21
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia (RI) sebagai lembaga kekuasaan tertinggi mempunyai kewajiban untuk melindungi Hak Asasi Manusia. (HAM) warga negaranya melalui sarana hukum yang terintegrasikan dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Hal ini berangkat dari suatu kenyataan bahwa setiap manusia terlahir dengan membawa sesuatu yang hakiki dan universal serta melekat sejak dilahirkan di muka bumi ini sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yaitu hak yang harus dijunjung tinggi, dihormati, serta dijaga agar tidak merusak apa yang telah diamanatkan-Nya. 1 Kementerian Hukum dan HAM sebagai penyelenggara sistem pemasyarakatan Indonesia, menyelenggarakan sistem pemasyarakatan agar narapidana dapat memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana yang dilakukannya, sehingga narapidana dapat diterima kembali dalam lingkungan masyarakatnya, kembali berperan aktif dalam pembangunan serta hidup secara wajar sebagai seorang warga negara melalui pembinaan yang akan dijalani di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Sistem penjara di Indonesia pada awalnya tidak jauh berbeda dengan negara-negara lain, yaitu sekedar penjeraan berupa penyiksaan, perampasan hak asasi manusia dan lebih menekankan unsur balas dendam dengan cara mengurung terpidana di rumah penjara. Untuk mewujudkan fungsi pemidanaan sebagai 1 Baharudin Lopa. 2001. Universal Declaration of Human Rights Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum. Jakarta: Kompas. Hal. 149.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia (RI) sebagai lembaga kekuasaan tertinggi

mempunyai kewajiban untuk melindungi Hak Asasi Manusia. (HAM) warga

negaranya melalui sarana hukum yang terintegrasikan dalam Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM).

Hal ini berangkat dari suatu kenyataan bahwa setiap manusia terlahir dengan

membawa sesuatu yang hakiki dan universal serta melekat sejak dilahirkan

di muka bumi ini sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yaitu hak

yang harus dijunjung tinggi, dihormati, serta dijaga agar tidak merusak apa

yang telah diamanatkan-Nya.1

Kementerian Hukum dan HAM sebagai penyelenggara sistem

pemasyarakatan Indonesia, menyelenggarakan sistem pemasyarakatan agar

narapidana dapat memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana yang

dilakukannya, sehingga narapidana dapat diterima kembali dalam lingkungan

masyarakatnya, kembali berperan aktif dalam pembangunan serta hidup secara

wajar sebagai seorang warga negara melalui pembinaan yang akan dijalani di

dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Sistem penjara di Indonesia pada awalnya tidak jauh berbeda dengan

negara-negara lain, yaitu sekedar penjeraan berupa penyiksaan, perampasan hak

asasi manusia dan lebih menekankan unsur balas dendam dengan cara mengurung

terpidana di rumah penjara. Untuk mewujudkan fungsi pemidanaan sebagai

1 Baharudin Lopa. 2001. Universal Declaration of Human Rights Kejahatan Korupsi dan

Penegakan Hukum. Jakarta: Kompas. Hal. 149.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

2

tempat atau sarana pembinaan, rehabilitasi dan reintegrasi warga binaan Lembaga

Pemasyarakatan, maka sistem penjara di Indonesia yang sebelumnya dikenal

penuh penyiksaan dan diskriminatif secara berangsur-angsur mulai ditinggalkan

melalui pemberian pembimbingan dan pengayoman kepada narapidana. Hal ini

dimaksudkan agar narapidana kelak dapat kembali menjadi anggota masyarakat

yang lebih baik.

Sejalan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,

Pancasila sebagai dasar negara di dalam sila ke-2 yang mengatakan bahwa

“Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” menjamin bahwa manusia Indonesia

diperlakukan secara beradab meskipun berstatus narapidana. Selain itu pada sila

ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” berarti

bahwa narapidanapun haruslah juga mendapatkan kesempatan berinteraksi dan

bersosialisasi dengan orang lain layaknya kehidupan manusia normal.

Bertolak dari pandangan Dr. Saharjo, S.H., tentang hukum sebagai

pengayoman. Hal ini membuka jalan perlakuan terhadap narapidana dengan cara

pemasyarakatan sebagai tujuan pidana penjara. Berangkat dari gagasan Sahardjo

inilah maka pada tanggal 27 April hingga Mei 1964 diadakan Konferensi Dinas

Direktorat Pemasyarakatan di Bandung dengan merumuskan dan menetapkan 10

(sepuluh) prinsip pemasyarakatan, yaitu :

1. Orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan bekal hidup

sebagai warga yang baik dan berguna dalam masyarakat.

2. Penjatuhan pidana adalah bukan tindakan balas dendam dari negara.

3. Rasa tobat tidaklah dapat dicapai dengan menyiksa melainkan dengan

bimbingan.

4. Negara tidak berhak membuat seseorang narapidana lebih buruk atau

lebih jahat dari pada sebelum ia masuk lembaga.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

3

5. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak narapidana harus dikenalkan

kepada masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat.

6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat mengsi

waktu atau hanya diperuntukkan bagi kepentingan lembaga atau negara

saja, pekerjaan yang diberikan harus ditunjukkan untuk pembangunan

negara.

7. Bimbingan dan didikan harus berdasarkan azas Pancasila.

8. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia

meskipun ia tersesat tidak boleh ditujukan kepada narapidana bahwa itu

penjahat.

9. Narapidana itu hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan.

10. Sarana fisik bangunan lembaga dewasa ini merupakan salah satu

hambatan pelaksanaan sistem pemasyarakatan.2

Demikianlah konsepsi baru fungsi pemidanaan yang bukan lagi sebagai

penjeraan belaka, namun juga sebagai upaya rehabilitasi dan reintegrasi sosial.

“Sehingga sejak bulan April 1964 sebutan rumah penjara secara resmi diganti

menjadi Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) dengan mengedepankan hak asasi

manusia dan pembinaan terhadap narapidana”.3

Lembaga pemasyarakatan di samping bertujuan untuk mengembalikan

Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai Warga yang baik juga bertujuan untuk

melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh

Warga Binaan Pemasyarakatan, serta melakukan penerapan dan bagian yang tak

terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran seperti

yang ditentukan dalam Pasal 28 C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945 yang berbunyi :

2 Dwidja Priyatno. 2009. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia. Bandung: Refika

Aditama. Hal. 98.

3 Marlina. 2011. Hukum Penitensier. Bandung: Refika Aditama. Hal. 124.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

4

Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dan

ilmu pengetahuan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas

hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

Selanjutnya dalam pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945 ditentukan bahwa “Setiap warga negara berhak

mendapatkan pendidikan”. Ini berarti bahwa setiap warga negara berhak

mendapatkan pendidikan tak terkecuali pula warga negara yang menjalani

pemidanaan.

Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

dalam Pasal 14 ayat (1) huruf C ditegaskan pula bahwasanya “Narapidana berhak

untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran”. Hal ini juga sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, dalam Pasal 1 ayat (3)

menyatakan bahwa “Pendidikan dan pengajaran adalah usaha sadar untuk

menyiapkan Warga Binaan Pemasyarakatan melalui kegiatan bimbingan atau

latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.

Disebutkan juga dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang

Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Dalam

Pasal 9 bahwa “Setiap LAPAS wajib melaksanakan kegiatan pendidikan dan

pengajaran bagi Narapidana dan anak didik Pemasyarakatan”.

Lebih lanjut lagi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, dalam Pasal 5ayat (1) menyebtkan bahwa “Setiap Warga

Negara mempunyai hak yang sama untuk mempeorleh pendidikan yang bermutu”.

Kemudian Pasal 5 ayat (5) juga mengamanatkan bahwa “Setiap Warga Negara

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

5

berhak mendapat kesempatan untuk meningkatkan pendidikan sepanjang hayat”.

Dari amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwasanya tiap-tiap Warga Negara Indonesia dimanapun, kapanpun,

dan siapapun mereka, tidak terdapat pembedaan sikap dan perlakuan berkaitan

dengan hak untuk memperoleh pendidikan, termasuk juga bagi individu yang

sedang menjalani masa pemidanaannya di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Salah satu peranan LAPAS dalam proses pemasyarakatan adalah dengan

cara perbaikan mutu narapidana sebagai manusia yang diharapkan kelak bisa

dijadikan bekal untuk mencari kehidupan yang lebih baik setelah mereka keluar

dari LAPAS. Salah satu aspek perbaikan mutu diri yang diharapkan bisa dijadikan

bekal nantinya adalah aspek pendidikan, yang mana aspek pendidikan ini

diberikan oleh LAPAS melalui serangkaian kegiatan pembimbingan dan

pelatihan.

Bagi narapidana, pendidikan memegang peranan penting dalam

pengembangan individu. Dalam tataran teoritis, pendidikan untuk narapidana

mempunyai fungsi untuk membentuk kepribadian narapidana, guna

mengembalikan kodratnya sebagai manusia yang sehat. Selain itu juga

pemenuhan pendidikan juga akan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan

peradaban suatu bangsa dan itulah kemudian negara kita memastikan adanya

jaminan pemenuhan hak dasar atas pendidikan bagi warga negaranya yang secara

tegas tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada BAB XA mengenai Hak

Asasi Manusia, khusunya Pasal 28C, dan Pasal 31 BAB XIII mengenai

Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

6

Dalam hal adanya penjaminan hak atas pendidikan bagi narapidana tentunya

memiliki maksud dan tujuan yang lebih mulia dimana diharapkan nantinya setelah

bebas mereka bisa memulai kembali kehidupannya dengan cara yang lebih baik

bahkan bisa turut berpartisipasi dalam pembangunan bangsa ini.

Seorang manusia yang sudah dididik dan diajar (di LAPAS), sesuai tujuan

pendidikan nasional, akan menjadi manusia susila.“Seorang manusia susila adalah

manusia yang sempurna dalam kemanusiaannya menurut ukuran Indonesia.

Seorang manusia yang hidup sesuai pandangan hidup danhukum Indonesia”.4

Pada tataran teori mengamanatkan pendidikan dan pengajaran yang

demikian, tetapi implementasinya masih sangat jauh dari apa yang diharapkan.

Sampai saat ini masih banyak Lembaga Pemasyarakatan yang belum memenuhi

ketentuan-ketentuan sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan yang telah penulis sebutkan di atas, pelaksanaan pendidikan dan

pengajaran di dalam Lembaga Pemasyarakatan masih banyak terdapat

kekurangan-kekurangan. Sesuai titik poin penelitian ini, kekurangan itu adalah

kurangnya perhatian pihak Lembaga Pemasyarakatan terhadap hak atas

pendidikan bagi narapidana dan anak didik pemasyarakatan.

Pendidikan dan pengajaran yang diberikan terhadap Narapidana dan Anak

Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan dewasa ini masih berada jauh

di bawah standarisasi nasional, yaitu sebagaimana ketentuan pendidikan yang

diamanahkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, yaitu masih banyak terjadi penyimpangan dalam

4 Mr. R.A. Koesnoen. 1961. Politik Penjara Nasional. Bandung: Sumur Bandung. Hal. 20.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

7

pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di Lembaga Pemasyarakatan. Selain itu,

pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di Lembaga Pemasyarakatan yang belum

optimal juga disebabkan terkait terjadinya over kapasitas di Lembaga

Pemasyarakatan tersebut. Sementara itu, faktor internal terkait dengan

pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di LAPAS yang tidak optimal tersebut

dikarenakan petugas lembaga pemasyarakatan yang tidak memiliki latar belakang

sarjana pendidikan mengakibatkan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran

terkesan diberikan asal-asalan, sehingga tujuan dari sistem pemasyarakatan itu

sendiri belum dapat tercapai.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam keterangan yang

diambil dari Harian Republika, jumlah narapidana dan anak didik pemasyarakatan

yang mendapatkan pendidikan masih sangat minim. Terutama bagi anak didik

pemasyarakatan, pemberian pendidikan baik formal dan non formal di Lembaga

Pemasyarakatan masih sangat minim.5 Berdasarkan database Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan, dari total 2361 narapidana dan anak didik pemasyarakatan,

hanya 929 orang atau sekitar 39 % yang mengikuti pendidikan formal dan non

formal di Lembaga Pemasyarakatan. Data tersebut menunjukkan bahwa belum

semua narapidana dan anak didik pemasyarakatan mendapatkan hak

pendidikannya selama menjalani masa pidana.

Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Jombang merupakan bagian Kantor

Wilayah kementerian Hukum dan HAM Jawa Timur. Dalam lembaga

5 Republika, Jumlah Narapidana yang Terima Pendidikan Minim. http://www.republika.co.id.

Diakses tanggal 5 April 2017.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

8

pemasyarakatan ini menampung warga binaan pemasyarakatan dan anak didik

pemasyarakatan sekaligus, yang meliputi tahanan dan narapidana. Anak didik

pemasyarakatan yang terdapat di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Jombang

tersebut merupakan golongan minoritas, dimana ketika penulis melakukan

penelitian anak didik pemasyarakatan disana berjumlah 6 orang. Jumlah

narapidana anak yang sangat sedikit ini mengakibatkan pembinaan dan

pendidikan anak terabaikan, dan petugas lebih terkonsentrasi dan lebih terfokus

pada warga binaan dewasa.

Berdasarkan uraian di atas akan menjadi menarik ketika penulis meneliti

tentang pendidikan yang berjalan bagi warga binaan pemasyarakatan dan anak

didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Jombang, apakah

dalam pelaksanaannya warga binaan pemasyarakatan dan anak didik

pemasyarakatan sudah mendapatkan hak-haknya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku atau belum sepenuhnya dilaksanakan di

Lembaga Pemasyarakatan, khususnya terkait dengan hak pendidikan dan

pengajaran, oleh sebab itu penulis mengambil judul dalam penelitian ini

“Implementasi Pendidikan dan Pengajaran Bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten

Jombang).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis merumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut:

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

9

1. Bagaimana bentuk implementasi pendidikan dan pengajaran bagi warga

binaan pemasyarakatan melalui pembimbingan bagi peranannya di masa

yang akan datang ?

2. Bagaimana bentuk implementasi pendidikan dan pengajaran bagi warga

binaan pemasyarakatan melalui pelatihan bagi peranannya di masa yang

akan datang ?

3. Faktor-faktor apa yang menghambat pemenuhan pendidikan dan

pengajaran melalui pembimbingan dan pelatihan di Lembaga

Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten Jombang ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka terdapat beberapa tujuan yang

melandasi penulisan ini, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk implementasi pendidikan dan pengajaran bagi

warga binaan pemasyarakatan melalui pembimbingan bagi peranannya di

masa yang akan datang di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten

Jombang.

2. Untuk mengetahui bentuk implementasi pendidikan dan pengajaran bagi

warga binaan pemasyarakatan melalui pelatihan bagi peranannya di masa

yang akan datang di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten

Jombang.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat pemenuhan pendidikan

dan pengajaran melalui pembimbingan dan pelatihan di Lembaga

Pemasyarakatan Klas II B Kabupaten Jombang.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

10

D. Manfaat Penelitian

Atas dasar maksut, tujuan, dan alasan sebagaimana yang penulis uraikan

diatas maka dengan ini penulis mempunyai harapan ke depannya nanti akan

memiliki manfaat sebagaimana berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan, khususnya bidang ilmu hukum pidana. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu

hukum, khususnya bidang ilmu hukum pidana, tentang penologi dalam

kaitannya dengan implementasi hak narapidana untuk mendapatkan

pendidikan dan pengajaran di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B

Kabupaten Jombag.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Lembaga Pemasyarakatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

Lembaga Pemasyarakatan, khususnya Lembaga Pemasyarakatan

Klas II B Jombang agar dapat memberikan hak-hak bagi warga

binaannya, khususnya terkait dengan hak narapidana untuk

mendapatkan pendidikan dan pengajaran.

b) Bagi Narapidana

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membangun dan

membangkitkan kesadaran bagi narapidana bahwa mereka

mempunyai hak-hak yang diakomodasi oleh Lembaga

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

11

Pemasyarakatan, termasuk hak narapidana untuk mendapatkan

pendidikan dan pengajaran.

c) Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat merubah stigma atau cara

pandang masyarakat mengenai Lembaga Pemasyarakatan, yakni

bahwa Lembaga Pemasyarakatan merupakan wadah atau tempat

pembinaan narapidana, bukan tempat penyiksaan narapidana. Karena

pada dasarnya narapidana adalah manusia yang juga mempunyai

hak-hak yang harus di hormati di Lembaga Pemasyarakatan.

d) Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan

wawasan dan pengetahuan maupun pemahaman penulis mengenai

hak-hak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan. Selain itu juga,

sebagai salah satu syarat untuk menyandang gelar kesarjanaan S1

(Strata Satu) di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Malang.

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data

sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk

mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada fakultas hukum

Universitas Muhammadiyah Malang.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

12

2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Dapat memberikan sumbangan pemikiran pada dunia ilmu pengetahuan

sehubungan dengan bidang hukum, terutama tentang bidang ilmu

hukum pidana, tentang penologi sehubungan dengan implementasi hak-

hak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.

3. Bagi Kalangan Praktisi Hukum

Dapat memberikan sumbangan pemikiran yaitu bagi para praktisi

hukum di Indonesia khusunya kalangan Lembaga Pemasyarakatan agar

dapat menjadi masukan sebagai bahan referensi dalam tugas penegakan

hukum.

F. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan keterangan atau data-data yang diperlukan dalam

penelitian guna menyusun skripsi ini, dimana keterangan-keterangan tersebut

digunakan untuk menganalisis dan memecahkan permasalahan yang telah penulis

rumuskan di atas, maka dipergunakan metode penelitian sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan

Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

pendekatan yuridis sosiologis.6Pendekatan yuridis sosiologis yaitu

”pendekatan yang menjawab permasalahan dengan menggunakan sudut

pandang hukum dimana pembahasan didasarkan pada berbagai

peraturan perundangan yang berlaku dan kesesuaiannya dengan

kenyataan atau fenomena yang terjadi dalam lingkup masyarakat”.

6 Soerjono Soekanto. 1982. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. Hal. 12.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

13

Dalam hal ini penulis akan mencoba melakukan penelitian secara

mendalam untuk mengetahui apakah Implementasi Pendidikan dan

Pengajaran Bagi Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B

Kabupaten Jombang sudah efektif, optimal dan sesuai dengan

perundang-undangan yang berlaku, yakni sesuai dengan yang tercantum

Pasal 14 ayat (1) huruf (c) Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan.

2. Lokasi Penelitian

Penulis memilih Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Jombang yang

beralamat di Jalan KH. Wachid Hasyim No. 155 Jombangsebagai lokasi

penelitian, karena instansi ini termasuk Lembaga Pemasyarakatan Klas

II Bdengan tempat kedudukan di kabupaten sehingga kurang mendapat

perhatian dari pemerintah yang kemudian menimbulkan potensi adanya

banyak kekurangan terutama dalam pemberian hak narapidana, dan

masih banyaknya tingkat pendidikan narapidana di dalam LAPAS Klas

II B Jombang yang masih rendah atau belum memenuhi ketentuan

belajar 12 tahun. Oleh karenanya, Lembaga Pemasyarakatan Klas II B

Kabupaten Jombang dapat memenuhi informasi yang berkaitan dengan

penulisan ini.

3. Sumber Data

Untuk memperoleh data-data yang relevan dengan tujuan penelitian,

maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

14

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi

penelitian, yaitu Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Jombang

yang terletak di Jalan KH. Wachid Hasyim No. 155 Jombang,

penelitian dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada

pihak-pihak / responden untuk menanyakan pendapat serta

persepsi dari pihak-pihak yang di wawancara, pertanyaannya

adalah :

1. Bentuk implementasi pendidikan dan pengajaran bagi warga

binaan pemasyarakatan melalui pembimbingan bagi

peranannya di masa yang akan datang ?

2. Bentuk implementasi pendidikan dan pengajaran bagi warga

binaan pemasyarakatan melalui pelatihan bagi peranannya di

masa yang akan datang ?

3. Faktor-faktor yang menghambat pemenuhan pendidikan dan

pengajaran melalui pembimbingan dan pelatihan di Lembaga

Pemasyarakatan Klas II B Jombang ?

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari penelitian

kepustakaan, yaitu :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

15

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

4. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan

Pemasyarakatan.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat

dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

Pemasyarakatan.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Pendidikan Nasional.

8. Bahan sekunder kepustakaan berupa pendapat para ahli,

kamus hukum, kamus besar bahasa indonesia, dan berbagai

buku hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang

diteliti.

4. Teknik Pengumpulan Data

1) Untuk memperoleh data primer, dalam penelitian ini menggunakan

metode :

a. Wawancara atau Interview

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan si penjawab atau responden. Adapun pihak-

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

16

pihak yang diwawancarai atau yangmenjadi responden dalam

penelitian ini, yaitu :

1. Bapak Affandi, A.Md., S.H., M.H., selaku Kasi Binadik

dan Giatja yang bertanggung jawab atas kegiatan

penyelenggaraan pendidikan dan kegiatan kerja terhadap

seluruh Narapidana. Menanyakan masalah pelaksanaan

kegiatan pendidikan dan pengajaran bagi narapidana, antara

lain mengenai tahapan pelaksanaan pendidikan dan

pengajaran, bentuk implementasi pendidikan dan

pengajaran baik melalui pembimbingan maupun pelatihan

di LAPAS Jombang, faktor-faktor penyebab yang

menghambat pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, dan

apakah adasanksi yang diberikan kepada narapidana apabila

tidak mengikuti kegiatan pendidikan dan pengajaran yang

dilaksanakan oleh LAPAS.

2. Bapak Samud, S.H., selaku Pembimbing Pendidikan agama

yang bertanggungjawab atas pelaksanaan hak Pendidikan

agama di LAPAS Jombang. Menanyakan mengenai

pelaksanaan agama di LAPAS, standar kurikulum yang

digunakan terkait dengan pelaksanaan pendidikan agama,

jadwal kegiatan pendidikan agama di LAPAS, serta sarana

dan prasarana yang tersedia di LAPAS yang digunakan

untuk menunjang kegiatan pendidikan agama.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

17

3. Bapak Slamet Sunardi, S.H, selaku Kepala Bidang

Pembinaan dan Pembimbingan Lembaga Pemasyarakatan

Jombang, yang bertanggung jawab atas seluruh

penyelenggaraan program pembinaan dan pembimbingan

bagi Narapidana, yang menyangkut sikap, perilaku, dan

kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik

pemasyarakatan. Menanyakan mengenai pelaksanaan

pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan jasmani

kesehatan di LAPAS, standar kurikulum yang digunakan

terkait dengan pelaksanaan pendidikan tersebut, dan pihak-

pihak yang yang dibebani kewajiban untuk melaksanakan

pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan jasmani

kesehatan.

4. Bapak Matsunadi, S.I.P, Kasi bimbingan Kerja Lembaga

Pemasyarakatan Jombang, yang bertanggung jawab dalam

program kegiatan kerja, meliputi pemberian bimbingan

kerja, mempersiapkan sarana kerja, mengelola hasil kerja

dan fungsinya serta menentukan jenis bimbingan latihan

bagi warga binaan pemasyarakatan agar dalam menjalai

masa pemidanaannya memiliki keterampilan yang

bermanfaat. Menanyakan antara lain mengenai jenis-jenis

pendidikan keterampilan yang diselenggarakan LAPAS

Jombang guna menunjang dan memberikan bekal bagi

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

18

narapidana ketika mereka bebas nantinya, pelaksanaan

pendidikan keterampilan, dan terkait sarana prasarana yang

disediakan yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan

keterampilan tersebut.

5. Pihak-pihak lain yang dirasa perlu guna melengkapi

kapabilitas dan kualitas penulisan ini, seperti Narapidana

yang dalam hal ini terlibat langsung dalam pemenuhan atas

pendidikan tersebut, antara lain yaitu :

1. Sulaiman.

2. Sugeng.

3. Maimunah.

4. Lilik Wijayanti.

Menanyakan mengenai pelaksanaan pendidikan dan

pengajaran di LAPAS Jombang, antara lain mengenai

program kesetaraan, pelaksanaan kegiatan penyuluhan

hukum, pelaksaksanaan pendidikan keterampilan terkait

dengan pelatihan jahit menjahit dan pertukangan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data

yang dieroleh dengan cara mengumpulkan semua data yang

bersifat tertulis seperti data :

1. Data jumlah penghuni narapidana yang ada di Lembaga

Pemasyarakatan Klas II B Jombang.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

19

2. Struktur organisasi kelembagaan di Lembaga

Pemasyarakatan Klas II B Jombang.

3. Tingkat pendidikan narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Klas II B Jombang.

4. Jadwal program pendidikan dan pengajaran yang

dilaksanakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas II B

Jombang.

2) Untuk memperoleh data sekunder, dalam penelitian ini

menggunakan metode :

a. Studi Kepustakaan

Studi dengan menjadikan buku-buku, litelatur-litelatur,

pendapat para ahli, kamus hukum, kamus besar bahasa

indonesia,internet, maupun peraturan perundang-undangan

yang berhubungan dengan masalah yang di bahas untuk

mendukung landasan teori.

5. Analisa Data

a) Analisa Data Primer

Pada tahap ini data maupun dokumen-dokumen hasil penelitian

yang di dapatkan, di analisis dan disusun secara sistematika

sehingga data-data tersebut merupakan data konkrit dan dapat

dipertanggung jawabkan dalam pembahasan. Data yang diperoleh

akan dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif

yakni mengungkapkan data berupa fakta, keadaan, fenomena, dan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

20

variabel yang terjadi saat penelitian berjalan dengan

menafsirkan,menuturkan, dan menganalisa data yang bersangkutan

dengan situasi yang sedang terjadi sehingga diperoleh sesuai

kesimpulan.

b) Analisa Data Sekunder

Setelah dilakukan pengumpulan data yang diperoleh dari

kepustakaan, maka data akan diolah dengan menggunakan metode

deskriptif analisis yaitu mengambarkan hasil studi lapangan dan

hasil pustaka kemudian menganalisis data yang diperoleh untuk

membahas permasalahan penelitian deskriptif berkaitan dengan

pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan

suatu konsep atau gejala dengan memjawab pertanyaan-pertanyaan

sehubungan dengan status subyek penelitian.

G. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan hukum ini penulis membagi dalam 4 (empat)

bab, yang masing-masing bagian di jabarkan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode

penulisan, dan sistematika penulisan yang akan digunakan dalam

usulan penelitian ini.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37713/2/jiptummpp-gdl-ayuputrira-47913... · 2018. 10. 4. · Selain itu pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi

21

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan bab dimana dalam bagian ini Penulis akan menyajikan

teori-teori maupun kaidah-kaidah yang bersumber dari peraturan

perundang-undangan maupun litelatur-litelatur yang akan digunakan

untuk mendukung analisis yang akan digunakan pada penelitian

yang terkait dengan Implementasi Pendidikan dan Pengajaran Bagi

Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Jombang.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini pembahasan yang berisikan penjelasan dan

memaparkan data-data hasil penelitian yang di dapat dari teknik

pengumpulan data dengan tujuan untuk mendukung analisis penulis.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir dalam penelitian, dimana berisikan

kesimpulan dari pembahasan dan analisis pada bab sebelumnya serta

berisikan saran penulis dalam menanggapi permasalahan yang telah

diangkat dan diteliti oleh Penulis.