25
14 BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Penelitian Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Linear Strategy. Gambar 3.1 Linear Strategy (Sarwono. 2007) Pada gambar 3.1 dapat dilihat Linear Strategy atau strategi garis lurus yang menerapkan urutan logis pada tahapan perancangan yang sederhana dan relatif sudah dipahami komponennya. Strategi ini sesuai dengan tipe perancangan pada penelitian ini yang mana pada prosesnya suatu tahap yang dimulai setelah tahap sebelumnya diselesaikan, demikian seterusnya. Tahapan secara garis besar dalam perancangan Buku Cerita Ilustrasi Wayang Asli Indonesia dapat dilihat pada gambar 3.2 sebagai berikut. Gambar 3.2 TahapanTahapan Perancangan

BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

  • Upload
    lamhanh

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

14

BAB 3

Metode dan Perancangan

3.1 Metode Penelitian

Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode Linear Strategy.

Gambar 3.1 Linear Strategy (Sarwono. 2007)

Pada gambar 3.1 dapat dilihat Linear Strategy atau strategi garis lurus yang

menerapkan urutan logis pada tahapan perancangan yang sederhana dan

relatif sudah dipahami komponennya. Strategi ini sesuai dengan tipe

perancangan pada penelitian ini yang mana pada prosesnya suatu tahap

yang dimulai setelah tahap sebelumnya diselesaikan, demikian seterusnya.

Tahapan secara garis besar dalam perancangan Buku Cerita Ilustrasi

Wayang Asli Indonesia dapat dilihat pada gambar 3.2 sebagai berikut.

Gambar 3.2 Tahapan–Tahapan Perancangan

Page 2: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

15

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalah langkah awal dalam perancangan Buku Cerita

Bergambar Antareja ini. Data yang dikumpulkan berupa data verbal dan juga

visual tentang Antareja dan juga hal-hal yang mendukung perancangan ini.

2. Analisis Data Verbal dan Visual

Setelah dikumpulkan data verbal dan juga visual. Maka selanjutnya yang

dilakukan adalah melakukan analisis data tersebut menjadi poin penting secara

ringkas yang selanjutnya diperlukan untuk perancangan konsep dari produk ini.

3. Konsep Perancangan

Pada tahap ini setelah poin-poin penting tadi didapatkan dan dianalisa

digunakan sebagai dasar dalam merancang konsep produk ini. Setelah konsep

ditemukan, selanjutnya adalah mengeksekusi konsep tersebut dalam bentuk

sketsa, lalu dilanjutkan dengan hasil komprehensif secara digital. Untuk hasil

akhir berupa dummy dari produk buku cerita bergambar lakon Antareja yang

sudah dirancang sebelumnya.

4. Pengujian

Langkah akhir dalam perancangan ini adalah pengujian terhadap konsep

yang sudah dirancang dan diaplikasikan dalam bentuk dummy untuk mengetahui

seberapa besar produk ini berhasil.

Pengujian dilakukan dengan cara kuantitatif kepada orang yang lebih mengerti

tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara kualitatif yaitu

penyebaran kuisioner kepada target masyarakat.

3.2 Tahap Pengumpulan Data

Langkah pertama yang dilakukan dalam perancangan ini adalah

pengumpulan data. Pada perancangan ini, pengumpulan data dilakukan

dengan cara wawancara dan juga mencari pada sumber-sumber yang

berhubungan dengan Wayang Asli Indonesia baik dalam bentuk buku,

artikel, maupun naskah pendalangan.

Pengumpulan data dengan wawancara dilakukan seorang dalang

senior yang sudah lama berkecimpung didalam dunia pendalangan

bernama Ki Jlitheng Suparman. Wawancara juga dilakukan kepada

Page 3: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

16

seorang penulis novel wayang yang sudah menerbitkan beberapa buku

cerita tentang wayang bernama Pitoyo Amrih. Beberapa judul novel yang

sudah diterbitkan seperti Antareja-Antasena; Jalan Kematian Para Ksatria,

Narasoma; Ksatria Pembela Kurawa, the darkness of Gatotkaca,

Pertempuran 2 pemanah, Arjuna-Karna, Perjalanan Sunyi Bisma

Dewabrata, Memburu Kurawa, Pandawa Tujuh, Wisanggeni Membakar

Api. Pengumpulan data ini sangat diperlukan untuk menganalisa tokoh

atau lakon wayang yang mana saja yang cukup berpengaruh dan juga

berpotensi untuk diangkat ceritanya menjadi sebuah buku cerita.

a. Studi Pustaka

Pengumpulan data dengan melakukan studi pustaka ini

dimaksudkan untuk mencari data-data tentang hal-hal yang berkaitan

dengan lakon Antareja pengumpulan data ini dilakukan dengan mencari

sumber-sumber referensi berupa laporan studi terdahulu, karya ilmiah

dan buku-buku yang mendukung dalam perancangan ini yang berkaitan

dengan lakon Antareja. Dari studi pustaka ini didapatkan informasi

tentang lakon Antareja yang berupa bentuk fisik Antareja, sifat karakter,

dan alur cerita serta lakon-lakon pendukung lain yang terlibat dalam

kisah Antareja mulai dari lahirnya sampai matinya. Buku-buku yang

dijadikan sumber referensi yang mendukung diantarenya adalah buku

Ensiklopedi Wayang, Buku Wayang: Koleksi Museum Jawa Tengah, buku

novel Antareja-Antasea:Jalan Kematian Para Ksatria, dan Wisanggeni

Membakar Api karya dari Pitoyo Amrih.

b. Pengumpulan Data Verbal

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan

kuisioner awal kepada responden yang merupakan target audience dan

juga melalui wawancara.

Kuisioner awal diberikan kepada 35 responden yang memenuhi

kriteria-kriteria target dari perancangan ini. Tujuan dari dilakukannya

kuisioner awal ini adalah untuk mengetahui seberapa kenalkan

masyarakat khususnya target audience dari perancangan ini terhadap

cerita-cerita wayang terlebih tentang cerita Antareja.

Page 4: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

17

Pengumpulan data juga dilakukan dengan cara wawancara.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang akan diteliti, tetapi apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam teknik

pengumpulan data ini berdasarkan dari laporan tentang diri sendiri self-

report, atau setidak-tidaknya dari pengetahuan keyakinan probadi.

(Sugiyono, 2010).

Wawancara dilakukan kepada orang yang lebih mengetahui

tentang cerita-cerita wayang. Narasumber pertama dari wawancara

tersebut adalah pak Jlitheng Suparman yang merupakan seorang dalang

dari Wayang Kampung Sebelah. Wawancara terhadap pak Jlitheng ini

dilakukan untuk mengetahui permasalah-permasalah apa saya yang ada

dalam dunia perwayangan dari sudut pandang seorang dalang.

Kemudian narasumber kedua adalah seorang penulis novel wayang yang

bernama pak Pitoyo Amrih. Pak Pitoyo Amrih sendiri sudah menerbitkan

beberapa judul novel wayang termasuk novel yang bercerita tentang

Antareja yang berjudul Antareja-Antasena; Jalan Kematian Para Ksatria.

Wawancara terhadap beliau adalah ingin menggali tentang bagaimana

cara penyampaian cerita wayang yang dikemas dalam bentuk media

yang berbeda dari media yang biasanya dilakukan.

c. Pengumpulan Data Visual.

Data visual diperoleh dari sumber-sumber di buku maupun dari

sumber lain. Berikut adalah gambar lakon Antareja dalam bentuk

wayang purwa dan bentuk ilustrasi wayang orang.

Page 5: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

18

(a) (b)

Gambar 3.3 a Antareja dalam bentuk wayang purwa

Gambar 3.3 b Antareja dalam bentuk ilustrasi wayang orang

3.3 Analisis Data Visual dan Data Verbal.

Dari data-data yang sudah terkumpul, maka akan diambil tiap poin

yang penting, yang nantinya akan digunakan untuk pembuatan konsep

buku Cerita ini. Berdasarkan hasil wawancara kepada narasumber dan

juga penyebaran kuisioner kepada responden. Maka didapatkan

kesimpulan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cerita-cerita wayang

terutama Antareja.

2. Masyarakat lebih menyukai cerita-cerita superhero dari luar

daripada cerita dari Indonesia sendiri.

3. Antareja merupakan lakon yang sesuai untuk diangkat dalam

perancangan ini karena memiliki cerita yang unik dan penuh nilai

moral dalam dunia perwayangan.

4. Perlu adanya suatu pengembagan media untuk kembali mengemas

cerita-cerita wayang yang ada di Indonesia untuk menarik kembali

minat masyarakat terhadap cerita-cerita wayang.

3.4 Konsep Perancangan

Selanjutnya adalah tahap perancangan produk. Dalam perancangan

produk ini dibagi lagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut.

Page 6: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

19

Gambar 3.4 Proses Perancangan

Setelah didapatkan kesimpulan dari data verbal dan juga visual kemudian dilanjutkan

dengan merancang konsep dari produk yang akan dibuat. Konsep dasar dari

perancangan produk ini adalah membuat sebuah buku cerita bergambar

tentang cerita riwayat satu ataupun lebih tokoh wayang mulai dari lahir sampai

matinya. Pada produk ini cerita dibuat dengan menggunakan gaya bahasa yang

tidak terlalu kaku namun tidak menghilangkan unsur-unsur jawa seperti pada

penggunaan kata-kata tertentu agar lebih mudah diterima oleh masyarakat saat

ini. Nilai moral yang ingin disampaikan dari produk ini adalah sifat dari Antareja

itu sendiri yang jujur dan selalu patuh terhadap nilai-nilai kebaikan yang selalu

diajarkan oleh kakeknya. Ketika dia menerima takdir untuk tidak ikut dalam

perang Barathayuda dan diharuskan mati, Antareja menunjukkan sikap

seseorang yang berjiwa besar dalam menerima takdirnya meskipun ilmu dan

kesaktian yang dia miliki sangat tinggi.

