BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangfe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/17-09-2013 - 0911031092.pdf · remunerasi gaji dan fasilitas direksi terhadap kinerja perusahaan BUMN Non

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pemberian

    remunerasi gaji dan fasilitas direksi terhadap kinerja perusahaan BUMN Non

    Perbankan. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis

    ketepatan pengambilan keputusan terhadap pemberian remunerasi gaji dan

    fasilitas kepada direksi.

    Berdasarkan Forbes Global 2000 List, yang dirilis oleh majalah Forbes,

    mencatat 10 perusahaan Indonesia ke dalam list perusahaan paling sukses di

    dunia pada tahun 2011 (Prihatiningtyas, 2012: 2). Dari 10 perusahaan tersebut,

    enam diantaranya merupakan perusahaan BUMN. Dari hasil riset tersebut

    terlihat bahwa perusahaan BUMN memiliki kinerja yang lebih baik

    dibandingkan dengan perusahaan - perusahaan non-BUMN. Oleh sebab itu

    penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang kinerja BUMN.

    Gaji dan insentif menjadi salah satu fokus utama bagi kementerian badan

    usaha milik negara (BUMN) untuk menarik, mendorong dan memelihara

    prestasi pekerja, hal ini tercermin dengan dibentuknya Peraturan Menteri

    Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor :

  • 2

    02/MBU/2009 tentang pedoman penetapan penghasilan direksi, dewan

    komisaris, dan dewan pengawas badan usaha milik negara. Jumlah tersebut

    berbeda untuk setiap perusahaan BUMN, tergantung kepada kemampuan

    perusahaan tersebut. Namun, kebijakkan ini masih dianggap kurang tepat

    mengingat banyak pihak yang menganggap bahwa jumlah remunerasi yang

    diberikan kepada direksi BUMN jauh melebihan jumlah yang diterima oleh

    pejabat-pejabat pemerintahan lain termasuk presiden RI (Wibowo: 2010)

    Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik

    untuk membuat skripsi dengan judul Pengaruh Remunerasi dan Fasilitas

    Direksi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan BUMN Non Perbankan

    Sebelum dan Sesudah Remunerasi Eksekutif BUMN.

    1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

    1.2.1. Rumusan Masalah

    Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :

    1. Apakah terdapat perbedaan jumlah remunerasi yang diberikan kepada

    direksi sebelum dan sesudah kebijakkan remunerasi eksekutif BUMN Non

    Perbankan?

    2. Apakah terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang diberikan kepada direksi

    sebelum dan sesudah kebijakkan remunerasi eksekutif BUMN Non

    Perbankan?

    3. Apakah remunerasi direksi berpengaruh positif terhadap kinerja BUMN

    Non Perbankan?

  • 3

    1.2.2. Batasan Masalah

    Pembatasan masalah oleh peneliti dimaksud agar pembahasan dapat lebih

    terfokus. Adapun penelitian ini hanya akan membahas mengenai:

    1. Remunerasi direksi sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha

    Milik Negara Republik Indonesia Nomor : 02/MBU/2009

    2. Fasilitas direksi sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha

    Milik Negara Republik Indonesia Nomor : 02/MBU/2009

    3. Laporan keuangan milik perusahaan BUMN non perbankan untuk periode

    2008 2010

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka tujuan dari

    penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan jumlah remunerasi yang

    diberikan kepada direksi sebelum dan sesudah kebijakkan remunerasi

    eksekutif BUMN Non Perbankan.

    2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang

    diberikan kepada direksi sebelum dan sesudah kebijakkan remunerasi

    eksekutif BUMN Non Perbankan.

  • 4

    3. Untuk mengetahui apakah remunerasi direksi berpengaruh positif terhadap

    kinerja BUMN Non Perbankan.

    1.3.2. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

    1. Menjadi salah satu bahan masukan bagi pengguna jasa perbankan BUMN

    baik kreditur, debitur, maupun investor dalam menganalisa kinerja bank

    sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan sebagai dasar pengambilan

    keputusan investasi dan kebijakan penyaluran dananya

    2. Menjadi salah satu penilaian atau bahan evaluasi bagi kementeriaan

    BUMN mengenai apakah keputusan untuk membuat kebijakkan

    remunerasi gaji dan fasilitas, sudah tepat atau kurang tepat.

    3. Dapat dijadikan acuan atau referensi untuk penelitian berikutnya.

  • 5

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Agency Theory

    Jensen dan Meckling (dalam Elqorni, 2009) teori keagenan (Agency theory)

    menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang

    (principal) yaitu pemegang saham dengan pihak yang menerima wewenang

    (agent) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut nexus

    of contract. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik

    kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam

    perusahaan, sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa

    kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan

    tersebut. Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha

    memperbesar keuntungan bagi diri sendiri.

    2.2 Bonus Plan Hypothesis

    Hipotesis bonus plan (Harahap 2011:112), menunjukkan bahwa manajemen

    yang remunerasinya didasarkan pada bonus maka mereka akan berusaha

    memaksimalkan pendapatannya melalui pendekatan akuntansi yang dapat

  • 6

    menaikan laba sehingga bonus yang tinggi bisa mengarah pada tindakan

    creative accounting.

    2.3 Remunerasi Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha

    Milik Negara Republik Indonesia Nomor: 02/MBU/2009

    Secara garis besar, remunerasi eksekutif BUMN terbagi menjadi gaji atau

    honorarium yang merupakan komponen tetap serta tantiem atau insentif

    kinerja yang diterima berdasarkan variabel tertentu. Determinasi dari

    komponen tetap tersebut meliputi ukuran perusahaan, sektor industri, dan

    kompleksitas usaha termasuk persaingan bisnis. Sedangkan determinasi dari

    komponen variabel remunerasi adalah kinerja perusahaan yang dinilai

    berdasarkan key performance indicator dan tingkat kesehatan perusahaan.

    Remunerasi gaji anggota direksi ditetapkan berdasarkan rumus berikut:

    Gaji = Gaji Dasar x Faktor Penyesuaian Industri x Faktor Penyesuaian

    Inflasi x Faktor Jabatan

    Keterangan:

    Gaji Dasar = (Indeks Dasar/100) x Rp 15 juta

    Indeks Dasar = 60% Indeks Pendapatan x 40% Indeks Total Aktiva

    Faktor Penyesuaian Industri = s.d 400%

    Faktor Jabatan = 100 s.d 36%

    Faktor Inflasi = 50% dari inflasi tahun sebelumnya sesuai dengan asumsi

    APBN

  • 7

    2.4 Fasilitas Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik

    Negara Republik Indonesia Nomor: 02/MBU/2009

    Fasilitas adalah penghasilan berupa sarana dan/atau kemanfaatan dan/atau

    penjaminan yang digunakan/dimanfaatkan oleh anggota direksi, dewan

    komisaris, dan dewan pengawas dalam rangka pelaksanaan tugas, wewenang,

    kewajiban, dan tanggung jawab berdasarkan peraturan perundang-undangan.

    Fasilitas direksi yang diberikan meliputi:

    a. Kendaraan

    b. Kesehatan diri sendiri beserta suami/istri dan tiga orang anak yang belum

    mencapai usia 25 tahun (fasilitas kesehatan dapat diberikan penuh atau

    sebagian dengan memperhatikan kemampuan keuangan perusahaan)

    c. Perkumpulan profesi ( maksimal dua perkumpulan). Fasilitas ini meliputi

    uang pendaftaran dan iuran tahunan dengan memperhatikan kemampuan

    keuangan perusahaan

    d. Bantuan hukum

    e. Rumah

    f. Club membership (maksimal dua keanggotaan). Fasilitas ini meliputi uang

    pendaftaran dan iuran tahunan dengan memperhatikan kemampuan

    keuangan perusahaan

    2.5 Direksi BUMN

    Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas pengurusan

    BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik di

  • 8

    dalam maupun di luar pengadilan. Dalam menjalankan kegiatan kepengurusan

    perseroan direksi diawasi dan diberikan nasihat oleh dewan komisaris dan

    dewan pengawas.

    2.6 Pengertian Rasio Keuangan

    Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu

    pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan relevan

    dan signifikan (Harahap, 2007). Rasio keuangan hanya menyederhanakan

    informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dan pos lainnya.

    Perbedaan jenis perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio yang

    penting.

    2.7 Studi Penelitian Terdahulu

    Tabel 1. Penelitian Terdahulu

    Peneliti Judul Metodelogi Hasil

    Prasidhanto

    (2012)

    Studi Biaya

    Tenaga Kerja

    Badan Usaha

    Milik Negara

    (BUMN):

    Kontribusi

    Pegawai dan

    Eksekutif

    Terhadap

    Kinerja

    Perusahaan

    Penelitian ini

    menggunakan

    teknik progress

    panel data, uji T

    Pengujian

    hipotesis

    dilakukan

    dengan nilai =

    0,05. Koefisien

    variabel EXCit

    adalah positif

    atau searah

    dengan hipotesis

    alternatif Ha.

    Nilai

    probabilitas

    t

  • 9

    eksekutif

    berpengaruh

    positif terhadap

    pendapatan

    perusahaan.

    Koefisien

    variabel EMPit

    adalah negatif.

    Ini berarti

    berlawanan arah

    dengan hipotesis

    Hb. Dengan

    probabilitas

    t

  • 10

    20,3% dari

    kinerja pegawai.

    Sedangkan

    sisanya yaitu

    sebesar 79,7%

    dipengaruhi oleh

    variabel lain

    diluar variabel

    bebas yang

    dalam penelitian

    ini. Kesimpulan

    dari penelitian

    ini adalah

    adanya pengaruh

    remunerasi

    secara simultan

    dari variabel gaji

    dan Tunjangan

    terhadap kinerja.

    Zahra (2011) Pengaruh

    Pemberian

    Fasilitas Kerja

    dan Tunjangan

    Kesehatan

    Terhadap

    Peningkatan

    Produktivitas

    Karyawan

    Bagian

    Produksi pada

    Perusahaan

    Indah

    Cemerlang

    Malang

    (Industri

    Paving Stone

    dan Bataco)

    Jenis penelitian

    yang digunakan

    adalah

    korelasional

    dengan alat

    analisis regresi

    linier berganda,

    uji F dan uji t

    Fasilitas dan

    tunjangan

    kesehatan

    memiliki

    pengaruh

    signifikan

    terhadap peubah

    Y (produktivitas

    kerja) dengan

    nilai t hitung

    lebih besar dari t

    tabel.

    Berdasarkan

    penelitian

    tersebut juga

    diketahui bahwa

    fasilitas kerja

    (X1) memiliki

    koefisien paling

    besar diantara

    peubah bebas

    lainnya yaitu

    0,398

    Asiyah

    (2004)

    Pengaruh

    Insentif

    Material

    Terhadap

    Kinerja

    Karyawan

    Analisis

    Korelasi,

    dimana insentif

    material sebagai

    variabel bebas

    (X), dan kinerja

    Koefisien

    korelasi 0,79

    artinya telah

    terjadi hubungan

    yang linear

    positif. Dari

  • 11

    karyawan

    sebagai variabel

    independen (Y).

    Serta Koefisien

    Determinasi,

    perhitungan

    koefisien

    determinasi

    diperoleh nilai

    62,41% artinya

    insentif

    mempengaruhi

    peningkatan

    kinerja

    karyawan

    sebesar 62,41%

    2.8 Kerangka Penelitian

    Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penelitian yang

    dilakukan, maka gambar.1 akan menyajikan kerangka berfikir penelitian yang

    menjadi pedoman dalam penelitian.

  • 12

    Gambar 1. Kerangka Pemikiran Remunerasi dan Fasilitas Dierksi

    Terhadap Kinerja Keuangan Bank BUMN

    Remunerasi Direksi Fasilitas Direksi

    Peraturan

    Menteri Negara

    BUMN Nomor :

    02/MBU/2009

    Laporan keuangan

    Keputusan Menteri

    BUMN Nomor :

    100/MBU/2002

    Aspek Keuangan:

    1. Likuiditas

    2. Solvabilitas

    3. Profitabilitas

    Evaluasi

    kinerja keuangan

  • 13

    2.9 Hipotesis Penelitian

    H1 : Terdapat perbedaan jumlah remunerasi yang diberikan kepada direksi

    BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi eksekutif BUMN

    H2 : Terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang diberikan kepada dewan direksi

    BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi eksekutif BUMN

    H3 : Remunerasi dan fasilitas direksi berpengaruh positif terhadap kinerja

    keuangan BUMN

  • 14

    BAB III

    METODELOGI PENELITIAN

    3.1 Populasi dan Sampel

    Adapun kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

    a. Seluruh perusahaan BUMN Non Perbankan yang menerbitkan laporan

    keuangan secara berturut-turut pada tahun 2008-2010

    b. Perusahaan BUMN Non Perbankan yang memuat secara lengkap

    variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

    c. Perusahaan BUMN Non Perbankan yang tidak melakukan pergantian

    direksi selama tiga tahun berturut-turut yaitu 2008-2010.

    3.2 Sumber Data

    Sumber data diperoleh dari website BUMN, seperti peraturan peraturan

    BUMN, serta laporan keuangan yang berasal dari IDX, dan website masing-

    masing perusahaan BUMN.

  • 15

    3.3 Metode Pengumpulan Data

    1. Tinjauan Kepustakaan

    Metode ini dilakukan dengan mempelajari teori teori dan konsep

    konsep yang sehubungan dengan masalah yang diteliti penulis pada buku

    buku, artikel, majalah, jurnal serta penelitian terdahulu guna

    memperoleh landasan teoritis yang memadai untuk melakukan

    pembahasan.

    2. Mengakses web dan situs situs terkait

    Metode ini digunakan untuk mencari data data atau informasi terkait

    pada website maupun situs situs yang menyediakan informasi

    sehubungan dengan masalah dalam penelitian ini, antara lain IDX , situs

    BUMN dan Perusahaan-perusahaan terkait.

    Data data yang telah terkumpul kemudian dilanjutkan dengan

    pencatatan, perekapan, kemudian penghitungan.

    3.4 Definisi Operasional Variabel

    3.4.1. Variabel Dependen

    Penelitian ini memiliki satu variabel dependen, yaitu kinerja perusahaan,

    yang diukur sesuai dengan Keputusan Menteri BUMN Nomor :

    100/MBU/2002 yang berisi tentang penilaian tingkat kesehatan BUMN

    yang meliputi aspek keuangan, operasional, dan administrasi.

  • 16

    3.4.2. Variabel Independen

    Variabel independen dalam penelitian ini, yaitu remunerasi direksi, dan

    fasilitas direksi berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha

    Milik Negara Republik Indonesia Nomor : 02/MBU/2009 tentang

    pedoman penetapan penghasilan direksi, dewan komisaris, dan dewan

    pengawas badan usaha milik negara . Data Variabel independen ini

    diambil langsung dari laporan tahunan dari masing-masing perusahaan.

    3.4.3. Analisis Keuangan

    Analisis keuangan yang digunakan dalam metode ini disesuaikan dengan

    Keputusan Menteri BUMN Nomor : 100/MBU/2002. Penilaian

    keuangan mencakup aspek likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas.

    Kemudian, melakukan penilaian atas bobot dari jenis-jenis indikator

    kinerja BUMN. Setelah dilakukan perhitungan, dan pemberian skor pada

    hasil perhitungan rasio-rasio tersebut , kemudian dilakukan penjumlahan

    skor dari rasio-rasio tersebut. Total skor tersebut dihubungkan dengan

    kategori tingkat kesehatan finansial perusahaan menurut Keputusan

    Menteri BUMN Nomor : 100/MBU/2002. Namun, pada penelitian ini

    penulis tidak mencantumkan unsur operasional, dan administrasi, karena

    hal ini tidak bisa digambarkan secara langsung dari laporan keuangan.

    Rasio yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

    1. Likuiditas

    a. Rasio kas

  • 17

    Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

    dalam membayar kewajiban jangka pendek yang akan segera atau

    harus dilunasi dengan uang kas yang tersedia dalam perusahaan.

    Rasio kas =

    Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor 100/MBU/2002,

    skor penilaian Rasio kas digolongkan sebagai berikut:

    b. Rasio lancar

    Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

    dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan

    menggunakan aset lancar yang tersedia.

    Rasio lancar =

    Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor 100/MBU/2002,

    skor penilaian Rasio lancar digolongkan sebagai berikut:

    2. Solvabilitas

    a. Rasio total modal sendiri terhadap total aset

    Rasio ini digunakan untuk seberapa solvabel perusahaan dalam

    mengolah modalnya terhadap aset yang dimilikinya.

    TMS terhadap TA =

    b. Collection Period

    Rasio ini digunakan untuk mengukur periode rata-rata yang

    diperlukan untuk mengumpulkan piutang (dalam satuan hari). Jika

  • 18

    menghasilkan angka yang semakin kecil menunjukkan hasil yang

    semakin baik.

    Collection Period = x 365 hari

    c. Perpuaran Persediaan

    Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang

    tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode

    tertentu.

    Perputaran Persediaan = x 365 hari

    d. Perputaran Total Aset

    Rasio ini digunakan untuk mengukur dana yang tertanam dalam

    keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode atau

    kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan

    revenue.

    Perputaran Total Aset = x 100%

    3. Profitabilitas

    a. ROE

    Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal

    sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham

    ROE =

  • 19

    b. ROI

    Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal

    sendiri yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk

    menghasilkan keuntungan bersih.

    ROI =

    Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku total

    aktiva dikurangi aktiva tetap dalam pelaksanaan.

    3.5 Alat Analisis

    3.5.1. Analisis Deskriptif

    Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan jumlah remunerasi, jumlah

    fasilitas dan kinerja perusahaan BUMN Non Perbankan baik sebelum

    maupun sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 tentang

    pedoman penetapan penghasilan eksekutif BUMN. Hasil analisis meliputi

    perbandingan means, nilai maksimum dan minimum, serta standar deviasi.

    3.5.2. Uji Normalitas

    Apabila data berdistribusi normal maka uji statistik dapat dilakukan dengan

    paired sampel T-test secara dua arah dengan tingkat keyakinan 95% dan

    tingkat signifikansi () 5%. Sedangkan apabila data tidak berdistribusi

    normal maka uji statistik dilakukan dengan menggunakan statistik non

    parametrik dengan menggunakan Mann U-Whitney Test.

  • 20

    3.6 Uji Hipotesis

    3.6.1. Uji Sampel Berpasangan (Paired Sample T Test)

    Untuk dapat meramalkan pengaruh variabel independen terhadap variabel

    dependen dengan tingkat kepercayaan 95 % atau = 5%.

    Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah:

    a. Berdasarkan nilai probabilitas atau signifikansi:

    Jika signifikansi: 2 < 0,025 maka Ha diterima

    Jika signifikansi: 2 > 0,025 maka Ha ditolak

    b. Berdasarkan perbandingan antara t-hitung dengan t-tabel:

    Jika -2,201 < t-hitung < 2,201 maka Ha ditolak

    Jika t-hitung < -2,201 atau t-hitung > 2,201 maka Ha diterima

  • 21

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Sampel Penelitian

    Berdasarkan pengambilan sampel secara purposive judgment sampling

    dengan kriteria yang digunakan maka dari total perusahaan BUMN Non

    Perbankan yang berjumlah 129 perusahaan diperoleh 12 sampel perusahaan

    sebagai berikut:

    Tabel 11. Daftar Sampel Penelitian

    NO NAMA PERUSAHAAN

    1 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

    2 PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

    3 PT Adhi Karya (Persero) Tbk

    4 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk

    5 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk

    6 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk

    7 PT Bukit Asam (Persero) Tbk

    8 PT Timah (Persero) Tbk

    9 PT Hutama Karya (Persero)

    10 PT Pupuk Sriwidjaya (Persero)

    11 PT Pengembangan Pariwisata Bali (Persero)

    12 PT Jamsostek

  • 22

    4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

    Berikut adalah statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian:

    Tabel 12. Deskriptif Statistik

    Sumber: Lampiran 3

    Berdasarkan tabel 12 di atas dapat terlihat nilai maksimum dan minimum dari

    variabel remunerasi, fasilitas, dan kinerja. Nilai minimum baik sebelum

    maupun sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 dimiliki

    oleh PT Hutama Karya (Persero), hal tersebut juga terjadi pada nilai

    maksimum, baik sebelum maupun sesudah Peraturan Menteri BUMN

    Nomor: 02/MBU/2009 nilai remunerasi maksimum dimiliki oleh PT

    Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Nilai rata-rata remunerasi sebelum

    Sebelum Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009

    (2008)

    Rata-rata Min Max St. deviasi

    Remunerasi 5.958.000.000 690.206.428 23.420.357.663 6.16195

    Fasilitas 2.602.518.569 882.000.000 4.620.000.000 1.19227

    Kinerja 87 71.50 97.00 8.12855

    Sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009

    (2010)

    Rata-rata Min Max St. deviasi

    Remunerasi 10.408.000.000 732.240.000 38.786.676.542 1.19227

    Fasilitas 3.749.824.705 603.360.000 14.800.000.000 3.97479

    Kinerja 91 75.00 97.00 6.85824

  • 23

    dan sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 mengalami

    peningkatan sekitar 74,69 %, yaitu dari Rp 5.958.000.000 menjadi Rp

    10.408.000.000 atau sebesar Rp 4.450.000.000.

    Nilai minimum baik sebelum maupun sesudah Peraturan Menteri BUMN

    Nomor: 02/MBU/2009 dimiliki oleh PT Hutama Karya (Persero), dan

    fasilitas maksimum sebelum Peraturan Menteri BUMN Nomor:

    02/MBU/2009 dimiliki oleh PT Jamsostek, sedangkan fasilitas maksimum

    sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 dimiliki oleh PT

    Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Nilai rata-rata fasilitas sebelum dan

    sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 mengalami

    peningkatan sekitar 44,08%, yaitu dari Rp 2.602.518.569 menjadi Rp

    3.749.824.705 atau sebesar Rp 1.147.306.136.

    Nilai minimum sebelum Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009

    dimiliki oleh PT Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) dan kinerja

    maksimum sebelum Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009

    dimiliki oleh PT Bukit Asam (Persero) Tbk dan PT Pupuk Sriwidjaya

    (Persero), sedangkan kinerja minimum sesudah Peraturan Menteri BUMN

    Nomor: 02/MBU/2009 dimiliki oleh PT Jamsostek sedangkan nilai

    maksimum sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009

    dimiliki oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Nilai rata-rata kinerja

    sebelum dan sesudah Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009

    mengalami peningkatan sekitar 4%, yaitu dari 87% menjadi 91%.

    Berdasarkan persentase rata-rata, baik sebelum maupun sesudah Peraturan

  • 24

    Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 secara keseluruhan tingkat kesehatan

    perusahaan sampel dapat digolongkan sehat dan terdapat pada kategori AA.

    4.3 Hasil Uji Normalitas

    Apabila data berdistribusi normal maka uji statistik dapat dilakukan dengan

    paired sampel T-test secara dua arah dengan tingkat keyakinan 95% dan

    tingkat signifikansi () 5%.

    Dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan dalam uji kolmogorov-

    smirnov adalah sebagai berikut:

    a. Jika Asymp.sig > 0,05 maka Ha diterima, data tersebut berdistribusi normal

    b. Jika Asymp.sig < 0,05 maka Ha ditolak, data tersebut tidak berdistribusi

    normal

    Hasil uji normalitas disajikan pada tabel 13

    Tabel 13. Hasil Uji Normalitas

    Sebelum Remunerasi

    Asymp. Sig. (2-tailed)

    Sesudah Remunerasi

    Asymp. Sig. (2-tailed)

    Remunerasi 0,21 0,1

    Fasilitas 0,59 0,42

    Kinerja 0,34 0,67

    Sumber: Lampiran 4

    Berdasarkan tabel 13 di atas diketahui bahwa semua data berdistribusi normal

    karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) >0,05.

  • 25

    4.4 Hasil Pengujian Hipotesis

    Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah:

    a. Berdasarkan nilai probabilitas atau signifikansi:

    Jika signifikansi: 2 < 0,025 maka Ha diterima

    Jika signifikansi: 2 > 0,025 maka Ha ditolak

    b. Berdasarkan perbandingan antara t-hitung dengan t-tabel:

    Jika -2,201 < t-hitung < 2,201 maka Ha ditolak

    Jika t-hitung < -2,201 atau t-hitung > 2,201 maka Ha diterima

    Hasil pengujian hipotesis disajikan pada tabel 14.

    Tabel 14. Hasil Pengujian Hipotesis

    T-hitung Sig Sig/2 Kesimpulan

    Remunerasi -2,326 0,040 0,020 diterima

    Fasilitas -1,159 0,271 0,136 ditolak

    Kinerja -2,525 0,028 0,014 diterima

    Sumber: Lampiran 5

    4.4.1 Pengujian Hipotesis Pertama

    Tabel 14 menunjukkan bahwa hasil uji paired sample t test antara remunerasi

    sebelum maupun remunerasi sesudah peraturan diperoleh nilai signifikansi

    dua sisi sebesar 0,02 maka H1 diterima karena 0,02 < 0,025

    Selain itu, jika dilihat dari perbandingan antara t-hitung dan t-tabel, maka

    dapat disimpulkan bahwa t-hitung < t-tabel yaitu -2,326 < -2,201 maka H1

    diterima karena H1 tidak berada pada daerah kritis.

  • 26

    4.4.2 Pengujian Hipotesis Kedua

    Tabel 14 menunjukkan bahwa hasil uji paired sample t test antara fasilitas

    sebelum maupun fasilitas sesudah peraturan diperoleh nilai signifikansi dua

    sisi sebesar 0,136 maka H1 ditolak karena 0,136 > 0,025, artinya tidak

    terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang diberikan kepada dewan direksi

    BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi eksekutif BUMN.

    Selain itu, jika dilihat dari perbandingan antara t-hitung dan t-tabel, maka

    dapat disimpulkan bahwa t-tabel < t-hitung < t-tabel yaitu -2,201 < -1,159 <

    2,201 maka H2 ditolak karena H2 berada pada daerah kritis.

    4.4.3 Pengujian Hipotesis Ketiga

    Tabel 14 menunjukkan bahwa hasil uji paired sample t test antara remunerasi

    sebelum maupun remunerasi sesudah peraturan diperoleh nilai signifikansi

    dua sisi sebesar 0,014 maka H1 diterima karena 0,014 < 0,025, artinya

    remunerasi dan fasilitas direksi berpengaruh positif terhadap kinerja

    keuangan BUMN

    Selain itu, jika dilihat dari perbandingan antara t-hitung dan t-tabel, maka

    dapat disimpulkan bahwa t-hitung < t-tabel yaitu -2,525 < -2,201 maka H3

    diterima karena H3 tidak berada pada daerah kritis.

  • 27

    4.5 Pembahasan

    Jika dilihat dari jumlah rata-rata sebelum dan sesudah peraturan, terjadi

    perubahan sebesar Rp 4.450.000.000, Hal ini menunjukkan bahwa telah

    terjadi perubahan jumlah remunerasi yang diberikan sebesar 74.69%.

    Hasil pengujian hipotesis tersebut juga menyimpulkan bahwa secara umum

    perusahaan-perusahaan BUMN Non Perbankan tidak mengalami perubahan

    jumlah fasilitas yang diberikan kepada direksi, walaupun dalam peraturan

    Nomor: 02/MBU/2009 menyatakan penambahan jenis fasilitas yang

    diberikan yaitu berupa perkumpulan profesi, bantuan hukum, dan club

    membership namun perubahan tersebut tidak didukung dengan hasil

    penelitian yang menyatakan tidak terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang

    diberikan kepada direksi BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi

    eksekutif BUMN.

    Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga, maka dapat disimpulkan bahwa

    secara umum kinerja perusahaan-perusahaan BUMN Non Perbankan

    mengalami kenaikan. Hasil deskriptif statistik juga menunjukkan peningkatan

    sebesar 4 % yang dilihat dari rata-rata kinerja sebelum peraturan Nomor:

    02/MBU/2009 sebesar 87% menjadi 91% setelah peraturan tersebut. Hal ini

    meunjukkan bahwa peningkatan remunerasi dan fasilitas yang ditetapkan

    dalam Peraturan Menteri BUMN Nomor: 02/MBU/2009 tentang pedoman

    penetapan penghasilan eksekutif BUMN mampu memotivasi direksi untuk

    bekerja lebih baik sehingga kinerja perusahaan mengalami peningkatan.

  • 28

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab

    sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

    a. Terdapat perbedaan jumlah remunerasi yang diberikan kepada direksi

    BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi eksekutif BUMN

    b. Tidak terdapat perbedaan jumlah fasilitas yang diberikan kepada direksi

    BUMN sebelum dan sesudah peraturan remunerasi eksekutif BUMN.

    c. Remunerasi dan fasilitas direksi berpengaruh positif terhadap kinerja

    keuangan BUMN.

    5.2. Keterbatasan Penelitian

    Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang kemudian diharapkan

    keterbatasan-keterbatasan tersebut dapat dijadikan penyempurna untuk

    penelitian selanjutnya. Keterbatasan tersebut antara lain:

  • 29

    a. Sampel yang digunakan masih terbatas karena hanya sedikit

    perusahaan, khususnya perusahaan-perusahaan BUMN Non Perbankan

    yang tidak melakukan pergantian direksi selama tahun 2008-2010.

    b. Tidak semua perusahaan-perusahaan BUMN Non Perbankan

    mempublikasikan laporan tahunan mereka di website terutama untuk

    perusahaan-perusahaan yang belum go public.

    5.3. Saran

    a. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa peningkatan remunerasi dan

    fasilitas yang diberikan kepada direksi khususnya untuk perusahaan

    BUMN Non Perbankan mampu meningkatkan kinerja perusahaan,

    maka jumlah yang diberikan harus benar-benar diperhatikan dan

    diawasi pelaksanaannya.

    b. Selain itu, kementerian BUMN perlu melakukan evaluasi secara

    berkala agar tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan kinerja

    perusahaan dapat tercapai, dan dapat dengan cepat mengatasi masalah

    yang timbul atau kebijakkan-kebijakkan yang dianggap sudah tidak

    tepat lagi untuk dilaksanakan.

    c. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengklasifikasikan

    perusahaan menurut jenis industri serta memperpanjang periode

    pengamatan agar mampu memberikan data yang lebih akurat.