91
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini umat Islam lebih sering dipandang sebelah mata dalam menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak representatif dalam membangun kekuatan ekonomi. Padahal umat Islam adalah penduduk mayoritas yang justru bersentuhan langsung dengan problem ekonomi bangsa. Sedangkan saat ini sistem perekonomian yang paling berpengaruh di dunia adalah sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosial. Sistem ekonomi kapitalis adalah suatu sistem ekonomi dimana sebagaian besar barang-barang kapital dimiliki oleh swasta atau perorangan yang digunakan untuk mencari laba bagi pemiliknya sedangkan sistem ekonomi sosialis merupakan kebalikan dari sistem ekonomi kapitalis dimana persoalan- persoalan ekonomi masyarakat menjadi urusan pemerintah atau Negara. Fungsi Negara dalam sistem kapitalisme hanya bersifat menyediakan barang-barang kolektif atau menciptakan “favourable climate” bagi kegiatan ekonomi perorangan. Fungsi Negara dalam sistem sosialisme adalah “omnipocan” dalam arti menguasai segala bidang, hak serta kebebasan perorangan masih ada meskipun dalam lingkup yang sangat terbatas. Pada dasarnya, sistem ekonomi yang dianut oleh sekelompok masyarakat sesungguhnya berfungsi untuk mencapai tujuan atau hasil tertentu yang memiliki nilai yang ditetapkan dan bergantung kepada prioritas masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

  • Upload
    vuongtu

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini umat Islam lebih sering dipandang sebelah mata dalam

menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak

representatif dalam membangun kekuatan ekonomi. Padahal umat Islam adalah

penduduk mayoritas yang justru bersentuhan langsung dengan problem

ekonomi bangsa.

Sedangkan saat ini sistem perekonomian yang paling berpengaruh di

dunia adalah sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosial. Sistem

ekonomi kapitalis adalah suatu sistem ekonomi dimana sebagaian besar

barang-barang kapital dimiliki oleh swasta atau perorangan yang digunakan

untuk mencari laba bagi pemiliknya sedangkan sistem ekonomi sosialis

merupakan kebalikan dari sistem ekonomi kapitalis dimana persoalan-

persoalan ekonomi masyarakat menjadi urusan pemerintah atau Negara.

Fungsi Negara dalam sistem kapitalisme hanya bersifat menyediakan

barang-barang kolektif atau menciptakan “favourable climate” bagi kegiatan

ekonomi perorangan. Fungsi Negara dalam sistem sosialisme adalah

“omnipocan” dalam arti menguasai segala bidang, hak serta kebebasan

perorangan masih ada meskipun dalam lingkup yang sangat terbatas. Pada

dasarnya, sistem ekonomi yang dianut oleh sekelompok masyarakat

sesungguhnya berfungsi untuk mencapai tujuan atau hasil tertentu yang

memiliki nilai yang ditetapkan dan bergantung kepada prioritas masyarakat

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

2

atau negara penganut sistem tersebut. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin

prioritas antara satu sistem ekonomi dengan sistem ekonomi yang lain

berbeda. Sistem ekonomi kapitalis lebih memprioritaskan individu dan pada

kelompok, sedangkan sistem ekonomi sosialis lebih memprioritaskan

kepentingan negara dari pada kepentingan individu.

Berbeda dengan kedua sistem ekonomi di atas, Islam menerapkan

sistem ekonominya dengan mempergunakan moral dan hukum bersama

untuk menegakkan bangunan suatu sistem yang praktis. Berkenaan dengan

prioritas, Islam mengetengahkan konsep keseimbangan antara kepentingan

individu (khusus) dan kepentingan negara (umum) yang bersumber kepada

Al-Qur,an dan Al-Sunnah.

Islam memberikan kebebasan kepada individu dalam berekonomi,

tidak seperti yang ditekankan oleh sistem sosialisme, tetapi Islam tidak

melepaskannya tanpa kendali seperti yang dilakukan oleh sistem kapitalis.

Kebebasan ekonomi menurut Islam adalah kebebasan yang mutlak tetapi

mengikat kebebasan itu dengan batas-batas dari nilai-nilai syariat, dalam hal

ini Islam memberi wewenang kepada negara untuk ikut campur dalam

fungsionalisasi sistem ekonomi Islam. Negara berkewajiban melindungi

kepentingan masyarakat dari tindakan sewenang-wenang kaum pemodal.

Sesungguhnya karakteristik tatanan islam mengharuskan

bertambahnya penghasilan ummat dan menjaga kekayaannya dari

penindasan dan penyia-nyiaan pada hal-hal yang tidak bermanfaat.

Karakteristik tatanan islam jika diaplikasikan secara keseluruhan

akan menambah kekayaan masyarakat, mengurangi tingkat pengangguran

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

3

dan jumlah kemiskinan. Apabila jumlah orang-orang miskin ditengah-

tengah umat semakin sedikit karena kekayaan mereka bertambah dan orang-

orang yang mampu mempunyai komitmen dalam memenuhi kewajiban

dalam membayar zakat, infaq dan Sedekah , maka masalah ini tidak akan

muncul dan tidak akan menimbulkan kekawatiran yang mengancam

masyarakat, sebagaimana yang terjadi pada masyarakat sosialis dan kapitalis

yang segala kekayaan di dalamnya dirampas dan dihabiskan dengan benar

dan tidak benar. Maka tatanan-tatanan yang zalim itu akan melahirkan

tatanan-tatanan yang lebih zalim dan lebih rusak. Seperti tatanan komunis

apabila berupaya melakukan terapi terhadap kemiskinan yang ada, maka

disitu terjadi pemiskinan atas semua rakyat dan hanya sekelompok kecil saja

(kelompok elit) yang mendapat keuntungan.

Menurut Yusuf Qordawi ada beberapa cara penanggulangan

kemiskinan, Pertama adalah dengan bekerja. Jadi dana zakat yang dijadikan

suatu modal untuk menciptakan industri maka akan tertampung sejumlah

Mustahik untuk bekerja. Kedua adalah jaminan sanak famili, ketiga adalah

jaminan negara. Dan cara keempat dalam menanggulangi kemiskinan adalah

melalui zakat.

Saat ini perekonomian berpola Islam sudah menjadi suatu kebutuhan

umat. Pemberdayaan ekonomi umat semakin giat dilakukan oleh beberapa

lembaga keuangan Islam. Mereka berupaya agar perekonomian islam bukan

saja menjadi salah satu alternatif bagi umat Islam, tetapi memang harus

menjadi satu satunya pilihan bagi mereka. Hal ini untuk menghindarkan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

4

umat dari segala macam praktek keuangan yang bersifat ribawi yang

dilakukan oleh bank-bank konvensional.

Selain itu pemanfaatan zakat, Infaq dan sodakoh yang berasal dari

umat Islam harus sedini mungkin dikelola dan disalurkan secara efektif

sebagai suatu sisi ikhtiar pemberdayaan ekonomi umat. Ini karena dana

zakat, Infaq dan sodaqoh merupakan modal dalam upaya meningkatkan

perekonomian dan kesejahteraan umat.

Jadi zakat yang menduduki tempat keempat, jelas tidak dapat berdiri

sendiri untuk menanggulangi kemiskinan. Terutama dengan cara pertama

dalam penanggulangan kemiskinan dengan bekerja, maka zakat harus

dioptimalkan kearah itu. Bagaimana caranya, zakat harus dijalankan melalui

prinsip-prinsip ekonomi, agar hasilnya dapat maksimal, prisip ekonomi

yang dijalankan harus berdasarkan syariat, tidak mengenal riba, pemilikan

terbatas, penghalalan segala cara dan kelicikan lainnya. Sebab apabila zakat

diterapkan dalam prinsip ekonomi konvensional, Ia hanya akan semakin

memakmurkan pemilik-pemilik modal saja.

Zakat sebagai rukun Islam yang ketiga, disamping sebagai ibadah

dan bukti dari ketundukan seseorang kepada Allah, juga mempunyai fungsi

sosial yang sangat besar disamping merupakan satu tonggak perekonomian

Islam. Jika zakat dapat dikelola dengan baik, baik penerimaan,

pengambilannya maupun pendistribusiannya, maka akan mampu

mengentaskan masalah kemiskinan.

Kedudukan zakat adalah sama dengan sholat, wajib dan menjadi

bagian dari rukun Islam. Mengabaikan rukun Islam berarti memutuskan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

5

sendi-sendi islam.

Zakat adalah ibadah yang mengandung dua dimensi,

yaitu dimensi hablum minallah atau dimensi vertikal yang mengatur

hubungan antar manusia dan penciptanya dan hablum minannas atau

dimensi horisontal atau yang mengatur hubungan antara manusia dengan

manusia. Ibadah zakat bila ditunaikan dengan baik akan meningkatkan

keimanan, membersihkan dan mensucikan jiwa dan mengembangkan serta

membukakan harta yang dimiliki. Jika dikelola dengan baik akan mampu

meningkatkan kesejahteraan umat, mampu meningkatkan etos dan etika

kerja umat, serta sebagai institusi pemerataan ekonomi.

Zakat merupakan pengambilan harta dari orang muslim, termuat

dalam Al-Quran Surat At Taubah ayat 103 yang artinya :

“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo‟alah untuk mereka.

Sesungguhnya do‟a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan

Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Zakat juga untuk kesejahteraan orang miskin baik yang meminta

maupun yang tidak, sebagaimana termuat dalam Al-Qur‟an Surat Adz

dzaariyaat ayat 19, yang artinya :

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang

meminta dan orang miskin yang tidak meminta”.

Demikian kuatnya tekanan akan keharusan mensejahterakan

komunitas ini, sehingga Al-Qur‟an hampir tidak pernah menyebutkan

kewajiban sholat tanpa diimbangi dengan kewajiban zakat. Dasar hukum

dari zakat selain ayat dalam Al-Qur‟an di atas juga banyak terdapat dalam

hadits-hadits. Orientasi kesejahteraan komunitas khusus ini, selain memang

merupakan hukum agama di dalam Islam, sesungguhnya merupakan hal

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

6

yang biasa dan umum pada setiap ajaran agama. Dalam arti bahwa setiap

agama mempunyai ajaran yang berkaitan dengan pengumpulan harta yang

dipakai untuk kesejahteraan umatnya.

Zakat adalah ibadah yang berkaitan dengan harta benda.

Pertumbuhan dan perkembangan manusia yang mendatangkan hasil dan

keuntungan membawa pengaruh pula terhadap pertumbuhan dan

perkembangan zakat. Seseorang yang telah memenuhi syarat-syaratnya,

apabila kekayaan itu sudah sampai pada nisab dan haul maka dia

mempunyai kewajiban untuk mengeluarkan zakatnya.

Adapun persyaratan harta menjadi sumber atau obyek zakat adalah

sebagai berikut :

1. Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal

2. Harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan

3. Milik penuh, yaitu harta tersebut berada dibawah kontrol dan di dalam

kekuasaan pemiliknya

4. Harta tersebut harus sudah mencapai nisab, yaitu jumlah minimal yang

menyebabkan harta terkena kewajiban zakat

5. Ditetapkan sebagai sumber zakat

6. Zakat dikeluarkan setelah terdapat kelebihan dari kebutuhan hidup

sehari-hari.

Sudah merupakan sunnatullah bahwa tingkat sosial di dalam

masyarakat itu tidak sama. Ada yang berkelebihan ada yang berkecukupan

dan ada pula yang kekurangan. Yang kekurangan ini belum berkesempatan

untuk dapat menikmati kehidupan yang layak dan belum dapat mengenyam

kebahagiaan dan kesejahteraan yang dalam Al-Qur‟an mereka ini disebut

fuqara dan dhuafa. Mereka memerlukan santunan dan uluran tangan dari

sesama muslim dalam upaya memperbaiki kehidupan ekonominya, sehingga

mereka dapat meningkatkan taraf hidupnya dan melepaskan diri dari

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

7

belenggu kefakiran, kemiskinan dan kedhuafaan. Inilah yang paling

mendasar dari ibadah zakat, yaitu selain membersihkan diri dari harta

seperti tersebut dalam Al-Qur‟an Surat At Taubah ayat 103 juga yang

pertama dan yang paling utama adalah sarana untuk memerangi kefakiran,

kemiskinan dan kedhuafaan. Sebab kefakiran itu membawa manusia

cenderung kepada kekufuran.

Seseorang yang telah sukses dalam mengelola usahanya, baik

melalui usaha pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, perhutanan,

pertambangan, perindustrian dan jasa atau usaha-usaha lain harus menyadari

bahwa dalam kekayaan itu adalah sebagian milik orang lain yang harus

diberikan kepada yang berhak menerimanya, yaitu melalui zakat bila sudah

mencapai nisabnya (QS Ad-dzaariyah ayat 19).

Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah

dan manfaat yang demikian baik dan mulia, baik berkaitan dengan orang

yang berzakat (muzakki) penerimanya (mustahik) harta yang dikeluarkan

zakatnya maupun bagi masyarakat keseluruhan.

Hikmah dan manfaat tersebut antara lain tersimpul sebagai berikut

:

1. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-

Nya, menumbuhkan akhlak yang mulia dengan rasa kemanusiaan yang

tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan matrialistis, menumbuhkan

ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta

yang dimiliki.

2. Zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk menolong,

membantu dan membina mereka terutama fakir miskin kearah

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

8

kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat

memenuhi kehidupan yang layak. Zakat sesungguhnya bukan sekedar

memenuhi kebutuhan pada mustakhik, terutama fakir miskin yang

bersifat konsumtif dalam waktu sesaat akan tetapi memberikan

kecukupan ataupun memperkecil penyebab kehidupan mereka.

3. Sebagai pihak amal bersama (jama‟i) zakat juga merupakan salah satu

bentuk kongkrit dari jaminan sosial yang diisyaratkan oleh ajaran islam

melalui syari‟at zakat, kehidupan fakir miskin akan terperhatikan dengan

baik. Zakat merupakan salah satu bentuk pengejawantahan perintah

Allah SWT untuk melakukan tolong menolong dalam kebaikan dan

takwa.

4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun

prasarana yang harus dimiliki umat islam.

5. Memasyarakatkan etika bisnis yang baik, sebab zakat bukanlah

membersihkan harta yang kotor akan tetapi mengeluarkan bagian dari

hak orang lain dari harta kita.

6. Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu

instrumen pemerataan pendapatan.

7. Zakat dapat mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha

sehingga memiliki harta kekayaan yang dapat memenuhi kebutuhan

hidup diri dan keluarganya juga untuk berlomba-lomba menjadi

muzakki.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

9

Pelaksanaan pengelolaan zakat didasarkan pada firman Allah yang

terdapat dalam surat At-taubah ayat 60. Berdasarkan ayat tersebut, dapat

diketahui bahwa pengelola zakat bukan semata-mata dilakukan secara

individual dari muzakki (orang yang mengeluarkan zakat) diserahkan

langsung kepada mustahik (orang yang menerima zakat) akan tetapi

dilakukan oleh sebuah lembaga yang khusus menangani zakat yang

memenuhi syarat tertentu yang disebut dengan amil zakat. Amil zakat inilah

yang memiliki tugas melakukan sosialisasi kepada masyarakat, melakukan

penagihan dan pengambilan serta mendistribusikannya secara tepat dan

benar.

Di Indonesia pengelolaan zakat diatur dalam Undang-Undang

Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, kemudian dirubah

menjadi Undang-undang Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Zakat

dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tersebut mengatur

tentang pembentukan kelembagaan dan kepengurusan Badan Amil Zakat

Nasional dari tingkat Pusat, Propinsi dan Kabupaten Kota, kelembagaan

Lembaga Amil Zakat, mengatur tentang pengumpulan, pendistribusian,

pendayagunaan dan pelaporan, pembiayaan BAZNAS mulai Pusat, Propinsi

dan Kabupaten / Kota, pembinaan dan pengwasan, peran serta masyarakat,

sanksi administratif, larangan dan ketentuan Pidana.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

10

Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011

yang dimaksud pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat, Sedangkan tujuan pengelolaan zakat adalah

meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan

meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan

penanggulangan kemiskinan.

1.2. Perumusan Masalah

Setelah disahkannya undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 ternyata

belum dapat menjawab ekspektasi publik tentang meningkatnya

kesejahteraan kaum fuqara‟ dan masakin. Padahal, pada saat pengesahan

sebagian anggota DPR menyatakan optimisme-nya akan meningkatnya

kesejahteraan rakyat miskin. Undang-undang ini meskipun sebagai

pengganti Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999, sifatnya masih sama

yaitu undang-undang tentang pengelolaan zakat. Artinya, undang-undang ini

mengatur “sebatas” pengelolaan zakat dan konsekuensinya dan belum

mengatur pada ranah pembangkangan terhadap zakat. Karena “hanya”

mengatur pengelolaan zakat maka bila ada orang yang enggan membayar

zakat maka tidak ada sanksi apapun.

Apabila zakat dibiarkan menggelinding dengan konsep ma-syi‟tum

(semaumu), artinya zakat tidak ada yang mengurusi secara sungguh-

sungguh dan sebenarnya, sementara orang-orang kaya dibiarkan apakah

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

11

mau berzakat atau tidak, maka selamanya zakat tidak akan pernah mampu

menjawab problematika yang dihadapi kaum papa. Zakat akan menjadi

sebuah slogan kosong yang tidak ada artinya.

Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Banyuwangi sudah

melaksanakan kegiatan pengelolaan zakat, infaq dan sodaqoh, namun kalau

dilihat dari potensi zakat, infaq dan Sedekahnya, pendapatan pada tahun

2013 yang hanya mencapai Rp. 1,886.640.019 sebenarnya masih jauh dari

potensi yang ada.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat ditarik perumusan

masalah sebagai berikut :

1. Belum meratanya kesadaran dan kepercayaan masyarakat dalam hal ini

para muzaki untuk membayar zakat, infaq dan Sedekah melalui Badan

Amil Zakat Nasional Kabupaten Banyuwangi;

2. Belum efektifnya Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Banyuwangi

dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan zakat yaitu kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

3. Belum memadainya infrastruktur dan sumberdaya (human resource dan

budgeting) yang dimiliki BAZNAS pusat dan daerah;

4. Belum adanya peta kemiskinan dan Database Muzaki dan Mustahik;

5. Masih rendahnya dukungan dana APBN dan APBD Kepada BAZNAS

Kabupaten Banywangi untuk melakukan sosialisasi, koordinasi serta

dana penunjang operasional organisasi.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

12

1.3. Maksud dan Tujuan

Bertitik tolak dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas,

penyusunan dokumen ini bertujuan :

1) Merumuskan kebijakan, strategi program dan kegiatan dalam upaya

meningkatkan efektifitas peranan Badan Amil Zakat Nasinal Kabupaten

Banyuwangi.

2) Meningkatkatkan efektifitas Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten

Banyuwangi dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan zakat yaitu

kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu

Pengetahuan khususnya kebijakan Publik.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Pemerintah

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan

pemikiran bagi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, khususnya

Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Banyuwangi sebagai

pengelola zakat.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

13

b. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi

masyarakat, sehingga mereka memahami tentang zakat, infaq dan

Sedekah yang menjadi kewajiban maupun yang menjadi hak, para

peminat dan peneliti, selanjutnya untuk digunakan sebagai bahan

penelitian yang mendalam.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

(1) Sejarah Pengelolaan Zakat di Indonesia

Untuk mengetahui perjalanan historis zakat di Indonesia, kita

dapat melihatnya dari beberapa tahapan periodesasinya. Berikut ini

gambaran tentang tahapan-tahapan sejarah pelaksanaan zakat di

Indonesia.

1) Masa Kerajaan Islam

Pada masa kerajaan-kerajaan Islam, kemungkinannya

memiliki spirit modern yang kuat. Zakat dimaknai sebagai sebuah

semangat (spirit) yang memanifestasi dalam bentuk pembayaran

pajak atas negara. Seorang cendikiawan muslim kontemporer

Indonesia, Masdar F. Mas‟udi mengatakan, zakat pada mulanya

adalah upeti sebagaimana umumya berlaku dalam praktik

ketatanegaraan zaman dulu. Hanya saja, upeti yang secara nyata

telah membuat rakyat miskin semakin tenggelam dalam

kemiskinannya, dengan spirit zakat lembaga upeti itu justru harus

menjadi sarana yang efektif bagi pemerataan dan penyejahteraan

kaum miskin. Dengan kata lain, lembaga upeti yang semula

menjadi sumber kedzaliman, dengan spirit zakat harus

ditransformasikan menjadi wahana penciptaan keadilan.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

15

Zakat sebagai konsep keagamaan, di satu pihak, dan pajak

sebagai konsep keduniawian, di pihak lain, bukanlah hubungan

dualisme yang dikotomis melainkan hubungan keesaan wujud yang

dialektis. Zakat bukan sesuatu yang harus dipisahkan, diparalelkan,

dan apalagi dipersaingkan dengan pajak, melainkan justru

merupakan sesuatu yang harus disatukan sebagaimana

disatukannya roh dengan badan atau jiwa dengan raga. Zakat

merasuk ke dalam pajak sebagai ruh dan jiwanya, sedangkan pajak

memberi bentuk pada zakat sebagai badan atau raga bagi proses

pengejewantahannya. Memisahkan zakat dari pajak adalah sama

halnya dengan memisahkan spirit dari tubuhnya, memisahkan

bentuk dari essensinya.

Pemaknaan zakat dan pajak yang sangat modernis semacam

itu dapat kita lihat penerapannya pada masa kerajaan-kerajaan

Islam Nusantara. Pada masa Kerajaan Islam Aceh, misalnya,

masyarakat menyerahkan zakat-zakat mereka kepada negara yang

mewajibkan zakat/pajak kepada setiap warga negaranya. Kerajaan

berperan aktif dalam mengumpulkan pajak-pajak tersebut, dan

kerajaan membentuk sebuah badan yang ditangani oleh pejabat-

pejabat kerajaan dengan tugas sebagai penarik pajak atau zakat.

Pemungutan pajak ini dilakukan di pasar-pasar, muara-muara

sungai yang dilintasi oleh perahu-perahu dagang, dan terhadap

orang-orang yang berkebun, berladang, atau orang yang menanam

di hutan. Karena itulah, banyak sekali macam dan jenis pajak yang

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

16

diberlakukan pada setiap sumber penghasilan dan penghidupan

warganya.

Kantor pembayaran pajak ini pada masa kekuasaan kerajaan

Aceh berlangsung di masjid-masjid. Seorang imam dan kadi

(penghulu) ditunjuk untuk memimpin penyelenggaraan ritual-ritual

keagamaan. Penghulu berperan besar dalam mengelola keuangan

masjid yang bersumber melalui zakat, sedekah, hibah, maupun

wakaf.

Sebagaimana Kerajaan Aceh, Kerajaan Banjar juga berperan

aktif dalam mengumpulkan zakat dan pajak. Pajak tersebut

dikenakan pada seluruh warga negara (warga kerajaan), baik yang

pejabat, petani, pedagang, atau pun lainnya. Jenis-jenis pajak yang

berlaku pada masa itu juga bermacam-macam, seperti pajak kepala,

pajak tanah, pajak padi persepuluh, pajak pendulangan emas dan

berlian, pajak barang dagangan dan pajak bandar. Yang menarik

dicatat di sini, penarikan pajak terhadap hasil-hasil bumi dilakukan

setiap tahun sehabis musim panen, dalam bentuk uang atau hasil

bumi. Semua ini sesuai dengan praktek pembayaran zakat

pertanian dalam ajaran Islam.

Pembayaran pajak di kerajaan Banjar ini diserahkan kepada

badan urusan pajak yang disebut dengan istilah Mantri Bumi.

Orang-orang yang bekerja di Mantri Bumi ini berasal dari warga

kerajaan biasa namun memiliki skill dan keahlian yang mumpuni

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

17

di bidangnya, oleh karena itu mereka diangkat menjadi pejabat

kerajaan.

3) Masa Kolonialisme

Ketika bangsa Indonesia sedang berjuang melawan

penjajahan Barat dahulu, zakat berperan sebagai sumber dana bagi

perjuangan kemerdekaan tersebut. Setelah mengetahui fungsi dan

kegunaan zakat yang semacam itu, Pemerintah Hindia Belanda

melemahkan sumber keuangan dan dana perjuangan rakyat dengan

cara melarang semua pegawai pemerintah dan priyayi pribumi

mengeluarkan zakat harta mereka. Kebijakan Pemerintah Sejarah

Pelaksanaan Zakat di Indonesia Hindia Belanda ini menjadi batu

sandungan dan hambatan bagi terselenggaranya pelaksanaan zakat.

Namun kemudian, pada awal abad XX, diterbitkanlah peraturan

yang tercantum dalam Ordonantie Pemerintah Hindia Belanda

Nomor 6200 tanggal 28 Pebruari 1905. Dalam pengaturan ini

Pemerintah Hindia Belanda tidak akan lagi mencampuri urusan

pelaksanaan zakat, dan sepenuhnya pelaksanaan zakat diserahkan

kepada umat Islam.

4) Masa Awal Kemerdekaan

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya, zakat

kembali menjadi perhatian para ekonom dan ahli fiqih bersama

pemerintah dalam menyusun ekonomi Indonesia. Hal tersebut

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

18

dapat kita lihat pada pasal-pasal dalam UUD 1945 yang berkaitan

dengan kebebasan menjalankan syariat agama (pasal 29), dan pasal

34 UUD 1945 yang menegaskan bahwa fakir miskin dan anak-

anak terlantar dipelihara negara. Kata-kata fakir miskin yang

dipergunakan dalam pasal tersebut jelas menunjukkan kepada

mustahiq zakat (golongan yang berhak menerima zakat).

Pada tahun 1951 Kementerian Agama mengeluarkan Surat

Edaran Nomor: A/VII/17367, tanggal 8 Desember 1951 tentang

Pelaksanaan Zakat Fitrah. Kementerian Agama melakukan

pengawasan supaya pemakaian dan pembagian hasil pungutan

zakat berlangsung menurut hukum agama.

Kementerian Agama mulai menyusun Rancangan Undang-

Undang (RUU) tentang Pelaksanaan Zakat dan Rencana Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (RPPPUU) tentang

Pelaksanaan Pengumpulan dan Pembagian Zakat serta

Pembentukan Baitul Mal pada tahun 1964. Sayangnya, kedua

perangkat peraturan tersebut belum sempat diajukan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) maupun kepada Presiden. Perhatian

Pemerintah terhadap lembaga zakat ini mulai meningkat sekitar

tahun 1968. Saat itu diterbitkanlah peraturan Menteri Agama

Nomor 4 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat dan Nomor

5/1968 tentang pembentukan Baitul Mal (Balai Harta Kekayaan) di

tingkat pusat, propinsi dan Kabupaten/Kotamadya. Namun pada

tahun tersebut, Menteri Keuangan menjawab putusan Menteri

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

19

Agama dengan menyatakan bahwa peraturan mengenai Zakat tidak

perlu dituangkan dalam Undang-undang, cukup dengan Peraturan

Menteri Agama saja. Karena ada respons demikian dari Menteri

Keuangan, maka Menteri Agama mengeluarkan Instruksi Nomor 1

Tahun 1968, yang berisi penundaan pelaksanaan Peraturan Menteri

Agama Nomor 4 dan Nomor 5 Tahun 1968 di atas.

5) Masa Orde Baru

Kepemimpinan Presiden Soeharto memberikan sedikit angin

segar bagi umat Islam dalam konteks penerapan zakat ini. Sesuai

anjuran Presiden dalam pidatonya saat memperingati Isra‟ Mi‟raj

di Istana Negara tanggal 22 Oktober 1968 maka dibentuklahn

Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS) yang dipelopori

oleh Pemerintah Daerah DKI Jaya. Sejak itulah, secara beruntun

badan amil zakat terbentuk di berbagai wilayah dan daerah seperti

di Kalimantan Timur (1972), Sumatra Barat (1973), Jawa Barat

(1974), Aceh (1975), Sumatra Selatan dan Lampung (1975),

Kalimantan Selatan (1977), dan Sulawesi Selatan dan Nusa

tenggara Barat (1985).

Perkembangan zakat pada masa Orde Baru ini tidak sama di

setiap daerahnya. Sebagian masih pada tahapan konsep atau baru

ada di tingkat kabupaten seperti Jawa Timur. Atau ada pula yang

hanya dilakukan oleh Kanwil Agama setempat. Karena itulah,

mekanisme penarikan dana oleh lembaga zakat ini bervariasi. Di

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

20

Jawa Barat hanya terjadi pengumpulan zakat fitrah saja. Di DKI

Jaya terjadi pengumpulan zakat, ditambah dengan infaq dan

shadaqah. Dan di tempat-tempat lain masih meniru pola pada masa

awal penyebaran Islam, yakni menarik semua jenis harta yang

wajib dizakati.

Sejarah Pelaksanaan Zakat di Indonesia Pada tahun 1984

dikeluarkan Instruksi Menteri Agama Nomor 2 tahun 1984 tanggal

3 Maret 1984 tentang Infaq Seribu Rupiah selama bulan Ramadhan

yang pelaksanaannya diatur dalam Keputusan Direktur Jendral

Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor 19/1984 tanggal 30 April

1984. Pada tanggal 12 Desember 1989 dikeluarkan Instruksi

Menteri Agama 16/1989 tentang Pembinaan Zakat, Infaq, dan

Shadaqah yang menugaskan semua jajaran Departemen Agama

untuk membantu lembaga-lembaga keagamaan yang mengadakan

pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah agar menggunakan dana

zakat untuk kegiatan pendidikan Islam dan lainnya. Pada tahun

1991 dikeluarkan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri

Dalam Negeri Nomor 29 dan 47 tahun 1991 tentang Pembinaan

Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah yang kemudian

ditindaklanjuti dengan Instruksi Menteri Agama Nomor 5 tahun

1991 tentang Pedoman Pembinaan Teknis Badan Amil Zakat,

Infaq, dan Shadaqah dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 7

tahun 1988 tentang Pembinaan Umum Badan Amil Zakat, Infaq,

dan Shadaqah.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

21

6) Masa Reformasi

Terbentuknya Kabinet Reformasi memberikan peluang baru

kepada umat Islam, yakni kesempatan emas untuk kembali

menggulirkan wacana RUU Pengelolaan Zakat yang sudah 50

tahun lebih diperjuangkan. Komisi VII DPR-RI yang bertugas

membahas RUU tersebut. Penggodokan RUU memakan waktu

yang sangat panjang, hal itu disebabkan perbedaan visi dan misi

antara pemerintah dan anggota DPR. Satu pihak menyetujui

apabila persoalan zakat diatur berdasarkan undang-undang.

Sementara pihak lain tidak menyetujui dan lebih mendorong

supaya pengaturan zakat diserahkan kepada masyarakat. Pada

tahun 1999 Undang-undang Nomor 38 tahun 1999 tentang

Pengelolaan Zakat dikeluarkan oleh pemerintah. Pemerintah

bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berusaha memajukan

kesejahteraan sosial dan perekonomian bangsa dengan menerbitkan

Undang-ndang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

Kemudian dikeluarkan pula Keputusan Menteri Agama nomor 581

tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 tahun

1999 dan Keputusan Direktur Jendral Bimas Islam dan Urusan

Haji Nomor D-291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Zakat.

Semua undang-undang yang diterbitkan di atas bertujuan

untuk menyempurnakan sistem pelaksanaan zakat. Seperti pada

masa prakemerdekaan zakat sebagai sumber dana perjuangan,

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

22

maka pada era reformasi ini zakat diharapkan mampu mengangkat

keterpurukan ekonomi bangsa akibat resesi ekonomi dunia dan

krisis multidimensi yang datang melanda. Bahkan sebagian pihak

menilai bahwa terbentuknya undang-undang pengelolaan zakat di

Indonesia merupakan catatan yang patut dikenang oleh umat Islam

selama periode Presiden B.J. Habibie.

7) Pelaksanaan Zakat dalam Undang-undang No. 38 Tahun 1999

Pelaksanaan zakat yang telah berlangsung selama ini di

Indonesia dirasakan belum terarah. Hal ini mendorong umat Islam

melaksanakan pemungutan zakat dengan sebaik-baiknya. Berbagai

usaha telah dilakukan untuk mewujudkannya, baik oleh badan-

badan resmi seperti Departemen Agama, Pemerintah Daerah,

maupun oleh para pemimpin Islam dan organisasi-organisasi Islam

swasta.

Pengelolaan zakat yang bersifat nasional semakin intensif

setelah diterbitkannya Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang

Pengelolaan Zakat. Undang-undang inilah yang menjadi landasan

legal formal pelaksanaan zakat di Indonesia. Sebagai

konsekuensinya, pemerintah (mulai dari pusat sampai daerah)

wajib memfasilitasi terbentuknya lembaga pengelola zakat, yakni

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) untuk tingkat pusat, dan

Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) untuk tingkat daerah.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

23

BAZNAS ini dibentuk berdasarkan Kepres No. 8/2001 tanggal 17

Januari 2001.17

Secara garis besar undang-undang zakat di atas memuat

aturan tentang pengelolaan dana zakat yang terorganisir dengan

baik, transparan dan profesional, serta dilakukan oleh amil resmi

yang ditunjuk oleh pemerintah. Secara periodik akan dikeluarkan

jurnal, sedangkan pengawasannya akan dilakukan oleh ulama,

tokoh masyarakat dan pemerintah. Apabila terjadi kelalaian dan

kesalahan dalam pencatatan harta zakat, bisa dikenakan sanksi

bahkan dinilai sebagai tindakan pidana. Dengan demikian,

pengelolaan harta zakat dimungkinkan terhindar dari bentuk-

bentuk penyelewengan yang tidak bertanggungjawab. Di dalam

undang-undang zakat tersebut juga disebutkan jenis harta yang

dikenai zakat yang belum pernah ada pada zaman Rasulullah saw.,

yakni hasil pendapatan dan jasa. Jenis harta ini merupakan harta

yang wajib dizakati sebagai sebuah penghasilan yang baru dikenal

di zaman modern. Zakat untuk hasil pendapat ini juga dikenal

dengan sebutan zakat profesi. Dengan kata lain, undang-undang

tersebut merupakan sebuah terobosan baru. BAZNAS memiliki

ruang lingkup berskala nasional yang meliputi Unit Pengumpul

Zakat (UPZ) di Departemen, BUMN, Konsulat Jendral dan Badan

Hukum Milik Swasta berskala nasional. Sedangkan ruang lingkup

kerja BASDA hanya meliputi propinsi tersebut. Alhasil, pasca

diterbitkannya UU No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat,

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

24

maka pelaksanaan zakat dilakukan oleh satu wadah, yakni Badan

Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk Pemerintah bersama masyarakat

dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang sepenuhnya dibentuk oleh

masyarakat yang terhimpun dalam ormas-ormas maupun yayasan-

yayasan.

Hadirnya undang-undang di atas memberikan spirit baru.

Pengelolaan zakat sudah harus ditangani oleh Negara seperti yang

pernah dipraktekkan pada masa awal Islam. Menurut ajaran Islam,

zakat sebaiknya dipungut oleh negara, dan pemerintah bertindak

sebagai wakil dari golongan fakir miskin untuk memperoleh hak

mereka yang ada pada harta orang-orang kaya. Hal ini didasarkan

pada sabda Nabi saw. kepada Mu„adz ibn Jabal bahwa penguasalah

yang berwenang mengelola zakat. Baik secara langsung maupun

melalui perwakilannya, pemerintah bertugas mengumpulkan dan

membagi-bagikan zakat.

Sebelas tahun berjalan, berbagai pihak merasakan kelemahan

dari UU No 38/1999 dari beberapa sisi sehingga menimbulkan

semangat yang kuat untuk melakukan revisi UU tersebut.

Alhamdulillah, pada 25 November 2011 telah disahkan UU Nomor

23/2011 tentang Pengelolaan Zakat yang baru. Beberapa kemajuan

isi UU Nomor 23/2011 dibandingkan dengan UU Nomor 38/1999

antara lain sebagai berikut:

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

25

a) Badan/Lembaga Pengelola Zakat, Pengelola zakat dalam UU

yang baru adalah BAZNAS, BAZNAS provinsi dan BAZNAS

Kabupaten/Kota, tidak ada lagi BAZ kecamatan.

b) BAZNAS diangkat dan diberhentikan oleh presiden atas usul

menteri (pasal 10). Dalam pasal 15 ayat 2, 3 dan 4 dinyatakan

bahwa Baznas provinsi dibentuk oleh menteri atas usul

gubernur setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.

c) BAZNAS Kabupaten/Kota dibentuk menteri atau pejabat yang

ditunjuk atas usul bupati/wali kota setelah mendapat

pertimbangan BAZNAS. Dalam hal gubernur atau bupati/wali

kota tidak mengusulkan pembentukan BAZNAS provinsi atau

BAZNAS Kabupaten/Kota, menteri atau pejabat yang ditunjuk

dapat membentuk BAZNAS provinsi atau Kabupaten/Kota

setelah mendapat pertimbangan BAZNAS. Sementara untuk

menjangkau pengumpulan zakat masyarakat untuk level

kecamatan, kantor, masjid atau majelis taklim, BAZNAS sesuai

tingkatannya dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ)

sebagaimana diatur dalam pasal 16. Dengan adanya

pengangkatan pengurus BAZNAS provinsi oleh menteri dan

gubernur untuk BAZNAS Kabupaten/Kota, diharapkan muncul

kemandirian dari badan amil zakat tanpa adanya intervensi dari

pemerintah daerah.

d) Hubungan antar badan dan lembaga. Dalam UU Nomor

38/1999, hubungan antar badan dan lembaga pengelola zakat

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

26

hanya berifat koordinatif, konsultatif, informatif (pasal 6).

Namun, dalam UU yang baru pasal 29 dinyatakan bahwa

hubungan antara Baznas sangat erat karena tidak hanya bersifat

koordinatif, informatif dan konsultatif, tetapi wajib melaporkan

pengelolaan zakat dan dana lain yang dikelolanya kepada

BAZNAS setingkat di atasnya dan pemerintah daerah secara

berkala. LAZ juga wajib melaporkan pengelolaan zakat dan

dana lain yang dikelolanya kepada BAZNAS dan pemerintah

daerah secara berkala. Jika LAZ tidak melaporkan pengelolaan

dana zakatnya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara

berkala, atau jika tidak mendistribusikan dan mendayagunakan

infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya sesuai

dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan peruntukkan

yang diikrarkan oleh pemberi dapat dikenakan sanksi

administrasi berupa: peringatan tertulis, penghentian sementara

dari kegiatan; dan/atau, pencabutan izin (pasal 36).

e) Adanya hak amil untuk operasional. Dalam pasal 30-32 secara

eksplisit dinyatakan bahwa untuk operasional BAZNAS,

BAZNAS provinsi maupun BAZNAS Kabupaten/Kota dibiayai

dengan APBN/APBD dan hak amil. Ini memberikan angin

segar dalam operasionalnya karena membutuhkan dana yang

tidak sedikit. Ditambah lagi adanya beberapa tenaga khusus

yang sengaja direkrut untuk sekretariat BAZ. Bagaimana pola

pengaturan dana antara APBD dengan dana hak amil supaya

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

27

tidak mengganggu perasaan muzakki, apalagi muzakki yang

masih ”muallaf”, tentu kearifan dari pengurus BAZ sangat

diperlukan.

f) Adanya sanksi bagi BAZ atau LAZ yang tidak resmi.

Fenomena adanya badan/lembaga amil zakat di luar ketentuan

UU, boleh disebut bukan BAZ atau LAZ resmi. Mereka

mengumpulkan zakat masyarakat, namun tidak jelas

penggunaannya. Tidak dibedakan mana yang sedekah, infak,

wakaf dan zakat. Nyaris semua uang yang terkumpul

digunakan untuk pembangunan masjid atau mushala. Padahal,

zakat sejatinya untuk pengentasan kemiskinan. Dalam UU

Nomor 23/2011 Pasal 41, telah diatur sanksi bagi mereka yang

bertindak sebagai amil zakat, namun tidak dalam kapasitas

sebagai Baznas, LAZ atau UPZ, diberikan sanksi berupa

kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp

50.000.000. Sanksi ini diharapkan tidak mucul lagi amil zakat

yang tidak resmi, sehingga dana zakat, infak, sedekah dan dana

lain masyarakat dapat terkumpul secara jelas, dan

didistribusikan pula secara tepat kepada sasaran yang sudah

ditentukan.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

28

1) Konsep Zakat Menurut Syari’ah Islam

1) Pengertian Zakat

Zakat menurut bahasa (lughat) berarti: tumbuh, berkembang,

kesuburan atau bertambah atau dapat pula berarti membersihkan atau

mensucikan. Sedangkan menurut Hukum Islam (Syara‟), zakat adalah

nama bagi suatu pengambilan tertentu dari harta yang tertentu,

menurut sifat-sifat yang tertentu dan untuk diberikan kepada golongan

tertentu.

Ibnu Taimiyah berkata, ”Jiwa orang yang berzakat itu menjadi

bersih dan kekayaannya akan bersih pula, bersih dan bertambah

maknanya.”

Zakat yang merupakan salah satu rukun Islam, hukumnya wajib

(fardlu) atas setiap Muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Karena itu zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyi dimensi dan

fungsi sosial ekonomi dan pemerataan karunia Allah s. w. t. Dan juga

merupakan perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan

dan keadilan.

2) Landasan Zakat dalam Al-Qur‟an

Dalam Al-Qur‟an terdapat banyak ayat yang menjelaskan

tentang kewajiban berzakat, antara lain:

Kata zakat dalam banyak definisi disebutkan 30 kali dalam Al-

Qur‟an, dua puluh tujuh diantaranya disebutkan bersama dalam satu

ayat bersama salat atau Allah menyebutkan kewajiban mendirikan

salat beriringan dengan kewajiban menunaikan zakat.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

29

Selain kata zakat, di dalam Al-Qur‟an zakat disebut juga dengan

nama: Infaq, Shaqadah, Haq atau Afuw.

a. Kata atau sebutan Infaq, dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat

267: ”Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah di jalan Allah

sebagian dari hasil usahamu.”

b. Kata atau sebutan Zakat, antara lain tercantum dalam surat al-

Baqarah ayat 43: ”Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan

rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.”

c. Kata atau sebutan Haq, tertera dalam surat al-An‟am ayat 141:

”.......dan tunaikanlah haqnya di hari memetik hasilnya (dengan

dikeluarkan zakatnya),......”

d. Kata atau sebutan afuw, tercantum dalam surat al-A‟raf ayat 199:

”Ambillah afuw (zakat) dan serulah yang ma’ruf dan berpaling

dari orang-orang yangjahil (tidak beradab).

e. Kata atau sebutan Shaqadah, dijelaskan dalam surat at-Taubah ayat

60: ”Sesungguhnya shaqadah (zakat-zakat) itu untuk orang-orang

fakir dan miskin.....

3) Landasan Zakat dalam Hadis

Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa ketika Nabi s. a. w

ditanya tentang apakah itu Islam, Nabi menjawab bahwa Islam itu

ditegakkan pada lima pilar utama, sebagaimana bunyi hadis berikut ini:

”Ketika Nabi s. a. w. ditanya apakah itu Islam? Nabi menjawab:

Islam adalah mengikrarkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan

Muhammad adalah RasulNya, mendirikan salat, membayar zakat,

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

30

berpuasa pada bulan Ramadhan dan naik haji bagi yang mampu

melaksanakannya.. (Hadis Muttafaq ‟alaih).

4) Macam-macam Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu

unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu, hukum zakat

adalah wajib (fardlu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-

syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti salat,

haji, dn puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-

Qur‟an dan as-Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial

kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai

dengan perkembangan umat manusia.

a. Zakat Nafs (jiwa) juga disebut Zakat Fitrah

Jenis zakat yang dikeluarkan pada bulam Ramadhan sampai

naiknya imam ke mimbar pada waktu pelaksanaan salat Idul Fitri,

(QS al-A‟la: 14-15). Hadis Rasul s. a. w.

”Sesungguhnya Rasulullah s. a. w. telah mewajibkan zakat

fitrahpada bulam Ramadhan satu sha (saup) kurma atau gandum

apada setiaporang yang merdeka, hamba sahaya laki-laki maupun

perempuan dari kaumMuslimin”.

Besarnya zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2,176

kg. Sedangkan makanan yang wajib dikeluarkan yang disebut nash

hadis yaitu tepung, terigu, kurma, gandum, zabib (anggur) dan

aqith (semacam keju). Untuk daerah/ Negara yang makanan

pokoknya selain 5 makanan di atas, mazhab Maliki dan Syafi‟i

membolehkan membayar zakat dengan makanan pokok yang lain.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

31

Menurut mazhab pembayaran zakat fitrah dapat dilakukan

dengan membayar harganya dari makanan pokok yang dimakan.

Pembayaran zakat menurut Jumhur ulama :

a) Waktu membayar zakat fitrah yaitu ditandai dengan

tenggelamnya matahari di akhir bulan Ramadhan.

b) Membolehkan mendahulukan pembayaran zakat fitrah di awal

b. Zakat Maal (harta)

Menurut bahasa : Harta adalah sesuatu yang diinginkan sekali

oleh manusia untuk dimiliki, memanfaatkannya, dan

menyimpannya.

Secara syara : Harta adalah segala sesuatu yang dikuasai dan

dapat digunakan secara lazim. Antara lain mencakup hasil

perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta

temuan, emas, dan perak, serta hasil kerja (profesi). Masing-

masing tipe memiliki perhitungannya sendirisendiri.

Sesuatu dapat disebut harta apabila memenuhi syarat-syarat

ini, yaitu : dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dan dikuasai. Dapat

diambil manfaatnya sesuai lazimnya, misal : rumah, pertanian,

uang, emas, perak dan lain-lain.

Perbedaan antara zakat fitrah (Nafs) dengan zakat maal

sebagai berikut :

Zakat fitrah pokok persoalannya yang harus dizakati adalah

diri atau jiwa bagi seorang muslim beserta diri orang lain yang

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

32

menjadi tanggungannya. Kadar zakatnya satu sha‟ makanan pokok,

dikeluarkan setiap tahun menjelang shalat Idul Fitri atau pada

bulan Ramadhan.

Sedangkan zakat maal, persoalan pokoknya terletak pada

pemilikan harta kekayaan yang batasan dan segala ketentuannya

diatur oleh syara‟ berdasarkan dalil Al-Qur‟an dan as-Sunnah. Jadi

kadar zakatnya ada yang ditentukan setiap akhir tahun menurut

perhitungan akhir tahun, dan ada pula ditentukan setiap mendapat

hasil panen. Lain lagi ada yang harus dizakati di saat

menemukannya, seperti zakat rikas.

5) Syarat-syarat kekayaan yang wajib dizakati

Syarat-syarat kekayaan yang wajib dizakati, yaitu :

a. Baik dan halal

Allah s. w. t. berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 267 :

“Hai orang-orang yang berfirman, nafkahkanlah sebagian dari

hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami

keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih

yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan dari padanya, padahal

kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan

memicingkan mata terhadanya. Dan ketahuilah, bahwa Allah

Maha Kaya Lagi Maha Terpuji.”

Dan dalil hadits : Dalam Shahih Bukhari terdapat satu bab yang

menguraikan bahwa sedekah atau zakat tidak akan diterima dari

harta yang ghulul, dan tidak akan diterima pula kecuali dari hasil

usaha yang halal dan bersih.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

33

b. Berkembang dan Berpotensi untuk Berkembang

Dalam terminologi fiqhiyyah, menurut Yusuf Qardhawi, pengertian

berkembang itu terdiri dari dua macam : yaitu yang kongkrit

dengan cara dikembangkan, baik dengan investasi, diusahakan dan

diperdagangkan. Yang tidak kongkrit, yaitu harta itu berpotensi

untuk berkembang, baik yang berada ditangannya maupun yang

berada di tangan orang lain tetapi atas namanya.

Adapun harta yang tidak berkembang seperti rumah yang

ditempati, kendaraan yang digunakan, pakaian yang dikenakan,

alat-alat rumah tangga, itu semua merupakan harta yang tidak wajib

dizakati kecuali menurut para ulama semua itu berlebihan dan

diluar kebiasaan, maka dikeluarkan zakatnya.

c. Mencapai Nishab

Nishab adalah batasan antara apakah kekayaan itu wajib zakat atau

tidak. Jika harta yang dimiliki seseorang telah mencapai nishab,

maka kekayaan tersebut wajib zakat, jika belum mencapai nishab,

maka tidak wajib zakat. Batasan nishab itu sendiri antara sumber

zakat yang satu dengan sumber zakat lainnya berbeda satu sama

lainnya. Seperti zakat pertanian adalah lima wasaq, nishab zakat

emas dua puluh dinar, nishab zakat perak dua ratus dirham, nishab

zakat perdagangan dua puluh dinar dan sebagainya.

d. Mencapai Haul

Salah satu syarat kekayaan wajib zakat adalah haul, yaitu kekayaan

yang dimiliki seseorang apabila sudah mencapai satu tahun

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

34

hijriyah, maka wajib baginya mengeluarkan zakat apabila syarat-

syarat lainnya terpenuhi. Adapun sumber-sumber zakat yang harus

memenuhi syarat haul yaitu seperti zakat emas dan perak,

perdagangan dan peternakan. Syarat haul ini tidak mutlak, karena

ada beberapa sumber zakat seperti pertanian dan zakat rikas tidak

harus memenuhi haul satu tahun. Zakat pertanian dikeluarkan zakat

setiap kali panen, sedangkan zakat rikas dikeluarkan zakatnya

ketika mendapatkan.

e. Lebih dari Kebutuhan Pokok

Menurut para ulama yang dimaksud dengan kebutuhan pokok

adalah kebutuhan yang jika tidak terpenuhi akan menyebabkan

kerusakan dan kemelaratan dalam hidup. Para ulama telah

memasukkan syarat ini sebagai syarat kekayaan wajib zakat karena

biasanya orang yang mempunyai kelebihan kebutuhan pokoknya

maka orang tersebut dianggap mampu dan kaya. Kebutuhan pokok

yang dimaksud ini meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal.

f. Bebas dari Hutang

Dengan adanya hutang, berarti harta yang masih kita miliki

bercampur harta milik orang lain, maka apabila kita ingin

mengeluarkan zakat sedangkan kita masih punya hutang, maka

harus kita lunasi dahulu hutang-hutang yang kita miliki. Apabila

setelah dibayarkan hutang-hutangnya tapi kekayaannya masih

mencapai nishab, maka wajib untuk mengeluarkan zakat, tapi

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

35

sebaliknya apabila tidak mencapai nishab setelah dilunasinya

hutang-hutang maka tidak wajib mengeluarkan zakat.

g. Milik Penuh

Harta yang akan dikeluarkan zakatnya haruslah murni harta pribadi

dan tidak bercampur dengan harta milik orang lain. Jika dalam

harta kita bercampur dengan harta milik orang lain sedangkan kita

akan mengeluarkan zakat maka harus dikeluarkan terlebih dahulu

harta milik orang lain tersebut. Jika setelah dikeluarkan harta kita

masih di atas nishab, maka wajib zakat. Dan sebaliknya jika tidak

mencapai nishab maka tidak wajib mengeluarkan zakat.

6) Syarat-syarat Zakat dan Wajib Zakat

1. Syarat-syarat Zakat :

a. Dimiliki dengan sempurna

b. Cukup nishab

c. Cukup haul

d. Lebih dari keperluan asas

e. Mencegah pengadaan di dalam zakat

2. Syarat-syarat Wajib Zakat

a. Muslim

b. Aqil

c. Baligh

d. Milik sempurna

e. Cukup nishab

f. Cukup haul

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

36

7) Golongan yang Berhak Menerima Zakat

Sebagaimana Allah berfirman di dalam Al-Qur‟an surat at-

Taubah ayat 60, 8 golongan asnaf yang berhak menerima zakat adalah

sebagai berikut :

1. Fakir, adalah mereka yang tidak memiliki apa-apa sehingga tidak

mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.

2. Miskin, adalah mereka yang memiliki harta namun tidak cukup

untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup.

3. Amil, adalah mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.

4. Muallaf, mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan

bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya.

5. Hamba Sahaya, yang ingin memerdekakan dirinya.

6. Fisabilillah, mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah,

perang, dll.)

7. Ibnu Sabil, mereka yang kehabisan biaya di jalan.

8) Sanksi

Dalam beberapa hadis, Rasulullah mengancam orang-orang

yang tidak membayar zakat dengan hukuman berat di dunia maupun di

akhirat supaya hati mereka lalai tersentak dan sifat kikir tergerak untuk

berkorban. Dalam satu hadis, Nabi s. a. w bersabda:

”Siapa yang dikaruniai Allah kekayaan, tetapi tidak mengeluarkan

zakatnya, maka pada hari kiamat nanti ia akan didatangi seekor ular

jantan gundul yang sangat berbisa dan menakutkan dengan dua bintik

di atas kedua matanya, lalu melilit dan mematuk lehernya sambil

berteriak: aku adalah kekayaanmu, aku adalah kekayaanmu yang kau

timbun-timbun dulu”. Nabi kemudian membaca ayat: ”Janganlah

orang-orang yang kikir dengan karunia yang diberikan Allah kepada

mereka itu mengira bahwa tindakannya itu baik bagi mereka. Tidak,

tetapi buruk bagi mereka : segala yang mereka kikirkan itu

dikalungkan di leher mereka nanti pada hari kiamat”.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

37

Sunnah Nabi s. a. w. tidak hanya mengancam orang yang tidak

mau membayar zakat dengan hukuman di akhirat saja, tetapi juga

mengancam orang yang tidak mau memberikan hak fakir miskin itu

dengan hukuman di dunia secara konkrit dan legal. Dalam beberapa

hadis dikatakan oleh Nabi s. a. w. tentang hukuman langsung dari

Allah bagi yang tidak membayar zakat.

”Golongan orang-orang yang tidak mengeluarkan zakat akan ditimpa

kelaparan dan kemarau panjang.”

”Bila mereka yang tidak mengeluarkan zakat berarti mereka

menghambat hujan turun. Seandainya tidak ada binatang ternak,

pastilah mereka tidak akan diberi hujan”.

9) Hikmah Zakat

Hikmah zakat antara lain:

1. Menghindari kesenjangan sosial antara aghniya dan dhu’afa

2. Sebagai pilar Jama‟i antara aghniya dengan para mujahid dan da‟i

yang berjuang dan berdakwah dalam rangka meninggikan kalimat

Allah s. w. t.

3. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk.

4. Sebagai alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang

jahat.

5. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah s. w. t. berikan.

6. Untuk pengembangan potensi umat

7. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam.

8. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna

bagi umat.

Selain itu juga, zakat merupakan ibadah yang memiki nilai

dimensi ganda, transendental dan horizontal. Oleh sebab itu zakat

memilki banyak arti dalam kehidupan umat manusia, terutama Islam.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

38

Zakat memiliki banyak hikmah, baik yang berkaitan dengan Allah

SWT. Maupun hubungan sosial kemasyarakatan di antara manusia,

antara lain :

1. Menolong, membantu, membina dan membangun kaum dhuafa

yang lemah dengan materi sekedar untuk memenuhi kebutuhan

pokok hidupnya. Dengan kondisinya tersebut mereka akan mampu

melaksanakan kewajibannya kepada Allah s. w. t.

2. Memberantas penyakit iri hati, rasa benci dan dengki dari diri

orang-orang di sekitarnya berkehidupan cukup, apalagi mewah.

Sedang ia sendiri tak memiliki apa-apa dan tidak ada uluran tangan

dari mereka (orang kaya) kepadanya.

3. Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan

jiwa (menumbuhkan akhlaq mulia menjadi murah hati, peka

terhadap rasa kemanusiaan) dan mengikis sifat bakhil (kikir) serta

serakah.

4. Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera, dimana hubungan

seseorang dengan yang lainnya menjadi rukun, damai dan

harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi yang tentram,

aman lahir batin.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

39

(2) Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah Sesuai Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat.

1) Pengertian-Pengertian

a. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan,

dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian,

dan pendayagunaan zakat.

b. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang

muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang

berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

c. Infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau

badan usahan di luar zakat untuk kemaslahatan umum.

d. Sedekah adalah harta atau nonharta yang dikeluarkan oleh

seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan

umum.

e. Muzaki adalah seorang muslim atau badan usaha yang

berkewajiban menunaikan zakat.

f. Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat.

g. Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut

h. BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat

secara nasional.

i. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disebut LAZ adalah

Lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

40

membantu pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan

zakat.

j. Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disebut UPZ adalah

satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk

membantu mengumpulkan zakat.

k. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.

l. Hak Amil adalah bagian tertentu dari zakat yang dapat

dimanfaatkan untuk biaya operasional dalam pengelolaan

zakat sesuai dengan syariat Islam.

m. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang agama.

2) Asas, Tujuan dan Fungsi

Pengelolaan ZIS berlandaskan Al-Qur‟an dan Al Hadits

serta berasaskan Pancasila dan UUD 1945.

Adapun tujuan pengelolaan ZIS meliputi:

1. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam

upaya mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan keadilan sosial;

2. Memperbaiki dan atau meningkatkan taraf, hidup masyarakat;

3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna zakat, infaq dan

Sedekah.

Agar menjadi sumber dana yang dapat dimanfaatkan bagi

kesejahteraan masyarakat, terutama untuk mengentaskan

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

41

masyarakat dari kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan

sosial, perlu adanya pengelolaan zakat secara profesional dan

bertanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat bersama

pemerintah. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban memberikan

perlindungan, pembinaan dan pelayanan kepada muzakki,

mustahik dan pengelola zakat. Untuk itu, maka dalam

pengelolaan zakat harus berdasarkan iman dan takwa, agar dapat

mewujudkan keadilan sosial, kemaslahatan, keterbukaan dan

kepastian hukum sesuai dengan jiwa Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945 (Pasal 2)

Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor

23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, bahwa azas

pengelolaan zakat adalah :

a. Syariat Islam

b. Amanah

c. Kemanfaatan

d. Keadilan

e. Kepastian Hukum

f. Terintegrasi

g. Akuntabilitas.

Sedangkan sesuai dengan ketentuan Pasal 3, pengelolaan

zakat bertujuan :

a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam

pengelolaan zakat;

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

42

b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat, BAZNAS menyelenggarakan fungsi:

a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat;

b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat;

c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat;

d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan

zakat.

3) Organisasi dan Tata Kerja Pengelolaan Zakat, Infaq dan

Sedekah

Sesuai dengan ketentuan Bagian Ketiga, BAZNAS

Provinsi dan BAZNAS Kabupaten / Kota, pada Pasal 15 Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

disebutkan bahwa :

(1) Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat

provinsi dan Kabupaten/Kota dibentuk BAZNAS provinsi

dan BAZNAS Kabupaten/Kota.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

43

(2) BAZNAS provinsi dibentuk oleh Menteri atas usul gubernur

setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.

(3) BAZNAS Kabupaten/Kota dibentuk oleh Menteri atau

pejabat yang ditunjuk atas usul bupati/walikota setelah

mendapat pertimbangan BAZNAS.

(4) Dalam hal gubernur atau bupati/walikota tidak mengusulkan

pembentukan BAZNAS provinsi atau BAZNAS

Kabupaten/Kota, Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat

membentuk BAZNAS provinsi atau BAZNAS

Kabupaten/Kota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.

(5) BAZNAS provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota

melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS di provinsi atau

Kabupaten/Kota masing-masing.

Sedangkan ketentuan lebih lanjut mengenai mengenai

organisasi dan tata kerja BAZNAS provinsi dan BAZNAS

Kabupaten/Kota diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14

Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23

Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

Pada Bagian Ketiga tentang BAZNAS Kabupaten/Kota

pada Pasal 39 disebutkan bahwa BAZNAS Kabupaten/Kota

dibentuk oleh direktur jenderal yang mempunyai tugas dan fungsi

di bidang zakat pada kementerian yang menyelenggarakan urusan

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

44

pemerintahan di bidang agama atas usul bupati/walikota setelah

mendapat pertimbangan BAZNAS.

Sedangkan pada Pasal 40 disebutkan bahwa :

(1) BAZNAS Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 39 bertanggung jawab kepada BAZNAS provinsi dan

pemerintah daerah Kabupaten/Kota.

(2) BAZNAS Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pada tingkat

Kabupaten/Kota sesuai dengan kebijakan BAZNAS.

Sedangkan hal-hal yang mengatur tentang Unsur Pimpinan

dan Pelaksana diatur dalam Pasal 41, yaitu :

(1) BAZNAS Kabupaten/Kota terdiri atas unsur pimpinan dan

pelaksana.

(2) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas

ketua dan paling banyak 4 (empat) orang wakil ketua.

(3) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari

unsur masyarakat yang meliputi ulama, tenaga profesional,

dan tokoh masyarakat Islam.

(4) Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian, serta pelaporan dan pertanggungjawaban

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

45

dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan

zakat.

(5) Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari

bukan pegawai negeri sipil.

(6) Dalam hal diperlukan pelaksana dapat berasal dari pegawai

negeri sipil yang diperbantukan.

Sedangkan hal-hal yang mengatur tentang pengangkatan

dan pemberhentian pimpinan BAZNAS Kabupaten/Kota diatur

pada Pasal 42, yaitu persyaratan untuk menjadi anggota BAZNAS

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 berlaku sebagai persyaratan

untuk pengangkatan pimpinan BAZNAS Kabupaten/Kota,

kemudian pada Pasal 43 disebutkan bahwa :

(1) Pimpinan BAZNAS Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 41 ayat (1), diangkat dan diberhentikan oleh

bupati/walikota setelah mendapat pertimbangan dari

BAZNAS.

(2) Pengangkatan dan pemberhentian pimpinan BAZNAS

Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberitahukan kepada direktur jenderal yang mempunyai

tugas dan fungsi di bidang zakat pada kementerian yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

46

yang tembusannya disampaikan kepada kepala kantor

wilayah kementerian agama provinsi dan kepala kantor

kementerian agama Kabupaten/Kota.

Sedangkan dalam Pasal 44 mengatur tentang Pelaksana

BAZNAS Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal

41 ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh ketua BAZNAS

Kabupaten/Kota.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

47

BAB III

TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN BANYUWANGI

3.1. Konsisi Geografi

Kabupaten Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi

Jawa Timur, yang letaknya di ujung paling timur Pulau Jawa sering juga

disebut sunrise of Java, yang berbatasan dengan :

Kabupaten Situbondo di sebelah Utara

Selat Bali di sebelah Timur

Samudra Hindia di sebelah Selatan

Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di sebelah Barat

Letaknya 7° 43‟ - 8° 46‟ Lintang Selatan dan 113° 53‟ - 114° 38‟ Bujur

Timur yang terdiri dari 13 Kecamatan, 28 Kelurahan dan 189 Desa.

Secara umum Kabupaten Banyuwangi dan daerah lainnya di Propinsi

Jawa Timur mempunyai tipe iklim tropis, sehingga sangat dipengaruhi oleh iklim

laut yang biasanya heterogen sesuai indikasi umum iklim tropis.

Bagian barat dan utara pada umumnya merupakan pegunungan, dan

bagian selatan sebagian besar merupakan dataran rendah dengan tingkat

kemiringan rata-rata pada wilayah bagian barat dan utara 40°, dengan rata-rata

curah hujan lebih tinggi bila dibanding bagian wilayah lainnya.

Dataran yang datar sebagian besar mempunyai tingkat kemiringan kurang

dari 15°, dengan rata-rata curah hujan cukup memadai sehingga bisa menambah

tingkat kesuburan tanah. Dataran rendah yang terbentang luas dari selatan hingga

utara dimana di dalamnya terdapat banyak sungai yang selalu mengalir di

sepanjang tahun.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

48

Di Kabupaten Banyuwangi tercatat 35 daerah aliran sungai,

sehingga disamping dapat mengairi hamparan sawah yang sangat luas juga

berpengaruh positif terhadap tingkat kesuburan tanah. Disamping potensi di

bidang pertanian, Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah produksi

tanaman perkebunan dan kehutanan, serta memiliki potensi untuk

dikembangkan sebagai daerah penghasil ternak yang merupakan sumber

pertumbuhan baru perekonomian rakyat.

Dengan bentangan pantai yang cukup panjang sekitar 175,8 km,

dalam perspektif ke depan, pengembangan sumberdaya kelautan dapat

dilakukan dengan berbagai upaya intensifikasi dan diversifikasi pengelolaan

kawasan pantai dan wilayah perairan laut.

Gambar 3.1.

Peta Kabupaten Banyuwangi

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

49

Luas wilayah kabupaten Banyuwangi 5.782,50 km2 yang terdiri

dari :

1. Area kawasan hutan ini mencapai 183.396,34 ha atau sekitar 31,72%,

2. Persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44%,

3. Perkebunan dengan luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21%,

4. Permukiman dengan luas sekitar 127.454,22 ha atau 22,04%.

Luas wilayah kabupaten Banyuwangi berdasarkan luas masing-

masing kecamatan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1.

Luasa Wilayah Kabupaten Banyuwangi

No. Kecamatan Luas (KM²)

1 Pesanggaran 45.609,62

2 Siliragung 15.719,78

3 Bangorejo 13.434,16

4 Purwoharjo 12.567,56

4 Purwoharjo 12.567,56

5 Tegaldlimo 56.177,35

6 Muncar 8.737,35

7 Cluring 6.906,13

8 Gambiran 4.746,69

9 Tegalsari 5.379,89

10 Glenmore 32.126,95

11 Kalibaru 18.741,80

12 Genteng 5.449,57

13 Srono 7.393,20

14 Rogojampi 7.741,89

15 Kabat 8.339,46

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

50

16 Singojuruh 4.387,93

17 Sempu 9.957,77

18 Songgon 20.777,59

19 Glagah 5.028,94

20 Licin 11.265,17

21 Banyuwangi 2.673,21

22 Giri 1.708,81

23 Kalipuro 19.961,06

24 Wongsorejo 34.393,36

TOTAL 359.225,4

Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2013

Dari tabel tersebut diatas tampak bahwa kecamatan Tegaldlimo adalah kecamatan

yang memiliki wilayah terluas yaitu 56.177,35 km² dan berikutnya adalah

kecamatan Pesanggrahan yaitu 45.609,62 km², sedangkan kecamatan dengan

wilayah terkecil adalah kecamatan Giri yaitu 1.708,81 km².

Tabel 3.2.

Jumlah Desa dan Kelurahan di Banyuwangi

No. Kecamatan Desa Kelurahan

1 Pesanggaran 5 -

2 Siliragung 5 -

3 Bangorejo 7 -

4 Purwoharjo 8 -

5 Tegaldlimo 9 -

6 Muncar 10 -

7 Cluring 9 -

8 Gambiran 6 -

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

51

9 Tegalsari 6 -

10 Glenmore 7 -

11 Kalibaru 6 -

12 Genteng 5 -

13 Srono 10 -

14 Rogojampi 18 -

15 Kabat 16 -

16 Singojuruh 11 -

17 Sempu 7 -

18 Songgon 9 -

19 Glagah 8 2

20 Licin 8 -

21 Banyuwangi - 18

22 Giri 2 4

23 Kalipuro 5 4

24 Wongsorejo 12 -

TOTAL 189 28

Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2013

Dari tabel tersebut diatas tampak bahwa kecamatan Rogojampi adalah

kecamatan yang memiliki jumlah desa terbanyak yaitu 18 desa dan kecamatan

dengan jumlah desa paling sedikit adalah kecamatan Giri yaitu 2 desa, sedangkan

kecamatan Banyuwangi memiliki 18 kelurahan.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

52

3.2. Kondisi Demografi

3.2.1. Laju Pertumbuhan Penduduk

Peranan penduduk dalam kegiatan ekonomi dan perkembangan suatu

wilayah sangat penting. Penduduk merupakan pelaku dan subyek

perkembangan itu sendiri. Jumlah penduduk yang besar apabila didukung oleh

aspek – aspek yang lain merupakan potensi ekonomi yang baik bagi suatu

wilayah.

Dalam 2 (dua) tahun terakhir, jumlah penduduk Banyuwangi senantiasa

mengalami pertumbuhan. Berikut adalah jumlah penduduk Kabupaten

Banyuwangi tahun 2012 adalah sebagai berikut :

Tabel. 3.3.

Jumlah Penduduk di Banyuwangi

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Total

1 Pesanggaran 24.666 24.204 48.870

2 Siliragung 22.689 22.131 44.820

3 Bangorejo 30.092 29.935 60.027

4 Purwoharjo 32.768 32.860 65.628

5 Tegaldlimo 31.076 30.598 61.674

6 Muncar 65.332 64.405 129.737

7 Cluring 35.173 35.598 70.771

8 Gambiran 29.177 29.753 58.930

9 Tegalsari 23.179 23.353 46.532

10 Glenmore 34.321 35.772 70.093

11 Kalibaru 30.357 31.380 61.737

12 Genteng 41.786 42.088 83.874

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

53

13 Srono 43.694 44.248 87.942

14 Rogojampi 46.087 47.086 93.173

15 Kabat 33.416 34.130 67.546

16 Singojuruh 22.207 23.456 45.663

17 Sempu 35.700 36.294 71.994

18 Songgon 25.006 25.708 50.714

19 Glagah 16.771 17.552 34.323

20 Licin 13.841 14.202 28.043

21 Banyuwangi 52.294 54.503 106.797

22 Giri 14.538 14.155 28.693

23 Kalipuro 37.884 38.682 76.566

24 Wongsorejo 36.852 37.899 74.751

TOTAL 778.906 789.992 1.568.898

Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2013

Sebaran penduduk cukup merata di masing-masing kecamatan, namun

kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak adalah kecamatan Muncar yaitu

129.737, sedangkan yang paling sedikit penduduknya adalah kecamatan Giri yaitu

28.693.

3.2.2. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk dapat memberikan informasi sejauh mana sebaran

penduduk di suatu wilayah. Hal ini penting mengingat diferensiasi jumlah

penduduk antar wilayah dalam suatu daerah tidak mutlak menggambarkan

kepadatan penduduknya. Suatu daerah yang memiliki jumlah penduduk yang

besar, belum tentu dirasakan padat bila wilayahnya juga luas.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

54

Kepadatan penduduk kabupaten Banyuwangi rata-rata sebesar 271 jiwa per

km² dengan sex ratio sebesar 0,99%.

Tabel dibawah memperlihatkan informasi tentang kepadatan dan

pertumbuhan penduduk secara jelas.

Tabel. 3.4.

Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk

Uraian Satuan 2010 2011 2012

Kepadatan Penduduk Jiwa/km2 269 271 271

Sex Ratio % 0,99 0,99 0,99

Pertumbuhan

Penduduk % 0,44 0,82 0,82

Sumber : Badan Pusat Statistik 2013

3.2.3. Komposisi Penduduk atas dasar Agama dan Kepercayaan.

Dilihat dari aspek agama dan kepercayaan, mayoritas penduduk

Banyuwangi beragama Islam.

Kehidupan beragama di Indonesia dijamin oleh Undang-Undang Dasar

1945 Pasal 29. Peranan Pemerintah dalam membina kehidupan beragama di tanah

air antara lain diwujudkan melalui berbagai kebijakan dan program seperti

pemberian bantuan pembangunan sarana tempat ibadah, mengelola

penyelenggaraan ibadah haji bagi umat Islam dan lain-lain yang menjadi bagian

dari motivasi kepada masyarakat untuk lebih meningkatkan ketakwaan kepada

Tuhan yang Maha Esa.

Adapun komposisi penduduk kabupaten Banyuwangi berdasarkan agama di

tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

55

Tabel 3.5.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama 2010 2011 2012

1 Islam 1.524.874 1.490.161 1.490.205

2 Kristen Protestan 21.079 19.849 19.875

3 Kristen Katolik 12.298 9.113 9.122

4 Hindu 35.053 37.759 116.463

5 Budha 7.868 6.185 7.990

Sumber : Badan Pusat Statistik 2013

3.3. Sosiologi

3.3.1. Pendidikan

Terpenuhinya pendidikan yang layak bagi penduduk erat kaitannya

dengan kualitas sumber daya insani. Pendidikan merupakan salah satu cara

untuk meningkatkan kualitas sumber daya insani. Ketersediaan sarana dan

prasarana pendidikan yang memadai bagi penduduk akan dapat mempercepat

peningkatan kualitasnya.

Pembangunan di bidang pendidikan terus diupayakan Pemerintah

Kabupaten Banyuwangi melalui program dan kebijakan seperti penyediaan dan

pengembangan sarana / prasarana di bidang pendidikan berupa rehabilitasi

maupun penambahan gedung sekolah baru serta peningkatan kualitas tenaga

pendidik melalui pendidikan dan pelatihan, disamping itu juga

mengikutsertakan dan membantu pihak swasta dalam megelola pendidikan di

daerah ini. Selain itu dengan adanya program Bantuan Operasional Sekolah

(BOS) sangat membantu anak usia sekolah yang tidak mampu untuk dapat

bersekolah.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

56

Sarana pendidikan di Kabupaten Banyuwangi sangat memadai dengan

tersedianya sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke perguruan

tinggi.

Ketersediaan prasarana pendidikan bagi penduduk Banyuwangi cukup

baik. Sekolah sebagai institusi penyelenggara pendidikan untuk setiap jenjang

pendidikan baik dari segi jenis maupun kuantitas tersedia dalam jumlah yang

relatif memadai. Demikian juga guru sebagai tenaga pendidik. Pada setiap

jenjang pendidikan tersedia juga sekolah dengan bercorak pendidikan umum,

keagamaan maupun kejuruan sehingga masyarakat memiliki kebebasan untuk

menentukan pilihan pada jalur yang dikehendakinya.

Tabel. 3.6.

Jumlah Sekolah, Guru dan Siswa di Banyuwangi 2012

Tingkat

Pendidikan Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru

SD 1.048 165.277 10.032

SLTP 246 72.558 4.869

SLTA 128 53.233 3.768

Sumber : Badan Pusat Statistik 2013

3.3.2. Kesehatan

Tersedianya pelayanan kesehatan yang layak bagi penduduk erat

kaitannya peningkatan produktivitas masyarakat. Ketersediaan sarana dan

prasarana kesehatan yang memadai bagi penduduk akan dapat mempercepat

peningkatan kualitasnya.

Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu hal yang penting

untuk ditingkatkan guna menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

itulah peran serta pemerintah sangat diperlukan dalam hal peningkatan

pelayanan kesehatan sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat

dari tahun ke tahun.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

57

Peran Pemerintah dalam pembangunan kesehatan menyangkut berbagai

aspek seperti penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai dan

dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat baik menyangkut biaya maupun

tempatnya. Selain itu, pemberdayaan kepada masyarakat untuk lebih

memahami pola hidup sehat dan upaya menjaga kesehatan secara baik terus

digalakan oleh Pemerintah daerah ini melalui Dinas Kesehatan setempat.

Penyediaan fasilitas kesehatan umum seperti rumah sakit, puskesmas,

puskesmas pembantu, termasuk tenaga kesehatan baik dari segi jumlah maupun

kualitas serta pusat pelayanan lainnya merupakan faktor yang sangat

menentukan keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah berupaya untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Kabupaten Banyuwangi,

diantaranya dengan membangun berbagai fasilitas kesehatan.

Gambaran tentang ketersediaan pelayanan kesehatan bagi penduduk

kabupaten Banyuwangi setidaknya tergambar dari jumlah fasilitas kesehatan

dan tenaga medis tahun 2012 sebagaimana tabel berikut :

Tabel. 3.7.

Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Medis

No Keterangan Jumlah

1 Rumah Sakit 11

2 Puskesmas 45

3 Puskesmas Pembantu 105

4 Puskesmas Keliling 62

5 Posyandu 2.224

6 Rumah Bersalin 15

7 Dokter 93

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

58

8 Tenaga Medis 695

Sumber : Badan Pusat Statistik 2013

3.3.3. Agama dan Kepercayaan

Orientasi agama dan moral merupakan nilai yang secara inheren terdapat dalam

setiap individu yang dijadikan patokan untuk bertindak dalam setiap langkah

kehidupannya. Agama dan moral merupakan sumber nilai etika yang

digunakan dalam pergaulan antar manusia di mana nilai etika ini dijadikan

dasar untuk membedakan yang benar dari yang salah, yang baik dari yang

buruk, dan yang adil dari yang dhalim. Nilai ini tidak sekedar inheren dan

inborn, tetapi juga berkembang atau berkurang tergantung pada bagaimana

seorang berinteraksi dengan lingkungannya.

Tingkat ketaatan beragama masyarakat salah satunya ditentukan oleh jumlah

tempat peribadatan yang tersedia di kabupaten Banyuwangi hingga tahun 2012

sebagaimana tabel berikut :

Tabel 3.8.

Banyaknya Tempat Peribadatan

No. Tempat Peribadatan Jumlah

1 Masjid 1.620

3 Langgar 5.976

4 Musholla 915

5 Gereja Kristen 109

6 Gereja Katolik 29

Sumber : Badan Pusat Statistik 2013

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

59

3.3.4. Ketenagakerjaan

Kondisi jumlah penduduk di kabupaten Banyuwangi dari tahun 2010

hingga 2012 mengalami kenaikan, namun demikian, rasio partisipasi angkatan

kerja secara umum relatif stabil di kisaran 70%, sehingga dapat menekan rasio

pengangguran yang hanya 3,4%.

Adapun kondisi ketenagakerjaan dari tahun 2010 hingga 2012 di

kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.9.

Tingkat Partisipasi Ketenagakerjaan di Banyuwangi

No. Indikator 2010 2011 2012

1 Partisipasi Angkatan Kerja 70,24% 69,24% 73,73%

2 Pengangguran 3,92% 3,71% 3,40%

Sumber : Badan Pusat Statistik 2013

3.4. Budaya Masyarakat

Budaya merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap perilaku

seseorang. Budaya merupakan dasar bagi seseorang, baik disadari maupun

tidak, untuk berperilaku dalam masyarakat. Budaya terkonstruksi antara lain

oleh nilai-nilai dan keyakinan. Nilai-nilai dan keyakinan ini kemudian

menghasilkan sebuah kecenderungan dalam merespon sesuatu berdasarkan

pada standar-standar tertentu. Bila seseorang memiliki nilai budaya agamis,

maka ia akan merespon sesuatu yang ditemuinya dengan standar nilai agama

yang diyakininya.

Pada masyarakat Indonesia umumnya, terdapat beberapa nilai budaya

yang pada penelitian sosial seringkali mendapat perhatian lebih, yaitu :

orientasi agama dan moral (religious and moral orientation), aktivitas

(activity), kemajuan dan pencapaian (progress and achievement), efisiensi dan

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

60

kepraktisan (eficiency and practicality), individualisme (individualism) dan

materialisme (materialism).

Orientasi agama dan moral merupakan nilai yang secara inheren terdapat

dalam setiap individu yang dijadikan patokan untuk bertindak dalam setiap

langkah kehidupannya. Agama dan moral merupakan sumber nilai etika yang

digunakan dalam pergaulan antar manusia di mana nilai etika ini dijadikan

dasar untuk membedakan yang benar dari yang salah, yang baik dari yang

buruk, dan yang adil dari yang dhalim. Nilai ini tidak sekedar inheren dan

inborn, tetapi juga berkembang atau berkurang tergantung pada bagaimana

seorang berinteraksi dengan lingkungannya.

Kemanusiaan adalah kepedulian seseorang terhadap hak dan

kesejahteraan orang lain. Dalam nilai ini suatu tindakan dianggap memenuhi

nilai-nilai kemanusiaan manakala terdapat penghargaan terhadap hak asasi

manusia (human rights), karena hak asasi merupakan pemberian yang harus

dihormati oleh seseorang.

Kemajuan dan pencapaian adalah keyakinan akan kemajuan masyarakat

dan pencapaian atau kesuksesan individu untuk meraih masa depan yang baik.

Kemajuan dan pencapaian ini orientasinya adalah pada masa depan dengan

melakukan perubahan.

Efisiensi dan kepraktisan berkait erat dengan keinginan seseorang untuk

melakukan atau mendapatkan sesuatu dengan cara yang paling efisien dan

praktis. Seluruh sistem ekonomi selalu menekankan pada nilai ini, untuk

mendapatkan yang terbaik dari apa yang diproduksi atau dijual dengan ukuran

kecepatan, ekonomis, keamanan dan keawetan.

Individualisme adalah sesuatu yang berkaitan dengan kebebasan,

demoKerasi, nasionalisme dan patriotisme yang dibangun atas dasar keyakinan

pada martabat, harga diri dan kebaikan individu.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

61

Individualisme mencakup kebebasan seseorang untuk memiliki sesuatu

dan mementingkan pribadi dalam konteks kepentingan ekonomi.

Materialisme adalah nilai budaya konsumtif untuk pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan materi untuk barang yang memenuhi unsur kesenangan

dan hidup yang lebih baik. Manusia menghendaki sensasi kesenangan yang

maksimum dengan usaha yang minimum.

Bila dilihat dari jumlah sarana ibadah maupun lembaga pendidikan

keagamaan, masyarakat Banyuwangi dapat dikatakan sebagai masyarakat yang

memiliki budaya yang didasarkan pada nilai-nilai agama (Islam) yang cukup

kuat.

Sebagai masyarakat yang mengedepankan nilai-nilai agama (Islam),

masyarakat Banyuwangi tentunya mengakui bahwa dirinya adalah hamba yang

harus tunduk kepada Tuhannya (Allah SWT) dengan mematuhi segala aturan

yang telah disyariatkan, yakni menjalankan hal-hal yang diperintahkan dan

menjauhi hal-hal dilarang. Islam adalah agama yang sempurna. Disamping

mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (ibadah), juga mengatur seluruh

aspek kehidupan, termasuk sholeh ritual dan sholeh sosial. Manusia sebagai

hamba Tuhan (Allah), disamping diperintahkan untuk beribadah ritual kepada-

Nya, juga harus mempunyai kepekaan sosial dan berbagi berbagi bersama

kepada mereka yang membutuhkan melalui zakat, infak dan sedekah.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

62

BAB IV

STRATEGI DAN OPTIMALISASI PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK

DAN SEDEKAH

4.1. Konsepsi Dasar Pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah

Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten/Kota pasca lahirnya

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dan

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, semakin dituntut

untuk memperkuat dan meningkatkan fungsi perencanaan, pengoordinasian,

pelaksanaan, pengendalian, pelaporan dan pertanggungjawaban pengelolaan

zakat baik di Provinsi, Kabupaten/Kota maupun secara nasional.

Susunan organisasi BAZNAS secara bertahap telah, sedang dan

akan mengalami perubahan dan penyesuaian dengan regulasi perzakatan

yang berlaku di negara. BAZNAS melakukan perubahan, namun tetap

dalam konsistensi dan kesinambungan misi dan visi zakat. Semua berharap

menjadikan zakat sebagai salah satu solusi dan jembatan emas menuju

Indonesia yang bersih dan sejahtera. Dengan gerakan zakat umat Islam

berkontribusi dalam membangun karakter bangsa dan kesejahteraan umat.

Selama satu dekade terakhir BAZNAS telah memantapkan

langkah untuk menjadi pusat zakat nasional yang amanah, transparan dan

profesional. Upaya dan tujuan tersebut memerlukan fondasi dukungan dari

BAZNAS daerah seluruh Indonesia. Kita bersyukur dengan peningkatan

pengumpulan zakat oleh BAZNAS di seluruh Indonesia dalam angka rata-

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

63

rata, yaitu Rp. 2,7 triliun, meski dengan prosentase pertumbuhan yang

bervariasi, tinggi dan rendah, antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Selama satu dekade terakhir BAZNAS telah memantapkan

langkah untuk menjadi pusat zakat nasional yang amanah, transparan dan

profesional. Upaya dan tujuan tersebut memerlukan fondasi dukungan dari

BAZNAS daerah seluruh Indonesia. Kita bersyukur dengan peningkatan

pengumpulan zakat oleh BAZNAS di seluruh Indonesia dalam angka rata-

rata, yaitu RTp 2,7 triliun, meski dengan prosentase pertumbuhan yang

bervariasi, tinggi dan rendah, antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Upaya yang dilakukan BAZNAS selama ini secara garis besarnya

mencakup tiga hal, yaitu :

Pertama, meningkatkan baik perorangan maupun lembaga dan korporasi

untuk menunaikan zakat melalui BAZNAS di wilayahnya.

Kedua, menguatkan fungsi koordinator BAZNAS terhadap BAZNAS

daerah dan LAZ.

Ketiga, mewujudkan integrasi data pengelolaan zakat nasional berbasis

SIMBA, yang mencakup data BAZ/LAZ, data jumlah penerimaan zakat

BAZNAS/LAZ, data pendayagunaan zakat BAZNAS/LAZ, maupun data

muzakki dan mustahik secara nasional.

Sejalan dengan makin meningkatnya kegiatan pengelolaan zakat di

tanah air dan upaya Pemerintah dalam penanggulangan masalah

kemiskinan, BAZNAS di tingkat pusat sejauh ini melakukan beberapa

agenda strategis, sebagai berikut:

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

64

a. Sosialisasi regulasi perzakatan secara paralel dengan Kementerian

Agama.

b. Penguatan kelembagaan BAZNAS di semua tingkatan agar menjadi

institusi yang memiliki kinerja baik dan dipercaya oleh masyarakat.

c. Pengembangan sinergi dan kerjasama antar-lembaga di dalam negeri

dan pembinaan hubungan yang bersifat multilateral, seperti dengan IDB

dan melalui wadah World Zakat Forum, serta lainnya. Baru ini

BAZNAS bekerjasama dengan Bank Indondesia dan IRTI-IDB telah

membentuk working group untuk perumusan standar core principles

(prinsip-prinsip pengelolaan zakat) yang diakui secara internasional.

d. Penguatan fungsi koordinasi BAZNAS dengan BAZNAS Daerah,

terutama dalam aspek pelaporan dan standar tata kelola yang memenuhi

kepatuhan (compliance) terhadap prinsip-prinsip syariah dan

perundang-undangan.

Secara umum, proyeksi perzakatan nasional yang hendak dicapai

BAZNAS dalam periode 5 (lima) tahun ke depan ialah:

a. Meningkatnya jumlah penghimpunan zakat nasional 10% dari tahun

sebelumnya dan 50 % pada tahun ke-5.

b. Meningkatnya jumlah muzaki tetap nasional 10% dari tahun

sebelumnya dan 50 % pada tahun ke-5.

c. Meningkatnya jumlah penerima manfaat zakat dalam rangka

mengurangi kemiskinan dan pengangguran 10% dari tahun

sebelumnya.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

65

d. Menerbitkan laporan zakat nasional setiap 6 bulan dan akir tahun.

e. Mengangkat posisi zakat sehingga diakui dalam konteks Pembangunan

Millenium (MDG‟s) tahun 2015.

Untuk itu beberapa langkah dan rencana strategis yang diupayakan

BAZNAS dalam rangka peningkatan dan optimalisasi pengelolaan zakat di

Indonesia, ialah:

a. Memperluas jangkauan dan sasaran sosialisasi zakat kepada seluruh

segmen masyarakat di tanah air.

b. Meningkatkan standar kompetensi dan profesionalisme amilin (SDM)

pengelolaan zakat pada BAZNAS seluruh Indonesia melalui program

pelatihan, terutama SIMBA.

c. Mengupayakan pembiayaan APBN dan APBD untuk kelembagaan

BAZNAS pusat dan daerah melalui mekanisme penganggaran yang

aman.

d. Membangun sistem informasi database mustahik dan muzaki secara

menyeluruh, sehingga hasil penghimpunan dan penyaluran zakat, infak

dan sedekah dapat dimonitor setiap saat.

e. Mempertajam fokus program pendayagunaan zakat dalam rangka

mewujudkan fungsi zakat sebagai jaminan sosial dan perlindungan

human security yang bersifat permanen.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

66

4.2. Optimalisasi Pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah

4.2.1. Penguatan Kelembagaan

Sesuai dengan ketentuan Bagian Ketiga, BAZNAS Provinsi

dan BAZNAS Kabupaten/Kota, pada Pasal 15 Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yaitu :

(1) Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat

provinsi dan Kabupaten/Kota dibentuk BAZNAS provinsi dan

BAZNAS Kabupaten/Kota.

(2) BAZNAS provinsi dibentuk oleh Menteri atas usul gubernur

setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.

(3) BAZNAS Kabupaten/Kota dibentuk oleh Menteri atau pejabat

yang ditunjuk atas usul bupati/walikota setelah mendapat

pertimbangan BAZNAS.

(4) Dalam hal gubernur atau bupati/walikota tidak mengusulkan

pembentukan BAZNAS provinsi atau BAZNAS

Kabupaten/Kota, Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat

membentuk BAZNAS provinsi atau BAZNAS Kabupaten/Kota

setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.

(5) BAZNAS provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota

melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS di provinsi atau

Kabupaten/Kota masing-masing.

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

67

Sedangkan ketentuan lebih lanjut mengenai mengenai

organisasi dan tata kerja BAZNAS provinsi dan BAZNAS

Kabupaten/Kota diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14

Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23

Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

Pada Bagian Ketiga tentang BAZNAS Kabupaten/Kota

pada Pasal 39 disebutkan bahwa BAZNAS Kabupaten/Kota

dibentuk oleh direktur jenderal yang mempunyai tugas dan fungsi

di bidang zakat pada kementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang agama atas usul bupati/walikota setelah

mendapat pertimbangan BAZNAS.

Sedangkan pada Pasal 40 disebutkan bahwa :

(1) BAZNAS Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 39 bertanggung jawab kepada BAZNAS provinsi dan

pemerintah daerah Kabupaten/Kota.

(2) BAZNAS Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pada tingkat

Kabupaten/Kota sesuai dengan kebijakan BAZNAS.

Sedangkan dalam Pasal 41 disebutkan bahwa :

(1) BAZNAS Kabupaten/Kota terdiri atas unsur pimpinan dan

pelaksana.

(2) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas

ketua dan paling banyak 4 (empat) orang wakil ketua.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

68

(3) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari

unsur masyarakat yang meliputi ulama, tenaga profesional,

dan tokoh masyarakat Islam.

(4) Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian, serta pelaporan dan pertanggungjawaban

dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan

zakat.

(5) Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari

bukan pegawai negeri sipil.

(6) Dalam hal diperlukan pelaksana dapat berasal dari pegawai

negeri sipil yang diperbantukan.

Untuk dapat diangkat sebagai anggota BAZNAS paling

sedikit harus memenuhi persyaratan:

a. Warga negara Indonesia;

b. Beragama Islam;

c. Bertakwa kepada Allah SWT;

d. Berahlak mulia;

e. Berusia paling sedikit 40 (empat puluh) tahun;

f. Sehat jasmani dan rohani;

g. Tidak menjadi anggota partai politik;

h. Memiliki kompetensi di bidang Pengelolaan Zakat; dan

Page 69: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

69

Sedangkan hal-hal yang mengatur pengankatan dan

pemberhentian Pimpinan BAZNAS Kabupaten/Kota diatur dalam

Pasal 43, yaitu :

(1) Pimpinan BAZNAS Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 41 ayat (1), diangkat dan diberhentikan oleh

bupati/walikota setelah mendapat pertimbangan dari

BAZNAS.

(2) Pengangkatan dan pemberhentian pimpinan BAZNAS

Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberitahukan kepada direktur jenderal yang mempunyai

tugas dan fungsi di bidang zakat pada kementerian yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama

yang tembusannya disampaikan kepada kepala kantor

wilayah kementerian agama provinsi dan kepala kantor

kementerian agama Kabupaten/Kota.

