39
1 BAB I BANDAR UDARA Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan NURMALA SARI | 312 10 025 | 3 A TRANSPORTASI

BAB I Hanggar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I Hanggar

1

BAB I

BANDAR UDARA

Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-

batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas

landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan

intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan

dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):

Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan,

instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian

untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.

Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura

adalah "lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan

kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara

untuk masyarakat”.

|

Page 2: BAB I Hanggar

2

Bagian-bagian dari bandara diperlihatkan pada gambar di bawah Bandara

dibagi menjadi dua bagian utama yaitu sisi udara dan sisi darat. Gedung-gedung

terminal menjadi perantara antara kedua bagian tersebut.

Gambar 1. Bagian-bagian dari sistem bandara

Sumber: Horonjeff (1994) dan Basuki (1986)

|

Page 3: BAB I Hanggar

3

BAB II

FASILITAS YANG HARUS DISEDIAKAN

PADA BANDAR UDARA

1) Runway (Landasan pacu)

Tanpa yang satu ini, bisa dipastikan (baca: tak akan mungkin)

pesawat dapat mendarat / lepas landas dari dan menuju bandara. Pada

awalnya, permukaan landas pacu adalah rumput atau pun tanah yang

dipadatkan. Akan tetapi, ketika badan pesawat bertambah besar maka yang

lazim digunakan saat ini adalah aspal dan beton. Panjang dan lebarnya pun

bervariasi mulai dari yang panjangnya 1000m hingga 5000m lebih.

Sementara ukuran landas pacu di Indonesia sendiri kurang lebih

3200m x 45m. Dengan ukuran seperti itu, tidaklah cukup untuk didarati

pesawat berbadan lebar seperti Airbus A380. Hanya beberapa bandara saja

di Indonesia yang ukurannya 4000m x 60m. Namun itu cukup wajar

mengingat wilayah Indonesia adalah kepulauan yang sangat membutuhkan

bandara kecil untuk penerbangan perintis.

Ukuran landas pacu pun tidaklah mutlak karena juga dipengaruhi

iklim, semakin tinggi suhu yang berada di sekitar bandara, maka semakin

panjang pula landas pacu yang diperlukan.

Runway atau landas pacu yang mutlak diperlukan pesawat.

Panjangnya landas pacu biasanya tergantung dari besarnya pesawat yang

dilayani. Untuk bandar udara perintis yang melayani pesawat kecil,

|

Page 4: BAB I Hanggar

4

landasan cukup dari rumput ataupun tanah diperkeras (stabilisasi). Panjang

landasan perintis umumnya 1.200 meter dengan lebar 20 meter, misal

melayani Twin Otter, Cessna, dll. pesawat kecil berbaling-baling dua

(umumnya cukup 600-800 meter saja). Sedangkan untuk bandar udara

yang agak ramai dipakai konstruksi aspal, dengan panjang 1.800 meter dan

lebar 30 meter. Pesawat yang dilayani adalah jenis turbo-prop atau jet

kecil seperti Fokker-27, Tetuko 234, Fokker-28, dlsb. Pada bandar udara

yang ramai, umumnya dengan konstruksi beton dengan panjang 3.600

meter dan lebar 45-60 meter. Pesawat yang dilayani adalah jet sedang

seperti Fokker-100, DC-10, B-747, Hercules, dlsb. Bandar udara

international terdapat lebih dari satu landasan untuk antisipasi ramainya

lalu lintas.

2) Taxiway

Taxiway adalah jalan yang menghubungkan antara Apron dan

landas pacu. Keberadaannya sangatlah penting karena dengan adanya

taxiway, pesawat dapat berjalan menuju apron dengan aman tanpa

mengganggu pesawat lainnya.

3) Apron (jalan bagian depan bandara)

Apron atau pelataran pesawat adalah tempat dimana pesawat dapat

parkir untuk menaikkan / menurunkan penumpang ataupun mengisi bahan

bakar. Pada bandara internasional, biasanya terdapat garbarata yaitu lorong

yang menghubungkan antara pesawat dan terminal. Antara apron dan

landas pacu, dihubungkan dengan jalan rayap yang disebut taxiway.

|

Page 5: BAB I Hanggar

5

4) Terminal (tempat menunggu penumpang)

Bisa dibilang terminal adalah elemen utama (selain landas pacu)

yang mutlak berada di bandara karena di bangunan inilah calon

penumpang pertama kali menginjakkan kakinya. Di dalam terminal ini,

kita dapat membeli tiket, melakukan check-in, menunggu, dan sebagainya.

Banyak bandara memiliki lebih dari satu terminal yang tiap

terminalnya pun dapat dibagi lagi menjadi bangunan-bangunan yang lebih

kecil yang disebut concourse. Contohnya, ada tiga buah terminal yang

berada di bandara Internasional Soekarno-Hatta yaitu terminal 1, 2, dan 3.

Pembagian pun dilakukan lagi menjadi tiga concourse di tiap terminal

(kecuali terminal 3) yaitu terminal 1a, 1b, 1c, dan terminal 2a, 2b, dan 2c.

Jenis terminal lainnya yaitu terminal satelit yang digunakan di

beberapa bandara. Terminal ini merupakan bagian yang terpisah dari

terminal utama dan hanya dihubungkan oleh jalan penghubung (misal:

jalan bawah tanah). Sehingga pesawat dapat parkir di setiap sisinya.

5) Jalan masuk (akses)

Jalan masuk (akses) yang di maksud adalah jalak masuk dari jalan

raya ke daerah bandar udara. Hal ini sangat penting karena merupakan

akses pengunjung dari luar ke dalam bandar udara.

6) Parkir

Daerah parkir di tujukan untuk kendaraan penumpang,

pengunjung, karyawan, taxi dan persewaan kendaraan, dll)

|

Page 6: BAB I Hanggar

6

7) Bangunan Kargo (lalu lintas barang)

Luasn bangunan kargo tergantung dari sistem pengelolaan dan

banyaknya muatan yang di tangani supaya bisa berjalan efisien. Bisa

menyatu dengan gedung terminal dan bisa mencakup pos, daerah

pengelolaan pos dan kiriman barang ringan (paket pos) bisa di rencanakan

dekat daerah kargo atau dekat / menjadi satu dengan daerah gedung

terminal penumpang sesuai intenditas kegiatan pos.

8) Hanggar

Hanggar di gunakan untuk parkir pesawat. Luas daerah hanggar di

pengaruhi oleh sifat dan ruang lingkup perawatan. Tergantung dari pola

jaringan udaranya dan fasilitas yang di perlukan di tempat penerbangan-

penerbangan asal, tujuan dan membalik. Kemungkinan perluasan harus di

perhitungkan dalam perencanaannya.

|

Page 7: BAB I Hanggar

7

BAB III

HANGGAR

A. DEFINISI

Hanggar adalah sebuah struktur tertutup, yang berfungsi sebagai tempat

penyimpanan pesawat yang dapat melindungi pesawat dari cuaca dan cahaya

ultraviolet. Untuk kepentingan militer hanggar juga menjadikan pesawat

tersembunyi dari satelit dan pesawat mata-mata. Kebanyakan dari hanggar

terbuat dari logam, namun kayu dan beton juga bisa digunakan.

Hanggar yang digunakan untuk menyimpan pesawat terbang

(transportasi) biasanya lebih besar dari hanggar pesawat konvensional

(helikopter, pesawat kecil yang berkapasitas tidak banyak), terutama

kaitannya dengan tinggi hanggar. Kebanyakan, pesawat terbang terdahulu

menggunakan gas hidrogen untuk memberikan penumpang perasaan senang

untuk terbang, oleh karena itu hanggarnya harus bisa memberikan

perlindungan dari percikan api supaya bisa mencegah gas yang mudah

terbakar meledak. Hanggar yang menyimpan banyak pesawat dengan tipe

yang seperti ini beresiko dari ledakan berantai. Dengan alasan tersebut,

kebanyakan hanggar untuk pesawat yang berbasis gas hidrogen, dibuat

berukuran sama dengan rumah, sehingga hanya bisa menampung satu atau

dua pesawat saja.

|

Page 8: BAB I Hanggar

8

B. PERKEMBANGAN HANGGAR

Pada tahun 1879 di Chalais Meudon, Paris, telah dibangun hanggar

pesawat pertama yang dinamakan Hanggar “Y”, dimana seorang Engineer

Charles Renard dan Arthur Constantin Krebs membuat pesawat mereka

yang pertama “La France”.

Gambar 2. Hanggar Y Chalais Meudon, Paris, Perancis, 2002

Pada tahun 1899, telah dibangun hanggar yang mengambang di danau

Constance, Manzell.

Beberapa tahun kemudian dibangun hanggar yang dapat berputar di

Biesdorf, Berlin dan Cuxhaven, Jerman.

Sebelum perang dunia I dibuat Hanggar dari konstruksi tenda yang mudah

dipindahkan, untuk pesawat ukuran kecil. Seorang kebangsaan Amerika

membangun Hanggar dengan konstruksi tenda yang besar untuk tentara

Perancis.

Hanggar Zeppelin, dibangun untuk memfasilitasi pesawat jenis Zeppelin,

misalnya di Brazil

|

Page 9: BAB I Hanggar

9

Gambar 2. Hanggar Y Chalais Meudon, Paris, Perancis, 2002

Di AS, pembangunan hanggar besar mulai dilakukan pada tahun 1921

yaitu hanggar No. 1 di Lakehurst Naval Airship Station.

Tahun 1923-1926, dibangun dua hanggar dengan konstruksi beton, di

Paris dengan panjang 300 m.

Pada tahun 2008, sudah bermacam-macam konstruksi yang digunakan

untuk membuat Hanggar, dengan pertimbangan ruang yang cukup luas,

material yang kuat, tahan lama, ekonomis dan estetis.

C. ANALISA STRUKTURAL (KONSTRUKSI)

Pada umumnya, pembagian area di hanggar adalah area servis (area

yang tidak dimasuki pesawat, kantor misalnya) dan area pesawat. Pada

beberapa hanggar terdapat area yang dinamakan mezanin, yang berfungsi

sama seperti area servis namun merupakan bangunan yang ada di dalam

bangunan hanggar, sehingga atap dari bangunan ini ada di dalam bangunan

hanggarnya sendiri.

Maka, terjadi perbedaan jenis bangunan struktur yang digunakan,

tentunya – misalnya – jenis pondasi yang digunakan pada area servis tidak

|

Page 10: BAB I Hanggar

10

sama dengan di area pesawat. Karena beban yang dipikul di area pesawat

pasti lebih berat dari beban yang dipikul di area servis.

Berikut ini diuraikan struktur-struktur pada hanggar, dan

penggunaannya yang berbeda di area servis dan area pesawat. Lebih jelas

dapat dilihat pada diagram, terlampir.

1. Pondasi

Pondasi pada hangar, ditetapkan bedasarkan kondisi tanah yang

mendukung struktur hanggarnya, juga tergantung berdasarkan batasan-

batasan bedasarkan konstruksi diatasnya serta batasan-batasan akibat area

di sekeliling konsruksi.

Berdasarkan konstruksi diatasnya, dapat dibedakan menjadi

pondasi di area servis dan pondasi di area pesawat. Pondasi yang dapat

digunakan di area servis diantaranya adalah pondasi telapak dan pondasi

batu kali (untuk hanggar yang tidak terlalu besar), jika diasumsikan

tanahnya tidak ada masalah. Sedangkan untuk di area pesawat, dapat

digunakan pondasi-pondasi yang mampu memikul beban berat yang

selanjutnya ditentukan berdasarkan kedalaman tanah pendukung, yang

dapat dilihat pada tabel 1.

|

Page 11: BAB I Hanggar

11

Tabel 1 Jenis Pondasi Dibedakan Berdasarkan Kedalaman TanahPendukung

2. Kolom

Hanggar adalah bangunan dengan bentang lebar, sehingga kolom

pada bangunan hanggar terletak di bagian samping bangunan saja, artinya

bagian tengah bangunan tidak memiliki kolom sama sekali. Sehingga,

bangunan hanggar harus stabil terhadap gaya angin.

