Upload
volien
View
220
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku merokok telah menjadi perilaku adiktif yang umum ditemui di
Indonesia. Dewasa ini rokok tampaknya sudah menjadi kebutuhan sehari-hari
bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Sering kita dijumpai orang yang
sedang merokok baik di lingkungan rumah maupun di tempat-tempat umum.
Sitepoe mendefinisikan merokok sebagai aktifitas membakar tembakau
kemudian menghisap asapnya menggunakan rokok maupun pipa. (MDF
Ginting, 2014: 1) Pendapat lain tentang definisi merokok juga dikemukakan
oleh Armstrong (2007), yaitu menghisap asap tembakau yang dibakar ke
dalam tubuh lalu menghembuskannya keluar. Dari dua definisi tentang
merokok di atas dapat disimpulkan bahwa merokok adalah aktifitas
membakar tembakau dan menghisapnya ke dalam tubuh untuk kemudian
dihembuskan keluar. Hal ini tentu akan menyebabkan orang yang berada di
sekitar orang yang merokok juga dapat menghirup asap rokok yang
dihembuskan.
Lebih jauh lagi, merokok tidak menyebabkan kematian tetapi
mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian,
antara lain: penyakit kardiovaskuler, kanker, saluran pernapasan, gangguan
kehamilan, penurunan kesuburan, gangguan pencernaan, peningkatan
tekanan darah, peningkatan prevalensi gondok dan gangguan penglihatan
2
(MDF Ginting, 2014: 20). Dilihat dari penjelasan ini, rokok mempunyai
dampak yang sangat berbahaya untuk jangka panjang.
Perokok aktif laki-laki di Indonesia mencapai 67 persen. Tingginya
perokok aktif laki-laki tersebut akan memengaruhi kesehatan perempuan dan
anak yang terpapar asap rokok laki-laki yang merokok di rumah atau di
tempat publik. Di Indonesia, angka prevalensi merokok tergolong tinggi di
kalangan pria.(kompas 2012, diakses pada tanggal 20 September 2017 pukul
18.45).
Lebih memprihatinkan lagi adalah kebiasaan buruk merokok juga
meningkat pada generasi muda. Data Kemenkes menunjukkan bahwa
prevalensi remaja usia 16-19 tahun yang merokok meningkat 3 kali lipat dari
7,1% di tahun 1995 menjadi 20,5% pada tahun 2014. Dan yang lebih
mengejutkan adalah usia mulai merokok semakin muda (dini). Perokok
pemula usia 10-14 tahun meningkat lebih dari 100% dalam kurun waktu
kurang dari 20 tahun, yaitu dari 8,9% di tahun 1995 menjadi 18% di tahun
2013.
Global Youth Tobbaco Survei, pada 2014, menempatkan Indonesia
sebagai salah satu negera dengan jumlah perokok anak terbesar di mana 20,3
persen anak sekolah usia 13-15 tahun sudah merokok. Hasil riset ini juga
tidak jauh beda dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2015.
Survei tersebut menyatakan penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas
yang mengonsumsi rokok sebesar 22,57 persen di perkotaan dan 25,05 persen
3
di pedesaan.(republika 2012, diakses pada tanggal 16 Oktober 2017, pukul
22.10 WIB).
Selain itu, kondisi perokok di Indonesia yang semakin parah membuat
pemerintah melalui Kementrian Kesehatan sejak 24 Juni 2014seluruh
produsen rokok diwajibkan memasang gambar peringatan kesehatan pada
setiap kemasan rokok yaitu,Aturan penempelan gambar bahaya merokok itu
tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 109/2012. Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) sudah menyosialisasikan lima gambar yang dipasang di bagian
’’kepala’’ bungkus rokok
(kompas 2013, diakses pada tanggal 14 September 2017 pukul 18.32 WIB).
Dengan berbagai upaya yang disosialisasikan, baik oleh pemerintah
maupun oleh suatu badan khusus mengenai bahaya merokok, masyarakat
diharapkan untuk lebih sadar akan dampak jangka panjang yang ditimbulkan
rokok dan mulai mementingkan kesehatan diri dan lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 109/2012. Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) sudah mensosialisasikan lima gambar peringatan
bergambar baru. Lima gambar itu adalah kanker mulut, kanker paru-paru dan
bronkitis akut, kanker tenggorokan, merokok membahayakan anak (ilustrasi
bapak menggendong anak sambil merokok). Kementerian Kesehatan
memutuskan lima gambar itu sebagai visualisasi bahaya merokok yang telah
melalui survei Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia
(UI). Di Indonesia, ukuran gambar peringatan itu ditetapkan 40 persen dari
total luas bungkus rokok. Jika ada perusahaan rokok yang tidak
4
mencantumkan gambar itu, sanksinya berupa hukuman pidana 5 tahun dan
denda Rp 500 juta. Menjadi salah satu penyebab utama dari banyak penyakit,
sangat penting untuk menyampaikan informasi tentang efek berbahaya
penggunaan tembakau kepada orang. Peringatan yang efektif mengenai
kemasan produk tembakau bisa menjadi sarana komunikasi peringatan
kesehatan yang sangat kuat dan hemat biaya. (Lalit, Mangesh, Pednekar &
Gupta, 2009: 12).
Peringatan telah berevolusi melalui beberapa tahap selama empat
dekade terakhir dari pesan sederhana dan samar di sisi kemasan hingga pesan
berputar di bagian depan kemasan yang berfokus pada efek kesehatan
tertentu, seringkali disertai gambar berwarna. (Hiilamo, Crosbie& Glantz,
2014: 2)
Penelitian teks versus gambar bergambar menunjukkan bahwa pesan
teks kurang efektif dalam mencapai dan mempengaruhi perilaku daripada
peringatan bergambar. Satu penjelasan dasar neurosains yang mendasar untuk
kemanjuran peringatan bergambar lebih besar menunjukkan bahwa gambar
dan bukan kata-kata mendorong aktivitas jaringan otak khusus yang
mempengaruhi perilaku dan perilaku (Lalit, Mangesh, Pednekar & Gupta,
2009: 12). Sebagian besar peringatan terkait tembakau bergantung pada pesan
berbasis rasa takut, dengan asumsi bahwa semakin besar pengetahuan
pemirsa tentang efek negatif tembakau, semakin besar kemungkinannya
untuk menghindari atau mengurangi konsumsi mereka atau berhenti sama
sekali (Emery, 2014: 278)
5
Gambar 1.1 Peringatan bahaya merokok pada produk rokok
Dari uraian yang telah dijabarkan di atas, rokok mempunyai dampak
jangka panjang yang sangat berbahaya. Dampak berbahaya ini biasanya akan
muncul setelah konsumsi yang terus-menerus dan dalam jangka waktu yang
lama yang menyebabkan korban yang terkena akibatnya biasanya adalah
orang yang sudah beranjak dewasa atau berusia lanjut yang memang lebih
rentan terhadap penyakit. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin
rentan kesehatannya karena kemampuan tubuh untuk melakukan regenerasi
sel semakin berkurang. Akibatnya, tubuh menjadi lebih rentan terkena
gangguan kesehatan saat lanjut usia. Pertimbangan kesehatan yang semakin
6
lama semakin menurun ini pada akhirnya bisa menjadi faktor yang
menentukan seseorang dalam menentukan sikap untuk berhenti merokok.
1.2 Perumusan Masalah
Fakta jumlah perokok aktif dan korban yang kian meningkat membuat
pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka konsumsi
tembakau di Indonesia. Salah satu yang dilakukan pemerintah yaitu dengan
mengeluarkan peraturan peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok.
Masih banyak yang belum sadar akan tingginya bahaya yang ditimbulkan
oleh rokok. Usaha pengurangan jumlah perokok dengan penggunaan
peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok akan efektif dengan adanya
kepercayaan konsumen.
Sehingga perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Adakah hubungan terpaan peringatan bahaya merokok pada kemasan
rokok dengan minat mengurangi merokok?
2. Adakah hubungan tingkat kepercayaan akan bahaya merokok dengan
minat untuk mengurangi merokok?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui hubungan terpaan peringatan bahaya merokok pada
kemasan rokok dengan minat mengurangi merokok.
2. Untuk mengetahui hubungaan tingkat kepercayaan akan bahaya merokok
dengan minat untuk mengurangi merokok.
7
1.4 Signifikansi Penelitian
1.4.1 Signifikansi Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan dari
ilmu komunikasi khususnya di bidang komunikasi yaitu response cognitive
dan proteksi morivasi. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat
dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan.
1.4.2 Signifikansi Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
bagi khalayak untuk mengurangi jumlah konsumsi rokok melalui peringatan
bahaya merokok pada kemasan.
1.4.3 Signifikansi Sosial
Secara sosial, penelitian ini diharapkan mampu mengurangi khalayak
untuk mengurangi merokok. Dengan peran peringatan bahaya merokok
pada kemasan rokok yang sangat gencar, untuk kemudian timbul keinginan
untuk mengurangi rokok.
8
1.5 Kerangka Teori
1.5.1 Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma positivisme. Yaitu suatu keyakinan
dasar yang berakar dari paham ontologi realisme yang menyatakan bahwa
realitas itu ada (exist) dalam kenyataan yang berjalan sesuai dengan hukum
alam (natural laws). Dengan demikian penelitian berusaha untuk
mengungkapkan kebenaran realitas yang ada, dan bagaimana realitas
tersebut senyatanya. (Salim, 2001:39) Positivisme yang kadang-kadang
dirujuk sebagai ‘metode ilmiah’ didasarkan pada filsafat empirisme yang
dipelopori oleh Aristoteles, Francis Bacon, John Locke, August Comte, dan
Emmanuel Kant (Mackenzie & Knipe, 2006:2).
Aliran ini mencerminkan filsafat deterministik yang memandang suatu
penyebab mungkin menentukan efek atau hasil Aliran ini bertujuan untuk
menguji sebuah teori atau menjelaskan sebuah pengalaman melalui
observasi dan pengukuran dalam rangka meramalkan dan mengontrol
kekuatan-kekuatan di sekitar manusia (Zulfikar, 2014 : 34).
Positivisme berasumsi bahwa fenomena sosial dapat diteliti dengan
cara yang sama dengan fenomena alam dengan menggunakan pendekatan
yang bebas nilai dan penjelasan sebab-akibat sebagaimana halnya dalam
penelitian fenomena alam. Filsafat positivisme menjunjung tinggi
objektivitas dan menganggapnya sebagai salah satu persyaratan dasar
pengetahuan yang benar (Zulfikar, 2014 : 34).
9
1.5.2 State Of The Art
1. Pengaruh Peringatan Kesehatan Bergambar Pada Kemasan Rokok
Terhadap Motivasi Perokok Untuk Berhenti Merokok
Pada tahun 2013, Septian Aldo Pradita melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Peringatan Kesehatan Bergambar pada Kemasan Rokok
terhadap Motivasi Perokok untuk Berhenti Merokok”. Tipe penelitian
eksperimen dengan desain One Group Pretest Posttest. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah Non Random Sampling dengan sampel
sebanyak 30 responden. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
peringatan kesehatan bergambar dalam kampanye anti-rokok terhadap
motivasi perokok untuk berhenti merokok. Menggunakan teori Extended
Parallel Process Model yang secara garis besar menjelaskan bahwa
ancaman yang menimbulkan rasa takut dapat menjadi media dalam
mempengaruhi hasil perubahan adaptif. Hasil penelitian menunjukkan
adanya pengaruh positif peringatan kesehatan bergambar pada kemasan
rokok terhadap motivasi seorang perokok untuk berhenti merokok.
2. Impact Of The New Malaysian Cigarette Pack Warnings On Smokers’
Awareness Of Health Risks And Interest In Quitting Smoking
(Fathelrahman et al, 2010: 4089-4099)
Pada tahun 2010, Ahmed I. Fathelrahman dan kawan-kawan melakukan
penelitian dengan judul “Impact Of The New Malaysian Cigarette Pack
Warnings On Smokers’ Awareness Of Health Risks And Interest In Quitting
Smoking”. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan respons dari
10
perokok dewasa di Malaysia mengenai peringatan bergambar yang baru
diusulkan terhadap peringatan teks tertulis yang berlaku saat ini.
Populasi penelitian termasuk 140 perokok laki-laki dewasa yang terdaftar
dalam uji coba secara acak untuk melihat baik peringatan baru yang
bergambar (intervensi) maupun peringatan lama yang berbentuk teks saja
(kontrol). Peserta menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan sebelum terpaan
dan pasca terpaan yang menilai kesadaran mereka mengenai resiko
kesehatan akibat merokok, tanggapan terhadap peringatan pada kemasan,
dan minat untuk berhenti merokok.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terpaan dari peringatan
bergambar menghasilkan peningkatan kesadaran mengenai resiko kesehatan
akibat merokok, tanggapan perilaku yang kuat terhadap peringatan dan
peningkatan minat untuk berhenti merokok.
3. The Impact of Cigarette Pack Design, Descriptors, and Warning Labels
on Risk Perception in the U.S. (Bansal-Travers et al, 2011: 674-682)
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat ini dilatarbelakangi oleh
bukti-bukti terbatas yang ada tentang dampak warna dan citra merek yang
digunakan dalam desain bungkus rokok .Tujuan penelitian ini adalah
menguji dampak dari desain pack, deskripsi produk, dan peringatan
kesehatan pada persepsi risiko dan daya tarik merek. Melalui metode sebuah
studi mall - intercept cross- sectional dilakukan dengan 197 perokok dewasa
dan 200 non perokok di Buffalo, New York dari bulan Juni sampai Juli 2009
(analisis data dari Juli 2009 sampai Desember 2010). Peserta menunjukkan
11
12 set paket secara acak; setiap set bervariasi dengan fitur desain tertentu
(warna, deskripsi) atau gaya label peringatan (teks dibandingkan grafis,
ukuran, atribusi, framing pesan). Paket yang dinilai pada kriteria termasuk
persepsi risiko, berhenti motivasi, dan minat beli.
Hasilnya adalah peserta yang dipilih lebih besar, bergambar, dan label
peringatan loss - dibingkai sebagai lebih mungkin untuk menarik perhatian,
mendorong pikiran tentang risiko kesehatan, memotivasi berhenti, dan yang
paling efektif. Peserta lebih mungkin untuk memilih paket dengan shading
warna lebih terang dan deskriptor seperti cahaya, perak, dan halus seperti
memberikan sedikit tar, rasa halus, dan resiko kesehatan yang lebih rendah,
dibandingkan dengan berbayang gelap atau kemasan penuh rasa. Selain itu,
peserta lebih cenderung untuk memilih bermerek dibandingkan dengan
paket putih polos ketika ditanya yang disampaikan paling tar, rasa halus,
lebih menarik, mengimbau kepada remaja berusia 18 tahun, dan berisi rokok
dari kualitas yang lebih baik.
Perbedaan yang peneliti lakukan dengan penelitian yang sebelumnya
terdapat di variabel yang digunakan. Penelitian oleh Septian Aldo, Ahmed
dan Bansal juga meneliti mengenai peringatan pesan gambar berbahaya
pada rokok, Tetapi yang berbeda di dalam teori dan metode analisis data.
Kemudian penelitian ini memiliki perbedaan variabel dan teori dengan
penelitian-penelitian sebelumnya. Metode yang digunakan pada penelitian
sebelumnya yaitu Studymall dan eksperimen sedangkan peneliti
menggunakan metode eksplanatori. Teori yang terdapat di penelitian
12
sebelumnya yaitu Extended Parallel Process Model,sedangkan peneliti
menggunakan teori Cognitive Response Model dan Teori Proteksi Motivasi.
1.5.3 Terpaan Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok
Terpaan merupakan kegiatan mendengar, melihat, membaca pesan – pesan
atau pengalaman dan perhatian terhadap pesan – pesan atau pengalaman dan
perhatian terhadap pesan yang dapat terjadi pada individu/kelompok.
Perhatian sebagai proses mental ketika stimuli/rangkaian stimuli menjadi
menonjol dalam kesadaran pada stimuli yang lainnya melemah ( Romli ,
2016 : 48). Dalam penelitian ini, terpaan yang dimaksud adalah terpaan
pesan peringatan bahaya merokok pada kemasan yang tercantum dalam
setiap kemasan rokok.
Peringatan Kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2013 adalah gambar dan tulisan yang
memberikan informasi mengenai bahaya merokok pada kemasan rokok.
Dijelaskan lebih lanjut pada bab II (pasal 5) mengenai Peringatan
Kesehatan, pencantuman peringatan kesehatan pada kemasan berbentuk
kotak persegi panjang harus memenuhi persyaratan yaitu:
a. Dicantumkan pada bagian atas kemasan sisi lebar bagian depan dan
belakang masing-masing seluas 40% (empat puluh persen);
b. dalam hal kemasan memiliki sisi lebar yang sama maka peringatan
kesehatan dicantumkan pada sisi depan dan pada sisi belakang kemasan;
13
c. pada bagian atas gambar terdapat tulisan “PERINGATAN” dengan
menggunakan jenis huruf arial bold berwarna putih di atas dasar hitam
dengan ukuran huruf 10 (sepuluh) atau proporsional dengan Kemasan;
d. gambar dicetak berwarna dengan kombinasi 4 (empat) warna (Cyan,
Magenta, Yellow, Black) dengan kualitas gambar resolusi tinggi atau
paling sedikit 300 dot per inch (dpi);
e. di bagian bawah gambar dicantumkan tulisan berwarna putih dengan
dasar hitam sesuai dengan makna gambar sebagaimana tercantum dalam
Lampiran;
f. dicetak dengan jelas dan mencolok baik gambar ataupun tulisannya; dan
g. tidak mudah rusak, lepas, dan luntur baik karena pengaruh sinar ataupun
udara
1.5.4 Tingkat Kepercayaan Masyarakat Akan Bahaya Merokok
Kepercayaan (trust) merupakan kesediaan (willingness) individu untuk
mengantungkan dirinya pada pihak lain yang terlibat pertukaran karena
individu mempunyai keyakinan (confidence) terhadap pihak lain
(Moorman,1993 : 82). Sedangkan Krech 1962(dalam Mario, 2015:3)
menyatakan bahwa kepercayaan merupakan gambaran sikap untuk
menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro
atau kontra. Kepercayaan lebih mudah untuk tumbuh di antara orang-orang
yang memiliki kapentingan dan tujuan yang sama, sehingga lebih mudah
untuk mengubah kepercayaan individu daripada mengubah kepercayaan
14
suatu kelompok. Kepercayaan merupakan bagian dari sikap. Sikap terdiri
dari aspek kognitif, afektif dan konasi.
Kepercayaan adalah aspek yang dibentuk dalam kognitif (Azwar,
2007:69). Sikap itu sendiri merupakan suatu perilaku pasif yang tidak kasat
mata, namun tetap akan mempengaruhi perilaku aktif yang kasat mata.
Dengan adanya kepercayaan, seorang individu akan bersedia mengambil
risiko yang mungkin terjadi dalam hubungannya dengan pihak lain.
Ketergantungan pada pihak lain selalu terlibat dengan tingkat kepercayaan.
Kepercayaan merupakan salah satu hal yang memiliki peranan penting
dalam menentukan sikap. Kepercayaan terhadap pengobatan medis akan
menentukan sikap masyarakat dalam mempercayai bahwa merokok
berbahaya. Kaum profesi medis seharusnya menjadi tempat terpercaya
untuk mencari informasi. Secara implisit, meningkatnya kepercayaan
terhadap bahaya merokok kemungkinan disebabkan adanya profesi yang
lain yang menjustifikasi bahwa merokok tidak berbahaya.
1.5.5 Minat Mengurangi Merokok
Minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian
terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari
maupun membuktikan lebih lanjut (Walgito, 1981: 38).
Minat adalah bentuk motivasi intristik (Ormord, 2009:101). Biasanya
jika seseorang memiliki minat pada sebuah topik atau aktivitas karena
mereka menganggap hal tersebut menarik. Seseorang bisa memiliki minat
15
pada suatu topik atau aktivitas karena mendapatkan informasi baru yang
menarik bagi dirinya. Minat juga bisa merambah menjadi motivasi
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.
Minat mengurangi rokok merupakan keadaan dimana seseorang
mempunyai perhatian untuk mengurangi rokok, mencari tahu kemudian
ingin mencoba cara – cara mengurangi rokok dan akan mengarah kepada
minat atau tidaknya seseorang untuk mengurangi rokok.
1.5.6 Terpaan Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok ( X1 )
Minat Mengurangi Rokok (Y
Terpaan merupakan kegiatan mendengar, melihat, membaca pesan – pesan
atau pengalaman dan perhatian terhadap pesan – pesan atau pengalaman dan
perhatian terhadap pesan yang dapat terjadi pada individu/kelompok. Label
peringatan kesehatan bergambar (PHWL) adalah satu dari enam langkah
utama yang dipromosikanoleh WHO-FCTC untuk membantu mengurangi
permintaan akan produk tembakau.
Cognitive Response Model (Model Respon Kognitif)menyatakan
bahwa pikiran yang dihasilkan sebagai tanggapan terhadap komunikasi
persuasif dapat memicu perubahan sikap. Asumsi dasar teori ini bahwa
khalayak secara aktif terlibat dalam proses penerimaan informasi dengan
cara mengevaluasi informasi yang diterima berdasarkan pengetahuan dan
sikap yang dimiliki sebelumnya, yang akhirnya mengarah pada perubahan
sikap. Menurut teori ini respon kognitif dihasilkan setelah khalayak terkena
16
komunikasi persuasif. Teori respon kognitif berusaha memahami hubungan
antara respon awal terhadap komunikasi dan perubahan sikap yang
dihasilkan. Teori ini mengatakan bahwa respon kognitif mempengaruhi
sikap akhir dan karena itu dapat mempengaruhi perilaku, (Greenwald,
1968:5). Proses kognitif bertujuan untuk menjelaskan bagaimana informasi
eksternal diberi pemaknaan menjadi sebuah pemikiran dan penilaian.
Sebuah pemikiran adalah sebagai hasil dari proses kognitif atau sebagai
respon yang berasal dari pengalaman masa lalu dan membentuk penolakan
atau penerimaan dari pesan yang diterima, (Greenwald, 1968:5).
Peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok merupakan usaha
yang dilakukan pemerintah yang ditujukan untuk mengurangi jumlah
perokok dengan menampilkan gambar tentang bahaya merokok. Sehingga
informasi mengenai bahaya merokok yang diterima oleh khalayak, dan
secara aktif terlibat dalam proses penerimaan informasi dengan cara
mengevaluasi informasi yang diterima berdasarkan pengetahuan dan sikap
yang dimiliki sebelumnya, yang akhirnya mengarah pada perubahan sikap.
1.5.7 Tingkat Kepercayaan Akan Bahaya Merokok ( X2 ) Minat
Mengurangi Merokok(Y)
Untuk menjelaskan hubungan variabel tingkat kepercayaan akan bahaya
merokok dengan minat mengurangi merokok menggunaakan teori Teori
Proteksi Motivasi yang dikembangkan oleh Rogers (1975). Teori ini
dikembangkan untuk menjelaskan efek rasa takut terhadap sikap dan
17
perilaku kesehatan. Komunikasi fear-arrousing (menimbulkan rasa takut)
memiliki dampak yang signifikan pada perubahan perilaku (Floyd dkk,
2000:2).
Teori proteksi motivasi mengorganisasikan dua proses kognitif, yaitu
penilaian ancaman dan penilaian dalam mengatasi ancaman. Proses
penilaian ancaman (threat-appraisal) merupakan proses untuk
mengevaluasi faktor-faktor terkait dengan perilaku yang berpotensi untuk
menimbulkan bahaya, tingkat semakin parahnya bahaya, dan kerentanan
seseorang akan bahaya tersebut. Sedangkan proses penilaian dalam
mengatasi ancaman merupakan proses untuk mengatasi mencegah bahaya
dari ancaman. (Floyd dkk, 2000:3).
Apabila kedua proses tersebut digabungkan akan membentuk motivasi
proteksi. Ancaman bagi seseorang akan menjadi stimulus untuk
menimbulkan motivasi proteksi, diikuti oleh keputusan untuk mengambil
tindakan atau niat untuk bertindak. Dengan adanya niat tersebut
menyebabkan seseorang untuk melakukan dan membuat keputusan, untuk
menghadapi kesulitan (Floyd dkk, 2000:4).
Dari penjelasan di atas, tingkat kepercayaan ditentukan oleh proses
evaluasi dan penilaian seseorang terhadap ancaman bahaya merokok.
Sehingga dengan tingginya tingkat kepercayaan seseorang bahwa rokok
berbahaya, maka akan timbul minat seseorang untuk mengurangi merokok.
18
1.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara terpaan peringatan bahaya merokok pada
kemasan rokok denganminat mengurangi merokok.
2. Terdapat hubungan tingkat kepercayaan akan bahaya merokok dengan
minat untuk mengurangi rokok
Kerangka Pemikiran
Gambar 1.2
1.7 Definisi Konseptual dan Operasional
1.7.1 Definisi Konseptual
1 Terpaan peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok (X1)
Terpaan peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok adalah
sentuhan atau keadaan terkena pada khalayak terhadap pesan peringatan
bahaya merokok yang tercantum pada kemasan rokok dan iklan-iklan
rokok baik di media cetak, media elektronik, maupun media luar ruang.
Terpaan Peringatan
bahaya merokok Pada
Kemasan (X1) Minat Mengurangi
Merokok (Y)
Tingkat Kepercayaan
Akan Bahaya Merokok
(X2)
19
2 Tingkat kepercayaan akan bahaya merokok(X2)
Kepercayaan akan bahaya merokok merupakan gambaran sikap
untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian akan bahaya merokok
tanpa menunjukkan sikap pro atau kontra.
3 Minat mengurangi rokok (Y)
Minat mengurangi merokok merupakan keadaan dimana seseorang
mempunyaiperhatian untuk berhenti merokok dan disertai keinginan
untuk mengetahui danmempelajari lebih lanjut
1.7.2 Definisi Operasional
1. Terpaan peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dapat diamati
berdasarkan tingkat perhatian pada peringatan bahaya merokok di
kemasan rokok, tolok ukurnya yaitu :
Mengetahui tagline yang terdapat pada kemasan rokok
Mengetahui peringatan yang terdapat pada kemasan rokok
Mengetahuui gambar berbahaya pada kemasan rokok
2. Tingkat kepercayaan akan bahaya merokok
Indikator tingkat kepercayaan masyarakat akan bahaya merokok adalah
Kepercayaan bahwa rokok memiliki kandungan berbahaya
Kepercayaan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker
tenggorokan
Kepercayaan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker mulut
20
Kepercayaan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker paru -
paru
Kepercayaan bahwa merokok dapat menyebabkan serangan jantung
Kepercayaan bahwa merokok dapat menyebabkan impotensi
Kepercayaan merokok dekat anak sangat berbahaya
Kepercayaan bahwa merokok membahayakan wanita hamil
3. Minat mengurangi merokok
Rencana untuk mengurangi rokok pada 3 bulan kedepan
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatori,
yaitu tipe penelitian yang bertujuan untuk mengetahui besar kecilnya
hubungan dan pengaruh dari variabel penelitian yang telah dirumuskan
dalam hipotesa (Singarimbun dan Effendi, 1989: 5). Dalam penelitian ini
terdapat dua variable independen, yakni Terpaan peringatan bahaya
merokok pada kemasan rokok (X1) dan tingkat kepercayaan masyarakat
akan bahaya merokok (X2) Sedangkan variabel dependen dari penelitian ini
adalah minat mengurangi rokok.
21
1.8.2 Populasi dan Sampel
a) Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat
dijadikan sumber data penelitian. (Bungin, 2005:109).Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang kuliah di Universitas se
Kota Semarang yang merupakan perokok aktif dan mendapatkan
terpaan peringatan bahaya merokok baik berjenis kelamin laki laki
maupun perempuan.
b) Sampel dan Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan sampel adalah
nonprobability sampling yaitu pengambilan sampel dimana tidak
semua anggota atau elemen populasi berpeluang sama untuk dijadikan
sampel. Pemilihan teknik non probability sampling karena tidak
diketahui jumlah populasi yangterkena terpaan peringatan bahaya
merokok. Jenis teknik nonprobability yang digunakan adalah purposive
sampling yaitu memilih sampel dari suatu populasi berdasarkan
pertimbangan tertentu, teknik ini memberikan persayratan yang cukup
ketat agar sampel yang dipilih sesuai dengan karakteristik yang
dikehendaki dalam analisis (Juliandi, Irfan, & Manurung, 2014:53-58).
Menurut Sugiyono (2010:74) ukuran sampel yang layak dalam
penelitian adalah antara 30 sampai 500. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan 60 sampel.
22
1.8.3 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian penulis berusaha untuk mendapatkan data yang obyektif
untuk menjamin kebenaran data. Sumber data yang diperoleh dalam
penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu :
a. Data primer
Data primer adalah data yang berkaitan langsung dengan obyek
penelitian.Data primer ini diperoleh dari kuisioner yang di sebar pada
sampel. Pencatatan sumber data primer melalui kuisioner. Subyek dari
data primer dalam penelitian ini adalah responden dimana peneliti bisa
memperoleh data secara langsung dari sumbernya.
b. Data sekunder
Data yang diperoleh melalui sumber kedua atau secara tidak langsung
melalui laporan-laporan, buku-buku, atau data yang telah diolah, seperti
data yang telah dipublikasikan baik dalam bentuk surat kabar, majalah
maupun literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Subyek dari data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi
maupun studi kepustakaan, buku dimana peneliti bisa memperoleh data
secara tidak langsung dari sumbernya.
1.8.4 Alat dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang
berisi daftar pertanyaan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
melalui hasil kuisioner yang telah di sebar kepada 60 responden.
23
1.8.5 Teknik Pengolahan Data
1. Pengeditan Data (Editing)
Editing adalah meneliti kembali kuesioner yang telah diisi oleh
responden untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut telah cukup baik
dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya.
2. Coding (Pengkodean)
Coding (pengkodean) data adalah usaha mengklasifikasi jawaban-
jawaban pada responden menurut macamnya.
3. Tabulasi Data
Tabulasi adalah proses menempatkan data dalam bentuk tabel dengan
cara membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan
analisis.
4. Skoring
Proses perhitungan data yang telah dikumpulkan ke dalam masing-
masing ketegori dan disusun dalam tabel yang mudah dimengerti.
1.8.6 Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu data dapat dipercaya kebenarannya sesuai
dengan kenyataan. Menurut Sugiyono(2010:348), bahwa valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukurapa yang seharusnya
diukur. Valid menunjukan derajat ketepatan antara data yang
24
sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan
oleh peneliti.
Tingkat validitas dapat diukur dengan cara membandingkan nilai r
table untuk degree of freedom (df) = n- k dengan alpha 0,05. Apabila nilai
r- hitung lebih besar dari r-tabelnya dan nilai r positif, maka kuesioner
tersebut dikatakan valid, begitu pula sebaliknya apabila r-hitung lebih
kecil dari r-tabelnya maka kuesioner dikatakan tidak valid (Ghozali,
2011:53).
2. Uji Reliabilitas
Realibilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan konsistensi
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam
suatu bentuk kuesioner. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-
sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Jika nilai Alpha >0,60 maka
reliabel (Sujarweni, 2014:192)
1.8.7 Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji Korelasi Kendal.
Uji Korelasi Kendal bertujuan untuk menguji hubungan sebab - akibat antar
variabel yang berdata ordinal (Sujarweni, 2015:134). Perhitungan dilakukan
menggunakan aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS).