If you can't read please download the document
Upload
truongdang
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pemberian
remunerasi gaji dan fasilitas direksi terhadap kinerja perusahaan BUMN Non
Perbankan. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis
ketepatan pengambilan keputusan terhadap pemberian remunerasi gaji dan
fasilitas kepada direksi.
Berdasarkan Forbes Global 2000 List, yang dirilis oleh majalah Forbes,
mencatat 10 perusahaan Indonesia ke dalam list perusahaan paling sukses di
dunia pada tahun 2011 (Prihatiningtyas, 2012: 2). Dari 10 perusahaan tersebut,
enam diantaranya merupakan perusahaan BUMN. Dari hasil riset tersebut
terlihat bahwa perusahaan BUMN memiliki kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan - perusahaan non-BUMN. Oleh sebab itu
penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang kinerja BUMN.
Gaji dan insentif menjadi salah satu fokus utama bagi kementerian badan
usaha milik negara (BUMN) untuk menarik, mendorong dan memelihara
prestasi pekerja, hal ini tercermin dengan dibentuknya Peraturan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor :
2
02/MBU/2009 tentang pedoman penetapan penghasilan direksi, dewan
komisaris, dan dewan pengawas badan usaha milik negara. Jumlah tersebut
berbeda untuk setiap perusahaan BUMN, tergantung kepada kemampuan
perusahaan tersebut. Namun, kebijakkan ini masih dianggap kurang tepat
mengingat banyak pihak yang menganggap bahwa jumlah remunerasi yang
diberikan kepada direksi BUMN jauh melebihan jumlah yang diterima oleh
pejabat-pejabat pemerintahan lain termasuk presiden RI (Wibowo: 2010)
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik
untuk membuat skripsi dengan judul Pengaruh Remunerasi dan Fasilitas
Direksi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan BUMN Non Perbankan
Sebelum dan Sesudah Remunerasi Eksekutif BUMN.
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
1.2.1. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :
1. Apakah terdapat perbedaan jumlah remunerasi yang diberikan kepada
direksi sebelum dan sesudah kebijakkan remunerasi eksekutif BUMN Non
Perbankan?
2. Apakah terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang diberikan kepada direksi
sebelum dan sesudah kebijakkan remunerasi eksekutif BUMN Non
Perbankan?
3. Apakah remunerasi direksi berpengaruh positif terhadap kinerja BUMN
Non Perbankan?
3
1.2.2. Batasan Masalah
Pembatasan masalah oleh peneliti dimaksud agar pembahasan dapat lebih
terfokus. Adapun penelitian ini hanya akan membahas mengenai:
1. Remunerasi direksi sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara Republik Indonesia Nomor : 02/MBU/2009
2. Fasilitas direksi sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara Republik Indonesia Nomor : 02/MBU/2009
3. Laporan keuangan milik perusahaan BUMN non perbankan untuk periode
2008 2010
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan jumlah remunerasi yang
diberikan kepada direksi sebelum dan sesudah kebijakkan remunerasi
eksekutif BUMN Non Perbankan.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang
diberikan kepada direksi sebelum dan sesudah kebijakkan remunerasi
eksekutif BUMN Non Perbankan.
4
3. Untuk mengetahui apakah remunerasi direksi berpengaruh positif terhadap
kinerja BUMN Non Perbankan.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Menjadi salah satu bahan masukan bagi pengguna jasa perbankan BUMN
baik kreditur, debitur, maupun investor dalam menganalisa kinerja bank
sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan sebagai dasar pengambilan
keputusan investasi dan kebijakan penyaluran dananya
2. Menjadi salah satu penilaian atau bahan evaluasi bagi kementeriaan
BUMN mengenai apakah keputusan untuk membuat kebijakkan
remunerasi gaji dan fasilitas, sudah tepat atau kurang tepat.
3. Dapat dijadikan acuan atau referensi untuk penelitian berikutnya.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Agency Theory
Jensen dan Meckling (dalam Elqorni, 2009) teori keagenan (Agency theory)
menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang
(principal) yaitu pemegang saham dengan pihak yang menerima wewenang
(agent) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut nexus
of contract. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik
kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam
perusahaan, sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa
kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan
tersebut. Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha
memperbesar keuntungan bagi diri sendiri.
2.2 Bonus Plan Hypothesis
Hipotesis bonus plan (Harahap 2011:112), menunjukkan bahwa manajemen
yang remunerasinya didasarkan pada bonus maka mereka akan berusaha
memaksimalkan pendapatannya melalui pendekatan akuntansi yang dapat
6
menaikan laba sehingga bonus yang tinggi bisa mengarah pada tindakan
creative accounting.
2.3 Remunerasi Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara Republik Indonesia Nomor: 02/MBU/2009
Secara garis besar, remunerasi eksekutif BUMN terbagi menjadi gaji atau
honorarium yang merupakan komponen tetap serta tantiem atau insentif
kinerja yang diterima berdasarkan variabel tertentu. Determinasi dari
komponen tetap tersebut meliputi ukuran perusahaan, sektor industri, dan
kompleksitas usaha termasuk persaingan bisnis. Sedangkan determinasi dari
komponen variabel remunerasi adalah kinerja perusahaan yang dinilai
berdasarkan key performance indicator dan tingkat kesehatan perusahaan.
Remunerasi gaji anggota direksi ditetapkan berdasarkan rumus berikut:
Gaji = Gaji Dasar x Faktor Penyesuaian Industri x Faktor Penyesuaian
Inflasi x Faktor Jabatan
Keterangan:
Gaji Dasar = (Indeks Dasar/100) x Rp 15 juta
Indeks Dasar = 60% Indeks Pendapatan x 40% Indeks Total Aktiva
Faktor Penyesuaian Industri = s.d 400%
Faktor Jabatan = 100 s.d 36%
Faktor Inflasi = 50% dari inflasi tahun sebelumnya sesuai dengan asumsi
APBN
7
2.4 Fasilitas Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara Republik Indonesia Nomor: 02/MBU/2009
Fasilitas adalah penghasilan berupa sarana dan/atau kemanfaatan dan/atau
penjaminan yang digunakan/dimanfaatkan oleh anggota direksi, dewan
komisaris, dan dewan pengawas dalam rangka pelaksanaan tugas, wewenang,
kewajiban, dan tanggung jawab berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Fasilitas direksi yang diberikan meliputi:
a. Kendaraan
b. Kesehatan diri sendiri beserta suami/istri dan tiga orang anak yang belum
mencapai usia 25 tahun (fasilitas kesehatan dapat diberikan penuh atau
sebagian dengan memperhatikan kemampuan keuangan perusahaan)
c. Perkumpulan profesi ( maksimal dua perkumpulan). Fasilitas ini meliputi
uang pendaftaran dan iuran tahunan dengan memperhatikan kemampuan
keuangan perusahaan
d. Bantuan hukum
e. Rumah
f. Club membership (maksimal dua keanggotaan). Fasilitas ini meliputi uang
pendaftaran dan iuran tahunan dengan memperhatikan kemampuan
keuangan perusahaan
2.5 Direksi BUMN
Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas pengurusan
BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik di
8
dalam maupun di luar pengadilan. Dalam menjalankan kegiatan kepengurusan
perseroan direksi diawasi dan diberikan nasihat oleh dewan komisaris dan
dewan pengawas.
2.6 Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu
pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan relevan
dan signifikan (Harahap, 2007). Rasio keuangan hanya menyederhanakan
informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dan pos lainnya.
Perbedaan jenis perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio yang
penting.
2.7 Studi Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Metodelogi Hasil
Prasidhanto
(2012)
Studi Biaya
Tenaga Kerja
Badan Usaha
Milik Negara
(BUMN):
Kontribusi
Pegawai dan
Eksekutif
Terhadap
Kinerja
Perusahaan
Penelitian ini
menggunakan
teknik progress
panel data, uji T
Pengujian
hipotesis
dilakukan
dengan nilai =
0,05. Koefisien
variabel EXCit
adalah positif
atau searah
dengan hipotesis
alternatif Ha.
Nilai
probabilitas
t
9
eksekutif
berpengaruh
positif terhadap
pendapatan
perusahaan.
Koefisien
variabel EMPit
adalah negatif.
Ini berarti
berlawanan arah
dengan hipotesis
Hb. Dengan
probabilitas
t
10
20,3% dari
kinerja pegawai.
Sedangkan
sisanya yaitu
sebesar 79,7%
dipengaruhi oleh
variabel lain
diluar variabel
bebas yang
dalam penelitian
ini. Kesimpulan
dari penelitian
ini adalah
adanya pengaruh
remunerasi
secara simultan
dari variabel gaji
dan Tunjangan
terhadap kinerja.
Zahra (2011) Pengaruh
Pemberian
Fasilitas Kerja
dan Tunjangan
Kesehatan
Terhadap
Peningkatan
Produktivitas
Karyawan
Bagian
Produksi pada
Perusahaan
Indah
Cemerlang
Malang
(Industri
Paving Stone
dan Bataco)
Jenis penelitian
yang digunakan
adalah
korelasional
dengan alat
analisis regresi
linier berganda,
uji F dan uji t
Fasilitas dan
tunjangan
kesehatan
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap peubah
Y (produktivitas
kerja) dengan
nilai t hitung
lebih besar dari t
tabel.
Berdasarkan
penelitian
tersebut juga
diketahui bahwa
fasilitas kerja
(X1) memiliki
koefisien paling
besar diantara
peubah bebas
lainnya yaitu
0,398
Asiyah
(2004)
Pengaruh
Insentif
Material
Terhadap
Kinerja
Karyawan
Analisis
Korelasi,
dimana insentif
material sebagai
variabel bebas
(X), dan kinerja
Koefisien
korelasi 0,79
artinya telah
terjadi hubungan
yang linear
positif. Dari
11
karyawan
sebagai variabel
independen (Y).
Serta Koefisien
Determinasi,
perhitungan
koefisien
determinasi
diperoleh nilai
62,41% artinya
insentif
mempengaruhi
peningkatan
kinerja
karyawan
sebesar 62,41%
2.8 Kerangka Penelitian
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penelitian yang
dilakukan, maka gambar.1 akan menyajikan kerangka berfikir penelitian yang
menjadi pedoman dalam penelitian.
12
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Remunerasi dan Fasilitas Dierksi
Terhadap Kinerja Keuangan Bank BUMN
Remunerasi Direksi Fasilitas Direksi
Peraturan
Menteri Negara
BUMN Nomor :
02/MBU/2009
Laporan keuangan
Keputusan Menteri
BUMN Nomor :
100/MBU/2002
Aspek Keuangan:
1. Likuiditas
2. Solvabilitas
3. Profitabilitas
Evaluasi
kinerja keuangan
13
2.9 Hipotesis Penelitian
H1 : Terdapat perbedaan jumlah remunerasi yang diberikan kepada direksi
BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi eksekutif BUMN
H2 : Terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang diberikan kepada dewan direksi
BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi eksekutif BUMN
H3 : Remunerasi dan fasilitas direksi berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan BUMN
14
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Adapun kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Seluruh perusahaan BUMN Non Perbankan yang menerbitkan laporan
keuangan secara berturut-turut pada tahun 2008-2010
b. Perusahaan BUMN Non Perbankan yang memuat secara lengkap
variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
c. Perusahaan BUMN Non Perbankan yang tidak melakukan pergantian
direksi selama tiga tahun berturut-turut yaitu 2008-2010.
3.2 Sumber Data
Sumber data diperoleh dari website BUMN, seperti peraturan peraturan
BUMN, serta laporan keuangan yang berasal dari IDX, dan website masing-
masing perusahaan BUMN.
15
3.3 Metode Pengumpulan Data
1. Tinjauan Kepustakaan
Metode ini dilakukan dengan mempelajari teori teori dan konsep
konsep yang sehubungan dengan masalah yang diteliti penulis pada buku
buku, artikel, majalah, jurnal serta penelitian terdahulu guna
memperoleh landasan teoritis yang memadai untuk melakukan
pembahasan.
2. Mengakses web dan situs situs terkait
Metode ini digunakan untuk mencari data data atau informasi terkait
pada website maupun situs situs yang menyediakan informasi
sehubungan dengan masalah dalam penelitian ini, antara lain IDX , situs
BUMN dan Perusahaan-perusahaan terkait.
Data data yang telah terkumpul kemudian dilanjutkan dengan
pencatatan, perekapan, kemudian penghitungan.
3.4 Definisi Operasional Variabel
3.4.1. Variabel Dependen
Penelitian ini memiliki satu variabel dependen, yaitu kinerja perusahaan,
yang diukur sesuai dengan Keputusan Menteri BUMN Nomor :
100/MBU/2002 yang berisi tentang penilaian tingkat kesehatan BUMN
yang meliputi aspek keuangan, operasional, dan administrasi.
16
3.4.2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini, yaitu remunerasi direksi, dan
fasilitas direksi berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara Republik Indonesia Nomor : 02/MBU/2009 tentang
pedoman penetapan penghasilan direksi, dewan komisaris, dan dewan
pengawas badan usaha milik negara . Data Variabel independen ini
diambil langsung dari laporan tahunan dari masing-masing perusahaan.
3.4.3. Analisis Keuangan
Analisis keuangan yang digunakan dalam metode ini disesuaikan dengan
Keputusan Menteri BUMN Nomor : 100/MBU/2002. Penilaian
keuangan mencakup aspek likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas.
Kemudian, melakukan penilaian atas bobot dari jenis-jenis indikator
kinerja BUMN. Setelah dilakukan perhitungan, dan pemberian skor pada
hasil perhitungan rasio-rasio tersebut , kemudian dilakukan penjumlahan
skor dari rasio-rasio tersebut. Total skor tersebut dihubungkan dengan
kategori tingkat kesehatan finansial perusahaan menurut Keputusan
Menteri BUMN Nomor : 100/MBU/2002. Namun, pada penelitian ini
penulis tidak mencantumkan unsur operasional, dan administrasi, karena
hal ini tidak bisa digambarkan secara langsung dari laporan keuangan.
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Likuiditas
a. Rasio kas
17
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek yang akan segera atau
harus dilunasi dengan uang kas yang tersedia dalam perusahaan.
Rasio kas =
Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor 100/MBU/2002,
skor penilaian Rasio kas digolongkan sebagai berikut:
b. Rasio lancar
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aset lancar yang tersedia.
Rasio lancar =
Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor 100/MBU/2002,
skor penilaian Rasio lancar digolongkan sebagai berikut:
2. Solvabilitas
a. Rasio total modal sendiri terhadap total aset
Rasio ini digunakan untuk seberapa solvabel perusahaan dalam
mengolah modalnya terhadap aset yang dimilikinya.
TMS terhadap TA =
b. Collection Period
Rasio ini digunakan untuk mengukur periode rata-rata yang
diperlukan untuk mengumpulkan piutang (dalam satuan hari). Jika
18
menghasilkan angka yang semakin kecil menunjukkan hasil yang
semakin baik.
Collection Period = x 365 hari
c. Perpuaran Persediaan
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang
tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode
tertentu.
Perputaran Persediaan = x 365 hari
d. Perputaran Total Aset
Rasio ini digunakan untuk mengukur dana yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode atau
kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan
revenue.
Perputaran Total Aset = x 100%
3. Profitabilitas
a. ROE
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal
sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham
ROE =
19
b. ROI
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal
sendiri yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk
menghasilkan keuntungan bersih.
ROI =
Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku total
aktiva dikurangi aktiva tetap dalam pelaksanaan.
3.5 Alat Analisis
3.5.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan jumlah remunerasi, jumlah
fasilitas dan kinerja perusahaan BUMN Non Perbankan baik sebelum
maupun sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 tentang
pedoman penetapan penghasilan eksekutif BUMN. Hasil analisis meliputi
perbandingan means, nilai maksimum dan minimum, serta standar deviasi.
3.5.2. Uji Normalitas
Apabila data berdistribusi normal maka uji statistik dapat dilakukan dengan
paired sampel T-test secara dua arah dengan tingkat keyakinan 95% dan
tingkat signifikansi () 5%. Sedangkan apabila data tidak berdistribusi
normal maka uji statistik dilakukan dengan menggunakan statistik non
parametrik dengan menggunakan Mann U-Whitney Test.
20
3.6 Uji Hipotesis
3.6.1. Uji Sampel Berpasangan (Paired Sample T Test)
Untuk dapat meramalkan pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dengan tingkat kepercayaan 95 % atau = 5%.
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah:
a. Berdasarkan nilai probabilitas atau signifikansi:
Jika signifikansi: 2 < 0,025 maka Ha diterima
Jika signifikansi: 2 > 0,025 maka Ha ditolak
b. Berdasarkan perbandingan antara t-hitung dengan t-tabel:
Jika -2,201 < t-hitung < 2,201 maka Ha ditolak
Jika t-hitung < -2,201 atau t-hitung > 2,201 maka Ha diterima
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sampel Penelitian
Berdasarkan pengambilan sampel secara purposive judgment sampling
dengan kriteria yang digunakan maka dari total perusahaan BUMN Non
Perbankan yang berjumlah 129 perusahaan diperoleh 12 sampel perusahaan
sebagai berikut:
Tabel 11. Daftar Sampel Penelitian
NO NAMA PERUSAHAAN
1 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
2 PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
3 PT Adhi Karya (Persero) Tbk
4 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
5 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
6 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
7 PT Bukit Asam (Persero) Tbk
8 PT Timah (Persero) Tbk
9 PT Hutama Karya (Persero)
10 PT Pupuk Sriwidjaya (Persero)
11 PT Pengembangan Pariwisata Bali (Persero)
12 PT Jamsostek
22
4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Berikut adalah statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian:
Tabel 12. Deskriptif Statistik
Sumber: Lampiran 3
Berdasarkan tabel 12 di atas dapat terlihat nilai maksimum dan minimum dari
variabel remunerasi, fasilitas, dan kinerja. Nilai minimum baik sebelum
maupun sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 dimiliki
oleh PT Hutama Karya (Persero), hal tersebut juga terjadi pada nilai
maksimum, baik sebelum maupun sesudah Peraturan Menteri BUMN
Nomor: 02/MBU/2009 nilai remunerasi maksimum dimiliki oleh PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Nilai rata-rata remunerasi sebelum
Sebelum Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009
(2008)
Rata-rata Min Max St. deviasi
Remunerasi 5.958.000.000 690.206.428 23.420.357.663 6.16195
Fasilitas 2.602.518.569 882.000.000 4.620.000.000 1.19227
Kinerja 87 71.50 97.00 8.12855
Sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009
(2010)
Rata-rata Min Max St. deviasi
Remunerasi 10.408.000.000 732.240.000 38.786.676.542 1.19227
Fasilitas 3.749.824.705 603.360.000 14.800.000.000 3.97479
Kinerja 91 75.00 97.00 6.85824
23
dan sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 mengalami
peningkatan sekitar 74,69 %, yaitu dari Rp 5.958.000.000 menjadi Rp
10.408.000.000 atau sebesar Rp 4.450.000.000.
Nilai minimum baik sebelum maupun sesudah Peraturan Menteri BUMN
Nomor: 02/MBU/2009 dimiliki oleh PT Hutama Karya (Persero), dan
fasilitas maksimum sebelum Peraturan Menteri BUMN Nomor:
02/MBU/2009 dimiliki oleh PT Jamsostek, sedangkan fasilitas maksimum
sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 dimiliki oleh PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Nilai rata-rata fasilitas sebelum dan
sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 mengalami
peningkatan sekitar 44,08%, yaitu dari Rp 2.602.518.569 menjadi Rp
3.749.824.705 atau sebesar Rp 1.147.306.136.
Nilai minimum sebelum Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009
dimiliki oleh PT Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) dan kinerja
maksimum sebelum Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009
dimiliki oleh PT Bukit Asam (Persero) Tbk dan PT Pupuk Sriwidjaya
(Persero), sedangkan kinerja minimum sesudah Peraturan Menteri BUMN
Nomor: 02/MBU/2009 dimiliki oleh PT Jamsostek sedangkan nilai
maksimum sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009
dimiliki oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Nilai rata-rata kinerja
sebelum dan sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009
mengalami peningkatan sekitar 4%, yaitu dari 87% menjadi 91%.
Berdasarkan persentase rata-rata, baik sebelum maupun sesudah Peraturan
24
Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 secara keseluruhan tingkat kesehatan
perusahaan sampel dapat digolongkan sehat dan terdapat pada kategori AA.
4.3 Hasil Uji Normalitas
Apabila data berdistribusi normal maka uji statistik dapat dilakukan dengan
paired sampel T-test secara dua arah dengan tingkat keyakinan 95% dan
tingkat signifikansi () 5%.
Dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan dalam uji kolmogorov-
smirnov adalah sebagai berikut:
a. Jika Asymp.sig > 0,05 maka Ha diterima, data tersebut berdistribusi normal
b. Jika Asymp.sig < 0,05 maka Ha ditolak, data tersebut tidak berdistribusi
normal
Hasil uji normalitas disajikan pada tabel 13
Tabel 13. Hasil Uji Normalitas
Sebelum Remunerasi
Asymp. Sig. (2-tailed)
Sesudah Remunerasi
Asymp. Sig. (2-tailed)
Remunerasi 0,21 0,1
Fasilitas 0,59 0,42
Kinerja 0,34 0,67
Sumber: Lampiran 4
Berdasarkan tabel 13 di atas diketahui bahwa semua data berdistribusi normal
karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) >0,05.
25
4.4 Hasil Pengujian Hipotesis
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah:
a. Berdasarkan nilai probabilitas atau signifikansi:
Jika signifikansi: 2 < 0,025 maka Ha diterima
Jika signifikansi: 2 > 0,025 maka Ha ditolak
b. Berdasarkan perbandingan antara t-hitung dengan t-tabel:
Jika -2,201 < t-hitung < 2,201 maka Ha ditolak
Jika t-hitung < -2,201 atau t-hitung > 2,201 maka Ha diterima
Hasil pengujian hipotesis disajikan pada tabel 14.
Tabel 14. Hasil Pengujian Hipotesis
T-hitung Sig Sig/2 Kesimpulan
Remunerasi -2,326 0,040 0,020 diterima
Fasilitas -1,159 0,271 0,136 ditolak
Kinerja -2,525 0,028 0,014 diterima
Sumber: Lampiran 5
4.4.1 Pengujian Hipotesis Pertama
Tabel 14 menunjukkan bahwa hasil uji paired sample t test antara remunerasi
sebelum maupun remunerasi sesudah peraturan diperoleh nilai signifikansi
dua sisi sebesar 0,02 maka H1 diterima karena 0,02 < 0,025
Selain itu, jika dilihat dari perbandingan antara t-hitung dan t-tabel, maka
dapat disimpulkan bahwa t-hitung < t-tabel yaitu -2,326 < -2,201 maka H1
diterima karena H1 tidak berada pada daerah kritis.
26
4.4.2 Pengujian Hipotesis Kedua
Tabel 14 menunjukkan bahwa hasil uji paired sample t test antara fasilitas
sebelum maupun fasilitas sesudah peraturan diperoleh nilai signifikansi dua
sisi sebesar 0,136 maka H1 ditolak karena 0,136 > 0,025, artinya tidak
terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang diberikan kepada dewan direksi
BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi eksekutif BUMN.
Selain itu, jika dilihat dari perbandingan antara t-hitung dan t-tabel, maka
dapat disimpulkan bahwa t-tabel < t-hitung < t-tabel yaitu -2,201 < -1,159 <
2,201 maka H2 ditolak karena H2 berada pada daerah kritis.
