23
BAB I PENDAHULUAN Tonsilitis adalah inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau amandel. Organisme penyebabnya yang utama meliputi streptococcus atau staphylococcus. Tonsil dikenal di masyarakat sebagai penyakit amandel, merupakan penyakit yang sering di jumpai di masyarakat sebagian besar terjadi pada anak-anak. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa, dan masih banyak masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini. Secara umum, penatalaksanaan tonsilitis kronis dibagi dua, yaitu konservatif dan operatif. Terapi konservatif dilakukan untuk mengeliminasi kausa, yaitu infeksi, dan mengatasi keluhan yang mengganggu. Bila tonsil membesar dan menyebabkan sumbatan jalan napas, disfagia berat, gangguan tidur, terbentuk abses, atau tidak berhasil dengan pengobatan konvensional, maka operasi tonsilektomi perlu dilakukan. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.

bab I case tht TA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: bab I case tht TA

BAB I

PENDAHULUAN

Tonsilitis adalah inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau amandel.

Organisme penyebabnya yang utama meliputi streptococcus atau staphylococcus.

Tonsil dikenal di masyarakat sebagai penyakit amandel, merupakan penyakit

yang sering di jumpai di masyarakat sebagian besar terjadi pada anak-anak. Namun

tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa, dan masih banyak

masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang

timbul dari penyakit ini.

Secara umum, penatalaksanaan tonsilitis kronis dibagi dua, yaitu konservatif

dan operatif. Terapi konservatif dilakukan untuk mengeliminasi kausa, yaitu infeksi,

dan mengatasi keluhan yang mengganggu. Bila tonsil membesar dan menyebabkan

sumbatan jalan napas, disfagia berat, gangguan tidur, terbentuk abses, atau tidak

berhasil dengan pengobatan konvensional, maka operasi tonsilektomi perlu

dilakukan. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut)

selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk

suntikan.

Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.

Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotic, sehingga sering

dilakukan pengangkatan dari tonsil atau disebut tonsilektomi. Kriteria untuk bisa

dilaksanakan tonsilektomi sekarang ini adalah bila terjadi 3 hingga 4 episode

tonsiltitis atau faringitis selama satu atau dua tahun. Tonsil perlu diambil 4-6 minggu

setelah abses peritonsilar muncul.

Page 2: bab I case tht TA

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas

Nama : Cindy Maika Nora

Umur : 7 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Kimarogan RT.33 No.2009 Kemang Agung Palembang

2.2 Anamnesis

a.Keluhan Utama

Os mengeluh susah menelan.

b. Riwayat Perjalanan Penyakit

Ibu os mengatakan bahwa ±1 tahun yang lalu os mulai susah menelan. Os

juga kadang-kadang demam, batuk dan pilek. Ibu os mengatakan bahwa bila

demam os tidak nafsu makan. Ibu os juga mengatakan bahwa awalnya amandel

os kecil lama kelamaan makin membesar sehingga os sukar menelan.

2.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Nadi : 116 x/m

Pernafasan : 30 x/m

Suhu : 36oC

Kepala : Normocephali,rambut hitam dan tidak mudah rontok

Page 3: bab I case tht TA

Mata : edema palpebra (-/-), konjungtiva palpebra anemis

(-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor, reflex cahaya

(+/+)

Hidung : secret (-/-)

Mulut dan Tenggorokan: mukosa bibir anemis (-/-), sianosis (-), lidah kotor (-),

faring hiperemis (+), tonsil T3/T3

Telinga : nyeri tekan tragus (-/-), gangguan pendengaran (-/-)

Leher

Inspeksi : simetris, massa (-)

Palpasi : pembesaran kelenjaran tiroid (-), pembesaran KGB (-)

JVP : 5-2cmH2O

Thorax : simetris, gerak nafas tertinggal (-/-)

Pulmo

Inspeksi : sela iga melebar (-/-), otot nafas bantuan (-/-)

Palpasi : stem fremitus normal, simetris

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-). Wheezing (-/-)

