24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok telah menjadi perilaku adiktif yang umum ditemui di Indonesia. Dewasa ini rokok tampaknya sudah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Sering kita dijumpai orang yang sedang merokok baik di lingkungan rumah maupun di tempat-tempat umum. Sitepoe mendefinisikan merokok sebagai aktifitas membakar tembakau kemudian menghisap asapnya menggunakan rokok maupun pipa. (MDF Ginting, 2014: 1) Pendapat lain tentang definisi merokok juga dikemukakan oleh Armstrong (2007), yaitu menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh lalu menghembuskannya keluar. Dari dua definisi tentang merokok di atas dapat disimpulkan bahwa merokok adalah aktifitas membakar tembakau dan menghisapnya ke dalam tubuh untuk kemudian dihembuskan keluar. Hal ini tentu akan menyebabkan orang yang berada di sekitar orang yang merokok juga dapat menghirup asap rokok yang dihembuskan. Lebih jauh lagi, merokok tidak menyebabkan kematian tetapi mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian, antara lain: penyakit kardiovaskuler, kanker, saluran pernapasan, gangguan kehamilan, penurunan kesuburan, gangguan pencernaan, peningkatan tekanan darah, peningkatan prevalensi gondok dan gangguan penglihatan

BAB I PENDAHULUAN - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/64618/2/2_BAB_I.pdf · 2 (MDF Ginting, 2014: 20). Dilihat dari penjelasan ini, rokok mempunyai dampak yang sangat berbahaya

  • Upload
    volien

  • View
    220

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku merokok telah menjadi perilaku adiktif yang umum ditemui di

Indonesia. Dewasa ini rokok tampaknya sudah menjadi kebutuhan sehari-hari

bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Sering kita dijumpai orang yang

sedang merokok baik di lingkungan rumah maupun di tempat-tempat umum.

Sitepoe mendefinisikan merokok sebagai aktifitas membakar tembakau

kemudian menghisap asapnya menggunakan rokok maupun pipa. (MDF

Ginting, 2014: 1) Pendapat lain tentang definisi merokok juga dikemukakan

oleh Armstrong (2007), yaitu menghisap asap tembakau yang dibakar ke

dalam tubuh lalu menghembuskannya keluar. Dari dua definisi tentang

merokok di atas dapat disimpulkan bahwa merokok adalah aktifitas

membakar tembakau dan menghisapnya ke dalam tubuh untuk kemudian

dihembuskan keluar. Hal ini tentu akan menyebabkan orang yang berada di

sekitar orang yang merokok juga dapat menghirup asap rokok yang

dihembuskan.

Lebih jauh lagi, merokok tidak menyebabkan kematian tetapi

mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian,

antara lain: penyakit kardiovaskuler, kanker, saluran pernapasan, gangguan

kehamilan, penurunan kesuburan, gangguan pencernaan, peningkatan

tekanan darah, peningkatan prevalensi gondok dan gangguan penglihatan

2

(MDF Ginting, 2014: 20). Dilihat dari penjelasan ini, rokok mempunyai

dampak yang sangat berbahaya untuk jangka panjang.

Perokok aktif laki-laki di Indonesia mencapai 67 persen. Tingginya

perokok aktif laki-laki tersebut akan memengaruhi kesehatan perempuan dan

anak yang terpapar asap rokok laki-laki yang merokok di rumah atau di

tempat publik. Di Indonesia, angka prevalensi merokok tergolong tinggi di

kalangan pria.(kompas 2012, diakses pada tanggal 20 September 2017 pukul

18.45).

Lebih memprihatinkan lagi adalah kebiasaan buruk merokok juga

meningkat pada generasi muda. Data Kemenkes menunjukkan bahwa

prevalensi remaja usia 16-19 tahun yang merokok meningkat 3 kali lipat dari

7,1% di tahun 1995 menjadi 20,5% pada tahun 2014. Dan yang lebih

mengejutkan adalah usia mulai merokok semakin muda (dini). Perokok

pemula usia 10-14 tahun meningkat lebih dari 100% dalam kurun waktu

kurang dari 20 tahun, yaitu dari 8,9% di tahun 1995 menjadi 18% di tahun

2013.

