50
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infark Miokard adalah penyumbatan sebagian atau lebih arteri koroner (dikenal juga seranggan jantung), (Holloway, 2003). Infark Miokard adalah rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah ke koroner berkurang, (Brunner & Sudarth, 2002). Infark miokard adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara suplai & kebutuhan oksigen miokard sehingga jaringan miokard mengalami kematian. Infark menyebabkan kematian jaringan yang ireversibel. Sebesar 80-90% kasus MCI disertai adanya trombus, dan berdasarkan penelitian lepasnya trombus terjadi pada jam 6-siang hari. Infark tidak statis dan dapat berkembang secara progresif. MCI apabila tidak segera ditangani atau dirawat dengan cepat dan tepat dapat menimbulkan komplikasi seperti CHF, disritmia, syok kardiogenik yang dapat menyebabkan kematian, dan apabila MCI sembuh akan terbentuk jaringan parut yang menggantikan sel-sel miokardium yang mati, apabila jaringan parut yang cukup luas maka kontraktilitas jantung menurun secara permanent, jaringan parut tersebut lemah sehingga terjadi ruptur miokardium atau anurisma, maka diperlukan tindakan /medis dan tindakan keperawatan yang cepat dan tepat untuk mencegah komplikasi yang tidak diinginkan. Hal ini dapat dicapai melalui pelayanan maupun perawatan yang cepat dan tepat untuk memberikan pelayanan cepat dan tepat

BAB I, II, III

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I, II, III

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infark Miokard adalah penyumbatan sebagian atau lebih arteri koroner (dikenal juga

seranggan jantung), (Holloway, 2003). Infark Miokard adalah rusaknya jaringan jantung akibat

suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah ke koroner berkurang, (Brunner &

Sudarth, 2002).

Infark miokard adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara suplai & kebutuhan

oksigen miokard sehingga jaringan miokard mengalami kematian. Infark menyebabkan

kematian jaringan yang ireversibel. Sebesar 80-90% kasus MCI disertai adanya trombus, dan

berdasarkan penelitian lepasnya trombus terjadi pada jam 6-siang hari. Infark tidak statis dan

dapat berkembang secara progresif.

MCI apabila tidak segera ditangani atau dirawat dengan cepat dan tepat dapat

menimbulkan komplikasi seperti CHF, disritmia, syok kardiogenik yang dapat menyebabkan

kematian, dan apabila MCI sembuh akan terbentuk jaringan parut yang menggantikan sel-sel

miokardium yang mati, apabila jaringan parut yang cukup luas maka kontraktilitas jantung

menurun secara permanent, jaringan parut tersebut lemah sehingga terjadi ruptur miokardium

atau anurisma, maka diperlukan tindakan /medis dan tindakan keperawatan yang cepat dan

tepat untuk mencegah komplikasi yang tidak diinginkan.

Hal ini dapat dicapai melalui pelayanan maupun perawatan yang cepat dan tepat untuk

memberikan pelayanan cepat dan tepat diperlukan pengetahuan, keterampilan yang khusus

dalam mengkaji, dan mengevaluasi status kesehatan klien dan diwujudkan dengan pemberian

asuhan keperawatan tanpa melupakan usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Peran

Oksigen pada Miokard

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu memahami tentang patofisiologi dan Asuhan Keperawatan pada

klien dengan Miokardium Infark Akut

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari miokardium infark .

Page 2: BAB I, II, III

b. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dari miokardium infark .

c. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisilogi dari miokardium infark .

d. Mahasiswa mampu menjelaskan kompliksasi dari miokardium infark

e. Mahasiswa Mampu memahami asuhan keperawatan pada klien dengan MCI

Page 3: BAB I, II, III

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan

oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat

mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa

gejala pendahuluan (Santoso, 2005).

Infark miokardium disebabkan oleh penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri

koroner, menyebabkan iskemik miokard dan nekrosis.  (Doengus, 2005).

Menurut Smeltzer dan Bare, (2008) infark miokard mengacu pada proses masuknya

proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah

koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri

koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau trombus.

Aterokslerotik adalah suatu penyakit pada arteri arteri besar dan sedang dimana lesi

lemak yang disebut plak ateromosa timbul pada permukaan bidang arteri , sehingga

mempersempit bahkan menyumbat suplai alirn darah ke arteri bagian distal.

Ada dua tipe dasar infark miokard akut:

a. Transmural

yang berhubungan dengan aterosklerosis melibatkan arteri koroner utama. Hal ini

dapat subclassified ke anterior, posterior, atau lebih rendah. infarcts Transmural

memperpanjang melalui seluruh ketebalan otot jantung dan biasanya akibat dari

oklusi lengkap's suplai darah daerah tersebut.

b. Subendocardial

melibatkan sejumlah kecil di dinding subendocardial dari ventrikel kiri, septum

ventrikel, atau otot papiler. infarcts Subendocardial dianggap akibat dari suplai darah

lokal menurun, mungkin dari penyempitan arteri koroner. Daerah subendocardial

terjauh dari's suplai darah jantung dan lebih rentan terhadap jenis patologi.

B. Anatomi fisiologi

Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari ronga dada (toraks) diantara kedua

paru. Selaput yang melapisi jantung disebut perikardium yang terdiri atas 2 lapisan:

Page 4: BAB I, II, III

a. Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput

paru.

b. Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri yang juga

disebut epikardium.

Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan perikardium sebagai pelumas yang

berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak jantung saat memompa.

STRUKTUR JANTUNG

Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan:

a. Lapisan luar disebut epikardium atau perikardium.

b. Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut miokardium.

c. Lapisan dalam disebut endokardium.

Arteri koroner kiri memperdarahi sebagaian terbesar ventrikel kiri, septum dan atrium

kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri, sedikit bagian

posterior septum dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih sering diperdarahi oleh

arteri koroner kanan daripada kiri. (cabang sirkumfleks). Nodus AV 90% diperdarahi oleh arteri

koroner kanan dan 10% diperdarahi oleh arteri koroner kiri (cabang sirkumfleks). Dengan

demikian, obstruksi arteri koroner kiri sering menyebabkan infark anterior dan infark inferior

disebabkan oleh obstruksi arteri koroner kanan.

Kebutuhan oksigen miokardium dapat terpenuhi jika terjadi keseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen. Penurunan suplai oksigen miokard dapat membahayakan fungsi

miokardium. Penyakit jantung koroner disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen miokardium. Bila kebutuhan oksigen miokardium meningkat,

maka suplai oksigen juga harus meningkat. Peningkatan kebutuhan oksigen terjadi pada:

takikardia, peningkatan kontraktilitas miokard, hipertensi, hipertrofi, dan dilatasi ventrikel.