Cor

Inspeksi :iktus kordis tidak tampak

Palpasi :iktus kordis teraba di ICS VI linea mid clavicula

sinistra

Perkusi :batas atas : ICS II

batas kanan : linea parasternalis dextra

batas kiri : ICS VI linea mid aksilaris anterior

sinistra

Auskultasi :S1/S2 (+) reguler, murmur (-), gallop (-)

 

Page 4: bab I case tht TA

Abdomen

Inspeksi : datar, lemas, massa (-)

Palpasi : nyeri tekan (-), teraba massa (-), hepar-lien tidak

teraba

Perkusi : timpani, nyeri ketok (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas

Superior : akral hangat, edema (-/-) sianosis (-/-), CRT < 2 detik

Inferior : akral hangat, edema (-/-), pitting edema (-/-), sianosis

(-/-), CRT < 2 detik

 

Genitalia

Tidak dilakukan pemeriksaan

Status Lokalis:

Mulut dan Tenggorokan : faring hiperemis (+), tonsil hiperemis, detritus (-),

ukuran tonsil T3/T3

Page 5: bab I case tht TA

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Hemoglobin : 10,8 g/dl

Lekosit : 9000

Trombosit : 351.000/ul

CT : 12’

BT : 3’

Page 6: bab I case tht TA

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau

amandel ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ). Tonsilitis adalah peradangan tonsil

palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas

susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu : tonsil faringeal

( adenoid ), tonsil palatina ( tosil faucial), tonsil lingual ( tosil pangkal lidah ), tonsil

tuba Eustachius ( lateral band dinding faring / Gerlach’s tonsil ) ( Soepardi, Effiaty

Arsyad,dkk, 2007 ). Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman

streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes,

dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, 2000).

3.2 Anatomi Tonsil

Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak

mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tonsil terletak

pada kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang mulut. Ia juga bagian

dari struktur yang disebut Ring of Waldeyer ( cincin waldeyer ). Kedua tonsil terdiri

juga atas jaringan limfe, letaknya di antara lengkung langit-langit dan mendapat

persediaan limfosit yang melimpah di dalam cairan yang ada pada permukaan dalam

sel-sel tonsil.

Page 7: bab I case tht TA

Tonsil terdiri atas:

1. Tonsil fariengalis, agak menonjol keluar dari atas faring dan terletak di belakang

koana

2. Tonsil palatina, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.

3. Tonsil linguais, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk

Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh

dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung, dan

kerongkongan, oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami peradangan. Peradangan

pada tonsil disebut dengan tonsilitis, penyakit ini merupakan salah satu gangguan

Telinga Hidung & Tenggorokan ( THT ). Kuman yang dimakan oleh imunitas seluler

tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta

menyebabkan infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi

yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid bekerja terus dengan

memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan

membesar dengan cepat melebihi

ukuran yang normal.

Page 8: bab I case tht TA

3.3 Etiologi

Penyebab tonsilitis adalah infeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus,

Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes. Dapat juga disebabkan oleh

infeksi virus. Faktor predisposis adanya rangsangan kronik (rokok, makanan),

pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan higiene, mulut yang

buruk. Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet

infections).

3.4 Patofisiologi

Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Amandel atau

tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang berbahaya tersebut. Hal ini

akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang

akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.

Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid

superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi

leukosit poli morfonuklear.

Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning

yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang

terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis, bila bercak

detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakunaris. Tonsilitis dimulai

dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah. Pasien hanya

mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan. Tonsilitis dapat

menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah bening

melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan,

seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang

berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa

mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72

jam. Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membrane semu

Page 9: bab I case tht TA

(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang

berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses

penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut

sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus,

proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan

dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan

pembesaran kelenjar limfe submandibula.

(Reeves, Roux, Lockhart, 2001 )

3.5 Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala Tonsilitis menurut ( Smeltzer & Bare, 2000) ialah sakit

tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan. Sedangkan menurut Effiaty

Arsyad Soepardi,dkk ( 2007 ) tanda dan gejala yang timbul yaitu nyeri tenggorok,

tidak nafsu makan, nyeri menelan, kadang-kadang disertai otalgia, demam tinggi,

serta pembesaran kelenjar submandibuler dan nyeri tekan.

