Upload
vantuong
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Peramalan
Peramalan (forecasting), adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa
depan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data di masa lalu dan
menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Bisa
juga merupakan prediksi intuisi yang bersifat subjektif atau bisa juga dengan menggunakan
model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari seorang
manajer.(Jay Heizer,Barry render, 2001)
Peramalan (forecaseting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan
yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Peramalan mempunyai peranan
langsung pada peristiwa eksternal yang pada umumnya berada di luar kendali menejemen
seperti: Ekonomi, Pelanggan, Pesaing, Pemerintah, dan lain sebagainya.
Peramalan permintaan memegang peranan penting dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan khususnya di bidang produksi. Aktiv itas manajemen operasi
menggunakan peramalan permintaan dan perencanaan yang menyangkut skedul produksi,
Perencanaan pemenuhan kebutuhan bahan, Perencanaan kebutuhan tenaga kerja,
perencanaan kapasitas produksi, perencanaan kapasitas produksi, perencanaan layout
fasilitas, penentuan lokasi, penentuan metode proses, penentuan jumlah mesin, Desain aliran
peristiwa dengan kebutuhan mendatang.
8
2.1.1 Metode Peramalan Permintaan
Banyak jenis metode peramalan yang tersedia untuk menejemen namun yang lebih
penting bagi para praktisi adalah bagaimana memahami karakteristik suatu metode
peramalan agar cocok bagi situasi pengambilan keputusan tertentu. Secara umum metode
peramalan dapat dibagi dalam 2 katagori utama, yaitu metode kuantitatif dan metode
kualitatif. Metode kuantitatif dapat dibagi ke dalam deret berkala atau runtun waktu (time
series) dan metode kasual, Sedangkan metode kualitatif dapat dibagi menjadi metode
eksploratoris dan normatif.
2.1.2 Konsep Dasar Peramalan
Peramalan merupakan sebuah prediksi mengenal apa yang akan terjadi di masa yang
akan datang, pada kenyataannya, Seorang manajer secara konstan mencoba untuk
meramalkan masa yang akan datang berdasarkan sejumlah faktor, untuk mengambil
keputusan di masa sekarang yang akan menjamin suksesnya perusahaan dimasa yang akan
datang.(Lab metode kuantitatif bisnis)
2.1.3 Metode Peramalan
Dalam peramalan ini terdapat beberapa metode yang dalam perhitungannya
menggunakan data historis yang diakumulasikan dalam beberapa periode waktu:
rata-rata bergerak
rata-rata bergerak tertimbang
penghalusan eksponensial
penghalusan eksponensial yang dihaluskan
regresi linear
9
2.1.4 Keandalan Ramalan
Pada dasarnya tidak ada teknik yang dapat menghasilkan ramalan yang sangat
akurat (yaitu masa yang akan datang tidak mungkin dapat diramalkan secara tepat dan
sempurna). Karena itu keandalan ramalan digunakan untuk melihat seberapa andal
/akuratnya suatu metode peramalan. Untuk menguji keakuratannya ramalan tersebut,
peramal dapat menggunakan pengukuran keandalan, yaitu dengan MAD (mean absolute
eviation) dan MSE (mean squared error). Secara umum semakin rendah nilai MAD dan MSE
berarti semakin baik dan akurat.
2.1.5 Meramal Horizon Waktu
Peramalan biasanya di klasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang
dicakupnya. Horizon waktu terbagi atas beberapa katagori :
1. Peramalan jangka pendek, Peramalan ini mencakup waktu hingga 1 tahun
tetapi umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk
merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan
kerja dan tingkat produksi.
2. Peramalan jangka menengah, peramalan jangka menengah aatau
intermediate, umumnya mencakup hitungan bulanan hingga 3 tahun.
Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan, Perencanaan dan
anggaran produksi, anggaran kas, dan menganalisis bermacam-macam
rencana operasi.
3. Peramalan jangka panjang, umumnya untuk perencanaan masa 3 tahun atau
lebih.peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru,
pembelanjaan modal, lokasi atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan
pengembangan.(litbang)
10
Peramalan jangka menengah dan jangka panjang dapat dibedakan dari peramalan
jangka pendek dengan melihat 3 hal:
1. Pertama, Peramalan jangka menengah dan jangka panjang berkaitan dengan
permasalahan yang lebih menyeluruh dan mendukung keputusan menejemen
yang berkaitan dengan perencanaan poduk, pabrik dan proses. Menetapkan
keputusan akan fasilitas, seperti misalnya keputusan seorang manajer untuk
membuka pabrik manufaktur baru di brasil. Dan memerlukan waktu 5-8th
sejak permulaan hingga benar-benar selesai secar tuntas.
2. Kedua, peramalan jangka pendek biasanya menerapkan metodologi yang
berbeda. Dibandingkan peramalan jangka panjang. Teknik matematika,
seperti rata-rata bergerak, Penghalusan Eksponensial, dan extraploasi tren,
umumnya dikenal untuk peramalan jangka pendek. Lebih sedikit metode
kuantitatif yang berguna untuk meramalkan suatu permasalahan.
3. Akhirnya sebagaimana mungkin anda perkirakan, peramalan jangka pendek
cenderung lebih tepat dibandingkan peramalan jangka panjang. Faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan permintaan berubah setiap hari. Dengan
demikian, sejalan dengan semakin berjalannya horizon waktu, ketepatan
peramalan seseorang cenderung semakin berkurang. Peramalan penjualan
harus diperbarui secara berkala untuk menjaga nilai dan integritasnya.
Peramalan harus selalu dikaji ulang dan di revisi setiap akhir periode
penjualan.
11
2.1.6 Jenis Peramalan
Organisasi pada umumnya menggunakan 3 tipe peramalan yang utama dalam
perencanaan operasi di masa depan:
1. Peramalan Ekonomi, (economic forecast), Menjelaskan sirklus bisnis dengan
memprediksikan tingkat inflasi, ketersediaan uang, Data yang dibutuhkan
untuk membangun perumahan, dan indikator perencanaan lainnya.
2. Peramalan Teknologi (teknological forecast), Memperhatikan tingkat
kemajuan teknologi yang dapat memunculkan produk baru yang menarik,
yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.
3. Peramalan Permintaan (demand forecast), adalah proyeksi permintaan
untuk produk atau layanan suatu perusahaan.peramalan ini disebut juga
peramalan penjualan, yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem
penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan
sumber daya manusia.
2.1.7 Tujuh Langkah Sistem Peramalan
1. Menetapkan tujuan peramalan.
2. Memilih unsur apa yang akan diramal.
3. Menentukan horizon waktu peramalan.
4. Memilih tipe model peramalan.
5. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk melakukan peramalan.
6. Membuat peramalan.
7. Memvalidasi dan menerapkan hasil peramalan.
12
2.1.8 Peramalan Time Series
Time series didasarakan pada waktu yang berurutan atau yang beranjak sama
(minguan, bulanan, kwartalan dan lainya).
Time series ( metode runtun waktu ).
Metode runtun waktu ( time series ) atau sering pula disebut metode deret waktu atau deret
berkala menggambarkan berbagai gerakan yang terjadi pada sederetan data pada waktu
tertentu. Langkah penting dalam memilih metode deret berkala, atau runtun waktu adalah
dengan mempertimnangkan jenis pola data.
Ada 3 jenis siklus dan trend (makridakis dan wheelwright,1983) yaitu :
1. Pola horisontal, terjadi bagaimana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang
konstan, Contoh sebuah produk yang permintaannya tidak meningkat dan menurun selama
waktu tertentu.
2. Pola musiman, terjadi bialamana suatu deret terbuka dipengaruhi oleh faktor musiman.
3. Pola siklus, terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang
seperti siklus.
2.1.9 Dekomposisi Time-Series
Menganalisis time-series berarti membagi data masa lau menjadi komponen-komponen,
dan kemudian memproyeksikannya kemasa depan. Time Series mempunyai empat
komponen:
1. Tren merupakan pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat atau menurun.
2. Musim adalah pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu seperti hari,
minggu, bulan, kwartal.
13
3. Siklus adalah pola dalam data yang terjadi beberapa tahun. Siklus ini biasanya terkait
pada sik lus bisnis dan merupakan satu hal penting dalam analisis dan perencanaan
bisnis jangka pendek.
4. Variasi acak merupakaan satu titik khusus dalam data yang disebabkan oleh peluang
dan situasi yanhg tidak biasa. Variasi acak tidak mempunyai pola khusus jaditidak
dapat diprediksi.
Model time series membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan merupakan
fungsi masa lalu dengan kata lain, mereka melihat apa yang terjadi selama kurun waktu
tertentu, dan menggunakan data masa lalu tersebut untuk melakukan peramalan.
Model asosiatif (atau hubungan sebab-akibat), seperti regresi liner, Menggabungkan
variabel atau faktor yang mungkin mempengaruhi kuantitas nyang sedang diaramalkan.
Peramalan rata-rata bergerak (moving average) menggunakan sejumlah data aktual
masa lalu untuk menghasilkan peramalan rata-rata bergerak berguna jika kita dapat
mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa yang kita ramalkan.
Penghalusan eksponensial (exponensial smoothing) merupakan metode peramalan
rata-rata bergerak dengan pembobotan yang cangih, namun masih mudah digunakan,
metode ini menggunakan sangat sedik it pencatatan data dimasa lalu.
2.1.10 Menghitung Kesalahan Peramalan
Menurut Nachrowi D, dan Hardius Usman (2004,p239) menyatakan bahwa sebenarnya
membandingkan kesalahan peramalan adalah suatu cara sederhana, apakah suatu teknik
peramalan tersebut patut dipilih untuk digunakan membuat peramalan data yang sedang kita
analisa atau tidak. Minimal prosedur ini dapat digunakan sebagai indikator apakah suatu
teknik peramalan cocok digunakan atau tidak. Dan teknik yang mempunyai MSE terkecil
merupakan ramalan yang terbaik.
14
Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (2005,p80) menyatakan keharusan untuk
membadingkan perhitungan yang memiliki nilai MAD paling kecil, karena semakin kecil MAD.
Berarti semakin kecil pula perbedaan antara hasil forecasting dan nilai altual.
Menurut Vincent Gaspers (2005,p80) dalam bukunya menyebutkan akurasi peramalan akan
semakin tinggi apabila nilai-nilai MAD, MSE, dan MAPE semakin kecil.
Menurut Jay Heizer dan Barry Render ada beberapa perhitungan yang biasa digunakan
untuk menghitung kesalahan peramalan (forecast error) total. Perhitungan ini dapat
digunakan untuk membandingkan model peramalan yang berbeda, juga untuk mengawasi
peramalan, untuk memastikan peramalan berjalan baik tiga dari perhitungan yang paling
terkenal adalah Deviasi Rata-rata Absolut (mean absolute deviation-MAD), Kesalahan Rata-
rata Kuardrat (mean squared error-MSE), dan Kesalahan Persen Rata-rata Absolut(mean
absolute percent-MAPE).
1. Deviasi Rata-rata Absolut (Mean Absolute Deviation = MAD)
MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah
model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap kesalahan
peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n)
2. Kesalahan Rata-rata Kuardrat (Mean Square Error = MSE)
MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan. MSE
merupakan rata-rata selisih kuardrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati.
Kekurangan penggunaan MSE adalah bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang
besar karena adanya pengkuadratan.
∑│aktual - peramalan│
MAD= n
15
3. Kesalahan persen Rata-rata Absolut (mean Absolute Percentage Error = MAPE)
Masalah yang terjadi dengan MAD dan MSE adalah bahwa nilai mereka tergantung
pada besarnya unsur yang diramal. Jika unsur tersebut dihitung dalam satuan
ribuan, maka nilai MAD dan MSE bisa menjadi sangat besar. Untuk menghindari
masalah ini, kita dapat menggunakan MAPE. MAPE dihitung sebagai rata-rata
diferensiasi absolut antara nilai yang diramal dan aktual, dinyatakan sebagai
persentase nilai aktual.
2.2 Pengertian pembelian
Pembelian adalah proses penemuan sumber dan pemesanan bahan, jasa dan
perlengkapan. Kegiatan tersebut terkadang disebut pengadaan barang. Tujuan utamanya
adalah memperoleh bahan dengan biaya serendah mungkin yang konsisten dengan kualitas
dan jasa yang dipersyaratkan. Terlepas dari memastikan bahwa perusahaan mempunyai
∑ (Kesalahan Peramalan)
MSE= n
n 100 ∑│aktual i ramalan i│/aktual i
MAPE= i=1
n
16
persediaan bahan tanpa henti, adalah fungsi dari pembelian untuk memastikan bahwa ada
keseimbangan antara persediaan bahan dengan tingkat inventaris sehingga perusahaan
dapat mempertahaankan posisi labanya sepanjang menyangkut biaya bahan .
Menurut Sofjan Assauri (2008,p223) pembelian merupakan salah satu fungsi yang penting
dalam berhasilnya operasi suatu perusahaan. Fungsi ini dibebani tanggung jawab untuk
mendapatkan kuantitas dan kualitas bahan-bahan yang tersedia yang didapat dari waktu
yang dibutuhkan dengan harga yang sesuai dengan harga yang berlaku. Perngawasan perlu
dilakukan terhadap pelaksanaan fungsi ini, karena pembelian menyangkut investasi dana
dalam persediaan dan kelancaran arus bahan kedalam pabrik.
Menurut Mulyadi (2007,p711) aktiv itas dalam proses pembelian barang adalah
1. Permintaan pembelian.
2. Pemilihan pemasok.
3. Penempatan order pembelian.
4. Penerimaan barang.
5. Pencatatan transaksi pembelian.
Permintaan pembelian adalah contoh suatu aktiv itas yang merupakan satuan pekerjaan
yang ditujukan untuk memicu bagian pembelian melakukan pengadaan barang sesuai
dengan spesifikasi dan jadwal sebagaimana yang dibutuhkan oleh pemakai barang.
Penerimaan barang adalah contoh aktiv itas tentang penerimaan kiriman dari pemasok
sebagai akibat adanya order pembelian yang dibuat oleh bagian pembelian.
17
Tugas dan tanggung jawab bagian pembelian
Menurut Sofjan Assauri (2008,p.228) tanggung jawab bagian pembelian berbeda-
beda disetiap perusahaan tergantung pada luasnya aktiv itas yang dilakukan dan dipengaruhi
oleh operasi yang ekonomis dari perusahaan tersebut. Tetapi yang jelas bahwa bahan-bahan
harus dibeli sebelum produksi, oleh karena itu kegiatan pembelian. Dengan demikian tanpa
adanya operasi pembelian yang pertama, maka penjualan tidak akan mungkin dilakukan.
Oleh karena itu tanggung jawab bagian pembelian antara lain adalah:
1. Bertanggung jawab atas pelaksanaan pembelian bahan-bahan agar rencana operasi
dapat dipenuhi dan pembelian bahan-bahan tersebut pada tingkat harga perusahaan
pabrik akan mampu bersaing dalam memasarkan produknya.
2. Bertanggung jawab atas usaha-usaha untuk dapat mengikuti perkembangan bahan-
bahan baru yang dapat menguntungkan dalam proses produksi, perkembangan
dalam desain, harga dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi produk
perusahaan, harga dan desainya.
3. Bertanggung jawab untuk meminimalisasi investasi atau meningkatkan perpitaran
(turn over) bahan, yaitu dengan penentuan skedul arus bahan kedalam pabrik dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi
4. Bertanggung jawab atas kegiatan penelitian dengan menyelidiki data dan
perkembangan pasar, perbedaan sumber-sumber penawaran (supply) dan
memeriksa pabrik supplier untuk mengetahui kapasitasnya dan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan perusahaan.
5. Sebagai tambahan, kadang-kadang bertanggung jawab atas pemeliharaan bahan-
bahan yang dibeli setelah diterima, yaitu pekerja-pekerja digudang pabrik dan
bertanggung jawab atas pengawasan persediaan (inventory control).
18
Tugas-tugas yang dilakukan bagian pembelian dalam memenuhi tanggung jawab antara lain
adalah:
1. Melakukan pembelian bahan-bahan secara bersaing atas dasar nilai yang ditentukan
tidak hanya oleh harga yang tepat tetapi juga oleh waktu yang tepat, jumlah dan
mutu/kualitas yang tepat.
2. Membantu melakukan pemilihan bahan-bahan dengan menyelidiki/subtitusi.
3. Untuk memperoleh sumber-sumber pilihan dari suplai dengan melakukan usaha-
usaha pencarian paling sedik it dua sumber dari suplai.
4. Mempengaruhi tingkat persediaan yang terendah (the lowest stok levels).
5. Menjaga hubungan dengan supplier yang baik.
6. Melakukan kerjasama dan koordinasi yang efektif dengan fungsi-fungsi lainya dalam
perusahaan.
7. Melakukan penelitian tentang keadaan perdagangan dan pasar.
8. Melakukakan pembelian seluruh bahan-bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan
tepat pada waktunya sehingga tidak mengangga rencana produksi dari perusahaan
pabrik tersebut.
2.2.1 Pengertian Bahan Baku
Menurut Abdul Sani DKK (2007,p12) barang atau bahan (bahan baku) adalah semua
barang atau bahan, tidak melihat jenis dan komposisinya, yang digunakan sebagai bahan
atau komponen untuk menghasilkan barang jadi.
Berdasarkan Sofjan Assauri (2008,p240-241) bahan baku merupakan barang-barang
berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang dapat diperoleh dari sumber-
sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku
19
bagi perusahaan pabrik yang menggunakanya. Bahan baku diperlukan oleh pabrik untuk
diolah, yang setelah mengalami beberapa proses diaharapkan menjadi barang jadi.
Dan menurut M.Nafarin (2007,p202) bahan baku merupakan bahan langsung (direct
material) yaitu bahan yang membentuk suatu kesatuan yang terpisah dari produk jadi. Bahan
baku adalah bahan utama atau bahan pokok dan merupakan komponen utama dari suatu
produk. Bahan baku biasanya mudah ditelusuri dalam suatu produk yang harganya relatif
tinggi dibandingkan dengan bahan pembantu.
2.3 Persediaan/Inventory
2.3.1 Defenisi Persediaan
Persediaan (inventory), dalam konteks produksi, dapat diartikan sebagai
sumber daya menganggur (idle resource). Sumber daya menganggur ini belum digunakan
karena menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut disini dapat
berupa kegiatan produksi seperti dijumpai pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran
seperti dijumpai pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti pada sistem rumah
tangga.
Keberadaan persediaan atau sumber daya menganggur ini dalam suatu sistem
mempunyai suatu tujuan tertentu. Alasan utamanya adalah karena sumber daya tertentu
tidak bisa didatangkan ketika sumber daya tersebut dibutuhkan. Sehingga, untuk menjamin
tersedianya sumber daya tersebut perlu adanya persediaan yang siap digunakan ketika
dibutuhkan. Adanya persediaan menimbulkan konsekuensi berupa resiko-resiko tertentu
yang harus ditanggung perusahaan akibat adanya persediaan tersebut.
Persediaan yang disimpan perusahaan bisa saja rusak sebelum digunakan. Selain itu
perusahaan juga harus menanggung biaya-biaya yang timbul akibat adanya persediaan
tersebut.
(ocw.usu.ac.id/course/.../tdi_437_handout_pengendalian_persediaan.pdf)
20
Persediaan merupakan suatu sumber daya yang disimpan yang digunakan untuk
menghilangkan kebutuhan saat ini atau kebutuhan yang akan datang.
Persediaan diatas termasuk bahan mentah,barang dalam proses, dan barang jadi. ketika kita
menentukan permintaan dari suatu barang,ini merupakan informasi yang memungkinkan
untu dapat menentukan jumlah barang mentah yang dibutuhkan untuk membuat barang jadi
tersebut.
Persediaan (inventory) dapat memiliki beberapa fungsi penting yang menambah
fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan dan dengan adanya persediaan dapat
mempermudah dan memperlancar proses produksi.
Pengertian persediaan menurut Zulfikarijah (2005,p4) “persediaan adalah stok bahan
baku yang digunakan untuk memfasilitasi produk atau untuk memuaskanpermintaan
konsumen. Jenis persediaan meliputi: bahan baku, brang dalam proses, dan barang jadi”
Sumayang,lalu (2003,p213) inventory adalah sebuah persediaan dari material yang
digunakan untuk menunjang produksi atau untuk memenuhi permintaan pelanggan.
Inventory (persediaan) terdiri dari bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi.
2.3.2 Asumsi Dasar EOQ
EOQ merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan tertua dan paling terkenal.
Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi:
Jumlah tingkat permintaan diakui dan sifatnya konstan.
Lead Time waktu diantara pemesanan dan penerimaan pesanan (lead time)
diketahui dan konstan.
Penerimaan persediaan dilakukan secara keseluruhan dalam satu waktu.
Potongan kuantitas tidak dimungkinkan(tidak mungkin diberikan diskon).
21
Variabel biaya yang ada adalah biaya penempatan pesanan (ordering cost)dan biaya
penyimpanan persediaan(holding or carry ing cost).
Keadaan kehabisan stok(kekurangan) dapat dihindari sama sekali bila pemesanan
dilakukan pada waktu yang tepat (Pengaturan dilakukan supaya kekurangan stok
dapat dibatasi).
Berdasarkan pendapat Rangkuti(2004,p748), Economic Order Quantitiy (EOQ) adalah
jumlah pembelian bahan mentah ada setiap kali pemesanan dengan biaya yang paling
rendah.
Berdasarkan pendapat Pardede, Pontas M(2005,p422) menyatakan bahwa Economic
Order Quantitiy (EOQ) menunjukan sejumlah barang yang harus dipesan untuk tiap kali
pemesanan agar biaya persediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin.
2.3.3 Biaya-biaya Persediaan
1. Biaya pemeliharaan, dikenal juga denganbiaya penyimpanan merupakan biaya yang
ditimbulkan oleh toko untuk memelihara persediaannya. biaya pemeliharaan
biasanya dinyatakan dengan dasar per unit untuk beberapa periode waktu
(walaupun kadangkala dinyatakan dalam bentuk presentase rata-rata persediaan)
2. Biaya pemesanan,merupakan biaya persediaan kedua yang ditimbulkan oleh toko
pda saat melakukan pemesanan barang.biaya pemesanan dinyatakan dengan dasar
per pemesanan.
22
2.3.4 Tujuan Persediaan
Menurut Reinder and Heizer (2001,p314) Persediaan (inventory) dapat meiliki beberpa
fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan. Ada eanam
penggunaan persediaan, yaitu:
1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan
yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.
2. Untuk memasangkan produk dengan distribusi. Misalnya, bila permintaan produknya
tinggi hanya pada musim panas, suatu perusahaan dapat membentuk stok selama
musim dingin, sehingga biaya kekurangan stok dan kehabisan stok dapat dihindari.
Demikian pula bila pasokan suatu perusahaan berfluktuasi, persediaan bahan baku
ekstra mungkin diperlukan untuk ”memasangkan” proses produksinya.
3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam
jumlah besar dapat secara subtansial menuunkan biaya produk.
4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga .
5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca,
kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat. ”stok
pengaman” misalnya, barang ditangan ekstra, dapat mengurangi resiko kehabisan
stok.
6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan menggunakan
”barang dalam proses” dalam persediaannya. Hal ini karena perlu waktu untuk
memproduksi barang dan karena sepanjang berlangsungnya proses, terkumpul
persediaan.
23
2.3.5 Fungsi Persediaan
Berdasarkan pendapat Tampubolon (2004,p190) pentingnya mengefektifkan sistem
persediaan bahan, efisiensi, opeasional perusahaan dapat ditingkatkan melalui fungsi
persediaan dengan mengefektifkan fungsi decoupling, fungsi economic size dan fungsi
antisipasi.
• Fungsi decoupling merupakan fungsi perusahaan untuk mengadakan persediaan
decouple, dengan mengadakan pengelompokan operasional secara terpisah-pisah,
sebagai contoh adalah perusahaan manufaktur, mobil,skedul perakitan mesin
(engine assembly) dipisah dari skedul perakitan tempat duduk.
• Fungsi economic size adalah penyimpanan persediaan dalam jumlah besar dengan
pertimbangan adanya diskon atas pembelian bahan, diskon atas kualitas untuk
dipergunakan dalam proses konversi, serta didukung kapasitas gudang yang
memadai.
• Fungsi antisipasi merupakan penyimpanan persediaan bahan yang fungsinya untuk
penyelamatan jika sampai terjadi keterlambatan datangnya pesanan bahan dari
pemasok atau leveransir. Tujuan utama adalah untuk menjaga proses konversi tetap
berjalan dengan lancar.
2.3.6 Jenis Persediaan
Perusahaan mempertahankan 4 jenis persediaan:
1. Persediaan bahan mentah
Persediaan bahan mentah telah dibeli namun belum diproses. Bahan mentahnya
dapat digunakan dari proses produksi untuk pemasok yang berbeda-beda. Meskipun
demikian, pendekatan yang lebih disukai adalah dengan menghapus variabilitas
pemasok dalam hal mutu, jumlah, atau waktu pengiriman sehingga tidak diperlukan
pemisahaan.
24
2. Persediaan barang dalam proses (Work-in-process – WIP)
persediaan barang dalam proses telah mengalami perubahan. Tapi belum selesai.
Wip ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu sik lus).
Pengurangan waktu siklus menyebabkan persediaan wip pun berkurang. Sering kali
hal ini tidak sulit untuk dilakukan, karena hampir dispanjang waktu “pembuatan
produk”, produk itu sebenarnya mengangur. Waktu kerja aktual atau waktu jalan
merupakan bagian kecil dari waktu arus bahan baku.
3. Persediaan MRO (perlengkapan pemeliharaan/perbaikan/operasi)
MRO merupakan persediaan yang dikhususkan untuk perlengakan
pemeliharaan/perbaikan/operasi. MRO ini ada karena waktu dan kebutuhan untuk
pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa peralatan tidak dapat diketahui.
Walaupun permintaan untuk persediaan lMRO ini sering kali merupakan fungsi
jadwal-jadwal pemeliharaan, permintaan MRO lainya perlu diantisipasi.
4. Persediaan barang jadi
Persediaan barang jadi selesai dan menunggu untuk dikirimkan. Barang jadi
dimasukan kedalam persediaan karena permintaan konsumen untuk jangka waktu
tertentu mungkin tidak diketahui.
2.3.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persediaan
Maarif, Syamsul (2003,p278) Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan
baku adalah:
1. Perkiraan pemakaian
Angka ini mutlak diperlukan untuk membuat keputusan berapa persediaan
yang dilakukan untuk menganstisipasi masa mendatang(biasanya dilakukan dalam
kurun waktu setahun).
25
2. Harga bahan baku
Harga bahan baku yang mahal, sebaiknya stok dalam jumlah yang tidak
terlalu banyak. Hal ini disebabkan terbenamnya uang yang seharusnya bisa diputar.
3. Biaya-biaya dari persediaan
Biaya-biaya ini meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
4. Kebijakan pembelanjaan
Kebijakan ini ditentukan oleh sifat dari bahan itu sendiri. Untuk bahan-bahan
yang cepat rusak(perishable), tentunya tidak mungkin dilakukan penyimpanan yang
terlalu lama, terkecuali ada alat yang dapat membuat bahan itu bertahan misalnya
refrigerator atau freezer untuk produk-produk pertanian. Disamping itu, perlu juga
dipertimbangkan persediaan yang mendadak.
2.3.8 Biaya-biaya Persediaan
Biaya-Biaya Persediaan tujuan dari manajemen persediaan adalah memilik i
persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat dan dengan biaya yang
rendah. Karena itu, kebanyakan model-model persediaan menjadikan biaya sebagai
parameter dalam mengambil keputusan. Biaya dalam sistem persediaan secara umum
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Biaya Pembelian (Purchasing Cost = c)
Biaya pembelian (purchase cost) dari suatu item adalah harga pembelian setiap unit item
jika item tersebut berasal dari sumbersumber eksternal, atau biaya produksi perunit bila item
tersebut berasal dari internal perusahaan atau diproduksi sendiri oleh perusahaan. Biaya
pembeliaan ini bisa bervariasi untuk berbagai ukuran pemesanan bila pemasok menawarkan
potongan harga untuk ukuran pemesanan yang lebih besar. Dalam, Kebanyakan teori
persediaan, komponen biaya pembelian tidak dimasukkan kedalam total biaya pembelian
26
untuk periode tertentu (misalnya satu tahun) konstan dan hal ini tidak akan mempengaruhi
jawaban optimal tentang berapa banyak barang yang harus dipesan.
1. Biaya Pengadaan (Procurement Cost )
Biaya pegadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal – usul barang , yaitu biaya
pemesanan (ordering cost) bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar (supplier)
dan biaya pembuatan (setup cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.
a. Biaya Pemesanan (Ordering Cost = k)
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan
barang dari luar. Biaya ini pada umumya meliputi, antara lain :
- Pemrosesan pesanan.
- Biaya ekspedisi.
- Biaya telepon dan keperluan komunikasi lainnya.
- Pengeluaran surat meyurat, foto kopi dan perlengkapan
administrasi lainnya.
- Biaya pengepakan dan penimbangan.
- Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan
- Biaya pengiriman ke gudang, dan seterusnya.
Secara normal, biaya perpesanan tidak naik bila kuantitas pesanan berubah. Tetapi
bila semakin banyak item yang dipesan setiap kali pemesanan, maka jumlah pemesanan per
periode akan turun, maka biaya pemesanan total akan turun.
b. Biaya Pembuatan (Setup Cost = k)
Ongkos pembuatan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan untuk persiapan
memproduksi barang. Ongkos ini biasanya timbul didalam pabrik, yang meliputi ongkos
menyetel mesin, ongkos mempersiapkan gambar benda kerja, dan sebagainya.
27
Karena kedua ongkos tersebut diatas mempunyai peran yang sama, yaitu pengadaan, maka
didalam sistem persediaan ongkos tersebut sering disebut sebagai ongkos pengadaan
(procurement cost).
2. Biaya Penyimpanan (Carry ing Cost = h)
Biaya penyimpanan (holding cost) merupakan biaya yang timbul akibat disimpannya
suatu item. Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung
dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila
kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi.
Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah :
a. Biaya Memilik i Persediaan (biaya Modal).
Penumpukan barang digundang berarti penumpukan modal, dimana modal
perusahaan mempunyai ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Oleh
karena itu, biaya yang ditimbulkan karena memilik i persediaan harus diperhitungkan dalam
biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai persentasi nilai persediaan
untuk periode tertentu.
b. B iaya Gudang
Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya
gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gundangnya merupakan biaya
sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang
merupakan biaya depresi.
c. Biaya Kerusakan dan Penyusutan.
Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya
berkurang ataupun jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan
biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya.
28
d. Biaya Kadaluarsa (Absolence).
Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi
dan model seperti barang – barang elektronik. Biaya kadaluarsa biasanya diukur dengan
besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.
e. Biaya Asuransi.
Barang yang dismpan diasuransikan untuk menjaga dari hal – hal yang tidak diinginkan,
seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian
dengan perusahaan asuransi.
f. Biaya Administrasi dan Pemindahan.
Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasi persediaan barang yang ada, baik pada
saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk
memindahkan barang dari , ke dan di dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan
peralatan handling.
Dalam manajemen persediaan, terutama yang berhubungan dengan masalah kuantitatif,
biaya simpan per – unit diasumsikan linier terhadap jumlah barang yang disimpan (misalnya
: Rp/unit/tahun).
3. Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost = p)
Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya kekurangan
bahan (stockout cost) adalah yang paling sulit diperkirakan. B iaya ini timbul bilamana
persediaan tidak mencukupi permintaan produk atau kebutuhan bahan. B iaya-biaya yang
termasuk biaya kekurangan persediaan adalah sebagai berikut:
- Kehilangan penjualan; ketika perusahaan tidak mampu
memenuhi suatu pesanan, maka ada nilai penjualan yang hilang
bagi perusahaan.
- Kehilangan langganan; pelanggan yang merasa kebutuhannya
29
tidak dapat dipenuhi perusahaan akan beralih keperusahaan lain
yang mampu memenuhi kebutuhan mereka.
- Biaya pemesanan khusus; agar perusahaan mampu memenuhi
kebutuhan akan suatu item, perusahaan bisa melakukan
pemesanan khusus agar item tersebut diterima tepat waktu.
Pemesanan khusus biasanya mengakibatkan pertambahan biaya
pada biaya ekspedisi dan harga item yang dibeli.
- Terganggunya proses produksi, jika kekurangan persediaan terjadi
pada persediaan bahan, dan hal ini tidak diantisipasi sebelumnya,
maka kegiatan produksi akan terganggu.
- Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya.
Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari :
a. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi.
Biasanya diukur dari keutungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan
atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini diistilahkan sebagai biaya
penalti (p) atau hukuman kerugian bagi perusahaan dengan satuan misalnya: Rp/unit.
(ocw.usu.ac.id/course/.../tdi_437_handout_pengendalian_persediaan.pdf)
30
2.4 Pengertian Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen merupakan suatu istilah yang umum dan makin
banyak digunakan dalam berbagai variasi kepentingan dan pengertian. Kadang-kadang
digunakan untuk pemeriksaan rutin intern, misalnya pada penyusunan kembali pembukaan.
Biasanya interprestasi yang lebih sempit ini ternyata merupakan salah satu kegiatan daripada
struktur pengendalian manajemen yang luas itu.
Ada berbagai macam definisi mengenai pengendalian manajemen.
Berikut ini akan disajikan beberapa definisi tersebut :
Menurut Arief Suadi, Ph.D :
Pengendalian Manajemen adalah semua usaha untuk menjamin bahwa sumber daya
perusahaan digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan.
Atau : Proses untuk mempengaruhi orang lain dalam sebuah perusahaan agar secara efektif
dan efisien mencapai tujuan perusahaan melalui strategi tertentu.
Menurut Anthony Dearden Bedford:
Sistem pengendalian menejemen adalah struktur dan proses yang sistematis serta
terorganisir yang digunakan menejemen dalam pengendalian menejemennya.
31
2.4.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Pengendalian bahan baku yang diselenggarakan dalam suatu perusahaan, tentunya
diusahakan untuk dapat menunjang kegiatan kegiatan yang ada dalam perusahaan yang
bersangkutan. Keterpaduan dari seluruh pelaksanaan kegiatan yang ada dalam
perusahaan akan menunjang terciptanya sistem pengendalian bahan baku yang baik
dalam suatu perusahaan.
Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting bagi
perusahaan, karena persediaan fisik pada perusahaan akan melibatkan investasi yang
sangat besar pada pos aktiva lancar. Pelaksanaan fungsi ini akan berhubungan dengan
seluruh bagian yang bertujuan agar usaha penjualan dapat intensif serta produksi dan
penggunaan sumber daya dapat maksimal.
Istilah pengendalian merupakan penggabungan dari dua pengertian yang sangat erat
hubungannya tetapi dari masing-masing pengertian tersebut dapat diartikan sendiri
sendiri yaitu perencanaan dan pengawasan. Dua pengertian tersebut saling melengkapi
satu sama lain. Pengawasan tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu tidak ada
artinya, demikian pula perencanaan tidak menghasilkan sesuatu tanpa adanya
pengawasan.
Perencanaan kebutuhan bahan adalah suatu sistem perencanaan yang pertama tama
berfokus pada jumlah dan saat barang jadi yang diminta dan kemudian menentukan
permintan turunan untuk bahan baku, komponen dan sub perakitan pada setiap tahapan
produksi terdahulu. (Horngren, 1992)
Sedangkan menurut Widjaja (1996), perencanaan adalah proses untuk tindakan apa
yang akan diambil di masa yang akan datang.
32
Pengawasan bahan adalah suatu fungsi terkoordinasi di dalam organisasi yang terus
menerus disempurnakan untuk meletakkan pertanggungjawaban atas pengelolaan bahan
dan persediaan pada umumnya, serta menyelenggarakan suatu pengendalian internal
yang menjamin adanya dokumen dasar pembukuan yang mendukung sahnya suatu
transaksi yang berhubungan dengan bahan, pengawasan bahan meliputi pengawasan
fisik dan pengawasan nilai atau rupiah bahan (Supriyono, 1999)
Kegiatan pengawasan persediaan tidak terbatas pada penentuan atas tingkat dan
komposisi persediaan, tetapi juga termasuk pengaturan dan pengawasan atau
pelaksanaan pengadaan bahan bahan yang diperlukan sesuai dengan jumlah dan waktu
yang dibutuhkan serta dengan biaya yang serendah rendahnya.
Pengendalian adalah proses manajemen yang memastikan dirinya sendiri sejauh hal itu
memungkinkan, bahwa kegiatan yang dijalankan oleh anggota dari suatu organisasi
sesuai dengan rencana dan kebijakannya. (Widjaja, 1996). Pengendalian berkisar pada
kegiatan memberikan pengamatan, pemantauan, penyelidikan dan pengevaluasian
keseluruhan kegiatan manajemen agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa :
Pengendalian menejemen adalah semua usaha perusahaan yang mencakup
metode,prosedur dan strategi perusahaan yang mengacu pada efisiensi dan efektifitas
operasional persahaan,agar dipatuhinya kebijakan menejemen serta tujuan perusahaan.
33
2.4.2 Pengendalian Bahan Baku
Berdasarkan pendapat Usry (2004,p299-300) pengendalian bahan baku yang efektif
antara lain:
- menyediakan pasokan bahan baku yang diperlukan untuk operasi yang
efisien dan tidak terganggu.
- Menyediakan cukup persediaan dalam periode dimana pasokan (musiman,
siklus, atau pemogokan kerja) dan mengantisipasi perusahaan harga.
- Menyimpan bahan baku dengan waktu penanganan dan biaya minimun dan
melindungi bahan baku tersebut dari kehilangan akibat kebakaran,
pencurian, cuaca, dan kerusakan karena penanganan.
- Meminimalkan item-item yang tidak aktif, kelebihan atau using dengan
melaporkan perubahan produk yang mempengaruhi bahan baku.
- Memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera kepelanggan.
- Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berada
ditingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana
manajemen.
34
2.5 Kerangka pemikiran
Gambar 2.1 kerangka pemikiran