Untuk meningkatkan suplai oksigen dalam jumlah yang memadai aliran pembuluh koroner

harus ditingkatkan.

Empat faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen jantung :

a. Frekuensi denyut jantung

b. Daya kontraksi

c. Massa otot

d. Tegangan dinding ventrikel

Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dapat disebabkan :

Page 5: BAB I, II, III

a. Penyempitan arteri koroner (aterosklerosis), dimana merupakan penyebab tersering.

b. Penurunan aliran darah (cardiac output).

c. Peningkatan kebutuhan oksigen miokard.

d. Spasme arteri koroner.

C. Etiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab infark miokardium adalah penurunan

suplai darah ke jantung akibat penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau

penyumbatan total arteri oleh emboli atau trombus juga bisa diakibatkan karena syok atau

perdarahan.

Sedangkan menurut Price and Wilson penyebab arteri koronaria yang paling sering

ditemukan adalah aterosklerosis pembuluh koroner. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan

lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria dan secara progresif mempersempit lumen

pembuluh darah sehingga resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membayakan

aliran darah miokardium.

Penyebab sumbatan tidak diketahui walaupun diperkirakan perdarahan akibat plaque

atherosklerosis dan farmasi thrombus diperkirakan merupakan faktor persipitasi penilitian baru-

baru ini menunjukkan bahwa forkasi thrombus dapat berlanjut menjadi infark karena edema

yang berkaitan dengan infark menganggu aliran darah dalam arteri koronaria, yang

menyebarkan stasis dan formasi thrombus .

Menurut Alpert (2010), infark miokard terjadi oleh penyebab yang heterogen, antara lain:

1. Aterosklerosis

2. Hipertensi

3. Merokok

4. Obesitas

D. Manifestasi Klinik

Menurut Sjaefoellah gejala klinis pada klinis pasien dengan miokard infark yaitu adanya

keluhan yang khas adalah nyeri dada seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau

ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke tangan (umumnya kiri), pada leher, rahang ke

punggung dan epigastrium. Nyeri dapat disertai perasaan mual muntah, sesak, pusing, keringat

dingin, berdebar-debar atau sinkope, pasien tampak sering kesakitan.

Pada pemeriksaan fisik penurunan kardiak output menyebabkan takikardi, perubahan

nadi, hipotensi, muka pucat, diaporesis, kulit dingin, perubahan status mental, sinkope dan

berkurangnya produksi urin.

Page 6: BAB I, II, III

a. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri,

kebanyakan lamanya 30 menit sampai beberapa jam, sifatnya seperti ditusuk-tusuk,

ditekan, tertindik.

b. Takhikardi.

c. Keringat banyak sekali.

d. Kadang mual bahkan muntah diakibatkan karena nyeri hebat dan reflek vasosegal yang

disalurkan dari area kerusakan miokard ke trakus gastro intestinal.

e. Dispnea.

f. Abnormal Pada pemeriksaan EKG

E. Patofisiologi

Kejadian infark miokard diawali dengan terbentuknya aterosklerosis yang kemudian

ruptur dan menyumbat pembuluh darah. Penyakit aterosklerosis ditandai dengan formasi

bertahap fatty plaque di dalam dinding arteri. Lama-kelamaan plak ini terus tumbuh ke dalam

lumen, sehingga diameter lumen menyempit. Penyempitan lumen mengganggu aliran darah ke

distal dari tempat penyumbatan terjadi (Ramrakha, 2006).

Faktor-faktor seperti usia, genetik, diet, merokok, diabetes mellitus tipe II, hipertensi,

reactive oxygen species dan inflamasi menyebabkan disfungsi dan aktivasi endotelial.

Pemaparan terhadap faktor-faktor di atas menimbulkan injury bagi sel endotel. Akibat disfungsi

endotel, sel-sel tidak dapat lagi memproduksi molekul-molekul vasoaktif seperti nitric oxide,

yang berkerja sebagai vasodilator, anti-trombotik dan anti-proliferasi. Sebaliknya, disfungsi

endotel justru meningkatkan produksi vasokonstriktor, endotelin-1, dan angiotensin II yang

berperan dalam migrasi dan pertumbuhan sel (Ramrakha, 2006).

Leukosit yang bersirkulasi menempel pada sel endotel teraktivasi. Kemudian leukosit

bermigrasi ke sub endotel dan berubah menjadi makrofag. Di sini makrofag berperan sebagai

pembersih dan bekerja mengeliminasi kolesterol LDL. Sel makrofag yang terpajan dengan

kolesterol LDL teroksidasi disebut sel busa (foam cell). Faktor pertumbuhan dan trombosit

menyebabkan migrasi otot polos dari tunika media ke dalam tunika intima dan proliferasi

matriks. Proses ini mengubah bercak lemak menjadi ateroma matur. Lapisan fibrosa menutupi

ateroma matur, membatasi lesi dari lumen pembuluh darah. Perlekatan trombosit ke tepian

ateroma yang kasar menyebabkan terbentuknya trombosis. Ulserasi atau ruptur mendadak

Page 7: BAB I, II, III

lapisan fibrosa atau perdarahan yang terjadi dalam ateroma menyebabkan oklusi arteri (Price,

2006).

Penyempitan arteri koroner segmental banyak disebabkan oleh formasi plak. Kejadian

tersebut secara temporer dapat memperburuk keadaan obstruksi, menurunkan aliran darah

koroner, dan menyebabkan manifestasi klinis infark miokard. Lokasi obstruksi berpengaruh

terhadap kuantitas iskemia miokard dan keparahan manifestasi klinis penyakit. Oleh sebab itu,

obstruksi kritis pada arteri koroner kiri atau arteri koroner desendens kiri berbahaya (Selwyn,

2005).

Pada saat episode perfusi yang inadekuat, kadar oksigen ke jaringan miokard menurun

dan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi mekanis, biokimia dan elektrikal miokard.

Perfusi yang buruk ke subendokard jantung menyebabkan iskemia yang lebih berbahaya.

Perkembangan cepat iskemia yang disebabkan oklusi total atau subtotal arteri koroner

berhubungan dengan kegagalan otot jantung berkontraksi dan berelaksasi (Selwyn, 2005).