Pada tahap ini semua poin penting yang sudah dianalisis kemudian

disatukan untuk merancang konsep dari Buku Cerita Ilustrasi Wayang Asli

Indonesia ini. Dalam proses pengerjaannya terdapat 2 standar pengerjaannya,

yaitu standar visual yang meliputi desain karakter lakon, ilustrasi cerita, dan

tipografi. Yang berikutnya adalah standar aplikasi yang meliputi format buku dan

bahan yang akan digunakan. Kemudian langkah selanjutnya adalah mewujudkan

konsep perancangan kedalam program perancangan. Proses pertama yang

dilakukan adalah membuat cerita tentang lakon Antareja dan juga Antasena

yang disebut juga Lakon Banjaran. Setelah cerita tentang lakon tersebut selesai,

maka yang selanjutnya adalah membuat ilustrasi untuk melengkapi cerita

tersebut. Proses pengilustrasian diawali dengan memilih bagian-bagian pada

Page 7: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

20

cerita yang menarik atau juga cukup menonjol untuk diilustrasikan. Setelah itu

dilanjutkan dengan membuat sketsa kasar dari scene cerita tersebut. Setelah

sketsa kasar selesai kemudian dilanjutkan dengan blocking warna, lalu coloring

dan yang terakhir adalah finishing dan enhanching. Setelah semua proses

tersebut selesai dilakukan, pada hasil akhirnya akan dibuat dummy dari buku

ilustrasi yang sudah dirancang.

3.4.1 Khalayak Sasaran.

Karakteristik dari target audience meliputi empat aspek, yaitu

demografis, geografis, dan behaviorial. Dengan mengetahui keempat aspek

tersebut maka akan lebih mudah dalam mengolah gaya dan unsur desain yang

tepat dalam proses perancangan. Target audience yang menjadi target dari

perancangan ini adalah masyarakat yang memiliki aspek kriteria sebagai

berikut:

b. Demografis

Target audience adalah masyarakat pada usia 17-30 tahun, berjenis

kelamin pria dan wanita dan berada pada strata sosial menengah keatas.

c. Geografis

Aspek geografis secara khusus adalah kota salatiga dan sekitarnnya

sebagai tempat terselenggarannya pengujian dan aspek geografis secara

umum adalah seluruh masyarakat Indonesia.

d. Psikografis

Kalangan masyarakat yang memiliki pemikiran yang terbuka dan lebih

fleksibel terhadap hal-hal baru. Kalangan ini juga mampu menterjemahkan dan

bisa mengerti akan cerita dengan alur yang lebih kompleks.

e. Behaviorial

Kalangan masyarakat belum mengetahui cerita wayang, memiliki rasa

ingin tahu yang tinggi, menyukai cerita-cerita superhero dan suka membaca.

Terdapat target sekunder yang disasar dari perancangan ini yaitu kalangan

masyarakat yang menjadi penggemar dan juga kolektor mainan dengan tokoh

karakter dari luar negeri. Target ini dipilih karena melihat perkembangan

peminat action figure di Indonesia semakin berkembang. Hal ini dapat dilhat

dari semakin bertambahnya komunitas pecinta mainan di Indonesia

Page 8: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

21

3.4.2 Konsep Perancangan

Proses pembuatan perancangan ini diawali dengan pembuatan

konsep Buku Cerita yang akan dibuat. Konsep dari Buku Cerita ini

dirancang untuk menyampaikan informasi tentang cerita Lakon Wayang

dimulai dari lahirnya sampai pada kematiannya. Alur yang digunakan

dalam perancangan ini menggunakan alur maju, dimana kisah diceritakan

secara runtut dari awal sampai habis. Ilustrasi pada buku cerita ini

menggunakan ilustrasi semi-realis. Ilustrasi ini sesuai dengan target yang

berada di usia 18 tahun ke atas. Dalam perancangan buku cerita ini

nantinya akan mengangkat salah satu lakon wayang untuk diceritakan

dan nantinya akan dikembangkan untuk lakon lakon berikutnya. Tokoh

pertama yang diangkat dalam produk ini adalah Antareja. Produk ini

nantinya memiliki dua bentuk output. Yang pertama adalah sebuah buku

cerita Lakon Wayang dan yang kedua adalah satu paket buku cerita

Lakon Wayang disertai dengan Action Figure dari tokoh yang

diceritakan. Fungsi dari Action Figure adalah sebagai pendamping

sekaligus untuk menarik minat konsumen dalam membeli produk ini.

Dominasi warna yang digunakan dalam buku ini menyesuaikan dengan

suasana pada cerita. Gambar ilustrasi pendukung cerita dibuat dengan

gaya semi realism, dengan teknik pewarnaan digital. Gambar dibuat

ilustratif untuk mendukung alur cerita pada buku ini. Dalam buku yang

akan dirancang nantinya, terdapat delapan chapter yang menceritakan

perjalan hidup Antareja dari mulai dia lahir sampai kematiannya. Buku

ini disajikan dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada

pembaca tentang cerita lakon wayang Antareja. Kesan yang ingin

dibangun dalam buku ini adalah kesan modern, ringan, dan menarik.

Lakon tersebut merupakan lakon hasil pengembangan dan ciptaan para

seniman asli indonesia (berbeda dengan beberapa lakon lain yang berasal

dari India).

Adapun Lakon yang diangkat dalam Buku Cerita ini adalah:

Antareja

Page 9: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

22

Antareja adalah putera Bima/Werkundara, salah satu dari lima

satria Pandawa, dengan Dewi Nagagini, putri Hyang Anantaboga dengan

Dewi Supreti dari Kahyangan Saptapratala. Ia mempunyai 2 (dua) orang

saudara lelali lain Ibu, bernama Raden Gatotkaca, putra Bima dengan

Dewi Arimbi, dan Arya Antasena, Putra Bima dengan Dewi Urangayu.

Lidahnya sangat sakti, makhluk apapun yang dijilat telapak kakinya akan

menemui kematian. Antareja berkulit nagakawaca, sehingga kebal

terhadap senjata. Ia juga memiliki cincin mustikabumi, pemberian

ibunya, yang mempunyai kesaktian, menjauhkan dari kematian selama

masih menyentuh tanah/bumi, dan dapat digunakan untuk menghidupkan

kembali kematian diluar takdir. Kesaktian lain Antareja dapat hidup dan

berjalan didalam bumi.

3.4.3 Logo

Produk ini diberi nama Lakon Wayang. Nama Lakon Wayang

sendiri diambil dari bahasa jawa yang berarti tokoh ataupun juga karakter

wayang. Nama Lakon Wayang digunakan sebagai nama untuk produk

ini karena mewakili citra yang ingin dibangun oleh produk ini yaitu

sebuah buku cerita bergambar yang menceritakan tentang riwayat salah

satu atau lebih tokoh wayang.

Logo Lakon Wayang terdiri dari logotype dan juga logogram.

Konsep dari logo Lakon Wayang ini adalah sebuah bentuk yang

sederhana, mudah diingat, dan bentuk mewakili dari produk Lakon

Wayang itu sendiri. Bentuk logo Lakon Wayang ini diambil dari stilasi

tampak depan kepala tokoh wayang. Bentuk stilasi kepala wayang ini

memiliki makna sebuah identitas dari lakon wayang yang diceritakan

dalam produk buku tersebut karena kepala atau wajah adalah bagian dari

tubuh yang pertama kali memberikan kesan atas tubuh secara

keseluruhan kepada orang yang melihatnya. Lalu kemudian disertai

dengan logotype Lakon Wayang itu sendiri, logotype menggunakan font

Poor Richard yang memiliki kesan yang luwes dan warna coklat yang

Page 10: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

23

digunakan memiliki makna kekuatan dari produk ini dan juga memiliki

kesan elegan.

Gambar 3.5 Tahapan Perancangan Logo Lakon Wayang

3.4.4 Judul Buku Cerita

Lakon Wayang : Kisah Banjaran Antareja

3.4.5 Desain Karakter

Kisah Banjaran Antareja

Pada cerita ini beberapa tokoh yang menjadi lakon cerita ini seperti

a. Antareja

Karakter Antareja diilustrasikan dengan postur tubuh yang tegap dan

tinggi untuk mempresentasikan jiwa pemberaninya. Dan memiliki ekspresi

wajah yang dingin. Seluruh tubuhnya dipenuhi sisik ular berwarna kecoklatan.

Terdapat Praba di punggungnya yang menandakan energi dan juga wibawanya

yang besar.

b. Sang Hyang Antaboga

Sang Hyang Antaboga merupakan kakek dari Antareja yang sangat

berperan dalam kehidupan Antareja. Antaboga sendiri diilustrasikan dalam dua

rupa yaitu rupa aslinya yaitu seekor ular yang sangat besar dan juga rupa

manusia. Pada rupa ularnya Antaboga digambarkan dengan sesosok ular yang

sangat besar dan memakai mahkota dikepalanya. Pada rupa orang Antaboga

digambarkan dengan seorang yang sudah tua, memiliki jenggot dan kumis

berwarna putih namun memiliki badan yang masih tegap serta memakai

mahkota dikepalanya. Antaboga memiliki sifat yang sangat bijaksana dan juga

sabar.

c. Nagabaginda

Page 11: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

24

Nagabaginda merupakan musuh pertama dari Antareja yang berwujud

seekor Naga yang sangat besar. Memiliki watak yang sangat jahat, dan

serakah.

d. Gatotkaca

Gatotkaca adalah adik Antareja yang satu ayah namun beda ibu.

Gatotkaca berbadan kekar dan tegap, berkumis tebal dan sorot mata yang

tajam. Gatotkaca juga memiliki Praba di punggungnya seperti Antareja.

Gatotkaca digambarkan sebagai sosok yang sangat kuat dan juga loyal

terhadap keluarga Pandawa.

e. Kresna

Adalah orang yang memiliki kesaktian dan senjata yang ampuh, cerdas,

bijaksana. Merupakan pelindung para Pandawa. Prabu Sri Kresna juga

merupakan jelmaan dari Dewa Wisnu dan dapat melakukan Triwikrama. Sri

Kresna merupakan orang yang menghasut Antareja untuk menjadi tumbal agar

Antareja tidak turut serta dalam perang Baratathayuda.

3.4.6 Perancangan Buku Cerita

Setelah konsep dihasilkan, maka akan mulai dituangkan dalam

bentuk sketsa. Proses ini adalah pengolahan dasar dari konsep yang

dihasilkan. Setelah proses ini, nantinya akan dijadikan acuan untuk

proses perancangan selanjutnya. Berikut ini adalah sketsa dari proses

perancangan buku cerita ini.

3.4.7 Sketsa

Sketsa merupakan gambar rancangan yang menjadi pondasi dasar

dari suatu karya. Tanpa adanya sketsa, buku cerita ini tidak akan

terkonsep dengan baik.

Buku Cerita ini adakan dibuat dengan ukuran B5, yaitu dengan

spesifikasi tinggi 25cm dan lebar 17,6 cm. Ukuran B5 digunakan agar

buku cerita ini mudah dibawa dan ergonimis. jenis kertas yang dipakai

adalah jenis kertas yang memiliki ketebalan 260gr. Cover yang

Page 12: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

25

digunakan adalah jenis soft cover, dengan pembeda pada jenis kertas

yang akan dipakai pada bagian isi.

Setelah perancangan konsep dilakukan, selanjutnya adalah

memvisualisasikan konsep tersebut kedalam bentuk sketsa. Proses ini

akan menjadi acuan dalam perancangan buku cerita Kisah Banjaran

Antareja tersebut. Proses tersebut dimulai dengan membuat sketsa awal

dari buku cerita Kisah Banjaran Antareja yang akan dibuat nantinya.

Buku cerita ini akan dibuat dengan menggunakan ukuran A5 yaitu

dengan spesifikasi 14,8 x 21,0. Ukuran buku dirancang tidak terlalu besar

sehingga mudah untuk dibawa. Jenis kertas yang digunakan untuk cover

adalah kertas dengan dimensi 260gr sedangkan pada bagian isi

menggunakan kertas 80gr. Cover yang digunakan adalah jenis soft cover.

Gambar 3.6 Desain Buku Cerita Kisah Banjaran Antareja

Page 13: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

26

3.4.8 Karakter

Setelah sketsa buku cerita dilakukan selanjutnya adalah proses

perancangan karakter yang terdapat dalam buku cerita Banjaran Antareja.

Perancangan karakter ini nantinya akan menjadi acuan dalam ilustrasi buku

cerita ini. Proses perancangan karakter diawali dengan proses pembuatan

sketsa, kemudian dilanjutkan dengan pemberian outline, dan selanjutnya

adalah coloring. Pada gambar 5 menunjukkan proses perancangan karakter

buku cerita Kisah Banjaran Antareja. Gambar 5.a adalah perancangan karakter

Antareja, gambar 5.b adalah perancangan karakter Sang Hyang Antaboga, dan

gambar 5.c adalah perancangan karakter Batara Narada.

(a)

Page 14: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

27

(b)

(c)

Gambar 3.7 a Sketsa Karakter Antareja

Gambar 3.7 b Sketsa Karakter Antaboga

Gambar 3.7 c Sketsa Karakter Narada

Page 15: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

28

3.4.9 Perancangan Storyline

Selanjutnya setelah proses perancangan karakter selesai dilakukan

adalah proses pembuatan narasi cerita buku ini. Narasi cerita dalam buku ini

tidak menggunakan bahasa Indonesia yang terlalu kaku namun dibeberapa

bagian narasi menggunakan diksi kata khas budaya jawa seperti pada kata

sapaan untuk orang yang lebih tua. Buku cerita ini menggunakan alur maju,

dimana setiap peristiwa diceritakan secara runtut dan berurutan. Dalam buku

cerita ini nantinya terdiri dari 8 bab cerita yang menceritakan tentang lakon

Antareja mulai dari lahir sampai matinya. Berikut adalah sinopsis cerita Kisah

Banjaran Lakon Antareja.

Bab 1: Setelah Bale Sigala gala

Pada awal cerita ini dikisahkan setelah peristiwa di Bale Sigala gala,

dimana para Pandawa dan ibunya Dewi Kunti yang selamat pada waktu itu

kemudian tinggal di Negeri Bawah Tanah yaitu Saptapratala. Kemudian salah

satu pangeran Pandawa yaitu Bima jatuh hati lalu menikah dengan putri Sang

Hyang Antaboga yaitu Dewi Nagagini. Namun ditengah kehamilan Nagagini,

tiba- tiba saja Resi Abiyasa yang merupakan eyang dari para pandawa datang

ke Saptapratala untuk mengajak para Pandawa dan juga Dewi Kunti untuk

kembali ke Hastinapura. Kemudian dengan berat hati Bima meninggalkan

Nagagini di Saptapratala untuk kembali ke Hastinapura.

Bab 2 : Sosok Sang Naga Jangkarbumi

Pada bab ini diceritakan ketika Sang Hyang Antaboga yang merasa

gelisah karena firasatnya mengatakan bahwa Nagabaginda sedang bersiap

untuk kembali dan membuat kekacauan di Saptapratala. Nagabaginda sendiri

adalah sesosok makhluk hasil perkawinan bangsa Naga dan bangsa manusia.

Nagabaginda pernah terlibat perkelahian yang sangat hebat dengan Antaboga

dan membuat Saptapratala porak poranda, bahkan negeri atas tanah juga

terkena imbas dari pertarungan antara Antaboga dan Nagabaginda tersebut.

Antaboga menceritakan kegelisahannya itu kepada keponakannya yaitu

Antanaga dan disaat itu juga tiba- tiba saja salah satu bangsa dewa yaitu

Batara Narada datang berkunjung ke Saptapratala. Terjadi perbincangan serius

antara Antaboga, Narada, dan juga Antanaga untuk mengantisipasi serangan

Page 16: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

29

Nagabaginda tersebut. Dan pada saat itu juga Nagagini melahirkan bayi laki-

laki atas perkawinannya dengan Bima yang kemudian anaknya itu diberi nama

Antareja.

Bab 3 : Bocah Antareja

Pada bab ini diceritakan Antaboga merasa tidak akan mampu bila harus

melawan jika Nagabaginda datang menyerang Saptapratala terlebih lagi dia

terikat sumpah dengan Batara Wenang untuk tidak menggunakan kekuatannya

selama berada di Saptapratala. Kemudian Antaboga pergi menemui temannya

sang penguasa lautan yang bernama Sang Hyang Baruna untuk menceritakan

perihal ancaman dari Nagabaginda tersebut. Dan merekapun mendapatkan

cara untuk menghadapi Nagabaginda tanpa Antaboga harus menggunakan

kekuatannya di Saptapratala. Yaitu dengan menggembleng Antareja yang pada

saat itu masih bocah.. Akhirnya Antareja pun diajari semua ilmu kanuragan

oleh Antaboga dan Baruna di Negeri dasar laut. Diakhir masa penggemblengan

tersebut, Antaboga berubah menjadi bentuk aslinya yaitu seekor ular yang

sangat besar lalu kemudian mengulum Antareja sehingga tubuh Antareja kebal

terhadap semua jenis senjata. Dan setelah dirasa cukup, Antaboga dan

Antareja pun kembali ke Saptapratala.

Bab 4 : Kegaduhan Negeri Bawah Tanah

Setelah Antaboga dan Antareja kembali ke Saptapratala, tak lama

kemudian firasat Antaboga tersebut berubah menjadi kenyataan. Nagabaginda

datang ke Saptapratala dan ingin berbuat onar di Saptaprala. Antareja yang

kala itu masih remaja, tersulut amarahnya melihat perangai Nagabaginda

tersebut. Kemudin Antareja menantang Antaboga untuk bertarung dengannya.

Nagabaginda dengan remehnya menertawakan Antareja dan menerima

tantangan Antareja tersebut. Terjadi pertarungan antara Antareja dan juga

Nagabaginda. Pertarungan lumayan sengit sampai akhirnya Nagabaginda pun

kalah dan kemudian dibunuh oleh Antareja.

Bab 5 : Antareja Mencari Bapak

Setelah pertarungan dengan Nagabaginda itu, Antareja pun

mendapatkan hak terhadap kerajaan Jangkarbumi. Antareja pun tumbuh

menjadi seorang yang sangat sakti dan dihormati oleh seluruh bangsa ular

Page 17: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

30

penghuni Saptapratala. Kemudian suatu hari Antareja meminta izin kepada

kakeknya Antaboga untuk pergi ke Negeri atas bumi untuk mencari ayahnya

yang sejak lahir belum pernah dilihatnya dan Antaboga mengabulkan hal

tersebut. Selama perjalanan mencari ayahnya Antareja bertemu dengan

bangsa ular lainya di negeri Tawingnarmada dan tinggal beberapa waktu

bersama mereka. Ketika tinggal tersebut, Antareja menikah dengan salah satu

bangsa ular anak prabu GAnggapranawa yang bernama Dewi Ganggi.

Kemudian mereka memiliki seorang anak laki- laki yang bernama Arya

Danurweda.

Bab 6 : Sumbadra Larung

Antareja pun meninggalkan istri dan anaknya untuk melanjutkan

kembali perjalanannya dalam mencari ayahnya. Ditengah perjalanan di sebuah

sungai Antareja melihat ada seorang perempuan yang terbaring di atas sebuah

kapal kecil dan sudah tak bernyawa. Antareja mendekati perahu itu lalu

bermaksud untuk mengembalikan nyawa perempuan tersebut ke dalam

raganya. Antareja memang memiliki Tirta Amerta yang dapat menghidupakan

orang yang mati jika memang belum ketemu ajalnya. Namun tiba- tiba saja

Antareja diserang oleh seseorang yang berkumis tebal dan memakai baju

dengan tanda bintang didadanya. Dia adalah Gatotkaca, anak Bima dengan

Dewi Arimbi. Antareja dan Gatotkaca sama-sama tidak mengetahui bahwa

sebenarnya mereka adalah saudara se-ayah. Pertarungan hebat pun terjadi

diantara mereka. Tidak ada tanda- tanda salah satu pihak akan kalah, sampai

akhirnya perempuan yang terbaring tak bernyawa tadi berhasil dibangunkan

oleh Antareja dan menjelaskan semuanya bahwa terjadi kesalahpahaman

antara Antareja dan juga Gatotkaca.

Bab 7 : Amukan Sang Pangeran Jangkarbumi

Antareja kemudian bertemu dengan Kresna setelah terjadi selisih paham

dengan Gatotkaca. Dan kemudian Kresna mengajak Antareja untuk tinggal di

Amarta. Kresna merasa bahwa kerajaan Amarta sedang dalam bahaya dan

menjadi sasaran beberapa pihak yang tidak suka dengan Pandawa. Kemudian

Kresna bersama para anak-anak Pandawa lainnya seperti Abimanyu dan Dian

Pancala. Dan ternyata benar dugaan Kresna. Makhluk- makhluk tak kasat mata

Page 18: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

31

dari Magada sedang membangun pasukan dengan beberapa bangsa lainnya

untuk menyerang Amarta. Antareja dan juga Gatotkaca yang bertugas menjaga

di perbatasan sebelah barat mendapat serangan dari puluhan ribu pasukan

makhluk tak kasat mata yang akan menyerang Amarta. Pertempuran sengit

pun terjadi antara Antareja bersama Gatotkaca, malawan puluhan ribu

pasukan makhluk takkasat mata. Gatotkaca berduel dengan pemimpin

pasukan tersebut yang bernama Jarasanda. Sedangkan Antareja yang harus

melawan puluhan ribu pasukan sendirian tersulut amarahnya dalam perang

tersebut. Antareja seperti kehilangan kesadarannya dan membantai semua

pasukan tak kasat mata itu hingga tak tersisa satupun. Dan akhirnya seluruh

pasukan tersebut dikalahkan oleh Antareja sendiri.

Bab 8 : Jalan Kematian

Setelah mengalahkan puluhan ribu pasukan tak kasat mata tersebut.

Antareja mulai menyadari bahwa tidak ada yang dapat mengalahkan dirinya.

Diapun bertanya- tanya kepada dirinya, jika tidak ada yang mampu menandingi

kesaktiannya lalu untuk apa dia hidup. Semenjak peristiwa itu, Antareja lebih

banyak menghabiskan waktunya untuk bertapa di sudut gua Saptapratala. Lalu

sebuah peristiwa terjadi tepat sebelum perang Bharatayuda terjadi. Terlihat

Antareja dan Kresna berdiri di atas sebuah bukit. Terjadi perbincangan diantara

mereka dan tiba- tiba secara mengejutkan Antareja mencium telapak kakinya

sendiri. Seketika tubuh Antareja berubah menjadi batu kemudian hancur

seperti debu. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi pada waktu itu.

Namun banyak yang mengatakan bahwa Kresna sengaja membujuk Antareja

untuk mengakhiri hidupnya agar Antareja tidak terlibat dapam Bharatayuda.

3.4.10 Ilustrasi

Selanjutnya setelah perancangan narasi selesai dilakukan adalah proses

pembuatan sketsa ilustrasi buku cerita. Pada proses ini ilustrasi hanya dibuat

beberapa gambar dalam satu bab, berdasarkan peristiwa yang dianggap

penting dalam cerita Antareja tersebut. Proses sketsa ini dilakukan di atas

kertas yang kemudian di scan untuk di warnai secara digital.

Page 19: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

32

Page 20: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

33

Gambar 3.8 Sketsa Ilustrasi Buku Cerita Kisah Banjaran Antareja

3.4.11 Perancangan Cover

Berikutnya adalah proses perancangan sketsa cover buku. Proses

sketsa ini juga dilakukan diatas kertas yang kemudian di scan untuk

dicoloring secara digital.

(a)

Page 21: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

34

(b)

Gambar 3.9.a Sketsa Cover Buku Cerita Kisah Banjaran Antareja (Bagian depan, belakang,

dan tulang buku)

Gambar 3.9.b Hasil Cover Buku Cerita Kisah Banjaran Antareja (Bagian depan, belakang, dan

tulang buku)

Tipografi pada judul buku menggunakan jenis font Poor Richard yang

memiliki aksen yang luwes dan sesuai dengan konsep buku yang

bernuansa etnik.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

0123456789,.?/!&()

Gambar 3.10 Font Poor Richard

Pada isi pada buku menggunakan font Times New Roman. Font ini memiliki

kesan yang sederhana dan juga memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

0123456789,.?/!&()

Gambar 3.11 Font Times New Roman

Page 22: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

35

3.4.12 Perancangan Kemasan

Selanjutnya adalah proses perancangan salah satu elemen yang juga

penting dalam produk ini yaitu kemasan. Kemasan ini akan diaplikasikan pada

bentuk paket buku disertai dengan Action Figure yang berfungsi sebagai

pendamping dari buku ini. Kemasan dirancang sedemikian rupa sebagai

pelindung produk. Ukuran yang digunakan adalah panjang 37cm, lebar 18cm,

dan tinggi 15,5 cm. Pada sisi depan kemasan terdapat bagian transparan

berbentuk Gunungan Wayang sehingga sebagian isi kemasan dapat terlihat

dari luar. Terdapat nama seri dari produk ini di bagian bawah sisi depan

kemasan. Template kemasan yang digunakan pada produk ini menggunakan

warna coklat tua. Pada beberapa bagian kemasan diletakkan ornamen jawa

untuk memperkuat nuansa etnik dari produk ini. Pada bagian dalam, kemasan

akan menggunakan spons yang berfungsi untuk lebih melindungi produk.

Sketsa kemasan dapat dilihat pada gambar 3.12 berikut ini.

(a)

Page 23: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

36

(b)

Gambar 3.12.a Sketsa Kemasan

Gambar 3.12.b Ortogonal Kemasan

3.4.13 Merchandise

Kemudian yang berikutnya adalah perancangan merchandise berupa

action figure atau figurine yang nantinya akan disertakan dalam produk ini.

Dipilihnya action figure sebagai tambahan produk adalah selain untuk

menambah minat audience untuk membeli produk ini, action figure juga

belakangan ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditandai

dengan banyaknya komunitas- komunitas para kolektor mainan di Indonesia.

Namun sayangnya sebagian besar action figure yang hadir di Indonesia adalah

action figure dari tokoh- tokoh luar negeri seperti Amerika dan Jepang.

Berdasarkan hal itu pula maka pada perancangan ini menyertakan action figure

Lakon Wayang sebagai pelengkap dari produk ini.

Page 24: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

37

Proses pembuatan action figure ini diawali dengan pembuatan sketsa.

Setelah sketsa figurine yang diinginkan telah dibuat, maka berikutnya adalah

memulai proses pembentukan rangka dan juga bentuk dari action figure yang

diinginkan. Bahan yang digunakan dalam pembentukan action figure ini adalah

oven baked clay yaitu super sculpey clay.

Gambar 3.13 Proses Pembentukan Action Figure lakon Antareja

Dimana pada gambar 3.13 menunjukkan proses pembentukan figurine

diawali dengan pembuatan sketsa karakter yang ingin dibuat, kemudian pada

gambar menunjukkan proses pembentukan action figure yang masih berupa

potongan bagian-bagian tubuh karakter. Dan yang terakhir menunjukkan

bentuk action figure yang sudah hampir jadi.

Action figure ini akan disertakan pada sebuah paket produk yang

memang disediakan khusus. Konten dari paket produk tersebut adalah sebuah

buku Cerita Kisah Banjaran Antareja yang disertai dengan action figure lakon

Antareja.

Produk ini juga menyertakan produk merchandise berupa kaos dan juga

goody bag. Produk merchandise ini tidak disertakan dalam produk dan hanya

dikeluarkan dalam event-event tertentu seperti pameran.

Page 25: BAB 3 Metode dan Perancangan - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8858/3/T1_692010046_BAB III.pdf · tentang unsur-unsur dalam perancangan ini, dan juga secara

38

Gambar 3.14 Sketsa Desain Pada Kaos dan Goody Bag