60
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils, atau volatile oil adalah salah satu komoditi yang memiliki potensi besar di Indonesia. Minyak atsiri adaloah ekstrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, baik berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi diIndonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diusahakan di Indonesia. Peluang pasar komoditi minyak atsiri ini masih terbuka luas baik di dalam maupun luar negeri. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa hanya sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diproduksi di Indonesia. Minyak dari batang kulit kayu manis adalah jenis rempah-rempah yang banyak di gunakan sebagai bahan pemberi aroma dan citarasa dalam makanan dan minuman, bahan adaftif pada pembuatan farfum serta obat-obatan. Salah satu produk olahan kayu manis disamping minyak kayu manis adalah oleoresin yang mempunyai nilai jual jauh lebih tinggi dari harga kayu manis tanpa diolah. Oleoresin dan minyak atsiri rempah-rempah banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, 1

Bab 1 Laporan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

Page 1: Bab 1 Laporan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils,

atau volatile oil adalah salah satu komoditi yang memiliki potensi besar di

Indonesia. Minyak atsiri adaloah ekstrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, baik

berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga.

Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi

diIndonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diusahakan di

Indonesia. Peluang pasar komoditi minyak atsiri ini masih terbuka luas baik di

dalam maupun luar negeri. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa

hanya sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diproduksi di Indonesia.

Minyak dari batang kulit kayu manis adalah jenis rempah-rempah yang

banyak di gunakan sebagai bahan pemberi aroma dan citarasa dalam makanan dan

minuman, bahan adaftif pada pembuatan farfum serta obat-obatan.

Salah satu produk olahan kayu manis disamping minyak kayu manis

adalah oleoresin yang mempunyai nilai jual jauh lebih tinggi dari harga kayu

manis tanpa diolah. Oleoresin dan minyak atsiri rempah-rempah banyak

digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi, flavo (tembakau /rokok),

fragrance,pewarna dan lain-lain.

Komposisi kimia yang terkandung dalam minyak kayu manis jenis antara

lain sinamat aldehyde, sinamil acetate, salisil aldehyde, asam sinamat, asam

salisilat, o-metoksin, benzaldehyde, metil-o-coumaraldehyde dan

phenilpropilasetat. Minyak kayu manis selain mengandung sinamldehia juga

mengandung senyawa-senyawa lain seperti benzaldehida, limonen, 1,8-sineol, α-

copana, bornil asetat, β-caryofilen, 1,4-terpinol, cadinena, trans-cinna-maldedeha.

Trans cinamil asetat, miristisin, kumarin, asam tetradecadonat ( Lawless, 2002 )

Permintaan minyak atsri diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan

bertambahnya populasi penduduk dunia hal ini terjadi karena dilihat dari

kegunaanya yang banyak diantranya dapat di gunakan sebangai minyak wangi,

1

Page 2: Bab 1 Laporan

kosmetik, dan obat-obatan. Industri kosmetik dan minyak wangi menggunakan

minyak atsiri sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, sampo, lotion, parfum.

Industri makanan menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap dan penambah

cita rasa.

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memisahkan senyawa

sinamaldehid yang terdapat dalam kulit batang dari kayu manis. Dimana jenis

ekstraksi yang digunakan pada proses kali ini yaitu jenis ekstraksi dengan cara

dingin yaitu maserasi. Maserasi adalah cara ekstrasi yang dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai. Keuntungan dari

metode ini diantaranya dimana peralatan yang digunakan sederhana sedangakan

kerugian dari metode ini yaitu waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi

sampel cukup lama, cairan penyari yang diguankan cukup banyak, tidak dapat di

guakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks

dan lilin.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasrkan latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mengisolasi senyawa sinamaldehid dari kulit kayu manis

sampai didapatkan isolat yang murni ?

1.3. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengisolasi senyawa sinamaldehid dari

kulit kayu manis sampai didapatkan isolay yang murni.

1.4. Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara isolasi senyawa

sinamaldehid yang baik sampai didapatkan isolat yang murni.

2

Page 3: Bab 1 Laporan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kayu Manis (Cinnamomum burmanni Ness ex Bl)

2.1.1. Deskripsi Kayu Manis

Kayu manis merupakan pohon yang bisa mencapai tinggi 15 m, kadang

berbanir kadang tidak berbanir pepagannya licin tidak tidak bergaris dan berwarna

coklat keabu-abuan hingga coklat kemerahan dengan bau aromatik yang kuat ,

getahnya keputihan atau kuning muda, daunnya agk berhadapan berseling atau

spiral dengan titik kelenjar dan berbau harum ketika di remas, berbentuk lonjong

menjorong hingga melanset.

Kulit kayu manis adalah kulit batang atau ranting Cinnamomum burmanni

Ness ex Bl suku Lauraceae yang sudah terbebas dari bagian kulit gabus terluar dan

dikeringkan, berupa kulit tergulung, patahan, atau serbuk mengandung minyak

atsiri tidak kurang dari 1,50% v/b dan kadar sinamaldehida tidak kurang dari

0,50%.

Kulit kayu manis merupakan hasil utama dari kayu manis, produk ini

berupa potongan kulit yang dikeringkan. Menghasilkna produk kayu manis sangat

sederhana, yaitu cukup dengan penjemuran. Sebelum dijemur, kulit dikikis atau d

bersihkan dari kulit luar, kemudian di belah-belah menjadi berukuran lebar 3-4

3

Page 4: Bab 1 Laporan

cm. Selanjutnya kulit yang sudah bersih ini dijemur bi bawah terik matahari

selama 2-3 hari, kulit dinyatakan kering kalau bobotnya sudah susut sekitar 50%.

Kulit bermutu rendah karena kadar airnya masih tinggi, kadar air tinggi

diakibatkan oleh kurangnya waktu penjemuran selain kadar air masih tinggi, mutu

kulit dipengaruhi oleh kebersihan tempatpenjemuran. Agar dapat menghasilkan

mutu kulit yang baik, penjemuran sebaiknya dilakukan dibawah sinar matahari

penuh ( Rimunandar dan Paimin, 2001)

Sifat tanaman kayu manis mempunyai sifat khas pedas, agak manis dan

menghangatkan yang berkhasiat analgesik, stomakik dan aromatika.

Pemerian dari simplisia ini berupa batangan atau kulit menggulung,

membujur, pipih atau berupa berkas yang terdiri atas tumpukan beberapa potong

kulit yang tergulung membujur, panjang hingga 1m, tebal kulit 1-3 mm atau lebih,

warna coklat kekuningan, bau khas, rasa sedikut manis, permukaan luar yang tidal

bergabus berwarba coklat kekuningan atau cikelat sampai cokelat kemerahan,

bergaris-garis puvcat bergelombang memanjang dan garis-garis pendek melintang

agak menonjol atau agak berlekuk ynag bergabus berwarna hijau kehitaman atau

coklat kehitaman. Permukaan dalam berwarna coklat kemerahan tua sampai

coklat kehitaman, bekas pataha tidak rata.

2.1.2. Habitat

Kayu manis terdapat di Indonesia hingga ketinggian 200 m dari permukaan

laut, tetapi daerah yang paling cocok pada ketinggian 500-1500 m dari permukaan

laut. Dengan curah hujan 2000-2500 mm per tahun. Tanah yang di senangi adalah

tanah yang lempung berpasir yang subur dan sedang dapat menghasilkan kulit

kayu yang terbaik.

4

Page 5: Bab 1 Laporan

2.1.3. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Magnoliidae

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomun burmanii (Nees & Th. Nees)

2.2. Sinamaldehid

Sinamaldehida merupakan komponen kimia yang terdapat dalam kulit

kayu manis, sinamaldehid terjadi secra alami yag terdapat dalam kulit pohon kayu

manis dan spesies lain yang termasuk dalam genus chinnamomum seperti akasia.

Sinamaldehid yang terdapat dalam kayu manis sekitar 90%, sinamaldehid dapat

dipisahkan dari minyak kayu manis dengan cara penambahan natrium bisulfit

menghasilkan senyawa hasil adisi berupa garam yang mudah dipisahkan dari

sistem campuran. Sinamaldehid hasil isolasi dari minyak kayu manis berupa

cairan berwarna kekuningan dengan randomen 42,67%,kemurnian 99,8723%.

Sifat fisika sinamaldehid berbentuk cairan minyak yang berwarna kuning

dan lebih viscos dibandingkan air, bau sinamaldehid seperti bau kulit kayu manis.

Sinamaldehid menyebabkan iritasi kulit dan mengandung racun pada pemakaian

dalam skala besar, tetapi tidak menyebabkan kasinogen.

Sinamaldehid terdiri dari aromatik dan aldehid, sinamaldehid mempunyai

monosubtited cincin benzen. Konjugasi ikatan rangkap dua (alkana) membuat

geometri senyawa pelanar.

5

Page 6: Bab 1 Laporan

Kegunaan dari sinamaldehid :

a. Sinamaldehid sebagai pemberi rasa paa ice cream, permen dan minuman.

b. Sinamaldehid digunakan dalam beberapa parfum natural, dan parfum aroma

buah-buahan.

c. Sinamaldehid digunakan pada penggunaan fungisida

d. Sinamaldehid juga diketahui dapat mencegah korosi pada baja

e. Sinamaldehid digunakan sebagai kombinasi atau komponen tambahan dari

dispersing agent solven dan surfaktan.

f. Sinamaldehid dapat digunakan sebagai campuran makanan.

2.3. Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam

tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia

dengan adanya air. Minyak tersebut di sintesis dalam sel kelenjar pada jaringan

tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak

terpentin dari pohon pinus. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman dapat

juga terbentuk dari hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat secara

sintesis (Ketaren, 1985).

Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia

yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) serta

beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan

belerang(S). umumnya komponen kimia dari dalam minyak atsiri terdiri dari

campuran hidrogen dan turunannya yang mengandung Oksigen yang disebut

dengan Terpen atau terpenoid. Terpen merupakan persenyawaan hidrogen tidak

jenuh dan satuan terkecil dari molekulnya disebut isopren (CsHa). Senyawa

terpen mempunyai rangka Karbon yang terdiri dari 2 atau lebih satuan isopren.

Klasifikasi dari terpen di dasarkan atas jumlah satuan isopren yang terdapat dalam

molekulnya yaitu : monoterpen, seskuiterpen, diterpen, triterpen, tetraterpen dan

politerpen yang masing-masing terdiri dari 2, 3, 4, 6, 8 dan n satuan isopren.

6

Page 7: Bab 1 Laporan

Rantai molekul terpen dalam minyak atsiri merupakan rantai terbuka (terpen

alifatis) dan rantai melingkar (terpen siklis) (Finer, 1959).

2.3.1. Keberadaan Minyak Atsiri Dalam Tanaman

Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti di dalam rambut

kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili

Piperaceae), di dalam saluran minyak seperti vittae (famili Umbelliferae), di

dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae),

terkadang dalam semua jaringan (pada famili Conaferae). Pada bunga mawar,

kandungan minyak atsiri terbanyak terpusat pada mahkota bunga, pada kayu

manis banyak ditemui pada kulit batang (korteks), pada famili Umbelliferae

banyak terdapat pada perikarp buah, pada Menthae sp. terdapat dalam rambut

kelenjar batang dan daun, serta pada jeruk terdapat dalam kulit buah dan helai

daun (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat

adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida

tertentu. Peran paling utama dari minyak atsiri terhadap tumbuhan itu sendiri

adalah sebagai pengusir serangga (mencegah daun dan bunga rusak) serta sebagai

pengusir hewan-hewan pemakan daun lainnya. Namun sebaliknya, minyak atsiri

juga berfungsi sebagai penarik serangga guna membantu terjadinya penyerbukan

silang dari bunga. Berdasarkan atas usul-usul biosintetik, konstituen kimia dari

minyak atsiri dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu:

Keturunan terpena yang terbentuk melalui jalur biosintetis asam asetat

mevalonat.

Senyawa aromatik yang terbentuk lewat jalur sintetis asam sikimat, fenil

propanoid (Gunawan dan Mulyani, 2004).

7

Page 8: Bab 1 Laporan

2.3.2. Sifat-Sifat Minyak Atsiri

Adapun sifat-sifat minyak atsiri diterangkan sebagai berikut :

1. Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa.

2. Memiliki bau khas. Umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau

minyak atsiri satu dengan yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari

macam dan intensitas bau dari masing-masing komponen penyusun.

3. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi kesan

hangat sampai panas, atau justru dingin ketika sampai dikulit, tergantung dari

jenis komponen penyusunnya.

4. Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa-senyawa lain) mudah

menguap pada suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar kertas maka

ketika dibiarkan menguap, tidak meninggalkan bekas noda pada kertas yang

ditempel.

5. Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi

tengik (rancid). Ini berbeda dengan minyak lemak yang tersusun oleh asam-

asam lemak.

6. Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen

udara, sinar matahari (terutama gelombang ultra violet), dan panas karena

terdiri dari berbagai macam komponen penyusun.

7. Indeks bias umumnya tinggi.

8. Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisasi dengan

rotasi yang spesifik karena banyak komponen penyusun yang memiliki atom C

asimetrik.

9. Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut

hingga dapat memberikan baunya kepada air walaupun kelarutannya sangat

kecil.

10. Sangat mudah larut dalam pelarut organik (Gunawan dan Mulyani, 2004)

8

Page 9: Bab 1 Laporan

2.4. Ekstraksi Dengan Metode Maserasi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu subtansi atau zat dari

campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Tujuan dari ekstraksi

yaitu untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.

Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam

pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian

berdifusi masuk ke dalam pelarut.

stilah maceration berasal dari bahasa latin macerate yang artinya

“merendam”. Maserasi adalah mencari zat aktif yang dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada temperature

kamar yang terlindung dari sinar matahari, cairan penyari akan akan masuk ke

dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan

konsentrsi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang

konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan di ganti oleh cairan penyari dengan

konsentrasi rendah (proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi

kesetimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama

proses maserasi di lakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap

hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya di pekatkan.

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung

komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung

benzoin, tiraks dan lilin.

Prinsip maserasi : Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari

pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke

dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang

konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan

konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama

9

Page 10: Bab 1 Laporan

proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari.

Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang

kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel

cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan

untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.

2.5. Kromatografi LapisTipis

Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi

komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan

prinsip ini. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan

perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada

kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara duabuah fase

yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran

sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang

mudah tertahan pada fase diamakan tertinggal.

Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fasegerak akan bergerak

lebih cepat.Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan,atau

kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas).Fase gerak

mengalir melalui fase diam dan membawa komponen- komponenyang terdapat

dalam campuran. Komponen-komponen yangberbeda bergerak pada laju yang

berbeda. Proses kromatografi juga digunakan dalam metode pemisahankomponen

gula dari komponen non gula dan abu dalam tetes menjadifraksi-fraksi terpisah

yang diakibatkan oleh perbedaan adsorpsi, difusi daneksklusi komponen gula dan

non gula tersebut terhadap adsorbent dan eluent yang digunakan.

a. Fase diam

Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran

kecil dengan diameter partikel antara 10-30 Um. Semakin kecil ukuran rata-rata

partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam dan semakin

sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal

10

Page 11: Bab 1 Laporan

efisiensinya dan resolusinya. Penjerap yang sering digunakan adalah silica dan

serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah partisi

dan adsorbsi.

b. Fase gerak

Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak

sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara

menaik(ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara

menurun (descending).

2.6. Kromatografi Kolom

Kromatografi merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi

kertas dan elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom yang mana fase

diamnya diisikan atau dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase

diamnya berupa lapisan seragam (Uniform) pada permukaan bidang datar yang

didukung oleh lempeng kaca, pelat alumunium, atau plat plastik. Meskipun

demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari

kromatografi kolom.

Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom

sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran.

Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaanya lebih mudah dan lebih murah

dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang

digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih

sederhana dan dapat dikatakan bahwa hamper semua laboratorium dapat

melaksanakan setiap saat secara cepat.

Prinsip dari kromatogarafi kolom sama dengan kromatografi lapis tipis.