Selama kejadian iskemia, terjadi beragam abnormalitas metabolisme, fungsi dan

struktur sel. Miokard normal memetabolisme asam lemak dan glukosa menjadi karbon dioksida

dan air. Akibat kadar oksigen yang berkurang, asam lemak tidak dapat dioksidasi, glukosa

diubah menjadi asam laktat dan pH intrasel menurun. Keadaaan ini mengganggu stabilitas

membran sel. Gangguan fungsi membran sel menyebabkan kebocoran kanal K+ dan ambilan

Na+ oleh monosit. Keparahan dan durasi dari ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen menentukan apakah kerusakan miokard yang terjadi reversibel (<20 menit) atau

ireversibel (>20 menit). Iskemia yang ireversibel berakhir pada infark miokard (Selwyn, 2005).

Ketika aliran darah menurun tiba-tiba akibat oklusi trombus di arteri koroner, maka

terjadi infark miokard tipe elevasi segmen ST (STEMI). Perkembangan perlahan dari stenosis

koroner tidak menimbulkan STEMI karena dalam rentang waktu tersebut dapat terbentuk

pembuluh darah kolateral. Dengan kata lain STEMI hanya terjadi jika arteri koroner tersumbat

cepat (Antman, 2005).

Non STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang disebabkan

oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak. Erosi dan ruptur plak ateroma

menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Pada Non STEMI, trombus

yang terbentuk biasanya tidak menyebabkan oklusi menyeluruh lumen arteri koroner (Kalim,

2001).

Infark miokard dapat bersifat transmural dan subendokardial (nontransmural). Infark

miokard transmural disebabkan oleh oklusi arteri koroner yang terjadi cepat yaitu dalam

beberapa jam hingga minimal 6-8 jam. Semua otot jantung yang terlibat mengalami nekrosis

dalam waktu yang bersamaan. Infark miokard subendokardial terjadi hanya di sebagian

Page 8: BAB I, II, III

miokard dan terdiri dari bagian nekrosis yang telah terjadi pada waktu berbeda-beda (Selwyn,

2005).

WOC MCI

Page 9: BAB I, II, III

F. Komplikasi

1. Perluasan infark dan iskemia pasca infark

Aritmia adalah gangguan irama jantung, suatu kondisi di mana jantung berdenyut tidak

menentu. Irama jantung mungkin terlalu cepat (takikardia), terlalu lambat (bradikardia)

atau tidak teratur. Beberapa aritmia, seperti fibrilasi ventrikel, dapat menyebabkan

serangan jantung jika tidak segera diobati.

2. Disfungsi otot jantung ( gagal janttung kiri, hipotensi dan syok).

3. Infark ventrikel kanan.

4. Defek mekanik.

5. Ruptur Miokard.

6. Anurisma adalah pelebaran abnormal atau penggelembungan bagian arteri akibat

kelemahan pada dinding pembuluh darah.

7. Perikarditis adalah inflamasi pada selaput perikardium, baik pariental maupun visceral

yang membungkus jantung.

G. Pemeriksaan diagnostic

Menurut Doenges et all (2000:85) pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan infark miokard

yaitu

a. EKG, menunjukkan peninggian gelombang S-T, iskemia berarti penurunan atau

datarnya gelombang T dan adanya gelombang Q.

b. Enzim jantung dan isoenzim, CPK-MB meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam

12-24 jam.

c. Elektrolit, ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat

mempengaruhi kontraktilitas.

d. Sel darah putih, leukosit (10.000-20.000) tampak pada hari kedua sehubungan dengan

proses inflamasi.

e. GDA atau oksimetri nadi, dapat menunjukkan hipoksia.

f. Kolesterol atau trigliserida serum : meningkat menunjukkan arterisklerosis.

g. Foto dada, mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga

GJK.

h. Ekokardium, evaluasi lebih lanjut mengenai fungsi dasar terutama ventrikel.

i. Angiografi koroner, menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner.

H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

1. Penatalaksanaan Medis

Page 10: BAB I, II, III

Menurut Smetlzer (2002:790) : Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah memperkecil

kerusakan jantung sehingga mengurangi terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil

dengan cara, segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen

jantung tetapi obat-obatan, pemberian oksigen dan tirah baring dilakukan secara bersamaan

untuk tetap mempertahankan fungsi jantung. Obat-obatan dan oksigen digunakan untuk

mengurangi kebutuhan oksigen, sementara tirah baring dilakukan untuk mengurangi kebutuhan

oksigen. Hilangnya nyeri merupakan indikator utama bahwa kebutuhan dan suplai telah

mencapai keseimbangan.

Ada tiga kelas obat-obatan yang biasa digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen

Smeltzer dan Bare, 2002:791-802).

a. Vasodilator

Vasodilator pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalh nitrogliserin. Nitrogliserin

menyebabkan dilatasi arteri dan vena, sehingga menurunkan jumlah darah yang

kembali ke jantung (pre load) dan mengurangi beban kerja (viorkload) jantung.

b. Antikoagulan

Heparin digunakan untuk membantu mempertahankan integritas jantung. Dengan

memperpanjang waktu pembekuan darah dapat menurunkan kemungkinan

pembentukan trombus dan akan menurunkan aliran darah.

c. Trombosit

Tujuan trombosit untuk melarutkan setiap trombus yang telah terbentuk di arteri

koroner, memperkecil penyumbatan dan juga luasnya infark, contohnya steptokinase

atau anti streptease, selain itu pemberi analgetik juga bisa diberikan. Morfin dapat

menurunkan tekanan dalam kapiler paru, mengurangi perembasan cairan ke jaringan

paru dan menurunkan kecepatan napas. Diuretik bisa diberikan untuk vasodilatasi dan

penimbunan darah di pembuluh darah perifer, contohnya furosemide (lasix).

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a). Pantau karakteristik nyeri catat laporan verbal, petunjuk nonverbal, dan respons

hemodinamik (contoh: meringis, gelisah, berkeringat, mencengkram dada, napas

cepat, tekanan darah/frekuensi jantung berubah).

b). Berikan oksigen tambahan dengan kanul nasal atau masker sesuai indikasi.

c). Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas pada dasar nyeri atau respon hemodinamik,

berikan aktivitas senggang yang tidak berat.

d). Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, contoh mengejan saat

Page 11: BAB I, II, III

defekasi.

e). Pantau frekuensi jantung dan irama. Catat disritmia melalui telemetri.

f). Berikan makanan kecil/mudah dikunyah. Batasi asupan kafein, contoh: kopi, coklat.

g). Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab. Cacat kekuatan nadi perifer.

h). Dorong latihan kaki aktif/pasif, hindari isometrik.

i). Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas.

b. Riwayat Kesehatan

- Riwayat Kesehatan Sekarang.