Kolom yang digunakan di hanggar biasanya terbuat dari profil baja

atau komposit. Apabila pada hanggar tersebut menggunakan konstruksi

pelengkung tiga sendi, maka kolom yang digunakan menerima beban

ekstra dari atap hanggar. Sehingga untuk membuat kolom mampu

menerima beban, ada kemungkinan profil kolom diperbesar, atau dibuat

rangkap (double). Tetapi, apabila konstruksi atap dari hanggarnya

merupakan pelengkung sempurna (dome), maka kolom tidak diperlukan.

Karena, pelengkung tersebut langsung meneruskan beban ke pondasi.

|

Page 12: BAB I Hanggar

12

3. Balok

Balok pada area servis dan mezanin terbuat dari beton, sama

halnya seperti pada balok di bangunan gedung biasa. Pada area pesawat,

balok yang digunakan adalah profil baja, yang digunakan untuk

menopang penutup atap.

Gambar 3. Mezanin

Apabila pada hanggar tersebut memasang crane, maka akan

dibutuhkan balok tambahan sebagai jalur rel untukcrane yang dipasang.

Sehingga, balok tersebut bukan berfungsi sebagai struktur, melainkan

menjadi beban terhadap struktur.

Gambar 4. Balok Pada Hanggar

|

Page 13: BAB I Hanggar

13

4. Dinding

Pada area servis dan mezanin, material dinding yang digunakan

adalah pasangan batu bata juga dapat digunakan pasangan kon blok,

seperti halnya pada bangunan gedung biasa. Pada mezanin, pada beberapa

tempat ditambahkan pula material sejenis gibsum. Dinding pada hanggar

menggunakan bahan yang tahan terhadap panas, mudah dalam perawatan

dan pemasangan, juga ekonomis.

Pada area pesawat pilihannya menjadi dua yaitu, plat baja profil

(span deck) dan plat aluminium profil. Pada umumnya yang sering

digunakan sebagai dinding pada hanggar adalah span deck, ini karena bila

dibandingkan dengan plat aluminium profil, plat baja profil lebih bisa

menyerap panas, serta lebih kaku. Sehingga, apabila cuaca di luar hanggar

sedang panas, ruangan di hanggar tetap dalam suhu normal.

Material dinding pada hanggar juga tidak selalu span deck, ada

sedikit variasi, yaitu kombinasi dari span deck dengan kon blok. Pada

bagian bawah berupa kon blok sedangkan bagian atas berupa span deck.

Gambar 5. Dinding Hanggar

|

Page 14: BAB I Hanggar

14

5. Struktur Atap

Pada dasarnya, sistem struktur atap yang digunakan di hanggar

adalah sistem struktur batang (trusses structure) yang berupa lengkungan.

Pelengkung yang dibuat dari bahan baja, kayu dan beton dapat menahan

tegangan dan ditandai dengan penggunaan sendi. Penggunaan sendi pada

pelengkung dapat mengontrol bahaya tekuk (bending) yang disebabkan

oleh defleksi maupun muai akibat panas.

Ragam konfigurasi struktur pelenkung :

a. Kondisi kaku (jepit). Batang pelengkung berhubungan langsung

dengan alas sehingga pada saat bahan yang dipakai memuai akibat

panas, pelengkung akan mengalami tekuk.

b. Kondisi dengan dua sendi. Kedua ujung pelengkung yang

berhubungan dengan alas diberi engsel supaya tidak mengalami tekuk

ketika pelengkung memuai. Tekuk akan beralih ke puncak

pelengkung.

c. Kondisi dengan tiga sendi. Pada titik puncak ditambahkan engsel

untuk menghindari terjadinya tekukan. Hal ini akan mengurangi

kekakuan pelengkung. Kondisi ini mengambil sistem kekakuan

segitiga, sehingga lebih dari tiga sendi dianggap sudah tidak stabil

lagi.

Sistem yang menggunakan ikatan (braching) pada bagian alasnya.

Ikatan ini tergantung dari besar dan lebar bentang lengkungan, serta

bahannya dapat dibuat darikabel, baja atau beton.

|

Page 15: BAB I Hanggar

15

Penggunaan batang horizontal sebagai batang tarik sangat efektif

dalam memikul gaya keluar yang terjadi ada ujung pelengkungan yang

dibebani, sehingga pondasi hanya diperlukan untuk menahan beban

vertikal

Berikut ini adalah tipe-tipe rangka atap yang biasa digunakan pada

hanggar, di area pesawat:

Struktur Rangka Ruang (Space Frame Structures)

Struktur rangka ruang merupakan susunan modul yang diatur dan

disusun berbalikan antara modul satu dengan lainnya sehingga gaya-

gaya yang terjadi menjalar mengikuti bentuk modul-modul yang

tersusun. Modul ini satu sama lain saling menguatkan, sehingga

sistem struktur ini tidak mudah goyah. Karena sistem ini

menggunakan modul-modul dalam membentuk suatu bentangan,

maka dibutuhka suatu alat penyambung yang mengikat modul satu

dengan modul lainnya. Ada beberapa variasi sistem konstruksi

penyambungan yang dapat digunakan, diantaranya: Mannesmann;

Unistrud; Takenaka; dan Mero. Sistem penyambungan yang umum

digunakan di Indonesia adalah sistem Mero yaitu menggunakan Steel

Ball Joints, setidaknya diketahui ada 2 instansi di Indonesia yang

menggunakannya, yaitu hanggar maskapai penerbangan GARUDA di

Jakarta dan hanggar PT. Dirgantara Indonesia di Bandung.

|

Page 16: BAB I Hanggar

16

Struktur Rangka Bidang (Plane Frame System)

Struktur rangka bidang adalah suatu sistem struktur rangka batang

yang disusun menjadi suatu bidang tegak.

Kubah Beton Prestressed

Struktur Batang Kayu

Rangka batang kayu dapat digunakan sebagai struktur atap pada

sebuah hanggar, namun penggunaannya tertentu dan terbatas.

6. Penutup Atap

Penutup atap yang digunakan di hanggar biasanya terbuat dari plat

baja profil , biasa disebut clip lock, yang diberi tambahan lapisan

aluminium foil dan material glass wool yang berfungsi untuk menjaga

suhu udara di dalam hanggar agar senantiasa dalam suhu yang normal, ini

dilakukan untuk memberikan kenyamanan kepada para pekerja yang ada

di dalam hanggar agar dapat memberikan konsentrasi penuh pada pesawat

yang ditanganinya.

Plat baja profil dipilih karena dapat menjadi peredam suara,

misalnya ketika hujan turun, apabila digunakan plat aluminium profil

tetes-tetes air hujan yang jatuh ke plat di atap suaranya menjadi sangat

mengganggu ke dalam bangunan hanggar. Tapi jika menggunakan plat

baja, suara tersebut dapat diredam oleh plat baja itu sendiri.

|

Page 17: BAB I Hanggar

17

7. Lantai

Lantai dalam konstruksi bangunan hanggar merupakan area tempat

berlangsungnya seluruh kegiatan perbaikan dan perawatan pesawat. Oleh

karena itu, lantai hanggar harus kuat terhadap transfer beban yang

diakibatkan oleh berat pesawat, alat-alat berat, dan para pekerja. Sehingga

tidak terjadi retak yang kemudian akan menyebabkan struktur lantai

menjadi hancur.

Konstruksi yang digunakan dalam membuat lantai hanggar, adalah

dengan menggunakan beton yang diperkuat dengan tulangan. Metode

pengecoran beton dilakukan per segmen dengan cara berselang-seling

seperti papan catur, kemudian disambung dengan dowel. Segmen lantai

yang satu dengan lainnya sebenarnya tidak saling melekat tapi hanya

disambung dengan dowel , karena antar segmen lantai diberi duplex

(sejenis bahan kardus), lalu permukaan antar segmen lantai diberi lapisan

sealant (sejenis karet). Kemudian untuk menambah kekuatan beton agar

tahan terhadap benturan, saat proses finishing lantai diberi lapisan floor

hardener.

Keuntungan dari lantai yang bersegmen, yaitu mencegah terjadinya

keretakan yang tidak terpola misalnya di tengah lantai. Kemudian

mencegah terjadinya keretakan lantai yang diakibatkan oleh diferensiasi

settlement (penurunan tanah yang tidak sama pada lantai), sehingga tidak

menggangu segmen di sebelahnya dan mudah untuk diperbaiki.

|

Page 18: BAB I Hanggar

18

Gambar 6. Lantai Hanggar yang Bersegmen

8. Aksesoris

Hal-hal lain yang ada pada sebuah bangunan hanggar diantaranya

adalah:

a. Lampu/Penerangan

b. Sign System

c. Safety Line. Berfungsi sebagai batas pengaman untuk pengaturan

lalu lintas kerja alat-alat di hanggar

d. Saluran Utilitas. Biasanya ada di dalam lantai, dan ditutup dengan

plat, sehingga pada waktu-waktu tertentu dapat di cek.

Saluran pembuangan air

Saluran untuk pipa angin/pipa tekanan udara

Saluran untuk kabel-kabel elektrikal

e. Exhaust Vent. Dapat berupa kipas yang dipasang di struktur atap.

Kipas ini bersatu dengan penutup atap.

|

Page 19: BAB I Hanggar

19

D. TIPE-TIPE HANGGAR

Sebuah bandara internasional yang sudah besar, dipastikan memiliki

fasilitas hanggar yang memadai sebagai bentuk pemberian pelayanan terbaik

untuk para calon penumpang. Apabila suatu bandara memiliki lebih dari satu

hanggar, biasanya hanggar tersebut memiliki fungsi yang berbeda sehingga

berdasarkan fungsi yang berbeda tersebut, hanggar dibedakan menjadi

beberapa tipe.

Tipe-tipe hanggar pada setiap bandara belum tentu sama, itu

tergantung pada kebijakan setiap bandara untuk mengelompokkan

hanggarnya. Berikut ini akan diuraikan tipe-tipe hanggar yang dimiliki oleh

Maskapai Penerbangan Garuda dan Bandara Internasional Sepinggan.

1. Tipe Hanggar pada Maskapai Penerbangan Garuda

Mengambil tempat di seputar Bandara Soekarno-Hatta

Cengkareng, Maskapai Penerbangan Garuda memiliki luas tanah yang

cukup besar. Di dalamnya terdapat lahan seluas sekitar 48 hektar yang

digunakan sebagai hangar tertutup, tempat penyimpanan suku cadang,

gedung serbaguna, fasilitas pendukung di darat, penyimpanan bahan-

bahan kimia yang akan menjadi pelengkap pelaksanaan pekerjaan,

termasuk juga ruang perkantoran dan kebutuhan lainnya.

Dalam perkembangannya,ruangan-ruangan tersebut ditambah

dengan ruang yang akan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan

mesin yang akan dikerjakan dan yang telah dikerjakan sebelum digunakan

pada waktunya (engine shop).

|

Page 20: BAB I Hanggar

20

Sebagai basis kegiatan utamanya, GMF mengoperasikan tiga buah

hangar, yang mulai dimanfaatkan sejak 1992.

a. Hanggar I

Hangar yang pertama (Hangar I) dengan luas sebesar 21.450 m2,

khusus menangani pemeliharaan alat berat atau heavy maintenance

untuk jenis pesawat berbadan lebar (wide body aircraft). Baik Hangar

I maupun Hangar III menggunakan atap dengan sistem space frame,

sehingga diperlukan cranes yang berkemampuan berat bergantungan

di struktur atapnya sehingga mampu menjangkau seluruh titik di

hangar, baik transversal maupun longitudinal. Hangar ini disiapkan

untuk mampu menampung dua buah pesawat Boeing 747 atau DC-10

dan Airbus secara bersamaan. Hangar pertama ini adalah paling kecil

di antara hangar lainnya. Meskipun demikian, hangar ini dilengkapi

dengan enam buah alat pengangkat berat (crane) gantung dan

dikonstruksi dengan rangka baja yang merupakan hasil kerjasama

pengusaha konstruksi Indonesia dan Jepang.

Kelengkapan peralatan yang ada di Hangar I menyebabkan

Maskapai Penerbangan Garuda juga memanfaatkannya sebagai tempat

untuk melakukan modification section 41 dari pesawat Boeing 747.

Untuk itu, hangar ini dilengkapi alat pengangkat dan juga kerangka

penopang untuk melakukan pekerjaan modifikasi Section 41 agar

dapat berjalan dengan lancar, termasuk sembilan zona yang berada di

|

Page 21: BAB I Hanggar

21

dalamnya. Kemampuan yang dimiliki ini adalah termasuk kemampuan

yang khusus untuk perawatan pesawat di wilayah Asia Tenggara

Di samping itu, hangar inipun dirancang agar dapat melakukan

kegiatan hingga dengan D-check bagi pesawat B-747, DC-10 dan

Airbus. Ini berarti, kegiatan di hangar tersebut juga mempunyai

kemampuan untuk dapat melakukan overhaul yang pertama kalinya

dilakukan pada B-747 seri 200 dan 400 setelah 26.000 jam terbang

atau setelah pesawat berusia 60 bulan, mana yang tercapai lebih

dahulu. Setelah kegiatan overhaul, barulah dilakukan D-check setiap

25.000 jam terbang atau mencapai 60 mana 60 bulan, mana yang

tercapai lebih dahulu. Keadaan tersebut sedikit berbeda dengan

kemampuan untuk melaksanakan D-check pada DC-10, di mana

dilaksanakan pada setiap 23.000 jam terbang atau saat pesawat telah

memasuki usia 5 tahun. Setelah pesawat melalui TTL (Total Time

Limit) 60.000 jam terbang, atau 30.000 cycles, interval bagi kegiatan

inspeksi structural diperpendek dari 23.000 jam terbang atau lima

tahun hingga dengan 20.000 jam terbang atau lima tahun mana yang

tercapai terlebih dahulu. Untuk B-747 seri 200, overhaul pertama

dilakukan setelah pesawat menjalani 26.000 jam terbang, atau setelah

berumur 60 bulan, yang akan dilanjutkan pada setiap memasuki

25.000 jam terbang atau 60 bulan berikutnya.

Dengan dicapainya kemampuan untuk melaksanakan D-check pada

B-747 seri 200/400 dan DC-10 saja, sudah dapat dibayangkan

|

Page 22: BAB I Hanggar

22

kesibukan yang akan melanda kegiatan mulai dari A-check dan C-

check. Belum lagi ditambah D-check atau intermediate check pesawat

Airbus B-4 setiap lima tahun atau sembilan tahun sekali mencakup

seluruh check perawatan. Ini berarti hangar yang tersedia serta

kemampuan yang dimiliki dapat mengelola kegiatan yang sangat

berarti besarnya.

b. Hanggar II

Hangar kedua (Hangar II), dibangun di atas tanah seluas 22.500 m2

dan dikhususkan untuk dapat melayani tugas-tugas pemeliharaan

harian (line maintenance), Termasuk pemeliharaan pemeriksaan tipe

A dan B untuk semua jenis pesawat milik Garuda dan pihak ketiga.

Hangar ini dipersiapkan untuk mampu menampung tiga hingga empat

pesawat berbadan lebar masuk secara bersamaan.

Hangar ini tidak terlalu memerlukan peralatan berat. Struktur

atapnya dibangun dengan sistem biasa (plane frame system), sehingga

tidak ada cranes yang bergantung di dtruktur atapnya.

c. Hanggar III

Sementara hangar ketiga ( Hangar III ), yang juga dibangun di atas

tanah seluas 22.500 m2, dipersiapkan untuk melaksanakan tugas-tugas

pemeliharaan berat bagi pesawat berbadan sempit (narrow body). Di

hangar ini, dipasang secara langsung enam buah perangkat berat yang

bertopang pada rangka baja buatan Kawasaki heavy Industries

|

Page 23: BAB I Hanggar

23

( jepang ), yang melayani kebutuhan pemeriksaan pesawat berat

seperti DC-9,F-28 dan lain sebagainya.

Mengingat fungsinya sebagai heavy maintenance hangar, maka

sistem pembangunan hangar III tidak banyak berbeda dengan hanggar

I. peralatan yang melengkapi hangar ini adalah untuk dapat menopang

kegiatan rutin menghadapi D-check F-28, DC-9 dan B- 737, serta

kegiatan lainnya yang menjadi tumpahan dari hangar-hangar

sebelumnya. Untuk menghadapi kegiatan F-28 saja, berarti hangar ini

disiapkan untuk mampu menghadapi kembalinya pesawat F-28 secara

berkala pada setiap 12.000 jam terbang. Kegiatan di hangar ini

nantinya akan banyak di isi dengan masuknya B-737 ( mulai dari seri

200,300 dan 400 ) kedalam jajaran penerbangan nasional.

Karena hangar I dan III pembangunannya lebih rumit di banding hangar

II, maka ketika membangun seluruh tempat tersebut dimulai dari hangar II,

kemudian hangar III dan yang terakhir hangar I. kerumitan sempat terjadi

ketika pembangunan hangar III dilaksanakan, mengingat sistem space

frame baru pertama kali di gunakan teknologinya di Indonesia. Pengunaan

titik-titik simpul yang berupa bola baja (steel ball joints) masih perlu

diimpor,dan harga bola baja ini cukup mahal.

|

Page 24: BAB I Hanggar

24

2. Tipe Hanggar pada Bandara Internasional Sepinggan

Hangar Type "A"

Lokasi : Daerah Remote Apron (lihat denah)

Jumlah : 2 buah

Luas : @ 42 x 42 m2

Kapasitas : F.28 – B.737

Fasilitas repair /maintenance : crane, compressor

Fasilitas Perkantoran : - Ruang Staf (AC,Non AC);

- Gudang / Store;

- Toilet;

- Pelataran Parker (Car Park);

- Jaringan Listrik, Telepon Dan Air;

- Fire Alarm

Jumlah yang tersedia saat ini : 1 (satu) buah

- hanggar A-2

|

Page 25: BAB I Hanggar

25

Hangar Type "B"

Lokasi : Apron helicopter / heliport (lihat denah)

Jumlah : 6 buah

Luas : @ 28 x 26 m2

Kapasitas : F.28 – B.737

Fasilitas repair /maintenance : crane, compressor

Fasilitas Perkantoran : - Manager room;

- Administration room;

- Crew rest room

|

Page 26: BAB I Hanggar

26

- Passenger waiting room;

- Entrance hall;

- Radio room;

- Maintenance room;

- General store;

- Tool store;

- Parts store;

- Toilet & shower;

- Fire alarm;

- Access road;

- Pelataran Parker (Car Park);

- Jaringan Listrik, Telepon Dan Air;

Jumlah yang tersedia saat ini : 4 (satu) buah

- hanggar B-1

- hanggar B-2

- hanggar B-3

- hanggar B

|