Pelaksana BAZNAS Kabupaten/Kota sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) diangkat dan diberhentikan

oleh ketua BAZNAS Kabupaten/Kota.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2), BAZNAS Kabupaten/Kota

wajib:

a. Melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat di

tingkat Kabupaten/Kota;

Page 70: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

70

b. Melakukan koordinasi dengan kantor kementerian agama

Kabupaten/Kota dan instansi terkait di tingkat

Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; dan

c. Melaporkan dan mempertanggunjawabkan Pengelolaan

Zakat, infak dan sedekah, serta dana sosial keagamaan

lainnya kepada BAZNAS provinsi dan bupati/walikota.

Dalam menjalankan tugas-tugasnya BAZNAS

Kabupaten/Kota dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ)

sebagaimana diatur dalam pasal 46 yaitu :

(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS,

BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota dapat

membentuk UPZ.

(2) UPZ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas

membantu pengumpulan zakat.

(3) Hasil pengumpulan zakat oleh UPZ sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) wajib disetorkan ke BAZNAS, BAZNAS

provinsi, atau BAZNAS kabupaten/kota.

(4) Ketentuan mengenai pembentukan dan tata kerja UPZ diatur

dengan Peraturan Ketua BAZNAS.

Dalam rangka mengimplentasikan pelaksanaan Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah Nomor

14 Tahun 2014, maka Pemerintah Kabupaten Banyuwangi

dipandang perlu untuk :

Page 71: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

71

1. Membentuk Panitia Seleksi untuk memilih 5 (lima) orang

calon pimpinan BAZNAS Kabupaten Banyuwangi untuk

diusulkan Bupati ke BAZNAS Pusat untuk mendapatkan

rekomendasi menjadi Pimpinan BAZNAS Kabupaten

Banyuwangi. Dalam hal ini Unsur Pimpinan BAZNAS

Kabupaten Banyuwangi yang telah dipilih harus memenuhi

syarat sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

2. Menunjuk Pelaksana BAZNAS Kabupaten Banyuwangi

sebagaimana diatur dalam perundangan yang mempunyai

tugas membantu pelaksanaan Pimpinan BAZNAS Kabupaten

Banyuwangi dalam melaksanakan fungsi perencanaan,

pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Unsur pelaksana

berasal dari bukan dari pegawai negeri sipil atau dipandang

perlu berasal dari pegawai negeri sipil yang diperbantukan

dengan mengedepankan profesionalitas, kapasitas,

kredebilitas dan amanah.

3. Menyediakan fasilitas kesekretariatan dan fasilitas

pendukung lainnya. Kantor atau kesekretariatan harus

refresentatif, baik letaknya yang steategis dan kondisinya

memadai. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan

performa guna meningkatkan kepercayaan dan kualitas

pelayan publik, terutama kepada muzaki maupun mustahik,

Page 72: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

72

selain itu harapannya adalah bagaimana orang membayar

zakat itu sama halnya dengan orang dating ke bank. Selain

harus harus ditunjang dengan fasilitas pendukung

kesekretariatan/kantor diataranya adalah komputer, meja

layanan serta fasilitas pendukung kantor lainnya.

4. Menyediakan fasilitas anggaran guna mendukung

pelaksanaan kegiatan operasional BAZNAS Kabupaten

Banyuwangi yaitu untuk kegiatan perencanaan, pelaksanaan,

dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian,

dan pendayagunaan zakat. Sesuai ketentuan Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, pasal 31

menjelaskan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, BAZNAS

Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dibiayai dengan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah dan Hak Amil.

4.2.2. Pemetaan Potensi Zakat, Infak dan Sedekah

Potensi zakat sangatlah tinggi, kalau dilihat dari sektor

Pegawai Negeri Sipil (PNS) saja yang mencapai 13.598 orang.

Sedangkan jumlah PNS dari golongan III dan IV yang sebenarnya

penghasilannya secara syariat dan kalau dikiaskan dengan zakat

profesi atau zakat pertanian yang tiap bulan panen dan sudah wajib

zakat sebanyak 10.112 orang dan diasumsikan yang beragama islam

sebanyak 90% atau sekitar, kalau rata-rata mereka menyalurkan

Page 73: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

73

zakatnya sebesar Rp. 70.000,- makan pengumpulan dari sektor PNS

tiap bulan mencapai Rp. 637.056.000,- dan setahun mencapai Rp.

7.644.672.000,- Belum lagi zakat dari karyawan BUMN, BUMD,

Pengusaha, Petani dan Tenaga Profesi yang lainnya, potensi zakat,

infak dan sedekah bisa mencapai Rp. 12.000.000,- pertahun.

4.2.3. Sosialisasi, Edukasi dan Publikasi Zakat, Infak dan Sedekah

Dalam rangka meningkatkan efektifitas pengelolaan zakat,

infak dan sedekah di Kabupaten Banyuwangi diantaranya adalah

melalui program sosialisasi, edukasi dan publikasi ZIS kepada

seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan

pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat tentang kewajiban

zakat, macam-macam zakat, cara menghitung zakat, keutamaan

membayar zakat melalui BAZNAS dan manfaat membayar zakat

baik secara syariah maupun sesuai ketentuan perundangan yang

berlaku di Indonesia.

Kegiatan sosialisasi, edukasi dan publikasi BAZNAS

Kabuapten Banyuwangi dapat dilaksanakan dengan berbagai cara,

diantaranya adalah :

1. Sosialisasi Kepada PNS di Lingkungan Pemerintah Daerah

Kabupaten Banyuwangi.

Dalam upaya meningkatkan pengumpulan zakat di Indonesia,

pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu berupa Instruksi

Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Page 74: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

74

Optimalisasi Pengumpulan Zakat di Kementerian/Lembaga,

Sekretariat Jenderal Lembaga Negara, Sekretariat Jenderal

Komisi Negara, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara,

Badan Usaha Milik Daerah Melalui Badan Amil Zakat Nasional.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terdapat PNS yang cukup

besar yaitu 15.598 dan mayoritas beragama islam. Besarnya

jumlah PNS di Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu

potensi zakat, oleh karena itu perlu diberikan sosialisasi dan

edukasi akan kewajiban membayar zakat maal kepada mereka

yang penghasilannya sudah mencapai nishab dan

membayarkannya melalui BAZNAS Kabupaten Banyuwangi.

2. Sosialisasi Kepada Karyawan BUMN, BUMD, Pengusaha dan

Masyarakat Kabupaten Banyuwangi.

Banyaknya BUMN yang ada di Kabupaten Banyuwangi menjadi

potensi zakat, infak dan sedekah. Selama ini karyawan BUMN

yang ada di Kabupaten/Kota masih banyak yang belum

menuaikkan kewajibannya membayar zakat dan ada pula yang

membayar zakat melalui lembaga lain. Demikian pula dengan

karyawan BUMD.

Kabupaten Banyuwangi yang memiliki potensi ekonomi sangat

tinggi berimbas pada banyaknya pengusaha dan karyawan

perusahaan yang mempunyai potensi untuk menjadi muzaki dan

membayarkan zakatnya melalui BAZNAS Kabupaten

Banyuwangi.

Page 75: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

75

Demikian juga masyarakat lain yang mempunyai usaha di

bidang pertanian, peternakan, perikanan dan sektor lain juga

perlu mendapatkan sosialisasi dan edukasi akan kewajiban

membayar zakat.

3. Penerbitan Majalah dan Brosur BAZNAS Kabupaten

Banyuwangi

Kegiatan sosialisasi dan edukasi selain dilakukan secara

langsung juga bisa dilakukan melalui media cetak, salah satunya

adalah menerbitkan majalah dan brosur BAZNAS Kabupaten

Banyuwangi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan

informasi tentang zakat, informasi tentang mustahik, informasi

tentang keberadaan BAZNAS Kabupaten Banyuwangi,

informasi tentang pengumpulan, pendidtribusian dan

pendayagunaan zakat, infak dan sedekah yang sudah dilakukan.

Selain itu penerbitan majalah dan brosur ini adalah untuk

meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada BAZNAS

Kabupaten Banyuwangi dalam melaksanakan kegiatan

pengelolaan zakat, infak dan sedekah.

4. Pemasangan Banner Himbauan Zakat, Infak dan Sedekah.

Publikasi keberadaan BAZNAS Kabupaten Banyuwangi dapat

dilakukan dengan cara memasang banner di tempat yang

strategis. Publikasi melalui pemasangan banner ini dapat berisi

tentang himbauan kewajiban membayar zakat, program kerja

maupun sosialisasi regulasi tentang zakat. Kegiatan ini

Page 76: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

76

dimaksudkan untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat

untuk mengetahui informasi kewajiban zakat maupun infak dan

sedekah.

5. Pembinaan Da’i/Mubaligh/Khotib dan Pengajian Zakat

Selama ini materi pengajian yang disampaikan oleh

da‟i/mubaligh/khotib dalam pengajian/majelis ta‟lim maupun

khutbah jum‟at tentang zakat masih relatif minim. Oleh karena

itu sangat dipandang perlu BAZNAS Kabupaten Banyuwangi

melaksanakan kegiatan pembinaan kepada para

da‟i/mubaligh/khotib dengan materi tentang zakat, infak dan

sedekah sesuai dengan ketentuan syariat maupun regulasi yang

ada. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan

pengetahuan masyarakat tentang zakat, infaq dan sedekah

melalui forum pengajian/majelis ta‟lim maupun khutbah jum‟at

sehingga kesadaran zakat, infak dan sedekah masyarakat

Kabupaten Banyuwangi meningkat dan membayar zakat, infak

dan sedekahnya melalui BAZNAS Kabupaten Banyuwangi

4.2.4. Pengumpulan, Pendistribusian Pendayagunaan dan Pelaporan

Zakat, Infak dan Sedekah

Salah satu fungsi BAZNAS Kabupaten/Kota adalah

melaksanakan kegiatan pengumpulan, pendistribusian dan

pendayagunaan zakat, infak dan sedekah. Kegiatan tersebut harus

Page 77: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

77

dilaksanakan dengan mengedapankan profesionalitas, kredibilitas,

akuntable dan amanah.

Dalam melaksanakan kegiatan pengumpulan, pendistribusian

dan pendayagunaan zakat, infak dan sedekah dapat dilakukan

melalui :

1. Pengumpulan

BAZNAS Kabupaten Banyuwangi dalam melaksanakan

kegiatan pengumpulan zakat, infak dan sedekah melalui :

a. Unit Pengumpul Zakat (UPZ)

Dalam menjalankan tugasnya di bidang pengumpulan zakat,

infak dan sedekat BAZNAS Kabupaten Banyuwangi dapat

membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di masing-

masing SKPD, BUMN, BUMD, Perusahaan dan kelompok

masyarakat. Pembentukan UPZ dimaksudkan untuk

mempermudah dan mempercepat pengumpulan zakat, infak

dan sedekah.

b. Layanan Counter Zakat

Pembayaran zakat, infak dan sedekah dapat dilakukan di

counter zakat di sekretariat/kantor BAZNAS Kabupaten

Banyuwangi. Counter yang disediakan harus refresentatif

seperti halnya orang dating ke bank.Selain dipergunakan

untuk membayar zakat, counter zakat juga dapat

dipergunakan untuk melayani konsultasi zakat maupun

penerbitan Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ).

Page 78: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

78

c. Transfer Melalui Bank

Pembayaran zakat, infak dan sedekah juga dapat

dilaksanakan dengan transfer melalui bank syariah yang

direkomendasi oleh BAZNAS Kabupaten Banyuwangi.

2. Pendistribusian

Selama ini kegiatan pendistribusian zakat masih dilakukan pada

momentum hari besar islam semisal menjelang idul fitri saja.

Faktor pelaksanaan distribusi juga mempengaruhi kepercayaan

muzaki, oleh karena itu ada beberapa faktor strategis dalam

melaksanakan distribusi zakat, infak dan sedekah, diantaranya

adalah :

a. Waktu

Pendistribusian zakat, infaq dan sedekah berdasarkan waktu

dibagi menjadi dua yaitu rutin dan insidental. Dilaksanakan

secara rutin yaitu pada saat peringatan hari besar islam atau

nasional. Sedangkan secara incidental yaitu distribusi yang

dilakukan pada saat mustahik membutuhkan dan dilakukan

secara cepat, tepat dan tanpa proses birokrasi yang berbelit-

belit.

b. Wilayah

Salah satu tujuan pengelolaan zakat adalah penanggulangan

kemiskinan. BAZNAS Kabupaten Banyuwangi harus

memiliki peta wilayah kemiskinan yang ada di Kabupaten

Page 79: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

79

Banyuwangi. Secara kuwantitas seharusnya daerah yang

jumlah penduduk miskinnya lebih tinggi harus

mendapatkan prioritas distribusi yang tinggi pula.

c. Peran Serta Muzaki

Dalam melaksanakan pendistribusian zakat, infak dan

sedekah sangat dipandang perlu untuk melibatkan muzaki

dan tokoh yang memiliki pengaruh di wilayah tersebut. Hal

ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan muzaki

maupun tokoh-tokoh yang berada di wilayah tersebut

terhadap keberadaan dan pengelolaan zakat, infak dan

sedekah yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten

Banyuwangi.

3. Pendayagunaan

Sesuai dengan kententuan syariat dan peraturan

perundangan yang berlaku saat ini yang berhak menerima zakat

adalah 8 (delapan) ashnaf yaitu fakir, miskin, amil, muallaf,

riqab, gharim, fisabilillah dan ibnu sabil. Sedangkan

pendayagunaan dana infak dan sedekah lebih fleksibel.

Pemberdayaan dana infak dan sedekah lebih diprioritaskan

untuk kegiatan pemberdayaan khususnya pemberdayaan warga

miskin yang ada di Kabupaten Banyuwangi.

Page 80: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

80

Ada beberapa alternatif program pendayagunaan dana

infak dan sedekah oleh BAZNAS Kabupaten Banyuwangi,

diantaranya adalah :

1. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin

Program penanggulangan kemiskinan tidak hanya

memberikan bantuan konsumtif kepada masyarakat miskin

tetapi lebih diprioritaskan pada pemberdayaan masyarakat

miskin. Ada beberapa bentuk kegiatan yang dapat dilakukan

oleh BAZNAS Kabupaten Banyuwangi dalam

memberdayakan masyarakat miskin diantaranya adalah :

a. Pemberian Bantuan Hibah Modal Usaha

Pemberian Hibah Modal Usaha adalah meberikan

bantuan hibah modal usaha secara Cuma-cuma tanpa

harus mengembalikan untuk kepentingan modal

masyarakat miskin. Pemberian bantuan hibah modal

usaha ini diberikan kepada masyarakat miskin yang

besarannya maksimal Rp. 1.000.000,-

b. Pemberian Bantuan Modal Lunak

Pemberian bantuan modal lunak adalah memberikan

bantuan kepada pelaku usaha masyarakat miskin atau

hampir miskin dengan system syariah. Hal ini ini bisa

dilaksanakan dengan bekerjasama dengan lembaga

keuangan syariah yang memberikan pinjaman

permodalan kepada pelaku usaha sedangkan marjin

Page 81: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

81

(bunga), admisnistrasi dan asuransi ditanggung oleh

BAZNAS Banyuwangi menggunakan dana infak dan

sedekah. Maksud dan tujuan program ini adalah

memberikan kemudahan fasilitas kemudahan

permodalan usaha masyarakat miskin dan

meminimalisir renterisasi di masyarakat yang

bertentangan dengan syariat islam.

c. Peningkatan Kapasitas Usaha Masyarakat Miskin

Peningkatan kapasitas usaha masyarakat miskin adalah

kegiatan yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten

Banyuwangi dalam upaya meningkatkan kapasitas

menejemen usaha, skill dan ketrampilan masyarakat

miskin dalam melaksanakan kegiatan usaha. Hal ini

bisa dilaksanakan bekerjasama denga instansi dan

stakeholder terkait dengan menggunakan dana infak

dan sedekah.