- Riwayat Kesehatan Dahulu.

- Riwayat Kesehatan Keluarga.

- Riwayat Psikososial

c. Pola Fungsi Kesehatan

- Pola Persepsi.

- Pola Aktivitas – Latihan.

- Pola Nutrisi.

- Pola Sirkulasi.

- Pola Eliminasi.

- Pola Penafasan.

- Pola Tidur – Istirahat.

- Pola Kognitif.

- Pola Toleransi.

- Pola Persepsi Diri.

- Pola Hubungan-Peran

d. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum.

- Tanda – tanda Vital

e. Hasil Pemeriksaan Penunjang

- Laboratorium

- Diagnostik

f. Terapi

Page 12: BAB I, II, III

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri

koroner.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbanmgan antara suplai oksigen

miokard dengan kebutuhan.

c. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan.

d. Resiko tinggi menurunnya curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuenasi,

irama, konduksilektrikal.

e. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fer-

fusi organ.

f. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan turunnya curah jantung.

3. Perencanaan dan Implementasi

Diagnosa Tujuan- Kriteria Intervensi Rasional

Nyeri akut b/d

iskemia jaringan

sekunder terhadap

sumbatan arteri kor-

oner.

Tujuan :

Nyeri dada hilang/

terkontrol

Kriteria:

Klien menyatakan

nyeri dada hilang /

berkurang

Mendemonstrasikan

tehnik penggunaan

relaksasi.

Klien terlihat rileks.

Catat karakteristik nyeri,

lokasi, intensitas, lamanya

dan penyebaran.

Anjurkan kepada klien un-

tuk melaporkan nyeri

dengan segera

Berikan lingkungan yang

tenang, aktivitas perlahan

dan tindakan nyaman,

dekati pasien, berikan sen-

tuhan.

Bantu melakukan tehnik

relaksasi.

Berikan oksigen tambahan

dengan kanula nasal atau

masker sesuai dengan in-

dikasi

Variasi pemampilan

dan perilaku pasien

karena nyeri terjadi se-

bagai temuan

pengkajian.

Nyeri berat dapat

menyebabkan syok.

Menurunkan rangsan-

gan eksternal,

Membantu dalam pen-

urunan persepsi re-

spon nyeri

Meningkatkan jumlah

oksigen yang ada un-

tuk pemakaian mi-

okard sekaligus men-

gurangi

Page 13: BAB I, II, III

Kolaborasi :

Berikan obat sesuai

dengan indikasi :

Antiangina ( nitroglys-

erin,)

Penyekat 8 ( contoh, aten-

olol ,Tonormin, pindolol, (

Visken ) propanolol ( in-

deral )

Analgesik, contoh

morphin meperidin ( dem-

erol

Penyekat saluran kalsium

contoh, verafamil,

( calan )diltiazem ( prokar-

dia )

ketidaknyamanan s/d

iskemia.

Nitrat berguna untuk

kontrol nyeri dengan

efek vasodilatasi kor-

oner.

Agen ke 2 untuk pen-

gontrol nyeri melalui

efek hambatan rang-

sanggsimpatis se-

hingga menurunkan

TD.( sistolik ) Fibri-

lasi jantung,dan kebu-

tuhan oksigen miokard

.

Menurunkan nyeri

hebat, memberikan

sedasi, dan mengur-

angi kerja miokard.

Efek vasodilatasi

dapat meningkatkan

aliran darah koroner,

sirkulasi kolateral dan

menurunkan preload.

Intoleransi aktivitas

b/d ketidakseimban-

mgan antara suplai

oksigen miokard dan

kebutuhan

Tujuan :

Meningkatkan tol-

eransi aktiviitas

Kriteria ;

Frekuensi jantung,

irama dan tekanan

darah dalam batas

normal

Kulit hangat, merah

muda dan kering.

Catat frekuensi jantung,

irama dan perubahan TD.,

selama dan sesudah aktiv-

itas

Tingkatkan istirahat, batasi

aktivitas , dan berikan akt-

ivitas senggang yang tidak

berat.

Respon pasien ter-

hadap aktivitas dapat

mengindikasikan pen-

urunan oksigen mi-

okard.

Menurunkan kerja 

miokard/konsumsi ok-

sigen

Dengan mengejan

Page 14: BAB I, II, III

Anjurkan menghindari

peningkatan tekanan abdo-

men misal, mengejan saat

defekasi

Jelaskan pola peningkatan

bertahap dari tingkat aktiv-

itas , contoh bangun dari

kursi, bila tak ada nyeri,

ambulasi, dan istirahat

selama 1 jam setelah

makan.

Rujuk ke program rehabil-

itasi jantung..

dapat mengakibatkan

bradikardi, menur-

unkan curah jantung,

dan takhicardia serta

peningkatan TD

Aktivitas yang maju

memberikan kontrol

jantung, meningkatkan

regangan dan mence-

gah aktovitas berlebi-

han.

Ansietas b/d anca-

man atau perubahan

kesehatan.

Tujuan

Ansietas hilang /

berkurang

Kriteria :

Mengenal per-

asaannya

Dapat mengidenti-

fikasi penyebab

atau faktor yang

mempengaruhi

nya.

Menyatakan ansi-

etas berkurang /hil-

ang.

Bantu klien mengeks-

presikan perasaan marah,

kehilangan dan takut.

Kaji tanda verbal dan non

verbal kecemasan,

dampingi klien dan lak-

ukan tindakan bila menun-

jukan perilaku merusak.

Hindari konfrantasi

Orientasikan klien ter-

hadap prosedur rutin dan

aktifitas yang diharapkan.

Beri kesempatan kepada

Cemas berkelanjutan

memberikan dampak

serangan jantung

selanjutnya.

Reaksi verbal/non

verbal dapat menun-

jukan rasa agitasi,

marah dan gelisah

Konfrontasi dapat

meningkatkan rasa

marah, menurunkan

kerja sama dan mun-

gkin memperlambat

penyembuhan

Orientasi dapat men-

urunkan kecemasan.

Dapat menghilangkan

Page 15: BAB I, II, III

klien untuk mengun-

gkapkan ansietasnya.

Berikan privasi untuk

klien dan orang terdekat.

Kolaborasi : berikan anti

cemas / hipnotik sesuai in-

dikasi contohnya

diazepam

ketegangan terhadap

kehawatiran yang

tidak diekspresikan

Memberi waktu untuk

mengekspresikan per-

asaan, menghilangkan

cemas dan perilaku

adaptasi.

Meningkatkan relak-

sasi dan menurunkan

kecemasan

Resiko tinggi ter-

hadap penurunan

curah jantung b/d

perubahan frekuensi,

irama dan konduksi

elektrikel.

Tujuan :

Penurunan curah

jantung tidak ter-

jadi.

Kriteria :

Stabilitas hemodin-

amik baik (tekanan

darah dbn., curah

jantung drn.intake

dan output sesuai,

tidak menunjukan

tanda – tanda disrit-

mia)

Auskultasi TD. Band-

ingkan kedua lengan, ukur

dalam keadaan berbaring,

duduk, atau berdiri bila

memungkinkan.

Evaluasi kualitas dan kes-

amaan nadi.

Catat terjadinya S3/S4.

Catat Murmur

Hipotensi dapat terjadi

s/d disfungsi ventrikel,

hipertensi juga fenom-

ena umum b/d nyeri

cemas pengeluaran

katekolamin.

Penurunan curah jan-

tung mengakibatkan

menurunnya kekuatan

nadi.

S3 b/d gjk atau gagal

mitral yang disertai in-

fark berat.

S4 b/d iskemia, kekak-

uan ventrikel atau hy-

pertensi pulmonal.

Menunjukan gangguan

aliran darah dalam

jantung,(kelainan

katup, kerusakan

septum, atau vibrasi

otot papilar

Perubahan frekuensi

dan irama jantung

Page 16: BAB I, II, III

Pantau frekuensi jantung

dan irama

Berikan makanan kecil /

mudah dikunyah, batasi

asupan kafein.

Kolaborasi

Berikan O² tambahan se-

suai indikasi

Pertahankan cara masuk

heparin (IV) sesuai in-

dikasi

Pantau data laboratorium

enzim jantung, GDA. Dan

elektrolit.

Berikan obat antidisritmia

s/d indikasi.

menunjukan komp-

likasi disritmia.

Makanan besar dapat

meningkatkan kerja

miokard.

Kafein dapat merang-

sang langsung ke jan-

tung sehingga men-

ingkatkan frekuensi

jantung.

Meningkatkan kebu-

tuhan miokard

Jalur yang paten

pentying untuk pem-

berian obat darurat.

Enzim memantau per-

luasan infark,

elektrolit berpengaruh

terhadap irama jan-

tung.

Resiko tinggi ter-

hadap kelebihan

volume cairan b/d

penurunan ferfusi or-

gan

Tujuan 

Kelebihan volume

cairan tidak terjadi

Kriteria :

TD.  Dbn.

Tidak ada edema,

tidak ada distensi

vena, paru bersih

berat badan stabil.

Auskultasi bunyi nafas

( krekels )

Kaji adanya edema

Ukur intake dan output

Indikasi edema paru,

sekunder akibat

dekompensasi jantung.

Curiga gagal konges-

tif/kelebihan volume

cairan

Penurunan curah jan-

tung, mengakibatkan

gangguan ferfusi gin-

jal, retensi  natrium/

air, dan penurunan

Page 17: BAB I, II, III

Timbang berat badan

Pertahankan pemasukan

total cairan 2000ml/24 jam

dalam toleransi kardi-

ovaskuler.

 Kolaborasi 

Berikan diet natrium

rendah

Berikan diuretik, contoh :

Lasix atau hidralazin,

sprinolakton,hidronolakton

Pantau Kalium sesuai

dengan indikasi

haluaran urine.

Perubahan tiba-tiba

dari berat badan

menunjukan gangguan

keseimbangan cairan

Memenuhi kebutuhan

cairan tubuh orang

dewasa, tepai memer-

lukan pembatasan

dengan adanya

dekompensasi jantung

Natrium men-

ingkatkan retensi

cairan dan harus

dibatasai.

Memperbaiki kelebi-

han cairan.

Hipokalemia dapat

membatasi keefeftifan

terapi.

Gangguan perfusi

jaringan

berhubungan dengan

turunnya curah

jantung

Tujuan : curah jan-

tung kembali nor-

mal

Kriteria hasil :

- Kulit hangat

dan kering

- Nadi perifer

kuat

- Tanda-tanda vi-

tal dalam batas

normal.

Pantau pernapasan klien,

catat kerja nafas

Pantau pemasukan dan

catat haluaran urine

vasokontriksi sistemik

diakibatkan karena

penurunan curah jan-

tung

Penurunan pemasukan

terus menerus

dapat  menurunkan

volume sirkulasi yang

berdampak negatif

pada perfusi dan

fungsi organ

Page 18: BAB I, II, III

- Keseimbangan

masukan dan

pengeluaran

Kaji fungsi gastrointestinal

Lihat adanya pucat, si-

anosis, kulit lembab, dan

catat nadi perifer

Penurunan aliran

darah kemesentri

dapat mengakibatkan

disfungsi gastrointest-

inal

Vasokontriksi sistemik

diakibatkan oleh pen-

urunan curah jantung

Gangguan pola nafas

tak efektif

berhubungan dengan

ketidak seimbangan

suplai oksigen akibat

disfungsi miokard,

pengembangan paru

tidak optimal

Tujuan : Pola nafas pasien efektifKH:- Klien tampak

tenang- TTV dalam

batas normal- Pola nafas

efektif

Identifikasi faktor

penyebab

Kaji kualitas, frekuensi,

dan kedalaman

pernapasan, serta

melaporkan setiap

perubahan yang terjadi.

Baringkan klien dengan

kondisi yang nyaman,

dalam posisi duduk, den-

gan kepala tempat tidur

ditinggikan 60-90o atau

miringkan kearah sisi yang

sakit

Observasi tanda- tanda vi-

Dengan mengidenti-

fikasi penyebab, kita

dapat menentukan je-

nis efusi pleura se-

hingga dapat mengam-

bil tindakan yang tepat

Dengan mengkaji

kualitas, frekuensi dan

kedalaman pernapsan

kita dapat mengetahui

sejauh mana peruba-

han kondisi klien.

Penurunan diafragma

dapat memperluas

daerah dada sehingga

ekspansi paru bisa

maksimal. Miring ke

arah sisi yang sakit da-

pat menghindari efek

penekanan gravitasi

cairan sehingga

ekspansi dapat maksi-

mal

Peningkatan frekuensi

napas dan takikardi

merupakan indikasi

Page 19: BAB I, II, III

tal (nadi dan pernapasan)

Kolaborasi dengan tim

medis lain untuk pembe-

rian O2 dan obat-obatan

serta foto thoraks

adanya penurunan

fungsi paru.

Pemberian O2 dapat

menurunkan beban

pernapasan dan

mencegah terjadinya

sianosis akibat

hipoksia.

Evaluasi

Setelah tindakan pengkajian, merumuskan diagnosa, menentukan intervensi, serta melak-

ukan tindakan maka langkah selanjutnya tahap evaluasi dilakukan. Tahap evaluasi dilakukan agar

setiap tindakan yang dilakukan dapat diketahui sejauh mana tingkat keberhasilannya. Tahap ini juga

dilakukan guna mengetahui tingkat kompetensi yang telah dicapai selama proses tindakan.  Kriteria

hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :

a. Nyeri tidak ada atau hilang.

b. Aktivitas mobilisasi meningkat.

c. Perasaan cemas berkurang atau hilang.

d. Peningkatan curah jantung.

e. Resiko kelebihan volume cairan terhindari.

BAB III

URAIAN KASUS

1. Kasus

Tn AA berusia 27 tahun datang ke RSUD Arifin Ahmad pada tanggal 19 Mei 2013 dengan

keluhan nyeri dada hebat serta menjalar ke punggung kiri. Klien sudah beberapa kali dirawat

di rumah sakit dengan keluhan yang sama. Menurut klien hal ini terjadi setelah klien

mengalami kecelakaan tertimpa buah kelapa pada bagian dada. Keluarga klien tidak ada

yang memiliki riwayat penyakit yang sama seperti klien. Keluhan utama klien saat pengka-

jian adalah nyeri pada dada dan menjalar sampai ke punggung dengan skala nyeri 6. Nyeri

Page 20: BAB I, II, III

sering muncul saat malam hari dan berlangsung selama sekitar 15 detik, sebanyak 2-3 kali

dalam sehari.

Hasil pemerikasaan fisik didapatkan TD : 90/70 mmHg, HR : 64x/menit, RR : 34x/menit,

S : 37,20C TB : 167 cm dan BB 65 kg.

2. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Informasi Umum

Inisial klien : Tn AA

Tanggal lahir : 11 Agustus 1985

Suku bangsa : Jawa

Umur : 27 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Tanggal masuk : 19 Mei 2013

Nomor RM : 71 56 75

Diagnosa Medik : MCI

b. Alasan masuk rumah sakit

Nyeri pada bagian dada serta nyeri menjalar ke punggung kiri.

c. Keluhan utama saat pengkajian

Klien mengatakan sesak nafas, nyeri pada bagian dada dan menjalar ke punggung kiri.

d. Riwayat penyakit sebelumnya

Klien tidak memiliki penyakit kronis.

e. Pemeriksaan fisik

TD : 90/70mmHg

HR : 64x/menit

RR : 34x/menit

S : 37,20 C

1. Kepala

- Rambut: terlihat bersih, pendek, dan tidak rontok.

- Mata: sklera tidak ikterik maupun pendarahan, konjungtiva anemis, pergerakan

bola mata simetris, penglihatan baik.

- Hidung: tidak ada perdarahan, pernapasan tidak menggunakan cuping hidung,

tidak sinusitis dan tidak terpasang NGT.

- Mulut: mukosa lembab, terlihat bersih, dan tidak stomatitis.

Page 21: BAB I, II, III

- Gigi: jumlah lengkap, bersih, tidak karies.

- Telinga: kanul auditori paten, simetris kiri-kanan, pendengaran baik

2. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening dan posisi tegak lu-

rus di tengah.

3. Dada

- Jantung

Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat

Palpasi: iktus kordis tidak teraba

Perkusi: bunyi pekak sampai IC 5 kiri

Auskultasi: S1 & S2 : rup dup, tidak ada bunyi jantung tambahan

- Paru

Inspeksi: pernapasan cepat = 34 x/ menit, pegembangan simetris antara kiri dan

kanan

Palpasi: taktil vremitus sama antara kanan dan kiri

Perkusi: bunyi sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi: vesikuler pada kedua lapang paru

4. Tangan

Akral sianosis dan dingin, CRT lebih dari 2 detik.

5. Abdomen

Inspeksi: bentuk simetris

Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada keempat lapang paru

Perkusi: bunyi timpani

Auskultasi: bising usus terdengar, 5 kali/ menit

6. Genitalia

Tidak ada perdarahan, tidak terpasang kateter.

7. Kaki

Sianosis dan dingin, CRT lebih dari 2 detik

8. Punggung

Tidak ada kelainan bentuk tulang punggung, tidak ada luka.

f. Analisa Data

No. DATA ETIOLOGI MASALAH

Page 22: BAB I, II, III

KEPERWATAN

1. Data Subjektif

Klien mengatakan nyeri

pada dada dan menjalar

ke punggung

Klien mengatakan nyeri

sering datang pada

malam hari

Klien mengatakan nyeri

yang dirasakan sekitar 15

detik

Data Objektif

Klien terlihat meringis

Klien terlihat gelisah

Skala nyeri : 6

TTV :TD : 90/70 mmHg

RR : 34x/menit

HR : 64x/menit

S : 38,50 C

Iskemik

Miokardium

Infark miokardium

Metabolisme

anaerob

Ketidakseimbangan

suplai darah dan

oksigen

Gangguan rasa

nyaman nyeri

Gangguan rasa nya-

man nyeri

2. Data Subjektif

Klien mengatakan pus-

ingnya datang apabila be-

raktivitas

Data objektif

Klien tampak memijit

kepala

Akral sianosis dan dingin

TTV : TD : 90/70mmHg

RR : 34x/menit

HR : 64x/menit

S : 38,50C

Iskemia

miokardium

Infark miokardium

Penurunan fungsi

ventrikel kiri

Penurunan volume

sekuncup

Resiko penurunan

curah jantung

Penurunan curah

jantung

Page 23: BAB I, II, III

3.

.

Data Subjektif

Klien mengatakan sulit

untuk bernafas

Klie mengatakan sesak

saat melakukan aktivitas

Data Objektif

Klien tampak sesak

Klien terpasang oksigen

3 liter

RR : 34x/menit

S: 38,5O C

Iskemia miokardium

infark miokard

penurunan fungsi ventrikel kiri

kongesti pulmonal

edema paru

pola nafas tidak efektif

Pola nafas tidak

efektif

g. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan- Kriteria Intervensi Rasional

Nyeri akut b/d

iskemia jaringan

sekunder terhadap

sumbatan arteri kor-

oner.

Tujuan :

Nyeri dada hilang/

terkontrol

Kriteria:

Klien menyatakan

nyeri dada hilang /

berkurang

Mendemonstrasikan

tehnik penggunaan

relaksasi.

Klien terlihat rileks.

Catat karakteristik nyeri,

lokasi, intensitas, lamanya

dan penyebaran.

Anjurkan kepada klien un-

tuk melaporkan nyeri

dengan segera

Berikan lingkungan yang

tenang, aktivitas perlahan

dan tindakan nyaman,

dekati pasien, berikan sen-

tuhan.

Bantu melakukan tehnik

relaksasi.

Berikan oksigen tambahan

Variasi pemampilan

dan perilaku pasien

karena nyeri terjadi se-

bagai temuan

pengkajian.

Nyeri berat dapat

menyebabkan syok.

Menurunkan rangsan-

gan eksternal,

Membantu dalam pen-

urunan persepsi re-

spon nyeri

Meningkatkan jumlah

oksigen yang ada un-

tuk pemakaian mi-

okard sekaligus men-

Page 24: BAB I, II, III

dengan kanula nasal atau

masker sesuai dengan in-

dikasi

Kolaborasi :

Berikan obat sesuai

dengan indikasi :

Antiangina ( nitroglys-

erin,)

Penyekat 8 ( contoh, aten-

olol ,Tonormin, pindolol, (

Visken ) propanolol ( in-

deral )

Analgesik, contoh

morphin meperidin (Dem-

erol}

Penyekat saluran kalsium

contoh, verafamil,

( calan )diltiazem ( prokar-

dia )

gurangi

ketidaknyamanan

sampai dengan

iskemia.

Nitrat berguna untuk

kontrol nyeri dengan

efek vasodilatasi kor-

oner.

Agen ke 2 untuk pen-

gontrol nyeri melalui

efek hambatan rang-

sanggsimpatis se-

hingga menurunkan

TD.( sistolik ) Fibri-

lasi jantung,dan kebu-

tuhan oksigen miokard

.

Menurunkan nyeri

hebat, memberikan

sedasi, dan mengur-

angi kerja miokard.

Efek vasodilatasi

dapat meningkatkan

aliran darah koroner,

sirkulasi kolateral dan

menurunkan preload.

Penurunan curah

jantung b/d peru-

bahan frekuensi,

irama dan konduksi

elektrikel.

Tujuan :

Penurunan curah

jantung tidak ter-

jadi.

Kriteria :

Stabilitas hemodin-

amik baik (tekanan

darah dbn., curah

Auskultasi TD. Band-

ingkan kedua lengan, ukur

dalam keadaan berbaring,

duduk, atau berdiri bila

memungkinkan.

Evaluasi kualitas dan kes-

amaan nadi.

Hipotensi dapat terjadi

s/d disfungsi ventrikel,

hipertensi juga fenom-

ena umum b/d nyeri

cemas pengeluaran

katekolamin

Penurunan curah jan-

tung mengakibatkan

Page 25: BAB I, II, III

jantung drn.intake

dan output sesuai,

tidak menunjukan

tanda – tanda disrit-

mia)

Catat terjadinya S3/S4.

Catat Murmur

Pantau frekuensi jantung

dan irama

Berikan makanan kecil /

mudah dikunyah, batasi

asupan kafein.

Kolaborasi

Berikan O² tambahan se-

suai indikasi

Pertahankan cara masuk

heparin (IV) sesuai

indikasi

menurunnya kekuatan

nadi.

S3 b/d gjk atau gagal

mitral yang disertai in-

fark berat.

S4 b/d iskemia, kekak-

uan ventrikel atau hy-

pertensi pulmonal.

Menunjukan gangguan

aliran darah dalam

jantung,(kelainan

katup, kerusakan

septum, atau vibrasi

otot papilar

Perubahan frekuensi

dan irama jantung

menunjukan komp-

likasi disritmia.

Makanan besar dapat

meningkatkan kerja

miokard.

Kafein dapat merang-

sang langsung ke jan-

tung sehingga men-

ingkatkan frekuensi

jantung.

Meningkatkan kebu-

tuhan miokard

Jalur yang paten

pentying untuk pem-

berian obat darurat.

Enzim memantau per-

luasan infark,

Page 26: BAB I, II, III

Pantau data laboratorium

enzim jantung, GDA. Dan

elektrolit.

elektrolit berpengaruh

terhadap irama jan-

tung.

Gangguan pola nafas

tak efektif

berhubungan dengan

edema paru

Tujuan : Pola nafas pasien efektifKH:- Klien tampak

tenang- TTV dalam

batas normal- Pola nafas

efektif

Identifikasi factor penye-

bab

Kaji kualitas, frekuensi,

dan kedalaman perna-

pasan, serta melaporkan

setiap perubahan yang ter-

jadi

Baringkan klien dengan

kondisi yang nyaman,

dalam posisi duduk, den-

gan kepala tempat tidur

ditinggikan 60-90o atau

miringkan kearah sisi yang

sakit

Observasi tanda- tanda vi-

tal ( nadi dan pernapasan)

Kolaborasi dengan tim

Dengan mengidenti-

fikasi penyebab, kita

dapat menentukan je-

nis efusi pleura se-

hingga dapat mengam-

bil tindakan yang tepat

Dengan mengkaji

kualitas, frekuensi dan

kedalaman pernapsan

kita dapat mengetahui

sejauh mana peruba-

han kondisi klien.

Penurunan diafragma

dapat memperluas

daerah dada sehingga

ekspansi paru bisa

maksimal.Miring

kearah sisi yang sakit

dapat menghindari

efek penekanan gravi-

tasi cairan sehingga

ekspansi dapat maksi-

mal

Peningkatan frekuensi

napas dan takikardi

merupakan indikasi

adanya penurunan

fungsi paru.

Pemberian O2 dapat

menurunkan beban

Page 27: BAB I, II, III

medis lain untuk pembe-

rian O2 dan obat-obatan

serta foto thoraks

pernapasan dan

mencegah terjadinya

sianosis akibat

hipoksia.

h. Implementasi

No Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi

1. Senin

20 Mei 2013

Nyeri b. D

ketidakseimbangan

suplai darah dan

oksigen dengan

kebutuhan

miokardium

1. Mengkaji

karakteristik nyeri,

lokasi, intensitas,

frekuensi, dan

penyebaran.

2. Mengatur posisi yang

nyeman bagi klien

3. Menganjurkan klien

beristirahat

4. Mengajarkan teknik

relaksasi

S: klien mnegatakan

nyeri pada dada dan

menjalar

O: skala nyeri 6-8

A: nyeri belum teratasi

P: intervensi dilanjutnya

2. Senin,

20 Mei 2013

Penurunan curah

jantung b.d

penurunan fungsi

jantung

1. Mentau Tanda- Tanda

Vital pasien

2. Mengkaji dan

mengauskultasi

adanya bunyi jantung

tambahan

3. Mengkaji adanya

sianosis pada

ekstremitas

4. Menilai CRT

S: Klien mnegatakan

pusing saat beraktivitas

O: -TD: 90/70 mmH

N: 64 x/menit

RR: 34x/ menit

S: 38,5oC

- Akral sianosis dan

teraba dingin

- CRT : > 2 detik

A: Penurunan curah

jantung belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

3. Senin,

20 Mei 2013

Pola nafas tidak

efektif

berhubungan

1. Mengkaji frekuensi

dan pola pernafasan

S: klien mnegatkan

sering batuk

Page 28: BAB I, II, III

dengan edema

paru

2. Mengukur suhu tubuh

3. Mengkaji adanya

batuk

4. Mengkaji hasil

laboraturium

5. Mengauskutasi bunyi

nafas

6. Memberikan terapi

oksigen

O: RR: 34 x/menit

S: 38,5o C

WBC: 15.500

Klien tampak batuk

Bunyi nafas ronchi

A: Pola nafas belum

efektif

P: pemberian penkes

kompres hangat,

menganjurkan posisi

semifowler

4. Selasa,

21 Mei 2013

Nyeri b. d

ketidakseimbangan

suplai darah dan

oksigen dengan

kebutuhan

miokardium

1. Memantau kondisi

nyeri

2. Memantau posisi

yang dianjurkan

3. Memantau istirahat

klien

S: klien mengatakan

nyeri berkurang dan

mulai melakukan

aktivitas ringan

O: klien tampak lebih

sering berbaring

Klien dalam posisi

semifowler

A: nyeri teratasi

sebagian

P: mengulang intervensi

5. Selasa,

21 Mei 2013

Penurunan curah

jantung b.d

penurunan fungsi

jantung

1. Memantau Tanda-Tanda

Vital

2. Menganjurkan klien

untuk tidak mengejan dan

tidak melakukan aktivitas

berat

S: Klien mnegatakan

pusing saat beraktivitas

O: -TD: 110/80 mmH

N: 70 x/menit

RR: 24x/ menit

S: 37,3oC

- Akral sianosis dan

teraba dingin

- CRT : > 2 detik

A: Penurunan curah

jantung teratasi sebagian

P: intervensi dilanjutkan

6. Selasa, Pola nafas tidak 1. Memantau frekuensi S: klien mengatakan

Page 29: BAB I, II, III

21 Mei 2013 efektif

berhubungan

dengan

peradangan paru

pernapasan dan suhu

2. Menanyakan

karakteristik batuk

3. Memantau bunyi nafas

sesak berkurang

O: RR: 24x/ menit

S: 37,3oC

Terapi oksigen

dihentikan

A: sesak teratasi

sebagian

P: Memantau frekuensi

pernapasan

7. Rabu,

22 Mei 2013

Penurunan curah

jantung b.d

penurunan fungsi

jantung

1. Menganjurkan makan

dengan porsi sedikit tapi

sering dam mudah

dikunyah serta membatasi

asupan kafein

2. Memantau Tanda-tanda

Vital

S: klien mengatakan

O: TD: 100/80 mmHg

N: 68 x/menit

RR: 24 x/menit

S: 36,8oC

Elektrolit dalam batas

normal

A: Penurunan curah

jantung teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

Page 30: BAB I, II, III

BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

Berdasarkan pengkajian diperoleh dari klien dan teori didapatkan data yang

berkesinambungan. Adapun data yang ditemukan antara lain:

- Tekanan darah menurun karena adanya penurunan volume sekuncup

- Sianosis pada perifer dikarenakan ketidakseimbangan suplai darah,

- Nyeri dada karena ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen

- Sesak nafas disebabkan oleh edema paru

B. DIAGNOSA

Berdasarkan teori terdapat 6 diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan MCI.

Pada Tn. AA ditemukan 3 diagnosa yang sesuai dengan teori dan dapat diangkat yaitu

nyeri, penurunan curah jantung, dan pola nafas tidak efektif.

C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Dalam melakukan intervensi dan implementasi terdapat beberapa kesenjangan dan

kesinambungan antara lain dalam penanganan nyeri perawat memberikan posisi

nyaman kepada Tn A sesuai dengan intervensi dalam teori dan nyeri berkurang.

Berdasarkan teori dapat dilakukan intervensi mengajarkan teknik relaksasi nafas

Page 31: BAB I, II, III

dalam namun ketika melakukan implementasi, teknik relaksasi tidak cukup

mengurangi rasa nyeri.

E. EVALUASI

Evaluasi yang diperoleh dari intervensi dan implementasi yang dilakukan berdasarkan

teori, masalah keperawatan yang dapat teratasi adalah pola nafas tidak efektif

sementara nyeri dada dan penurunan curah jantung masih teratasi sebagian.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Infark Miocard adalah proses rusaknya jaringan jantung karena adanya penyempitan

atau sumbatan pada arteri koroner sehingga suplai darah pada jantung berkurang yang

menimbulkan nyeri yang hebat pada dada.

Serangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan pada arteri koroner

menyebabkan terbatasnya atau terputusnya Saliran darah ke suatu bagian dari

jantung.  Jika terputusnya atau berkurangnya aliran darah ini berlangsung lebih dari

beberapa menit, maka jaringan jantung akan mati.

Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan,

ditusuk, panas atau ditindih barang berat.

B. SARAN

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan bermanfaat bagi pembaca,

terutama mahasiswa keperawatan tentang miokard infark, dan dapat menjadi bahan

acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan. Semoga makalah ini dapat menjadi

Page 32: BAB I, II, III

pokok bahasan dalam berbagai diskusi, dan kepada Bapak dosen pembimbing mata

kuliah ini kiranya dapat memberikan masukan, kritik dan saran guna melengkapi

pengetahuan tentang infark miokard .

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. (2008). Kapita Selekta Kedokteran . jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius

Doenges,E Marilymm,et al.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi Ketiga. Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth. (2002) .Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Dr. Nugroho Taufan (.2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit dalam.

Yogyakarta : Nuha Medika

Smeltzer,Suzanne.(2002). Keperawatan Medikal Bedah, Buku Ajar, Edisi 8,Volume 2. Jakarta:EGC