Global Youth Tobbaco Survei, pada 2014, menempatkan Indonesia

sebagai salah satu negera dengan jumlah perokok anak terbesar di mana 20,3

persen anak sekolah usia 13-15 tahun sudah merokok. Hasil riset ini juga

tidak jauh beda dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2015.

Survei tersebut menyatakan penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas

yang mengonsumsi rokok sebesar 22,57 persen di perkotaan dan 25,05 persen

3

di pedesaan.(republika 2012, diakses pada tanggal 16 Oktober 2017, pukul

22.10 WIB).

Selain itu, kondisi perokok di Indonesia yang semakin parah membuat

pemerintah melalui Kementrian Kesehatan sejak 24 Juni 2014seluruh

produsen rokok diwajibkan memasang gambar peringatan kesehatan pada

setiap kemasan rokok yaitu,Aturan penempelan gambar bahaya merokok itu

tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 109/2012. Kementerian Kesehatan

(Kemenkes) sudah menyosialisasikan lima gambar yang dipasang di bagian

’’kepala’’ bungkus rokok

(kompas 2013, diakses pada tanggal 14 September 2017 pukul 18.32 WIB).

Dengan berbagai upaya yang disosialisasikan, baik oleh pemerintah

maupun oleh suatu badan khusus mengenai bahaya merokok, masyarakat

diharapkan untuk lebih sadar akan dampak jangka panjang yang ditimbulkan

rokok dan mulai mementingkan kesehatan diri dan lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 109/2012. Kementerian

Kesehatan (Kemenkes) sudah mensosialisasikan lima gambar peringatan

bergambar baru. Lima gambar itu adalah kanker mulut, kanker paru-paru dan

bronkitis akut, kanker tenggorokan, merokok membahayakan anak (ilustrasi

bapak menggendong anak sambil merokok). Kementerian Kesehatan

memutuskan lima gambar itu sebagai visualisasi bahaya merokok yang telah

melalui survei Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia

(UI). Di Indonesia, ukuran gambar peringatan itu ditetapkan 40 persen dari

total luas bungkus rokok. Jika ada perusahaan rokok yang tidak

4

mencantumkan gambar itu, sanksinya berupa hukuman pidana 5 tahun dan

denda Rp 500 juta. Menjadi salah satu penyebab utama dari banyak penyakit,

sangat penting untuk menyampaikan informasi tentang efek berbahaya

penggunaan tembakau kepada orang. Peringatan yang efektif mengenai

kemasan produk tembakau bisa menjadi sarana komunikasi peringatan

kesehatan yang sangat kuat dan hemat biaya. (Lalit, Mangesh, Pednekar &

Gupta, 2009: 12).

Peringatan telah berevolusi melalui beberapa tahap selama empat

dekade terakhir dari pesan sederhana dan samar di sisi kemasan hingga pesan

berputar di bagian depan kemasan yang berfokus pada efek kesehatan

tertentu, seringkali disertai gambar berwarna. (Hiilamo, Crosbie& Glantz,

2014: 2)

Penelitian teks versus gambar bergambar menunjukkan bahwa pesan

teks kurang efektif dalam mencapai dan mempengaruhi perilaku daripada

peringatan bergambar. Satu penjelasan dasar neurosains yang mendasar untuk

kemanjuran peringatan bergambar lebih besar menunjukkan bahwa gambar

dan bukan kata-kata mendorong aktivitas jaringan otak khusus yang

mempengaruhi perilaku dan perilaku (Lalit, Mangesh, Pednekar & Gupta,

2009: 12). Sebagian besar peringatan terkait tembakau bergantung pada pesan

berbasis rasa takut, dengan asumsi bahwa semakin besar pengetahuan

pemirsa tentang efek negatif tembakau, semakin besar kemungkinannya

untuk menghindari atau mengurangi konsumsi mereka atau berhenti sama

sekali (Emery, 2014: 278)

5

Gambar 1.1 Peringatan bahaya merokok pada produk rokok

Dari uraian yang telah dijabarkan di atas, rokok mempunyai dampak

jangka panjang yang sangat berbahaya. Dampak berbahaya ini biasanya akan

muncul setelah konsumsi yang terus-menerus dan dalam jangka waktu yang

lama yang menyebabkan korban yang terkena akibatnya biasanya adalah

orang yang sudah beranjak dewasa atau berusia lanjut yang memang lebih

rentan terhadap penyakit. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin

rentan kesehatannya karena kemampuan tubuh untuk melakukan regenerasi

sel semakin berkurang. Akibatnya, tubuh menjadi lebih rentan terkena

gangguan kesehatan saat lanjut usia. Pertimbangan kesehatan yang semakin

6

lama semakin menurun ini pada akhirnya bisa menjadi faktor yang

menentukan seseorang dalam menentukan sikap untuk berhenti merokok.

1.2 Perumusan Masalah

Fakta jumlah perokok aktif dan korban yang kian meningkat membuat

pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka konsumsi

tembakau di Indonesia. Salah satu yang dilakukan pemerintah yaitu dengan

mengeluarkan peraturan peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok.

Masih banyak yang belum sadar akan tingginya bahaya yang ditimbulkan

oleh rokok. Usaha pengurangan jumlah perokok dengan penggunaan

peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok akan efektif dengan adanya

kepercayaan konsumen.

Sehingga perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Adakah hubungan terpaan peringatan bahaya merokok pada kemasan

rokok dengan minat mengurangi merokok?

2. Adakah hubungan tingkat kepercayaan akan bahaya merokok dengan

minat untuk mengurangi merokok?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui hubungan terpaan peringatan bahaya merokok pada

kemasan rokok dengan minat mengurangi merokok.

2. Untuk mengetahui hubungaan tingkat kepercayaan akan bahaya merokok

dengan minat untuk mengurangi merokok.

7

1.4 Signifikansi Penelitian

1.4.1 Signifikansi Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan dari

ilmu komunikasi khususnya di bidang komunikasi yaitu response cognitive

dan proteksi morivasi. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat

dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan.

1.4.2 Signifikansi Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat

bagi khalayak untuk mengurangi jumlah konsumsi rokok melalui peringatan

bahaya merokok pada kemasan.

1.4.3 Signifikansi Sosial

Secara sosial, penelitian ini diharapkan mampu mengurangi khalayak

untuk mengurangi merokok. Dengan peran peringatan bahaya merokok

pada kemasan rokok yang sangat gencar, untuk kemudian timbul keinginan

untuk mengurangi rokok.

8

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma positivisme. Yaitu suatu keyakinan

dasar yang berakar dari paham ontologi realisme yang menyatakan bahwa

realitas itu ada (exist) dalam kenyataan yang berjalan sesuai dengan hukum

alam (natural laws). Dengan demikian penelitian berusaha untuk

mengungkapkan kebenaran realitas yang ada, dan bagaimana realitas

tersebut senyatanya. (Salim, 2001:39) Positivisme yang kadang-kadang

dirujuk sebagai ‘metode ilmiah’ didasarkan pada filsafat empirisme yang

dipelopori oleh Aristoteles, Francis Bacon, John Locke, August Comte, dan

Emmanuel Kant (Mackenzie & Knipe, 2006:2).

Aliran ini mencerminkan filsafat deterministik yang memandang suatu

penyebab mungkin menentukan efek atau hasil Aliran ini bertujuan untuk

menguji sebuah teori atau menjelaskan sebuah pengalaman melalui

observasi dan pengukuran dalam rangka meramalkan dan mengontrol

kekuatan-kekuatan di sekitar manusia (Zulfikar, 2014 : 34).

Positivisme berasumsi bahwa fenomena sosial dapat diteliti dengan

cara yang sama dengan fenomena alam dengan menggunakan pendekatan

yang bebas nilai dan penjelasan sebab-akibat sebagaimana halnya dalam

penelitian fenomena alam. Filsafat positivisme menjunjung tinggi

objektivitas dan menganggapnya sebagai salah satu persyaratan dasar

pengetahuan yang benar (Zulfikar, 2014 : 34).

9

1.5.2 State Of The Art

1. Pengaruh Peringatan Kesehatan Bergambar Pada Kemasan Rokok

Terhadap Motivasi Perokok Untuk Berhenti Merokok

Pada tahun 2013, Septian Aldo Pradita melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Peringatan Kesehatan Bergambar pada Kemasan Rokok

terhadap Motivasi Perokok untuk Berhenti Merokok”. Tipe penelitian

eksperimen dengan desain One Group Pretest Posttest. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah Non Random Sampling dengan sampel

sebanyak 30 responden. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

peringatan kesehatan bergambar dalam kampanye anti-rokok terhadap

motivasi perokok untuk berhenti merokok. Menggunakan teori Extended

Parallel Process Model yang secara garis besar menjelaskan bahwa

ancaman yang menimbulkan rasa takut dapat menjadi media dalam

mempengaruhi hasil perubahan adaptif. Hasil penelitian menunjukkan

adanya pengaruh positif peringatan kesehatan bergambar pada kemasan

rokok terhadap motivasi seorang perokok untuk berhenti merokok.

2. Impact Of The New Malaysian Cigarette Pack Warnings On Smokers’

Awareness Of Health Risks And Interest In Quitting Smoking

(Fathelrahman et al, 2010: 4089-4099)

Pada tahun 2010, Ahmed I. Fathelrahman dan kawan-kawan melakukan

penelitian dengan judul “Impact Of The New Malaysian Cigarette Pack

Warnings On Smokers’ Awareness Of Health Risks And Interest In Quitting

Smoking”. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan respons dari

10

perokok dewasa di Malaysia mengenai peringatan bergambar yang baru

diusulkan terhadap peringatan teks tertulis yang berlaku saat ini.

Populasi penelitian termasuk 140 perokok laki-laki dewasa yang terdaftar

dalam uji coba secara acak untuk melihat baik peringatan baru yang

bergambar (intervensi) maupun peringatan lama yang berbentuk teks saja

(kontrol). Peserta menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan sebelum terpaan

dan pasca terpaan yang menilai kesadaran mereka mengenai resiko

kesehatan akibat merokok, tanggapan terhadap peringatan pada kemasan,

dan minat untuk berhenti merokok.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terpaan dari peringatan

bergambar menghasilkan peningkatan kesadaran mengenai resiko kesehatan

akibat merokok, tanggapan perilaku yang kuat terhadap peringatan dan

peningkatan minat untuk berhenti merokok.

3. The Impact of Cigarette Pack Design, Descriptors, and Warning Labels

on Risk Perception in the U.S. (Bansal-Travers et al, 2011: 674-682)

Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat ini dilatarbelakangi oleh

bukti-bukti terbatas yang ada tentang dampak warna dan citra merek yang

digunakan dalam desain bungkus rokok .Tujuan penelitian ini adalah

menguji dampak dari desain pack, deskripsi produk, dan peringatan

kesehatan pada persepsi risiko dan daya tarik merek. Melalui metode sebuah

studi mall - intercept cross- sectional dilakukan dengan 197 perokok dewasa

dan 200 non perokok di Buffalo, New York dari bulan Juni sampai Juli 2009

(analisis data dari Juli 2009 sampai Desember 2010). Peserta menunjukkan

11

12 set paket secara acak; setiap set bervariasi dengan fitur desain tertentu

(warna, deskripsi) atau gaya label peringatan (teks dibandingkan grafis,

ukuran, atribusi, framing pesan). Paket yang dinilai pada kriteria termasuk

persepsi risiko, berhenti motivasi, dan minat beli.

Hasilnya adalah peserta yang dipilih lebih besar, bergambar, dan label

peringatan loss - dibingkai sebagai lebih mungkin untuk menarik perhatian,

mendorong pikiran tentang risiko kesehatan, memotivasi berhenti, dan yang

paling efektif. Peserta lebih mungkin untuk memilih paket dengan shading

warna lebih terang dan deskriptor seperti cahaya, perak, dan halus seperti

memberikan sedikit tar, rasa halus, dan resiko kesehatan yang lebih rendah,

dibandingkan dengan berbayang gelap atau kemasan penuh rasa. Selain itu,

peserta lebih cenderung untuk memilih bermerek dibandingkan dengan

paket putih polos ketika ditanya yang disampaikan paling tar, rasa halus,

lebih menarik, mengimbau kepada remaja berusia 18 tahun, dan berisi rokok

dari kualitas yang lebih baik.

Perbedaan yang peneliti lakukan dengan penelitian yang sebelumnya

terdapat di variabel yang digunakan. Penelitian oleh Septian Aldo, Ahmed

dan Bansal juga meneliti mengenai peringatan pesan gambar berbahaya

pada rokok, Tetapi yang berbeda di dalam teori dan metode analisis data.

Kemudian penelitian ini memiliki perbedaan variabel dan teori dengan

penelitian-penelitian sebelumnya. Metode yang digunakan pada penelitian

sebelumnya yaitu Studymall dan eksperimen sedangkan peneliti

menggunakan metode eksplanatori. Teori yang terdapat di penelitian

12

sebelumnya yaitu Extended Parallel Process Model,sedangkan peneliti

menggunakan teori Cognitive Response Model dan Teori Proteksi Motivasi.

1.5.3 Terpaan Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok

Terpaan merupakan kegiatan mendengar, melihat, membaca pesan – pesan

atau pengalaman dan perhatian terhadap pesan – pesan atau pengalaman dan

perhatian terhadap pesan yang dapat terjadi pada individu/kelompok.

Perhatian sebagai proses mental ketika stimuli/rangkaian stimuli menjadi

menonjol dalam kesadaran pada stimuli yang lainnya melemah ( Romli ,

2016 : 48). Dalam penelitian ini, terpaan yang dimaksud adalah terpaan

pesan peringatan bahaya merokok pada kemasan yang tercantum dalam

setiap kemasan rokok.

Peringatan Kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 28 Tahun 2013 adalah gambar dan tulisan yang

memberikan informasi mengenai bahaya merokok pada kemasan rokok.

Dijelaskan lebih lanjut pada bab II (pasal 5) mengenai Peringatan

Kesehatan, pencantuman peringatan kesehatan pada kemasan berbentuk

kotak persegi panjang harus memenuhi persyaratan yaitu:

a. Dicantumkan pada bagian atas kemasan sisi lebar bagian depan dan

belakang masing-masing seluas 40% (empat puluh persen);

b. dalam hal kemasan memiliki sisi lebar yang sama maka peringatan

kesehatan dicantumkan pada sisi depan dan pada sisi belakang kemasan;

13

c. pada bagian atas gambar terdapat tulisan “PERINGATAN” dengan

menggunakan jenis huruf arial bold berwarna putih di atas dasar hitam

dengan ukuran huruf 10 (sepuluh) atau proporsional dengan Kemasan;

d. gambar dicetak berwarna dengan kombinasi 4 (empat) warna (Cyan,

Magenta, Yellow, Black) dengan kualitas gambar resolusi tinggi atau

paling sedikit 300 dot per inch (dpi);

e. di bagian bawah gambar dicantumkan tulisan berwarna putih dengan

dasar hitam sesuai dengan makna gambar sebagaimana tercantum dalam

Lampiran;

f. dicetak dengan jelas dan mencolok baik gambar ataupun tulisannya; dan

g. tidak mudah rusak, lepas, dan luntur baik karena pengaruh sinar ataupun

udara

1.5.4 Tingkat Kepercayaan Masyarakat Akan Bahaya Merokok

Kepercayaan (trust) merupakan kesediaan (willingness) individu untuk

mengantungkan dirinya pada pihak lain yang terlibat pertukaran karena

individu mempunyai keyakinan (confidence) terhadap pihak lain

(Moorman,1993 : 82). Sedangkan Krech 1962(dalam Mario, 2015:3)

menyatakan bahwa kepercayaan merupakan gambaran sikap untuk

menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro

atau kontra. Kepercayaan lebih mudah untuk tumbuh di antara orang-orang

yang memiliki kapentingan dan tujuan yang sama, sehingga lebih mudah

untuk mengubah kepercayaan individu daripada mengubah kepercayaan

14

suatu kelompok. Kepercayaan merupakan bagian dari sikap. Sikap terdiri

dari aspek kognitif, afektif dan konasi.

Kepercayaan adalah aspek yang dibentuk dalam kognitif (Azwar,

2007:69). Sikap itu sendiri merupakan suatu perilaku pasif yang tidak kasat

mata, namun tetap akan mempengaruhi perilaku aktif yang kasat mata.

Dengan adanya kepercayaan, seorang individu akan bersedia mengambil

risiko yang mungkin terjadi dalam hubungannya dengan pihak lain.

Ketergantungan pada pihak lain selalu terlibat dengan tingkat kepercayaan.

Kepercayaan merupakan salah satu hal yang memiliki peranan penting

dalam menentukan sikap. Kepercayaan terhadap pengobatan medis akan

menentukan sikap masyarakat dalam mempercayai bahwa merokok

berbahaya. Kaum profesi medis seharusnya menjadi tempat terpercaya

untuk mencari informasi. Secara implisit, meningkatnya kepercayaan

terhadap bahaya merokok kemungkinan disebabkan adanya profesi yang

lain yang menjustifikasi bahwa merokok tidak berbahaya.

1.5.5 Minat Mengurangi Merokok

Minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian

terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari

maupun membuktikan lebih lanjut (Walgito, 1981: 38).

Minat adalah bentuk motivasi intristik (Ormord, 2009:101). Biasanya

jika seseorang memiliki minat pada sebuah topik atau aktivitas karena

mereka menganggap hal tersebut menarik. Seseorang bisa memiliki minat

15

pada suatu topik atau aktivitas karena mendapatkan informasi baru yang

menarik bagi dirinya. Minat juga bisa merambah menjadi motivasi

seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.

Minat mengurangi rokok merupakan keadaan dimana seseorang

mempunyai perhatian untuk mengurangi rokok, mencari tahu kemudian

ingin mencoba cara – cara mengurangi rokok dan akan mengarah kepada

minat atau tidaknya seseorang untuk mengurangi rokok.

1.5.6 Terpaan Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok ( X1 )

Minat Mengurangi Rokok (Y

Terpaan merupakan kegiatan mendengar, melihat, membaca pesan – pesan

atau pengalaman dan perhatian terhadap pesan – pesan atau pengalaman dan

perhatian terhadap pesan yang dapat terjadi pada individu/kelompok. Label

peringatan kesehatan bergambar (PHWL) adalah satu dari enam langkah

utama yang dipromosikanoleh WHO-FCTC untuk membantu mengurangi

permintaan akan produk tembakau.

Cognitive Response Model (Model Respon Kognitif)menyatakan

bahwa pikiran yang dihasilkan sebagai tanggapan terhadap komunikasi

persuasif dapat memicu perubahan sikap. Asumsi dasar teori ini bahwa

khalayak secara aktif terlibat dalam proses penerimaan informasi dengan

cara mengevaluasi informasi yang diterima berdasarkan pengetahuan dan

sikap yang dimiliki sebelumnya, yang akhirnya mengarah pada perubahan

sikap. Menurut teori ini respon kognitif dihasilkan setelah khalayak terkena

16

komunikasi persuasif. Teori respon kognitif berusaha memahami hubungan

antara respon awal terhadap komunikasi dan perubahan sikap yang

dihasilkan. Teori ini mengatakan bahwa respon kognitif mempengaruhi

sikap akhir dan karena itu dapat mempengaruhi perilaku, (Greenwald,

1968:5). Proses kognitif bertujuan untuk menjelaskan bagaimana informasi

eksternal diberi pemaknaan menjadi sebuah pemikiran dan penilaian.

Sebuah pemikiran adalah sebagai hasil dari proses kognitif atau sebagai

respon yang berasal dari pengalaman masa lalu dan membentuk penolakan

atau penerimaan dari pesan yang diterima, (Greenwald, 1968:5).

Peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok merupakan usaha

yang dilakukan pemerintah yang ditujukan untuk mengurangi jumlah

perokok dengan menampilkan gambar tentang bahaya merokok. Sehingga

informasi mengenai bahaya merokok yang diterima oleh khalayak, dan

secara aktif terlibat dalam proses penerimaan informasi dengan cara

mengevaluasi informasi yang diterima berdasarkan pengetahuan dan sikap

yang dimiliki sebelumnya, yang akhirnya mengarah pada perubahan sikap.

1.5.7 Tingkat Kepercayaan Akan Bahaya Merokok ( X2 ) Minat

Mengurangi Merokok(Y)

Untuk menjelaskan hubungan variabel tingkat kepercayaan akan bahaya

merokok dengan minat mengurangi merokok menggunaakan teori Teori

Proteksi Motivasi yang dikembangkan oleh Rogers (1975). Teori ini

dikembangkan untuk menjelaskan efek rasa takut terhadap sikap dan

17

perilaku kesehatan. Komunikasi fear-arrousing (menimbulkan rasa takut)

memiliki dampak yang signifikan pada perubahan perilaku (Floyd dkk,

2000:2).

Teori proteksi motivasi mengorganisasikan dua proses kognitif, yaitu

penilaian ancaman dan penilaian dalam mengatasi ancaman. Proses

penilaian ancaman (threat-appraisal) merupakan proses untuk

mengevaluasi faktor-faktor terkait dengan perilaku yang berpotensi untuk

menimbulkan bahaya, tingkat semakin parahnya bahaya, dan kerentanan

seseorang akan bahaya tersebut. Sedangkan proses penilaian dalam

mengatasi ancaman merupakan proses untuk mengatasi mencegah bahaya

dari ancaman. (Floyd dkk, 2000:3).

Apabila kedua proses tersebut digabungkan akan membentuk motivasi

proteksi. Ancaman bagi seseorang akan menjadi stimulus untuk

menimbulkan motivasi proteksi, diikuti oleh keputusan untuk mengambil

tindakan atau niat untuk bertindak. Dengan adanya niat tersebut

menyebabkan seseorang untuk melakukan dan membuat keputusan, untuk

menghadapi kesulitan (Floyd dkk, 2000:4).

Dari penjelasan di atas, tingkat kepercayaan ditentukan oleh proses

evaluasi dan penilaian seseorang terhadap ancaman bahaya merokok.

Sehingga dengan tingginya tingkat kepercayaan seseorang bahwa rokok

berbahaya, maka akan timbul minat seseorang untuk mengurangi merokok.

18

1.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara terpaan peringatan bahaya merokok pada

kemasan rokok denganminat mengurangi merokok.

2. Terdapat hubungan tingkat kepercayaan akan bahaya merokok dengan

minat untuk mengurangi rokok

Kerangka Pemikiran

Gambar 1.2

1.7 Definisi Konseptual dan Operasional

1.7.1 Definisi Konseptual

1 Terpaan peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok (X1)

Terpaan peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok adalah

sentuhan atau keadaan terkena pada khalayak terhadap pesan peringatan

bahaya merokok yang tercantum pada kemasan rokok dan iklan-iklan

rokok baik di media cetak, media elektronik, maupun media luar ruang.

Terpaan Peringatan

bahaya merokok Pada

Kemasan (X1) Minat Mengurangi

Merokok (Y)

Tingkat Kepercayaan

Akan Bahaya Merokok

(X2)

19

2 Tingkat kepercayaan akan bahaya merokok(X2)

Kepercayaan akan bahaya merokok merupakan gambaran sikap

untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian akan bahaya merokok

tanpa menunjukkan sikap pro atau kontra.

3 Minat mengurangi rokok (Y)

Minat mengurangi merokok merupakan keadaan dimana seseorang

mempunyaiperhatian untuk berhenti merokok dan disertai keinginan

untuk mengetahui danmempelajari lebih lanjut

1.7.2 Definisi Operasional

1. Terpaan peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dapat diamati

berdasarkan tingkat perhatian pada peringatan bahaya merokok di

kemasan rokok, tolok ukurnya yaitu :

Mengetahui tagline yang terdapat pada kemasan rokok

Mengetahui peringatan yang terdapat pada kemasan rokok

Mengetahuui gambar berbahaya pada kemasan rokok

2. Tingkat kepercayaan akan bahaya merokok

Indikator tingkat kepercayaan masyarakat akan bahaya merokok adalah

Kepercayaan bahwa rokok memiliki kandungan berbahaya

Kepercayaan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker

tenggorokan

Kepercayaan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker mulut

20

Kepercayaan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker paru -

paru

Kepercayaan bahwa merokok dapat menyebabkan serangan jantung

Kepercayaan bahwa merokok dapat menyebabkan impotensi

Kepercayaan merokok dekat anak sangat berbahaya

Kepercayaan bahwa merokok membahayakan wanita hamil

3. Minat mengurangi merokok

Rencana untuk mengurangi rokok pada 3 bulan kedepan

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatori,

yaitu tipe penelitian yang bertujuan untuk mengetahui besar kecilnya

hubungan dan pengaruh dari variabel penelitian yang telah dirumuskan

dalam hipotesa (Singarimbun dan Effendi, 1989: 5). Dalam penelitian ini

terdapat dua variable independen, yakni Terpaan peringatan bahaya

merokok pada kemasan rokok (X1) dan tingkat kepercayaan masyarakat

akan bahaya merokok (X2) Sedangkan variabel dependen dari penelitian ini

adalah minat mengurangi rokok.

21

1.8.2 Populasi dan Sampel

a) Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat

dijadikan sumber data penelitian. (Bungin, 2005:109).Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang kuliah di Universitas se

Kota Semarang yang merupakan perokok aktif dan mendapatkan

terpaan peringatan bahaya merokok baik berjenis kelamin laki laki

maupun perempuan.

b) Sampel dan Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan sampel adalah

nonprobability sampling yaitu pengambilan sampel dimana tidak

semua anggota atau elemen populasi berpeluang sama untuk dijadikan

sampel. Pemilihan teknik non probability sampling karena tidak

diketahui jumlah populasi yangterkena terpaan peringatan bahaya

merokok. Jenis teknik nonprobability yang digunakan adalah purposive

sampling yaitu memilih sampel dari suatu populasi berdasarkan

pertimbangan tertentu, teknik ini memberikan persayratan yang cukup

ketat agar sampel yang dipilih sesuai dengan karakteristik yang

dikehendaki dalam analisis (Juliandi, Irfan, & Manurung, 2014:53-58).

Menurut Sugiyono (2010:74) ukuran sampel yang layak dalam

penelitian adalah antara 30 sampai 500. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan 60 sampel.

22

1.8.3 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian penulis berusaha untuk mendapatkan data yang obyektif

untuk menjamin kebenaran data. Sumber data yang diperoleh dalam

penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu :

a. Data primer

Data primer adalah data yang berkaitan langsung dengan obyek

penelitian.Data primer ini diperoleh dari kuisioner yang di sebar pada

sampel. Pencatatan sumber data primer melalui kuisioner. Subyek dari

data primer dalam penelitian ini adalah responden dimana peneliti bisa

memperoleh data secara langsung dari sumbernya.

b. Data sekunder

Data yang diperoleh melalui sumber kedua atau secara tidak langsung

melalui laporan-laporan, buku-buku, atau data yang telah diolah, seperti

data yang telah dipublikasikan baik dalam bentuk surat kabar, majalah

maupun literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Subyek dari data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi

maupun studi kepustakaan, buku dimana peneliti bisa memperoleh data

secara tidak langsung dari sumbernya.

1.8.4 Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang

berisi daftar pertanyaan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini

melalui hasil kuisioner yang telah di sebar kepada 60 responden.

23

1.8.5 Teknik Pengolahan Data

1. Pengeditan Data (Editing)

Editing adalah meneliti kembali kuesioner yang telah diisi oleh

responden untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut telah cukup baik

dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya.

2. Coding (Pengkodean)

Coding (pengkodean) data adalah usaha mengklasifikasi jawaban-

jawaban pada responden menurut macamnya.

3. Tabulasi Data

Tabulasi adalah proses menempatkan data dalam bentuk tabel dengan

cara membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan

analisis.

4. Skoring

Proses perhitungan data yang telah dikumpulkan ke dalam masing-

masing ketegori dan disusun dalam tabel yang mudah dimengerti.

1.8.6 Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu data dapat dipercaya kebenarannya sesuai

dengan kenyataan. Menurut Sugiyono(2010:348), bahwa valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukurapa yang seharusnya

diukur. Valid menunjukan derajat ketepatan antara data yang

24

sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan

oleh peneliti.

Tingkat validitas dapat diukur dengan cara membandingkan nilai r

table untuk degree of freedom (df) = n- k dengan alpha 0,05. Apabila nilai

r- hitung lebih besar dari r-tabelnya dan nilai r positif, maka kuesioner

tersebut dikatakan valid, begitu pula sebaliknya apabila r-hitung lebih

kecil dari r-tabelnya maka kuesioner dikatakan tidak valid (Ghozali,

2011:53).

2. Uji Reliabilitas

Realibilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan konsistensi

responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk

pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam

suatu bentuk kuesioner. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-

sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Jika nilai Alpha >0,60 maka

reliabel (Sujarweni, 2014:192)

1.8.7 Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji Korelasi Kendal.

Uji Korelasi Kendal bertujuan untuk menguji hubungan sebab - akibat antar

variabel yang berdata ordinal (Sujarweni, 2015:134). Perhitungan dilakukan

menggunakan aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS).