46
BAB I PENDAHULUAN Infark myokardium atau penyakit jantung koroner adalah rusaknya jaringan jantung akibat adanya suplai nutrisi dan oksigen yang tidak adekuat disebabkan adanya penyumbatan (atherosklerotik atau arteriosklerotik). Penurunan aliran darah koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan. Pada setiap kasus ini selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen jantung. Banyak penelitian menunjukan pasien dengan infark miokardium biasanya pria, diatas 40 tahun, dan mengalami aterosklerosis pada pembuluh koronernya, sering disertai hipertensi arterial. Serangan juga terjadi pada wanita dan pria muda di awal 30-an atau bahkan 20-an. Wanita yang memakai kontrasepsi pil dan merokok mempunyai resiko sangat tinggi. Namun secara keseluruhan, angka kejadian infark miokardium pada pria lebih tinggi disbanding wanita pada semua usia. Gejala klinis yang umum terjadi pada penderita jantung koroner adalah nyeri dada yang menyebar ke daerah punggung serta lengan kiri. Meskipun pasien biasanya pria dan berusia diatas 40tahun, namun wanita yang mengalami gejala dan tanda-tanda harus ditangani serius, khususnya bila ia merokok dan juga memakai pil kontrasepsi. Kini insiden MI juga meningkat dengan tajam pada wanita pasca menopause.

BAB I kasus CAD

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I kasus CAD

BAB I

PENDAHULUAN

Infark myokardium atau penyakit jantung koroner adalah rusaknya jaringan jantung akibat

adanya suplai nutrisi dan oksigen yang tidak adekuat disebabkan adanya penyumbatan

(atherosklerotik atau arteriosklerotik). Penurunan aliran darah koroner juga bisa diakibatkan oleh

syok atau perdarahan. Pada setiap kasus ini selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen jantung.

Banyak penelitian menunjukan pasien dengan infark miokardium biasanya pria, diatas 40

tahun, dan mengalami aterosklerosis pada pembuluh koronernya, sering disertai hipertensi arterial.

Serangan juga terjadi pada wanita dan pria muda di awal 30-an atau bahkan 20-an. Wanita yang

memakai kontrasepsi pil dan merokok mempunyai resiko sangat tinggi. Namun secara

keseluruhan, angka kejadian infark miokardium pada pria lebih tinggi disbanding wanita pada

semua usia.

Gejala klinis yang umum terjadi pada penderita jantung koroner adalah nyeri dada yang

menyebar ke daerah punggung serta lengan kiri.

Meskipun pasien biasanya pria dan berusia diatas 40tahun, namun wanita yang mengalami

gejala dan tanda-tanda harus ditangani serius, khususnya bila ia merokok dan juga memakai pil

kontrasepsi. Kini insiden MI juga meningkat dengan tajam pada wanita pasca menopause.

Page 2: BAB I kasus CAD

BAB II

ISI

ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG

A. ANATOMI JANTUNG

Dikutip dari Sloane Ethel, 2004

1. Ukuran dan bentuk

a. Jantung merupakan organ berongga dan memiliki empat ruang yang terletak antara kedua

paru-paru di bagian tengah rongga toraks. Jantung dibentuk oleh organ –organ muscular,

apeks, dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri (Admin,2008).

Dua pertiga jantung terletak di sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi

mediastinum.

b. Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya sedikit lebih besar kira-

kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm, tebal 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200-450

gram. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung

jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah.Bentuknya seperti

kerucut tumpul. Ujung atas yang lebar (dasar) mengarah ke bahu kanan; ujung bawah yang

mengerucut (apeks)mengarah ke panggul kiri.

2. Lapisan jantung

a. Perikardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan mengecil,

membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Kantong ini melekat pada diafragma,

sternum, dan pleura yang membungkus paru-paru.

b. Rongga Perikardial adalah ruang potensial antara membran viseral dan parietal.

Ruang ini mengandung cairan perikardial yang disekresi lapisan serosa untuk melumasi

membran dan mengurangi friksi antara perikardium dan epikardium.

3. Dinding Jantung tersusun dari tiga lapisan.

a. Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di atas jaringan ikat.

Page 3: BAB I kasus CAD

b. Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot yang berkontraksi untuk memompa darah.

1) Ketebalan miokardium bervariasi dari satu ruang jantung ke ruang lainnya.

2) Serabut otot yang tersusun dalam berkas-berkas spiral melapisi ruang jantung.

Kontraksi miokardium “menekan” darah ke luar ruang menuju arteri besar.

c. Endokardium dalam tersusun dari lapisan endotelial yang terletak di atas jaringan ikat.

lapisan ini melapisi jantun, katup, dan menyambung dengan lapisan endotelial yang

melapisi pembuluh darah yang memasuki dan meninggalkan jantung.

4. Ruang Jantung

a. Ada empat ruang, atrium kanan dan kiri atas yang dipisahkan oleh septum intratial;

ventrikel kanan dan kiri bawah dipisahkan oleh septum interventrikular.

b. Dinding atrium relatif tipis karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium.

Atrium menerima darah daru vena yang membawa darah kembali ke jantung.

1. Atrium kanan terletak dalam bagian dalam superior kanan jantung, menerima darah

dari seluruh jaringan kecuali paru-paru.

Atrium kiri di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil dari atrium kanan,

tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri menampung empat vena pulmonalis yang

mengembalikan darah teroksigenasi dari paru-paru.

2. ventrikel berdinding tebal. Bagian ini mendorong darah ke luar jantung menuju

arteri yang membawa darah meninggalkan jantung.

a) Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks jantung. Darah

meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar dan mengalir melewati

jarak yang pendek ke paru-paru.

b) Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung. Tebal

dindingnya tiga kali tebal ventrikel kanan. Darah meninggalkan ventrikel kiri

melalui aorta dan mengalir ke seluruh bagian tubuh kecuali paru-paru.

3. trabeculae carneae adalah hubungan otot bundar atau tidak teratur yang menonjol

dari permukaan bagian dalam kedua ventrikel ke rongga ventrikular.

a) Otot papilaris adalah penonjolan trabeculae carnae ke tempat perletakan korda

kolagen katup jantung (chordae tendineae)

b) Pita moderator (trabekula septomarginal) adalah pita lengkung otot pada

ventrikel kanan yang memanjang ke arah transversal dari septum

interventrikular menuju otot papilaris anterior. Otot ini membantu dalam

transmisi penghantaran impuls untuk kontraksi jantung.

Page 4: BAB I kasus CAD

5. Katup Jantung

a. Katup Triskuspid terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup ini memiliki

tiga daun katup (kuspis) jaringan ikat fibrosa iregilar yang dilapisi endokardium.

b. Katup Bikuspid (mitral) terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri. Katup ini melekat

pada chordae tendineae dan otot papilaris, fungsinya sama dengan fungsi katup trikuspid.

c. Katup semilunar aorta dan pulmonar terletak di jalur ke luar ventrikular jantung sampai

ke aorta dan trunkus pulmonar. Katup semilunar terdiri dari tiga kuspis berbentuk bulan

sabit, yang tepi konveksnya melekat pada bagian dalam pembuluh darah. Tepi bebasnya

memanjang ke dalam lumen pembuluh.

1) Katup semilunar pulmonar terletak antara ventrikel kanan dan trunkus pulmonar.

