9
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol adalah zat yang banyak disalahgunakan. Kira-kira 68% orang Amerika adalah peminum alkohol, 12% adalah peminum berat (laki-laki 2:1), 10 juta orang memiliki masalah penyalahgunaan alkohol, resiko seumur hidup untuk alkoholisme adalah 10%-14%, dan 50% kematian akibat pembunuhan dan kecelakaan di jalan raya berhubungan dengan alkohol. 1 Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia alkoholisme adalah “peminum berat yang tingkat ketergantungannya atas alkohol telah mengganggu mental secara nyata atau mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya, hubungan antar pribadinys serta kelancaran fungsi ekonomi dan sosialnya”. 2 Defenisi ini lebih condong ke arah sosial ketimbang medis serta lebih bergantung pada faktor sosial dan kebudayaan yang bisa sangat bervariasi mis. Seberapa berat, kapan, bagaiaman jika dibandingkan dengan kelompok lain, kebudayaan lain? Umumnya disetujui bahwa alkoholisme merupakan suatu ketergantungan, baik ketergantunga psikologi maupun fisik. Ketergantungan fisik berarti jika terjadi putus alkohol akan timbul suatu sindroma khas. Ketergantungan psikologi dapat mudah diketahui yaitu hilangnya ansietas setelah minum alkohol, suatu saat penderita ini akan mengalami ketergantungan fisik. 2

BAB I paper psikiatri finish.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I paper psikiatri finish.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alkohol adalah zat yang banyak disalahgunakan. Kira-kira 68% orang Amerika adalah peminum alkohol, 12% adalah peminum berat (laki-laki 2:1), 10 juta orang memiliki masalah penyalahgunaan alkohol, resiko seumur hidup untuk alkoholisme adalah 10%-14%, dan 50% kematian akibat pembunuhan dan kecelakaan di jalan raya berhubungan dengan alkohol.1

Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia alkoholisme adalah “peminum berat yang tingkat ketergantungannya atas alkohol telah mengganggu mental secara nyata atau mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya, hubungan antar pribadinys serta kelancaran fungsi ekonomi dan sosialnya”.2

Defenisi ini lebih condong ke arah sosial ketimbang medis serta lebih bergantung pada faktor sosial dan kebudayaan yang bisa sangat bervariasi mis. Seberapa berat, kapan, bagaiaman jika dibandingkan dengan kelompok lain, kebudayaan lain? Umumnya disetujui bahwa alkoholisme merupakan suatu ketergantungan, baik ketergantunga psikologi maupun fisik. Ketergantungan fisik berarti jika terjadi putus alkohol akan timbul suatu sindroma khas. Ketergantungan psikologi dapat mudah diketahui yaitu hilangnya ansietas setelah minum alkohol, suatu saat penderita ini akan mengalami ketergantungan fisik.2

Page 2: BAB I paper psikiatri finish.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi

Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia alkoholisme adalah “peminum berat yang tingkat ketergantungannya atas alkohol telah mengganggu mental secara nyata atau mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya, hubungan antar pribadinys serta kelancaran fungsi ekonomi dan sosialnya”.2

2.2 Etiologi

Faktor etiologi utama yang terkait dengan masalah minum alkohol bisa dibagi menjadi penyebab individual dan penyebab sosial.3

Penyebab Individual

Ketersediaan alkohol sangat mungkin menjadi faktor etiologi yang penting. Terdapat bukti kemungkinan peran dalam faktor genetik. Tekanan dari kelompok sebaya juga dapat menyebabkan minum-minum. Penyakit jiwa juga bisa mempredisposisi minum-minum yang berbahaya.

Penyebab Sosial

Agama bisa mempengaruhi konsumsi alkohol dalam satu komunitas Tradisi dan faktor budaya juga mempengaruhi jumlah alkohol yang diminum Faktor ekonomi ternyata berperan besar dalam konsumsi alkohol

2.3 Epidemiologi

Prevalensi sekitar 1% di Inggris, tetapi angka yang tepat tak mungkin disapat. Jika diambil dari angka pertama kali masuk rumah sakit maka prevalensi penyakit ini akan lebih rendah dari sebenarnya. Jellinek menemukan suatu rumus untuk memperkirakan prevalensi dari kematian karena sirosi alkoholik yang terbukti agak tepat. Konsumsi spirit, bir dan anggur meningkat di Inggris dan alkoholisme juga meningkat, terutama pada pria muda.

Jumlah penderita alkoholisme yang masuk yang rumah sakit di Skotlandia telah meningkat enak kali lipat dalam 20 tahun terakhir. Di antara pasien pria yang masuk rumah sakit, alkoholisme dua kali lebih sering dari diagnosis penyakit apa pun. Korban kecelakaan karena alkohol telah meningkat dua kali lipat dalam hanya enam tahun. Peningkatan ini sejajar dengan peningkatan konsumsi alkohol di seluruh Inggris dan negara Eropa lain dalam 20 tahun terakhir. Telah ada korelasi antara peningkatan ini, peningkatan angka masuk rumah sakit dan peningkatan mortalitas akibat sirosis hepatis. Hipotesis lederman mengklaim bahwa ada hubungan tetap antara konsumsi alkohol rata-rata dengan konsumsi alkohol berlebihan. Jika tingkat kritis atau berbahaya dari masukan alkohol ditetapkan, maka populasi “berisiko” dapat dihitung dari konsumsi rata-rata populasi. Lebih lanjut jika konsumsi rata-rata meningkat atau turun, maka akan ada perubahan berhubungan dalam populasi “berisiko”. Jika jumlah peminum dalam satu populasi sedikit, maka masalah alkohol yang timbul juga lebih sedikit dan sebaliknya.2

2.4 Jenis

Page 3: BAB I paper psikiatri finish.docx

1. Kehilangan kendali. Serangan minum; sekali minum tidak dapat berhenti. Biasanya “spirit”. Sering di Inggris dan Amerika Utara.

2. Ketak-mampuan berhenti minum. Peminum tetap, setiap hari, biasanya anggur atau bir. Sering di Itali dan Perancis.2

2.5 Stadium

1. predependen simtomatik

2. Prodromal, peminum menghindari pembicaraan tentang kebiasaanya meminum alkohol, mulai merahasiakan kebiasaan minumnya, mengurangi jumlah, memiliki perasaan bersalah dan bisa menderita amnesia untuk minum malam sebelumnya.

3. Ketergantungan, psikologik dan fisik – tanda putus alkohol, jika berhenti minum.

4. Kronik, kemunduran sosial, komplikasi fisik dan psikiatri.2

2.6 Hendaya Akibat Penggunaan Alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan bisa menyebabkan morbiditas fisik, psikiatri dan sosial.

1. Morbiditas Fisik (Medis)

Konsumsi alkohol yang berlenihan menyebabkan meningkatnya mortalitas. Sekitar seperlima dari laki-laki yang dirawat di rumah sakit umum ternyata mengalami masalah minum (didefenisikan di bawah). Gangguan gastrointestinal merupakan akibat tersering konsumsi alkohol yang berlebihan dan mencakup :

Mual dan muntah, terutama pada pagi hari, yang dapat dicegah dengan minum lebih banyak alkohol.

Gastritis, ulkus peptikum, Mallory-Weiss tears dan varises esofagus.2. Morbiditas Psikiatri

Alkohol mempengaruhi mood peminum. Konsumsi alkohol yang berlebihan mungkin awalnya terjadi karena peminum ingin meredakan mood yang tidak disukainya, sperti ansietas dan mood rendah. Namun, minum-minum yabg berat dan kronik senidri itu. Bahkan, angka bunuh diri sedikitnya 50 kali lebih besar pada peminum tersebut ketimbang populasi umum.

3. Morbiditas SosialKerugian sosial akibat konsumsi alkohol berlebihan amat tinggi, dan meliputi hal berikut:

Keretakan hubungan, perkawinan dan keluarga. Prestasi kerja buruk Kejahatan Kecelakaan dan cedera.3

2.7 Ketergantungan Alkohol

Page 4: BAB I paper psikiatri finish.docx

Peminum alkohol berat dan kronik menunjukkan sekelompok gejala umum yang membentuk sindrom ketergantungan alkohol:

Lebih mengutamakan minum-minum ketimbang kegiatan lain, seperti keluarga, karier dan kedudukan sosial.

Kesadaran subjektif tenatng kompulsi untuk minum alkohol dan kesulitan mengendalikan jumlah yang diminum. Usaha penghentian menyebabkan ketegangan dan peningkatan keranjingan alkohol.

Penyempitan penentuan kapan harus minum. Peminum tidak dapat lagi mengendalikan kapan harus minum-minum, dan kapan harus berhenti atau minum secukupnya saja.

Peningkatan toleransi terhadap alkohol. Gejala putus alkohol berkurang. Menurunnya konsentrasi alkohol dalam darah menyebabkan

tremor, insomnia, mual, berkeringat meningkat, anoreksia dan gejala-gejala ansietas. Meredanya atau terhindar dari gejala putus alkohol dengan minum alkohol lagi. Kembali minum alkohol setelah berhenti. Setelah dapat menghentikan minum selama,

katakanlah, 2 minggu, peminum tidak mungkin tidak lagi mengalami keranjingan alkohol dan meyakini bahwa dirinya kini sudah bisa minum dalam jumlah sedang. Namun, tindakan seperti ini sangat mungkin menyebabkan kembalinya pola minum-minum tidak diinginkan sebelumnya serta gambaran lain sindrom ketregantungan alkohol.3

2.8 Penilaian

1. Anamnesis

Beberapa petunjuk penting untuk ditemukan dalam riwayat pasien termasuk : masalah pekerjaan, termasuk berulang kali kehilangan pekerjaan dan membolos, terutama pada awal pekan; masalah psikoseksual dan hubungan, seperti kehancuran perkawinan pasien sebagai akibat langsung dan tidak langsung dari penggunaan alkohol; kecelakaan berulang; riwayat masalah alkohol dalam keluarga; riwayat pekerjaan yang meliputi pekerjaan berisiko tinggi seperti yang telah disebutkan; dan adanya riwayat hukum, khususnya pelanggaran akibat minum-minum, seperti berkendara dalam keadaan mabuk.

Dalam riwayat alkohol, pola minum perlu dicatat, juga rata-rata jumlah unit alkohol yang diminum dalam seminggu.

Sebagaimana disebutkan pada Bab 5, kuesioner CAGE (tabel 7.2) perlu diberikan secara rutin kepada pasien untuk menskrining masalah alkohol; dua jawaban positif atau lebih dari empat pertanyaan CAGE merupakan indikasi adanya masalah minum.

Gejala putus alkohol juga harus diatanyakan juika dicurigai adanya masalah minum.

2. Pemeriksaan status mental

Bukti psikopatologi terkait konsumsi alkohol berat dan kronik harus dicari, seperti suasana mood rendah, kecemburusn berwaham dan konfabulasi.

3. Pemeriksaan fisik

Bukti-bukti berikut perlu dicari, khususnya bila dicurigai adanya masalah minum:

Gejala putus alkohol, seperti tremor dan flushing.

Page 5: BAB I paper psikiatri finish.docx

Penyakit hati, seperti spider naevi, liver palm dan hepatomegali. Kecelakaan atau berkelahi, seperti hematoma, luka iris dan patah tulang rusuk. Penayalahgunaan obat terlarang secara bersamaan, seperti punksi vena.3

2.9 Pemeriksaan penunjang

Informasi lebih lanjut perlu ditemukan dari anggota keluarga, dokter lain dan catatan kasus rawat inap sebelumnya. Beberapa hal di bawah ini juga perlu diperiksa:

Mean corpuscular volume (MCV) mungkin meningkat. ɣ-Glutamil-transpeptidase (ɣGT atau GGT) mungkin meingkat Aspartat aminotransferase (AST) mungkin meningkat Konsentrasi alkohol dalam darah, penentuan dengan menganalisis konsentrasi alkohol pada

udara ekspirasi menggunakan Alkometer, atau dengan pemeriksaan darah langsung, memberi indkes konsumsi alkohol 24 jam terakhir.

Konsentrasu asam urat dalam plasma mungkin meningkat.3

2.10 Sindrom Putus Zat AlkoholSindrome ini dapat terjadi pada peminum berat atau peminum yang berhenti minum atau

mengurangi konsumsinya. Jangan cepat-cepat memasukkan mereka ke dalam kelompok alkoholik. Apabila pasien datang sedang dalam keadaan putus zat alkohol, tunda kesimpulan diagnosis akhirnya.

Putus AlkoholGemetar, hiperfleksia, lemah, mual dan muntah, ansietas insomnia dan mimpi buruk, ilusi dan

halusinasi ringan, penglihatan mulai kabur selama 12-18 jam pertama sejak penurunan jumlah minum. Pasien yang memiliki penyakit medis berat memiliki resiko. Kejang-kejang alkoholik terjadi pada beberapa pasien (kurang dari 25%), biasanya dalam 2 hari pertama sejak putus minum.1

Delirium Akibat Putus Zat AlkoholDelirium akibat putus zat alkohol adalah delirium yang mengancam jiwa setelah terjadinya putus

zat alkohol yang makin memperburuk ditandai dengan disorientasi, agitasi, gangguan memori, halusinasi, waham, gangguan otonomik yang kuat, tremor, ataksia, dan demam dimulai dari 2-8 hari sesudah mengurangi minum. Gemetar dan kejang-kejang dapat mendahului dan sering dikelirukan sebagai yang terjarang di temukan pada DTs. Keadaan kurang gizi dan penyakit medis meningkatkan resiko terjadinya delirium. Angka kematian adalah 10%-15% untuk sindrom yang lengkap. Mungkin 1%-3% para alkoholik pernah mengalami DTs.

Gangguan Psikotik Yang Diinduksi Alkohol Dengan HalusinasiGangguan ini menunjkkan adanya halusinasi auditorik yang jelas dan campuran tanda tanda

putus zat lainnya, tetapi pasien secara jelas memiliki sensorium dan orientasi yang baik. Biasanya terjadi 3 hari sesudah berhenti minum pada pasien yang sudah bertahun-tahun merupakan peminum berat. Mungkin berbahaya, atau merusak diri saat berhalusinasi. Biasanya hilang sendiri (dalam waktu 1 minggu).2

2.11 Terapi Saat mengobati penderita masalah minum dengan cara rawat inap, kontrak yang ditandatangani

perlu dibuat, yaitu berupa persetujuan pasien untuk tidak minum alkohol atau zat lain yang mengandung alkohol.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya mengenai sindrom ketergantungan alkohol, kembali minum setelah berhenti, peminum tidak lagi mengalami keranjingan subjektif untuk minum alkohol dan mungkin meyakini saat ini sudah memungkinkan untuk minum dalam jumlah sedang. Namun, tindakan semacam ini sangta mungkin menyebabkan pasien kembali ke pola minum sebelumnya yang

Page 6: BAB I paper psikiatri finish.docx

tidak diharapkan dan timbulnyabgambaran lain sindrom ketergantungan alkohol, karena itu, secara umum, lebih baik mengusahakan berhenti total.3,4

2.12 Gejala Putus AlkoholGejala-gejala putus alkohol : perlu diberikan sedativa (chlordiazepoxide, chlormethiazole).

Penting untuk mengatasi keseimbangan cairan, elektrolit dan defisiensi nutrisi. Berika infus glukose dan vitamin B. Awasi bila terjadi infeksi, hindari terjadinya luka. Berikan obat antikonvulsan bila terjadi kejang atau bila ada riwayat kejang sebelumnya. Magnesium, digunakan oleh beberapa pusat pengobatan untuk mengurangi eksitabilitas susunan syaraf pusat.1

2.13 Prognosis Faktor prognostik yang baik meliputi : Tilikan yang baik Motivasi yang kuat Dukungan sosial yang baik, termasuk tempat tinggal Dukungan keluarga yang baik

Faktor yang dapat mencetuskan kekambuhan meliputi : Keadaan emosional Konflik interpersonal Tekanan sosial.3

DAFTAR PUSTAKA

1.