38
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori umum 2.1.1 Sistem Informasi 2.1.1.1 Pengertian Sistem Menurut Mcleod (2001,p9), sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Menurut O’Brien (1997, p18), sistem merupakan kumpulan komponen yang saling berelasi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan, dengan menerima masukkan dan menghasilkan keluaran melalui suatu proses transformasi yang terorganisasi. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok elemen atau unsur yang saling berinteraksi satu sama lain dalam menerima masukkan, kemudian memprosesnya serta menghasilkan keluaran untuk mencapai suatu tujuan. 2.1.1.2 Pengertian Informasi Menurut O’Brien (2003, p13), informasi adalah data yang telah dikonversikan menjadi bentuk yang memiliki arti dan berguna bagi pengguna akhir tertentu. Menurut Mcleod (2001, p12), informasi adalah data yang telah diproses atau data yang telah memiliki arti.

BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori-teori umum

2.1.1 Sistem Informasi

2.1.1.1 Pengertian Sistem

Menurut Mcleod (2001,p9), sistem adalah sekelompok elemen yang

terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut O’Brien (1997, p18), sistem merupakan kumpulan komponen

yang saling berelasi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan, dengan menerima

masukkan dan menghasilkan keluaran melalui suatu proses transformasi yang

terorganisasi.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok

elemen atau unsur yang saling berinteraksi satu sama lain dalam menerima

masukkan, kemudian memprosesnya serta menghasilkan keluaran untuk

mencapai suatu tujuan.

2.1.1.2 Pengertian Informasi

Menurut O’Brien (2003, p13), informasi adalah data yang telah

dikonversikan menjadi bentuk yang memiliki arti dan berguna bagi pengguna

akhir tertentu.

Menurut Mcleod (2001, p12), informasi adalah data yang telah diproses

atau data yang telah memiliki arti.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

8

Menurut Turban(2001, p12), informasi adalah sekumpulan data yang

diorganisasikan ke dalam bentuk yang berguna.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah kumpulan

data yang telah diorganisasikan sehingga berguna bagi pemakai.

2.1.1.3 Pengertian Sistem Informasi

Menurut Laudon (2002, p7), sistem informasi adalah sekumpulan

komponen yang saling berhubungan, yang mengumpulkan (atau menampilkan),

memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung

proses pengambilan keputusan, koordinasi, dan kontrol di dalam organisasi.

Menurut O’Brien (2004, p7), sistem informasi adalah kombinasi yang

terdiri dari orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komputer, dan

sumber data yang dapat mengumpulkan, mendapatkan, dan mendistribusikan

informasi.

Menurut Turban (2001, p17), sistem informasi mengumpulkan,

mengolah, menyimpan, dan menganalisa informasi untuk tujuan tertentu yang

mengolah masukkan (data dan instruksi) dan menghasilkan keluaran (laporan,

hasil perhitungan).

Sistem informasi yang baik harus dapat menyediakan pemrosesan

transaksi yang cepat dan tepat, kapasitas besar, dan akses penyimpanan yang

cepat, komunikasi cepat, mengurangi informasi yang berlebihan, dapat

melampaui hambatan, menyediakan dukungan dalam pengambilan keputusan

dan kompetitif.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

9

2.1.2 Sistem Informasi Geografi

2.1.2.1 Pengertian Geografi

Geografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu geos dan graphein. Geos

berarti bumi atau permukaan bumi, sedangkan graphein berarti mencitrakan

sesuatu atau melukiskan. Berdasarkan asal katanya geografi dapat diartikan

pencitraan bumi atau pelukisan bumi.

2.1.2.2 Pengertian Sistem Informasi Geografi

Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional

(BAKOSURTANAL), Sistem Informasi Geografi adalah kumpulan yang

terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan

personel yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki,

memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang

bereferensi geografi.

Menurut Paryono (1994,p1), Sistem Informasi Geografi adalah sistem

berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi dan

menganalisa informasi geografi.

Menurut Burrough (1998,p10), Sistem Informasi Geografi merupakan

sekumpulan peralatan yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan,

mentransformasi dan menampilkan data spasial dari dunia nyata untuk tujuan

tertentu.

Menurut Bernhadsen (1992), Sistem Informasi Geografi adalah sistem

komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini

diimplementasikan dengan perangkat keras, perangkat lunak komputer yang

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

10

berfungsi untuk akuisisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data,

perubahan dan update data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data,

pemanggilan dan presentasi data, dan analisis data.

2.1.2.3 Subsistem Sistem Informasi Geografi

Sistem Informasi Geografi (SIG) dapat diuraikan menjadi beberapa

subsistem, yaitu:

1. Data Input : subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan

mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem

ini pula yang bertanggung jawab dalam mengkonversi atau

mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam format yang

dapat digunakan oleh SIG.

2. Data Output : subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran

seluruh atau sebagian basisdata baik dalam bentuk softcopy maupun

bentuk hardcopy seperti : tabel, grafik, peta, dan lain-lain.

3. Data Management : subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial

maupun data atribut ke dalam sebuah basisdata sedemikian rupa sehingga

mudah dipanggil, di-update, dan di-edit.

4. Data Manipulation & Analysis : subsistem ini menentukan informasi-

informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga

melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi

yang diharapkan.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

11

Gambar 2.1 Subsistem-subsistem SIG

Jika subsistem SIG diatas diperjelas berdasarkan uraian jenis masukan,

proses, dan jenis keluaran yang ada di dalamnya, maka subsistem SIG juga dapat

digambarkan sebagai berikut:

Data Input Output

Data Management

& Manipulation

Gambar 2.2 Uraian Subsistem-subsistem SIG

SIG

Data Manipulation& Analysis

Data Output

Data Input

Data Management

Tabel

Laporan

Pengukuran Lapangan

Data Digital Lain

Peta (tematik, Topografi, dll)

Citra Satelit

Foto Udara

Data Lainnya

Input

Storage (database)

Retrieval

Processing

Output

Peta

Tabel

Laporan

Informasi digitasi

(softcopy)

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

12

2.1.2.4 Komponen Sistem Informasi Geografi

SIG merupakan sistem yang kompleks, biasanya terintergrasi dengan

lingkungan-lingkungan sistem komputer lainnya di tingkat fungsional dan

jaringan. SIG terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut :

1. Perangkat keras : pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform

perangkat keras mulai dari PC desktop, workstations, hingga multiuser

host yang dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam

jaringan komputer yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki ruang

penyimpanan (hard disk) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori

(RAM; Random Access Memory) yang besar. Adapun perangkat keras

yang sering digunakan untuk SIG adalah komputer (PC), mouse, digitizer,

printer, plotter dan scanner.

2. Perangkat lunak : bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan sistem

perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana basisdata

memegang peranan kunci.

3. Data dan Informasi Geografi : SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan

data dan informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan

cara meng-import-nya dari perangkat-perangkat lunak SIG yang lain,

maupun secara langsung dengan cara mendijitasi data spasialnya dari peta

dan memasukkan data atributnya dari tabel-tabel atau laporan dengan

menggunakan keyboard. Data spasial adalah data yang memiliki beberapa

bentuk dari data mengenai ruang atau data geografi yang dapat

mereferensikan kepada ruang dua atau tiga dimensi. Data spasial ditandai

oleh informasi tentang posisi, koneksi dengan bentuk lain, dan rincian dari

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

13

karakteristik data yang tidak spasial (Burrough, 1986; Departemen

Lingkungan, 1987).

4. Manajemen : suatu proyek SIG akan berhasil jika diatur dengan baik dan

dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada

semua tingkatan.

2.1.2.5 Kemampuan Sistem Informasi Geografi

Kemampuan yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya

membuatnya menjadi berguna bagi berbagai kalangan untuk menjelaskan tentang

suatu kejadian, merencanakan suatu strategi, dan memprediksi apa yang akan

terjadi di masa depan.

Kemampuan SIG antara lain:

a. Memetakan letak: Data realita di permukaan bumi akan dipetakan ke dalam

beberapa layer, dimana setiap layernya merupakan representasi kumpulan

benda (feature) yang mempunyai kesamaan, contohnya: layer jalan, layer

bangunan, layer customer (seperti pada Gambar 2.3). Layer-layer ini

kemudian disatukan dengan disesuaikan urutannya. Setiap data pada suatu

layer dapat dicari, seperti halnya melakukan query terhadap database,

untuk kemudian dilihat letaknya dalam keseluruhan peta.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

14

Gambar 2.3 Representasi SIG terhadap dunia nyata

b. Memetakan kuantitas: Maksud dari memetakan kuantitas adalah

memetakan sesuatu data yang berhubungan dengan jumlah, seperti dimana

yang paling banyak atau dimana yang paling sedikit. Dengan melihat

penyebaran kuantitas tersebut, dapat dicari tempat-tempat yang sesuai

dengan kriteria yang diinginkan dan dapat digunakan untuk pengambilan

keputusan, ataupun juga untuk mencari hubungan dari masing-masing

tempat tersebut. Contoh SIG yang ada pada Gambar 2.4 di bawah adalah

memetakan jumlah penderita kanker di teluk Cod direlasikan dengan

penggunaan lahan. Pemetaan ini digunakan untuk menganalisa apakah

penggunaan pestisida dan bahan kimia lainnya berpengaruh terhadap kasus-

kasus kanker yang terjadi.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

15

Gambar 2.4 Peta penyebaran penyakit kanker dan peta lahan

pertanian

c. Memetakan kerapatan (Densities): Sewaktu orang melihat konsentrasi

penyebaran lokasi dari feature-feature, di wilayah yang mengandung

banyak feature mungkin akan mendapat kesulitan untuk melihat wilayah

mana yang mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi dari wilayah lainnya.

Peta kerapatan dapat mengubah bentuk konsentrasi ke dalam unit-unit yang

lebih mudah untuk dipahami dan memiliki keseragaman, misal membagi

dalam kotak-kotak selebar 10 km2, dengan menggunakan perbedaan warna

untuk menandai tiap-tiap kelas kerapatan. Pemetaan kerapatan sangat

berguna untuk data-data yang berjumlah besar seperti sensus atau data

statistik daerah. Dalam data sensus seperti Gambar 2.5 misalnya, sebuah

unit sensus yang mempunyai jumlah keluarga diatas 40 diberi warna hijau,

30-40 hijau muda dan seterusnya. Dengan cara ini, akan lebih mudah

melihat daerah mana yang kepadatan penduduknya tinggi dan mana yang

kepadatan penduduknya rendah.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

16

Gambar 2.5 Contoh Peta kuantitas

d. Memetakan perubahan: Dengan memasukkan variabel waktu, SIG dapat

dibuat untuk peta historikal. Histori ini dapat digunakan untuk memprediksi

keadaan yang akan datang dan dapat pula digunakan untuk evaluasi

kebijaksanaan. Contoh nya adalah seorang manajer pemasaran dapat

melihat perbandingan peta penjualan sebelum dan sesudah dilakukannya

promosi untuk melihat efektivitas dari promosinya. Pemetaan jalur yang

dilalui badai, dapat digunakan untuk memprediksi kemana nantinya arah

badai tersebut (seperti pada Gambar 2.6 di bawah ini).

Gambar 2.6 Peta jalur yang akan dilalui badai

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

17

e. Memetakan apa yang ada di dalam dan di luar suatu area: SIG digunakan

juga untuk memonitor apa yang terjadi dan keputusan apa yang akan

diambil dengan memetakan apa yang ada pada suatu area dan apa yang ada

di luar area. Sebagai contohnya, pada Gambar 2.7 adalah peta sekolah,

jalan, sirene dan lainnya dalam jarak radius 10 mil dari pembangkit listrik

tenaga nuklir (PLTN) Palo Verde. Peta ini digunakan untuk dasar rencana

apabila terjadi keadaan darurat. Adakalanya perlu untuk menentukan

daerah yang di luar kriteria, misalnya untuk menentukan lokasi pabrik

dilakukan di daerah dalam radius lebih dari 1 km.

Gambar 2.7 Peta sekitar areal PLTN

Sistem Informasi Geografi sebagai suatu sistem yang berbasis komputer,

selain harus didukung oleh perkembangan teknologi komputer yang pesat, juga

harus mendapatkan dukungan dari beberapa bidang ilmu, misalnya pemetaan

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

18

topografi, kartografi, teknik sipil, geografi, ilmu tanah, teknik penginderaan jarak

jauh, dan lain sebagainya.

SIG menggunakan data spasial dan data geografi, selain itu juga meliputi

banyak tugas manajemen dan analisis dari data-data, termasuk inputan dan

outputnya. Departemen Lingkungan Amerika (1987) memberikan syarat bahwa

SIG yang dirancang agar dapat memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Akses yang cepat dan mudah untuk jumlah data yang besar.

2. Kemampuan untuk:

Memilih detail dengan menggunakan area atau tema tertentu.

Menghubungkan atau menggabungkan satu data dengan data yang

lainnya.

Meneliti karakteristik data spasial (data mengenai ruang).

Mencari karakteristik tertentu yang menonjol dari suatu area.

Memperbaharui data dengan cepat dan murah

3. Kemampuan tampilan yang dihasilkan (peta, grafik, daftar alamat dan

ringkasan statistik) dengan kenyataan yang ada.

2.1.2.6 Pengertian Kontur

Menurut Heywood (2002, p283), kontur adalah sebuah garis pada peta

topografi yang menghubungkan titik-titik dari ketinggian yang sama dan

biasanya digunakan untuk mewakili bentuk dari permukaan bumi.

Nama lain dari garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis

lengkung horizontal. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

19

menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap

referensi tinggi tertentu.

Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis

perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta.

Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur

juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.

Dengan memahami bentuk-bentuk tampilan garis kontur pada peta, maka

dapat diketahui bentuk ketinggian permukaan tanah, yang selanjutnya dengan

bantuan pengetahuan lainnya bisa diinterpretasikan pula informasi tentang bumi

lainnya.

Gambar 2.8 Pembentukan Garis Kontur dengan membuat proyeksi

tegak garis perpotongan bidang mendatar dengan

permukaan bumi

Adapun sifat-sifat dari garis kontur ini adalah sebagai berikut:

a. Garis-garis kontur saling melingkari satu sama lain dan tidak akan

saling berpotongan.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

20

b. Pada daerah yang curam garis kontur lebih rapat dan pada daerah

yang landai lebih jarang.

c. Pada daerah yang sangat curam, garis-garis kontur membentuk satu

garis.

d. Garis kontur pada curah yang sempit membentuk huruf V yang

menghadap ke bagian yang lebih rendah. Garis kontur pada punggung

bukit yang tajam membentuk huruf V yang menghadap ke bagian

yang lebih tinggi.

e. Garis kontur pada suatu punggung bukit yang membentuk sudut 90°

dengan kemiringan maksimumnya, akan membentuk huruf U

menghadap ke bagian yang lebih tinggi.

f. Garis kontur pada bukit atau cekungan membentuk garis-garis kontur

yang menutup-melingkar.

g. Garis kontur harus menutup pada dirinya sendiri.

h. Dua garis kontur yang mempunyai ketinggian sama tidak dapat

dihubungkan dan dilanjutkan menjadi satu garis kontur.

Gambar 2.9 Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan

daerah landai

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

21

Gambar 2.10 Kerapatan garis kontur pada daerah sangat

curam

Gambar 2.11 Kerapatan garis kontur pada curah dan

punggung bukit

Gambar 2.12 Kerapatan garis kontur pada bukit dan

cekungan

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

22

2.1.2.7 Pengertian Spot Height

Menurut Heywood (2002, p290), spot height adalah sebuah nilai

ketinggian tunggal pada peta topografi, biasanya mewakili lokasi dan ketinggian

dari bentuk-bentuk yang menonjol diantara garis kontur.

Gambar 2.13 Contoh Spot Height

2.1.2.8 Pengertian Topologi

Menurut Heywood (2002, p283), topologi adalah hubungan geometris di

antara objek yang berlokasi di suatu ruangan.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

23

2.1.3 Sistem Basis Data

Menurut Connolly&Begg (2002, p14), basis data adalah sekumpulan koleksi

data yang dapat digunakan secara bersamaan atau simultan oleh lebih dari satu user atau

department. Data-data yang terdapat di dalam database saling terkait secara logikal,

artinya objek-objek terpisah (person, place, thing, concept, event) di dalam suatu

organisasi yang disebut sebagai entity dan memiliki attribute yang menggambarkan

aspek-aspek tertentu dari objek, dihubungkan satu sama lain melalui suatu asosiasi yang

disebut sebagai relationship. Database tidak hanya menyimpan data operasional, tetapi

juga menyimpan data yang menggambarkan data di dalamnya atau yang disebut sebagai

data dictionary (data about data).

Menurut Date (2000, p2), sistem basis data sebenarnya tidak lain adalah sistem

penyimpanan record secara komputer (elektronis). Basis data sendiri dapat digambarkan

sebagai suatu lemari file yang berisi berbagai kumpulan file-file data yang

terkomputerisasi.

2.1.4 Primary Key dan Foreign Key

Menurut Connolly&Begg (2002, p79), Primary key adalah suatu atribut atau

seperangkat atribut yang secara unik mengidentifikasi atau menggambarkan suatu baris

data (tuple) di dalam suatu relasi. Pengertian primary key berasal dari candidate key,

yaitu suatu kunci yang menggambarkan atribut di dalam tuple yang mempunyai sifat

uniqueness dan irreducibility. Relasi dapat memiliki lebih dari satu candidate key. Jika

kunci terdiri dari satu atribut, maka kunci tersebut disebut sebagai composite key. Aturan

integritas data mengharuskan tidak ada dua baris di dalam satu tabel memiliki nilai yang

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

24

sama dalam primary key dan tidak ada baris yang mengandung nilai kosong untuk

kolom primary key.

Menurut Connolly&Begg (2002, p79), Foreign key adalah suatu atribut atau

seperangkat atribut di dalam suatu relasi yang menunjuk ke candidate key dari beberapa

relasi. Pada saat suatu atribut muncul dalam dua relasi atau lebih, maka atribut tersebut

secara umum mewakili hubungan di antara dua relasi. Atribut itu disebut sebagai foreign

key. Foreign key harus memiliki tipe data yang sama dengan primary key yang

bersangkutan. Aturan integritas referensi (referential integrity rules) mengharuskan

tidak ada foreign key yang tidak memiliki referensi ke candidate key.

2.1.5 Kamus Data (Data Dictionary)

Kamus data menurut Date (2000, p46), dapat dianggap sebagai sebuah database

dalam melaksanakan fungsinya yang berisi deskripsi dari suatu data.

Menurut Connolly&Begg (2002, p40), kamus data dan direktori data digunakan

untuk menggambarkan katalog sistem, meskipun kamus data biasanya lebih mengacu

pada sistem software yang umum daripada sebuah katalog untuk Database Management

System (DBMS).

2.1.6 Normalisasi

Menurut Connolly&Begg (2002, p376), Normalisasi adalah teknik yang dapat

digunakan untuk mengidentifikasi hubungan yang dimiliki oleh data. Normalisasi

merupakan pendekatan bottom-up pada perancangan database, yang dimulai dengan

menganalisa hubungan-hubungan antara atribut. Pendekatan bottom-up dimulai dari

level paling dasar dari atribut-atribut (entity dan relationship) yang melalui analisa dari

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

25

kumpulan antara atribut yang dikelompokkan ke dalam relasi yang mewakili tipe-tipe

dari entity dan hubungan-hubungan antara entity.

Beberapa bentuk normalisasi menurut Connolly&Begg (2002, pp376-pp394)

adalah:

1. Bentuk Tidak Normal (Unnormalized Form)

Pada bentuk Unnormal, tabel mengandung satu atau lebih repeating group.

2. Bentuk Normalisasi Pertama (First Normal Form).

Pada normalisasi bentuk pertama menghilangkan repeating group/pengulangan

dari tiap baris dan kolom dan hanya memiliki satu nilai (atomic).

3. Bentuk Normalisasi Kedua (Second Normal Form).

Pada normalisasi bentuk kedua akan dilakukan dekomposisi atau pemisahan

sesuai dengan sifat ketergantungan fungsional. Setiap atribut fully dependent

terhadap primary key.

4. Bentuk Normalisasi Ketiga (Third Normal Form).

Pada normalisasi ketiga dilakukan dekomposisi atau pemisahan sesuai dengan

sifat ketergantungan transitif. Maksudnya relasi yang ada di dalam normal ke-3

(3NF) tidak ada atribut yang bukan primary key memiliki ketergantungan

transitif pada primary key.

2.1.7 Entity Relationship Diagram (ERD)

Menurut Date (2000, p427), Entity Relationship Diagram (ERD) adalah dasar

suatu teknik untuk mewakili struktur logis dalam menggambarkan database.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

26

2.2 Teori-teori khusus

2.2.1 Pengertian Algoritma

Menurut Munir (1999,pp2-pp3), Algoritma berasal dari kata Algorism yang

berarti proses menghitung dengan angka Arab. Kata Algorism berasal dari nama penulis

buku arab yang terkenal yaitu Abu Ja’far Muhammad Ibnu Musa Al-Khuwarizmi (Al-

Khuwarizmi dibaca orang barat menjadi algorism). Al-Khuwarizmi menulis buku yang

berjudul Kitab Al Jabar Wal-Muqabala yang artinya Buku pemugaran dan pengurangan

(The book of restoration and reduction). Dalam bahasa Indonesia, kata algorithm

diserap menjadi algoritma. Algoritma adalah urutan langkah-langkah logis penyelesaian

masalah yang disusun secara sistematis dan logis. Kata logis merupakan kata kunci

dalam Algoritma. Langkah-langkah dalam Algoritma harus logis dan harus dapat

ditentukan bernilai salah atau benar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998), Algoritma adalah urutan logis

pengambilan putusan untuk pemecahan masalah.

2.2.2 Pengertian Banjir

Menurut Dinas Pekerjaan Umum, banjir adalah suatu keadaan aliran sungai

dimana permukaan airnya lebih tinggi dari pada lahan bagian atas dari tebing sungai

(bantaran sungai), atau dalam pengertian umum dapat dikatakan bahwa debit yang

terjadi lebih besar dari pada debit normal, walaupun tidak sampai meluap.

Dalam bahasa yang umum, banjir biasanya diartikan sebagai aliran/genangan air

yang menimbulkan kerugian ekonomi. Dalam istilah teknis, banjir adalah aliran air

sungai yang melampaui daya tampung sungai, dengan demikian, air sungai tersebut akan

melewati tebing sungai dan menggenangi daerah sekitarnya.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

27

2.2.2.1 Penyebab Banjir

Banjir adalah masalah yang menyangkut lingkungan hidup, dan

terjadinya masalah umumnya merupakan akumulasi dari berbagai faktor

penyebab yang sangat luas dan komplek.

Secara umum faktor-faktor penyebab banjir termasuk yang terjadi di

wilayah teluk Jakarta adalah sebagai berikut:

1. Kondisi Objektif Kota Jakarta.

a. 40 % dari luas DKI Jakarta (± 24.000 Ha) adalah dataran rendah. Beberapa

lokasi terutama di Jakarta Utara, misalnya di Sungai Bambu, Papanggo,

Warakas, dan lain-lain yang ketinggiannya berada ± 1 m di bawah

permukaan air laut pada pasang maksimum. Dataran rendah tersebut yang

sudah bisa ditanggulangi baru ± 9.000 Ha.

b. Adanya koridor 13 sungai utama yang mengalir ke dalam wilayah

penanganan banjir di Propinsi DKI Jakarta.

13 Sungai tersebut adalah:

1. Kali Mookervart.

2. Kali Angke.

3. Kali Pesanggrahan.

4. Kali Grogol.

5. Kali Krukut.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

28

Gambar 2.14 13 Aliran Sungai Di Jakarta

CIPINANG

KAMAL MUARA

TEGAL ALUR

PLUIT

CENGKARENG TIMUR

PENJARINGANPEJAGALAN

KAPUK MUARAKAPUK

KEDAUNG KALI ANGKE

ANCOL

SEMANAN RAWA

DURI KOSAMBI

KEMBANGAN SELATAN

KEMBANGAN UTARA

MERUYA ILIR

TANJUNG PRIOK

KOJA UTAR

KALI BARU

MARUNDA

ROROTANSUKAPURA

LAGOA KB. BAWANG

WARAKA

PAPANGGO

TUGU UTARA SEMPERBARAT

SEMPER

PEGANGSAAN DUA

SUNTER AGUNG

SUNTER

SERDAN

TUGU SELATAN

KELAPA GADING BARAT

KELAPA GADING TIMUR

CIPINANG BESAR UTARA

CIPINANG MUARA

CIPINANG BESAR SELATAN

BIDARA CINA

KP.

PENGADEGANCAWAN

RAWA JATIKALIBATA

KUNINGAN BARAT

PETOGOGAN

PETA MAMPANG

PEJATEN TIMURJATI PADANG

JATI NEGARA

PETAMBURAN

KOTA BAMBU

JATI

TANJUNG DUREN

KEBON SIRIH CIKINI

KWITAN

KRAMAT

KENARI

BINTAR

PONDOK PINANG

ULU JAMI

SRENGSENG

KEB.

KEDOYA SELATAN

KEDOYAUTARA

DURI KEMBANGAN SELATAN

JELAMBAR BARU

WIJAYA KUSUMA

KARET TENGSIN

SETIA BUDI

MOOKEVART

ANGKE

PESANGGRAHAN

GROGOL

KRUKUT

KALI BARU BARAT

CILIWUNG

KALI BARU TIMUR

SUNTER

BUARAN

JATI KRAMAT

CAKUNG

CENGKARENG DRAIN

BANJIR KANAL

CAKUNG DRAIN

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

29

6. Kali Baru Barat.

7. Kali Ciliwung.

8. Kali Baru Timur.

9. Kali Cipinang.

10. Kali Sunter.

11. Kali Buaran.

12. Kali Jati Kramat.

13. Kali Cakung.

Aliran sungai yang masuk ke Jakarta, ditampung dan dikendalikan debit dan

arahnya supaya tidak masuk wilayah tengah kota. Di tengah diarahkan melalui

saluran Banjir Kanal Barat, di Barat melalui saluran Cengkareng Drain dan di

Timur melalui Cakung Drain.

c. Saluran-saluran drainase yang ada, kapasitas muatannya tidak cukup

melayani sistem tata air yang ada, sedangkan rencana pekerjaan perbaikan

pada saluran-saluran baik saluran makro, sub makro, penghubung dan

saluran mikro belum seluruhnya terealisasikan.

d. Di beberapa tempat terjadi efek aliran yang terbendung dari suatu sungai

terhadap saluran drainase yang terkait.

e. Terjadinya penyumbatan di saluran-saluran drainase akibat sedimen tanah,

lumpur, dan limbah/sampah.

f. Terhambatnya aliran sungai akibat kondisi geometris alur sungai seperti

terdapatnya meandering (tikungan sungai), pertemuan anak sungai dengan

sungai induknya yang tidak searah.

g. Penurunan tanah dan pasang surut air.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

30

2. Peristiwa / Kejadian Alam.

a. Curah hujan yang tinggi.

b. Terjadinya hambatan aliran akibat terjadinya puncak banjir pada sungai

induk yang bersamaan waktunya dengan puncak banjir pada anak sungai.

c. Terjadinya hambatan di muara sungai akibat terjadinya pasang naik yang

bersamaan dengan puncak banjir di sungai.

d. Terjadinya kenaikan muka air laut akibat pemanasan global.

e. Terjadinya amblesan permukaan tanah di dataran alluvial (tanah liat atau

batu kerikil yang terbawa oleh aliran sungai dan akan mengendap di hilir

sungai).

3. Pengaruh Kegiatan Manusia.

a. Pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat seperti halnya di Jabotabek yang

memerlukan berbagai fasilitas serta kegiatan yang berdampak langsung

maupun tidak langsung terhadap terjadinya masalah banjir.

b. Pembangunan dan pemanfaatan daerah dataran rendah yang sebenarnya

rawan terhadap banjir untuk berbagai keperluan seperti daerah

pemukiman/perkotaan, industri, perkantoran, maupun pertanian yang tidak

atau kurang menyesuaikan.

c. Perubahan kondisi lahan, antara lain dengan adanya penebangan hutan,

pengembangan industri, dan sebagainya pada Daerah Aliran Sungai (DAS)

baik di hulu, tengah maupun hilir.

d. Pembangunan yang legal maupun illegal di sepanjang bantaran, tebing,

bahkan di atas palung sungai, terutama pada sungai-sungai yang melewati

daerah pemukiman padat.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

31

e. Adanya rumah atau pemukiman dan pepohonan di bantaran sungai yang

menimbulkan penyempitan penampang basah sungai sehingga mengurangi

kapasitas pengaliran sungai.

f. Pembangunan sarana drainase dari daerah pertanian dan pemukiman di

lahan dataran rendah atau dataran banjir dengan tujuan mengeringkan lahan

tersebut terhadap genangan lokal, menjadikan debit banjir di sungai

meningkat sekaligus memperkecil potensi lahan yang dikeringkan tersebut

sebagai daerah potensi banjir.

g. Pembuangan sampah ke saluran drainase dan sungai menimbulkan

pendangkalan dan penyempitan alur sungai serta menghambat aliran air.

h. Terbatasnya pengertian masyarakat terhadap masalah banjir dan upaya

penanganannya, sehingga berbagai kegiatannya kurang mendukung dalam

memperkecil bencana.

i. Terbatasnya upaya penanganan masalah banjir dan kurangnya

pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana pengendali banjir yang telah

dikerjakan, sehingga resiko terjadinya banjir meningkat.

2.2.2.2. Penanganan Banjir

Tugas Pengendalian banjir yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum

(DPU) Propinsi DKI Jakarta antara lain:

A. Sebelum Banjir

1. Meningkatkan perawatan dan pemeliharaan sarana pengendalian banjir.

2. Memanfaatkan daerah tangkapan air.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

32

3. Pengadaan tambahan sarana pengendalian banjir kerjasama dengan

Departemen Permukiman & Prasarana Wilayah.

4. Mengatur, menyiapkan personalia dan alat-alat operasional untuk

pengendalian banjir.

5. Bagian Tata Usaha DPU Propinsi DKI Jakarta menyelesaikan prasarana

telepon, PAM, dan PLN baik penyambungan maupun pembayaran setiap

bulan.

B. Pada Waktu Banjir

1. Memberikan informasi dini kepada 5 (lima) Wilayah Kotamadya maupun

Media Massa.

2. Melaporkan dan mengadakan hubungan komunikasi dengan Pos

Balaikota/Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana

(Satkorlak PB).

3. Menyiapkan personil dan sarana untuk tugas-tugas pengendalian di posko

maupun di lapangan.

4. Mensiagakan penuh petugas di pos-pos pengamat, pintu-pintu air, waduk-

waduk dan tempat-tempat lain yang dipandang perlu dan rawan banjir.

5. Mengendalikan banjir melalui sarana pengendalian yang ada.

6. Mengambil langkah-langkah, usaha dan kegiatan untuk mengurangi

terjadinya genangan di daerah pemukiman, proyek-proyek vital maupun

sarana perkotaan lainnya.

7. Membersihkan saluran-saluran air yang tersumbat bekerjasama dengan

Dinas Kebersihan atau Dinas Teknis lainnya.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

33

8. Mengeluarkan instruksi-instruksi/perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk

kepada Pelaksana pengendali banjir.

9. Mengirimkan karung-karung pasir ke tempat-tempat yang membutuhkan.

C. Setelah Banjir.

1. Mengadakan inventarisasi akibat-akibat yang ditimbulkan oleh banjir

terhadap sarana perkotaan, di daerah-daerah pemukiman, proyek-proyek

vital, sarana-sarana pengendalian banjir dan membuat laporan kepada

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

2. Segera memprogramkan dan mengadakan rehabilitasi akibat banjir.

2.2.2.3. Kategori Banjir

Berdasarkan sumber air yang menyebabkan banjir di wilayah Teluk

Jakarta dan Tangerang, maka banjir dapat digolongkan kepada:

1. Banjir kiriman yang dikirim oleh sungai-sungai yang datang dari selatan.

2. Banjir genangan akibat hujan lokal yang tidak bisa dipatus secara gravitasi.

3. Banjir kombinasi kiriman dan hujan lokal yang besar bersamaan datang.

2.2.2.4. Tingkat Kegawatan Dan Penanggung Jawab Pengendalian Banjir

Untuk tingkat kegawatan yang berbeda, maka penanggung jawab

pengendalian banjir juga berbeda, yaitu:

1. Untuk Siaga I merupakan wewenang Gubernur Propinsi DKI Jakarta.

2. Untuk Siaga II merupakan wewenang Komandan Umum, yaitu Walikota

Madya.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

34

3. Untuk Siaga III merupakan wewenang Komandan Operasional, yaitu

setingkat Kepala Suku Dinas Kota Madya.

4. Untuk Siaga IV merupakan wewenang mantri pintu air, petugas rumah

pompa selaku pelaksana pengendali, kepala seksi kecamatan.

Untuk tingkat ketinggian air beberapa pintu air terdapat pengukuran yang

menggunakan patok ketinggian air di Tanjung Priok, yaitu Peil Priok (PP).

Digambarkan sebagai berikut:

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

35

TINGKAT SIAGA I WEWENANG GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

TINGKAT SIAGA II WEWENANG KOMANDAN UMUM

TINGKAT SIAGA III

WEWENANG KOMANDAN OPERASIONAL

TINGKAT SIAGA IV WEWENANG MANTRI PINTU AIR, PETUGAS RUMAH POMPA SELAKU PELAKSANA PENGENDALI

Gambar 2.15 Gambar Tingkat Kegawatan dan Penanggung Jawab Pengendalian Banjir

POS KATULAMPA

POS DEPOK

PINTU AIR MANGGARAI

PINTU AIR KARET

KRUKUT HULU

PINTU AIR PULO GADUNG

CIPINANG HULU

POS SUNTER HULU

PINTU AIR CAKUNG DRAIN

ANGKE HULU

POS PESANGGRAHAN

PINTU AIR CENGKARENG

DRAIN

>310 CM >300 CM >350 CM >600 PP >950 PP >770 PP >150 CM >250 CM >390 CM >300 CM >350 CM >310 CM

240-310 CM 200-300 CM270-350 CM 550-600 PP 850-950 PP 700-770 PP 120-150 CM 200-250 CM 360-390 CM 200-300 CM 250-350 CM 270-310 CM

170-240 CM 100-200 CM200-270 CM 450-550 PP 750-850 PP 550-700 PP 80-120 CM 140-200 CM 270-360 CM 100-200 CM 150-250 CM 190-270 CM

s/d 170 CM s/d 100 CMs/d 200 CM s/d 450 PP s/d 750 PP s/d 550 PP s/d 80 CM s/d 140 CM s/d 270 CM s/d 100 CM s/d 150 CM s/d 190 CM

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

36 2.2.3 Pengertian Genangan

Menurut Badan Pengendalian Banjir, genangan adalah air yang antri

(memenuhi) jalan dengan ketinggian air mencapai 30 sampai 50 sentimeter. Lamanya

genangan untuk sebuah sebutan genangan air adalah berkisar 30 sampai 40 menit atau

tidak mencapai satu jam. Selama ketinggian air di bawah 100 sentimeter atau satu meter,

itu bukanlah banjir.

Menurut PEMDA DKI Jakarta, genangan adalah ketinggian air yang mencapai

30 sentimeter dari permukaan laut.

2.2.4 Pengertian Curah Hujan

Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), curah hujan adalah air

yang jatuh sampai ke permukaan tanah. Butiran-butiran air yang tidak sampai ke

permukaan tanah disebut dengan virga. Satuan curah hujan adalah mm (milimeter). 1

mm maksudnya adalah hujan yang jatuh ke permukaan tanah, apabila diukur tingginya

adalah 1 mm tanpa ada yang meresap atau mengalir atau pun menguap. Curah Hujan 1

mm adalah banyaknya air yang tertampung dalam luasan 1m2 jumlahnya adalah 1 liter.

Menurut BAKOSURTANAL, curah hujan adalah volume hujan rata-rata yang

jatuh pada suatu wilayah, dihitung setiap periode waktu tertentu (per bulan atau per

tahun).

2.2.5 Pengertian Resapan

Menurut Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah

(KIMPRASWIL), Resapan adalah proses penambahan air ke dalam lapisan air tanah

dari sebagian air hujan, yang dapat menaikkan muka air tanah.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

37

Menurut BAKOSURTANAL, kawasan resapan adalah suatu kawasan dari mana

sesuatu dikumpulkan atau suatu kawasan daratan dari mana air hujan yang jatuh ke

kawasan itu meniris melalui suatu jaringan drainase tunggal (catchment area).

Resapan air adalah kawasan sumber bagi aliran larian/limpasan (run-off) yang

mengalir ke suatu titik tertentu. Atau dapat juga diartikan sebagai kawasan yang

ditentukan oleh kenampakan/ciri istimewa topografi yang di dalamnya curah hujan

menyumbang pada air limpasan di suatu titik tertentu (catchment).

2.2.6 Pengertian Peta

Menurut Heywood (2002, p283), peta topografi adalah peta yang tujuan

utamanya adalah mengindikasikan data rekaan dari sebuah permukaan tanah. Peta ini

biasanya menampilkan tanah lapang, keadaan tanah, jaringan transportasi, batas

administrasi, dan bentuk-bentuk buatan yang lain.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 10 Tahun 2000

tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah , Peta adalah suatu

gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun

di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala

tertentu.

Kemajuan dalam bidang teknologi yang berbasiskan komputer telah memperluas

wahana dan wawasan mengenai peta. Peta tidak hanya dikenali sebagai gambar pada

lembar kertas, tetapi juga penyimpanan, pengelolaan, pengolahan, analisa dan

penyajiannya dalam bentuk digital terpadu antara gambar, citra dan teks. Peta yang

terkelola dalam mode digital mempunyai keuntungan penyajian dan penggunaan secara

konvensional peta garis cetakan (hard copy) dan keluwesan, kemudahan penyimpanan,

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

38 pengelolaan, pengolahan, analisa dan penyajiannya secara interaktif bahkan real time

pada media komputer (soft copy).

2.2.6.1 Jenis Peta

Peta bisa dijeniskan berdasarkan isi, skala, penurunan serta

penggunaannya.

A. Peta berdasarkan isinya:

1. Peta Hidrografi: memuat informasi tentang kedalaman dan keadaan dasar

laut serta informasi lainnya yang diperlukan untuk navigasi pelayaran.

2. Peta Geologi: memuat informasi tentang keadaan geologis suatu daerah,

bahan-bahan pembentuk tanah dan lain-lain. Peta geologi umumnya juga

menyajikan unsur peta topografi.

3. Peta Kadaster: memuat informasi tentang kepemilikan tanah beserta

batas.

4. Peta Irigasi: memuat informasi tentang jaringan irigasi pada suatu

wilayah.

5. Peta Jalan: memuat informasi tentang jejaring jalan pada suatu wilayah

6. Peta Kota: memuat informasi tentang jejaring transportasi, drainase,

sarana kota.

7. Peta Relief: memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah dan

kondisinya.

8. Peta Teknis: memuat informasi umum tentang tentang keadaan

permukaan bumi yang mencakup kawasan tidak luas. Peta ini dibuat

untuk pekerjaan perencanaan teknis skala 1 : 10 000 atau lebih besar.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

39

9. Peta Topografi: memuat informasi umum tentang keadaan permukaan

bumi beserta informasi ketinggiannya menggunkan garis kontur. Peta

topografi juga disebut sebagai peta dasar.

10. Peta Geografi: memuat informasi tentang ikhtisar peta, dibuat berwarna

dengan skala lebih kecil dari 1 : 100 000.

B. Peta berdasarkan skalanya:

1. Peta skala besar: skala peta 1 : 10 000 atau lebih besar.

2. Peta skala sedang: skala peta 1 : 10 000 - 1 : 100 000.

3. Peta skala kecil: skala peta lebih kecil dari 1 : 100 000.

C. Peta berdasarkan penurunan dan penggunaan:

1. Peta Dasar: digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan

umum maupun pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya

menggunakan peta topografi.

2. Peta Tematik: dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan

memuat tema-tema tertentu.

2.2.6.2 Pengertian Peta Hujan

Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Istilah lain dari

peta hujan adalah isoyet, iso berarti garis, sedangkan yet berarti hujan. Peta hujan

adalah suatu peta yang menunjukkan sebaran hujan yang dibatasi dengan garis-

garis isoline.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

40

Gambar 2.16 Peta Hujan (Isoyet)

2.2.6.3 Pengertian Skala Peta

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 10 Tahun

2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah, Skala

peta adalah angka perbandingan antara jarak dua titik di atas peta dengan jarak

tersebut di muka bumi.

Menurut Badan Standardisasi Nasional, Skala peta merupakan

perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya yang dinyatakan dengan

angka atau garis atau gabungan keduanya.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

41

Contohnya adalah peta dengan skala 1 : 5000, maksudnya adalah 1 cm

(sentimeter) di peta merepresentasikan 50 m (meter) pada muka bumi dan peta

dengan skala 1 : 1.000.000, maksudnya adalah 1 cm (sentimeter) di peta

merepresentasikan 10 km (kilometer) pada muka bumi.

2.2.7 Metode Waterfall

Untuk membuat sistem prediksi banjir ini digunakan suatu model perancangan

waterfall system. Model sekuensial linier disebut juga dengan “Siklus Kehidupan

Klasik” atau “model air terjun”. Model sekuensial linier mengusulkan sebuah

pendekatan pada perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekuensial yang

mulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian,

dan pemeliharaan. Dimodelkan setelah siklus rekayasa konvensional, model sekuensial

linear melingkupi aktifitas-aktifitas sebagai berikut :

1. Rekayasa dan Pemodelan Sistem / Informasi.

Karena perangkat lunak selalu merupakan bagian dari sebuah sistem yang

lebih besar, kerja dimulai dengan membangun syarat dari semua elemen

sistem dan mengalokasikan beberapa subset dari kebutuhan ke perangkat

lunak tersebut. Pandangan sistem ini penting ketika perangkat lunak harus

berhubungan dengan elemen-elemen yang lain seperti perangkat keras,

manusia, dan database. Rekayasa dan analisis sistem menyangkut

pengumpulan kebutuhan pada tingkat sistem dengan sejumlah kecil analisis

serta desain tingkat puncak.

2. Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

42

Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan dan di fokuskan, khususnya

pada perangkat lunak. Untuk memahami sifat program yang dibangun,

perekayasa perangkat lunak (analis) harus memahami domain informasi,

tingkah laku, unjuk kerja, dan antar muka (interface) yang diperlukan.

3. Desain

Desain perangkat lunak sebenarnya adalah proses multi langkah yang berfokus

pada empat atribut sebuah program yang berbeda; struktur data, arsitektur

perangkat lunak, representasi interface data detail (algoritma) prosedural.

Proses desain menerjemahkan syarat / kebutuhan ke dalam sebuah representasi

perangkat lunak yang dapat diperkirakan demi kualitas sebelum dimulai

pemunculan kode.

4. Pengkodean

Desain harus diterjemahkan ke dalam bentuk bahasa mesin yang bisa dibaca

oleh komputer. Jika desain dilakukan dengan cara yang lengkap, pembuatan

kode dapat diselesaikan secara mekanis.

5. Pengujian

Sekali kode dibuat, pengujian hologram dimulai. Proses pengujian berfokus

pada logika internal perangkat lunak, memastikan bahwa semua pernyataan

sudah diuji, dan pada eksternal fungsional – yaitu mengarahkan pengujian

untuk menemukan kesalahan-kesalahan dan memastikan bahwa input yang

dibatasi akan memberikan hasil aktual yang sesuai dengan hasil yang

dibutuhkan.

6. Pemeliharaan

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

43

Perangkat lunak akan mengalami perubahan setelah disampaikan kepada

pelanggan (perkecualian yang mungkin adalah perangkat lunak yang

dilekatkan). Perubahan akan terjadi karena kesalahan-kesalahan ditentukan,

karena perangkat lunak harus disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan-

perubahan di dalam lingkungan eksternalnya (contohnya perubahan yang

dibutuhkan sebagai akibat dari perangkat peripheral atau sistem operasi yang

baru), atau karena pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional atau

unjuk kerja.

2.2.8 Tank Model

Dalam sistem yang dirancang akan digunakan pendekatan fungsional dengan

menggunakan tank model yang menurut para ahli hidrologi merupakan suatu pendekatan

perhitungan volume poligon yang akan diprediksi dengan mengibaratkan luasan wilayah

(poligon) tersebut sebagai sebuah tank, yang memiliki koefisien resapan air ke arah

bawah dan koefisien air larian ke arah samping. Tank model yang akan dipakai adalah

tank model yang paling sederhana yaitu linear tank model, dengan gambar seperti di

bawah ini :

Gambar 2.17 Linear Tank Model

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-83-BAB...perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat

44

Keterangan :

I(t) = Intensitas curah hujan

Ol = Air larian yang mengalir ke sungai

Ob = Air resapan ke tanah

Selain dipengaruhi oleh kedua koefisien tersebut (Ol dan Ob) diperlukan data-

data mengenai intensitas curah hujan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah

air yang tergenang, seperti : air yang menguap, resapan ke permukaan daun tumbuhan,

dsb. (dalam rancangan sistem ini diabaikan) untuk dapat memprediksi ketinggian

genangan air/banjir.