2) Katup semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.

3) Perubahan tekanan dalam ventrikel, dalam aorta, dan dalam pembuluh pulmonar

menyebabkan darah hanya mengalir ke dalam pembuluh dan mencegah aliran balik ke

dalam ventrikel.

6. Tanda-tanda Permukaan

a. Sulkus koroner (atrioventrikular) mengelilingi jantung di antara atrium dan ventrikel

b. Sulkus interventrikular anterior dan posterior menandai letak septum interventrikular yang

memisahkan ventrikel kanan dan kiri.

7. Rangka Fibrosa Jantung tersusun dari nodul-nodul fibrokartilago di bagian atas septum

interventrikular dan cincin jaringan ikat rapat di sekeliling bagian dasar trunkus pulmonar dan

aorta. Kerangka ibrosa ini berfungsi sebagai tempat pelekatan otot dan katup jantung.

B. FISIOLOGI JANTUNG

1. Pengaturan jantung

a. Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang mampu menghantar impuls

dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan hantaran serabut otot jantung.

b. Nodus sinoatrial (nodus S-A) adalah suatu masa jaringan otot jantung khusus yang terletak

di dinding posterior atrium kanan tepat di bawah pembukaan vena cava superior. Nodus S-

A mengatur frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut pemacu jantung.

c. Nodus atrioventrikular (nodus A-V) berfungsi untuk menunda impuls seperatusan detik,

sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadi kontraksi ventrikular.

d. Berkas A-V berfungsi membawa impuls di sepanjang septum interventrikular menuju

ventrikel (Ethel, 2003: 231-232).

Page 5: BAB I kasus CAD

2. Siklus jantung

Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole)

jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung mengakibatkan

perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh utama yang mengatur

pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui ruang-ruang dan

masuk ke arteri.

Peristiwa mekanik dalam siklus jantung ;

a. selama masa diastole (relaksasi), tekanan dalam atrium dan ventrikel sama-sama rendah,

tetapi tekanan atrium lebih besar dari tekanan ventrikel.

b. Akhir diastole ventrikular, nodus S-A melepas impuls, atrium berkontraksi dan

peningkatan tekanan dalam atrium mendorong tambahan darah sebanyak 30% ke dalam

ventrikel.

c. Sistole ventrikular. Aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai berkontraksi.

Tekanan dalam ventrikel meningkat dengan cepat dan mendorong katup A-V untuk

segera menutup.

d. Ejeksi darah ventrikular ke dalam arteri

1. Tidak semua darah ventrikular dikeluarkan saat kontraksi. Volume sistolik akhir darah

yang tersisa pada akhir sistole adalah sekitar 50 ml

2. Isi sekuncup (70 ml) adalah perbedaan volume diastole akhir (120 ml) dan volume

sistole akhir (50 ml)

e. Diastole ventricular

1. Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel menurun

tiba-tiba sampai di bawah tekanan aorta dan trunkus pulmonary, sehingga katup

semilunar menutup (bunyi jantung kedua).

2. Adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat penutupan katup semilunar aorta.

3. Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam periode relaksasi isovolumetrik karena

katup masuk dan katup keluar menutup. Jika tekanan dalam ventrikel menurun tajam

dari 100 mmHg samapi mendekati nol, jauh di bawah tekanan atrium, katup A-V

membuka dan siklus jantung dimulai kembali (Ethel, 2003: 234-235).

3. Bunyi jantung

a. Bunyi jantung secara tradisional digambarkan sebagai lup-dup dan dapat didengar melalui

stetoskop. “Lup” mengacu pada saat katup A-V menutup dan “dup” mengacu pada saat katup

semilunar menutup.

Page 6: BAB I kasus CAD

b. Bunyi ketiga atau keempat disebabkan vibrasi yang terjadi pada dinding jantung saat darah

mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel, dan dapat didengar jika bunyi jantung diperkuat

melalui mikrofon.

c. Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak wajar yang berkaitan dengan

turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul karena defek pada katup seperti penyempitan

(stenosis) yang menghambat aliran darah ke depan, atau katup yang tidak sesuai yang

memungkinkan aliran balik darah (Ethel, 2003: 235).

4. Frekuensi jantung

a. Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 samapi 100 denyut per menit, dengan rata-rata

denyutan 75 kali per menit. Dengan kecepatan seperti itu, siklus jantung berlangsung selama

0,8 detik: sistole 0,5 detik, dan diastole 0,3 detik.

b. Takikardia adalah peningkatan frekuensi jantung sampai melebihi 100 denyut per menit.

c. Bradikardia ditujukan untuk frekuensi jantung yang kurang dari 60 denyut per menit (Ethel,

2003: 235).

5. Pengaturan frekuensi jantung

A. Impuls eferen menjalar ke jantung melalui saraf simpatis dan parasimpatis susunan saraf

otonom.

1. Pusat refleks kardioakselerator adalah sekelompok neuron dalam medulla oblongata.

(a) Efek impuls neuron ini adalah untuk meningkatkan frekuensi jantung. Impuls ini

menjalar melalui serabut simpatis dalam saraf jantung menuju jantung.

(b) Ujung serabut saraf mensekresi neropineprin, yang meningkatkan frekuensi pengeluaran

impuls dari nodus S-A, mengurangi waktu hantaran melalui nodus A-V dan sistem

Purkinje, dan meningkatkan eksitabilitas keseluruhan jantung.

2. Pusat refleks kardioinhibitor juga terdapat dalam medulla oblongata.

(a) efek impuls dari neuron ini adalah untuk mengurangi frekuensi jantung. Impuls ini

menjalar melalui serabut parasimpatis dalam saraf vagus.

(b) ujung serabut saraf mensekresi asetilkolin, yang mengurangi frekuensi pengeluaran

impuls dari nodus S-A dan memperpanjang waktu hantaran melalui nodus V-A.

3. Frekuensi jantung dalam kurun waktu tertentu ditentukan melalui keseimbangan impuls

akselerator dan inhibitor dari saraf simpatis dan parasimpatis.

B. Impuls aferen (sensorik) yang menuju pusat kendali jantung berasal dari reseptor, yang terletak

di berbagai bagian dalam sistem kardiovaskular.

1. Presoreseptor dalam arteri karotis dan aorta sensitive terhadap perubahan tekanan darah.

Page 7: BAB I kasus CAD

(a) peningkatan tekanan darah akan mengakibatkan suatu refleks yang memperlambat

frekuensi jantung.

(b) penurunan tekanan darah akan mengakibatkan suatu refleks yang menstimulasi frekuensi

jantung yang menjalar melalui pusat medular.

2. Proreseptor dalam vena cava sensitif terhadap penurunan tekanan darah. Jika tekanan darah

menurun, akan terjadi suatu refleks peningkatan frekuensi jantung untuk mempertahankan

tekanan darah.

C. Pengaruh lain pada frekuensi jantung

1. frekuensi jantung dipengaruhi oleh stimulasi pada hampir semua saraf kutan, seperti reseptor

untuk nyeri, panas, dingin, dan sentuhan, atau oleh input emosional dari sistem saraf pusat.

2. fungsi jantung normal bergantung pada keseimbangan elektrolit seperti kalsium, kalium, dan

natrium yang mempengaruhi frekuensi jantung jika kadarnya meningkat atau berkurang

(Ethel, 2003: 235-236).