2. Bantuan Fasilitas Ibadah dan Pendidikan

Dana infak dan sedekah bisa didayagukan untuk bantuan

pembangunan fasilitas Ibadah dan pendidikan, semisal

digunakan untuk bantuan pembangunan madrasah, pondok

pesantren dan TPQ.

4. Pelaporan

Page 82: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

82

Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor

14 Tahun 2014 pada Bab IX tentang Pelaporan Dan

Pertanggungjawaban Baznas Dan Laz pada Pasal 71 pada ayat

(1) dijelaskan bahwa BAZNAS Kabupaten/Kota wajib

menyampaikan laporan pelaksanaan Pengelolaan zakat, infak,

sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS

provinsi dan bupati/walikota setiap 6 (enam) bulan dan akhir

tahun.

Kemudian pada Bab IX tentang Pelaporan Dan

Pertanggungjawaban Baznas Dan Laz, pada Pasal 71 ayat (1)

dijelaskan nahwa BAZNAS kabupaten/kota wajib

menyampaikan laporan pelaksanaan Pengelolaan Zakat, infak,

sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS

provinsi dan bupati/walikota setiap 6 (enam) bulan dan akhir

tahun.

Kemudian Pasal 75 ayat (1) dijelaskan bahwa laporan

pelaksanaan Pengelolaan Zakat, infak, sedekah, dan dana sosial

keagamaan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71,

Pasal 72, dan Pasal 73 harus di audit syariat dan keuangan.

Kemudian pada (2) dijelaskan bahwa audit syariat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh kementerian yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama.

Kemudian pada (3) dijelaskan audit keuangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh akuntan publik.

Page 83: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

83

Pada ayat (4) dijelaskan bahwa laporan pelaksanaan

Pengelolaan Zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan

lainnya yang telah di audit syariat dan keuangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) disampaikan kepada

BAZNAS. Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71,

Pasal 72, dan Pasal 73 memuat akuntabilitas dan kinerja

pelaksanaan Pengelolaan Zakat, infak, sedekah, dan dana sosial

keagamaan lainnya.

Salah satu indikator pengelolaan zakat, infak dan

sedekah yang baik adalah penyusunan laporan keuangannya

mengedepankan prinsip amanah, tanggung jawab dan akantable.

Hal ini dimaksudkan selain sebagai kewajiban BAZNAS

Kabupaten Banyuwangi juga untuk meningkatkan kepercayaan

masyarakat terutama muzaki terhadap pengelolaan zakat, infak

dan sedekah.

Dalam mengelola keuangan dan pelaporan zakat, infak

dan sedekah BAZNAS Pusat mengeluarkan software Sistem

Manajemen Informasi BAZNAS (SIMBA) sebagai media

pengelolaan keuangan zakat, infak dan sedekah dengan

menggunakan system akuntansi Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan Nomor 109 tentang Akuntansi Zakat dan

Infak/Sedekah.

4.3. Regulasi Daerah dan Sumber Pendanaan

Page 84: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

84

4.3.1. Regulasi Daerah

Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat,

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

dan Instruksi Presiden nomor 3 Tahun 2014 tentang Optimalisasi

Pengumpulan Zakat di Kementerian/Lembaga, Sekretariat Jenderal

Lembaga Negara, Sekretariat Jenderal Komisi Negara, Pemerintah

Daerah, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah

Melalui Badan Amil Zakat Nasional.Maka dipandang perlu

Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi mengeluarkan regulasi

daerah dalam bentuk Peraturan Daerah dan Pertaturan Bupati dengan

maksud mengoptimalkan pengelolaan zakat, infak dan sedekah.

4.3.2. Pembiayaan

Dalam hal pendanaan pengelolaan zakat, infak dan sedekah

telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 pada

Bab VIII tentan Pembiayaan Baznas Dan Penggunaan Hak Amil

pada Pasal 67 ayat (1) dijelaskna biaya operasional BAZNAS

dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara dan Hak

Amil. Sedangkan pada ayat (2) dijelaskan besaran Hak Amil yang

dapat digunakan untuk biaya operasional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan syariat Islam dengan

mempertimbangkan aspek produktivitas, efektivitas, dan efisiensi

Page 85: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

85

dalam Pengelolaan Zakat. Kemudian pada ayat (3) dijelaskan bahwa

penggunaan besaran Hak Amil sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dicantumkan dalam rencana kerja dan anggaran tahunan yang

disusun oleh BAZNAS dan disahkan oleh Menteri.

Kemudian pada Pasal 68 ayat (1) dijelaksan bahwa Anggota

BAZNAS, pimpinan BAZNAS provinsi, dan pimpinan BAZNAS

kabupaten/kota diberikan hak keuangan sesuai dengan tugas dan

fungsinya. Kemudian pada (2) dijelaskan Anggota BAZNAS

pimpinan BAZNAS provinsi, dan pimpinan BAZNAS

kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diberikan

uang pensiun dan/atau pesangon setelah berhenti atau berakhir masa

jabatannya. Kemudian pada ayat (3) dijelaskan bahwa ketentuan

lebih lanjut mengenai hak keuangan anggota BAZNAS diatur

dengan Peraturan Presiden. Dan pada ayat (4) disebutkan bahwa

Ketentuan mengenai hak keuangan pimpinan BAZNAS provinsi dan

pimpinan BAZNAS kabupaten/kota dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pada Pasal 69 ayat (1) dijelaskan bahwa biaya operasional

BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota dibebankan pada

anggaran pendapatan dan belanja daerah dan Hak Amil. Kemudian

pada ayat (2) dijelaskan bahwa biaya operasional BAZNAS provinsi

dan BAZNAS kabupaten/kota yang dibebankan pada anggaran

pendapatan belanja daerah meliputi:

Page 86: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

86

a. Hak keuangan pimpinan BAZNAS provinsi dan BAZNAS

kabupaten/kota;

b. Biaya administrasi umum;

c. Biaya sosialisasi dan koordinasi BAZNAS provinsi dengan

BAZNAS kabupaten/Kota, dan LAZ provinsi; dan

d. Biaya sosialisasi dan koordinasi BAZNAS kabupaten/kota

dengan LAZ kabupaten/kota.

Kemudian pada pada ayat (3) dijelaskan bahwa biaya

operasional selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan

kepada Hak Amil. Kemudian pada ayat (4) dijelaskan bahwa besaran

Hak Amil yang dapat digunakan untuk biaya operasional

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sesuai dengan

syariat Islam dengan mempertimbangkan aspek produktivitas,

efektivitas, dan efisiensi dalam Pengelolaan Zakat.

Kemudian pada ayat (5) Penggunaan besaran Hak Amil

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dicantumkan dalam rencana

kerja dan anggaran tahunan yang disusun oleh BAZNAS provinsi

atau BAZNAS kabupaten/kota dan disahkan oleh BAZNAS.

Pembiayaan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan

belanja negara dapat diberikan kepada BAZNAS provinsi dan

BAZNAS kabupaten/kota apabila pembiayaan operasional yang

bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah tidak

mencukupi.

Page 87: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

87

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Zakat merupakan bentuk nyata solidaritas sosial dalam Islam.

Dengan zakat dapat ditumbuhkan rasa kebersamaan dan tanggungjawab

untuk saling menolong diantara masyarakat, sekaligus menghilangkan sifat

egois dan induvidualistis. Secara umum fungsi zakat meliputi bidang moral,

social dan ekonomi. Dalam hal moral, zakat mengikis ketamakan dan

keserakahan hati, sedangkan dalam bidang sosial zakat berfungsi untuk

mengentaskan kemiskinan. Dibidang ekonomi zakat penumpukan kekayaan

di tangan sebagian kecil manusia dan merupakan sumbangan wajib kaum

muslimin untuk perbendahraan Negara.

Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) merupakan salah satu sumber dana

ummat islam yang cukup potensial dalam upaya pemberdayaan ekonomi

rakyat, penanggulangan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan

kesejahteraan dan keadilan sosial. Namun dalam implementasinya masih

sangat rendah kesadaran dan pemahaman masyarakat muslim khususnya

masyarakat Kabupaten Banyuwangi untuk menyalurkan zakat, membayar

infaq dan Sedekah melalui BAZNAS Kabupaten Banyuwangi yang sesuai

dengan ketentuan syariah dan peraturan perundangan yang berlaku.

Masalah zakat oleh sebagian umat islam difahami sebagai amal

pribadi dan disamakan dengan infak dan Sedekah. padahal dari aspek

Page 88: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

88

hukum, subyek dan obyeknya, zakat, infaq dan Sedekah tidak sama.

Disamping itu masih banyak muzakki yang menyalurkan sendiri zakat

maalnya tanpa melalui Badan Amil Zakat dan penyalurannya lebih berupa

barang-barang konsumtif, padahal secara syariat maupun undang-undang

yang berlaku sangat dianjurkan untuk menyalurkan zakat melalui amil.

Potensi zakat di kota Mojokerto sebenarnya cukup besar,

berdasarkan asumsi BAZ terdapat 4.470 muzakki yang mempunyai

kekayaan tiap bulan Rp. 3.600.000,- (Tiga juta enam ratus ribu rupiah).

Apabila mereka menyalurkan zakatnya melalui BAZ, maka akan terkumpul

dana zakat sebesar Rp. 4.693.500.000,- (Empat milyar enam ratus sembilan

puluh tiga juta lima ratus ribu rupiah). Berdasarkan data dari BAZ Kota

Mojokerto pada akhir Desember 2012, jumlah muzakki yang menyalurkan

zakatnya melalui BAZ sebanyak 1.549 orang (34%) dengan jumlah dana

zakat sebesar + Rp. 981.000.000,- (Sembilan ratus delapan puluh satu juta

rupiah), berarti masih ada 66% para muzakki yang belum menyalurkan

zakatnya melalui BAZ Kota Mojokerto.

Potensi zakat sangatlah tinggi, kalau dilihat dari sektor Pegawai

Negeri Sipil (PNS) saja yang mencapai 13.598 orang. Sedangkan jumlah

PNS dari golongan III dan IV yang sebenarnya penghasilannya secara

syariat dan kalau dikiaskan dengan zakat profesi atau zakat pertanian yang

tiap bulan panen dan sudah wajib zakat sebanyak 10.112 orang dan

diasumsikan yang beragama islam sebanyak 90% atau sekitar, kalau rata-

rata mereka menyalurkan zakatnya sebesar Rp. 70.000,- makan

Page 89: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

89

pengumpulan dari sektor PNS tiap bulan mencapai Rp. 637.056.000,- dan

setahun mencapai Rp. 7.644.672.000,- Belum lagi zakat dari karyawan

BUMN, BUMD, Pengusaha, Petani dan Tenaga Profesi yang lainnya bisa

mencapai Rp. 12.000.000,- pertahun.

Masih rendahnya tingkat pemahaman dan kesadaran masyarakat

Kota Mojokerto baik PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten

Banyuwangi maupun swasta dalam menjalankan kewajiban syariat zakat

untuk menyalurkan zakat, infaq dan Sedekahnya melalui BAZNAS

Kabupaten Banyuwangi berdampak pada masih belum optimalnya jumlah

pengumpulan zakat, infak dan sedekah sehingga berimplikasi pula pada

belum optimalnya jumlah sasaran penerima manfaat program BAZNAS

Kabupaten Banyuwangi khususnya untuk program pemberdayaan ekonomi

umat.

Pendistribusian dan Pendayagunaan zakat, infaq dan Sedekah yang

dikelola oleh BAZNAS Kabupaten Banyuwangi sebagian besar masih

bersifat konsumtif, sehingga belum berpengaruh signifikan terhadap

pemberdayaan mustahiq produktif yang dapat mengurangi angka

pengangguran dan kemiskinan.

Belum optimalnya kinerja lembaga pemerintah dan swasta dalam

mengimplementasikan program BAZNAS Kabupaten Banyuwangi

khususnya program pemberdayaan ekonomi umat dalam melakukan

pembinaan menejemen usaha dan pemasaran sehingga dapat berpengaruh

Page 90: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

90

pada tingkat kesuksesan para penerima manfaat program pemberdayaan

ekonomi umat dalam melaksanakan usahanya.

Namun disisi lain pengelolaan zakat, infaq dan Sedekah oleh

BAZNAS Kabupaten Banyuwangi sudah cukup baik, hal ini dapat

dibuktikan dari usaha pengumpulan dana, pendistribusiannya maupun

pendayagunaan zakat, infaq dan Sedekah dapat mencapi tujuan yang

diharapkan yaitu para mustahik (penerima zakat) dapat berubah menjadi

muzakki (pemberi zakat).

5.2. Saran

1. Peran BAZNAS Kabupaten Banyuwangi sangatlah berarti bagi

masyarakatnya, kerena BAZNAS Kabupaten Banyuwangi telah berhasil

dalam hal pengelolaan dana zakat, infaq dan Sedekah. Namun masih

perlu ditingkatkan terus upaya sosialisasi, edukasi dan publikasi kepada

masyarakat muslim yang ada di Kabupaten Banyuwangi dalam rangka

meningkatkan pemahaman dan kesadaran untuk melaksanakan

ketentuan syariat dan peratuan perundangan yang belaku untuk mebayar

zakat melalui BAZNAS Kabupaten Banyuwangi yang dapat

berpengaruh pada meningkatnya jumlah dana dari hasil pengumpulan

zakat, infaq dan Sedekah sehingga dapat meningkatkan jumlah sasaran

penerima manfaat khusunya untuk program pemberdayaan ekonomi

dari keluarga miskin.

2. BAZNAS Kabupaten Banyuwangi merupakan lembaga yang ditugasi

oleh pemerintah untuk mengumpulkan, mendistribusikan dan

Page 91: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2014.pdf · Latar Belakang Masalah ... menghadapi problem ekonomi karena kemampuannya yang dianggap tidak ... kepentingan masyarakat

91

mendayagunakan zakat , infaq dan Sedekah sesuai dengan kaidah agama

dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kinerja kepengurusan

BAZNAS harus lebih profesional, kapabel dan akuntabel dan sampai

saat ini, belum seluruh kinerja Pengurus BAZNAS sesuai dengan

harapan yang diinginkan. Oleh karena itu, perlu adanya program

penguatan kapasitas SDM dan kelembagaan serta optimalisasi peran dan

fungsi pengurus demi terwujudnya menejemen ZIS yang transparan,

akuntabel dan sesuai dengan ketentuan syari‟at dan peraturan

perundangan yang berlaku.

3. Distribusi ZIS harus tepat sasaran dan diutamakan pada mustahiq

prioritas emergency maupun bantuan yang bersifat reguler. hal ini

membutuhkan adanya data yang valid. selama ini BAZNAS masih

belum memiliki sistem pendataan yang baku sehingga memerlukan

energi dan tenaga ekstra untuk validasi data melalui kegiatan survey

lapangan. Oleh karena itu perlu adanya program validasi data mustahiq

prioritas sebagai dasar pendistribusian ZIS

4. BAZNAS Kabupaten Banyuwangi perlu meningkatkan kerjasamnya

dengan para pihak yang lain dalam rangka melakukan pembinaan

terhadap sasaran yang menerima manfaat pemberdayaan ekonomi

sehingga usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh penerima

manfaat tersebut sesuai dengan harapan sehingga pencapaian tujuan

Badan Amil Zakat dalam upaya mensejahterakan dan pemberdayaan

masyarakat khususnya warga miskin dapat lebih efektif.