20
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi masyarakat Indonesia. Nilai pancasila dasarnya adalah nilai-nilai filsafat yang mendasar yang dijadikan peraturan dan dasar dari norma norma yang berlaku dalam Indonesia. Melihat pada sila pertama menyebutkan bahwa “Ketuhanan Yang Maha Esa”, juga termaktub dalam Pasal 29 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) menyebutkan bahwa ayat 1 Negara berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa dan ayat 2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing- masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu”, memang pada sila pertama dan pasal tersebut tidak menentutukan salah satu agama di Indonesia, namun kita sebagai seorang muslim dapat memahaminya sebagai konsep Tauhid. 1 Konsep Tauhid ini mengandung kalimat إله إ (Laa ilaaha ilallah) mempunyai konsekuensi bagi setiap muslim hanya menyambah kepada Allah subhana wa ta’ala, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah [2]:163 “ ُ يمِ ٱلرا حُ ن َ مْ ٱلرا حَ وُ ه ا ِ إَ ه َ لِ إٓ ا ۖ ٌ دِ ح َ وٌ ه َ لِ إْ مُ كُ ه َ لِ إَ ”وyang artinya Dan Tuhan kamu 1 Maya Sari. 9 Fungsi Pancasila sebagai Dasar Negara. www.gruppkn.com. Akses 04 Nopember 2018.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi

masyarakat Indonesia. Nilai pancasila dasarnya adalah nilai-nilai filsafat yang

mendasar yang dijadikan peraturan dan dasar dari norma norma yang berlaku

dalam Indonesia. Melihat pada sila pertama menyebutkan bahwa “Ketuhanan

Yang Maha Esa”, juga termaktub dalam Pasal 29 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) menyebutkan bahwa

“ayat 1 Negara berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa dan ayat 2 Negara

menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-

masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu”,

memang pada sila pertama dan pasal tersebut tidak menentutukan salah satu

agama di Indonesia, namun kita sebagai seorang muslim dapat memahaminya

sebagai konsep Tauhid.1

Konsep Tauhid ini mengandung kalimat لا إله إلا الله (Laa ilaaha ilallah)

mempunyai konsekuensi bagi setiap muslim hanya menyambah kepada Allah

subhana wa ta’ala, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah

حيم “ 163:[2] ن ٱلرا حم ه إلاا هو ٱلرا إل حد لاا ه و هكم إل yang artinya “Dan Tuhan kamu ”وإل

1 Maya Sari. 9 Fungsi Pancasila sebagai Dasar Negara. www.gruppkn.com. Akses 04 Nopember

2018.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

2

adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan (yang berhak disembah)

melainkan Dia, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Menurut istilah

syar’i, makna tauhid yakni menjadikan Allah menjadi satu-satunya sesembahan

yang benar dengan segala kekhususannya. Berdasarkan makna ini maka dapat

dipahami bahwa banyak hal yang manusia menjadikannya sesembahan, bisa

jadi berupa Malaikat, para Nabi-Nabi, orang-orang yang shalih atau bahkan

makhluk Allah yang lainnya, namun seorang yang bertauhid hanya mengesakan

Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.2

Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama

sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi

menjadi tiga: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma Was

Shifat. Tauhid Rububiyyah yakni mentauhidkan Allah pada kejadian-kejadian

yang hanya bisa dilakukan Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah

Ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk baik di bumi maupun

di langit, dan Allah-lah yang dapat mengatur dan mengubah keadaan mereka.

Tauhid Uluhiyyah yakni mentauhidkan Allah dalam semua bentuk peribadahan

baik yang terlihat (zhahir) maupun tidak terlihat (batin). Tauhid Al Asma’ was

Sifat yakni mentauhidkan Allah Ta’ala pada penetapan nama dan shifat Allah,

yaitu sesuai dengan yang Allah tetapkan bagi diri-Nya berdasarkan Al Qur’an

dan Hadits Rasulullah 3.صلى الله عليه وسلم

2 Yulian Purnama. Makna Tauhid. www.muslim.or.id. Akses 04 Nopember 2018. 3 Ibid.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

3

Makna ibadah dalam Tauhid Uluhiyyah adalah semua hal yang dicintai oleh

Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan. Oleh karena itu, kita jadikan

baik perbuatan yang halal maupun mubah kita niatkan ikhlas kepada Allah agar

menjadi sesuatu yang dicintai oleh Allah dan mendapat ganjaran pahala-Nya,

termasuk di dalamnya dengan menghindari salah satu larangan Alah ta’ala

dalam berkonomi yang halal dan thayyib yakni Riba.4

Pembangunan perekonomian di Indonesia, khususnya di bidang

perindustrian dan perdagangan telah membawa manfaat yang besar bagi semua

pihak (pelaku ekonomi), terutama bagi konsumen, yaitu semakin banyaknya

pilihan barang dan jasa yang ditawarkan, dengan berbagai jenis, tipe, harga dan

kualitas. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas (pasar bebas), dan dengan

dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih, maka semakin luas arus

keluar-masuknya barang dan jasa yang menembus ke suatu negara, sehingga

masyarakat dapat lebih mudah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari baik

berupa barang maupun jasa. Berkembang pesatnya kegiatan ekonomi keuangan

yang menggunakan prinsip syari’ah telah menarik banyak pihak untuk

mengetahui lebih dalam ekonomi keuangan syari’ah, bukan saja dari sisi

manajemen bisnis dan ekonominya, namun terlebih lagi dari sisi landasan fikih,

analisa fikih, dan penerapan fikih dalam kegiatan ekonomi keuangan tersebut.5

Pada era yang modern seperti sekarang ini, sudah banyak kemajuan

teknologi yang telah kita rasakan. Akan tetapi kemajuan teknologi tidak

4 Ibid. 5 Neni Sri Imaniyati. Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam dalam Perkembangan. Mandar Maju.

Bandung. 2002. Hal. 161.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

4

selamanya berjalan di atas koridor-koridor syari’ah, bahkan malah terkadang

kemajuan teknologi berdampak terhadap kemunduran atau dekadensi moral

masyarakat. Pun juga sila pertama Pancasila terkait Ketuhanan Yang Maha Esa,

apabila kandungan nilai ketuhanan dikaitkan dengan hukum positif. Maka Asas

Ketuhanan mengamanatkan bahwa tidak boleh ada produk hukum nasional

yang bertentangan dengan agama atau bersifat menolak atau bermusuhan

dengan agama. Setiap warga negara berhak menentukan kebebasan untuk

memeluk agama dan beribadah menurut agamanya6, sehingga setiap warga

negara dijamin haknya apakah menginginkan penerapan hukum Islam dalam

suatu perikatan ataupun menggunakan instrumen hukum nasional, negara akan

tetap menjamin sebagai satu kesatuan hak konstitusional warga negara. hal ini

kemudian di justifikasi kembali dalam pasal 29 ayat 2 UUD NRI 1945 yang

menyatakan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya

dan kepercayaannya itu”.7

Dalam perkara agama, terdapat masalah-masalah agama yang ditetapkan

hukumnya dengan nash yang qath’i (pasti), baik tsubut (kebenaran sumber) dan

dalalah-nya (kebenaran makna), ada yang ditetapkan dengan ijma’ ulama, dan

ada yang ditetapkan dengan nash yang tidak qath’i dalam tsubut atau dalalah-

nya, atau tidak ada nash dalam masalah tersebut, serta para ulama berbeda-beda

pendapatnya. Masalah agama yang disebutkan pertama dan kedua,

6 Vide Pasal 28E ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 7 Hukum Online. Adakah Nilai Ketuhanan dalam Setiap Undang-Undang? www.hukumonline.com.

Akses 04 Nopember 2018.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

5

persoalannya mudah ditentukan. Adapun pada masalah yang ketiga perlu

adanya ijtihad. Definisi Ijtihad, menurut makna secara bahasa berarti

mencurahkan semua kemampuan untuk menghasilkan perkara yang besar.

Adapun berdasarkan istilah, ijtihad adalah mencurahkan semua kemampuan

untuk mengetahui hukum syar’i. Adapun seorang yang mengeluarkan semua

kemampuannya untuk mengetahui hukum syar’i, disebut mujtahid.8

Adapun ijtihad bukanlah perkara yang mudah karena padanya terdapat

syarat-syarat, komponen-komponen dan kekhususan-kekhususan dan harus

memiliki kapabilitas yang mapan sehingga dengan semua hal ini seseorang

mampu ber-ijtihad dalam menghasilkan hukum-hukum syar’i. Dan bagi

siapapun yang belum memiliki semua hal ini maka ia boleh taqlid kepada ulama

yang terdahulu dan mengambil hasil ijtihad mereka yang dinilai lebih kuat

dengan berlandaskan dalil-dalil yang shahih. Ini berdasarkan firman Allah

Ta’ala, كر إن كنتم لا تعلمون maka bertanyalah kepada orang yang“ فاسألوا أهل الذ

berilmu jika kalian tidak mengetahui” (Q.S. An Nahl [16]:43).9

Adapun di Indonesia banyak organisasi keagamaan yang mengeluarkan

ijtihad-nya masing-masing, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang

termasuk dalam infrastruktur pemerintah, ada juga organisasi lainnya seperti

Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis),

Perhimpunan al-Irsyad. Yang kesemuaan organisasi ini adalah organisasi

masyarakat yang termaktub dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 16

8 Andi Ihsan. Apakah Pintu Ijtihad Sudah Tertutup? www.muslim.or.id. Akses 04 Nopember 2018. 9 Ibid.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

6

Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013

Tentang Organisasi Kemasyarakatan menyebutkan “Organisasi

Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas adalah organisasi yang

didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan

kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan

untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.10

Dalam hal ini penulis mengkhususkan pada Perhimpunan al-Irsyad,

sebagaimana Perhimpunan al-Irsyad ini mempunyai legalitas Badan Hukum

dalam SK Kemenkumham Nomor AHU-106.AH.01.07 Tahun 2013 dan

Tambahan Berita Negara R I tanggal 12 Juni 2013 No. 49.11 Perhimpunan al-

Irsyad yang mempunyai Dewan Fatwa-nya sendiri, untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat muslim Indonesia. Salah satu alasannya dibentuk dewan fatwa ini

adalah al-Irsyad sebagai organisasi masyarakat yang sudah berumur lebih dari

satu abad memiliki peran strategis yang baik untuk memberikan pencerahan

kepada masyarakat muslimin Indonesia melalui dewan fatwa. Sehingga

harapannya mereka bisa beragama dengan baik dan benar sesuai dengan

tuntunan agama.12

10 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. 11 Media al-Irsyad. Sejarah Perhimpunan Al-Irsyad. www.mediaalirsyad.com. Akses 04 Nopember

2018. 12 Admin Gema Islam. Dewan Fatwa Perhimpunan Al-irsyad Menjadi Harapan Kontribusi Umat.

www.gemaislam.com. Akses 04 Nopember 2018.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

7

Ketua Umum Perhimpunan al-Irsyad, Basyir Ahmad mengatakan, “Bahwa

terbentuknya Dewan Fatwa Perhimpunan al-Irsyad ini dimulai dari pertanyaan

masyarakat tentang hal-hal yang bersifat umum namun belum jelas hukumnya.

Fenomena yang kini marak antara lain pembayaran ojek online, pembayaran E-

Toll dan lain-lain”. Hal senada juga dikemukakan Dr. Firanda Andirja, Lc.,

MA., Ketua Dewan Fatwa Perhimpunan al-Irsyad, “Kita ingin memberikan

sumbangsih kepada masyarakat soal kebutuhan akan fatwa yang begitu besar”.

Menurut beliau, saat ini kesadaran masyarakat akan kehidupan beragama

sungguh luar biasa. Sementara lembaga yang ada belum bisa menangani

masalah tersebut sepenuhnya. Perhimpunan al-Irsyad berharap Dewan Fatwa

menjadi pelengkap dan tim yang memperkuat Majelis Fatwa DPP Perhimpunan

al-Irsyad agar fatwa-fatwa yang dikeluarkan nantinya memiliki bobot ilmiah

yang baik. Para anggota Dewan Fatwa al-Irsyad ini memiliki latar disiplin ilmu

agama yang mumpuni di bidangnya dan berasal dari berbagai daerah di

Indonesia. Dewan Fatwa Perhimpunan al-Irsyad dalam keorganisasian

Perhimpunan al-Irsyad dalam bidang Mejelis Fatwa.13

Imam Zamahsyari mengemukakan di dalam bukunya “al-kasyaf”

pengertian fatwa ialah suatu jalan yang lapang/lurus. Dalam bahasa arab فتوى,

al-fatwa; jamaknya fatâwa artinya petuah, nasehat, jawaban atas pertanyaan

yang bertalian dengan hukum Islam. Berdasarkan ilmu Ushul Fiqh, fatwa

berarti pendapat yang dicurahkan seorang mujtahid atau mufti sebagai jawaban

atas permintaan yang diajukan oleh orang yang memohon fatwa (mustafti) pada

13 Media Al-Irsyad. Dewan Fatwa. www.mediaalirsyad.com. Akses 04 Nopember 2018.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

8

suatu kasus yang sifatnya tidak mengikat, maksudnya ialah pihak yang

memohon fatwa tersebut baik pribadi, lembaga, maupun kelompok,

masyarakat, tidak mesti harus mengikuti fatwa tersebut, karena fatwa tersebut

tidak memiliki daya ikat.14

Adapun fatwa menurut arti syari’at adalah suatu penjelasan hukum

syar’iyah untuk menjawab suatu perkara yang diajukan oleh seseorang yang

bertanya, baik penjelasan itu jelas/terang atau tidak jelas (ragu-ragu) dan

penjelasan itu menuju pada dua kepentingan yakni kepentingan pribadi dan

kepentingan masyarakat banyak.15

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa fatwa adalah sebuah

pendapat atau nasehat dari seorang mujtahid atau mufti, sebagai jawaban atas

pertanyaan dan permintaan yang diajukan oleh peminta fatwa (mustafti)

terhadap suatu kasus yang sifatnya tidak mengikat. Dalam memberikan fatwa,

para ulama melakukan langkah secara berkelompok (kolektif), melakukan

musyawarah untuk membahas permasalahan yang dipertanyakan oleh peminta

fatwa (mustafti) dan kemudian akan ditetapkan sebuah hukum secara bersama-

sama, dan tidak dilakukan secara individual. Sehubungan dengan kedudukan

fatwa, maka bisa dipersamakan dengan doktrin, dan sudah barang tentu

kekuatan dari fatwa itu tidak mutlak dan tidak mengikat sebagaimana

berlakunya pada ketentuan sebuah undang-undang ataupun putusan hakim yang

sifatnya mengikat, oleh karena itu fatwa tersebut tidak harus diikuti baik oleh

14 M. Erfan Riadi. 2010. Kedudukan fatwa Ditinjau dari Hukum Islam dan Hukum Positif (Analisis

Yuridis Normatif). Malang. Ulumuddin, Volume VI, Tahun IV, Januari – Juni 2010. Fakultas Agama

Islam UMM. Hal. 474. 15 Ibid.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

9

pribadi, lembaga, maupun kelompok masyarakat, karena jelas fatwa tidak

mempunyai daya ikat yang mutlak.16

Pada tanggal 01 Maret 2018 Dewan Fatwa Perhimpunan al-Irsyad telah

mengeluarkan fatwa Nomor 005/DFPA/VI/1439 tentang Haramnya Diskon

yang Didapatkan dari GO-PAY. GO-PAY ialah uang elektronik yang

diterbitkan oleh PT. DAB (Dompet Anak Bangsa) yang terdaftar dan dimonitor

oleh Bank Indonesia, GO-PAY memiliki fungsi yang sama dengan uang tunai

yang di mana dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah, GO-PAY

nilainya sama dengan nilai uang tunai yang didepositkan terlebih dahulu di

dalam akun GO-PAY. Deposit ini bisa disamakan hukumnya dalam transaksi

nitip uang pada toko sembako yang ada di dekat rumah dengan tujuan dapat

diambil barang setiap dibutuhkan dan pada saat itu pembayaran harga barang

dapat diambil langsung dari saldo uang yang dititipkan.17

Ibnu Abidin (Ulama mazhab Hanafi, wafat 1836M) memasukkan kasus ini

ke dalam salah satu bentuk bai’ istijrar, ia berkata,18

“Bila seseorang menyerahkan sejumlah uang kepada penjual, setiap harinya

dia mengambil barang sebanyak 5 item dan pada saat menyerahkan uang dia

tidak mengatakan, “saya beli darimu 5 item setiap harinya”

Aku berkata, ”Hukumnya boleh jika harga 5 item tersebut telah jelas

sebelumnya seperti roti dan daging. Adapun jka harganya tidak diketahui

pada saat mengambil barang maka akad jual-belinya tidak sah karena harga

pada saat transaksi tidak jelas. Maka apabila barang telah digunakan oleh

pihak penitip uang dan sungguh penjual telah menyerahkannya dengan

ridha dan dengan tujuan mendapat uang maka sesungguhnya akad jual-beli

belum terjadi. Walaupun niat kedua belah pihak untuk melakukan akad jual-

beli, hal ini dikarenakan akad jual beli tidak sah dengan niat saja. Maka

16 Ibid. 17 Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad. Fatwa Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad No.

005/Dfpa/Vi/1439 Tentang Haramnya Diskon yang Didapatkan Dari Go-Pay dan Layanan yang

Sejenisnya. Perhimpunan Al-Irsyad. Jakarta. 2018. Hal. 1. 18 Ibid. Hal. 2.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

10

sesungguhnya yang terjadi hampir serupa dengan akad Qardh (di mana

penitip uang meminjamkan uangnya dan penjual meminjamkan barangnya)

yang dia menjamin uang atau barang dengan semisalnya atau senilainya.”

Berdasarkan takyif fiqh (penyesuaian tinjauan fikih) yang dikemukakan oleh

Ibnu Abidin bahwa akadnya bisa disamakan dengan akad qardh maka pada

kasus GO-PAY bahwa khusus pengguna jasa GO-JEK yang membayar jasa

menggunakan GO-PAY mendapat potongan harga maka ini dapat disebut

manfaat yang diberikan muqtaridh (penerima pinjaman) kepada muqridh

(pemberi pinjaman), oleh karena itu setiap pinjaman yang memberikan manfaat

bagi pemberi pinjaman hukumnya adalah riba.19

Di antara kemajuan teknologi yang kita rasakan sekarang ini adalah adanya

transportasi online, yaitu GO-JEK. Ojek, telah ada di masyarakat Indonesia

sejak lama dan pada hakekatnya merupakan sebuah usaha perorangan dari

tukang ojek untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keberadaan PT. Gojek

sendiri ialah memberikan fasilitas berupa aplikasi GO-JEK, jaket dan helm yang

memudahkan tukang ojek melangsungkan usahanya. GO-JEK bermitra dengan

para driver ojek yang telah berpengalaman untuk menjalankan usahanya.20

Oleh karena itu, jika dicermati, keberadaan driver ojek dan PT. Gojek

sesungguhnya merupakan 2 hal yang berbeda, driver ojek online tidak

menerima perintah kerja dari PT. Gojek, akan tetapi dari pelanggan ojek dan

dikerjakan secara pribadi sama seperti tukang ojek pada umumnya. GO-JEK

adalah perusahaan teknologi berjiwa sosial yang memiliki tujuan untuk

19 Ibid. 20 GO-JEK. Tentang GO-JEK. www.go-jek.com. Akses 4 April 2018.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

11

meningkatkan kesejahteraan pekerja di berbagai sektor informal di Indonesia.

Kegiatan GO-JEK berlandaskan pada tiga nilai pokok: kecepatan, inovasi, dan

dampak sosial.21

Meskipun GO-JEK belum memiliki landasan hukum yang jelas, perusahaan

ini tetap diijinkan berjalan dengan alasan dampak positif yang ditimbulkannya

sangat besar. Walaupun sempat diberitakan soal adanya larangan bagi taksi dan

ojek online namun transportasi umum berbasis aplikasi online dinyatakan tetap

dapat beroperasi oleh Menteri Perhubungan seperti yang tertuang dalam

Permenhub 26 Tahun 2017.22

GO-JEK memiliki beberapa layanan diantaranya GO-RIDE, GO-CAR, GO-

FOOD, GO-MART, GO-SEND, GO-PULSA, GO-BOX, GO-TIX, GO-

BUSWAY, GO-PAY, GO-BILLS, GO-SHOP, GO-POINTS. Yang di mana

semua layanan tersebut dapat dibayarkan dengan salah satu layanannya yaitu

GO-PAY. GO-PAY adalah dompet virtual yang bisa masyarakat gunakan untuk

melakukan pembayaran semua transaksi pada aplikasi GO-JEK. Pembayaran

yang dapat dilakukan menggunakan GO-PAY yakni transportasi seperti GO-

RIDE, GO-CAR, dan GO-BUSWAY, membeli makanan dengan GO-FOOD,

berbelanja dengan GO-MART atau GO-SHOP, mengirim barang dengan GO-

SEND atau GO-BOX, membeli pulsa dan paket data dengan GO-PULSA,

membeli tiket bioskop atau acara dengan GO-TIX, sampai relaksasi setelah

21 Ibid. 22 Timothy K. L. Tobing. 2017. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Transportasi Berbasis

Aplikasi Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008. Manado. Lex Crimen Vol. VI/No.

5/Jul/2017. Fakultas Hukum Unsrat. Hal. 123.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

12

beraktivitas dengan GO-MASSAGE, semua bisa dibayar menggunakan GO-

PAY.23

Produk baru ini sangat menggiurkan bagi masyarakat. Karena, dengan

menggunakan fasilitas tersebut, konsumen bisa membayar tarif jasa ojek lebih

murah atau mendapatkan potongan harga (diskon). GO-PAY ini berbeda

dengan transaksi tunai, di mana konsumen harus membayar sesuai dengan tarif

normal.24

Diskon adalah potongan dari harga pasar atau dari harga barang yang telah

ditetapkan oleh pemerintah. Potongan harga ini diberikan oleh penjual untuk

meningkatkan penjualannya. Diskon pada jual-beli boleh-boleh saja, tidak

menjadi sesuatu yang masalah dalam syari’at Islam, karena hukum asal jual-

beli adalah boleh. Namun, diskon ini menjadi sesuatu yang tidak diperbolehkan

apabila diskon menjadi sesuatu manfaat yang diberikan oleh penerima pinjaman

kepada pemberi pinjaman, sebagaimana yang dilakukan oleh GO-JEK dalam

salah satu produk usahanya yaitu GO-PAY.25

Kemudahan dari GO-JEK ini sangat terasa bagi pengguna jasa dan

kemudahan merupakan salah satu maqshad dari syari’at Islam. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda

kepada Muaz bin Jabal dan Abu Musa al-Asyari radhiyallahu ‘anhuma yang

beliau utus ke penduduk Yaman untuk mendakwahkan Islam, روا روا ولاتعس يس

روا ولاتنف روا yang artinya “Berilah kemudahan dan jangan menyulitkan! Beri وبش

kabar gembira dan jangan beri kabar ketakutan”. (HR. Bukhari dan Muslim).

23 GO-JEK. Frequently Asked Questions Layanan GO-PAY. www.go-jek.com. Akses 4 April 2018. 24 Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad. Op.cit. 25 Erwandi Tarmizi. Harta Haram Muamalat Kontemporer Cetakan Ke 16. Berkat Mulia Insani.

Jakarta. 2018. Hal. 347.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

13

Namun, apabila dalam transaksi terdapat sesuatu yang diharamkan oleh syari’at

maka kemudahan tersebut berubah menjadi kesusahan di dunia dan akhirat.26

Dalam suatu kaidah fikih disebutkan الحكم يدور مع علاته ثبوتا وعدما yang artinya

“Hukum itu berputar bersama illat-nya, ada dan tidak adanya”. Berdasarkan

kaidah ini, ketika di dalam suatu akad diketemukan mengandung illat (penyakit

atau sebab dihukumi) atas suatu perkara yang diharamkan, maka hukumnya

akan dipalingkan dari mubah menjadi haram, sesuai dengan keberadaan sebab

haramnya, sebagaimana dijelaskan pada kaidah fikih mu’amalah “hukum asal

segala sesuatu adalah boleh, kecuali ada dalil yang menunjukkan atas

pengharamannya”.27

Masyarakat awam memandang GO-PAY ini hanya sebatas menitipkan

uangnya kepada GO-JEK. Hanya saja, dalam fikih mu’amalah pengertian

penitipan tidak bisa disamakan dengan penitipan dalam bentuk deposito GO-

PAY. Karena hakikat penitipan dalam ilmu fikih yaitu mewakilkan pihak lain

untuk menyimpan harta untuk dikembalikan lagi harta itu juga kepada yang

meminta diwakilkan. Hal tersebut diaplikasikan dengan berbagai komitmen

yang diberikan kepada pihak yang mewakili untuk menyimpannya dan

mengembalikannya pada saatnya nanti. Aplikasi penitipan ini tentu saja tidak

bisa disamakan dengan deposito kontan biasa yang dipegang oleh pihak GO-

JEK untuk kemudian dicampurkan dengan harta lain milik GO-JEK lalu

26 Ibid. Hal. 271. 27 Ibid.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

14

digunakan dalam usaha GO-JEK tersebut, dan dikembalikan lagi pengganti

uang tersebut pada saat yang ditentukan.

Dengan demikian, untuk mendudukan deposito ini secara benar menurut

ilmu fikih harus dikatakan bahwa deposito di sini adalah pinjaman kepada pihak

GO-JEK. Karena hakikat peminjaman adalah pemindahan kepemilikan harta

kepada pihak lain untuk dikembalikan lagi penggantian uang itu kepada yang

meminjamkan. Dan itulah yang dilakukan oleh pihak GO-JEK terhadap

deposito tersebut. Pihak GO-JEK biasa mencampurkan harta deposito itu

dengan harta lain milik GO-JEK untuk dioperasikan sebagaimana halnya harta

miliknya sendiri, kemudian dikembalikan penggantiannya kepada pemilik harta

atau uang tersebut. Karena yang menjadi patokan hukum adalah hakikat dan

pengertian sesungguhnya, bukan sekedar nama atau sebutan saja, maka dapat

dikatakan GO-PAY itu adalah uang pinjaman, meskipun disebut dengan nama

lain.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menganalisis fatwa

tersebut dalam tulisan ini dengan judul “ANALISIS TERHADAP ISTINBATH

HUKUM DALAM FATWA DEWAN FATWA PERHIMPUNAN AL-

IRSYAD TENTANG GO-PAY TAHUN 2018 MENURUT HUKUM ISLAM

DAN HUKUM POSITIF INDONESIA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penyusun

merumuskan permasalahan penilitian ini pada sebagai berikut:

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

15

1. Bagaimana kedudukan hukum fatwa dari Dewan Fatwa Perhimpunan al-

Irsyad tentang GO-PAY menurut hukum Islam dan hukum positif di

Indonesia?

2. Bagaimana metode istinbath hukum yang digunakan oleh Dewan Fatwa

Perhimpunan al-Irsyad dalam menetapkan hukum GO-PAY menurut

hukum Islam dan hukum positif di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan mengkaji kedudukan hukum fatwa dari Dewan

Fatwa Perhimpunan al-Irsyad tentang GO-PAY menurut syari’at Islam dan

hukum positif di Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan mengkaji metode istinbath hukum yang digunakan

Dewan Fatwa al-Irsyad dalam menetapkan hukum GO-PAY.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penilitian ini:

1. Bagi Penulis:

Dapat memberikan wawasan terhadap penulis terkait fikih mu’amalah

kontemporer dan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

program studi Sarjana Strata I (S-I) ilmu hukum, Universitas

Muhammadiyah Malang.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

16

2. Bagi Akademik:

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang hukum Islam

terutama dalam dunia fikih mu’amalah kontemporer.

3. Bagi Masyarakat:

a. Untuk mengingatkan umat Islam mengenai ajaran al-Qur’an dan as-

Sunnah tentang larangan riba dan terutama bahwa melanggar larangan

ini merupakan sebagian dosa yang amat besar.

b. Untuk menjelaskan ekonomi berasaskan Sunnah (yakni, Sunnah yang

berkaitan dengan urusan ekonomi).

E. Kegunaan Penulisan

1. Secara Teoritis

Secara teoritis kegunaan dari penulisan ini adalah untuk menambah

rujukan atau referensi tentang fikih mu’amalah kontemporer khususnya

tentang hukum menggunakan GO-PAY.

2. Secara Praktis

Secara praktisnya kegunaan dari penulisan ini adalah untuk memberi

kontribusi terhadap berbagai kegiatan ekonomi di masa kontemporer untuk

bermu’amalah yang berlabel syari’ah sesuai dengan al-Qur’an dan as-

Sunnah.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

17

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis normatif, yakni

melihat hukum sebagai norma dalam masyarakat. Dalam hal ini yuridisnya

adalah fatwa Perhimpunan al-Irsyad menurut hukum Islam dan hukum

positif Indonesia, sedangkan normatifnya adalah istinbath hukum tentang

GO-PAY.

2. Jenis Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang diperoleh

secara langsung dari al-Qur’an dan as-Sunnah, ijma’, qiyas, Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan (UU Yayasan), Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UU

Perlindungan Konsumen), Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), Peraturan

Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2017 Tentang

Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor

Umum Tidak Dalam Trayek, buku Harta Haram Muamalat

Kontemporer karya Dr. Erwandi Tarmizi, MA., Kompilasi Hukum

Ekonomi Syari’ah.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

18

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah wawancara kepada para ahli fikih,

artikel-artikel para ahli fikih mu’amalah terkait fikih mu’amalah

kontemporer dan fatwa-fatwa para ‘ulama.

3. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

a. Studi Manual dan Digital

Dalam penulisan ini metode yang digunakan untuk mengumpulkan

bahan hukum adalah penelusuran pustaka (library research) melalui

studi dokumen dan studi pustaka yang berhubungan dengan masalah

penulisan. Pun juga dalam penulisan ini metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data adalah studi internet artikel-artikel yang

berhubungan dengan masalah penulisan.

b. Wawancara

Metode ini digunakan sebagai bahan hukum sekunder yang

menguatkan bahan hukum primer. Wawancara akan dilaksanakan

dengan pakar ahli fikih muamalat kontemporer yakni salah satu anggota

Dewan Fatwa Perhimpunan al-Irsyad Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi, Lc.,

MA. dan dosen Ekonomi Syari’ah Universitas Indonesia (UI) Ustadz

Imam Wahyudi, S.E., MM.

4. Analisis Data

Dalam penulisan ini penyusun menggunakan metode deskriptif-

analitis yaitu menggambarkan syarat dan rukun bermu’amalah dan

fenomena transaksi GO-PAY yang bersumber dari beberapa bahan hukum

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

19

yang telah terkumpul. Selain itu, penulis juga menggunakan analisa isi

(content analysis) yaitu sebuah upaya menganalisis konsep-konsep umum

baik berupa ayat al-Quran, as-Sunnah, pendapat-pendapat para ulama

mengenai illat dari GO-PAY. Dengan demikian hikmah dan illat dapat

diketahui sehingga jika dikontekstualisasikan dengan GO-PAY, akan

diketahui apakah halal atau haram menggunakan GO-PAY. Adapun tafsir

yang digunakan dalam penulisan adalah tafsir Ibnu Katsir.

G. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi dan pembahasannya lebih terarah, maka disini perlu

disusun sistematika pembahasan yang dibagi menjadi lima bab, yang

sistematika pembahasannya sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab pertama, merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, kegunaan, telaah pustaka,

kerangaka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab kedua, Bab ini menguraikan tentang profil dari Dewan Fatwa al-

Irsyad dan GO-JEK, teori – teori di dalam al-Qur-an dan as-Sunnah, dasar

hukum, kaidah fikih mu’amalah, buku – buku, jurnal, maupun pendapat ahli

fikih. Hal ini bertujuan untuk mempermudah penulis dalam melakukan

penelitian.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44273/2/BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancasila menjadi pedoman dasar Negara mengandung makna bahwa nilai

20

BAB III : PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan inti dari penulisan hukum yang dibuat oleh penulis

yang mana isinya adalah gambaran mengenai pembahasan dari rumusan

masalah tentang kedudukan hukum fatwa dari Dewan Fatwa Perhimpunan al-

Irsyad tentang GO-PAY menurut hukum Islam dan hukum positif di Indonesia

dan metode istinbath hukum yang digunakan oleh Dewan Fatwa Perhimpunan

al-Irsyad dalam menetapkan hukum GO-PAY menurut hukum Islam dan

hukum positif di Indonesia yang diangkat sesuai dengan bahan hukum yang

didapatkan oleh Penulis.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini akan menguraikan kesimpulan yang didapat dari bab

sebelumnya, serta berisikan tentang saran - saran yang perlu di sampaikan

terkait permasalahan yang telah diteliti.