Digunakan untuk memurnikan senyawa atau memisahkan campuran yang

dilaksanakan dalam suatu kolom yang diisi dengan fase diam dan fase gerak. Fase

diamnya padat dan cair.Sedangkan fase geraknya cair dan gas.Mekanisme

pemisahan kromatograf i kolom yakni :

11

Page 12: Bab 1 Laporan

a. Kromatografi Adsorbsi, komponen yang dipisahkan secara selektif teradsorbsi

pada permukaan adsorben.

b. Kromatografi Partisi, analit mengalami partisi antara lapisan cairan fase diam

(stasioner) &eluensebagai fase gerak (mobile).

c. Kromatografi Pertukaran Ion, komponen berbentuk ion yang terikat pada

penukar ion sebaga fase stasioner secara selektif akan terlepas/terelusiolehfase

mobile.

d. Kromatografi Filtrasi Gel,fase diam berupa gel permeabel, pemisahan

berlangsung spt proses pengayakan yang didasarkan pada ukuran molekul dari

komponen yang dipisahkan.

GambarKromatografikolom

12

Page 13: Bab 1 Laporan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

Alat Bahan1. Maserator 1. Kulit kayu manis

2. Gelas kimia 2. Etanol 70%

3. Batang pengaduk 3. Kloroform

4. Gelas ukur 4. Etil asetat

5. Timbangan 5. Pereaki tollens

6. Chamber 6. NaHSO3 39%

7. Corong pisah 7. Toluen

8. Corong 8. Etil asetat

9. Spatel 9. N-hexan

10. Pipa kapiler 10. Asam sulfat

11. Penggaris 11. Metanol

12. Pensil 12. Silika gel

13. Tabung reaksi + rak

tabung reaksi

13. Gelas wol

14. Lampu UV 254 dan

365 nm

14. Pasir

15. Cawan

16. Pipet tetes

17. Kolom kromatografi

13

Page 14: Bab 1 Laporan

3.2. Prosedur

1. Penyiapan sampel

a. Siapkan kulit kayu manis yang sudah kering

b. Haluskan kulit kayu manis tersebut sebanyak yang di butuhkan

2. Skrining fitokimia

Saponin, tanin dan polifenol, flavonoid, dan kuinon

1. Timbang 10gram sebuk kulit kayu manis

2. Tambakan air 100ml kemudian panaskan sampai mendidih sambil di aduk-aduk

3. Kemudian saring dan bagi menjadi 5 bagian

4. Identifikasi :

a. Saponin : masukan 3ml larutan sampel kocok dengan kuat adanya busa positif tanin.

b. Tanin dan polifenol: larutan sampel + FeCl3 adanya biru posistif tanin

c. Tanin : larutan sampel + gelatin 1% adanya endapan putih posistif tanin.

d. Flavonid : larutan sampel + serbuk Zn+ larutan alkohol asam klorida (1:1)+ amil alkohol kocok , filtrat berwarna merah yang akan di tarik oleh amil alkohol

e. Kuinon : larutan sampel + NaOH positif adanya warna kuning

Alkaloid

1. Simplisia + amonia encer di gerus + kloroform sambil terus di gerus kemudian disaring

2. Filtrat tambahkan HCL 2N

3. Lapisan asam dipisahkan di bagi menjadi 4 bagian

a. Bagian 1 blangko

b. Bagian 2 menggunakan mayer

c. Bagian 3 menggunakan dragendroff

14

Page 15: Bab 1 Laporan

d. Bagian 4 menggunakan wagner

4. Bagian 2 dan 3 adanya endapan putih positif alkaloid

5. Bagian adanya endapan hitam positif alkaloid

Triterpeniod steroid

1. Simplisia disari dengan eter, diuapkan sampai kering

2. Pada residu tambahkan liebermen-burchard

3. Warna ungu poitif triterpenoid

4. Warna hijau biru positif steroid

Monoterpenoid seskuiterpen

1. Simplisia disari dengan eter, diuapkan sampai kering

2. Pada residu tambahkan vanilin-asam sulfat

3. Adanya warna-warna posirif kedua senyawa tersebut.

3. Ekstraksi metode maserasi

a. Siapkan kulit kayu manis yang telah di haluskan

b. Timbang serbuk kayu manis tersebut sebanyak 250 gram

c. Kemudian masukan ke dalam maserator

d. Tambahkan etanol 70% sebanyak 750 mL

e. Di rendam selama 6 jam sesekali di aduk

f. Diamkan selama 18 jam ( dilakukan triplo )

g. Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan sampai terbentuk ekstrak kental

h. Timbang ekstrak kental yang di dapat (48,9976 gram)

4. Pemantauan ekstrak (KLT)

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Masukan eluen toluen : etil asetat ( 7:3) pada chamber , jenuhkan !

c. Siapkan plat silika gel dengan ukuran tertentu

d. Buat jarak pada tepi atas dan tepi bawah masing-masing 0,5 cm

e. Totolkan sampel pada plat ditepi bawah

f. Masukan pda chmber yang berisi eluen yang telah dijenuhkan

15

Page 16: Bab 1 Laporan

g. Eluen tidak boleh menyentuh cuplikan sampel

h. Diamkan sampel sampai terelusi oleh eluen, ditandai denagn menyentuh

garis pada tepi atas

i. Angkat plat dan keringkan

j. Deteksi pada lampu uv254 nm dan 365nm

5. Fraksinasi (ECC)

a. Timbang ekstrak kental yang sudah di buat sebanyak 5 gram

b. Larutkan menggunakan etanol 50 mL

c. Masukan ke dalam corong pisah kemudian tambahkan n-hexan

d. Di kocok dan diamkan sampai keduanya memisah

e. Akan terbentuk 2 fraksi (fraksi etanol dan fraksi n-hexan )

f. Kemudian fraksi etanol dimasukan ke dalam corong pisah dan tambahkan

etil asetat

g. Kocok dan diamkan sampai terbentuk 2 fraksi ( fraksi etanol dan fraksi etil

asetat )

h. Jadi di dapatkan 3 fraksi ( fraksi etanol, fraksi etil asetat, dan fraksi n-

hexan )

i. Lakukan triplo

6. Pemantauan fraksi

KLT

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Masukan eluen toluen : etil asetat ( 7:3) pada chamber , jenuhkan !

c. Siapkan plat silika gel dengan ukuran tertentu

d. Buat jarak pada tepi atas dan tepi bawah masing-masing 0,5 cm

e. Totolkan sampel pada plat ditepi bawah

f. Masukan pda chmber yang berisi eluen yang telah dijenuhkan

g. Eluen tidak boleh menyentuh cuplikan sampel

h. Diamkan sampel sampai terelusi oleh eluen, ditandai denagn menyentuh

garis pada tepi atas

i. Angkat plat dan keringkan

j. Deteksi pada lampu uv254 nm dan 365nm

16

Page 17: Bab 1 Laporan

Reaksi Kimia

1) Pereaksi tollens

a) Masukan kedalam tabung reaksi1 mL perak nitrat 10 % + 1 mL NaOH

10 % + NH4OH sampai warna perak hilang

b) Tambahkan 1-3 tetes isolat

c) Kocok selama 1 menit

d) Panaskan selama 5 menit

e) Terbentuk cermin perak positif adanya sinamaldehida

7. Subfraksinasi (KK)

a. Sebanyak 0,5 gram ekstrak n-hexan dikeringkan dengan silika gel sampai

kering dan merata.

b. Kolom dimasukan gelas wol dan pasir sebagai penahan

c. Masukan silika gel sebanyak 5 gram dan sedikit pasir sebagai penahan

d. Basahi dengan eluen yang paling nonpolar sampai terbasahi semua

e. Masukan campuran ekstrak dan silika gel dimasukan ke dalam kolom

kromatografi

f. Elusi dengan perbandingan eluen yang semakin meningkat kepolarannya.

g. Fase gerak toluen etil asetat (x:x) (mL) , (9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8,

1:9, 0:10 )

h. Larutan yang keluar dari kolom ditampung dalam botol yang masing-

masing 10 ml.

i. Uapkan pelarutnya

8. Pemantauan subfraksi (KLT)

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Masukan eluen toluen : etil asetat ( 7:3) pada chamber , jenuhkan !

c. Siapkan plat silika gel dengan ukuran tertentu

d. Buat jarak pada tepi atas dan tepi bawah masing-masing 0,5 cm

e. Totolkan sampel pada plat ditepi bawah

f. Masukan pda chmber yang berisi eluen yang telah dijenuhkan

g. Eluen tidak boleh menyentuh cuplikan sampel

17

Page 18: Bab 1 Laporan

h. Diamkan sampel sampai terelusi oleh eluen, ditandai denagn menyentuh

garis pada tepi atas

i. Angkat plat dan keringkan

j. Deteksi pada lampu uv254 nm dan 365nm

9. Pemurnian dengan KLT preparatif

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Masukan eluen toluen : etil asetat ( 7:3) pada chamber , jenuhkan !

c. Siapkan plat silika gel dengan ukuran tertentu

d. Buat jarak pada tepi atas dan tepi bawah masing-masing 0,5 cm

e. Totolkan sampel pada plat ditepi bawah (penotolan berbentuk pita)

f. Masukan pda chmber yang berisi eluen yang telah dijenuhkan

g. Eluen tidak boleh menyentuh cuplikan sampel

h. Diamkan sampel sampai terelusi oleh eluen, ditandai denagn menyentuh

garis pada tepi atas

i. Angkat plat dan keringkan

j. Deteksi pada lampu uv254 nm dan 365nm

10. Uji kemurnian dengan KLT 2 dimensi

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Masukan eluen toluen : etil asetat ( 7:3) pada chamber , jenuhkan !

c. Siapkan plat silika gel dengan ukuran tertentu

d. Buat jarak pada tepi atas dan tepi bawah masing-masing 0,5 cm

e. Totolkan sampel pada plat ditepi bawah

f. Masukan pda chmber yang berisi eluen yang telah dijenuhkan

g. Eluen tidak boleh menyentuh cuplikan sampel

h. Diamkan sampel sampai terelusi oleh eluen, ditandai denagn menyentuh

garis pada tepi atas

i. Angkat plat dan keringkan

j. Plat diputar 900, masukan pada eluen kedua

k. Elusi kembali dengan eluen yang lebih polar (3:7)

l. Angkat plat dan keringkan

m. Deteksi pada lampu uv254 nm dan 365nm

18

Page 19: Bab 1 Laporan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Skrining Fitokimia

No Golongan senyawa

Pereaksi Hasil pengamata

n

Warna

1 AlkaloidMayer (-) Bening

Dragendorf (-) BeningWagner (-) CoklatBlanko

2 Flavonoid Logam Mg + etanol + HCl +

amilalkohol

(+) Merah

3 tanin & polifenol

FeCl3 (+) Endapan hitam

4 Saponin Gelatin 1%, kocok + HCl

encer

(+) Ada busa

5 Mono& seskuiterpen

Vanilin + H2SO4

(+) Ungu

6 Steroid& triterpenoid

Lieberman burchad

(+) Ungu

7 Kuinon NaOH (+) Merah

Skrining fitokimia adalah tahap dalam mengidentifikasi kandungan kmia

dari suatu sampel terhadap senyawa metabolit sekunder untuk pencarian senyawa

aktif baru yang berasal dari precursor bagi sintesis obat – obatan baru atau

menjadi prototype senyawa obat ber-keaktifan tertentu. Sampel yang digunakan

pada skrining fitokimia ini adalah batang kulit kayu manis yang merupakan

komponen minyak atsiri yang memiliki kadar sinamaldehid tidak kurang dari

0,50%.

Alkaloid adalah senyawa yang memilikigugus N-heterosiklik, memiliki

rasa pahit dan bersifat basa. Adanya pasangan electron bebas dalam atom nitrogen

menyebabkan alkaloid dapat membentuk kompleks yang tidak larut dengan logam

19

Page 20: Bab 1 Laporan

– logam. Pada uji identifikasi alkaloid, simplisia ditambahkan ammonia encer

untuk memisahkan alkaloid basa dari ikatan garamnya dengan asam organic

sehingga menjadi alkaloid bebas. Serta dapat disari oleh pelarut organic ( dibuat

basa agar terekstraksi dalam pelarut organic ). Kloroform yang bersifat semi polar

dapat melarutkan alkaloid sehingga di dapat senyawa – senyawa yang bersifat

semi polar seperti alkaloid.

Selanjutnya disaring, filtratnya di kocok dan ditambahkan HCl 2N untuk

proses ekstraksi dan pemisahan senyawa metabolit sekunder dari matriksnya.

Pengocokan dilakukan untuk melarutkan senyawa – senyawa pada setiap lapisan

secara tepat dan sempurna. Kemudian dilakukan pemeriksaan golongan dengan

pereaksi mayer. Pereaksi mengandung kalium tetra iodo merkurat, dari percobaan

pada saat sampel ditambah dengan beberapa tetes pereaksi mayer ternyata tidak

menimbulkan endapan (negative).

Pada pemeriksaan dengan pereaksi dragendorf pun tidak menunjukan

adanyahasil positif terbentuk endapan. Mekanisme pereaksi dragendorf dan mayer

adalah amin aromatis pada alkaloid bereaksi dengan pereaksi dragehndorf dan

mayer. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa sampel tidakmengandung

alkaloid.

Reaksi yang terjadi pada alkaloid :

Dengan pereaksi dragendrof

Bi(NO3)3.5H2O + 3KI BiI3 + 3KNO3 + 5H2O

BiI3 + KI [BiI4]- + K+

Kompleks logam dengan alkaloid

(endapan jingga)

20

Page 21: Bab 1 Laporan

Dengan pereaksi mayer

HgCl2 + 2 KI HgI2+ 2 KCl

HgI2+ 2 KI HgI4 2- + 2K+

Kompleks logam dengan alkaloid

(endapan putih kekuningan)

Reaksi dengan wagner

Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang membentuk

warna – warna pada tumbuhan. Pengenalan flavonoid di dasarkan pada reaksi

reduksi gugus karbonil pada lingkar lakton menjadi gugus alcohol membentuk

senyawa hidroksi yang berwarna tergantung pada gugus fungsional yang terikat

pada lingakar A dan B. warna yang terbentuk dapat ditarik dengan amil alkohol.

Pada uji identifikasi flavonoid, penambahan logam magnesium dan asam

klorida 5N bertujuan untuk memutuskan ikatan gula yang ada pada flavonoid

sehingga akan terbentuk flavonoid bebas. Penambahan amil alcohol untuk

menarik aglikon dari senyawa flavonoid dimana sebelumnya flavonoid di

hidrolisa dengan HCl menjadi glikon dan aglikon. Ditambahkan logam Mg dan

HCl pekat untuk mereduksi agar ikatan gula pecah sehingga mudah ditarik oleh

21

Page 22: Bab 1 Laporan

amil alcohol. Pada uji flavonoid, kulit kayu manis menunjukan hasil positif

dengan membentuk warna merah yang dapat ditarik oleh amil alkohol.

Reaksi Flavonoid

Tanin dan polifenol adalah senyawa yang mudah dikenali karena reaksi

gugus fenol dengan FeCl3membentuk warna biru hitam dan digunakan gelatin 1%

untk membedakan tanin dan polifenol. Senyawa ini masih turunan flavonoid,

dilihat dari fungsinya polifenol dapat mengikat dan mgendapkan protein. Tanin

bersifat mengendapkan larutan gelatin 1%, sehingga jika sampel terbentuk

endapan putih maka hasilnya positif tanin dan ketika ditambahkan

FeCl3membentuk warna biru hitam menandakan adanya polifenol. Dari hasil

percobaan di dapatkan sampel kulit kayu manis positif tanin dan polifenol.

Reaksi Tanin Dan Polifenol

Saponin adalah senyawa metabolit sekunder yang dapat membentuk busa

dan menghemolisis darah. Saponin adalah glikosida triterpenoid dan sterol.

Saponin merupakan senyawa aktif permukaan kuat yang menimbulkan busa jika

dikocok di dalam air. Sifatnya sebagai senyawa aktif permukaan disebabkan

adanya kombinasi antara aglikon lifopilik dengan gula yang bersifat hidrofilik.

Struktur aglikon saponin umumnya merupakan struktur triterpenoid dan steroid,

sehingga dilihat dari strukturnya saponin daat dipilih atas saponin triterpenoid dan

22

Page 23: Bab 1 Laporan

steroid. Karena saponin merupakan glikosida (karbohidrat) dapat diuji dengan

H2SO4 pekat akan menghasilkan lapisan berwarna ungu. Pada kulit kayu manis

terjadi pembentukan busa yang bagus, hal tersebut merupakan bukti adanya

saponin, karena ketika ditambahkan HCl encer busa nya tidak hilang.

Reaksi pada saponin

Monoterpenoid dan seskuiterpenoid merupakan komponen penyusun

minyak atsiri yang tidak larut air dan larut pada pelatut non polar, sehingga

sebelumnya disari dengan eter sehingga senyawa tertarik oleh eter dan eter

diuapkan kedalam residu diteteskan vanilin/asam sulfat menghasilkan warna

merah, sehingga [ada kulit kayu manis menggandung komponen minyak aksiri,

ditandai reaksi positif pada skrining fitokimia monoterpenoid.

Steroid dan Triterpenoidadalah senyawa yang memiliki struktur yang

sama.pasa uji skirining fitokimia,sampel disari dengan eter karena triterpenoid dab

steroid merupakan senyawa yang larut dalam non polar. Sehingga apabila disari

dengan pelarut polar senyawa nya tidak tertarik. Reaksi pengenalan nya dengan

pereaksi Lieberman Burchard menghasilkan warna ungu. Sehingga kulit kayu

manis mengandung triterpenoid dan tidak mengandung steroid.

Kuinon adalah senyawa turunan P.benzokuinon yang memiliki

kemampuan membentuk garam berwarna antara hidrokuinon dengan larutan alkali

kuat. Dimana OH bereaksi dengan Na pada NaOH membentuk garam berwarna

kuning hingga merah. Sehingga dapat diketahui bahwa dalam kulitkayu manis

terdapat senyawa kuinon.

Reaksi pada kuinon

23

O

O

OH

OH

OH

ONa

NaOH

Page 24: Bab 1 Laporan

4.2. Ekstraksi Padat Cair ( Maserasi )

Berat simplisia 250 gram

Volume ekstrak yang diperoleh

2 L

Berat ekstrak kental 48,99 gram

Rendemen ekstrak 19,599%

Bobot jenis ekstrak 0,7804 gram/mL

Pola dinamolisis 5 cm

Tujuan dilakukan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kima

yang terdapat dalam simplisia,ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa

komponen zat padat ke dalama pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada

lapisan antar muka,kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Pelarut yang

digunakan pada proses ekstraksi harus sesuai dengan sifat fisika kimia dari

senyawa target,sehingga senyawa tersebut dapat tertarik dengan sempurna.

Percobaan ini menggunakan metode maserasi karena senyawa targer yang

akan diambil stabil pada suhu dingin dan digunakan pelarut etanol 70% kareana

senyawa target mempunyai kelarutan yang besar di dalam etanol sehingga semua

senyawa target dapat tertarik oleh etanol,selain itu etanol merupakan pelarut

universal dimana etanol dapat melarutkan senyawa yang bersifat polar maupun

senyawa yang bersifat non polar.

Percobaan ekstraksi ini dilakukan sebanyak tiga kali katena jika dilakukan

hanya sekali dikhawatirkan masih ada senyawa target yang masih belum

tertarik,sehingga dilakukan sebanyak tiga kali agar semua senyawa target dalam

simplisia dapat tertarik semua. Pada saat percobaan ke tiga kali hasil yang di

dapatkan berwarna agak pucat,hal ini terjadi karena senyawa target yang akan di

ambil telah tertarik semua.

24

Page 25: Bab 1 Laporan

Pada proses maserasi simplisia yang akan digunakan dibuat serbuk

sehingga mempunyai luas permukaan yang besar yang akan membuat interaksi

antara pelarut dengan simplisia besar. Semakin banyak pelarut yang bersentuhan

dengan simplisia semakin banyak juga senaywa target yang akan tertarik oleh

pelarutnya,prinsip maserasi sendiri adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan

dengan cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama 3 hari pada

temperatur kamr terlindung dari cahaya.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan rendemen ekstrak,rendemen ekstrak

ini didapat dengan cara rasio dan berat ekstrak yang diperoleh dengan berat dari

simplisia kering dikali 100% agar hasilnya bentuk persen,hasil dari rendemen

ekstrak kulit kayu manis sendiri yaitu 19,59%. Hasil rendemen ini dipengaruhi

oleh semakin besar perbandingan simplisia dengan pelarut yang digunakan maka

semakin banyak ekstrak kental yang diperoleh.

Selamjutnya yaitu penetapan bobot jenis ini dilakukan dari ekstrak.

Penetapan bobot jenis ini menggunakan piknometer,piknomneter yang diperoleh

yaitu 10,96 ml dan kerapatan ekstrak yang diperoleh 0,7804 gram.ml-1. Bobot

jenis ini di dapat dengan melakukan konsentrasi 1% artinya 1 gram ekstrak kental

dilarutkan dalam pelarutnya. Setelah kerapatan di dapat maka selanjutnya

dilakukan dinamolisis ekstrak,dinamolisis ekstrak ini dilakukan bertujuan untuk

mengetahui atau memberikan gambaran secara kualitatif dari ekstrak yang di

analisis. Dinamolisis yang diamati yaitu diameter yang dihasilkan dari ekstrak

tersebut selama 5 menit,dari hasil percobaan di dapatkan diameternya yaitu 5 cm

yang di ukur pada konsentrasi 1%.

4.3. Pemantauan Ekstrak

Eluen Nilai Rf

Toluen : etil asetat ( 7:3) Bercak 1 : 0,15 cm

Bercak 2 : 0,85 cm

25

Page 26: Bab 1 Laporan

Pada praktikum kali ini kita melakukan percobaan pemantauan dan ekstrak

yang telah di dapat pada percobaan sebelumnya,pemantauan ekstrak ini dilakukan

secara KLT.

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah senyawa target akan di

analisis sudah tertarik apa belum, maka hasil dari Rfnya dibandingkan dengan

senyawa aslinya, pada sampel kulit kayu manis senyawa target yang akan di

analisis yaitu sinamaldehid. Sinamaldehid ini merupakan golongan minyak atsiri

yang termasuk golongan seskuiterpen,dimana sinamaldehid ini mempunyai sifat

nonpolar karena termasuk golongan minyak sebelumnya harus menentukan

terlebih dahulu eluen yang akan digunakan pada proses elusi ini.

Pemilihan eluen ini sangat penting jika eleun yang digunakan memiliki

konsentrasi yang tidak sesuai dengan sampel yang akan dipisahkan,maka

kromatografi tidak akan berjalan. Jika eluen terlalu polar akan menyebabkan

sebuah noda yang ditotolkan pada plat naik sampai batas tanpa mengalami

pemisahan. Jika eluen kurang polar,maka noda yang ditotolkan tidak akan

bergerak sama sekali. Eluen yang digunakan pada percobaan ini yaitu toluen dan

etil asetat. Perbandingan yang digunakan yaitu 7:3 , alasan menggunakan eluen ini

karena senyawa target bersifat non polar sehingga senyawa agar dapat ditarik atau

terelusi harus menggunakan eluen yang mempunyai tingkat kepolaran yang sama.

Setelah eluen ditentukan ,eluen tersebut di campurkan dengan perbandingan yang

telah ditentukan kemudian dimasukan ke dalan chamber untuk melakukan

penjenuhan chamber.

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan di dapatkan Rf yang berbeda-

beda untuk perbandingan 7:3 didapatkan Rf 0,5 dan 0,85 . Berdasarkan hasil ini

Rf yang mendekati senyawa sinamaldehid adalah dengan Rf 0,85 cm karena

berdasarkan literatur Rf,untuk sinamaldehid dengan eluen yang sama adalah ±

0,80, bercak ini tidak terlihat secara langsung harus dilihat dibawah lampu UV

dengan panjang gelombang 254nm yang menampakan warna ungu muda.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa senyawa sinamaldehid cocok menggunakan eluen toluen dengan etil asetat

dengan perbandingan 7:3. Untuk memperjelas bercak yang di dapat ,dapat

26

Page 27: Bab 1 Laporan

dilakukan dengan menyemprot plat dengan H2SO4 10% dalam metanol dengan

menghasilkan warna coklat. Menggunakan H2SO4 karena H2SO4 merupakan

penampak yang universal artinya dapat bereaksi dengan semua senyawa organik.

Sedangkan untuk penampak bercak yang spesifik digunakan vanilin- H2SO4

4.4. Ekstraksi Cair-Cair ( ECC )

Fraksi Rendemen

N-hexan bobot fraksin−heksanbobot ekstrak

x100 %

1,007 gram5 gram

x 100 %=20,14 %

Etil asetat bobot fraksietil asetatbobot ekstrak

x100%

1,571 gram5 gram

x100 %=31,42%

Air bobot fraksiairbobot ekstrak

x100 %

1,405 gram

5 gram x 100% = 28,1

%

Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan senyawa dalam ekstrak

dengan menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur. Solut dipisahkan

dari cairan pembawa (dilven) dengan menggunakan solven cair. Campuran dilven

dan solven ini adalah heterogen tidak saling campur, jika dipisahkan akan terdapat

2 fase, yakni fase dilven (rafinat) dan fase solven (ekstraktan). Fase rafinat berisi

27

Page 28: Bab 1 Laporan

residu atau sisa solut, sedangkan pada fase ekstraktan berisi solut dan solven.

Komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut ssesuai dengan

tingkat kepularanya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.

Hal pertama yang dilakukan adalah menimbang sampel terlebih dahulu 5

gram. Sampel yang ditimbang tidak boleh terlalu sedikit karena dikhawatirkan

senyawa yang akan dipisahkan menghasilkan senyawa yang sedikit pula

kemudian dimasukan ke dalam corong pisah, lalu ditambahkan air sebanyak 50 ml

dan pelarut n-heksan sebanyak 50 ml kocok dan pisahkan sampel terbentuk dua

fase, yakni fase air dan fase n-heksan. Fase air selalu berada pada lapisan bawah

karena air memiliki massa jenis yang lebih besar dibanding n-heksan. Hal tersebut

dilihat dari struktur yang dimiliki air memiliki rumus struktur H-O-H sedangkan

rumus struktur n-heksan yakni CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3, maka dapat

diketahui bahwa pelarut air bersifat polar sedangkan n-heksan bersifat non polar

sehingga pencampuran antara air dan n-heksan merupakan campuran yang tidak

saling larut/ tercampur.

Selanjutnya diambil fase air dan simpan fase n-heksan. Fase air tersebut

kemudian ditambahkan pelarut etil asetat dengn perbandingan volume yang sama.

Kocok dan biarkan sampai terbentuk dua fase. Etil asetat merupakan salah satu

jenis solvent atau pelarut yang memiliki rumus CH2COOH2H5, cairan jernih tidak

berwarna dan memiliki bau yang harum. Senyawa ini merupakan ester dari etanol

dan asam asetat. Etil asetat dapat melarutkan ester dari etanol dan asam asetat.

Etil asetat dapat melarutkan hingga 3% dan larut dalam air hingga kelarutan 8%

pada suhu kamar. Kelarutannya akan meningkat pada suhu yang lebih tinggi,

namun demikian senyawa ini tidak stabil di dalam air yang mengandung asam

atau pun basa.

Pada campuran antara air dan etil asetat menghasilkan campuran yang

tidak saling bercampur / dua fase. Hal tersebut terjadi tentu dikarenakan

perbandingan kepolaran serta massa jenis. Massa jenis air lebih besar dari pada

massa jenis etil asetat takni sebesar 1000g/ml, sedangkan n-heksan 0,655g/ml.

Maka air berada dalam lapiran bawah dn etil asetat berada pada lapisan atas.

28

Page 29: Bab 1 Laporan

Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu solut yang

meninggalkan pelarut pertama (rafinat) dan masuk ke dalam pelarut yang kedua

(ekstraktan). Ekstrak akan terparisi atau terdistribusi ke dalam dua pelarut

berdasarkan kepolarannya. Adanya perbedaan keelektronegtifan didalam ikatan

kovalen akan menimbulkan perbedaan muatan persial atom-atom penyusun

molekul. Perbedaan tersebut mengakibatkan senyawa mempunyai dipol-dipol dan

senyawa bersifat polar. Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam

pelarut polar atau sebaliknya pelarut non polar akan mudah larut dalam pelarut

non polar “like dissolves like”.

Hasil dari pemisahan metabolik sekunder dari ekstrak batang kulit kayu

manis dengan metode ekstrak cair-cair (ECC) menghasilkan rendemen ekstrak

yang ditimbang dan duperoleh menjadi rendemen adalah ekstrak yang telah

mengalami proses pemektan dan penguapan dari pelarut. Ada pu faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi hasil dari ekstraksi cair-cair adalah pengocokan.

Pengocokan bertujuan memperluas bidang kontak antara dilven dan solven yang

tidak saling bercampur. Serta pengaruh perbedaan konsentrasi, perbedaan

konsentrasi solut diantara kedua pelarut merupakan pendorong terjadinya

ekstraksi.

4.5. Pemantauan Fraksinasi

Fraksi Nilai Rf

Non polar 0,84 cm

Semi polar 0,84 cm

polar 0,83 cm

0,4 cm

Pemantauan ekstrak setelah dilakukan fraksinasi sesual dengan

kepolarannya maka didapatkan tiga fraksi, yaitu : fraksi polar, fraksi semi polar

dan fraksi non polar. Dari ketiga fraksi tersebut dilakukan pemantauan yang

bertujuan untuk mengetahui senyawa target ( sinamaldehid) berada didalam fraksi

yang mana.

29

Page 30: Bab 1 Laporan

Senyawa target yaitu sinamaldehid dapat di identfikasi secara kimia

menggunakan peraksi tollens ataupun pereaksi bisulfit. Sinamaldehid dengan

pereaksi tollens mengalami reaksi reduksi sedangkan dengan natrium bisulfit

mengalami reaksi adisi. Pada percobaan kali ini yang dilakukan hanya pereaksi

tollens.

Pereaksi tollens merupakan perak nitrat, ammonia dan NaOH.

Berdasarkan struktur kimia sinamal dehid, sinamaldehid mempunyai gugus

aldehid. Aldehid ini merupakan reduktor kuat sehingga dapat mereduksi oksidator

– oksidator lemah, diantaranya pereaksi tollens, dimana pereaksi tollens

merupakan pereaksi khusus untuk mengenali aldehida. Oksidasi aldehid

menghasilkan asam karboksilat.

Pereaksi tollens adalah perak nitrat dalam ammonia, dimana pereaksi ini

dibuat dengan cara menetesi larutan perak nitrat dengan larutan ammonia sedikir

demi sedikit sehingga endapan yang mula – mula terbentuk dapat larut kembali.

Pereaksi tollens dapat dikatakan sebagai perak oksida (Ag2O), dimana aldehid

dapat mereduksi pereaksi tollens sehingga dapat membebaskan perak (Ag). Bila

reaksi dilangsungkan pada bejana gelas, endapan perak yang terbentukakan

melapisi bejana sehingga membentuk cermin. Oleh karena itu, reaksi ini disebut

reaksi cermin perak.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dari ketiga fraksi

tersebut membentuk cermin perak sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa

target (sinamaldehid) ada / terdapat pada ketiga fraksi tersebut. Berdasarkan

literature, bahwa seinamaldehid merupakan golongan minyak atsiri seskuiterpen,

sehingga seharusnya sinamaldehid berada pada fraksi non polar karena minyak

atsiri bersifat non pola. Tetapi sinamal dehid juga dapat larut dalam alcohol

karena alcohol memiliki sifat polar dan non polar (semi polar) dengan kata lain

alcohol merupakan pelarut universal, sehingga ada kemungkinan juga

sinamaldehid terdapat pada fraksi polar.

Selain menggunakan pereaksi tollens untuk meyakinkan bahwa

sinamaldehid berada pada fraksi yang mana dilakukan juga kromatografi lapis

tipis. KLT dilakukan dengan menggunakan eluen yang sama yang digunakan pada

30

Page 31: Bab 1 Laporan

proses pemantauan ekstrak. Dimana eluen yang digunakan adalah campuran

toluene : etli asetat (7 :30).

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, ketiga fraksi tersebut

menghasilkan 1 bercak untuk fraksi non polar dan semi polar, sedangkan untuk

fraksi polar menghasilkan 2 bercak. Nilai Rf yang dihasilkan dari ketiga fraksi

tersebut hampir sama, yaitu : 0,84 cm untuk fraksi non polar dan semi polar, dan

0,83 cm dan 0,4 cm untuk fraksi polar.

Hasil ini sesuai dengan hasil pengamatan dengan menggunakan pereaksi

tollens yang menunjukkan bahwa sinamaldehid terdapat pada tiga fraksi tersebut,

dengan menggunakan KLT juga hasilnya bahwa sinamal dehid terdapat pada

ketiga fraksi tersebut dengan didapatnya nilai Rf yang hampir sama yaitu 0,84 cm

dan 0,83 cm.

Hasil ini sesuai dengan literature bahwa sinamaldehid mempunyai nilai Rf

yaitu 0.80 cm dengan menggunakan eluen yang merupakan campuran toluene dan

etil asetat dengan menggunakan pelarut etanol. Pelarut etanol digunakan karena

etanol mdah menguap sehingga mempercepat proses pengeringan pada saat

penotolan juga dalam proses pengentalan ekstrak.

4.6. Kromatografi Kolom

Eluen toluen : etil

asetat ( 7:3)

Pengamatan

9:1 Bening

8:2 Bening

7:3 Kuning

6:4 Kuning

5:5 Kuning

4:6 Kuning muda

3:7 Kuning muda

2:8 Kuning muda

31

Page 32: Bab 1 Laporan

1:9 Kuning muda

0:10 Kuning muda

Pada kromatografi kolom ini menggunakan sistem pelarut SGP ( Step

Gradieny Polarity). Sistem pelarut ini dilakukan dengan cara menggantikan /

mengubah komponen dari eluen yang digunakan secara bertahap. Eluen tersebut

merupakan campuran dua jenis pelarut dengan kepolaran yang berbeda. Dengan

mengubah perbandingan campuran pelarut dapat menggesertingkat kepolaran

eluen yang digunakan. Karena pada percobaan in imenggunakan eluen toluene :

etil asetat, pada awal pengerjaan dilakukan dari campuran yang bersifat non polar

kemudian di ikuti dengan penambahan etil asetat sehingga kepolarannya

meningkat. Dengan perbedaan kepolaran ini, diharapkan dapat memisahkan

senyawa dengan lebih baik.

Pada percobaan kali ini menggunakan kromatografi kolom ( KK) metode

kering . Pertama kolom di sumbat dengan menggunakan glass woll kemudian

dimasukkan silica gel sebagai fase diam dan dimasukan pasir sebagai penahan

kemudian ditambahkan ekstrak di basahi dengan pelarut / eluen yang paling non

polar . Fungsi dari penyumbatan dengan glass woll ini agar silica tidak keluar

bersama eluen. Proses ini harus dilakukan dengan hari – hari agar agar tidak

terbentuk gelembung udara di dalam fase gerak. Terdapatnya gelembung udara

pada fase diam dihawatirkan kolom yang digunakan akan pecah.

Mekanisme yang terjadi pada kromatografi kolom yaitu sampel akan

terelusi oleh eluen melalui fase diam silica gel. Senyawa organic terelusi oleh

eluen, melalui proses elusi terjadi karena keseimbangan distribusi analit pada fase

gerak dan fase diam. Elusi terus berulang hingga tidak ada lagi yang tinggal di

dalam kolom. Proses ini menghasilkan eluat yang diharapkan mengandung

banyak senyawa target.

Pada percobaan ini menggunakan eluen toluene : etil asetat dimulai

dengan perbandingan 9 :1 sampai 0 :10. Seiring dengan perubahan kepolaran darii

eluen maka elusi dari senyawa juga berbeda beda sesuai dengan sifat dari senyawa

32

Page 33: Bab 1 Laporan

tersebut. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada pada saat eluen

pertama dimasukkan dengan perbandingan 9 : 1 dan eluen yang 8 : 2 hasil eluen

masih menunjukkan warna bening, kemudian pada perbandingan ke tiga 7:3, 6:4,

5:5 menunjukkan warna kuning, sedangkang pada perbandingan 4:6 – 0:10

memnunjukkan warna kuning yang semakin kuda atau warnanya semakin pudar.

Dan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa semakin

polar perbandingan eluennya maka warna yang dihasilkan juga semakin

pudar/hilang.

Pada perbandingan 7:3 – 5;5 memberikan warna kuning, hal ini dapat

terjadi dikarenakan senyawa target bersifat non polar sehingga akan larut dalam

pelarut non polar. Karena eluen yang di gunakan semakin polar, maka warna yang

dihasilkan semakin pudar karena senyawa targetnya tidak terbawa oleh fase

geraknya. Hal ini sesuai dengan prinsip kelarutan bahwa senyawa polar akan larut

pada pelarut polar dan senyawa non polar akan larut pada pelarut non polar juga.

Proses pemisahan dengan kromatografi kolom ini merupakan peemisahan

sederhana dari teknik kromatografi yang dilakukan dengan instrument kinerja

tinggi. Dimana bisa menggunakan eluen dan adsorben dengan jenis yang lain

/berbeda. Kolom disini hanya sebagai wadah/tempatnya bahan yang digunakan

sebagai fase diam dapat bermacam – macam, baik itu dengan memanfaatkan

prinsip partisi ataupun adsobsi.

Pada proses KK yang dilakukan sebelumnya pada kolom dimasukkan

terlebih dahulu glas wol dan pasir. Hal ini dilakukan agar proses elusi

menghasilkan senyawa target saja dan tidak membawa pengotor / partikel –

partikel asing lainnya. Setelah itu baru ditambahkan bubuk silica gel sebagai fase

diam dan pasir di atasnya, kemudian dibahasahi oleh pelarut non polar sampai

semuanya benar – benar terbasahi. Funsi penambahan pasir disini agar silica gel

tidak pecah. Jadi pasir disini sebagai penambah beban. Setelah semua terbasahi

baru baru ditambahkan ekstrak yang sebelumnya telah dikeringkan terlebih dahulu

menggunakan bubuk silica gel =. Pengeringan ini dilakukan karena jika

dimasukkan dalam keadaan ekstrak kental di hawatirkan masih ada pelarutnya dan

bisa mengganggu proses elusi.

33

Page 34: Bab 1 Laporan

4.7. Pemantauan Subfraksinasi

Fraksi Nilai Rf (cm)

7:3 0,74

6:4 0,82

5:5 0,82

4:6 0,82

0,29

3:7 0,29

0,82

2:8 0,82

1:9 0,82

0:10 0,82

Pemantauan ekstrak setelah dilakukan kromatografi kolom, karena hasil

dari kromatografi kolom menghasilkan 10 fraksi maka kesepuluh fraksi tersebut

di lakuakan pemantauan dengan KLT untuk mengetahui pada fraksi ke berapa

yang positif mengandung sinamaldehid.

KLT dilakukan dengan menggunakan eluen yang sama yang digunakan

pada proses pemantauan ekstrak. Dimana eluen yang digunakan adalah campuran

toluene : etli asetat (7 :3).

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan hasilnya ketika dilihat

pada lampu UV 254 nm tidak terlihat ada bercak tetapi ketika dilihat pada lampu

UV 365 nm menghasilkan bercak hal ini berarti senyawa target dapat

berflouresensi. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakuakan bahwa

kedelapan fraksi yang dilakuakn pemantauan mempunyai bercak yang sama yaitu

satu dan mempunyai Rf yang sama juga 0,82 cm tetapi pada fraksi dengan

perbandingan eluen toluen:etil asetat 4:6 dan 3:7 yang masing-masing mempunyai

34

Page 35: Bab 1 Laporan

2 bercak dimana pada perbandingan 4:6 mempunyai nilai Rf 0,29 dan 0,82 cm

ssedangkan pada perbandingan 3:7 mempunyai nilai Rf 0,29 dan 0,82 cm.

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan bahwa semua dari fraksi

ini mempunyai nilai Rf yang mendekati dengan literture yaitu 0,80 yang berarti

semuanya positif mengandung sinamaldehid.

Hal ini berarti dalam fraksi tersebut belum mempunyai 1 senyawa dan

masih ada lebih dari satu senyawa. Karena semua fraksi mempunyai nilai Rf yang

sama maka semua fraksi tersebut di satukan dan akan dilakukan pemisahan

kembali dengan menggunakan kromatografi preparatif.

4.8. KLT Preparatif

Elusi Pita Nilai Rf (cm)

1

1 0,15

2 0,575

3 0,75

4 0,83

5 0,98

2

1 0,75

2 0,83

Setelah dilakuakan pemanatauan ekstrak maka selanjutnya dilakukan

kromatografi lapis tipis preparatif dimana pada KLT ini prinsipnya sama saja

dengan KLT yang lainnya hanya saja pada KLT ini elusi dilakukan dengan

penololan yang berbentuk pita sehingga senyaa yang dielusi lebih banyak selain

itu plat yang digunakan juga lebih besar .

Pada KLT ini juga menggunakan eluen yang sama dengan KLT

sebelumnya yaitu toluen : etil asetat ( 7:3). Percobaan ini dilakukan sebanayk 2

kali dengan tujuan senyawa yang dihasilkan akan lebih banyak.

35

Page 36: Bab 1 Laporan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakuakan pada elusi pertama

menghasilkan 5 pita yang menandakan baha senyawa yang ada dalam fraksi ini

belum murni masih banayk mengandung senyaa lainnya selain senyawa target.

Masing-masing nilai Rf yang dihasilkan yaitu 0,15 cm, 0,575 cm, 0,75 cm, 0,83

cm, dan 0,98 cm sedangakan pada elusi kedua hanya menghasilkan 2 pita yang

lurus yang mempunyai nilai Rf 0,75 cm, dan 0,83 cm.

Dari hasil percobaan ini pita yang mempuayi nilai Rf yang mendekati

dengan literature yaitu 0,80 cm dan nilai Rf hasil percobaan 0,83 cm akan

dilakuakn lagi pemurnian dengan menggukan KLT 2 dimensi sehingga

diharapkan akan menghasilkan spot satu yang berarti senyawa yang dihasilkan

telah murni.

4.9. KLT 2 Dimensi

Eluen toluen : etil asetat Nilai Rf (cm)

7:3 0,81

3:7 -

Setelah dilakukan pemisahan dengan menggunakan KLT preparatif maka

selanjutnya dilakukan pemurnian. Pemurnian ini dilakukan dengan menggunakan

KLT 2 dimensi. KLT 2 dimensi ini bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel

ketika komponen-komponen solute mempunyai karakteristik kimia yang hampir

sama, karenanya nilai Rf juga hampir sama. Pada dasarnya KLT 2 dimensi ini

mempunyai prinsip sama dengan kromatografi yang lainnya yaitu pemisahan

analit berdasarkan perbedaan distribusi pada fase diam yang dipengaruhi oleh fase

gerak.

Perlakuan KLT 2 dimensi ini sama dengan yang lainnya dengan

menotolkan sampel pada pinggir plat kemudian dielusi dengan eluen tetapi

perbedaannya pada KLT 2 dimensi platnya diputar 900C hal ini dilakukan jika

menghasilkan spot yang berdempetan sehingga menghasilkan nilai Rf yang

36

Page 37: Bab 1 Laporan

hampir sana maka dilakukan elusi kembali dengan menggunakan eluen yang lebih

polar diharapkan pada elusi kedua menghasilkan spot tunggal (murni).

Keberhasilan pemisahan akan tergantung pada kemampuan untuk

memodifikasi selektivitas eluen kedua dibandingakan dengan selektivitas eluen

pertama. Pada pemurnian ini isolat dikatakan murni jika noda atau spot yang

dihasilkan adalah tunggal. Artinya sampel kita benar-benar murni dan tidak

terdapat senyaa lainnya.

Pada hasil percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan eluen

toluen : etil asetat (7:3) dengan senyawa target sinamaldehid maka ketika dielusi

menghasilkan spot satu hal ini artinya sampel kita hasil dari KLT preparatif sudah

murni dan tidak ada senyawa lainnya selain senyawa target. Kemudian eluen

kedua yang diubah hanya perbandingannya saja menjadi 3:7 jadi toleun 3ml dan

etil asetatnya yang 7 mL sehingga eluen kedua mempunyai kepolaran yang lebih

polar dari eluen pertama. Hal ini dilakukan karena eluen kedua harus lebih polar

dari eluen pertama hal ini dilakukan karena diharapkan eluen kedua dapat

memisahkan spot yang berdempetan , hasil pada elusi kedua tidak menghasilkan

spot karena pada elusi pertama sudah menghasilkan satu spot saja jadi analit kita

sudah murni dengan nilai Rf 0,81 cm.

37

Page 38: Bab 1 Laporan

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakuka untuk mengisolasi senyawa

sinamaldehid dari kulit kayu dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada uji skrining fitokimia kulit kayu manis positif mengandung senyawa

metabolit sekunder yaitu flavonoid, tanin dan polifenil, saponin, mono dan

seskuiterpenoid, streroid dan triterpenoid, dan kuinon.

2. Pada ekstraksi maserasi menghasilkan rendemen ekstrak sebanyak 19,599% ,

bobot jenis 0,7804 gram/mL dengan diameter pola dinamolisis 5 cm

3. Pada pemantauan ekstrak dengan KLT menghasilkan 2 bercak dengan masing-

masing eluen 0,15 dan 0,85 cm

4. Pada hasil ECC menghasilkan rendemen ekstrak untuk fraksi n-hexan20,14%,

untuk fraksi etil asetat 31,42%, dan untuk fraksi air 28,1%.

5. Pada pemantauan fraksi dengan menggunakan KLT menghasilkan satu bercak

untuk fraksi n-hexan 0,84 cm, untuk fraksi etil asetat 0,84, uuntuk fraksi air

pada bercak 1 0,83cn dan pada bercak 2 0,4 cm. Sedangakn denagn

menggunakan pereaksi tollens positif sinamaldehid ditandai deangn

terbentuknay cermin perak.

6. Pada kromatografi kolom dengan menggunakan 10 eluen menghasiln warna

yang berbeda-bead pada masing eluen denagn warna kuning yang semakin

lama semakin hilang warnamya.

7. Pematauan denagn menggunakan KLT pada semua perbandingan eluen

menghasilkan satu spot dengan nilai Rf 0,83 kecuali pada perbandingan eluen

4:6 dan 3:7 menghasilkan 2 bercak denagn niali RF yang pertama yaitu 0,29

cm dan Rf yang kedua 0,82 cm

38

Page 39: Bab 1 Laporan

8. Pada KLT preparatif menghasilkan beberapa piata denagn nilai Rf yang

berbeda pula sehingag yang mempunyai nilai Rf yang mendekati literature di

kerok denagn niali Rf 0,83 cm

9. Pada KLT 2 dimensi menghasilkan satu bercak asaj dengan niali Rv 0,82 cm

5.2. Saran

Pada saat melakukan percobaan lebih disarankan untuk menggunakan alat-

alat yang bersih dan bahan kimia yang pro analisis agar menghasilkan hasil yang

yang baik yang sesuai literature.

39

Page 40: Bab 1 Laporan

DAFTAR PUSTAKA

Harborne, J.B.1967. Metode Fitokimia. ITB. Bandung

Sastrohamdjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. UGM. Yogyakarta.

Day, R. A. & A. L. Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif, diterjemahkan oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.

Fessenden, R.J & J. S. Fessenden. 1986. Kimia Organik, diterjemahkan oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.

Sudjadi, Drs., (1986), "Metode Pemisahan", UGM Press, Yogyakarta

Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. ITB:Bandung

Anonim. (.....). sinamaldehid . tersedia [online ].

eprints.unika.ac.id/16173/.../10.70.0006_Stefani_Ina_Wirawan_BAB_I.

Html

Anonim . (......). minyak atsiri . tersedia . [online ]. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16902/4/Chapter%20II.pdf

40