3.6 Komplikasi

Komplikasi tonsilitis akut dan kronik yaitu :

1. Abses pertonsil

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses

ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh

streptococcus group A ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).

2. Otitis media akut

Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi)

dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan

gendang telinga ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).

3. Mastoiditis akut

Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam

sel-sel mastoid ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).

Page 10: bab I case tht TA

4. Laringitis

Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk

larynx. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena

virus, bakter, lingkungan, maupunmkarena alergi ( Reeves, Roux, Lockhart,

2001 ).

5. Sinusitis

Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih

dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi

udara dari dinding yang terdiri dari membran mukosa ( Reeves, Roux, Lockhart,

2001 ).

6. Rhinitis

Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan

nasopharynx ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).

3.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Tes Laboratorium

Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada

dalam tubuh pasien dengan tonsilitis merupakan bakteri grup A, kemudian

pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenisnya, serta laju endap darah.

Persiapan pemeriksaan yang diperlukan sebelum tonsilektomi adalah :

1. Rutin : Hemoglobine, lekosit, urine.

2. Reaksi alergi, gangguan perdarahan, pembekuan.

3. Pemeriksaan lain atas indikasi (Rongten foto, EKG, gula darah,

elektrolit, dan sebagainya.

b. Kultur

Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

c. Terapi

Dengan menggunakan antibiotik spectrum lebar dan sulfonamide,

antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.

Page 11: bab I case tht TA

3.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien tonsilitis menurut ( Mansjoer, 2000) yaitu :

1. Penatalaksanaan tonsilitis akut

a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat

kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan

eritromisin atau klindomisin.

b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,

kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat

simptomatik.

c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari

komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan

tenggorok 3x negatif.

d. Pemberian antipiretik.

2. Penatalaksanaan tonsilitis kronik

a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.

b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau

terapi konservatif tidak berhasil.

The American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery Clinical

Indikators Compendium tahun 1995 menetapkan indikasi dilakukannya tonsilektomi

yaitu:

1) Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan

terapi yang adekuat

2) Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan

pertumbuhan orofasial

Page 12: bab I case tht TA

3) Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan nafas,

sleep apnea, gangguan menelan, dan gangguan bicara.

4) Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil, yang tidak

berhasil hilang dengan pengobatan.

5) Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan

6) Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A Sterptococcus β

hemoliticus

7) Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan

8) Otitis media efusa / otitis media supurataif ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 )

Tonsilektomi menurut ( Nettina, 2006 ) yaitu:

1) Perawatan pra Operasi :

a. Lakukan pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorok secara seksama

dan dapatkan kultur yang diperlukan untuk menentukan ada tidak dan

sumber infeksi.

b. Ambil spesimen darah untuk pemeriksaan praoperasi untuk

menentukan adanya resiko perdarahan : waktu pembekuan, pulasan

trombosit, masa protrombin, masa

tromboplastin parsial.

c. Lakukan pengkajian praoperasi :

Perdarahan pada anak atau keluarga, kaji status hidrasi, siapkan anak

secara khusus untuk menghadapi apa yang diharapkan pada masa

pascaoperasi, gunakan teknikteknik yang sesuai dengan tingkat

perkembangan anak ( buku, boneka, gambar ), bicaralah pada anak

tentang halhal baru yang akan dilihat di kamar operasi, dan jelaskan

jika terdapat konsep-konsep yang salah, bantu orang tua menyiapkan

anak mereka dengan membicarakan istilah yang umum terlebih dahulu

mengenai pembedahan dan berkembang ke informasi yang lebih

spesifik, yakinkan orang tua bahwa tingkat komplikasi rendah dan

Page 13: bab I case tht TA

masa pemulihan biasanya cepat, anjurkan orang tua untuk tetap

bersama anak dan membantu memberikan perawatan.