5. Curah Jantung

a. Definisi

Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel per menit. Curah

jantung terkadang disebut volume jantung per menit. Volumenya kurang lebih 5 L per menit pada

laki-laki berukuran rata-rata dan kurang 20 % pada perempuan.

b. Perhitungan curah jantung

Curah jantung = frekuensi jantung x isi sekuncup

c. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi curah jantung

1. aktivitas berat memperbesar curah jantung sampai 25 L per menit, pada atlit yang sedang

berlatih mencapai 35 L per menit. Cadangan jantung adalah kemampuan jantung untuk

memperbesar curahnya.

2. Aliran balik vena ke jantung. Jantung mampu menyesuaikan output dengan input-nya

berdasarkan alasan berikut:

(a) peningkatan aliran balik vena akan meningkatkan volume akhir diastolic

(b) peningkatan volume diastolic akhir, akan mengembangkan serabut miokardial ventrikel

(c) semakin banyak serabut oto jantung yang mengembang pada permulaan konstraksi (dalam

batasan fisiologis), semakin banyak isi ventrikel, sehingga daya konstraksi semakin besar. Hal

ini disebut hukum Frank-Starling tentang jantung.

Page 8: BAB I kasus CAD

3. Faktor yang mendukung aliran balik vena dan memperbesar curah jantung

(a) pompa otot rangka. Vena muskular memiliki katup-katup, yang memungkinkan darah

hanya mengalir menuju jantung dan mencegah aliran balik. Konstraksi otot-otot tungkai

membantu mendorong darah kea rah jantung melawan gaya gravitasi.

(b) Pernafasan. Selama inspirasi, peningkatan tekanan negative dalam rongga toraks

menghisap udara ke dalam paru-paru dan darah vena ke atrium.

(c) Reservoir vena. Di bawah stimulasi saraf simpatis, darah yang tersimpan dalam limpa, hati,

dan pembuluh besar, kembali ke jantung saat curah jantung turun.

(d) Gaya gravitasi di area atas jantung membantu aliran balik vena.

4. Faktor-faktor yang mengurangi aliran balik vena dan mempengaruhi curah jantung

(a) perubahan posisi tubuh dari posisi telentang menjadi tegak, memindahkan darah dari

sirkulasi pulmonary ke vena-vena tungkai. Peningkatan refleks pada frekuensi jantung dan

tekanan darah dapat mengatasi pengurangan aliran balik vena.

(b) Tekanan rendah abnormal pada vena (misalnya, akibat hemoragi dan volume darah rendah)

mengakibatkan pengurangan aliran balik vena dan curah jantung.

(c) Tekanan darah tinggi. Peningkatan tekanan darah aorta dan pulmonary memaksa ventrikel

bekerja lebih keras untuk mengeluarkan darah melawan tahanan. Semakin besar tahanan

yang harus dihadapi ventrikel yang bverkontraksi, semakin sedikit curah jantungnya.

5. Pengaruh tambahan pada curah jantung

(a) Hormone medular adrenal.

Epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin meningkatkan frekuensi jantung dan daya kontraksi

sehingga curah jantung meningkat.

(b) Ion.

Konsentrasi kalium, natrium, dan kalsium dalam darah serta cairan interstisial

mempengaruhi frekuensi dan curah jantungnya.

(c) Usia dan ukuran tubuh seseorang dapat mempengaruhi curah jantungnya.

(d) Penyakit kardiovaskular.

Beberapa contoh kelainan jantung, yang membuat kerja pompa jantung kurang

efektif dan curah jantung berkurang, meliputi:

(1) Aterosklerosis, penumpukan plak-plak dalam dinding pembuluh darah koroner, pada

akhirnya akan mengakibatkan sumbatan aliran darah.

(2) Penyakit jantung iskemik, supali darah ke miokardium tidak mencukupi, biasanya terjadi

akibat aterosklerosis pada arteri koroner dan dapat menyebabkan gagal jantung.

(3) Infark miokardial (serangan jantung), biasanya terjadi akibat suatu penurunan tiba-tiba

pada suplai darah ke miokardium.

Page 9: BAB I kasus CAD

(4) Penyakit katup jantung akan mengurangi curah darah jantung terutama saat melakukan

aktivitas (Ethel, 2003: 236-237).

Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana pada saat

memompa otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Selain itu otot jantung juga

mempunyai kemampuan untuk menimbulkan rangsangan kan listrik. Aktivitas kontraksi

jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh selalu didahului oleh listrik. Aktivitas ini

dimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara vena kava superior

dan atrium kanan. Pada nodus SA mengawali gelombang depolarisasi secara spontan sehingga

menyebabkan timbulnya potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel atrium, nodus

antriventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut purkinje, dan akhirnya ke seluruh otot

ventrikel. Oleh karena itu jantung tidak pernah istirahat untuk berkontraksi demi memenuhi

kebutuhan tubuh, maka jantung membutuhkan lebih banyak darah dibandingkan dengan organ

lain.

Aliran darah untuk jantung diperoleh dari arteri koroner kanan dan kiri. Kedua arteri

koroner ini ke luar dari aorta kira-kira setengah inci di atas katup aorta dan berjalan di

permukaan perikardium. Lalu bercabang menjadi arteriol dan kapiler ke dalam dinding

ventrikel. Sesudah terjadi pertukaran O2 dan CO2 di kapiler, aliran vena dari ventrikel dibawa

melalui vena koroner dan langsung masuk ke atrium kanan dimana aliran darah vena dari

seluruh tubuh akan bermuara.

Sirkulasi darah di tubuh ada dua, yaitu sirkulasi paru dan sirkulasi sistemis. Sirkulasi

paru dimulai dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis→arteri besar dan kecil→ kapiler lalu

masuk ke paru, setelah dari paru ke luar dari vena kecil, vena pulmonalis dan akhirnya kembali

ke atrium kiri. Sirkulasi ini mempunyai tekanan yang rendah kira-kira 15-20 mmhg pada arteri

pulmonalis.

Sirkulasi sistemis dimulai dari ventrikel kiri→aorta→arteri besar→arteri

kecil→arteriole→seluruh tubuh→venule→vena kecil→vena besar→vena cava inferior→ vena

cava superior, akhirnya kembali ke atrium kanan. Sirlulasi sistemik mempunyai fungsi khusus

sebagai sumber tekanan yang tinggi dan membawa oksigen ke jaringan yang membutuhkan.

Pada kapiler terjadi pertukaran O2 dan CO2 dimana pada sirkulasi sistemis O2 ke luar

dan CO2 masuk dalam kapiler, sedangkan pada sirkulasi paru O2 masuk dan CO2 ke luar dari

kapiler. Volume darah pada setiap komponen sirkulasi berbeda-beda. 84 % dari volume darah

dalam tubuh tedapat pada sirkulasi sistemik, dimana 64 % pada Vena, 13 % pada arteri dan 7 %

pada arteriol dan kapiler. Duktus arteriosus adalah suatu pembuluh darah yang menghubungkan

aorta (pembuluh arteri besar yang mengangkut darah ke seluruh tubuh) dengan arteri

Page 10: BAB I kasus CAD

pulmonalis (arteri yang membawa darah ke paru-paru), yang merupakan bagian dari peredaran

darah yang normal pada janin. Duktus arteriosus memungkinkan darah untuk tidak melewati

paru-paru. Pada janin, fungsi ini penting karena janin tidak menghirup udara sehingga darah

janin tidak perlu beredar melewati paru-paru agar mengandung banyak oksigen. Janin

menerima oksigen dan zat makanan dari plasenta (ari-ari). Tetapi pada saat lahir, ketika bayi

mulai bernafas, duktus arteriosus akan menutup karena darah harus mengalir ke paru-paru agar

mengandung banyak oksigen. Pada 95% bayi baru lahir, penutupan duktus terjadi dalam waktu

48-72 jam. Duktus arteriosus adalah suatu pembuluh darah yang dilapisi oleh otot dan memiliki

fungsi khusus. Jika kadar oksigen di dalam darah meningkat (biasanya terjadi segera setelah

bayi lahir), otot ini akan mengkerut sehingga duktus menutup. Pada saat duktus menutup, darah

dari jantung bagian kanan hanya mengalir ke paru-paru (seperti yang terjadi pada orang

dewasa).

Infark miokardium

Patofisiologi

Infark miokardim mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang

tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin

akibat penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri atau

thrombus. Oklusi arteri koronaria dapat menyebabkan infark di daerah miokardium yang pasokan

darahnya tergantung pada arteri tersbut. Arteri koronaria secara bertahap menyempit karena plak

aterosklerotik. Infark dapat disebabkan oleh thrombosis akut yang menimpa plak yang sudah ada

sebelumnya. Oklusi total mendadak yang mempercepat infark biasanya karena thrombosis

menimpa plak yang sudah ada atau karena spasme arteri koronaria Penurunan aliran darah koroner

juga bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan. Pada setiap kasus ini selalu terjadi

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen jantung.

“penyumbatan koroner”, “serangan jantung”, dan “infark miokardium” mempunyai arti

yang sama, namun istilah yang paling disukai adalah infark miokarium (MI).

MI dijelaskan lebih lanjut berdasarkan lokasi terjadinya di dinding miokard: inferior

(posterior) atau lateral. Meskipun ventrikel kiri merupakan tempat cedera yang paling sering

ditemukan, namun ventrikel kanan juga dapat mengalami infark. Diagnosis dibuat berdasarkan

hasil EKG. Tanpa memperhatikan lokasinya, tujuan terapi medis adalah mencegah atau

memperkecil nekrosis jaringan jantung.

Page 11: BAB I kasus CAD

Manifestasi klinis

Banyak penelitian menunjukan pasien dengan infark miokardium biasanya pria, diatas 40

tahun, dan mengalami aterosklerosis pada pembuluh koronernya, sering disertai hipertensi arterial.

Serangan juga terjadi pada wanita dan pria muda di awal 30-an atau bahkan 20-an. Wanita yang

memakai kontrasepsi pil dan merokok mempunyai resiko sangat tinggi. Namun secara

keseluruhan, angka kejadian infark miokardium pada pria lebih tinggi disbanding wanita pada

semua usia.

Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus-menerus terletak di bagian bawah sternum

dan perut atas, adalah gejala utama yang sering muncul. Nyeri akan tersa semakin berat sampai

tidak tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat, bisa menyebar ke bahu dan lengan, biasanya

lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina, nyeri ini muncul secara spontan (bukan setelah bekerja

berat atau gangguan emosi) dan menetap selama beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak

akan hilang dengan istirahat maupun nitrogloserin. Pada beberapa kasusu nyeri bisa menjalar ke

dagu dan leher. Nyeri sering disertai napas pendek, pucat, berkeringat dindin, pusing dan kepala

ringan, dan mual serta muntah.

Pasien dengan diabetes mellitus mungkin tidak merasa nyeri berat bila ia menderita Infark

miokardim, karena neuropati yang menyertai diabetes mempengaruhi neuroreseptor, sehingga

menumpulkan nyeri yang dialaminya.

Meskipun pasien biasanya pria dan berusia diatas 40tahun, namun wanita yang mengalami

gejala dan tanda-tanda seperti yang telah disebutkan harus ditangani serius, khususnya bila ia

merokok dan juga memakai pil kontrasepsi. Kini insiden MI juga meningkat dengan tajam pada

wanita pasca menopause.

Gejala klinis :

Nyeri dada kiri seperti ditusuk-tusuk atau diiris-iris menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada

serupa dengan angina tetapi lebih intensif dan lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan

istirahat ataupun pemberian nitrogliserin.Dada rasa tertekan seperti ditindih benda berat,

leher rasa tercekik.

Rasa nyeri kadang di daerah epigastrikum dan bisa menjalar ke punggung.

Rasa nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat dingin dan lemas.

Lokasi Infark tergantung pada arteri koronaria mana yang tersumbat dan seberapa luas aliran darah

kolateralnya.

Ada dua system pasokan darah utama ke miokardium yaitu yang memasok ke sisi kanan jantung

dan memasok ke sisi kiri jantung.

Page 12: BAB I kasus CAD

Arteri koronaria kanan berjalan diantara atrium kanan dan ventrikel kanan lalu berputar ke

permukaan posterior jantung.

Arteri utama kiri bercabang menjadi arteri desendens arterior kiri (DAK) yang memasok dinding

arterior jantung dan sebagian besar septum interventrikulorum, percabangan selanjutnya yaitu

arteri sirkumfleksa berjalan diantara atrium kiri dan ventrikel kiri yang memasok dinding lateral

ventrikel kiri.

Lokasi infark adalah penting karena dampak prognostic dan terapeutiknya banyak ditentukan oleh

daerah jantung mana yang mati.

Kelompok anatomic umum infark yaitu, infark inferior, infark dinding lateral, infark anterior, dan

infark posterior. Kombinasi yang lazim adalah infark anteriolateral.

Hamper semua MI mengenai ventrikel kiri karena ruang jantung yang paling muskuler dan

bertugas melakukan sebagian besar pekerjaan sehingga paling rentan terhadap gangguan pasokan

darah.

Pemeriksaan penunjang :

Pada EKG terdapat elevasi segmen ST diikuti dengan perubahan sampai

inversi gelombang T; kemudian muncul peningkatan gelombang Q minimal di 2 sadapan.

Perubahan EKG khas pada infark miokard hanya terjadi pada sadapan yang memonitor

atau dekat dengan tempat infark.

- Inferior→ mengenai permukaan diagfragma jantung. Sering disebabkan oleh oklusi

arteri koronaria kanan atau cabang desendennya. Perubahan EKG pada sadapan

II,III,aVf inferior.

- Dinding lateral→mengenai dinding lateral kiri jantung. Sering disebabkan oleh oklusi

arteri sirkumfleksia kiri. Perubahan EKG pada sadapan I, aVL,V5, V6 kiri.

- Infark anterior→mengenai permukaan anterior ventrikel kiri dan disebabkan oleh

penyumbatan arteri desendens arterior kiri. Perubahan EKG terletak pada salah satu

sadapan prekordial (V1 sampai V6)

- Infark posterior→mengenai permukaan posterior jantung disebabkan oleh penyumbatan

arteri koronaria kanan. Tidak ada sadapan yang bisa jadi acuan, jd diagnosis harus

dibuat dengan mencari perubahan-perubahan resiprokal pada sadapan anterior terutama

V1.

Peningkatan kadar enzim atau isoenzim merupakan indikator spesifik infark miokard akut

yaitu kreatinin fosfoskinase (CPK/CK), SGOT, LDH, alfa hidroksi butirat dehidrogenase,

dan isoenzim CK-MB.

Yang paling awal meningkat adalah CPK tetapi paling cepat turun.

Page 13: BAB I kasus CAD

Angina pektoris

A. PENGERTIAN

Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis dimana klien mendapat serangan dada yang

khas.yaitu seperti ditekan atau terasa berat didada yang sering kali Menjalar kelengan kiri. Sakit

dada tersebut biasanya timbul pada waktu klien melakukan suatu aktifitas dan segera hilang bila

klien menghentikan aktifitas (syaifullah,1998 :1082)

B. ETIOLOGI

Anemia –darah kurang membawa/mengandung o2

Hypoxsemia –untuk miokard

Policytemia – darah kental –aliran lambat

Kondisi yang meningkatkan cardiac output seperti:

olah raga

sress/emosi

terlalu banyak makan

Anemia

Hypertiroidisme

kondisi dimana miokard membutuhkan miokard O2 yang banyak seperti: hypertropy

prostat, stenosis aorta, aortic insuffisiensi

C. KLASIFIKASI ANGINA PECTORIS

1. Angina pectoris stabil (chronik stable angina pectoris)

Pada angina stabil keluhan nyeri dada timbul hilang berulang kali dalam periode waktu

lebih dari 2 bulan dan tidak berubah polanya dalan frekuensi serangan, lama dan beratnya

rasa nyeri ataupun kondisi yang mencetuskan timbulnya serangan.

Lamanya tiap serangan nyeri dada berkisar antara 3-5 menit dan jarang melebihi 10 menit.

Latar belakang AP stabil adalah kebutuhan aliran darah koroner yang meningkat, misalnya

pada waktu kerja fisik atau saat olah raga dan suplay coroner tidak dapat memenuhi

kebutuhan aliran darah tersebut.

2. Angina pectoris tidak stabil

AP tidak stabil yang sering disebut sebagai angina pre infark disebabkan aterosklerosis

arteri koronaria yang disertai trombosis akibat terkoyaknya bercak aterom yang

memperberatstenosis dan menghambat aliran koroner secara mendadak, sehingga akhirnya

dapat menyebabkan miokard.

Page 14: BAB I kasus CAD

Dalam keadaan ini dapat dikatakan bahwa episode AP yang tidak stabil lebih disebabkan

suplay aliran koroner yang cepat menurun.

3. Angina pectoris prinzmental

Serangan nyeri dada pada AP prinzmental terjadi pada waktu istirahat dan berlangsung

selama 1-15 menit kadang sampai 20 menit.

Seringkali timbul pada harian yang hampir sama

Serangan nyeri dada tersebut kadang kal dapat dicetuskan oleh merokok sigaret atau karena

emosi berat.

AP prinzmental lebih disebabkan oleh spasme arteri koroneria yang menyertai ateroskerosis

arteri tersebut.

D. MANIFESTASI KLINIK

1. Subyektif

a. perasaan tidak enak pada daerah dada substernal selama 1-4 menit berkurang dengan istirahat

atau pemberian obat nitrat

Nyeri dada seperti tertekan, terbakar, berat

Dapat menjalar kebahu, punggung,

Lengan,danleher sampai epigastrium

Umumnya akibat faktor pencetus sbb : latihan fisik, kerja berat, emosi, makan , suhu yang

dingin dan merokok

b. dyspneu / sesak nafas

c. mual / muntah

d. Cemas

e. lemas

2. Objektif

a. Tachicardi

b. hypotensi / hypertensi

c. Tachipnoe

d. keringat dingin

E. PENATALAKSANAAN

1. mengurangi rasa sakit

Page 15: BAB I kasus CAD

Nitrogliserin ( ntg ) sublingual, tablet, iv

Calsium chanel bloker ( nifedipine )

2. meningkatkan suplai oksigen

Pemberian o2 melalui nasal kanul 4-5 liter/menit

Pemberian chanel bloker atau nitrat, jika ada spasme

Pemberian tranfusi darah, jika ada anemia

Pengontrolan disritmia

3. mengurangi kebutuhan oksigen miokard

Istirahatkan pasien/ menghentikan aktivitas

Pertahankan posisi bedrest selama nyeri dada

Pemberian nitrat ( mengurangi preload )

Pemberian beta bloker ( mengurangi hr dan kontraktilitas )

Pemberian calsium chanel bloker

Pengontrolan disritmia

Ciptakan lingkungan yang tenang

4. monitor terjadinya komplikasi

Infark miokard

Disritmiakongestif healt failure

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

EKG

Karakteristik ischemia :

Depresi ST

Gelombang t terbalik

1. monitor holter

Yaitu ekg fortable

EKG monitor 24 jam

Pasien tetap mengerjakan harian

2. Angiografi koroner

Untuk melihat adanya penyempitan / sumbatan

3. Pemeriksaan stress ( stress testing )

Page 16: BAB I kasus CAD

Mengayuh pedal sepeda yang diam atau berjalan pada tretmill, selama pemeriksaan ekg

direkam

Resiko infark miokard yaitu < 1/500

Resiko kematian < 1/10000

F. PENGKAJIAN

a. Identitas pasien

b. Riwayat penyakit sekarang

c. Riwayat penyakit masalalu

d. Kebiasaan sehari-hari

e. Pola aktifitas

f. Pola nutrisi

G. PEMERIKSAAN FISIK

Data subyektif yang berhubungan dengan nyeri :

a. lokasi dan durasi kedaerah lain –sering didaerah substernal

b. kwalitas nyeri : nyeri dapat mencekik atau rasa berat dalam dada

c. datang dan menetapnya rasa nyeri singkat

d. faktor-faktor pencetus sering karena :

- gerakan

- kepanasan

- kedinginan

- stress atau emosi

- makan banyak

e. gejala-gejala yang menyertai : gelisah, mual, diaphoresis

f. faktor-faktor yang meringankan : berkurang karena istirahat dan pemberian obat

(nitrogliserin)

Pemeriksaan Diagnostik Pada Pasien Infark Miokardium

1. Pemeriksaan Elektrokardiogram ( EKG )

Page 17: BAB I kasus CAD

Tabel Trias Diagnostik Infark Miokardium ( WHO, 1999 )

Gejala Gejala khas

1.Riwayat nyeri dada

yang khas.

Lokasi nyeri dada di bagian depan ( bawah

Sternum ) dengan/tanpa penjalaran, kadang berupa

nyeri dagu, leher, atau seperti sakit gigi. Penderita

tidak bisa menunjuk lokasi nyeri dengan satu jari,

tetapi ditunjukkan dengan telapak tangan.

Kualitas nyeri : rasa berat seperti ditekan atau rasa

panas seperti terbakar.

Lama nyeri bisa lebih dari 15-30 menit.

Penjalaran bisa ke dagu, leher, lengan kiri,

punggung dan epigastrum.

Kadang disertai gejala penyerta berupa keringant

dingin, mual, berdebar, dan sesak.

Sering didapatkan faktor pencetus berupa aktivitas

fisik, emosi/stress, atau dingin.

Nyeri tidak hilang dengan istirahat atau dengan

pemberian nitrogliserin sublingual.

2.Adanya perubahan

EKG

Gelombang Q ( significant infark ) atau Q

patologis

Segmen ST ( elevasi )

Gelombang T ( meninggi atau menurun )

Perubahan EKG pada infark miokardium. Inversi pada

gelombang T (kiri), elevasi segmen ST (tengah), dan

gelombang Q yang menonjol (kanan). Gelombang Q

mnunjukkan nekrosis miokardium dan bersifat ireversibel.

Perubahan pada segmen ST dan gelombang T diakibatkan

karena iskemia dan akan menghilang sesudah jangka

waktu tertentu.

3.Kenaikan enzim otot

jantung

CKMB. Merupakan enzim yang spesifik untuk

penanda kerusakan otot jantung, enzim ini

meningkat 6-10 jam setelah nyeri dada dan

Page 18: BAB I kasus CAD

kembali normal dalam 48-72 jam.

Walaupun kurangt spesifik, asparate amino

transferase ( AST ) dapat menbantu bila penderita

datang ke rumah sakit sesudah hari ke-3 nyeri dada

atau laktat dehidrogenase ( LDH ) akan meningkat

sesudah hari ke-4 dan menjadi normal sesudah hari

ke-10.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Analisis enzim jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil diagnostik yang

meliputi riwayat, gejala, dan elektrokardiogram untuk mendiagnosis infark miokardium.

Enzim dilepaskan dari sel bila sel mengalami cedera dan membrannya pecah. Kebanyakan

enzim tidak spesifik dalam hubungannya dengan organ tertentu yang rusak. Seperti yang

telah diketahui, CKMB tidak terlalu spesifik untuk otot jantung ( Andi Wijaya, 2000 ).

Sepuluh tahun terakhir ini, troponin T ( cTnT ) dan troponin I ( cTnT ) merupakn indikator

yang sensitif dan spesifik untuk infark miokardium ( MI ). Lebih pentingnya lagi dapat

digunakan untuk stratifikasi risiko klien dengan infark miokardium.

Parameter biokimiawi diyakini akan terus berkembang sebagai penunjang diagnosis

infark miokardium, infarct sizing, stratifikasi risiko, dan pemantauan reperfusi. Bahkan

akan mempunyai peran pada continuum dari ACS ( acute coronary syndrome ) dari

hancurnya plak. Terdapat inflamasi dan iskemia, sampai manifestasi klinis berupa angina

dan infark miokardium. Kinetik pelepasan enzim dan pertanda jantung lain akan meningkat

bila klien MI berhasil diberikan pengobatan trombolitik ataupun angioplasti yang

dinyatakan dengan terjadinya reperfusi dari arteri koroner yang tersumbat.

3. Latihan Treadmill

Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan,

biasanya dokter jantung/ kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan treadmill.

Dalam kamus kedokteran Indonesia disebut jentera, alat ini digunakan untuk

pemeriksaan diagnostic PJK. Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya,

namun dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam

aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat aktifitas, yang

memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga

Page 19: BAB I kasus CAD

serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat

gambaran EKG tampak normal.

Dari hasil teradmil ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita PJK.

Memang tidak 100% karena pemeriksaan dengan teradmil ini sensitifitasnya hanya sekitar

84% pada pria sedangka untuk wanita hanya 72%. Berarti masih mungkin ramalan ini

meleset sekitar 16%, artinya dari 100 orang pria penderita PJK yang terbukti benar hanya

84 orang. Biasanya perlu pemeriksaan lanjut dengan melakukan kateterisasi jantung.

Pemeriksaan ini sampai sekarang masih merupakan “Golden Standard” untuk PJK.

Karena dapat terlihat jelas tingkat penyempitan dari pembuluh arterikoroner, apakah

ringan,sedang atau berat bahkan total.

4. kateterisasi jantung

Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang seukuran

ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui

pangkal paha, lipatanlengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter

didorong dengan tuntunan alar rontgen langsung ke muara pembuluh koroner.

Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi

pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau

malahan mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja

mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai

beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan

penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja, disamping

mencegah atau mengendalikan factor resiko. Atau mungkin memerlukan intervensi yang

dikenal dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi.

Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti cincin

atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya penyempitan. Bila tidak

mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan

melakukan bedah pintas koroner.

PATOFISIOLOGI INFARK MIOKARD INFEROLATERAL

Page 20: BAB I kasus CAD

Kasus 3

Ketidakseimbangan O2

Met. Anaerob + pHKerja AV&SA node

SA&AV kurang diperdarahi

Resiko atheroskelotik

Infark miokard inferolateral

atherosclerotik

> 30 menit

iskemia

Nyeri dadaedema

Asam laktat permeabilitas

CKMB&LDH di ekstrasel

Curah jantung

RVEDP&LVEDP

Kontr.jantung &daya kmbang

cemas

Prognosis penyakit

Resiko intoleransi aktifitas

Kelemahan fisik

Resiko perfusi jar.

Resiko pola napas tak efektif

Pengembangan paru tak optimal

Edema paru

Kongesti pulmonal

Darah dr atrium terhambat

Tekanan vent.kiri

Page 21: BAB I kasus CAD

Tn. Badu 65 tahun, seorang pensiunan PNS. Beragama islam dengan pendidikan terakhir sarjana

muda. Mengeluh nyeri dada. Sepuluh jam SMRS klien mengeluh nyeri dada kiri, nyeri seperti

ditekan beban berat. Nyeri menjalar ke bagian lengan kiri dan punggung. Nyeri dan dagu, nyeri

terasa terus-menerus. Klien mengeluh mual, muntah, dan keringat dingin. Skala nyeri dada

dirasakan oleh klien sangat nyeri. Dan berada di skala 10 dalam rentang nyeri 1-10.

1. Riwayat Kesehatan yang Lalu

Klien mempunyai riwayat hyperlipidemia sejak 10 tahun yang lalu. Riwayat merokok (+) 2

bungkus sehari, mulai berkurang 7 bulan yang lalu.

2. Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut klien, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, DM atau

hypertensi.

3. Data psikologis, sosial, dan spiritual.

Emosi stabil, bila menghadapi masalah klien membicarakan dengan istri dan anak-anaknya.

Klien mengatakan merasa cemas tentang keadaan dirinya yang didiagnosis penyakit jantung,

klien baru pertama kali mengalami serangan jantung. Klien merupakan seorang kepala

keluarga, menurut klien hubungan klien dengan keluarga dan orang lain baik. Klien beragama

islam dan taat menjalankan sholat 5 waktu. Klien menyatakan dirinya menyadari sakitnya

merupakan cobaan dari Allah SWT.

4. Setelah dilakukan pengkajian fisik

Didapatkan data sebagai berikut :

KU : tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Eye : 4, motorik : 6, verbal : 5, BP :

120/90, P : 80/mt, T : 36,5. BB : 80 kg, TB :160 cm, bunyi jantung S1 terdengar jelas pada ICS

5 parasternal kiri dan kanan. Bunyi jantung murni regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop.

Akral teraba hangat CRT > 4 detik. Edema tidak ada. Tidak ada clubbing finger.

