Upload
sisilia-rindi-kurniasari
View
139
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 1/42
STUDI POTENSI LALAT SEBAGAI VEKTORMEI(ANIK CACING PARASITMELALUI
PEMERIKSA:A:N EI(sTERNAL
Disusun
oL
E
H
" '" .
Totianto SitanggangB01495162
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2001
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 2/42
" Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
Carilah, maka kamu akan mendapat;
Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu".
Matius 7: 7
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 3/42
RINGKASAN
(Totianto Sitanggang / B01495162). Potensi Lalat Sebagai Vektor
Mekanik Cacing Parasit Melalui Pemeriksaan EksternaI. ( dibawah
bimbingan Drh. Susi Soviana, MSi. dan Drh. Elok Budi Retnani, MS.)
Lalat sebagai salah satu serangga yang kehadirannya sangat menganggu
manusia, selain itu juga berbahaya karen a perannya sebagai vektor pembawa penyakit
yang disebabkan oleh berbagai macam organisme penyebab penyakit seperti virus,
bakteri, protozoa, cendawan dan telur cacing. Lalat juga dapat berperan sebagai
inang antara berbagai jenis cacing dan beberapa organisme lainnya.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah pertokoan dan pemukiman di sekitar
Kampus Fakultas Kedokteran Hewan IPB Taman Kencana Bogor dari bulan Oktober
1999 hingga Juni 2000 dengan tujuan untuk mengetahui adanya telur cacing pada
permukaan luar tubuh lalat yang diketahui mempunyai peran sebagai vektor mekanis.
Lalat dikoleksi dengan menggunakan perangkap lalat yang terbuat dari seng dan
kawat dengan diameter dan tingginya 40 em berumpan ikan mentah. Jumlah total
lalat yang dikoleksi sebanyak 1569 ekor, terdiri atas famili Calliphoridae 1114 ekor
(79 %) dan famili Muscidae 455 ekor (29%). Pemeriksaan terhadap permukaan luar
tubuh lalat diperoleh telur cacing Cestoda 1 butir dan 4 butir telur cacing Nematoda.
Telur cacing Cestoda dan Nematoda hanya diperoleh dari lalat Calliphoridae betina.
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 4/42
STUDI POTENSI LALAT SEBAGAI VEKTOR MEKANIK
CACING PARASIT MELALUI PEMERIKSAAN EKSTERNAL
DisusunoL
E
H
Totianto SitanggangB01495162
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran HewanInstitut Pertanian Bogor
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2001
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 5/42
Judul Studi Potensi Lalat Sebagai Vektor Mekanik Cacing Parasit
Melalui Pemeriksaan Eksternal
Totianto Sitanggang
B01495162
Nama Mahasiswa
Nemer Pokok
Menyetujui
Dos~~penbimb7 II
di~'jDrh. ~Ok\Udi Retn ni, MS.
"
,~'eguh Wibawan, MS.
Tanggal Lulus: 15 Agustus 2001
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 6/42
R IW AY A T H ID U P
Penulis dilahirkan di Pematangsiantar, Kotamadya Pematangsiantar, Sumatera
Utara, pada tanggal 31 Mei 1977 anak ke-Z putra dari Bapak L. Sitanggang dan Ibu
H. Situmorang.
Pada tahun 1989 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 27
Pematangsiantar, tahun 1992 menyelesaikan Pendidikan Menengah Pertama di
SMPN 1 Pematangsiantar dan tahun 1995 menyelesaikan pendidikan lanjutan atas di
SMA Budi Mulia Pematangsiantar.
Pada tahun 1995 penulis diterima sebagai mahasiswa S-1 di Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN (Ujian Masuk
Perguruan Tinggi N egeri),
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 7/42
KATA PENGANTAR
Pertama-tama puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala kasih karunia-Nya dan karena di dalam Dialah saya dapat menyelesaikan
tugas akhir ini yang penuh dengan pengorbanan.
Judul penelitian yang dipilih adalah Potensi Lalat Sebagai Vektor Mekanik
Cacing Parasit Melalui Pemeriksaan Eksternal, dilaksanakan sejak bulan Oktober
1999-Juni 2000 di Laboratorium Entomologi dan Helminthologi Jurusan Parasitologi
dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu secara langsung
maupun tidak lang sung dalam penyelesaian tugas akhir ini khususnya kepada :
• Ibu Drh. Susi Soviana, Msi dan Ibu Drh. Elok Budi Retnani, MS.,
yang telah banyak memberikan bantuan berupa bimbingan, waktu dan
tenaga serta dukungan moril hingga berakhirnya tugas akhir ini.
• Ibu Dr. Drh. Upik Kesumawati, MS yang telah bersedia menjadi dosen
penguji seminar dan sidang.
• Seluruh staf dan pegawai Laboratorium Entomologi-He!minthologi
atas segala bantuannya selama penelitian.
• Bapak, Mama, Kakak, Adik serta seluruh keluarga dan handai tolan
atas segala bantuan dan dukungannya.
• Rekan sepenelitian yaitu Nursia, semoga anda tetap sukses
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 8/42
II
• Kepada teman ex kost saya di Sancang 19
• Kepada semua ternan wanita saya, terimakasih atas dukungan ataupun
sindirannya.
• Ternan satu kost Mayor Oking (Mangontang, Janry, Marshall, Melky,
Arnry (sindirannya) dan lain-lain.
• Ternan sepermainan di Bogor Baru, terimakasih atas nasehat dan
dukungan morilnya.
• Ternan seperrnainan di cafe BS dan cafe Takol.
• Teman seangkatan dan seperjuangan ( Mangontang, Janita, Janry,
Nursia, Marlina, Friony dan AIen. S. )
• Adik angkatan (Nurlela, Rince cs dll., Pinem, Rony)
• Rekan-rekan di Wisma C-ll.
• Dan orang-orang yang tak dapat disebutkan satu-persatu.
Bogor, 1 September 2001
Penulis
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 9/42
11 1
DAFTARISI
Hal.
KATA PENGANTAR
DAFTAR lSI ,.,' , , , , ,' ,., , " ,......... 111
DAFTAR GAMBAR """ " " .. "..................... v
DAFTAR TABEL " , , . VI
I. PENDAHULUAN , " .
Ll.Latar Belakang .
1.2. Tujuan Penelitian , .. .. . .. . . .. . .. .. . . .. . .. .. . 2
n . TINJAUAN PUSTAKA , " , .. , 3
II.I. Klasifikasi , ", " , , , . . . . . . . . . . . . . . 3
II.2. Morfologi " 4
IT.3. Biologi Lalat., ,., " " , .. 6
ITA . Penyebaran Lalat.. , ., ., .,.... 11
II.5. Peran Lalat dalam Kesehatan Masyarakat , , ., . , . . . . . . . .. . . . 14
II.6. Upaya Penanggulangan LaIat. ., ., , , .. .,.. 15
m. BAHAN DAN METODE " , " 18
III.I. Waktu dan Tempat Penelitian , ",.... 18
III. 2. Bahan dan Alat. ,, , , , . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
IIIJ. Metode Penelitian , , , , , , . . . . . . . . 18
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 10/42
I V . B A S I L D A N P E M B A H A S A N . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . 21
V . K E S IM P U L A N D A N SARAN............ 25
V I. D A FT A RPUSTAKA 26
IV
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 11/42
DAFTAR GAMBAR
N o T e k s H a l a m a n
1. Gambaran umum Lalat Musca domestica........................................... 5
2. Ganbaran umum Lalat Siklus Hidup Lalat Rumah 8
3. Gambaran umum Chrysomyamegacephala 11
4. Gambar Alat Perangkap Lalat............................................................. 19
v
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 12/42
DAFTAR TABEL
N o Teks Halaman
1. Jumlah dan Famili Lalat Hasil Koleksi Selama Penelitian 21
2. Jumlah dan Jenis Telur Cacing Hasil Pemeriksaan Eksternal Lalat.. 23
VI
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 13/42
1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat, salah satu diantaranya adalah menyediakan informasi yang
berkualitas, cepat dan akurat mengenai dunia kesehatan. Kualitas kesehatan
masyarakat sebagian ditentukan oleh kualitas kesehatan veteriner yang produknya
menjadi sumber input bagi kebutuhan pangan manusia maupun kesejahteraannya.
Terdapat tiga faktor yang saling mernpengaruhi satu sarna lain untuk
terjadinya penyakit pada tubuh inang yaitu agen penyakit, fisiologis mang yang
berdampak terhadap kekebalan mang serta faktor lingkungan luar mango Bila
hubungan antara ketiga faktor tersebut dalarn keadaan seimbang maka inang
dikatakan dalam keadaan sehat, demikian juga bila sebaliknya.
Salah satu bagian dari faktor lingkungan tersebut adalah lalat sebagai vektor
mekanik sejumlah agen penyakit tertentu, misalnya virus, bakteri, protozoa,
cendawan dan cacing. Lalat juga berperan sebagai inang antara beberapa jenis
eacing pita atau nematoda antara lain Choanotaenia infundibulum pada bangsa
unggas dan caeing lambung pada bangs a kuda yaitu Habronema muscae dan
Draschia megastoma (Levine, 1990).
Sekelompok 1alat tidak hanya diperhitungkan dari dampak merugikan karena
perannya sebagai vektor penyakit, juga akibat gigitan dan keberadaannya da1am
pemukiman manusia yang mengurangi nilai estetika kesehatan dan lingkungan.
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 14/42
2
Ancaman lalat mulai diperhitungkan terutama setelah timbulnya masalah
sampah yang merupakan dampak negatif dari pertambahan penduduk. Limbah yang
jumlahnya terus bertambah, baik dari rumah-tangga, peternakan maupun industri
pada akhirnya memasuki lokasi pemukiman. Hal ini mengundang lalat untuk datang
dan akhirnya berkontak dengan manusia, dengan seluruh permasalahannya akibat
rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pola hidup bersih dan sehat.
Adanya pulvili yaitu bagian ujung kaki lalat yang berpelekat dan perangkat
mulut dengan labela dan sejumlah buIu-buiu halus pada bagian tubuh 1a1atkhususnya
lalat Musca domestica dan Chrysomya megacephala memungkinkan 1a1atberperan
sebagai vektor mekanis suatu penyakit. Hal ini ditunjang oleh perilaku lalat yang
suka hinggap dan berpindah-pindah antara makanan inang dan feses untuk makan dan
bertelur (Levine, 1990). Lalat hinggap pada makanan inang karena kebutuhannya
akan glukosa dan sedikit protein bagi pertumbuhannya, sedangkan feses dan tumbuh-
tumbuhan busuk menyediakan unsur-unsur seperti organik dan anorganik yang
penting bagi ke1anjutan proses perkembangbiakannya (Levine, 1990).
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya telur cacing parasit pad a
seluruh permukaan tubuh maupun anggota tubuh lalat, Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah informasi mengenai peran lalat sebagai vektor mekanis
penyakit kecacingan, mengingat keterbatasan bukti ilmiah mengenai peran 1alat
dalam kesehatan masyarakat terutama di Indonesia.
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 15/42
3
II TINJAUAN PUST AKA
11.1 Klasifikasi
Pada bab ini dan selanjutnya yang dibahas hanya mengenai lalat Musca
domestica Lin. dan Chrysomya megacephala Fab. , hal ini dikarenakan bahwa hanya
keduajenis la1at ini yang ditemukan dalam penelitian.
Klasifikasi Chrysomya megacephala Fab. menurut Kurahashi (dalam
Evenhuis, 1989) adalah sebagai berikut :
Ordo Diptera
Sub ordo Cyclorrhapha
Famili
Sub Famili
Calliphoridae
Chrysomyniae
Genus Chrysomya
Spesies Chrysomya megacephala Fab. (lalat hijau)
Sedangkan Musca domestica Lin. menurut West, (1951) diklasifikasikan ke
dalam ordo Diptera; sub ordo Cyclorrhapha; famili Muscidae; genus Musca;
species M domestica yang dibagi dalam dua sub spesies, yaitu M.domestica Lin. dan
M domestica vicina Mac.
Diptera merupakan salah satu ordo terbesar dari serangga dengan keragaman
jenis yang tinggi dan sebagian besar tersebar secara kosmopolitan yang artinya dapat
ditemukan di mana-mana di sebagian besar belahan bumi.
Istilah "Diptera" diberikan dengan kenyataan bahwa kelompok serangga ini
memiIiki dua pasang sayap pada masa embrional. Pasangan sayap belakang
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 16/42
4
mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi alat keseimbangan berupa sepasang
kenop bertangkai yang disebut halter sedangkan sepasang sayap lainnya rnenjadi
sayap sejati. Kebanyakan Diptera berukuran relatif kecil dan bertubuh Iunak serta
mempunyai kepentingan ekonomi yang cukup besar (Borror e t a l., 1 99 2).
11.2 Morfologi
Menurut Axtell (1986) secara umum Musca domestica adalah serangga yang
berukuran sedang dengan panjang tubuhnya antara 6-7 mm dan berwarna abu-abu,
sedangkan panjang tubuh Chrysomya megacephala berkisar antara 8-10 mm. Ukuran
tubuh lalat betina pada umumnya Iebih besar daripada jantan. Seperti semua lalat.
Musca domestica dan Chrysomya megacephala mempunyai sepasang sayap dan
tubuh terbagi atas tiga bagian yaitu kepala, toraks (dada) dan abdomen (perut).
Organ-organ penting pada kepala adalah sepasang mata majemuk dan
beberapa oselli, perangkat mulut dan antena. Mata lalat betina bersifat dikhoptik
yakni letak kedua mata majemuk berjauhan, sedangkan jantannya merniliki mata
majemuk yang saling bersinggungan (hoioptik).
Mulut dilengkapi dengan probosis dengan ujung labela yang melebar dan
berfungsi untuk menghisap dan mengadsorpsi cairan atau makanan yang bersifat cair.
Antena terdiri atas tiga ruas terletak di fossa antena dan merupakan alat sensori yang
penting untuk mendeteksi kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban serta bau-
bauan (Axtell, 1986). Morfologi antena pada Musca domestica sama seperti pada
lalat tipe musca lainnya, yaitu tipe antena ~yang mengalami reduksi dengan ujung
distal yang menumpul dan terdiri atas tiga segmen. Dua segmen pertama pendek
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 17/42
5
dan segmen ketiga panjang yang ditandai dengan bulu-bulu di sekitarnya
(Busvine, 1980).
Toraks lalatM domestica
berwarna abu-abu dan pada bagian dorsalnya
terlihat empat garis mernanjang (longitudinal) berwarna gelap sampai ke perbatasan
skutum (Axtell, 1986). Sedangkan menurut Souisby (1986), toraks lalat rumah
berwama kehijauan sampai hijau gelap. Lalat Chrysomya megacephala memiliki
torak berwarna biru bercampur hijau metalik dan tidak dijumpai garis memanjang
(Spradbery, 1991).
Toraks terdiri atas tiga ruas yang bersatu yaitu protoraks, mesotoraks dan
metatoraks, Pada ruas mesotoraks terdapat sepasang sayap dan pada tiap ruas toraks
terdapat sepasang kaki. Tiap pasang kaki terdiri atas lima bagian yaitu koksa,
femur, tibia, basitarsus dan tarsus. Pada tiap ujung ruas tarsus kaki terdapat sepasang
puivili berupa bantalan-bantalan yang ditumbuhi bulu-bulu halus dengan glandula
yang mengeluarkan cairan seperti lem yang lengket sehingga lalat dapat melekat pada
permukaan yang licin meskipun dalam keadaan terbalik (Axtell, 1986).
Gambar 1. Musca domestica dewasa (sumber: Axtell, 1986 ).
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 18/42
6
Abdomen 1a1atrumah berwama kekuningan, dan terbagi atas sebelas ruas dan
hanya ernpat runs pertarna yang bi)i'k~nlbntl91 Rll"~ plll-tlml" lielflK b(ll'kc:ll1lbnns
dengan baik, tetapi mas ke..2~ 3 dan 4 berkemb3n~ dengan baik. Bagian ventral
abdomen terdapat 10 keping spirakel yang merupakan lubang pernafasan. Pada ruas
ke-4 la1at betina terdapat ovipositor yang berfungsi sebagai a1at untuk meletakkan
telur. Lalat jantan dilengkapi dengan organ genitalia pada ruas abdomen terakhir
yang berfungsi memasukkan sel sperma ke ovipositor.
Lalat betina dilengkapi dengan kantong spermateka di bagian dalam
abdomennya yang berfungsi sebagai alat penampung sel spenna pada waktu kopulasi
sehingga la1at betina hanya butuh kawin sekali dalam seumur hidupnya _
II.3 Biologi Lalat
ll.3.1 Musca domestica (Muscidae)
Lalat rumah mengalami metamorfosis sempurna yaitu dari te1ur-larva-pupa-
dewasa. Bentuk telur seperti buah pisang atau elips, berwarna putih dengan panjang
1 mm dan lebar ± 0,26 mm dengan dua garis longitudinal di dorsal (Axtell, 1986).
Sedangkan menurut Kettle (1984), telur lalat rumah ini berwama putih susu, panjang
dan sempit, berukuran 1,20 x 0,25 mm. Pada bagian dorsal berbentuk cembung
dengan kedua tepinya timbul, permukaan anterior cekung. Telur ini tidak tahan
terhadap suhu yang sangat ekstrim dan biasanya akan mati bila berada di bawah 5D C
dan di atas 40° C (Kettle, 1984).
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 19/42
7
Perkawinan pada Ialat terjadi 24 jam setelah lalat menjadi dewasa lalu akan
bertelur 4 - 8 hari kemudian. Lalat betina yang tidak kawin bisa menghasilkan telur
dalam jumlah sedikit tapi telur tidak dapat menetas (Fatchurochim, 1986).
Selama 2 - 4 minggu lalat betina dewasa akan meletakkan telur dalam bentuk
onggokan sebanyak 4 - 6 onggokan, yang masing-masing terdapat 100 - 150 butir
telur dari sejumlah total 400 - 800 butir telur yang diproduksi (Axtell, 1986 ; Kattle,
1984).
Menurut Groth (1973) dalam Kusuma (1987) lalat betina akan meletakkan
500-1000 butir telur pada temp at yang disenangi dan sangat selektif dalam mencari
tempat untuk meletakkan telurnya. Tempat yang disukai adalah manur hewan
peliharaan (sapi, kuda, ayam, anjing) dan feses manusia karena lalat rumah sangat
menyukai tempat-tempat yang hangat dan terang sehingga untuk meletakkan telurnya
manur kuda merupakan medium yang paling disukai sedangkan manur sapi kurang
disenangi bila tidak mengandung jerarni, sekam dan bahan-bahan organik yang lain
(Seddon, 1968). Selain itu kehangatan dan bau feses merupakan faktor yang menarik
bagi lalat untuk meletakkan telurnya.
Pada medium sampah, lama stadium telur ke stadium dewasa berlangsung
11,06 had sedangkan pada feses kuda hanya sekitar 7,25 hari (Abdel et al., 1972).
Waktu tetas telur menjadi larva berkisar antara 6 - 8 jam pada suhu rata-rata 35° C.
Larva selanjutnya akan berkembang menjadi pupa setelah mengalami tiga stadium
instal'. Instar larva pertama dan kedua membutuhkan waktu 24 jam, sedangkan
instar larva ketiga membutuhkan waktu ± 34 jam. Lamanya tahap instar larva sangat
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 20/42
8
tergantung pada suhu dan kelembaban lingkungan. Pada suhu - 2°C larva dapat
bertahan beberapa had, di bawah suhu 10°C larva tidak dapat berkembang menjadi
pupa (Axtell, 1986). Jika pada stadium larva terjadi kekurangan makanan, maka
lalat dewasa akan berukuran kecil, sebaliknya jika larva tercukupi makanannya maka
ukurannya akan besar.
Pupa
Lalai
~l.fs;,f f i T I T I 1 " P ' ! . , ~Q(-J '. T e l u r
'VJ.i.JhJj1' ~~
t ~~.--____~ ~)
~ - - - - J , t I ' Larva instar I,~~---)
Larva instal' IT
L a r v n instar I I
Gambar 2. Siklus hidup lalat rumah ( sumber: Axtel, 1986 )
Proses pembentukan pupa secara umum merupakan gerakan kontraksi dari
pembungkusnya. Puparium yang semula berwarna putih kekuning-kuningan lama-
kelamaan akan berwarna coklat kehitaman (Axtell, 1986). Tahap pupa merupakan
tahap yang pasif karena tidak memerlukan makanan dan gerakan apapun. Georgi
(1985), mengatakan bahwa jika larva akan menjadi pupa, maka ia akan mencari
temp at yang kering dan tubuhnya memendek, menebal dengan warna yang lebih
gelap,
Tahap akhir dari perkembangan lalat rumah adalah munculnya Ialat dewasa
dengan cara mendorong ujung anterior puparium dengan menggunakan ptillium
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 21/42
9
sehingga puparium robek (Axtell, 1986). Pada musim panas lalat rumah dapat
menyelesaikan satu siklus hidupnya dalam tempo 7 - 9 hari dan dapat menghasilkan
10-12 generasi selama siklus hidupnya itu (Arroyo, 1998). Setelah kemunculan lalat
dewasa dari pupa (eklosi), lalatjantan segera melakukan perkawinan sedangkan lalat
betina memberikan respon paling cepat tiga hari setelah eklosi (Kettle, 1984).
Lalat dewasa dapat bertahan hidup 2 - 3 minggu pada musim panas dan pada
temperatur rendah dapat hidup lebih lama sampai tiga bulan (West, 1951).
Ditinjau dari tingkah lakunya, lalat rumah merupakan serangga yang bersifat
diurnal, yaitu aktif pada pagi dan siang hari (Mircheva, 1977 dalam Ratrnawati,
1988) sehingga pada malam hari umumnya tidak aktif dan memilih istirahat di langit-
langit rumah, kabel, pohon dan semak belukar. Pada peternakan ayam yang terbuka,
lalat umumnya berkumpul di ranting pohon atau rerumputan sedangkan pada kandang
unggas yang tertutup, hampir semua populasi lalat berkumpul pada langit-langit
kandang (Arroyo, 1998).
IL3.2 Chrysomya megacephala
Seperti halnya sebagian besar anggota Diptera lain, C . megacephala juga
mengalami metamorfosis sempurna yang diawali dengan telur, yang kemudian
menjadi larva, pupa dan akhirnya menjadi bentuk dewasa. Telur diJetakkan oleh lalat
dewasa dalam keadaan berkelompok-kelompok atau onggokan.
Pada daging ikan "cod" dilaporkan bahwa umumnya telur diletakkan pada
celah-celah sempit di antara daging ikan atau di bawah permukaan antara daging ikan
dan dasar wadahnya. Hal ini bertujuan untuk melindungi telur dari kekeringan seperti
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 22/42
10
halnya telur diletakkan dalam kelompok-kelompok (Esser, 1990). Juga dilaporkan
bahwa peletakan telur ini dipengaruhi oleh rangsangan kimia dari feromon yang
dihasilkan oleh lalat betina pada saat bertelur sehingga dengan adanya telur segar
pada suatu media, mendorong lalat betina lainnya untuk meletakkan telurnya pada
media tersebut.
Ketertarikan lalat Cmegacephala betina untuk mendatangi perangkap selain
dipengaruhi oleh jenis umpan yang digunakan, tampaknya dipengaruhi pula oleh
masa perkembangan seI telur dalam kandung telurnya. Dengan menggunakan
perangkap berumpan bangkai tikus, Avancini et al., (1988) mendapatkan 65 % lalat
Cmegacephala betina yang masuk perangkap berada pada pertengahan masa
pembentukan kuning telur dari sejumlah 184 ekor lalat Cmegacephala betina yang
diperiksa melalui pembedahan saluran reproduksinya. Sedangkan Spradbery (1979)
mendapatkan sekitar 70 % lalat Crnegacephala betina masuk perangkap berumpan
hati sapi pada akhir pembentukan kuning telur dan siap untuk meletakkan telur.
Selama masa hidupnya lalat betina Cmegacephala meletakkan telurnya
sebanyak 4 - 6 kali dengan produksi telur total rata-rata 685,7 - 1690 butir
(Soviana, 1996).
Larva lalat Cmegacephala tumbuh dan berkembang melalui tiga tingkatan
instar. Seperti halnya lalat jenis lain dari famili Calliphoridae, larva lalat ini
menimbulkan masalah miasis yang terutama berkembang pada bangkai atau jaringan
yang membusuk dan sangat jarang diternukan pada luka, walaupun seringkali ter
lalat dewasa makan dari luka-luka (Spradberry, 1991).
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 23/42
11
Jangka waktu hidup tahap pra dewasa lalat Cimegacephala adalah sekitar 8,5 -
9 had pada suhu 24 - 28,5 0 C dengan kelembaban 85 - 92 % sedangkan tahap
dewasanya berkisar antara 37,6 - 41,2 hari pada suhu 24 - 280 C dengan kelembaban
86 - 94,6 %( Soviana, 1996).
Bentuk dewasa lalat ini sejak lama dikenaI sebagai pengganggu pada rumah
pemotongan hewan, dan pada tempat-tempat penjualan daging, ikan, manisan, buah-
buahan dan berbagai jenis makanan lain di pasar (Greenberg, 1973).
Gambar 3. Chrysomya megacephala. (sumber : Kettle, 1984)
II.4 Penyebaran Lalat
Musca domestica dan Chrysomya megacephala adalah lalat yang tersebar
secara kosmopolitan dan bersifat sinantropik yang artinya lalat ini mempunyai
hubungan ketergantungan yang tinggi dengan manusia karena zat-zat makanan yang
dibutuhkan lalat sebagian besar ada pada makanan manusia. Lalat lebih aktif pada
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 24/42
12
tempat yang terlindung dari cahaya daripada temp at yang langsung terkena cahaya
matahari. Musca domestica banyak ditemukan pada peternakan ayam dan anjing,
kandang kuda, sampah, feses hewan dan manusia (Arroyo, ]998; Borror et al.,
1992).
Lysyk dan Axtell (1986) melaporkan bahwa Midomestica dapat bergerak
keluar dari tempat perkembangbiakannya pada dua peternakan sapi dan ayam di
Carolina Utara ke daerah sekitarnya yang bukan habitat perkembangbiakannya, yaitu
bangunan perumahan, ladang gandum dan padang rumput. Perpindahan lalat dari
suatu peternakan ke peternakan lain meliputi kira-kira 25 % dari kandang sapi dan
36 % dari kandang ayam.
Robertson dan Sander (1979) melakukan penelitian terhadap persentase
serangga di suatu peternakan babi di Texas. Walaupun populasi Mdomestica yang
diamati hanya 5,5 %, tetapi dikatakan bahwa lalat tersebut merupakan hama yang
paling utama karena tingkah lakunya yang hinggapdi selaput lendir moncong babi
untuk memakan sisa-sisa makanan yang menempel dan juga karena ukuran lalat ini
paling besar diantara jenis lalat lain yang ada di peternakan.
Sementara itu Sucharit dan Tumrasvin (1981) melakukan penelitian dengan
mengumpulkan berbagai serangga golongan Diptera dari berbagai tempat di
Thailand, ternyata Mdomestica merupakan serangga yang terbanyak yaitu 85,7 %
dari 143.656 ekor serangga yang terkumpul. Metcalf dan Flint (1979) melaporkan
adanya dominasi populasi lalat famili Muscidae dipemukiman sebanyak 98 % adalah
jenis Musca domestica .
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 25/42
13
Di Jawa Barat, Soviana et al., (1994) menemukan bahwa 96 % dad sejumlah
lalat famili Calliphoridae yang tertangkap dengan perangkap daging mentah di tiga
wilayah petemakan sapi di Cakung, Jonggol dan Cicurug adalah lalat jenis
Cmegacephala. Pada penelitian ini juga terlihat bahwa dominasi lalat jenis ini
terutama pada peternakan sapi yang dekat dengan pemukiman manusia yang
menunjukkan bahwa lokasi pemukiman menyediakan tempat menarik bagi lalat ini
untuk datang.
Kurahashi, (1984) menyatakan bahwa lalat Cimegacephala merupakan jenis
lalat penggangu yang umum ditemukan di wilayah Asia Tenggara dan menyebar
secara meluas sampai ke Australia dan Oceania. Penyebarannya yang dahulu dikira
hanya terbatas di wilayah ini ternyata kemudian semakin meluas, sebagaimana
dilaporkan oleh Kurahashi (1978) dan Prins (1979) dalam Kurahashi (1984) yang
menemukan lalat jenis ini di bagian selatan dan barat Afrika. Selanjutnya berturut-
turut Guimares et al., (1978 dan 1986) dalam Kurahashi (1984) menemukan untuk
pertama kali lalat hijau ini di benua Amerika dan Kepulauan Kenari di wilayah barat
Eropa. Penemuan lalat ini di wilayah Amerika Utara untuk pertama kalinya
dilaporkan oleh Greenberg (1988) di La paz, Baja California.
Penyebaran yang luas dari kedua lalat ini dimungkinkan karena daya
adaptasinya yang tinggi. Penyebaran beragam jenis lalat Calliphoridae berdasarkan
ketinggian pernah dilakukan di pegunungan Chiangmai, Thailand (Tumrasvin
et al.,1978). Dilaporkan bahwa 35 % dari sejumlah 2189 ekor lalat yang terdiri atas
17 spesies famili Calliphoridae yang tertangkap di lokasi penelitian baik di wilayah
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 26/42
14
perkotaan, di tepi pantai maupun tempat-tempat dengan ketinggian 500-1700 meter
di atas permukaan laut adalah Canegacephala.
n.s Peran Lalat dalam Kesehatan Masyarakat
Dalam kehidupan sehari-hari lalat dapat berperan sebagai pembawa agen
penyakit. Peranannya itu ditunjang oleh struktur tubuh, tingkah laku, serta habitat
lalat di tempat-tempat kotor. Anggota tubuh lalat terutarna kaki yang ditumbuhi
bulu-bulu halus dan sepasang pulvili pada ujung tarsus yang menghasilkan cairan
lengket yang merupakan sarana yang sangat baik sebagai pembawa berbagai macam
agen penyakit ( Schmidt dan Robert, 1981).
Pada bagian mulut lalat terdapat probosis pendek yang berguna untuk
menghisap makanan. Probosis ditumbuhi oleh bulu-bulu halus dan di ujung probosis
itu terdapat labela yang bercabang dua juga ditumbuhi buIu-buiu halus sehingga
labela dapat menampung berbagai macam bibit penyakit (Harwood dan James, 1979).
Dari dalam saluran pencernaannya lalat akan mengeluarkan enzim yang berfungsi
melarutkan makanan yang akan dihisapnya. Bersamaan dengan itu juga biasanya
keluar bibit penyakit yang pernah dihisapnya (Busvine, 1980).
Pada saat makan lalat dapat mencemari makanannya dengan feses dan
muntahan yang dikeluarkannya. Hal itu menyebabkan bibit-bibit penyakit seperti
bakteri, virus, protozoa, dan telur cacing yang masih bertahan hidup dalam saluran
pencernaan lalat dapat ikut mencemari makanan inang (Schmidt dan Robert, 1981).
Beberapa contoh virus yang dapat dipindahkannya adalah virus trachoma,
hepatitis dan Q fever (Service, 1980). Medveczky et al., (1988), mengatakan bahwa
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 27/42
15
lalat rumah dapat berperan sebagai vektor penyakit Aujesky dengan cara hinggap
pada makanan yang tercemar virus PRV-1 dan kemudian memindahkan pada
makanan dan luka .
Hasil penelitian Djakaria dan Asmono (1981) menemukan telur-telur cacing
seperti Trichuris trichiura, Oxyuris vermicularis dan larva rhabditiform Necator
americanus pada permukaan tubuh lalat rumah yang dikumpulkan dari beberapa
lokasi di ibukota Jakarta.
Peran lalat Musca domestica dan Crnegacephala sebagai vektor mekanik
kecacingan pernah diteliti oleh Sulaiman et aZ . , (1988 dan 1989) di Selayang Bahagia,
24 km sebelah timur Kuala Lumpur, Malaysia ditemukan telur caeing Ascaris
lumbricoides dan Trichuris trichiura.
II.6 Upaya Penanggulangan Lalat
ll.6.1 Sanitasi
Sanitasi merupakan langkah awal yang sangat penting dalam usaha
menanggulangi berkembangnya populasi lalat baik dalam lingkungan peternakan
maupun pemukiman. Selain murah dan sederhana juga efektif serta tidak
menimbulkan efek-efek samping yang membahayakan lingkungan. Program sanitasi
yang perlu dijalankan secara rutin adalah tetap menjaga kebersihan kandang dan
sekitarnya. Feses harus disingkirkan secara teratur dari kandang atau dapat juga
dimanfaatkan untuk keperluan pertanian sebagai bahan pupuk dengan cara dijemur
dan disebarkan secara merata agar cepat kering. Tumpukan feses harus ditutup
dengan plastik atau bedengan barnbu agar tidak digunakan sebagai ternpat
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 28/42
16
berkembang biak oleh lalat. Lingkungan harus mempunyai sistem drainase atau
pembuangan air yang memadai untuk menjaga agar kondisi lingkungan tetap kering.
II.6.2 Aplilcasi Senyawa Kimia
Aplikasi ini adalah suatu alternatif cara yang digunakan bila keadaan populasi
lalat sudah terlalu banyak dan sangat mengancam dengan menggunakan bahan-bahan
kirnia seperti insektisida. Salah satu bahan kimia yang dapat digunakan adalah bubuk
borax dicampur dengan manur dengan takaran satu kg/rrr' manur. Campuran tersebut
dapat membunuh 90 % larva dan juga tidak berbahaya bila digunakan sebagai pupuk
(Souisby, 1974).
Untuk membasmi lalat dewasa secara cepat dapat digunakan piretrum
terutama bila dicampur dengan bahan-bahan lain yang bersifat sinergik seperti
piperonil butoxida. Aplikasi insektisida formulasi residual sebaiknya disemprotkan
pada tempat istirahat IaIat seperti lantai dan tempat-tempat yang terang (Harwood
dan James, 1979).
Menurut Fay dan Kilpatrik (dalam Souisby, 1974) penggunaan piretrum yang
dicampur dengan DDT, lindane, BHC dan senyawa-senyawa khlor organik yang lain
ternyata memberikan efek tambahan yang meningkatkan daya basmi piretrum serta
efek residual yang menguntungkan. Masalah yang timbul kemudian adalah
munculnya lalat yang resisten terhadap insektisida golongan khlor organik tersebut.
Hansen dalam Soulsby, 1974) mengatakan adanya daya tahan lalat terhadap diazinon
dan dow-57 ronnel seperti juga DDT dan lindane, malation dan dimetoat, ternyata
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 29/42
17
juga tidak rnemberikan hasil yang memuaskan karena sama-sam a memberikan efek
kebal atau resisten.
n.6.3 Aplikasi Agen Biotik
Metode pengendalian lain adalah secara biologis. Cara nu menggunakan
mahkluk hidup baik berupa predator, parasitoid dan kompetitor.
Legner et al., (dalam Harwood dan James, 1979) berhasil mempelajari
kebiasaan parasitoid dari Diptera yang berkembangbiak pada pupa lalat, diantaranya
adalah tungau dari genus Macrocheles. Disamping itu juga diakui predator yang
efisien yaitu histerid Platylister chinensis yang memakan larva lalat sehingga sangat
membantu dalarn menanggulangi infestasi lalat pada peternakan ayam di negara Fiji
dan Samoa.
Murphy (1982) meneliti di laboratoriurn tingkah laku beberapa spesres
parasitoid yang menjadi musuh alami Midomestica, yaitu Muscidifurax raftor Gir
dan Sanders, Muscidifurax zaraptor Kogan dan Legner, Spalangia cameroni Perkins
dan S.endius Wilko Keempat parasitoid dad ordo Hymenoptera tersebut meletakkan
telur dan menjadikan pupa lalat sebagai media perkembangbiakannya,
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 30/42
18
TIl BAHANDAN METODE
III.t Waktu dan Tempat Penelitian
Lalat diperangkap di sekitar ternpat pembuangan sampah di wilayah
pertokoan dan pemukiman kampus Fakultas Kedokteran Hewan IPB, yang terletak di
sebelah utara Kotamadya Bogor Jawa Barat pada bulan Oktober 1999 sarnpai dengan
Juni 2000 .
Identifikasi lalat dilakukan di laboratorium Entomologi, selanjutnya
identifikasi telur cacing dilakukan di laboratorium Helminthologi.
III.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah NaCI Fisiologis
0.085 M, larutan gula jenuh dan umpan jeroan ikan mentah. Alat-alat yang
digunakan adalah freezer, dua buah perangkap lalat, sheaker, alat sentrifugasi, tabung
reaksi, pipet tetes, eorong plastik, kantong plastik, mikroskop, minyak ernersi dan
kaea preparat.
III.3 Metode Penelitian
III.3.t Koleksi Lalat
Perangkap lalat berbentuk silinder dan berukuran diameter 40 em dan
tinggi 40 em, di bagian samping perangkap terdapat lubang untuk jalan
masuk lalat berbentuk corong yang mengarah langsung ke umpan sehingga
lalat masuk dengan mudah dan terperangkap. Tabung stoples ditempel di
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 31/42
19
bagian atas perangkap untuk mengambil lalat hasil tangkapan yang
selanjutnya diperiksa di laboratorium.
Lama penangkapan selama 2 jam yaitu mulai jam 09.00 WIB - 11.00
WIB sehari selama 14 kali penangkapan
stoples
Ibang masuk
umpan jeroan ikan
Gambar 4. Alat perangkap Ialat
Ill. 1.2 Teknik Parasitologi
Pemeriksaan dan Identifikasi Lalat
Lalat hasil tangkapan terlebih dahulu dimatikan dengan eara dimasukkan
kedalam freezer selama 2 jam. Setelah itu lalat dipisahkan antara jantan dan
betina dan diidentifikasi sampai tahap familinya dengan rnenggunakan kunei
morfologi Spradbery, 1991.
Identifikasi Telur Caeing
Pengumpulan telur eaeing dari permukaan tubuh lalat dilakukan
dengan rnenggunakan metode Navin dan Juranek, 1984 dalam Sulaiman
et al., 1988. Lalat terlebih dahulu direndam dalam larutan garam normal
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 32/42
20
0.085 M dan diaduk dengan applikator bertangkai selama 5 menit.
Selanjutnya suspensi disentrifus dengan kecepatan 2000 rpm selama 5 menit.
Sedimen yang terbentuk kemudian dicampur dengan larutan gula jenuh
(massa jenis = 1,27) untuk disentrifus kembali dengan kecepatan 2000 rpm
selama 5 menit. Bagian supernatan larutan disentuhkan dengan kaca penutup
objek gelas sebagai preparat mikroskopik untuk diperiksa dibawah
mikroskop. Pemeriksaan menggunakan minyak emersi untuk mendapatkan
pembesaran 100-1000 kali untuk mengidentifikasi telur cacing sampai tingkat
kelas dengan berpedoman pada Souisby (1986).
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 33/42
21
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Wilayah sekitar kampus Fakultas Kedokteran Hewan IPB Taman Kencana
yang terletak di sebelah utara Kotamadya Bogor, terdiri atas tempat usaha warung
makan dan sembako, perkantoran dan pemukiman dengan subu rata-rata 28°C dan
kelembaban rata-rata 72,6 %.
Secara umum lingkungannya re1atif bersih karena di lokasi ini disediakan
fasilitas tempat pembuangan sampab, jarang terlihat hewan berkeliaran tetapi tidak
semua dilengkapi dengan fasilitas WC pribadi babkan WC umumpun tidak
ditemukan.
Hasil koleksi dan identifikasi lalat yang dipero1eh dari total 14 kali
pemasangan perangkap disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah dan famili lalat hasi1 koleksi dari 14 kali penangkapan.
Famili Jantan Betina Jumlah
Muscidae 47 408 455
Calliphoridae 244 870 1114
Total 291 1278 1569
Mengingat lokasi penelitian yang berdekatan dengan pemukiman dan
pertokoan maka dapat dipastikan bahwa dari famili Muscidae dan Calliphoridae,
1a1atjenis Musca domestica dan Chrysomya megacephala mendominasi daerah ini,
karena sifat 1a1at yang sinantropik dan tersebar secara kosmopolitan. Beberapa
penelitian yang menunjang ini adalah laporan Soviana et al., (1994) di Jawa Barat
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 34/42
22
yang meliputi daerah Cakung, Jonggol dan Cieurug diperoleh dad total lalat
Calliphoridae yang tertangkap terdapat sekitar 96 % lalat Chrysomya megacephala
terutama wilayah petemakan yang dekat dengan pemukiman. Selain itu Sulaiman
et al., (1988) menemukan sebanyak 79,5 % dad seluruh lalat yang tertangkap di
pemukiman orang asli Bukit Lanjan Malaysia adalah lalat Chrysomya megacephala
sedangkan Metcalf dan Flint (1979) melaporkan bahwa lalat Musca domestica yang
tertangkap di pemukiman mencapai 98 %.
Pada Tabel 1 di atas terlihat bahwa jumlah lalat Calliphoridae lebih banyak
dari lalat Muscidae, hal ini berkaitan karena lokasi penangkapan 1aIat ini dilakukan di
tempat-tempat pembuangan sampah yang merupakan salah satu habitat lalat
Calliphoridae sedangkan Muscidae lebih banyak ditemukan pada manur hewan,
di sekitar makanan manusia dan hewan.
Pada tabel di atas terlihat bahwa jumlah lalat betina lebih banyak daripada
lalat jantan. Hal ini diperkirakan karena lalat betina lebih aktif untuk berkontak
dengan sampah dan feses untuk mencari makanan sekaligus tempat untuk
berkembang biak.
Hasil pemeriksaan eksternal yang memuat jumlah dan jenis telur cacing yang
ditemukan tersaji sebagaimana pada Tabel 2.
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 35/42
23
Tabel. 2 Jumlah dan jenis telur cacing yang diternukan dari pemeriksaan eksternal
lalat
Famili Jurnlah Jumlah Telur Caeing
Cestoda Nematoda
Muscidae 455 0 0
Calliphoridae 1114 II~ 4 I? - *
Total 1569 1 4
Keterangan : / ~* : Telur cacmg ditemukan pada lalat betina
Beberapa faktor utama yang hams ada dalam penyebaran telur cacing oleh
lalat adalah hams ditemukannya feses yang mengandung telur cacing yang berasal
dari inang yang terinfeksi, hams ada kontak antara feses yang terinfestasi telur cacing
dengan lalat.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya lalat famili Calliphoridae yang
mengandung telur cacing Cestoda dan Nematoda pada permukaan tubuhnya
walaupun dalam jumlah relatif sangat kecil dibandingkan dengan lalat Muscidae yang
tidak ditemukan telur cacing apapun. Mengingat feses sebagai satu-satunya sumber
telur cacing bagi lalat, maka kontak antara feses dengan lalat mempakan hal yang
mutlak dalam penemuan telur cacing pada tubuh lalat lalat. Secara biologis
C. megacephala yang dikenal dengan sebutan " Oriental Latrine Fly " (latrine =
kakus) lebih menyukai feses sehingga lebih berpeluang untuk membawa telur cacing.
Sebanyak 1114 ekor lalat Calliphoridae yang tertangkap berpeluang lebih
besar untuk terkontaminasi dengan telur cacing di permukaan eksternal tubuhnya
dibandingkan dengan sebanyak 455 ekor lalat Muscidae yang tertangkap dan hal ini
juga didukung oleh ukuran lalat Calliphoridae yang Iebih besar dibandingkan lalat
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 36/42
24
Muscidae sehingga luas bidang yang terkontarninasi oleh feses pada lalat
Calliphoridae lebih besar dibandingkan pada Iafat Muscidae. Hal yang sarna terlihat
pada hasil penelitian Sulairnan et al., (1988) yang rnelaporkan bahwa sebanyak 84 %
lalat C megacephala yang tertangkap di lokasi pernukirnan aborigin Bukit Lanjan
Malaysia dengan pemeriksaan eksternal diternukan telur cacing Ascaris lumbricoides,
Trichuris trichiura dan Necator americanus sedangkan pada lalat jenis lain yang
tertangkap di temp at yang sarna, telur cacing yang ditemukan relatif sedikit.
Dari hasil penelitian ini juga tampak bahwa semua lalat Calliphoridae yang
mengandung telur cacing adalah betina, hal ini disebabkan karen a lalat betina lebih
banyak berkontak dengan feses untuk mencari makan sekaligus untuk meletakkan
telur-telumya.
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 37/42
25
V KESIMPULAN DAN SARAN
V.I Kesimpulan
Dari 1569 ekor Ialat yang tertangkap di lokasi penelitian yang terdiri atas dua
famili yaitu lalat famili Calliphoridae sebanyak 71 % yang mengandung telur caeing
Cestoda sebanyak 1 butir dan Nematoda sebanyak 4 butir lalu farnili Muscidae
sebanyak 29 % yang tidak ditemukan telur cacing apapun.
Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa potensi lalat sebagai vektor
mekanis di daerah ini adalah relatif sangat kecil.
V.2 Saran
Penelitian seperti ini perlu didukung oleh data mengenai kasus kecaeingan
pada penduduk di sekitar lokasi penangkapan lalat.
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 38/42
26
VI DAFTAR PUSTAKA
Abdel, G. A. A. & EI-Gayer F.H. 1972. Experiments for serving the problem of
controlling housefly in Alexandria City. Zeitschriff fur Angewandte
Entomologie 70 (2): 203 - 208
Arroyo, S. H. 1988. Housefly, Musca domestica Linn. (Insect: Diptera: Muscidae).
http:// gnv. Ifas, Edu I insect I flies I housefly. TTM.
Avancini, R. M. P. & A. X. Linhares. 1988. Selective attractiveness of
rodentbaited trap for female blowflies. Med. Vet. Entomol. 1:73-76.
Axtell, R. C. 1986. Fly Control in Confined Livestock and Poultry Production.
CffiA-GEIGY. USA.
Busvine, 1980. The Biology and Control of Insect Pest of Medical and Domestic
Importance. Chapman and Hall, London &New York.
Borror, D. J., C. A. Triplehorn & N. F. Johnson. 1992. An Introduction to The
Insect. Terjemahan Partosoedjono, S. & Mukayat, D. B. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta,
Djakaria, S. dan Asmono. 1981. Paras it dan Bakteri Patogen pada Lalat Musca
domestica dart Beberapa Tempat di DKI Jakarta. Kumpulan Makalah
Seminar Parasitologi Nasional II.
Esser, J. R. 1990. Factors influencing oviposition, larval growth and modality in
Chrysomya megacephala (Diptera: Calliphoridae), a pest of salted dried fish
in South East Asia. Bull. Ent. Res. 80:369-376.
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 39/42
27
Evenhuis, Neal. L. 1989. Catalog of The Diptera of Australia and Oceania Regions.
Bishop Museum Press and E.J. Brill. Honolulu. Hawaii.
Fatchurochim, S. 1986. Biology and Ovipositional Behaviour of Flies Breeding in
Poultry Manure. Tesis M. S. Department of entomology, University of
Raleigh, North Carolina State, USA.
Georgi, J. R. 1985. Parasitology for Veterinarians. Edisi ke-4. W. B. Saunders
Company, London.
Greenberg, B. 1973. Flies and Disease. Vol.2. Biologi and Disease Transmission.
Princeton University Press. Princeton, New York.
Greenberg, B. 1988. Chrysomya megachepala (F) (Diptera : Calliphoridae)
collected in North America and notes on Chrysomya species present in New
World. J. Med. Entomol. 25:199-200.
Harwood, F. R. & James, T. M. 1979. Entomology in Human and Animal Health.
7 th ed. Macmillan Publishing co., Inc. New York.
Kettle, D. S. 1984. Medical and Veterinary Entomologi. Croon Helminth Ltd.
Australia
Kurahashi, H. 1984. Dispersal of Filth Flies Through Natural and Human
Agencies: Origin and Immigation of A Synanthropic Form of Chrysomya
megacephala dalam Laird (Ed.), Commerce and Spread of Pest and Disease
Vectors. Praeger Scientific, New York.
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 40/42
28
Kusuma, Y. R. 1987. Pengaruh Suhu Terhadap Perkembangan Pupa Lalat Rumah
Musca Domestica Linn. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Levine, N. D. 1990. Buku Pelajaran¥ Parasitologi Veteriner. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Lysyk, T. J. & Axtell, R. C. 1986. Movement and distribution of houseflies
(Diptera:Muscidae) between habitats in to livestock farms. 1. Econ.
Entom. 79(4):993-998.
Medveczky, I., Kovacs, L., Kovacs, F. & Papp, L. 1988. The role of the
housefly (M domestica) in the spread of Aujeszky's Disease
(pseudorabies). Med. Vet. Entomol. 2(1):81-86.
Metcalf, C. L. &W. P. Flint. 1979. Destructive and Useful Insect their Habits and
Control. 4 th Edition. Tata Mcgraw-hill Publ. Company LTD. New Delhi.
Murphy, S. T. 1982. Host-finding behaviour of some hymenopterous parasitoids
M domestica. Ann. Appl. BioI. 101(1):148-151. Abstrak dalam Rev.
Appl. Entomol. Seri B 71(20:73 (1983).
Ratmawati, 1988. Masalah Infestasi Lalat Rumah (Musca domestica Linnaeus/
pada Usaha Ternak dan Peranannya Dalam Kesehatan Masyarakat.
Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan. IPB, Bogor.
Robertson, S. H., & Sander, D. P. 1979. Species composition and seasonal
distribution of the dipterous fauna in habiting swine comfinement housing.in West Texas. South Western Entomol. 4(2):89-95. Abstrack dalam Rev.
Appl. Entomol. Seri B 68(7)223 (1980)
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 41/42
29
Schmidt, G. D., & Roberts, L. S. 1981. Foundations of Parasitology. Edisi Ke-
2. The C. V. Mosby Company, London.
Seddon, D.N. 1967. Arthropod infestation (flies, lice and fleas); diseases of domestic
animals in Australia. Edisi kedua. Vet. Hyg. (6): 8-9.
Soulsby, E. J. L. 1974. Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated
Animals. 6 th Edition. Bailliere, Tindal and Cassel, London.
Soulsby, E. J. L. 1986. Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated
Animals. 7 th Edition. Bailliere, Tindal. London.
Soviana, S. 1996. Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Lalat Hijau Chrysomya
megacephala. Tesis Fakultas Kedokteran Hewan. IPB, Bogor.
Soviana, S., D. J. Gumandini & Saleh Akib. 1994. Studt Investarisasi Lalat
Penyebab Miasis (Diptera.Calliphoridae) di Tiga Wilayah Peternakan Sapi
Pedaging di Jawa Barat. Laporan Penelitian Lembaga Penelitian IPB.
Spradbery, J. P. 1991. A Manual for the Diagnosis of Screw Worm Fly. CSIRO
Division of Entomology. Commonwealth of Australia.
Sucharit, S. & Tumrasvin V. 1981. The diurnal activities of M domestica
Linnaeus and Chrysomyia megacephala Fabricius in Bangkok Jap. J.
Sanit. Zoo1. 32(4):334-336. Abstrak dalam Rev. Appl. Entomol. Sed B
70(12):440 (1982).
Sulaiman, S., A. R. Sohadi, H. Yunus & R. Ibrahim. 1988. The role of some
cyclorrahphan flies as carriers of human helminthes in Malaysia. Med. Vet.
Entomol. 2:1-6.
5/17/2018 B01tsi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/b01tsi 42/42
30
Sulaiman, S., A. R. Sohadi & J. Jeffery. 1989. Human helminth parasites
burdens on cyclorraphan flies (Diptera) trapped at on aboriginal settlement
in Malaysia. Bull. Ent. Res. 79:625-629.
Tumrasvin, W., Supat Sucharit & Rokuro Kano. 1978. Studies on medically
important flies in Thailand. IV. Altitudinal distribution of flies belonging
to muscidae and calliphoridae in Doi Indhanondh, Chiangmai, in early
summer season. Bull. Tokyo. Med. Dent. Univ. 25:77-81.
West, Luther S. 1951. The Housefly, Its Natural History, Medical Importance and
Control. Comstoc Publishing Company. Ithaca New York.