2) Perawatan pascaoperasi :

a. Kaji nyeri dengan sering dan berikan analgesik sesuai indikasi.

b. Kaji dengan sering adanya tanda-tanda perdarahan pascaoperasi

c. Siapkan alat pengisap dan alat-alat nasal packing untuk berjaga-jaga

seandainya terjadi kedaruratan.

d. Pada saat anak masih berada dalam pengaruh anestesi, beri posisi

telungkup atau semi telungkup pada anak dengan kepala dimiringkan

kesamping untuk mencegah aspirasi

e. Biarkan anak memperoleh posisi yang nyaman sendiri setelah ia sadar

( orangtua boleh menggendong anak )

f. Pada awalnya anak dapat mengalami muntah darah lama. Jika

diperlukan pengisapan, hindari trauma pada orofaring.

g. Ingatkan anak untuk tidak batuk atau membersihkan tenggorok kecuali

jika perlu.

h. Berikan asupan cairan yang adekuat; beri es batu 1 sampai 2 jam

setelah sadar dari anestesi. Saat muntah susah berhenti, berikan air

jernih dengan hati-hati.

i. Tawarkan jus jeruk dingin disaring karena cairan itulah yang paling

baik ditoleransi pada saat ini, kemudian berikan es loli dan air dingin

selama 12 sampai 24 jam pertama.

j. Ada beberapa kontroversi yang berkaitan dengan pmberian susu dan es

krim pada malam pembedahan : dapat menenangkan dan mengurangi

pembengkakan, tetapi dapat meningkatkan produksi mukus yang

menyebabkan anak lebih sering membersihkan tenggorokanya,

meningkatkan resiko perdarahan.

Page 14: bab I case tht TA

k. Berikan collar es pada leher, jika didinginkan. ( lepas collar es

tersebut, jika anak menjadi gelisah ).

l. Bilas mulut pasien dengan air dingin atau larutan alkalin.

m. Jaga agar anak dan lingkungan sekitar bebas dari drainase bernoda

darah untuk membantu menurunkan kecemasan.

n. Anjurkan orang tua agar tetap bersama anak ketika anak sadar.

Page 15: bab I case tht TA

BAB IV

KESIMPULAN

Seorang anak perempuan usia 7 tahun datang ke RS Muhammadiyah

Palembang diantar oleh ibunya keluhan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu

penderita merasakan sulit untuk menelan. Menurut ibunya Os juga sering terserang

demam, batuk dan pilek. Jika demam os juga tidak nafsu makan di karenakan sulit

menelan. menelan. Benjolan sudah dirasakan sejak ± 5 tahun yang lalu, pertama kali

Dari informasi riwayat penyakit terdahulu. Riwayat penyakit dengan keluhan

yang sama disangkal oleh penderita.

Dari hasil pemeriksaan status lokalis pada tonsil terdapat warna hiperemis.

Detritus (-), perlengketan pada fossa tonsilar (+), ukuran T3/T3.

Berdasarkan hasil temuan baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan status lokalis maka dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami

Tonsilitis Akut. Penderita ini dilakukan Operasi Tonsilektomi. Instruksi post operasi

pasien diberikan pengobatan umum bed rest total, IUFD RL gtt XX/menit, serta

pengobatan medikamentosa berupa, Acetosal dan Paracetamol 3-4 kali/hari 500 mg.

Pasien dianjurkan untuk makan yang lunak dan minum air hangat. Prognosis pada

pasien ini untuk quo ad vitam, yaitu dubia ad bonam, dan quo ad functionam, yaitu

dubia ad bonam.

Page 16: bab I case tht TA

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rakhmi, Wardhani Ika Wahyu dan

Setiowulan Wiwiek.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3.Jakarta:Media

Aesculapius

Soepardi, Arsyad .E., Iskandar Nurbaiti, Bashiruddin Jenny dan Restuti Dwi

Ratna .2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher.Edisi 6.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Reeves CJ, Roux G and Lockhart R, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Buku I,

(Penerjemah Joko Setyono), Jakarta : Salemba Medika