan terluar
tersebut.
Tujuan kegiatan ini adalah : (1) Memperoleh konsep dermaga apung utuk pulau-
pulau kecil, (2) Menyediakan disain awal (conceptual-design) dermaga apung utuk pulau-
pulau kecil.
Hasil/output dari kegiatan ini yaitu : (1) Tersedianya berbagai data konsep dan
data ketersediaan sarana dermaga apung untuk pulau-pulau kecil, berikut data yang
dimaksud :
Sarat aman dari dermaga apung dengan menggunakan “Magic Cube/Float” adalah
0,30m atau dengan displacement 59,97ton. Dengan maksimum sarat sebesar 0,35m.
Gambar 3.13 Aplikasi Produk Magic Cube yang sudah di implementasikan.
Dermaga apung memiliki panjang 35m, lebar 15m dan tinggi 0,4m. Terdiri dari dua (2)
bagian dengan ukuran masing-masing 30m x 4m dan 5m x 15m. FLOATING DOCK
memiliki panjang 35 m, lebar 15 m dan tinggi 0.4 m yang merupakan floating jetty.
Dimana teridiri dari 2 bagian yaitu 30x4 m dan 5x15 m, dimana setiap bagian terdiri
L A K I P B a l i t b a n g K P
43
dari sarat aman dan sarat maksimum. Kondisi terapung untuk sarat aman mendekati
0.30 m dan untuk sarat maksimum yang diijinkan yaitu 0.35 dengan tidak terjadi trim.
Hal ini merupakan kondisi floating dock sesuai dengan perhitungan.
Rekomendasi :
Teknologi Dermaga Apung Untuk Pulau-Pulau Kecil, dapat dimanfaatkan ke semua
pulau kecil dan untuk budidaya perikanan.
Aplikasi pada DJPB- KKP: Budidaya rumput laut dan budidaya di waduk/perairan
umum
Aplikasi dermaga apung pada DJKP3K- KKP: Pulau-Pulau Kecil & Terluar dan
kawasan MPA.
Beberapa inovasi :
1. Kajian Pelindung Pantai Untuk Area Pertambakan
Berdasarkan hasil analisis mengenai perubahan garis pantai di daerah
penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa (1) Karakteristik Pantai Lombang
Indramayu adalah tipe pantai berpasir dengan relief rendah dengan batuan
penyusun lempung lanauan yang sangat lunak, (2) Morfologi pantai termasuk tipe
pantai lurus, yang terbentuk oleh transport sedimen dalam arah sejajar pantai, (3)
Perubahan garis pantai di Pantai Lombang dipengaruhi oleh angin musim, (4)
Pengaplikasian struktur pelindung pantai di Pantai Lombang jenis pemecah
gelombang sistem Karung Geotekstil Memanjang (KGM) adalah tiga buah dengan
lebar 1.6 m, tinggi 1.4 m dan panjang 20 m. Jarak antara KGM adalah 40 m (Layout
dapat dilihat di lampiran), (5) Pemasangan KGM untuk perlindungan pantai
Lombang masih belum efektif, terutama pada musim barat. Kurang efektifnya
pemecah gelombang ini juga dikarenakan jarak antara KGM yang cukup panjang,
sehingga kurang bisa mereduksi gelombang dan penangkapan sedimen, (6) Hasil
analisis lapangan di Pantai Lombang sebelum pemasangan pemecah gelombang
pada musim angin peralihan garis pantai relative seimbang dari ujung seawall
sampai ujung groin dekat Pantai Tirtamaya.
Pada pengamatan dua bulan setelah pemasangan yang dipengaruhi oleh
musim angin timur kondisi garis pantai di wilayah Pantai Lombang mengalami
penambahan sedimen atau akresi pada sisi ujung seawall sehingga mengakibatkan
majunya garis pantai, sedangkan pada sisi groin dekat tirtamaya mengalami
pengurangan sedimen atau abrasi. Selanjutnya pada pengamatan lapangan empat
L A K I P B a l i t b a n g K P
44
bulan setelah pemasangan yang dipengaruhi oleh musim barat kondisi garis pantai
di sisi seawall mengalami pengurangan sedimen atau terjadi abrasi, sedangkan
pada sisi ujung groin dekat tirtamaya mengalami penambahan sedimen atau akresi.
Namun demikian karena litologi penyusun pantai tersebut di dominasi pasir, maka
transport sedimen pada musim barat diimbangi dengan transport sedimen pada
musim timur, sehingga perubahan garis pantai yang terjadi tidak terlalu besar., (7)
Terdapat penutupan vegetasi yang didominasi oleh tumbuhan pionir tapak kambing
(Ipomoea pres-caprae) pada sisi pantai berpasir yang berhadapan langsung dengan
air pasang, berdasarkan pengamatan pada dua bulan setelah pemasangan KGM.
Peran dalam stabilitas pantai: akar Ipomoea pres-caprae dapat mengikat pasir.
adanya vegetasi alami pantai membantu dalam memperlambat erosi pantai.
Dengan demikian mempertahankan adanya vegetasi alami pantai, merupakan salah
satu cara untuk mempertahankan fungsi perlindungan alami pantai
Rekomendasi :
1. Sedimen yang terperangkap/tertahan di belakang bangunan pemecah
gelombang, lama kelamaan akan membentuk daratan baru (tombolo).
Tombolo yang terbentuk akan merubah bentuk garis pantai sehingga lebih
maju dari garis pantai semula. Untuk mempertahankan tombolo yang
terbentuk tersebut, perlu adanya penanaman vegetasi di lokasi tersebut,
sehingga bentuk pantai yang baru dapat dipertahankan.
2. Selain upaya perlindungan keras dengan membangun struktur-struktur keras
pelindung pantai yang tepat, maka aplikasi struktur lunak dengan memasang
geotekstil yang dipadukan dengan mempertahankan vegetasi alami atau
penanaman kembali vegetasi pantai yang telah hilang (revegetasi), merupakan
salah satu alternatif solusi yang perlu dilakukan.
3. Pengaplikasian pemecah gelombang jenis KGM ini areal pertambakan di Pantai
Lombang Indramayu akan lebih efektif dengan memperhatikan jarak
penempatan antara KGM. Diusahakan untuk jarak antar KGM adalah tidak
melebihi panjang dari KGM.
L A K I P B a l i t b a n g K P
45
Gambar 3.14 Pelaksanaan Instalasi struktur pelindung pantai jenis KGM
2. Rancang Bangun Teknologi Pemantauan Pasang Surut dan Dinamika Perairan
Kawasan Budidaya
Dalam upaya merealisasikan target peningkatan produktivitas usaha
budidaya, dibutuhkan dukungan inovasi teknologi perikanan budidaya seperti
teknologi pemantauan lingkungan untuk daerah/kawasan budidaya pesisir dan
perikanan laut. Inovasi teknologi pemantauan lingkungan dapat dilakukan dengan
berbasis mikrokontroler dan di integrasikan dengan sistem telemetri sehingga
dapat melakukan perekaman data secara real time dan cepat walaupun berada di
remote area.
Outcome yang dihasilkan yaitu tersedianya instrumentasi pengukur pasang
surut yang dapat menghasilkan informasi karakteristik perairan secara cepat dan
time series di beberapa perairan Indonesia.
Berdasarkan dari pelaksanaan penelitian sesuai dengan metodologi yang
diterapkan hingga tercapainya output yang diinginkan, terdapat beberapa
kesimpulan antara lain : (1) Pemantauan lingkungan perairan untuk budidaya laut
dan pelayaran sangat dibutuhkan masyarakat pesisir dan diinformasikan secara
cepat, (2) Perancangan sistem pemantauan lingkungan laut yang terdiri dari
beberapa sensor pengukur (pasang surut, arah dan kecepatan angina, suhu dan
dissolved oxygen) dapat diintegrasikan sehingga mempermudah dalam pengelolaan
L A K I P B a l i t b a n g K P
46
data dan penyampaian informasi secara langsung, (3) Pengembangan sistem
telemetri untuk komunikasi data dengan memanfaatkan jaringan GPRS dan
frekuensi radio dapat diterapkan dalam satu sistem integrasi di daerah Kepulauan
Seribu, (4) Sistem pemantauan ini memiliki tingkat validitas data yang cukup baik,
akan tetapi perlu adanya pemeliharaan secara rutin untuk menjaga performa
sensor khususnya untuk kualitas air.
Rekomendasi : Indonesia membutuhkan sebuah sistem pemantauan
lingkungan perairan, tidak hanya perairan laut akan tetapi juga perairan umum.
Kedepan perlu dikembangkan sebuah sistem yang terintegrasi antara perairan laut
dan perairan umum seperti waduk, danau dan sungai khususnya untuk budidaya.
Selain pengembangan sistem, pengembangan terhadap komponen dan pembuatan
sensor perlu di inisiasi guna meningkatkan muatan lokal sehingga tercipta daya
saing dan kemandirian dalam pengembangan teknologi.
Gambar 3.15 Pelaksanaan Instalasi Pemantauan Pasang Surut dan Dinamika Perairan
3. Pengembangan Buoy Pantai Untuk Pemantauan Budidaya Rumput Laut.
Kebutuhan akan data yang kontinyu dan dapat direproduksi adalah besar,
mengingat data-data tersebut dapat menunjang berbagai aspek yang diperlukan,
bukannya untuk kegiatan penelitian akan tetapi juga untuk kegiatan umum di
masyarakat, misalnya untuk pengambilan keputusan terhadap gejala alam atau
memprediksi suatu fenomena yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dan lain
sebagainya. Dalam pengamatan lingkungan laut, tentunya data-data yang
direproduksi ini sangat penting untuk mengetahui berbagai fenomena dan
pengolahan sumberdaya khususnya di lingkup kelautan dan perikanan.
Dari hasil riset ini yaitu : (1) Secara khusus tersedianya data-data kelautan
secara kontinu bagi pengembangan kawasan Kep. Seribu dan secara umum
L A K I P B a l i t b a n g K P
47
berperan pada deklarasi INAGOOS, (2) Mendukung kebijakan dan pengambil
keputusan bagi Dirjen KP3K, Dirjen PT, PB, dan Pemkab. Wakatobi. Rekomendasi :
Teknologi buoy pantai dapat diaplikasikan juga untuk perairan danau, waduk,
dan tambak.
Untuk masa depan, pengembangan system telemetri agar akusisi data dapat
dilakukan lebih mudah.
Gambar 3.16 Pelaksanaan Pemasangan Bouy di Wakatobi
4. Karakteristik Pembuatan Membran Dengan Teknik Inversi Vasa Untuk Menunjang
Budidaya Perikanan.
Aplikasi teknologi membran (mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi) adalah salah satu
alternatif solusi untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat untuk kegiatan
L A K I P B a l i t b a n g K P
48
perikanan. Aplikasi proses ini begitu luas, khususnya untuk menghilangkan padatan
tersuspensi (turbidity), termasuk padatan berupa mikroalga, Cryptosporidium
oocysts, Giardia lamblia cysts, bakteri patogen, virus dan pyrogens. Untuk
mendapatkan membran yang memenuhi persyaratan untuk kegiatan perikanan,
maka dilakukan karakterisasi pada pembuatan membran. Karakterisasi ini bertujuan
untuk menentukan komposisi polimer yang digunakan pada proses pembuatan
membran.
Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut : (1) Karakteristik membran filtrasi dapat dikendalikan
melalui pemilihan jenis polimer dan pengaturan konsentrasi polimer, dimana
semakin tinggi konsentrasi polimer semakin rendah fluks yang diperoleh.
Rendahnya perolehan fluks ini akibat resistensi membran. Untuk kasus pemisahan
umpan dengan kandungan bahan terlarut, sebagai tambahan pada resistensi
membran timbul adanya resistensi polarisasi atau cake. Resistensi ini dapat lebih
tinggi dibandingkan dengan resistensi membran itu sendiri, (2) Hasil pengujian
terhadap membran selulosa asetat pada konsentrasi polimer 11, 13, (3) 15, dan
17% tidak dihasilkan permeate. Pada konsentrasi selulosa asetat sebesar 9%
dihasilkan fluks membran, tetapi jumlahnya sangat kecil, yaitu 60-70 L/m2/jam Hal
tersebut menunjukkan membran dengan bahan polimer selulosa asetat pada
penelitian ini belum dapat dikatakan layak karena tidak memenuhi standar/ syarat
pembuatan membran, (4) Membran polisulfon dengan konsentrasi sebesar 11%
merupakan membran yang terbaik ditinjau dari fluks, rejeksi parameter fisika dan
mikrobiologi yang dihasilkan. Pada uji coba aplikasi, fluks membran ini mencapai
140 – 150 L/m2.jam, rejeksi terhadap kekeruhan & TSS mencapai 100%, rejeksi
terhadap warna mencapai 92,8%, rejeksi terhadap parameter biologi yaitu TPC &
total koliform masing-masing sebesar 99,9 dan 87,5 %. Rekomendasi :
Data komposisi polimer yang dihasilkan pada riset ini, dapat digunakan
sebagai rekomendasi pembuatan membran skala industri. Penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk mengoptimalkan proses preparasi membran guna memperoleh
karakteristik membran yang diinginkan, yaitu membran dengan fluks dan
selektivitas tinggi serta tahan terhadap pengaruh mekanis, termal, dan kimiawi..
Kajian pada skala lebih besar dapat dilakukan untuk mengkaji tingkat kepraktisasi,
konsistensi membran yang dihasilkan, dan tingkat kelayakan finansial.
L A K I P B a l i t b a n g K P
49
Gambar 3.17 Proses pembuatan membrane
Gambar 3.18 Peralatan ujicoba aplikasi membran
5. Rancang Bangun Teknologi Akustik Untuk Monitoring (LUMBA) Manajemen Pakan
Tambak Udang Intensif.
Akumulasi sisa pakan di dalam tambak udang dapat menyebabkan
turunnya kualitas air tambak, turunnya produktivitas hasil panen dan merugikan
para petani tambak. Pemantauan secara manual tidaklah efektif, menyita banyak
waktu dan tenaga, rentam terhadap kesalahan, apalagi untuk areal yang luas. Anco
(diameter 1x1m) digunakan sebagai alat pantau di tambak dan secara berkala
sampling dilakukan oleh operator tambak. Ancostik mampu mendeteksi aktivitas
udang yang menandakan ketersediaan pakan berupa pellet di dalam tambak. Hasil
menggunakan suara ultra lebih akurat dan lebih terjamin, ditambah teknologi
telemetri berbasis panel matahari memungkinkan pemantauan jarak jauh untuk
cakupan yang luas dan hemat energy.
L A K I P B a l i t b a n g K P
50
Gambar 3.19 Komponen Ancho serta proses Instalasi di tambak
6. Kajian Listrik Tenaga Arus Laut.
Peningkatan pemakaian energi dari fossil (minyak dan gas bumi) tidak
diimbangi dengan proses terbarukannya sehingga terjadi peningkatan harga
konsumsi yang sulit dijangkau masyarakat pesisir dan pulau. Kebutuhan energi
listrik untuk proses penanganan bahan baku ikan/hasil laut yang dihasilkan dari
usaha nelayan di pulau-pulau kecil selain itu listrik juga dibutuhkan bagi
pemenuhan energi untuk budidaya perikanan lepas pantai.
Dari riset yang telah dilakukan dihasilkan beberapa kesimpulan : (1) Dari
semua pengukuran turbin baru mulai bergerak pada inverter 20 atau sekitar 0.11 –
0.12 m/s. Maka disini cut in speed dari model Turbin adalah 0.11 m/s. Maka jika di
skalakan dalam prototype dengan perbandingan 1:5 dengan model maka cut-in-
speed dari prototype Turbin adalah berkisar 0.25 m/s, sebagai perbandingan turbin
komersial tipe Gorlov memiliki cut-in-speed 0.5 m/s dengan perbandingan dimensi
geometric yang sama dengan turbin prototype, (2) Model turbin yang
dikembangkan dalam penelitian ini akan bekerja relative sama baiknya pada kondisi
turbin terendam seluruhnya maupun hanya sebagian yang terendam. Dengan
demikian model turbin ini akan dapat tetap bekerja jika dipasang di atas permukaan
air surut terendah (LWS), (3) Tip Speed Ratio (TSR) dari hasil pengujian model turbin
terdapat kondisi hasil pengukuran pada model yang memiliki TSR > 1, hal ini
menunjukkan model turbin memilki potensi kecepatan linear dari ujung propeller
yang lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan fluidanya. Sebagai perbandingan,
secara teori, model turbin crossflow tidak dapat memberikan kecepatan propeller
yang lebih cepat dari kecepatan fluida, dan hanya turbin dengan tipe axial flow yang
memilki potensi TSR>1. Maka Turbin ini lebih baik dibandingkan turbin tipe
crossflow pada umumnya, (4) Dari pengujian dan dari hasil analisa data pengukuran
dapat dilihat pola pergerakan Turbin tidak kontinu. Pola perubahan kecepatan
L A K I P B a l i t b a n g K P
51
putar turbin ini mengikuti pola posisi lengan turbin. Hal ini dapat dilihat dari pola
perubahan kecepatan rotasi turbin, Turbin dengan 3 lengan memiliki
kecenderungan siklus perubahan kecepatan tiga kali dalam satu putaran sesuai
dengan pola simetris turbin tiga lengan tiap120 derajat, sementara untuk turbin 4
lengan memilki siklus 4 kali dalam satu putaran sesuai dengan pola simetris turbin
tiap 90 derajat, (5) Dari analisa terhadap koefisien kinerja Turbin, Turbin dengan
Sirip Sempit Akan Bekerja lebih efektif di kecepatan Rendah. Hal ini disebabkan oleh
faktor gaya seret yeng bekerja berlawanan dengan arah torsi pada saat Turbin
Bergerak., Turbin 4 Lengan akan bekerja lebih baik dari pada turbin 3 Lengan
terutama pada kecepatan tinggi, (6) Cp Turbin adalah berkisar dari 0.1 sampai 0.6
pada kecepatan Tinggi.
SASARAN 4 Wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang teridentifikasi potensi,
karakteristik, kebutuhan konservasi sumber daya laut, pesisir dan fenomena
alam, serta jumlah rekomendasi pengelolaan dan model pemanfaatan sumber
daya dan ekosistem.
Tabel 3.5 Sasaran 4
Indikator Target Capaian Evaluasi
Frekwensi pemantauan wilayah perairan Indonesia yang terprediksi dan terpantau fenomena lautnya secara terkini, akurat dan kontinu dalam pengelolaan kelautan, konservasi dan adaptasi perubahan iklim.
Frekwensi pemantauan fishing ground melalui satelit : 2 kali/minggu sepanjang tahun
2 kali/minggu tercapai
Jumlah wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang terpetakan sumberdaya & kerentanannya secara terkini dan akurat.
5 Kawasan pesisir
5 Kawasan Pesisir
tercapai
Keberhasilan:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan melaksanakan dua
kegiatan di bidang Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir yang masing-
masing telah terpenuhi 100% target capaian indikator, terdiri dari : Kegiatan Penelitian
Observasi Laut yang melakukan pemantauan wilayah laut di daerah fishing ground nasional
dengan frekuensi dua kali dalam satu minggu untuk mendapatkan data yang akurat dan
kontinu berupa peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan yang dapat diakses melalui situs
www.litbang.kkp.go.id. Dari kegiatan Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir
L A K I P B a l i t b a n g K P
52
melakukan pemetaan sumberdaya dan kerentanan secara terkini dan akurat melalui lima
penelitian sebagai berikut:
- Studi Potensi Sumberdaya Hidrologi dan Studi Resiliensi Kawasan Budidaya Terhadap
Bahaya Laut di Wilayah Pesisir untuk Pengambangan Budidaya di Kawasan Corocok Kab.
Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat
- Studi Potensi Bittern pada tambak garam rakyat di Pantai Utara Jawa dan Pulau Madura
- Analisis Kerentanan Pesisir Kawasan Budidaya Terhadap Kenaikan Muka Air Laut di Jepara,
Pati dan Padang
- Kajian Proses Sedimentasi dan dampaknya terhadap Pengembangan Kawasan Budidaya di
Kabupaten Sambas , Prov. Kalimantan Barat
- Variabilitas Fluks CO2 di Perairan teluk Banten
Hambatan dan tindak lanjut:
Sumberdaya dan kerentanan yang telah terpetakan sebagian besar dilaksanakan di
kawasan pesisir, karena mempertimbangkan kemudahan aksessabilitas ke lokasi penelitian.
Untuk memperluas cakupan pemetaan sumberdaya dan kerentanan nasional diperlukan lebih
banyak lagi penelitian-penelitan serupa, terutama di kawasan pulau-pulau kecil.
SASARAN 5 HKI, rekomendasi serta inovasi teknologi dan bioteknologi yang meningkatkan
efisiensi pengolahan secara optimal, ragam, nilai tambah, kualitas dan
keamanan produk unggulan/ prospektif.
Tabel 3.6 Sasaran 5
Indikator Target Capaian Evaluasi
Jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI), rekomendasi serta inovasi teknologi dan bioteknologi yang meningkatkan efisiensi pengolahan secara optimal, ragam, nilai tambah, kualitas dan keamanan produk unggulan/prospektif
3 paket 4 paket tercapai
Keberhasilan :
Pencapaian target indicator tersebut adalah 130 % yang terdiri dari 1 (satu) Inovasi
teknologi teh hijau dan 3 (tiga) paket teknologi tentang pengolahan patin, pengolahan agar-
agar, dan ikan asap dengan asap cair. Ketiga hasil paket teknologi akan dipublikasikan dalam
bentuk buku paket teknologi pada T.A. 2011.
L A K I P B a l i t b a n g K P
53
SASARAN 6 Rekomendasi kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan serta model
pengembangan usaha dan pemasaran berbasis minapolitan.
Tabel 3.7 Sasaran 6
Indikator Target Capaian Evaluasi
Jumlah rekomendasi kebijakan
pembangunan kelautan dan
perikanan serta model
pengembangan usaha dan
pemasaran berbasis minapolitan.
4 Rekomendasi
4 Model
Keberhasilan :
Telah dihasilkan bahan rekomendasi kebijakan Kelautan dan Perikanan berupa naskah
akademis yang berkaitan dengan : Subsidi Perikanan, Nilai Tukar Nelayan (NTN), Strategi
menghadapi ACFTA, Strategi penerapan PNPM Mandiri KP, dan KUR (Kredit Usaha Rakyat).
Selain itu juga dihasilkan model pengembangan usaha dan pemasaran ikan berbasis
minapolitan, yang meliputi :
1. Model Pengembangan Minapolitan Berbasis Sumberdaya Perikanan Perairan Umum,
Sungai dan Rawa
Kawasan perairan umum daratan memiliki potensi perikanan untuk
dikembangkan, baik untuk perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Namun
demikian masih terdapat banyak permasalahan dalam mengembangkan potensi
sumberdaya perikanan di perairan umum daratan ini. Permasalahan yang akan dianalisis
pada tulisan ini adalah mengenai bagaimana memberikan bahan rekomendasi kebijakan
berupa model pengembangan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan
perairan umum daratan. Diharapkan bahan rekomendasi yang diberikan dapat
dipergunakan oleh para pemangku kepentingan terkait (stakeholder) untuk memanfaatkan
dan mengelola sumberdaya perikanan perairan umum daratan dengan lebih bijaksana dan
berdaya guna bagi masyarakat.
L A K I P B a l i t b a n g K P
54
Gambar 3.20 Model Minapolitan Perikanan Perairan Umum Daratan
(Lebak Lebung, Kab. OKI, Prov. Sumsel)
2. Model Minapolitan Berbasis Perikanan Budidaya
Berikut adalah hasil review program minapolitan terutama pada kendala dan
permasalahan yang dihadapi berdasarkan deskripsi masing-masing model .
Model Existing, Model eksisting minapolitan direkonstruksi dari berbagai dokumen terkait
minapolitan yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
Model Perbaikan, perlu adanya penyempurnaan dengan menambahkan beberapa aspek
penting yang belum terakomodasikan yaitu: 1) aspek kelembagaan dan bisnis, 2) aspek
masyarakat, 3) aspek sumberdaya dan tata ruang, 4) aspek kebijakan dan governance dan
5) aspek infrastruktur, 6) dampak perubahan iklim.
L A K I P B a l i t b a n g K P
55
Gambar 3.21 Model Konseptual Minapolitan
Berdasarkan hasil-hasil identifikasi permasalahan pada penyiapan dan pelaksanaan
program minapolitan, berikut adalah model praktikal, yang dipergunakan untuk
L A K I P B a l i t b a n g K P
56
menentukan posisi berbagai intervensi yang ada, baik pada tahapan penyiapan maupun
implementasi (Gambar 3.22).
Gambar 3.22 Model Praktikal dan Intervensi Minapolitan Budidaya
3. Model Minapolitan Berbasis Perikanan Tangkap Laut PPN Pelabuhan Ratu, PPS Bitung
Penelitian ini melakukan penilaian terhadap kesiapan kawasan tersebut melalui
indeks kesiapan pelaksanaan program minapolitan yang mengacu pada 6 pilar yaitu kondisi
infrastruktur, masyarakat/bisnis, sumberdaya/tata ruang, kelembagaan, teknologi, dan
kebijakan/ tata kelola.
PPS Bitung dan PPN Pelabuhan Ratu dapat dikategorikan sebagai kawasan yang
siap melaksanakan program minapolitan dengan memperkuat kelembagaan dan kebijakan.
Kedua lokasi tersebut memiliki komoditas andalan tuna dan cakalang.
Model minapolitan pada masing-masing lokasi yang ditetapkan sebagai kawasan
minapolitan perikanan tangkap laut sifatnya unik pada setiap lokasi. Berikut disajikan
Rancang Bangun Model Praktikal Minapolitan.
L A K I P B a l i t b a n g K P
57
Gambar 3.23 Rancang Bangun Model Praktikal Minapolitan Pelabuhan Ratu
Gambar 3.24 Rancang Bangun Model Praktikal Minapolitan Bitung
L A K I P B a l i t b a n g K P
58
4. Model Minapolitan Berbasis Produk Kelautan (Garam)
Hasil kajian pada kawasan minapolitan garam menunjukkan bahwa, model
minapolitan yang diharapkan tidak hanya tumbuh menjadi suatu kawasan minapolitan
garam yang didalamnya dapat memberikan dampak pertumbuhan ekonomi pada
masyarakat sekitarnya, melainkan juga menjadi tempat observasi kegiatan yang
berhubungan dengan garam. Bahkan dimungkinkan berdirinya Instalasi Pemanfaatan Air
Laut (IPAL) dalam kawasan minapolitan. Dengan adanya lembaga ini diharapkan semua
kegiatan yang berhubungan dengan garam yang terdapat di kawasan minapolitan dapat
dilakukan monitoring dan evaluasi
Gambar 3.25 Perspektif Pengembangan Model Minapolitan
Berbasis Produk Kelautan (Garam)
SASARAN 7 Terwujudnya perencanaan, pengendalian, pelaporan pelaksanaan program ;
pengelolaan SDM , hukum dan organisasi, fasilitasi HKI, ketatalaksanaan, dan
administrasi kepegawaian; pengelolaan administrasi keuangan, ketatausahaan,
perlengkapan, dan kerumahtanggaan ; pengelolaan kerjasama, informasi, dan
dokumentasi ilmiah yang terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu
berdasarkan data yang terkini dan akurat di lingkup Badan Penelitian dan
Pengembangan Kelautan dan Perikanan
L A K I P B a l i t b a n g K P
59
Tabel 3.8 Sasaran 7
Indikator Target Capaian Evaluasi
Persentase perencanaan, pengendalian, pelaporan pelaksanaan program ; pengelolaan SDM , hukum dan organisasi, fasilitasi HKI, ketatalaksanaan, dan administrasi kepegawaian; pengelolaan administrasi keuangan, ketatausahaan, perlengkapan, dan kerumahtanggaan ; pengelolaan kerjasama, informasi, dan dokumentasi ilmiah yang terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini dan akurat di lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
100% 100% tercapai
D. CAPAIAN KINERJA KEUANGAN
Perkembangan anggaran tahun 2010 sejumlah Rp. 275.179.948.000 mengalami
kenaikkan sejumlah 70.49 % dibandingkan anggaran tahun 2009 yang hanya sebesar Rp.
193.973.805.000, hal ini karena adanya kegiatan pengadaan sarana prasarana berupa
pengadaan kapal riset sebesar Rp. 60.000.000.000,-.
Dana yang dianggarkan dan direalisasikan untuk mewujudkan pencapaian misi yang
telah ditetapkan dapat dirinci sebagaimana tabel 3.9 berikut :
Tabel 3.9 Realisasi Keuangan Balitbang KP Tahun 2010
SASARAN KEGIATAN
TARGET
(Rp x 000)
REALISASI
(Rp x 000)
%
Termanfaatkannya
hasil dan inovasi
Iptek kelautan dan
perikanan
Penelitian Pengelolaan Perikanan dan
Konservasi Sumber Daya Ikan 104,355,862 98,953,047 94,82
Penelitian dan Pengembangan Iptek
Perikanan Budidaya 74,535,057 74,438,811 98,90
Penelitian dan Pengembangan Sarana
dan Prasarana Perikanan dan
Teknologi
16,907,811 15,380,462 90,97
Penelitian dan Pengembangan Iptek
Kewilayahan, Dinamika dan Sumber
Daya Laut dan Pesisir
22,692,825 22,324,899 98,38
Penelitian dan Pengembangan Iptek
Pengolahan Produk dan Bioteknologi
19,083,104
L A K I P B a l i t b a n g K P
60
Kelautan dan Perikanan 18,410,557 96,48
Penelitian dan Perekayasaan Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan 11,781,642 11,641,858 98,81
Peningkatan Dukungan Manajemen
dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan
25,089,471 22,459,610 89,52
Kendala masing-masing satker adalah kurang tertibnya pelaporan terkait SAI karena
satker kurang menguasai SAI, keterlambatan pencairan tanda bintang dalam RKAKL, revisi
RKAKL yang terlambat, perubahan kurs dollar sehingga pembelian barang impor terlambat,
masalah PHLN, dll
Anggaran pelaksanaan riset di lingkungan Balitbang KP saat ini sebagian besar berasal
dari APBN. Namun demikian terbuka peluang untuk menggali sumber-sumber pendanaan di
luar APBN melalui kegiatan kerja sama, pelayanan jasa riset, komersialisasi produk kegiatan
riset dengan mekanisme PNBP.
Target sesuai sasaran Balitbang KP tahun 2009 sejumlah Rp. 193.973.805.000 dapat
terealisasi sejumlah Rp. 177.410.616.656 (91,46%). Namun target sesuai sasaran Balitbang KP
pada tahun 2010 sejumlah Rp. 275.179.948.000 dan teralisasi sejumlah Rp. 263.609.247.000
(95.80 %) dan tercapainya sasaran termanfaatkannya hasil dan inovasi Iptek kelautan dan
perikanan melalui kegiatan Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya
Ikan, Penelitian dan Pengembangan Iptek Perikanan Budidaya, Penelitian dan Pengembangan
Sarana dan Prasarana Perikanan dan Teknologi, Penelitian dan Pengembangan Iptek
Kewilayahan, Dinamika dan Sumber Daya Laut dan Pesisir, Penelitian dan Pengembangan Iptek
Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Penelitian dan Perekayasaan
Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan.
Dukungan anggaran untuk pelaksanaan program/kegiatan penelitian dan
pengembangan kelautan dan perikanan sebesar Rp. 275.179.948.000,-. Dari jumlah tersebut,
realisasi anggaran Tahun 2010 sebesar Rp. 263.609.247.000,- atau 95.80%. Secara umum,
realisasi anggaran tersebut telah melampaui target realisasi keuangan sebagaimana dalam
lembar penetapan kinerja yaitu 90% atau di atas rata-rata Kementerian Kelautan dan
Perikanan (95%). Lebih lanjut, realisasi keuangan pada tahun 2010 juga lebih tinggi bila
dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu 91,46% sedangkan pagu anggaran meningkat cukup
L A K I P B a l i t b a n g K P
61
signifikan sebesar 41,86% dari tahun 2009 ke tahun 2010 serta tahun ini merupakan realisasi
paling tinggi sejak tahun 2005.
Program penelitian dan pengembangan IPTEK dengan sasaran termanfaatkannya hasil
riset dan inovasi IPTEK Kelautan dan Perikanan dan indikator jumlah inovasi IPTEK yang
memperoleh pengakuan (HKI, SNI dan Penghargaan), direkomendasikan dan mempunyai
model penerapan dengan target 3 buah dan realisasi 3 buah (100%), menggunakan pagu
anggaran sejumlah Rp. 68.721.397.000,- terealisasi sejumlah Rp.63.678.481.485,- (92,66%).
Realisasi Program Penelitian dan Pengembangan IPTEK Tahun 2010 dengan sumber
dana APBN (rupiah murni), sejumlah Rp. 62.473.605.000,- terealisasi sejumlah Rp.
60.510.083.475,- ( 96.86%), sedangkan dari sumber dana PHLN dengan pagu sejumlah Rp.
4.902.125.000,- terealisasi sejumlah 2.208.117.530,- ( 45.04% ), namun dari sumber PNBP
sejumlah Rp. 1.345.667.000,- terealisasi sejumlah Rp.960.280.480,- ( 71.36% ).
Pada Tahun 2010 Balitbang KP mendapatkan luncuran dana kegiatan PHLN pada
kegiatan Tahun 2009, sejumlah Rp 1.493.394.000,- dari pagu awal sejumlah Rp.
3.408.731.000,-, dengan rincian : Untuk satker BBRPBL sejumlah Rp. 636.118.000,- , satker
BRPBAP Rp. 384.110.000,-, dan satker P4KSI sejumlah Rp. 473.166.000,-.
Melalui perbandingan dengan tahun 2009, kenaikan anggaran yang cukup signifikan
tersebut dialokasikan untuk belanja modal melalui peningkatan sarana-prasarana litbang.
Peningkatan sarana litbang masih menjadi proporsi anggaran terbesar sebagaimana tahun-
tahun sebelumnya. Penguatan sarpras litbang merupakan salah satu kebijakan dalam rangka
peningkatan kapasitas dan daya dukung sumberdaya Iptek KP sebagaimana RENSTRA 2010 -
2014. Pada tahun 2010, Balitbang KP memperkuat sarana litbang perikanan tangkap melalui
pengadaan kapal riset untuk survei sumberdaya perikanan di Samudera/perairan Indonesia,
pembangunan gedung kantor UPT baru di Bungus (LRKPL), revitalisasi aset litbang dan
peningkatan sarana laboratorium untuk mendukung penelitian dan pengembangan.
Dukungan penganggaran diarahkan agar tercapainya 3 (tiga) tujuan strategis untuk
termanfaatkannya hasil riset dan inovasi Iptek untuk pengelolaan sumberdaya kelautan dan
perikanan secara berkelanjutan serta meningkatkan produktivitas dan daya saing. Sebagai
bentuk pertanggungjawaban dari hasil kinerja keuangan sebesar 95,80% tersebut, secara
umum seluruh indikator kinerja outcome telah memenuhi target yang ditetapkan bahkan
beberapa diantaranya melebihi target yaitu jumlah karya tulis yang dipublikasikan dan jumlah
hasil riset yang menjadi basis kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan
secara berkelanjutan sehingga total realisasi outcome untuk Balitbang KP sebesar 133%. Hal ini
L A K I P B a l i t b a n g K P
62
merupakan bentuk komitmen Balitbang KP dalam menjalani tupoksinya dalam bidang
penyedia iptek hasil penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan.
Sasaran pada rencana strategis BALITBANG tahun 2010 adalah termanfaatkannya hasil
dan inovasi Iptek kelautan dan perikanan, namun sasaran yang terdapat pada Penetapan
Kinerja tahun 2010 - 2014 adalah penjabaran dari sasaran yang ada pada rencana strategis
Balitbang KP tahun 2010 - 2014 yaitu termanfaatkannya hasil riset dan inovasi IPTEK untuk
pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan serta meningkatkan
produktivitas dan daya saing. Penetapan kinerja Balitbang KP tahun 2010 dibuat saat pejabat
eselon 1 dibawah kepemimpinan Bapak Gellwynn Jusuf yang merupakan kontrak kerja antara
Menteri Kelautan dan Perikanan dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan
dan Perikanan.
Laporan realiasi anggaran Balitbang KP diantaranya adalah :
1) Pendapatan Negara dan Hibah
Nilai total anggaran penerimaan PNBP lingkup Balitbang KP sebesar Rp.
1.316.917.000,-
Terdapat selisih penerimaan PNBP antara data SAU dan data SAI ebesar Rp.6.844.521,-
2) Belanja
Realisasi belanja rupiah murni sebesar Rp.262.908.468.441 atau 97% dari anggaran,
sedangkan realiasi belanja hibah sebesar Rp.2.208.117.530,- atau 45,04 %
Beberapa keberhasilan terkait laporan keuangan Balitbang KP
1). Dalam penyusunan laporan keuangan unit akuntansi pembantu pengguna anggaran
Balitbang KP, eluruh Satker atau unit akuntansi kuasa pengguna anggaran hadir dan telah
siap dengan laporan keuangan dan laporan BMN serta data-data pendukungnya
2). Komitmen pimpinan terkait ketertiban penyampaian laporan SAI, dan SABMN setiap
bulannya, dan pembuatan laporan keuangan semester/tahunan
3). Terdapat komitmen yang telah disepakati oleh para Satker lingkup Balitbang KP untuk
dapat dilaksanakan pada tahun 2011, diantaranya: Komitmen kepala satker mencapai
opini WTP di tahun 2011 yang dituangkan dalam kontrak kerja Satker; Pembentukan tim
penghapusan dan tim lelang serta mengusulkan penghapusan ke Sekretariat Jenderal
paling lambat Bulan Juni 2011; Target penyelesaian Aset ex Departemen Pertanian bulan
Juni 2011
L A K I P B a l i t b a n g K P
63
Capaian kinerja Balitbang KP terdapat kendala dari aspek efisiensi dan efektifitas
terhadap anggaran. Hal-hal yang mempengaruhi penyerapan DIPA adalah sebagai berikut :
APBN
• Lelang ulang Kapal Riset dan Lelang Pembangunan Kantor UPT Loka Litbang di Bungus
• Cuaca ekstrim berpengaruh pada jadwal pelaksanaan penelitian
• Penghematan anggaran terkait efisiensi sisa kontrak
• Kekurangan Gaji dan Jasa di beberapa satker, namun di beberapa satker berlebih dan tidak
bisa direalokasi ke satker lain yang kekurangan
PHLN
Perlu pengesahan dari Ditjen Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan (Sekretariat
Balitbang KP, dan BRBIH Depok, namun tidak dapat dihitung sebagai penyerapan DIPA)
Terdapat luncuran anggaran PHLN dari TA. 2009, sehingga terjadi penambahan Pagu di TA.
2010 yang mempengaruhi target serapan yang telah ditetapkan sebelumnya
Terdapat PHLN yang tercatat di Balitbang KP, yang digunakan oleh pihak lain (DJPT) yang
belum menyampaikan hasil pelaksanaan dan serapannya
PNBP
• Dana penerimaan fungsional diterima pada akhir tahun anggaran sehingga waktu untuk
penggunaan dana tersebut tidak dapat direalisasikan
Sedangkan dari aspek Sumber Daya Manusia, tenaga peneliti di Balitbang KP tidak
merata tingkat/ jenjang keprofesionalismenya antara satuan kerja satu dengan yang lain.
Banyak peneliti senior yang akan memasuki usia pensiun yang tidak diikuti oleh terbinanya
peneliti yunior dan calon peneliti. Karena kemampuan peneliti kurang bisa mengimbangi
kebutuhan pengguna baik di tingkat pengambil kebijakan maupun masyarakat
perikanan/stakeholders dan masih berorientasi pada perolehan angka kredit akan memberi
dampak kepada masyarakat seperti :
a. Paket teknologi dari hasil penelitian sebagian sudah dimanfaatkan sebagai dasar
pengembangan untuk tahun berikutnya, namun perlu adanya hipotesa
b. Bentuk data dan informasi, ada yang sudah menindaklanjuti sebagai bahan rekomendasi
namun banyak yang hanya berfungsi sebagai data dan informasi semata
L A K I P B a l i t b a n g K P
64
c. Bentuk rekomendasi, beberapa sudah ditindaklanjuti oleh pemda/stakholders, namun
banyak rekomendasi belum dirumuskan menjadi paper brief untuk kepentingan pemangku
kebijakan.
Sajian – sajian gambar berikut memperlihatkan realisasi daya serap DIPA Tahun 2009
dan 2010 Balitbang KP untuk bulan Januari – Desember 2009/2010 pada program/kegiatan
lingkup Balitbang KP. Sajian ini bertujuan memperlihatkan perbandingan serapan anggaran
setiap bulannya yang dibandingkan antara bulan pada Tahun 2009 dengan bulan Tahun 2010.
Bulan Januari daya serap Tahun 2008 adalah 2,01 % sementara pada Tahun 2009 dan
Tahun 2010 daya serap bulan Januari masih 0 %
Grafik 3.1. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan
bulan Januari (dalam %)
Bulan Februari daya serap Tahun 2008 adalah 8,66 % sementara pada Tahun 2009
daya serapnya 1,57 % dan Tahun 2010 daya serap masih 0 %
L A K I P B a l i t b a n g K P
65
Grafik 3.2. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan
bulan Februari (dalam %)
Bulan Maret daya serap Tahun 2009 adalah 10,01 % sementara pada Tahun 2010 daya
serapnya 8,36 %, sedangkan target serapannya 13,4 %. Dengan demikian terdapat deviasi
sebesar 5,04 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan
Grafik 3.3. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan
bulan Maret (dalam %)
Bulan April daya serap Tahun 2009 adalah 21,7 % sementara pada Tahun 2010 daya
serapnya 14, 3 %, sedangkan target serapannya 18,9 %. Dengan demikian terdapat deviasi
sebesar 4,6 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan
L A K I P B a l i t b a n g K P
66
Grafik 3.4. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan
bulan April (dalam %)
Bulan Mei daya serap Tahun 2009 adalah 27 % sementara pada Tahun 2010 daya
serapnya 26 %, sedangkan target serapannya 37 %. Dengan demikian terdapat deviasi sebesar
11 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan
Grafik 3.5. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan
bulan Mei (dalam %)
Bulan Juni daya serap Tahun 2009 adalah 43 % sementara pada Tahun 2010 daya
serapnya 28 %, sedangkan target serapannya 38 %. Dengan demikian terdapat deviasi sebesar
10 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan
L A K I P B a l i t b a n g K P
67
Grafik 3.6. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan
bulan Juni (dalam %)
Bulan Juli daya serap Tahun 2009 adalah 52 % sementara pada Tahun 2010 daya
serapnya 35,55 %, sedangkan target serapannya 45,27 %. Dengan demikian terdapat deviasi
sebesar 10,72 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah
ditetapkan. Hal ini disebabkan keterbatasan dana UP, pengadaan alat dalam tahap
penyusunan administrasi pelelangan, Belanja modal tidak sesuai target karena lelang masih
dalam proses (Perencanaan pembangunan gedung BRKP 2 sebesar Rp. 800 Juta dan
pengadaan alat pengolah data sebesar Rp. 200 Juta ), Gaji mengalami kelebihan pagu (target
1,7 milyar rupiah, namun realisasinya 1,5 milyar rupiah), PHLN masih dibintang (perkembangan
proses pencairan bintang masih ditingkat DJPU, Kemenkeu), pelaksanaan kegiatan lain yang
tertunda karena keterkaitannya dengan instansi lain, beberapa kegiatan riset belum berjalan
sesuai target karena kendala cuaca dan kondisi alam di wilayah survey, pengadaan sarana air
bersih sebesar Rp.250 juta masih dalam proses revisi, dan ada kuitansi yang masih belum di
pertanggungjawabkan. Adapun tindak lanjut yang harus dilakukan adalah permohonan UP dan
mengajukan SPM GU Nihil/isi
L A K I P B a l i t b a n g K P
68
Grafik 3.7. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan
bulan Juli (dalam %)
Bulan Agustus daya serap Tahun 2009 adalah 58 % sementara pada Tahun 2010 daya
serapnya 41 %, sedangkan target serapannya 51 %. Dengan demikian terdapat deviasi sebesar
10 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan. Hal ini
disebabkan oleh rehabilitasi tambak baru dibayarkan uang muka 30 % dan pembayaran termin
1 dalam proses, sementara fisik kegiatan sudah mencapai 100 %, pengadaan alat
laboratorium/realisasi alat lab 100 % sedangkan alat lapangan lainnya masih dalam proses
pembayaran dan pengiriman barang, diseminasi dan asimilasi hasil riset direncanakan bulan
Oktober, pemanfaatan anggaran PNBP masih dalam proses, Anggaran PHLN masih dalam
proses revisi DIPA, pagu 2008/2009/2010 yang satu akun diluncurkan menjadi 5 akun pada
DIPA 2010 dan revisi kode kantor bayar KPPN 132 menjadi KPPN 140 Jakarta, pengadaan jurnal
buku masih dalam proses revisi akun dari 536121 menjadi 536111, mundurnya kegiatan riset
karena belum lengkapnya ketersediaan alat survey dan kondisi cuaca yang dinamis, adanya
perubahan rencana yang menyebabkan revisi DIPA, realisasi pengadaan alat laboratorium
masih rendah karena masih dalam proses revisi untuk penyesuaian biaya lelang, kegiatan
dengan dana dari PHLN masih dibintang, pengadaan dari akun belanja modal masih dalam
proses pelelangan, beberapa pekerjaan terkait perawatan gedung masih dalam proses
pengerjaan, pengadaan perlengkapan sarana gedung dan alat pengolah data mengalami
pengunduran jadwal terkait bersamaan dengan proses kegiatan sail banda. Tidak lanjut dari
permasalahan tersebut adalah; segera memproses pembayaran termin 2, segera
mendatangkan alat lapangan, segera memanfaatkan dan mempercepat proses (revisi
akun/DIPA, revisi PHLN, anggaran PNBP,pencairan bintang), koordinasi dengan instansi terkait.
L A K I P B a l i t b a n g K P
69
Grafik 3.8. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan
bulanAgustus(dalam %)
Bulan September daya serap Tahun 2009 adalah 65 % sementara pada Tahun 2010
daya serapnya 54 %, sedangkan target serapannya 58 %. Dengan demikian terdapat deviasi
sebesar 4 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan
Grafik 3.9. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan
bulan September (dalam %)
Bulan Oktober Tahun 2010 daya serapnya adalah 60,75 %, sedangkan target
serapannya 64,74 %. Dengan demikian terdapat deviasi sebesar 3,99 % antara realisasi serapan
anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan realisasi pengiriman
barang pengadaan alat laboratorium diundur sekalian pelatihan penggunaan alat dari rekanan,
realisasi alat laboratorium masih rendah karena dalam tahap revisi untuk penyesuaian biaya
L A K I P B a l i t b a n g K P
70
lelang kegiatan terkait, terjadi perubahan waktu pelaksanaan dan prinsip efisiensi dalam
pengadaan barang/jasa, belum lengkapnya ketersediaan alat survey dan adanya kondisi cuaca
yang dinamis.
Grafik 3.10. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan
bulan Oktober (dalam %)
Bulan Nopember Tahun 2010 daya serapnya adalah 64,53 %, sedangkan target
serapannya 69,45 %. Dengan demikian terdapat deviasi sebesar 4,92 % antara realisasi serapan
anggaran dengan target serapan yang telah ditetapkan.
Grafik 3.11. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan
bulan November (dalam %)
Bulan Desember daya serap Tahun 2009 adalah 91 % sementara pada Tahun 2010
daya serapnya 95,80 %, sedangkan target serapannya 98,22 %. Dengan demikian terdapat
L A K I P B a l i t b a n g K P
71
deviasi sebesar 2,42 % antara realisasi serapan anggaran dengan target serapan yang telah
ditetapkan.
Grafik 3.12. Realisasi daya serap DIPA Tahun 2009/2010 Badan Riset Kelautan dan Perikanan
bulan Desember (dalam %)
L A K I P B a l i t b a n g K P
72
BAB IV
PENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan
Perikanan tahun 2010 merupakan media akuntabilitas dari pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi yang digambarkan dalam angka-angka pencapaian kinerja kegiatan, program dan
kebijakan. Hasil-hasil yang telah dicapai ini menunjukkan indikasi bahwa pelaksanaan kegiatan,
program dan kebijakan secara umum telah berjalan secara efektif.
Pelaksanaan pembangunan sektor kelautan dan perikanan diharapkan akan dapat
dijadikan landasan untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi pembangunan kelautan dan
perikanan dalam tahun berikutnya.
Pencapaian kinerja tahun 2010 menunjukkan bahwa sasaran stratejis yang telah dapat
dicapai dengan optimal. Program dan kegiatan yang telah dicapai secara optimal akan tetap
dipertahankan dan ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya untuk mendukung pelaksanaan riset
stratejis yang diharapkan dapat memberikan manfaat dan dampak yang positif bagi
masyarakat.
Namun demikian masih banyak kendala yang dihadapi Badan Litbang Kelautan dan
Perikanan antara lain menyangkut mekanisme pengukuran outcome hasil litbang belum ada
sehingga belum diketahui efektifitas dan tingkat pemanfaatannya sesuai dengan RPJM.
Pengukuran tingkat pemanfaatan luaran hasil litbang perlu dilakukan karena kondisi saat ini,
seperti bentuk rekomendasi ada beberapa yang sudah ditindaklanjuti oleh stakeholder namun
banyak rekomendasi yang belum dirumuskan menjadi paper brief untk kepentingan pemangku
kebijakan, bentuk data dan informasi banyak yang berfungsi sebagai data dan informasi
semata serta paket teknologi sebagian sudah dimanfaatkan sebagai dasar pengembangan
untuk tahun selanjutnya namun perlu adanya hipotesis. Hasil Balitbang KP yang telah
dilakukan dari tahun 2002-2010 perlu dikaji dalam perencanaan kegiatan Balitbang KP di tahun
yang akan datang.