4.4.3 Pengujian Hipotesis Ketiga
Tabel 14 menunjukkan bahwa hasil uji paired sample t test antara remunerasi
sebelum maupun remunerasi sesudah peraturan diperoleh nilai signifikansi
dua sisi sebesar 0,014 maka H1 diterima karena 0,014 < 0,025, artinya
remunerasi dan fasilitas direksi berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan BUMN
Selain itu, jika dilihat dari perbandingan antara t-hitung dan t-tabel, maka
dapat disimpulkan bahwa t-hitung < t-tabel yaitu -2,525 < -2,201 maka H3
diterima karena H3 tidak berada pada daerah kritis.
27
4.5 Pembahasan
Jika dilihat dari jumlah rata-rata sebelum dan sesudah peraturan, terjadi
perubahan sebesar Rp 4.450.000.000, Hal ini menunjukkan bahwa telah
terjadi perubahan jumlah remunerasi yang diberikan sebesar 74.69%.
Hasil pengujian hipotesis tersebut juga menyimpulkan bahwa secara umum
perusahaan-perusahaan BUMN Non Perbankan tidak mengalami perubahan
jumlah fasilitas yang diberikan kepada direksi, walaupun dalam peraturan
Nomor: 02/MBU/2009 menyatakan penambahan jenis fasilitas yang
diberikan yaitu berupa perkumpulan profesi, bantuan hukum, dan club
membership namun perubahan tersebut tidak didukung dengan hasil
penelitian yang menyatakan tidak terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang
diberikan kepada direksi BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi
eksekutif BUMN.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga, maka dapat disimpulkan bahwa
secara umum kinerja perusahaan-perusahaan BUMN Non Perbankan
mengalami kenaikan. Hasil deskriptif statistik juga menunjukkan peningkatan
sebesar 4 % yang dilihat dari rata-rata kinerja sebelum peraturan Nomor:
02/MBU/2009 sebesar 87% menjadi 91% setelah peraturan tersebut. Hal ini
meunjukkan bahwa peningkatan remunerasi dan fasilitas yang ditetapkan
dalam Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 tentang pedoman
penetapan penghasilan eksekutif BUMN mampu memotivasi direksi untuk
bekerja lebih baik sehingga kinerja perusahaan mengalami peningkatan.
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Terdapat perbedaan jumlah remunerasi yang diberikan kepada direksi
BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi eksekutif BUMN
b. Tidak terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang diberikan kepada direksi
BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi eksekutif BUMN.
c. Remunerasi dan fasilitas direksi berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan BUMN.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang kemudian diharapkan
keterbatasan-keterbatasan tersebut dapat dijadikan penyempurna untuk
penelitian selanjutnya. Keterbatasan tersebut antara lain:
29
a. Sampel yang digunakan masih terbatas karena hanya sedikit
perusahaan, khususnya perusahaan-perusahaan BUMN Non Perbankan
yang tidak melakukan pergantian direksi selama tahun 2008-2010.
b. Tidak semua perusahaan-perusahaan BUMN Non Perbankan
mempublikasikan laporan tahunan mereka di website terutama untuk
perusahaan-perusahaan yang belum go public.
5.3. Saran
a. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa peningkatan remunerasi dan
fasilitas yang diberikan kepada direksi khususnya untuk perusahaan
BUMN Non Perbankan mampu meningkatkan kinerja perusahaan,
maka jumlah yang diberikan harus benar-benar diperhatikan dan
diawasi pelaksanaannya.
b. Selain itu, kementerian BUMN perlu melakukan evaluasi secara
berkala agar tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan kinerja
perusahaan dapat tercapai, dan dapat dengan cepat mengatasi masalah
yang timbul atau kebijakkan-kebijakkan yang dianggap sudah tidak
tepat lagi untuk dilaksanakan.
c. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengklasifikasikan
perusahaan menurut jenis industri serta memperpanjang periode
pengamatan agar mampu memberikan data yang lebih akurat.