Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    1/18

    15

    BAB II

    KARAKTERISTIK LUP KONTROL

    PENDAHULUAN

    Pada bagian ini akan diperkenalkan tipe konfigurasi lup kontrol yang ada padaaplikasi-aplikasi industri dan kestabilan sistem. Karakteristik paling dasar dalam

    penentuan kualitas lup kontrol adalah bahwa lup kontrol ini dapat memberikan regulasi

    yang stabil terhadap variabel dinamis.

    Sistem kontrol berada pada ranah (domain) waktu, sehingga logikanya segala

    perhitungan analisis maupun perancangan berada pada ranah waktu pula. Untuk hal-hal

    tertentu yang terbatas, analisis dan perancangan pada ranah waktu sangat dimungkinkan.

    Tetapi secara umum, dengan memakai ranah waktu maka perhitungan matematikanya

    menjadi lebih rumit. Untunglah, beberapa tokoh pionir rekayasa kontrol telah

    mengembangkan teknik-teknik yang memungkinkan untuk menghindari perhitungan

    matematik yang rumit tersebut. Teknik tersebut dikenal sebagai teknik transformasi.

    Dasar matematik dari teknik tersebut telah diketemukan pada abad ke-19 oleh Laplace

    dan beberapa matematikawan lainnya. Teknik ini utamanya dikembangkan oleh Nyquist

    dan Bode, teknik yang akan dibahas pada bagian ini.

    Setelah pembahasan bagian ini, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan

    beberapa tipe konfigurasi lup kontrol, dan penentuan kestabilan sistem.

    2.1 KONFIGURASI SISTEM KONTROL

    Ada beberapa tipe konfigurasi lup kontrol pada aplikasi-aplikasi industri.

    2.1.1 Variabel Tunggal

    Lup kontrol proses elementer adalah lup variabel tunggal.

    a. Variabel Tunggal Independen (Bebas)

    Pada sejumlah aplikasi kontrol proses, dibutuhkan regulasi-regulasi tertentu

    tanpa memandang parameter-parameter lainnya dalam proses tersebut. Pada kasus-kasus

    ini, ditentukan suatu setpoint, tindakan alat kontrol dimulai, dan sistem dibiarkan sendiri.

    Sebagai contoh, sistem pada Gambar 2.1, sistem kontrol aliran dipakai untuk meregulasi

    aliran ke sebuah tangki pada suatu laju yang tepat yang ditentukan oleh setpoint. Sistem

    ini selanjutnya melakukan penyetelan posisi katup yang diperlukan sebagai akibat

    adanya perubahan beban, guna menjaga laju aliran pada harga setpoint.

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    2/18

    16

    Gambar 2.1. Lup kontrol proses dua variabel dengan interaksi

    b. Variabel Tunggal Interaktif

    Lup kontrol variabel tunggal kedua yang diperlihatkan pada Gambar 2.1,

    meregulasi suhu cairan dalam tangki dengan cara menyetel masukan panasnya. Lup ini

    juga merupakan lup variabel tunggal yang menjaga suhu cairan pada harga setpoint.

    Pada kondisi nominal, aliran ke tangki dijaga konstan dan suhunya juga dijaga konstan

    pada harga setpoint. Ingat bahwa perubahan setpoint sistem kontrol aliran muncul

    sebagai perubahan beban bagi sistem kontrol suhu karena ketinggian fluida di dalam

    tangki atau laju aliran yang melewati tangki harus berubah. Sekarang sistem suhu

    memberikan tanggapan dengan cara mengatur kembali fluks panas ke beban baru dan

    membawa suhu kembali ke setpoint. Selanjutnya dikatakan bahwa kedua lup iniberinteraksi.

    c. Variabel Gabungan

    Pada beberapa kasus, dipakai sebuah lup kontrol proses tunggal guna

    memberikan kontrol hubungan antara dua variabel atau lebih. Hal ini dicapai dengan

    menggunakan pengukuran, misalnya dua buah transduser sebagai masukan alat kontrol

    proses. Di sini, sebuah sistem pengkondisian sinyal harus menskalakan dua pengukuran,

    dan menambahkan mereka terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke alat kontrol untuk

    dievaluasi dan dilakukan evaluasi.

    Salah satu contoh sistem di atas adalah kontrol perbandingan dua reaktan. Dalam

    kasus ini, salah satu laju aliran diukur tetapi dibolehkan mengambang (tidak diregulasi),

    dan keduanya diukur serta disetel guna memberikan perbandingan konstan yang

    ditentukan. Contoh dari sistem ini diperlihatkan pada Gambar 2.2. Di sini, laju aliran

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    3/18

    17

    reaktan A diukur dan ditambahkan dengan penskalaan yang tepat ke pengukuran laju

    aliran B. Alat kontrol bereaksi terhadap sinyal masukan yang dihasilkan dengan

    penyetelan katup kontrol di jalur masukan reaktan B.

    Gambar 2.2. Contoh sistem gabungan di mana perbandingan dari dua laju aliran yangdikontrol

    Contoh 1. Pada sebuah sistem gabungan, perbandingan antara dua variabel dijaga

    pada 3,5 : 1. Jika masing-masing variabel dikonversikan ke sinyal yang

    mempunyai daerah pengukuran 0 5 V. Buatlah sebuah sistem

    pengkondisian sinyal nol ke alat kontrol pada waktu perbandingan itu

    tepat.

    Penyelesaian: Pada kasus ini, kita dapat menggunakan sebuah amplifier penjumlahan.

    Hubungan antara keluaran dan masukan adalah:

    2

    2

    1

    1

    VR

    RV

    R

    RV

    ff

    o --=

    Jika Vo dibuat sama dengan nol, maka perbandingan tegangan adalah:

    V1/V2 = -R1/R2.

    Ini berarti bahwa salah satu dari tegangan masukan ke amplifier

    penjumlah harus negatif, dan perbandingan resistansi 3,5 : 1.

    Rangkaiannya diperlihatkan pada Gambar 2.3.

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    4/18

    18

    R1 = 3,5 R2.

    Dengan memilih Rf= R1 = 3,5 k, R2 = 1 k, R = 1 k, diperoleh:

    Vo = V1 3,5 V2.

    2.1.2 Kontrol Kaskade

    Intekasi inheren yang muncul antara dua sistem kontrol pada sejumlah aplikasi

    untuk memberikan kontrol keseluruhan yang lebih baik. Salah satu metode untuk

    mencapai hal ini adalah setpoint lup kontrol yang satu ditentukan oleh pengukuran

    sebuah variabel yang berbeda, di mana ada interaksi. Diagram kotak sistem seperti ini

    ditunjukkan pada Gambar 2.4. Perhatikan bahwa ada dua pengukuran yang diambil dari

    sistem, dan masing-masing dipakai pada masing-masing lup kontrolnya. Pada lup bagian

    keluaran, keluaran alat kontrol merupakan setpoint lup bagian dalam.

    Alat kontrol

    dalam

    Elemenkontrol akhir

    Setpoint luar

    Setpoint dalam

    Pengukuran

    variabel dalam

    Proses

    Pengukuranvariabel luar

    Alat kontrol

    luar

    Gambar 2.4. Gambaran umum dari sebuah sistem kontrol proses kaskade

    Jadi, jika variabel yang dikontrol lup luar berubah, sinyal eror yang merupakan masukan

    ke alat kontrol mempengaruhi suatu perubahan setpoint lup dalam. Walaupun harga

    terukur dari lup dalam tidak berubah, lup dalam mengalami sebuah sinyal eror, dan

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    5/18

    19

    dengan demikian akan terjadi sebuah keluaran baru sebagi akibat perubahan setpoint.

    Umumnya kontrol kaskade memberikan kontrol yang lebih baik dari variabel tunggal.

    Sebagai contoh, perhatikan kontrol ketinggian cairan pada Gambar 2.5. Sistem variabel

    tunggal diperlihatkan pada Gambar 2.5.a. Pada sistem ini, pengukuran ketinggian cairan

    dipakai untuk menyetel sebuah katup kontrol aliran yang bertindak sebagai elemen

    kontrol akhir. Setpoint ke alat kontrol menentukan ketinggian cairan yang diinginkan.

    Pada sistem ini, perubahan beban ke atas mengakibatkan perubahan laju aliran yang

    mengakibatkan perubahan ketinggian cairan. Perubahan ketinggian cairan ini merupakan

    efek tingkat kedua. Sebagai konsekuensinya, sistem tidak bias memberikan tanggapan

    sampai ketinggian cairan tersebut telah benar-benar diubah oleh perubahan aliran.

    Gambar 2.5.b memperlihatkan masalah kontrol yang sama, yang diselesaikan dengan

    sistem kaskade. Pada sistem ini, lup aliran merupakan sistem variabel tunggal, tetapi

    setpoint ditentukan oleh pengukuran ketinggian cairan. Perhatikan bahwa perubahan

    beban dalam arah ke atas sekarang tidak pernah terlihat pada ketinggian cairan di dalam

    tangki karena sistem kontrol aliran meregulasi perubahan-perubahan seperti ini sebelum

    perubahan-perubahan ini muncul sebagai perubahan yang subtansial dalam ketinggian

    cairan.

    Gambar 2.5. Sistem kaskade sering kali memberikan kontrol yang lebih baik dibanding

    dengan metode langsung

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    6/18

    20

    2.2 SISTEM KONTROL VARIABEL BANYAK

    Proses industri yang kompleks merupakan sistem variabel banyak karena

    banyaknya variabel dalam proses yang harus diregulasi. Secara umum, kebanyakan dari

    variabel ini non interaktif atau kalaupun interaktif bukan masalah yang serius dalam

    menjaga fungsi kontrol yang diinginkan. Dalam kasus seperti ini, baik lup kaskade

    maupun lup variabel tunggal sudah cukup untuk memberikan kontrol yang memuaskan

    atas proses secara keseluruhan. Penggunaan variabel banyak pada bagian ini mengacu

    pada proses-proses di mana terlibat banyak variabel yang berinteraksi secara kuat.

    Sistem variabel banyak seperti ini bias mempunyai pola interaksi yang kompleks,

    sehingga penyetelan setpoint tunggal mengakibatkan pengaruh pada lup kontrol lainnya

    dalam proses. Dalam beberapa kasus, ketidakstabilan, sikling atau bahkan lepas kendali

    (runaway) dapat terjadi dari penyetelan beberapa setpoint yang sembarangan.

    2.2.1 Kontrol Analog

    Apabila lup-lup kontrol dipergunakan pada sistem-sistem variabel banyak, perlu

    disediakan sebuah himpunan instruksi yang telah disiapkan secara hati-hati pada personil

    proses karena menyangkut masalah prosedur penyetelan setpoint. Umumnya, penyetelan

    seperti ini dilakukan dengan peningkatan secara bertahap dengan kenaikan yang kecil

    guna menghindari ketidakstabilan yang mungkin dihasilkan dari perubahan-perubahan

    yang besar. Langkah-langkah yang diperlukan seringkali ditentukan secara empiris

    ataupun dari solusi-solusi numerik dari persamaan-persamaan kontrol yang rumit.

    2.2.2 Kontrol Pengawasan dan Kontrol Digital Langsung (DDC)

    Untuk masalah-masalah kontrol yang diberikan dengan sistem kontrol variabel

    banyak, komputer merupakan pilihan yang ideal. Komputer bisa melakukan penyetelan-

    penyetelan yang perlu terhadap titik-titik kerja sistem dengan cara kenaikan bertahap

    yang tidak terlalu besar sesuai dengan urutan yang telah ditentukan sebelumnya, saat

    memantau parameter-parameter proses untuk efek-efek interaktif. Masalah-masalah pada

    sistem seperti ini menentukan algoritma yang harus diikuti komputer guna menyediakan

    fungsi kontrol urutan perubahan setpoint. Biasanya, pada interaksi-interaksi yang

    kompleks, hubungan-hubungan ini tidak diketahui secara analitis. Pada beberapa kasus,

    dipergunakan algoritma self adapting, yang mengakibatkan komputer untuk melakukan

    urutan melalui suatu himpunan instruksi dan membiarkan hasil suatu operasi untuk

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    7/18

    21

    menentukan operasi berikutnya. Komputer bias melakukan pengurutan operasi melalui

    beribu-ribu penyetelan mikro dari setpoint guna mencari penyetelan yang optimum.

    Contoh : Suatu proses membutuhkan penyetelan setpoint guna menaikkan

    produksi. Suatu urutan tertentu harus diikuti guna memberikan kenaikan

    produksi tersebut. SP1, SP2, dan SP3 adalah setpoint. P adalah tekanan

    dan PCB adalah tekanan kritis, sedangkan T adalah suhu dan TCR

    adalah suhu kritis. Buatlah sebuah diagram alir yang menaikkan

    setpoint-setpoint sebagai berikut:

    1. Naikkan SP1 sebesar 1%.

    2. Tunggu selama 10 detik, test untuk tekanan dibandingkan dengan

    tekanan kritis.

    3. Jika tekanan lebih kecil dari tekanan kritis, maka:

    a.Turunkan SP2 sebesar 0,5%.

    b.Naikkan SP3 sebesar 0,75%

    c.Tunggu untuk T < TCR

    d.Naikkan SP2 sebesar 1%

    e.Kembali ke step 1.

    4. Jika tekanan ada di atas tekanan kritis,

    a.Turunkan SP1 sebesar 0,5%

    b.Turunkan SP2 sebesar 0,25%

    c.Ulangi langkah 2.

    Penyelesaian : Untuk mengimplementasikan hal ini baik DDC ataupun sistem

    pengawasan membutuhkan sebuah diagram alir dari mana instruksi-

    instruksi program dibuat, seperti pada Gambar 2.6. Komputer akan

    melakukan pengurutan sesuai dengan langkah-langkah ini dalam suatu

    cara yang optimal sesuai dengan stipulasi/ketentuan masalah. Jika

    urutan dilakukan secara manual, akan dibutuhkan sejumlah operasi guna

    memantau perlengkapan dan membuat penyetelan-penyetelan yang

    perlu.

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    8/18

    22

    SP1 SP1*1.01

    START

    NO

    OUTPUT

    SP1

    10*DELAY

    INPUT P

    P

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    9/18

    23

    4

    2)(;

    4

    2)(;

    44

    2)(;

    44

    2)(

    24232221 -=

    +=

    +-=

    ++=

    ssG

    ssG

    sssG

    sssG

    2.3 KESTABILAN SISTEM

    Stabilitas suatu sistem ditentukan oleh tanggapannya terhadap masukan atau

    gangguan. Secara intuitif itu berarti, bila sistem itu stabil maka sistem tersebut berada di

    dalam keadaan setimbang kecuali jika dieksitasi oleh sumber eksternal dan akan kembali

    setimbang bila seluruh eksitasi dihilangkan. Karena itu, defenisi suatu sistem linier yang

    stabil didasarkan pada tanggapan masukan terhingga (bounded input), yaitu masukan

    yang besarnya lebih kecil dari suatu harga terhingga tertentu sepanjang waktu. Jadi

    stabilitas sistem linier dapat didefenisikan sebagai: keluaran terhingga untuk masukan

    yang terhingga. Sedangkan ketidakstabilan sistem linier dapat didefenisikan sebagai

    keluaran tidak terhingga untuk masukan terhingga. Keadaan kritis antara kestabilan dan

    ketidakstabilan disebut batas kestabilan (stability limit), dan sistem tersebut berada pada

    kestabilan marginal (marginally stable).

    2.3.1 Stabilitas dan Persamaan Karakteristik

    Pertama-tama, kita amati tanggapan impuls sistem orde-dua dengan fungsi alih:

    Dengan program Matlab, diperoleh tanggapan seperti pada Gambar 2.7.

    Gambar 2.7. Respon impuls sistem orde-dua, dengan variasi letak pole

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    10/18

    24

    Pada sistem-1, polenya: -2.

    Pada sistem-2, polenya: 2.

    Pada sistem-3, polenya: 0 + 2.0000i dan 0 - 2.0000i

    Pada sistem-3, polenya: 2 dan -2

    Dari contoh-contoh yang telah dibahas di atas maka kestabilan dapat dikatakan sebagai:

    Sistem adalah stabil bila akar-akar karakteristik (pole sistem) fungsi alih keseluruhan

    mempunyai bagian nyata yang negatif.

    Jadi teknik yang mendasar untuk menentukan kestabilan sistem adalah dengan

    memperhatikan persamaan karakteristik dan akar-akarnya. Misalnya, sistem kontrol

    umpan-balik mempunyai persamaan karakteristik dalam bentuk:

    1 + G(s) H(s) = 1 + Go(s) = 0 (2-1)

    di mana Go(s) adalah fungsi alih ikal terbukanya. Akar-akar persamaan karakteristikdalam bentuk tersebut biasanya sukar dicari, sehingga perlu dicari metode yang dapat

    memudahkan persoalan tersebut.

    Penentuan kestabilan suatu sistem berdasarkan persamaan karakteristik akan

    mengakibatkan kesulitan bagi persamaan yang tingkatannya (orde) yang lebih tinggi,

    yaitu dalam menentukan akar-akar persamaan karakteristik tersebut. Kriteria Routh

    (Pakpahan, 1988: 118), merupakan salah satu cara untuk menentukan kestabilan suatu

    sistem tanpa menghitung akar-akar persamaan karakteristiknya. Kriteria ini merupakan

    metode aljabar untuk menentukan kestabilan dalam wawasan s (Laplace). Cara ini akan

    menunjukkan adanya akar-akar yang tidak stabil beserta jumlahnya, tetapi tidak

    menentukan nilai atau kemungkinan cara untuk mencegah ketidakstabilan. Prosedur

    penentuan stabilitas berdasarkan kriteria Routh adalah sebagai berikut:

    Persamaan karakteristik sistem ditulis dalam bentuk polinomial seperti pada

    persaman (2-2):

    a0sn + a1s

    n-1 + ... + an-1s + an = 0 (2-2)

    di mana: a0, a1, ..., adalah koefisien dari persamaan karakteristik.

    Koefisien-koefisien persamaan tersebut disusun dalam suatu barisan (array) yang

    menyerupai matriks sebagai berikut:

    a0 a2 a4 a6 ...

    a1 a3 a5 a7 ...

    b1 b3 b5 b7 ...

    c1 c3 c5 c7 ...

    ...

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    11/18

    25

    .dst;a

    aaaa

    a

    aa

    aa

    b;a

    aaaa

    a

    aa

    aa

    b1

    5041

    1

    51

    40

    3

    1

    3021

    1

    31

    20

    1

    -=-=

    -=-=

    .dst;b

    baabb

    bb

    aa

    c;b

    baabb

    bb

    aa

    c1

    5151

    1

    51

    51

    3

    1

    3131

    1

    31

    31

    1 -=-=-=-=

    Cara penyusunannya adalah sebagai berikut:

    -baris pertama adalah koefisien-koefisien yang berindeks genap (0, 2, 4, 6, ...).

    -baris kedua adalah koefisien-koefisien yang berindeks ganjil (1, 3, 5, 7, ...).

    -baris ketiga (b1, b3 , b5, ...) ditentukan dari nilai-nilai baris pertama dan kedua,

    dengan menggunakan persamaan:

    (2-3)

    -baris keempat (c1, c3, c5, ...) ditentukan dari baris kedua dan ketiga dengan

    menggunakan persamaan:

    (2-4)

    - demikian seterusnya.

    Jumlah barisan ini bergantung pada orde persamaan karakteristik tersebut.

    Misalnya untuk persamaan orde-dua, jumlah barisnya adalah tiga. Susunan

    barisan ini disebut barisan Routh (Routh array).

    Contoh: Suatu sistem yang mempunyai fungsi alih loop/ikal tertutup:

    G(s) = 2/(s2-4s+4), sehingga persaman karakteristiknya: s

    2-4s+4 = 0.

    Barisan Routh-nya:

    s2: 1 4

    s1: -4 0

    s0: -4

    Dari susunan tersebut di atas, terlihat bahwa ada satu perubahan tanda pada

    kolom pertama, yaitu dari 1 fi -4. Ini berarti bahwa ada satu akar persamaan

    karakteristik yang bagian nyatanya positif, sehingga sistem tidak stabil.

    Pada bagian berikut ini akan dibahas beberapa metode untuk menganalisis

    stabilitas sistem kontrol dengan cara yang lebih mudah tersebut. Metode Nyquist, dan

    Bode menentukan stabilitas sistem ikal tertutup dengan hanya menguji fungsi alih ikal

    terbukanya. Ini merupakan penyederhanaan yang luar biasa, karena biasanya persamaan

    karakteristik sistem ikal terbuka seringkali dalam bentuk faktor-faktornya, sedangkan

    untuk sistem ikal tetrtutupnya tidak dalam bentuk faktornya. Persamaan dalam bentuk

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    12/18

    26

    ))...()()((

    ))...()()(()(1

    321

    321

    n

    mo

    PsPsPsPs

    ZsZsZsZsKsG

    ----

    ----=+

    158

    2410)(

    2

    2

    +-

    ++=

    ss

    sssG

    faktornya lebih mudah ditangani, sehingga hal tersebut merupakan sebagian alasan

    kenapa kedua metode ini sangat populer.

    2.3.2 Teknik Nyquist

    Misalnya, karakteristik fungsi sistem ikal tertutup 1 + Go(s) dapat difaktorkan

    dalam bentuk:

    (2-5)

    di mana Go(s) adalah fungsi alih ikal terbuka. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa

    sistem tersebut memiliki m buahzero dan n buahpole (biasanya m = n).

    Menurut Hartanto (2003), kriteria Nyquist dinyatakan sebagai berikut:

    P = jumlah kutub dari G(s)H(s) di sebelah kanan sumbu khayal bidang s,

    N = banyaknya pengelilingan titik -1 diagram Nyquist searah jarum jam,

    Pengelilingan searah jarum jam dari titik -1 sebagai pengelilingan positif,

    Pengelilingan tidak searah jarum jam dari titk -1 sebagai pengelilingan negatif,

    Z = banyaknya pole (positif, real) di sebelah kanan bidang sistem loop tertutup,

    Kriteria dapat dinyatakan sebagai:

    Z = P + N (2-6)

    Mengetahui banyaknya kutub di bidang sebelah kanan (tak stabil) loop terbuka (=P)

    dan banyaknya pengelilingan titik -1 yang dibuat diagram Nyquist (=N), kita dapat

    menentukan stabilitas loop tertutup dari sistem tersebut. Jika Z = P + N, positif tanpa

    nol, sistem loop tertutup tidak stabil.

    Kita dapat menggunakan diagram Nyquist untuk mencari jangkauan penguatan

    dari sistem loop tertutup umpan-balik terpadu yang stabil.

    Contoh: Suatu sistem loop tertutup seperti pada Gambar 2.8.

    Gambar 2.8. Diagram kotak sistem loop tertutup

    di mana

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    13/18

    27

    Tentukan jangkauan penguatan yang akan membuat sistem loop tertutup stabil!

    Penyelesaian:

    Hal pertama yang kita perlukan adalah mencari banyaknya kutub positif pada fungsi

    transfer loop terbuka.

    Berarti ada 2 kutub positif. Oleh karena itu dibutuhkan dua pengelilingan tak searah

    jarum jam (N = -2) pada diagram Nyquist untuk mendapatkan sistem loop tertutup yang

    stabil (Z = P + N). Jika banyaknya pengelilingan kurang dari dua atau pengelilingannya

    searah jarum jam, sistem tidak akan stabil.

    Kita coba dengan variasi K (= 1, 10, 0.5, 0.75). Dengan menggunakan program Matlab

    diperoleh diagram Nyquist seperti pada Gambar 2.9.

    Gambar II-9. Digram Nyquist untuk sistem pada Gambar II-8 dengan variasi nilai K

    >> a=roots([1 -8 15])a =

    53

    K1=1; K2=10; K3=0.5; K4=0.7;num=[1 10 24];den=[1 -8 15];subplot(221);nyquist(K1*num,den);title('Nyquist plot untuk K=1');subplot(222);nyquist(K2*num,den);title('Nyquist plot untuk K=10');subplot(223);nyquist(K3*num,den);title('Nyquist plot untuk K=0.5');subplot(224);nyquist(K4*num,den);title('Nyquist plot untuk K=0.7');

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    14/18

    28

    )( wjG

    Untuk menguji kebenaran kriteria Nyquist tersebut, kita lihat respon step sistem loop

    tertutup untuk keempat kondisi tersebut di atas. Dengan menggunakan program Matlab

    diperoleh respon seperti pada Gambar 2.10.

    Gambar 2.10. Respon step untuk sistem pada Gambar 2.8 dengan variasi nilai K

    Berdasarkan Gambar 2.9 dan 2.10, diperoleh bahwa sistem dengan K = 1, dan 10 (dan

    yang lebih besar) akan stabil, sedangkan untuk K = 0,5, dan 0,7 (dan yang lebih kecil)

    tidak stabil.

    2.3.3 Teknik Bode

    Teknik Bode mirip dengan teknik Nyquist, kecuali bahwa teknik Bode

    menggunakan diagram Bode dari fungsi alih frekwensi ikal terbuka Go(jw). Teknik

    tersebut hanya berlaku untuk sistem di mana Go(s) tidak memiliki pole pada sisi kanan

    bidang s, dengan kata lain sistem ikal terbukanya telah stabil.

    Diagram Bode terdiri atas dua grafik, yaitu:

    a. Perbandingan besaran dalam desibel, g[dB], dan log w sebagai absisnya,

    di mana: )(log20][ wjGdBg = , yang mana sering disebutgain.

    b. Sudut fase G(jw) sebagai ordinat dan log w sebagai absisnya.

    )( wq jG= . G(jw) sama dengan G(s), dengan mengganti s = jw.

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    15/18

    29

    Berikut ini akan diperkenalkan dengan kriteria kestabilan Bode yang didasarkan

    pengetahuan dari teknik Nyquist. Gambar 2.11 menunjukkan contoh tiga Nyquist plot

    dari fungsi alih ikal terbuka Go(s).

    Sesuai dengan kriteria Nyquist, kita dapat menyimpulkan:

    Sistem umpan-balik Go(s) tipe (a) adalah stabil.

    Sistem umpan-balik Go(s) tipe (b) berada pada batas kestabilan.

    Sistem umpan-balik Go(s) tipe (c) adalah tidak stabil.

    Gambar 2.11. Contoh tiga Nyquist plot dari fungsi alih ikal terbuka Go(s)

    Berdasarkan Gambar 2.11 dapat didefenisikan gain cross-over dan phase gain-over

    sebagai berikut:

    a. Gain cross-overadalah titik potong antara Nyquist plot dengan lingkaran berjari-

    jari satu (titik A, B, C pada Gambar 2.11).

    b. Phase cross-over adalah titik potong antara Nyquist plot dengan sumbu nyata

    negatif (titik D, B, E pada Gambar 2.11).

    Hubungan antara stabilitas sistem umpan-balik dengan fase Go(jwD) padagain cross-

    overadalah sebagai berikut:

    - Sistem stabil: Go(jwD) < p (180o).

    - Sistem berada pada batas kestabilan: Go(jwD) = p.

    - Sistem tidak stabil: Go(jwD) > p.

    di mana wD adalah frekwensigain cross-over.

    Dan hubungan antara stabilitas sistem umpan-balik dengan gain |Go(jwp)|pada phase

    cross-overadalah sebagai berikut:

    - Sistem stabil: |Go(jwp)|< 1.

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    16/18

    30

    g[dB]

    (dalam skala log)

    Sistem stabil

    Batas kestabilan

    Sistem tak stabil

    0

    w

    Dw

    0

    (dalam skala log)

    w

    [deg]o

    G

    -180

    Gain plot

    Phase plot

    A

    B

    C

    .

    - Sistem berada pada batas kestabilan: |Go(jwp)|= 1.

    - Sistem tidak stabil: |Go(jwp)|> 1.

    di mana wp adalah frekwensiphase cross-over.

    Pada Bode plot hubungan tersebut di atas secara skematik dapat digambarkan

    seperti pada Gambar 2.12 dan 2.13. Phase cross-over adalah titik potong kurva fase

    dengan garis -180o, dan gain cross-over adalah titik potong kurva gain dengan 0 dB.

    Karena itu, kriteria kestabilan Bode menjadi sebagai berikut:

    a. Pada frekwensigain cross-over(wD)Go(jwD) < 180

    o: sistem stabil

    Go(jwD) = 180o

    : sistem berada pada batas kestabilan

    Go(jwD) > 180o

    : sistem tidak stabil

    Gambar 2.12. Kriteria kestabilan dengan diagram Bode (a).

    b. Pada frekwensiphase cross-over(wp)

    gain 20 log |Go(jwD)|< 0 : sistem stabilgain 20 log |Go(jwD)|= 0 : sistem berada pada batas kestabilangain 20 log |Go(jwD)|> 0 : sistem tidak stabil.

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    17/18

    31

    g[dB]

    (dalam skala log)

    Sistem tak stabilBatas kestabilan

    Sistem stabil

    0

    w

    0

    (dalam skala log)

    w

    [deg]o

    G

    -180

    Gain plot

    Phase plot

    E

    B

    D

    .

    pw

    G(s)C(s)R(s)

    +-

    H(s)

    1)s(H)1s(s

    K)s(G

    =+

    =

    Gambar 2-13. Kriteria kestabilan dengan diagram Bode (b).

    2.4 Soal-soal Latihan

    1. Sebuah sistem kontrol gabungan menghendaki perbandingan tekanan (dalam N/m2)

    terhadap suhu ( dalam K) untuk dibuat konstan pada 0,39.

    a. Buatlah diagram lup kontrol guna memberikan kontrol ini.

    b. Identifikasi fungsi dari setiap elemen di lup yang diperlukan untuk mencapai

    kontrol ini.

    c. Andaikan suhu adalah 2,75 mV/K dan tekanan sebesar 11,5 mV/(N/m2), rancang

    pengkondisian sinyal yang keluarannya adalah nol pada waktu perbandingan

    tepat. (Pertama-tama konversikan masing-masing ke suatu skala 1 mV per K dan

    1 mV per N/m2).

    2. a. Hitunglah daerah K sehingga sistem kontrol umpan-balik pada Gambar 2-14

    stabil.

    Gambar 2-14.

    b. Hitunglah gain margin dan phase margin untuk K = 3.

    c. Verifikasi hasil yang diperoleh dengan program Matlab!

  • 8/2/2019 Bab 2 Karakteristik Lup Kontrol

    18/18

    32

    )s5.01)(s1.01(s

    K)s(G

    ++=

    )1s4.0s25.0)(1s25.0(

    1

    )s(G 2 +++=

    )25.01(

    10)(

    ssG

    +=

    3. Untuk sistem dengan umpan-balik satuan dengan fungsi alih:

    dapatkan daerah K sehingga sistem stabil, dengan menggunakan teknik Nyquist.

    4. Untuk fungsi alih berikut ini

    Hitunglah g [dB] dan f [derajat] untukw = 16, 8, 4, 2, 1 dan gambarlah asimtot dan

    Bode plot-nya.

    5. Gambar Bode plot dari sistem:

    Tentukan:

    a. Gain margin dan phase margin,

    b. Gain, sehingga gain marginnya menjadi 100 [dB],

    c. Gain, sehingga phase marginnya menjadi 45o.