Rontgen dada : pembesaran jantung kiri

EKG : ST elevasi. I, II, III, avF

Pengelolaan kolaboratif:

Oksigen : 21/mt

Pethidine : 2mgr

Fortanes 30 mg/30 cc (penenamh :

Aspilet 2x1 tab

Kcl 25 meq dalam 4 jam pertama

Ca glukonas 1 amp

PENGKAJIAN

Page 22: BAB I kasus CAD

Data Biografi

Nama : Tn. B

Usia : 65 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pekerjaan : pensiunan PNS

Agama : Islam

Diagnosis medis : penyakit jantung

Data subjektif

Keluhan utama: nyeri dada

Riwayat kesehatan Sekarang :

P : nyeri dada

Q : nyeri seperti ditekan beban berat, nyeri terasa terus-menerus (akut)

R : nyeri dada kiri, menjalar ke bagian lengan kiri dan punggung

S : skala 10 dalam rentang nyeri 1-10

T : Sepuluh jam SMRS

Riwayat kesehatan Masa lalu : pasien memiliki riwayat hyperlipidemia sejak 10 tahun

yang lalu. Riwayat merokok (+) 2 bungkus sehari, mulai berkurang 7 bulan yang lalu.

Riwayat medis : hyperlipidemia

Obat-obatan :

Pengelolaan kolaboratif:

Oksigen : 21/mt

Pethidine : 2mgr

Fortanes 30 mg/30 cc (penenamh :

Aspilet 2x1 tab

Kcl 25 meq dalam 4 jam pertama

Ca glukonas 1 amp

Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit

jantung, DM atau hypertensi.

Pemeriksaan Fisik

Page 23: BAB I kasus CAD

Keadaan Umum

BB : 80 kg

Tinggi Badan : 160 am

HR : 80/mnt

T : 36,50

TD : 120/90

Inspeksi : sakit sedang, kesadaran compos mentis. Eye : 4, motorik : 6, verbal : 5.

Edema tidak ada. Tidak ada clubbing finger.

Palpasi : edema (-), akral teraba hangat CRT > 4 detik, clubbing finger(-)

Perkusi : -

Auskultasi : bunyi jantung S1 terdengar jelas pada ICS 5 parasternal kiri dan kanan.

Bunyi jantung murni regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Pemeriksaan diagnostic

EKG : ST elevasi. I, II, III, avF (infark myokard inferolateral)

Rontgen dada : pembesaran jantung kiri

Identifikasi data psikologis, sosial, dan spiritual.

Emosi stabil, bila menghadapi masalah klien membicarakan dengan istri dan anak-

anaknya. Klien mengatakan merasa cemas tentang keadaan dirinya yang didiagnosis

penyakit jantung, klien baru pertama kali mengalami serangan jantung. Klien merupakan

seorang kepala keluarga, menurut klien hubungan klien dengan keluarga dan orang lain baik.

Klien beragama islam dan taat menjalankan sholat 5 waktu. Klien menyatakan dirinya

menyadari sakitnya merupakan cobaan dari Allah SWT.

ANALISA DATA

Data subjektif : nyeri dada, mual, muntah, dan keringat dingin

Data objektif : KU : tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Eye : 4, motorik : 6,

verbal : 5, BP : 120/90, P : 80/mt, T : 36,5. BB : 80 kg, TB :160 cm, bunyi jantung S1 terdengar

jelas pada ICS 5 parasternal kiri dan kanan. Bunyi jantung murni regular, tidak ada murmur, tidak

ada gallop. Akral teraba hangat CRT > 4 detik. Edema tidak ada. Tidak ada clubbing finger.

Page 24: BAB I kasus CAD

No. Data Etiologi Masalah

1. Nyeri dada. Nyeri menjalar ke

bagian lengan kiri dan

punggung. Nyeri dan dagu, nyeri

terasa terus-menerus. Dan berada

di skala 10 dalam rentang nyeri

1-10.

Peningkataan produksi asam laktat,

memicu stimulasi ujung saraf

Nyeri akut

2. P : 80/mt, BP : 120/90 mmHg Penurunan kerja jantung (konduksi)

dan daya kembang

Penurunan curah

jantung

3. Perubahan hemodinamik progresif

1.Penurunan perfusi perifer

2.Penurunan perfusi koroner

3.peningkatan kongesti paru-paru

Resiko

penurunan

perfusi ke

perifer

4. Penurunan perfusi perifer sekunder

dan ketidak seimbangan antara

suplai oksigen myokardium dengan

kebutuhan

Resiko

intoleransi

aktivitas

5. Klien mengatakan merasa cemas

tentang keadaan dirinya yang

didiagnosis penyakit jantung,

klien baru pertama kali

mengalami serangan jantung

Perubahan kesehatan kecemasan

6. Pengembangan paru tidak optimal Resiko pola

napas tidak

efektif

Page 25: BAB I kasus CAD

Diagnosis Keperawatan

1. Nyeri akut yang berhubungan dengan peningkatan asam laktat memicu stimulasi ujung saraf

yang ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada. Nyeri menjalar ke bagian lengan kiri dan

punggung. Nyeri dan dagu, nyeri terasa terus-menerus. Dan berada di skala 10 dalam rentang

nyeri 1-10.

2. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan kerja jantung (konduksi) dan

daya kembang yang ditandai dengan P: 80/mnt, BP : 120/90 mmHg.

3. Resiko penurunan perfusi jaringan yang berhubungan dengan perubahan hemodinamik

progresif: penurunan perfusi perifer, penurunan perfusi koroner peningkatan kongesti paru-

paru.

4. Resiko intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan perfusi perifer sekunder dan

ketidak seimbangan antara suplai oksigen myokardium dengan kebutuhan

5. Kecemasan yang berhubungan dengan perubahan kesehatan yang ditandai dengan klien

mengatakan merasa cemas tentang keadaan dirinya yang didiagnosis penyakit jantung, klien

baru pertama kali mengalami serangan jantung

6. Resiko pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal,

resiko terjadinya kongesti paru.

Page 26: BAB I kasus CAD

Rencana Asuhan Keperawatan

No. DIAGNOSIS TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri akut yang

berhubungan

dengan

peningkatan

asam laktat

memicu

stimulasi ujung

saraf yang

ditandai dengan

pasien mengeluh

nyeri dada.

Nyeri menjalar

ke bagian lengan

kiri dan

punggung. Nyeri

dan dagu, nyeri

terasa terus-

menerus. Dan

berada di skala

10 dalam rentang

nyeri 1-10.

Tupen : Pasien

menyatakan nyeri

dada hilang atau

berkurang

Tupan : Pasien

pulih dengan

ganggguan nyeri

yang minimal

Kriteria Hasil :

- Skala nyeri

berkurang

menjadi <10

dari rentang

normal 1-10

- Pasien tidak

mengeluh nyeri

lagi

- Tanda vital

dalam batas

normal

- Individu dapat

mendemonstrasi

kan teknik

relaksasi untuk

meningkatkan

kenyamanan

- Gambaran EKG

tidak ada

segmen ST

elevated/depresi

1.Kaji ulang riwayat

angina sebelumnya,

nyeri menyerupai

angina atau IM

2. Anjurkan pasien

untuk melaporkan

nyeri dengan segera

3. Letakkan pasien

pada istirahat total

selama episode nyeri

4. Bantu melakukan

tekhnik relaksasi, mis:

napas dalam/perlahan

dan perilaku distraksi

5. Pantau tanda vital

tiap 5 menit selama

serangan angina

6. Pertahankan tenang,

lingkungan nyaman,

batasi pengunjung bila

perlu

7.Kolaborasikan

dengan dokter tentang

1. Dapat membandingkan

nyeri yang ada dari pola

sebelumnya sesuai dengan

identifikasi komplikasi

seperti meluasnya infark

2. Penundaan pelaporan nyeri

menghambat peredaan

nyeri/memerlukan

peningkatan dosis obat

3. Menurunkan kebutuhan

oksigen miokard untuk

meminimalkan risiko cedera

jaringan/nekrosis

4. Membantu dalam

penurunan persepsi/respon

nyeri

5. TD meningkat secara dini

s.d rangsangan simpatis,

kemudian turun bila curah

jantung dipengaruhi

6. Stres mental/emosi

meningkatkan kerja miokard

Page 27: BAB I kasus CAD

a.Pemberian Oksigen

tambahan

b.Pemberian Penyekat

beta

c.Pemberian morfin

sulfat

8. Evaluasi status

mantal, catat

terjadinya bingung,

disorientasi

9. Catat warna kulit

terhadap sianosis dan

kualitas nadi

a. Meningkatkan sediaan

oksigen untuk mencegah

iskemia

b. Menurunkan angina

dengan menurunkan kerja

jantung

c. efektif menghilangkan

nyeri dada

8. Menurunkan perfusi otak

dapat menghasilkan

perubahan sensorium

9. Sirkulasi perifer menurun

bila curah jantung menurun,

membuat kulit pucat/warna

abu-abu dan menurunnya

kekuatan nadi perifer

2. Penurunan curah

jantung yang

berhubungan

dengan

penurunan kerja

jantung

(konduksi) dan

daya kembang

yang ditandai

dengan P:

80/mnt, BP :

120/90 mmHg.

Tupen : Selama 1-3

jam diharap curah

jantung normal

Tupan : kerja

jantung pasien

kembali normal

Kriteria Hasil :

- Penurunan

episode

angina/nyeri

- Klien

bertoleransi

1. Mempertahankan

tirah baring pada

posisi nyaman selama

episode akut

2. Berikan periode

istirahat adekuat

3.Tekankan

pentingnya

menghindari

regangan/angkat berat

4. Pantau dan catat

1.Menurunkan konsumsi

oksigen/kebutuhan

menurunkan krja miokrd dan

rsiko kompensasi

2. Penghematan energi

menurunkan kerja jantung

3. Menurunkan frek. Jantung

(bradikardi) yang diikuti oleh

takikardi, keduanya mungkin

mengganggu curah jantung

4. Efek yang diinginkan

Page 28: BAB I kasus CAD

terhadap

aktivitas

- Klien

berpartisipasi

dalam perilaku

yang

menurunkan

curah jantung

- Tidak adanya

disritmia

- TD normal

Tidak ada suara

nafas tambahan

efek/kerugian obat

5.Kolaborasikan

dengan dokter tentang

a.Pemberian penyekat

kalsium

b.Intervensi

pembedahan PTCA

c. Kaji tanda vital

kembali, cth : frek.

Jantung dan TD

untuk menurunkan kebutuhan

oksigen miokard dengan

menurunkan stress

ventrikuler

a. Berperan penting dalam

mencegah dan

menghilangkan iskemia

sehingga menurunkan TD

dan kerja jantung

b.meningkatkan lairan darah

koroner dengan kompresi lesi

aterosklerosis dan dilatasi

lumen pembuluh pada arteri

koroner tersumbat

c. Takikardi dapat terjadi

karena menurunnya curah

jantung. Perubahan juga

terjadi pada TD karena

respon jantung

3. Resiko

intoleransi

aktivitas yang

berhubungan

dengan

penurunan

perfusi perifer

sekunder dan

ketidak

seimbangan

antara suplai

Tupen :

Mendemostrasikan

peningkatan

toleransi aktivitas

Tupan :

Melaporkan tidak

adanya angina

dalam rentang

waktu selama

pemberian obat

1. Tingkatkan

istirahat(tempat

tidur/kursi). Batasi

aktivitas pada dasar

nyeri atau respon

hemodinamik.

Berikan aktivitas

senggang yang tidak

berat

2. Batasi pengunjung

1. Menurunkan kerja

miokardia dengan konsumsi

oksigen, menurunkan resiko

komplikasi

2. Pembicaraan yang panjang

Page 29: BAB I kasus CAD

oksigen

myokardium

dengan

kebutuhan

Kriteria hasil :

frekuensi jantung

atau irama normal,

tekanan darah

dalam batas

normal. Kulit

hangat, merah

muda, dan kering

dan atau kunjungan

oleh pasien.

3. Kaji ulang tanda

atau gejala yang

menunjukkan tidak

toleran terhadap

nmaktivitas

4. Jelaskan pola

peningkatan bertahap

dari tingkat aktivitas,

contoh: istirahat

selama 1 jam setelah

makan, bangun dari

kursi bila tidak ada

rasa nyeri

5. Ajarkan tehnik

hemat energi

6.berikan nitrogliserin

muenurunkan angina

danmenunjang

aktivitas

sangat mempengaruhi pasien;

namun periode kunjungan

yang tenang bersifat

terapeutik

3. Palpitasi, nadi tidak teratur,

adanya nyeri dada atau

dispnea dapat

mengindikasikan kebutuhan

perubahan program olahraga

atau obat

4. Aktivitas yang maju

memberikan control jantung,

meningkatkan regangan dan

mencegah aktivitas yang

berlebihan

5. Menurunkan kerja

miokardium atau konsumsi

oksigen

6. Nitrat brerguna untuk

control nyeri dengan efek

vasodilatasi koroner yang

meningkatkan aliran darah

koroner dan perfusi

miokardium

4. Kecemasan yang Tupen : 1. Identifikasi dan 1. Cemas berkelanjutan

Page 30: BAB I kasus CAD

berhubungan

dengan

perubahan

kesehatan yang

ditandai dengan

klien

mengatakan

merasa cemas

tentang keadaan

dirinya yang

didiagnosis

penyakit jantung,

klien baru

pertama kali

mengalami

serangan jantung

menyatakan

penurunan

ansietas/takut

Tupan : pasien

menjalani

kehidupan normal

tanpa rasa takut

Kriteria Hasil :

- Klien

menyatakan

ansietas

menurun sampai

tingkat yang

dapat di atasi

- Strategi koping

efektif

ketahui persepsi

pasien terhadap

ancaman/situasi

2. Tingkatkan ekspresi

perasaan dan takut,

mis : menolak,

depresi, dan marah

3. Berikan periode

istirahat/waktu tidur

tidak terputus,

lingkungan tenang

4. Berikan privasi

untuk pasien dan

orang terdekat

5.kolaborasikan

dengan dokter tentang

pemberian sedatif

mungkin terjadi dalam

berbagai derajat selama

beberapa waktu dan dapat

dimanifestasikan oleh gejala

depresi

2. Perasaan tidak

diekspresikan dapat

menimbulkan kekacauan

internal dan efek gambaran

diri

3. Penyimpanan energi dan

meningkatkan kemampuan

koping

4. Memungkinkan waktu

untuk mengekspresikan

perasaan, menghilangkan

cemas, perilaku adaptasi

5. Mungkin diperlukan untuk

membantu pasien rileks

sampai secara fisik mampu

untuk membuat strategi

koping adekuat

BAB III

Page 31: BAB I kasus CAD

PENUTUP

Daftar Pustaka

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.Jakarta:EGC

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovskular dan

Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Brunner and suddart. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC