28
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq ) 2.1.1 Botani Klasifikasi tanaman kelapa sawit merupakan pengetahuan dasar untuk memahami tanaman tersebut.Dalam dunia botani semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Ltatin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embrayophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Palmae Subfamili : Cocoideeae Gensus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15-20 meter.Tanaman ini berumah satu atau Monoecious dimana bungga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon. Bunga jantan dan bunga betina terdapat masing-masing pada tandan bunganya dan terletak terpisah yang keluar dari ketiak pelepah daun.Tanaman ini dapat menyerbuk sendiri dan dapat menyerbuk silang.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq )

2.1.1 Botani

Klasifikasi tanaman kelapa sawit merupakan pengetahuan dasar untuk memahami

tanaman tersebut.Dalam dunia botani semua tumbuhan diklasifikasikan untuk

memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah

(Ltatin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus.

Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Embrayophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Palmae

Subfamili : Cocoideeae

Gensus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq

Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15-20 meter.Tanaman

ini berumah satu atau Monoecious dimana bungga jantan dan bunga betina terdapat

pada satu pohon.

Bunga jantan dan bunga betina terdapat masing-masing pada tandan bunganya dan

terletak terpisah yang keluar dari ketiak pelepah daun.Tanaman ini dapat menyerbuk

sendiri dan dapat menyerbuk silang.

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

2.1.2 Morfologi

A. Akar

Akar pertama yang muncul dari biji yang telah tumbuh (berkecambah) adalah

radikula yang panjangnya dapat mencapai 15 cm, mampu bertahan sampai 6 bulan.

Dari radikula ini akan muncul akar lainnnya yang bertugas mengambil air dan hara

lainnya dari media tumbuh namun masih perlu dibantu dari cadangan makanan yang

ada pada endosperm.

Akar kemudian fungsinya diambil oleh akar primer (utama) yang keluar dari bagian

bawah batang beberapa bulan kemudian. Akar baru ini tumbuh45 derajat vertical

kebawah bertugas mengambil air dan makanan berhubung cadangan makanan pada

endosperm biji telah habis yang ditandai dengan lepasnya biji.

Dari akar primer ini tumbuh akar sekunder yang tumbuh horizontal dan dari sini

tumbuh pula akar tertier dan kwarter yang berada dekat pada permukaan tanah. Akar

tertier dan kwarter inilah yang paling aktif mengambil air dan hara lain dari dalam

tanah. Pada tanaman dilapangan akar-akar tersebut terutama berada 2-2,5 meter dari

pangkal pokok atau diluar piringan.

Disini tanahnya lebih remah, lebih lembab dan merupakan daerah sebaran

pupuk.Terbanyak di jumpai pada kedalaman 0-20 cm dari permukaan

tanah.Tergantung dari tipe bahan tanaman dan jenis tanah akar sawit dapat tumbuh

menyimpang sampai lebih dari 6 m, serta pola penyebaran yang berbeda-beda (Lubis,

2008).

B. Batang

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Bakal batang disebut plumula (seperti tombak kecil). Tanaman kelapa sawit

berbatang lurus, tidak bercabang pada tanaman dewasa diameternya 45-60 cm.

Bagian bawah batang biasanya lebih gemuk, disebut dengan bonggol dengan

diameter 60-100 cm.Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena

masih tertutup oleh pelepah yang belum ditunas. Kemudian batang mulai meninggi

dengan kecepatan tumbuh 35-70 cm/tahun.

Pertambahan tinggi batang juga di pengaruhi oleh jenis tanaman, tanah, iklim, pupuk,

kerapatan tanaman dan lain-lain. Perkembangan tinngi batang yang normal adalah

sebangai berikut :

Tabel 2.1 Perkembangan Tinggi Batang Normal

Umur

(Tahun)

Tinggi

(Meter)

Umur

(Tahun)

Tinggi

(Meter)

Umur

(Tahun)

Tinngi

(Meter)

3 1,6 10 6,7 18 11,3

4 2,2 11 7,5 19 11,5

5 2,6 12 8,4 20 11,9

6 3,8 13 8,9 21 12,2

7 4,5 14 9,8 22 12,4

8 5,4 15 10,0 23 13,0

9 5,7 16 10,5 24 12,3

10 5,9 17 11,0 25 14,0

Sumber : Wahyuni (2007)

D.Daun

Kelapa sawit berupa daun tunggal dengan susuan tulang-tulang daun menirip, yaitu

tiap daun terdiri dari :

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

1. Rachis yaitu tulang daun utama yang sangat lebar dibagian bawah dan menempel

pada batang (petioles) dan berangsur-angsur menempit menuju ujung daun yang

panjang mencapai 9 m.

2. Pinnae yaitu anak daun berderet di sisi kiri dan kanan rachis dengan arah keatas

dan ke bawah, jumlah bervariasi antara 250-400 helai.

3. Anak-anak daun pada pangkal daun sangat memendek dan mengalami modifikasi

menjadi duri-duri daun yang ada dikedua sisi lidi tersebut.

Tahap perkembangan daun :

a. Lenceolate, daun awal yang keluar pada masa pembibitan helaian yang utuh.

b. Bifurcate, bentuk daun dengan helaian daun sudah pecah bagian ujung yang belum

terbuka.

c. Pinnate, bentuk daun bagian helaian yang sudah membuka sempurna dengan anak

daun keatas dan kebawah (Wahyuni, 2007).

D. Bunga

Kelapa sawit termasuk tumbuhan berumah satu (monoceous) yaitu dalam satu pohon

terdapat bunga jantan dan bunga betina.Bunga jantan dan bunga betina berada pada

rangkaian yang terpisah.Terkadang dijumpai bunga hermaprodit yaitu pada satu

rangkaian terdapat bunga jantan dan bunga betina.

Kelamin bunga sawit ditentukan ketika masih berupa primordial bunga yaitu kira-kira

20 bulan sebelum bunga muncul pada pohon. Deferensi sex: 42 bulan sebelum panen.

Inisiasi sampai anthesis 18-24 bulan.

1) Bunga betina

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Bunga betina tersusun dalam tandan dengan panjang 24-25 cm. Berisi bebrapa ribu

bunga betina yang muncul pada spiklet yang berduri (tersusun secara spiral pada

tangkai tandan).Bunga betina terbungkus dalam seludang .Jumlah spiklet 100-2-buah,

yang dimna setiap spiklet terdapat 15-20 bunga.Ketika bunga betina siap diserbuki

(ada nectar warnanya putih sampai kuning pucat).

Kepala putik tersusundari tiga bagian berwarna putih dengan seluruh garis merah.

Setelah bunga diserbuki warnanya berubah menjadi kemerah-merahan dan akhirnya

kehitaman . Bunga betina tidak masak serempak semuanya, bunga betina yang

dibentuk pada pangkal tandan akan masak belakangan.Bunga-bunga ini tidak semua

berhasil menjadi buah , biasanya antara 600-1500 buah.

2) Bunga jantan

Bunga jantan tersusun dari banyak tonjolan-tonjolan berbentuk seperti jari yang

disebut spiklet, jumblah spiklet 100-250, panjang spiklet 12-20 cm.Tiap spiklet terdiri

dari 100-1500 kuntum bunga yang sangat kecil berwarna putih kekuningan. Bunga

jantan ketika membuka berbau harum yang khas untuk memikat serangga penyerban

Serengga penyerbuk.

Serangga penyerbuk dari afrika yang telah disebarkan di perkebunan adalah

Eladobius kemeranucius.Bunga jantan masak dari pangkal ke ujung spiklet.Salah satu

bunga jantan dapat menghasilkan tepung sari sebesar 25-50g.Masa masakbunga

jantan berlangsung 2-3 hari setelah itu warnanya menjadi keabu-abuan dan tidak

berfungsi lagi. Dalam satu tahun jumblah bunga jantan adalah 15-25 pada tanaman

muda dan 8-15 pada tanaman dewasa.(Wahyuni,2007).

E. Buah

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Buah sawit tersusun dalam satu tandan. Diperlukan waktu 5,5-6,0 bulan dari saat

penyerbukan sampai matang panen. Dalam satu rangkaian terdapat kurang lebih 1800

buah yang terdiri dari buah luar, buah tengah dan buah dalam yang ukurannya kecil

karena posisi yang terjepit mengakibatkan tidak mengembang dengan baik.

Berat satu buah bervariasi 15-30g, Panjang 3-5 cm, Buah matang yang terlepas dari

tandan disebut berondolan.Buah kelapa sawit adalah buah batu (drupe) yang tidak

bertangkai (sessile).

Bagian-bagian dari buah :

-Eksocrap : kulit

-Mesocrap : sabut/daging buah

-Endocrap : tempurung/cangkang

Kernel yang dibungkus dengan testa (kulit). Biji terdiri dari cangkang,dan embrio,

endosperm yang menjadi cadangan makanan pada waktu per-tumbuhan biji.

2.2 Syarat Pertumbuhan Kelapa Sawit

A.Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat

toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik.Namun, untuk menghasilkan

pertumbuhan yang sehat dan jagur serta menghasilkan produksi yang tinggi

dibutuhkan kisran kondisi lingkungan tertentu disebut juga syarat tumbuh kelapa

sawit.

Kondisi alam, tanah, dan bentuk wilayah merupakan faktor lingkungan utama yang

mempengaruhi keberhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit, disamping faktor

lainnya seperti bahan tanam (genetis) dan perlakukan kultur teknis yang diberikan.

Penelitian kesesuaian lahan dengan survei areal dengan menggunakan metode yang

tepat dan pengumpulan data yang akurat serta pemeriksaan yang cermat. Standar

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

beberapa faktor yang dinilai merupakan syarat tumbuh tanaman kelapa sawit adalah

sebagai berikut:

1. Kondisi Iklim

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 270C dengan suhu

maksimum 330C dan suhu minimum 220C sepanjang tahun.Curah hujan rata-rata

tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1250-3000mm

yang merata sepanjang tahun dengan jumlah bulan kering kurang dari 3, curah hujan

optimal berkisar 1750-2500 mm (Lubis, 2008).

Aspek iklim yang juga berpengaruh pada budidaya kelapa sawit adalah ketinggian

tempat dari permukaan laut (elevasi).Elevasi untuk pengembangan tanaman kelapa

sawit kurang dari 400 m dari permukaan laut.Areal dengan ketinggian tempat lebih

dari 400 m dari permukaan laut tidak disarankan lagi untuk pengembangan kelapa

sawit.

2. Bentuk Wilayah

a. Bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit adalah daftar sampai berombak

yaitu wilayah dengan kemiringan lereng antara 0-8%.

b. Pada wilayah bergelombang sampai berbukit (kemiringan lereng 8-30%), kelapa

sawit masih dapat tumbuh dapat berproduksi dengan baik melalui upaya pengolahan

tertentu seperti pembuatan teras.

c. Pada wilayah berbukit dengan kemiringan >30% tidak dianjurkan untuk kelapa

sawit karena akan memerlukan biaya yang besar untuk pengolahannya, sedangkan

produksi kelapa sawit yang dihasilkan relatif rendah.

3. Kondisi Tanah

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Sifat tanah yang ideal dalam batas tertentu dapat mengurangi pengaruh buruk dari

keadaan iklim yang kurang sesuai.Misalnya tanaman kelapa sawit pada lahan yang

beriklim agak kurang masih dapat tumbuh baik jika kemampuan tanahnya tergolong

tinggi dalam menyimpan dan menyediakan air.Secara umum kelapa sawit dapat

tumbuh dapat berproduksi baik pada tanah-tanah ultisol, entisols, inceptisols, dan

histosols.

Berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya, kelapa sawit dapat diusahakan pada

tanah yang tekstur agar kasar sampai halus yaitu antara pasir berlempung sampai liat

massif.Beberapa karakteristik tanah yang digunakan pada penilaian kesesuain lahan

untuk kelapa sawit meliputi batuan dipermukaan tanah, kedalaman efektif tanah,

tekstur tanah, kondisi drainase tanah, dan tingkat kemasaman tanah (pH).

Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung berdebu, lempung

liat berdebu, lempung liat dan lempung berpasir.Kedalaman efektif tanah yang baik

adalah jika >100 cm, sebaliknya jika kedalaman efektif>50 cm, dan tidak

memungkinkan untuk diperbaiki maka tidak direkomendasikan untuk kelapa sawit.

Kemasaman (pH) tanah yang optimal adalah pada 5,0-6,0 namun kelapa sawit masih

toleran terhadap pH <5,0 misalnya pada pH 3,5-4,0 (pada tanah gambut). Beberapa

perkebunan kelapa sawit terdapat pada tanah yang memiliki pH tanah >7,0 namun

produktifitasnya tidak optimal. Pengolahan tingkat kemasaman tanah dapat dilakukan

melalui tindakan pemupukan dengan menggunkan jenis-jenis pupuk dolomite, kapur

pertanian (kaptan) dan fosfat alam (Lubis, 2008).

2.2.1 Sifat Fisik Tanah

A.Tanah

Tanah merupakan kombinasi mineral, bahan bahan organic, gas, berbagai jenis

cairan, dan organisme yang tidak dapat dihitung yang bersama sama mendukung

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

kehidupan di atas bumi. Tanah merupakan materi alami yang dikenal sebagai

pedosfer yang memiliki 4 peran penting yaitu:

1. media tumbuh tanaman

2. tempat penyimpanan air

3. media penyedia

4. purifikasi air, dan merupakan habitat bagi banyak organisme.

Tanah dianggap sebagai “kulit dari bumi” dan berkaitan erat dengan litosfer,

hidrosfer, dan biosfer.Sebutan pedolit, seringkali diartikan sebagai tanah.Tanah terdiri

dari bagian yang solid (mineral dan organic) dan bagian yang berporos karena

mengandung gas dan air.

Tanah merupakan produk akhir dari interaksi iklim, relief, organisme dan material

induk dalam waktu tertentu. Tanah secara kontinyu berkembang melalui banyak

proses fisika, kimiawi, dan biologis. Kebanyakan tanah memiliki kepadatan antara 1

hingga 2 g/cm3.

Hanya sedikit tanah di bumi yang lebih tua dari zaman pleistosen, dan tidak ada yang

lebih tua dari zaman cenozoic meskipun tanah dari fosil dianggap berasal dari zaman

arkean.

Studi mengenai tanah dibagi menjadi 2 cabang yaitu: edaphology dan pedologhy.

Edaphologhy mengonsentrasikan efek tanah bagi kehidupan organisme.Pedologhy

fokus pada formasi, deskripsi dan klasifikasi tanah dalam lingkungan.

B.Proses pembentukan tanah

Formasi tanah, atau pedogenesis merupakan efek kombinasi antara proses biologis,

kimiawi dan fisika yang bekerja pada material induk tanah. Tanah dikatakan akan

terbentuk ketika bahan organic diperoleh meninggalkan humus, karbon, dan gypsum

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

yang menciptakan lapisan dinamakan horizon B. Lapisan ini berpindah dari satu level

ke level lain oleh air dan aktivitas makhluk hidup. Hasilnya, horizon B akan

membentuk lapisan tanah. Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh 5 faktor klasik

seperti iklim, topografi (relief), organisme, dan waktu.

Berikut adalah beberapa sifat fisik tanah :

1. Bahan induk tanah

Bahan induk merupakan materi utama dari tanah yang dibentuk oleh berbagai faktor

melalui proses kimiawi, biologis dan fisika. Bahan induk tanah secara umum adalah

Quartz (SiO2), Kalsit (CaCO3), Feldspar dan Biotit.

2. Tekstur tanah

Komponen mineral dari tanah adalah pasir, lumpur dan tanah liat, proporsi dari

kombinasi ketiga bahan tersebut akan menentukan tekstur tanah (menyerupai

kombinasi antara tepung, air dan telur). Hal yang dipengaruhi oleh tesktur tanah

mencakup porositas, permeabilitas (kemampuan menyerap), infiltrasi, dan kapasitas

kandungan air. Tanah dan Pasir dan lumpur merupakan produk dari material induk

yang mengalami proses fisika dan kimiawi. Tanah liat merupakan produk dari

pengendapan material induk yang larut sebagai material sekunder.

3. Kepadatan tanah

Tingkat kepadatan tanah umumnya berkisar antara 2,6 hingga 2,75 gram per cm3 dan

biasanya tidak dapat berubah. Kepadatan partikel tanah yang banyak mengandung

material organic lebih rendah daripada tanah yang sedikit mengandung material

organic.Tanah dengan kepadatan rendah dapat menyimpan air lebih baik namun

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

bukan berarti cocok untuk pertumbuhan tanaman.Tanah dengan kepadatan tinggi

menunjukkan tingkat kandungan pasir yang tinggi.

4. Porositas tanah

Porositas mirip seperti kepadatan, hanya saja porositas berarti ruang kosong (pori

pori) diantara tekstur tanah yang tidak terisi dengan mineral atau bahan organic

namun terisi oleh gas atau air. Semakin tinggi kepadatan tanah maka semakin rendah

porositasnya dan sebaliknya semakin rendah kepadatan tanah semakin rendah

porositasnya.Idealnya, total porositas dari tanah adalah sekitar 50% dari total volume

tanah.

Ruang untuk gas dibutuhkan tanah untuk menyediakan oksigen yang berguna untuk

organisme dalam menguraikan material organic, humus dan akar tanaman. Porositas

juga mendukung pergerakan serta penyimpanan air serta nutrisi.Tingkat porositas

tanah dibagi menjadi 4 kategori yaitu sangat baik dengan tingkat porositas kurang

dari 2 mikro meter, baik dengan tingkat porositas 2-20 mikro meter, sedang dengan

tingkat porositas 20-200 mikro meter dan kasar dengan porositas 200 mikro meter

hingga 2 mili meter.

5. Temperatur tanah

Tanah memiliki temperatur yang bervariasi mulai dari tingkat dingin ekstrim -20

derajat celcius hingga tingkat panas ekstrim mencapai 60 derajat celcius. Temperatur

tanah penting bagi germinasi biji tanaman, pertumbuhan akar tanaman serta

menyediakan nutrisi bagi tanaman tersebut. Tanah yang berada 50cm dibawah

permukaan cenderung memiliki temperatur yang lebih tinggi sekitar 1,8 derajat

celcius.

6. Warna tanah

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Warna tanah seringkali menjadi faktor paling dasar bagi kita untuk membedakan jenis

jenis tanah.Umumnya, warna tanah ditentukan oleh kandungan material organic,

kondisi drainase, minearologi tanah dan tingkat oksidasi. Pengembangan dan

distribusi warna tanah berasal dari proses kimiawi dan tingkat pelapukan material

organic.

Ketika mineral primer dalam bahan induk lapuk, elemen tanah akan dikombinasikan

pada senyawa dan warna yang baru. Mineral besi merupakan mineral sekunder yang

akan menghasilkan warna kuning atau kemerahan pada tanah, material organic akan

menghasilkan warna hitam kecoklatan atau coklat (warna subur). Manggan, sulphur

dan nitrogen akan menghasilkan warna hitam.

7. Konsistensi tanah

Konsistensi tanah berarti kemampuan tanah untuk menempel pada objek lain dan

kemampuan tanah untuk menghindari deformasi atau berpisah. Konsistensi diukur

dengan 3 kondisi kelembapan yaitu: kering, lembap dan basah. Konsistensi tanah

bergantung pada tingkat banyaknya tanah liat.

2.2.2Sifat Dan Ciri Tanah Ultisol

A.Tanah Ultisol

Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia (Subagyo

dkk., 2004). Tanah Ultisol yaitu tanah yang memiliki kemasaman kurang dari 5,5

sesuai dengan sifat kimia, komponen kimia tanahnya yang berperan terbesar dalam

menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH yang

mendekati minimun dapat ditemui sampai pada kedalaman beberapa cm dari batuan

yang utuh (belum melapuk).

Tanah Ultisol umumnya mempunyai nilai kejenuhan basa < 35%, karena batas ini

merupakan salah satu syarat untuk klasifikasi Tanah Ultisol menurut Soil

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Taxonomy.Beberapa jenis Tanah Ultisol mempunyai kapasitas tukar kation < 16

cmol kg-1 liat, yaitu Ultisol yang mempunyai horizon kandik.

Reaksi Tanah Ultisol pada umumnya masam hingga sangat masam (pH 5−3,10),

kecuali Tanah Ultisol dari batu gamping yang mempunyai reaksi netral hingga agak

masam (pH 6,80−6,50) ( Hermawan dkk., 2014).

Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada Tanah Ultisol dari granit, sedimen, dan tufa

tergolong rendah masing-masing berkisar antara 2,90−7,50 cmol kg-1 , 6,11−13,68

cmol kg-1 , dan 6,10−6,80 cmol kg-1 ,sedangkan yang dari bahan volkan andesitik

dan batu gamping tergolong tinggi (>17 cmol kg-1 ) (Prasetyo dan Suriadikarta,

2006).

Ultisol merupakan tanah masam yang telah mengalami pencucian basa-basa yang

intensif dan umumnya dijumpai pada lingkungan dengan drainase baik.Kondisi

tersebut sangat menunjang untuk pembentukan mineral kaolinit. Namun, dominasi

kaolinit tersebut tidak mempunyai kontribusi yang nyata pada sifat kimia tanah,

karena KTK kaolinit sangat rendah, berkisar 1,20−12,50 cmol kg-1 (Briendly

dkk.,1986). Mineral liat lainnya yang sering dijumpai adalah haloisit dan gibsit

(Subagyo dkk., 2004).

Tanah Ultisol memiliki kapasitas jerapan P tinggi yang dapat disebabkan oleh

tingginya kandungan ion Al+3, Fe+3 , Fe-oksida, dan mineral liat. Bentuk Fe di

dalam tanah antara lain disebut dengan konkresi besi. Di tanah masam seperti Tanah

Ultisol keberadaan konkresi besi lebih banyak ditemukan.Konkresi besi dapat

menyebabkan tingginya daya jerap tanah.Semakin banyak keberadaan konkresi besi

maka semakin tinggi kekuatan tanah untuk menjerap unsur hara seperti

fosfor.Sehingga menyebabkan fosfor tidak tersedia bagi tanaman.

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

B. Ketersediaan Fosfor Dan Fosfat Dalam Tanah

1.Fosfor Dalam Tanah

Fosfor yang ada di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik.Bentuk organik

P ditemukan dalam bahan organik dan humus. Fosfor dalam bahan organik

dilepaskan melalui proses mineralisasi melibatkan organisme tanah. Aktivitas

mikroba ini sangat dipengaruhi oleh kelembaban tanah dan suhu.Fosfor anorganik

bermuatan negatif di sebagian besar tanah.

Fosfor bereaksi dengan besi (Fe) bermuatan positif, aluminium (Al), dan kalsium

(Ca) untuk membentuk zat relatif tidak larut.Kelarutan senyawa fosfor anorganik

secara langsung mempengaruhi ketersediaan P untuk pertumbuhan

tanaman.Kelarutan P dipengaruhi oleh pH tanah.Kelarutan fosfor tanah untuk

tanaman yaitu pada pH 6–7.

Apabila pH dibawah 6, maka fosfor akan terikat oleh Fe dan Al. Ketersediaan fosfor

umumnya rendah pada tanah asam dan basa. Pada tanah dengan pH diatas 7, maka

fosfor akan diikat oleh Mg dan Ca (Mallarino, 2000).

2.Fosfat Dalam Tanah

Fosfat di dalam tanah terdapat dalam bentuk fosfat anorganik dan fosfat

organik.Bentuk anorganiknya berupa senyawa-senyawa Ca-fosfat, Fe-fosfat dan Al-

fosfat.Fosfat organik mengandung senyawa-senyawa yang berasal dari tanaman dan

mikroba dan tersusun dari asam nukleat, fosfolipid dan fitin.

Materi organik yang berasal dari sampah tanaman mati dan membusuk kaya akan

sumber-sumber fosfat organik (Kusumastuti, 2014).

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

2.2.3 Bulk Density (Kerapatan isi/ Berat Volume).

A. Bluk Density

Bulk density menunjukkan perbandingan dengan volume antara berat tanah kering

dengan volume tanah termasuk pori-pori tanah. Bulk density merupakan kepadatan

tanah.Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit

meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya Bulk Density berkisar

dari1,1–1,6g/cc.

Bulk Density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-tiap

hektar tanah, yang didasarkan pada berat tanah per hektar (Hardjowigeno, 2007).

Tanah organik memiliki bulk density yang sangat rendah jika dibandingkan dengan

tanah mineral.Variasi-variasi ada tergantung pada keadaan bahan organik dan

kandungan air pada waktu pengambilan cuplikan untuk menentukan bulk density.

Nilai-nilai yang berkisar dari 0,1 sampai 0,6 gram per sentimeter kubik adalah kubik

(Foth,2000).

Bahan organik memperkecil berat isi tanah karena bahan organik jauh lebih ringan

daripada mineral.Berat isi ditentukan oleh porositas dan padatan tanah.Tanah yang

bertekstur halus mempunyai berat isi yang lebih rendah daripada tanah berpasir

(Pairunan, dkk, 2005).

Penetapan konsistensi tanah dapat lakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab,

dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi

kadar air tanah diatas kapasitas lapang (field capacity). Konsistensi lembab

merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi

kadar air tanah kering udara.

Pada kondisi basah, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tinggakt plastisitas dan

tinggkat kelekatan.Tingkatan plastisitas ditetapkan dari tingkatan sangat plastis,

plasti, agak plastis (kaku).Tingkatan kelekatan ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat,

sangat lekat.Pada kondisi lembab, konsistensi tanah dibedakan kedalam tingkat

kegemburan sampai dengan tingkat keteguhannya. Konsistensi lembab dinilai mulai

dari: lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan eksrim teguh.

Konsistensi tanah gembur berarti tanah tersebut mudah diolah, sedangkan konsistensi

tanah teguh berarti tanah tersebut agak sulit di cangkul.Pada kondisi kering,

konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tinggkat kekerasan tanah. Konsistensi kering

dinilai dalam rentang lunak sampai keras yaitu meliputi: lepas, lunak, agak keras,

keras, sangat keras, dan ekstrim keras.

Cara penetapan konsistensi untuk kondisi lembab dan kering ditentukan dengan

meremas segumpal tanah.Apabila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah

dinyatakan berkonsistensi gembur untuk kondisi lembab atau lunak untuk kondisi

kering.

Apabila gumpalan tanah suka hancur dengan cara remasan tersebut maka tanah

dinyatakan berkonsistensi teguh untuk kondisi lembab atau keras untuk kondisi

kering. Dalam kondisi basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari, yaitu

kategori melekat. Selain itu, dapat pula berdasarkan mudah membentukan bulatan,

yaitu: mudah membentuk bulatan atau sukar membentuk bulatan dan kemampuannya

mempertahankan bentuk tersebut (plastik atau tidak plastic).

Secara lebih terinci cara penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan sebagai berikut:

1.Konsistensi basah

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Tingkat Kelekatan, yaitu tinggakat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah

dengan benda lain, ini 3 kategori:

1.Tidak lekat (nilai 0)

yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.

2. Agak lekat (nilai 1)

yaitu dicirikan seidkit melekat pada jari tangan atau benda lain.

3. Lekat (nilai 2)

yaitu dicirikan melekat pada jaritangan atau benda lain.

Tingkat plastisitas, yaitu menunjukan kemampuan tanah membentuk gunlungan, ini

dibagi 3 kategori sebagai berikut:

1. Tidak plastis (nilai 0)

yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.

2. Agak plastis (nilai 1)

yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1cm.

3. Plastis (nilai 20)

yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1m dan diperlukan sedikit

tekanan untuk merusak gulungan tersebut.

2.Konsistensi Lembab

Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori

sebagai berikut:

1.Lepas (nilai 0)

yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu samalain atau antar butir tanah mudah

terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).

2.Sangat gembur (nilai 1)

yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas.

3.Gembur (nilai 2)

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat menghancurkan

gumpalan tanah.

4.Teguh (nilai 3)

yaitu dengan dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas tanah

tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.

5.Sangat teguh (nilai 4)

yaitu dicirakan dengan diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar

dapat menghancukan gumpalan tanah tersebut.

6.Sanag teguh sekali (nilai 5)

yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan

berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat

menghancurkan gumpalan tanah tersebut.

3.Konsistensi kering

Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6

kategori sebagai berikut:

1.Lepas (nilai 0)

yaitu dicirikan buti-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak melekat satu

samalain (misalnya tanah bertekstur pasir).

2.Lunak (nilai 1)

yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancurb bila direas atau tanah berkohesi lemah

dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.

3.Agak keras (nilai 2)

yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan pada remasan

atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan

gumpalan tanah.

4.Keras (nilai 3)

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan makin

sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin dperlukan tekanan yang lebih kuat untuk

dapat menghancurkan gumpalan tanah.

5. Ssanagt keras (nilai 4)

yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan lebih kuat lagi untuk dapat

menghangcurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin saking sangat sulit

ditekan dan sangat sulit untuk hancur.

6. Sanagt keras sekali (nilai 5)

yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan sangat besar sekali agar dapt

menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa hancur dengan

menggunakan alat bantu.

Beberapa factor yang mempengaruhi konsistenti tanah adalah:

- Tekstur tanah

- Sifat dan jumlah koloid organic dan anorganik tanah

- Struktur tanah

- Kadar tanah

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bulk Density(BD)

Bulk density dipengaruhi oleh tekstur, struktur dan kandungan bahan organik.Bulk

Density dapat cepat berubah karena pengolahan tanah dan praktekbudidaya. Faktor-

faktor yang mempengaruhi nilai Bulk Density salah satunya adalah Bahan organik

tanah,dimana tanah dengan kandungan bahan organik tinggi akan memiliki nilai Bulk

Density rendah begitupula sebaliknya, selain itu Bulk Density juga dipengaruhi oleh

tekstur tanah, kadar air tanah dan bahan mineral tanah (Sutedjo, 2002).

1.Faktor Yang Mempengaruhi Bulk Density

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Kerapatan partikel (Bulk Density) merupakan berat partikel persatuan volume tanah

beserta porinya. Kisaran kerapatan limbat tanah berfariasi cukup lebar tergantung

ruang pori dan tekstur tanahnya. Bahan organik mineral juga mempengaruhi

kerapatan limbat.

Bahan organik ini berperan dalam pengembangan struktur. Semakin tinggi

kandungan bahan organiknya semakin berkembang struktur tanah yang dapat

mengakibatkan bongkah semakin kecil (Hartati,2001).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Bulk Density (BD)yaitu :

1. Tekstur

Tekstur tanah dapat diartikan sebagai penampilan visual suatu tanah berdasarkan

komposisi kualitatif dari ukuran butiran tanah dalam suatu massa tanah tertentu.

Tekstur tanah menunjukan komposisi partikel penyusun tanah (Hanafiah, 2005).

2. Bahan Organik

Bahan organik biasanya berasal dari proses pelapukan batuan. Bahan organik

komposisinya didalam taha memang sedikit yaitu berkisar 3-5% tapi pengaruhnya

sangat besar terhadap perubahan sifat-sifat tanah.Bahan organik dalam tanah terdiri

atas bahan organik kasar dan bahan organik halus (Hanafiah, 2005).

3. Struktur

Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah, akibat

melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain. Satu unit struktur disebut ped

(terbentuk karena prose salami ). Clod juga merupakan unit gumpalan tanah teatpi

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

terbentuknya bukan karena proses alami (misanya karena pencangkulan tusukan pisau

dan sebagainya) (Hanafiah, 2005).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persen (%) Pori. Ruang pori merupakan bagian

volume tanah yang ditempati oleh air dan udara, keseimbangan antara udara dan air

yang menempati ruang pori ditentukan oleh uuran pori.

Ada beberapa factor yang mempengaruhi % pori :

a) Kandungan bahan organic

b) Struktur tanah

c) Tekstur tanah

Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tinggi tanah-tanh dengan struktur granuler

atau remah,mempunyai porositas yang lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan

struktur massive (pejal).tanah denag tkstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro

sehingga sulit menahan air.(Hardjowigeno, 1987).

C. Hubungan Bulk Densiy dengan Kesuburan dan Pengolahan Tanah

Bulk density merupakan petunjuk kerapatan tanah. Makin padat suatu tanah makin

tinggi bulk densitynya, yang berarti makin sulit meneruskan air atau di tembus akar

tanaman. Bulk density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk

tiap-tiap hektar tanah, yang di dasarkan pada berat tanah per hektar. Untuk

memudahkan perhitungan berat tanah 1 hektar sering dianggap sama dengan

2.000.000 kg berat tanah (Hardjowigeno, 2003).

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Dampak dari rendahnya kandungan bahan organik (BO) ini antara lain tanah menjadi

keras dan liat sehingga sulit diolah. Bahan organik lebih ringan daripada bahan

mineral. Disamping itu bahan organik akan memperbesar pori tanah.

Nilai Bulk density akan lebih rendah bahan organik penyusun tanah tinggi karena

bahan organik dapat memperkecil berat tanah dan dapat memperbesar porositas

tanah serta memiliki berat yang kecil dibanding dengan bahan mineral.

Tanah dengan nilai bulk density yang kecil baik untuk lahan pertanian sebab bulk

density yang kecil memilik kandungan bahan organik yang dikandungnya akan

semakin besar

sehingga akan menyebabkan airasi dalam tanah tersebut menjadi lebih baik.

Tanah yang memiliki bulk density tinggi atau besar mempunyai kandungan bahan

mineral yang banyak, namun porositasnya rendah karena semakin tinggi nilai bulk

density nya maka porositasnya akan berkurang.

2.2.4 Porositas Tanah

A. Porositas Tanah

Porositas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air berkaitannya dengan

tingkat kepadatan tanah.Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap

air, maka porositas tanah semakin kecil.Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap

air maka tanah tersebut memiliki porositas yang besar.

Tanah yang porositasnya baik adalah tanah yang porositasnya besar karena perakaran

tanaman mudah untuk menembus tanah dalam menvari bahan organik.Selain itu

tanah tersebut mampu menahan air hujan sehingga tanaman tidak selalu kekurangan

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

air. Tetapi jika porositasnya terlalu tinggi, juga tidak baik, karena air yang diterima

tanah langsung turun ke lapisan berikutnya. Tanah seperti ini kalau musim kemarau

cepat membentuk pecahan yang berupa celah besar di tanah.

Pori-pori tanah terbagi menurut besar kecilnya ruangan atau rongga antar partikel

tanah, pori terbagi menjadi tiga kelompok yaitu : (1) pori makro atau pori besar ; (2)

pori meso atau pori sedang ; dan (3) pori mikro atau pori kecil.

Faktor porositas tanah dikendalikan oleh tekstur tanah, struktur, dan kandung-an

bahan organik. Pada KU dengan poro-sitas tanah tinggi terlihat adanya kan-dungan

unsur pasir dalam tekstur tanah (KU II, III, V, VI, dan VIII). Pada tanah berpasir,

porositas tanah didominasi oleh pori makro yang berfungsi sebagai lalu lintas air

sehingga infiltrasi meningkat. Sedangkan pada tanah berlempung, pori mikro lebih

berperan dan daya hantar air-nya rendah sehingga infiltrasi menurun (Soepardi,

1983 dalam Hidayah et al., 2001).

Bahan organik dan liat bagi agregat ta-nah berfungsi sebagai pengikat untuk ke-

mantapan agregat tanah.Aktivitas akar tanaman menambah jumlah pori-pori ta-nah

sehingga perkolasi semakin memba-ik. Selain itu, melalui retakan-retakan yang

terbentuk oleh aktivitas akar tanam-an secara tidak langsung melalui ikatan mekanis

atau biologis dan kimia oleh hu-mus dapat memantapkan agregat tanah, akibatnya

laju infiltrasi menjadi mening-kat (Hairiah, 1996 dalam Hidayah et al., 2001).

Semakin tinggi kandungan bahan organik dalam tanah, kondisi fisik tanah menjadi

lebih baik bagi laju penurunan air ke dalam tanah.

Kenaikan kapasitas infiltrasi tanah tersebut disebabkan ke-naikan kandungan bahan

organik tanah yang meningkatkan porositas tanah se-hingga lebih memantapkan

struktur dan tekstur tanah serta perkembangan biota tanah permukaan.Kondisi

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

tersebut me-nyebabkan terjadinya perbaikan sifat fisik tanah termasuk peningkatan

kapasitas in-filtrasinya.

Porositas dibagi 2 berdasarkan asal usulnya :

1.Original (Primary) Porosity

Porositas yang terbentuk ketika proses pengendapan batuan (deposisi) tanpa ada

faktor lain. Pada umumnya terjadi pada porositas antar butiran pada batupasir, antar

Kristal pada batukapur, atau porositas oolitic pada batukapur.

2. Induced (Secondary) Porosity

Porositas yang terbentuk setelah proses deposisi batuan karena beberapa proses

geologi yang terjadi pada batuan tersebut, seperti proses intrusi, fault, retakan, dan

sebagainya. Proses tersebut akan mengakibatkan lapisan yang sebelumnya non-

porosity/permeabelitas menjadi lapisan berporositas. Contohnya retakan pada shale

dan batukapur, dan vugs atau lubang-lubang akibat pelarutan pada batukapur. Batuan

yang berporositas original lebih seragam dalam karakteristik batuannya daripada

porositas induced.

Porositas berdasarkan kualitas :

1. Intergranuler : Pori-pori terdapat di antara butir.

2. Interkristalin : Pori-pori terdapat di antara kristal. – Celah dan rekah : Pori-

pori terdapat di antara celah/rekahan.

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

3. Pin-point porosity : Pori-pori merupakan bintik-bintik terpisah-pisah, tanpa

terlihat bersambungan.

4. Tight : Butir-butir berdekatan dan kompak sehingga pori-pori kecil sekali

dan hampir tidak ada porositas.

5. Dense : Batuan sangat kecil sehingga hampir tidak ada porositas.

6. Vugular : Rongga-rongga besar yang berdiameter beberapa mili dan

kelihatan sekali bentuk bentuknya tidak beraturan, sehingga

porositas besar.

7. Cavernous : Rongga-rongga besar sekali yang merupakan gua-gua, sehingga

porositasnya besar.

Porositas berdasarkan kuantitas :

1. ( 0% – 5 %) dapat diabaikan (negligible)

2. (5% – 10%) buruk (poor)

3. (10%- 15%) cukup baik (fair)

4. (15%- 20%) baik (good)

Rumus porositas sendiri yaitu :

BD = Porositas = 1 – à PD = 2,65

B. Pengaruh Porositas Terhadap Produktivitas Tanaman

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan

tekstur tanah.Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tinggi.Tanah-tanah dengan

struktur granular atau remah, mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-

tanah dengan struktur massive (pejal). Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai

pori-pori makro sehingga sulit menahan air (Hardjowigeno, 2007).

Porositas tanah merupakan perbandingan antara volume pori tanah dengan volume

total tanah, yaitu menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer

(pasir, debu, dan liat) sampai pada partikel sekunder disebut juga agregat. Struktur

dapat mengubah pengaruh tekstur dengan memperlihatkan hubungan kelembaban

dengan udara.

C. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Porositas Tanah

Adapun hal–hal yang mempengaruhi porositas adalah iklim, kelembaban dan struktur

tanah. Iklim, suhu, kelembaban, sifat mengembang dan mengerut sangat

mempengaruhi porositas. Misalnya saja wilayah yang beriklim hujan tropis maka

tingkat curah hujan pada tanah tersebut akan tinggi pada saat tanah tersebut basah

maka tanah tersebut akan mengalami pengembangan dan pori tanah pada saat tersebut

akan banyak terisi oleh air juga akan mempengaruhi kelembaban tanah tersebut yang

nantinya akan berpengaruh pada porositasnya.

Sebaliknya pada musim kemarau atau kering tanah akan mengerut dan pori tanah

akan semakin besar tetapi kebanyakan akan diisi oleh udara, sehingga nantinya akan

berpengaruh terhadap porositas tanah tersebut. Selain itu, struktur tanah juga akan

sangat berpengaruh, karena sangat bergantung pada kadar liat , pasir, dan debu yang

dikandung tanah tresebut apabila struktur tanah dirusak maka porositas tanah tersebut

akan berubah (Pairunan, 1997).

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Porositas suatu lapisan tanah juga dipengaruhi oleh ada tidaknya perkembangan

struktur granular pada tiap lapisan horizon tanah yang akan memberikan hasil

porositas total yang tinggi dan dapat meningkatkan jumlah pori mikro dan pori makro

suatu lapisan tanah. Sehingga, pada suatu lapisan tanah dengan struktur remah atau

kersai sangat berpengaruh dalam penentuan porositas karena dengan struktur tanah

tersebut umumnya mempunyai porositas yang besar (Hakim, dkk. 1986).

Porositas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air.Porositas tanaherat

kaitanya dengan tingkat kepadatan tanah (Bulk Density).Semakin padat tanahberarti

semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya

semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas yang

besar.Tinggi rendahnya porositas suatu tanah ini sangat berguna dalam

menentukan tanaman yang cocok untuk tanah tersebut.

Bila suatu tanah dengan porositas rendah dalam artian sulit menyerap air, maka bila

kita menanam tanaman yang tidak rakus air, akan sangat menghambat bahkan

merusak. Dalam keadaan air yang lama terserap (hingga tergenang) sementara

tanaman yang ditanam tidak membutuhkan banyak air justru akan menjadikan

kondisi lingkungan mikro di sekitar tanaman menjadi lembab akibatnya akan

mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman. Selain itu, tanaman akan mudah

rusak bila tergenang air terlalu lama, karena tanaman tersebut dalam kondisi tercekam

kelebihan air yang dapat menyebabkan pembusukan akar tanaman. (Hakim,1986).

Jadi Porositas tiap jenis tanah adalah konstan dan tidak bervariasi dengan jumlah

ruang dan antara partikel-partikel. Untuk kebanyakan tanah-tanah mineral rata-rata

kerapatan zahranya adalah 2,6 gr/cm3.Perbedaan kerapatan dengan zahra diantara

jenis-jenis tanah tidak begitu besar, kecuali terdapat variasi di dalam kandungan

bahan organik dan komposisi mineral tanah (Sarwono, 2003).

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis