6
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global, diperkirakan lebih dari 10 juta anak- anak berusia kurang dan sama dengan 5 tahun (balita) meninggal setiap tahunnya, dan sekitar 20% dari jumlah tersebut meninggal karena diare infeksi (Black dkk, 2003; Kosek dkk, 2003; Parashar dkk, 2003). Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang mempunyai angka kesakitan tinggi dan bahkan menjadi salah satu penyebab kematian utama kedua setelah pneumonia pada anak-anak di dunia (UNICEF/WHO, 2009). Dengan berbagai usaha yang telah dilakukan badan kesehatan dunia (WHO) dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun terakhir ini, kasus kematian yang disebabkan oleh diare infeksi di antara anak-anak sudah menurun; hingga saat ini angka kematiannya adalah 3.8 per 1000 per tahun (Kosek dkk, 2003), dan median incidence secara keseluruhan pada anak-anak balita adalah 3.2 episode peranak pertahun (Kosek dkk, 2003), meskipun terdapat adanya perbedaan yang signifikan di antara kelompok umur yang berbeda dan daerah atau negara yang berbeda. Seperti yang di alami oleh An. M yang di rawat di ruang F Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang mengalami diare akut (gastroenteritis) dengan tanda dan gejala diare. 1

BAB I.doc

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

2

4

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSecara global, diperkirakan lebih dari 10 juta anak-anak berusia kurang dan sama dengan 5 tahun (balita) meninggal setiap tahunnya, dan sekitar 20% dari jumlah tersebut meninggal karena diare infeksi (Black dkk, 2003; Kosek dkk, 2003; Parashar dkk, 2003). Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang mempunyai angka kesakitan tinggi dan bahkan menjadi salah satu penyebab kematian utama kedua setelah pneumonia pada anak-anak di dunia (UNICEF/WHO, 2009). Dengan berbagai usaha yang telah dilakukan badan kesehatan dunia (WHO) dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun terakhir ini, kasus kematian yang disebabkan oleh diare infeksi di antara anak-anak sudah menurun; hingga saat ini angka kematiannya adalah 3.8 per 1000 per tahun (Kosek dkk, 2003), dan median incidence secara keseluruhan pada anak-anak balita adalah 3.2 episode peranak pertahun (Kosek dkk, 2003), meskipun terdapat adanya perbedaan yang signifikan di antara kelompok umur yang berbeda dan daerah atau negara yang berbeda. Seperti yang di alami oleh An. M yang di rawat di ruang F Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang mengalami diare akut (gastroenteritis) dengan tanda dan gejala diare.Sampai saat ini, penyakit diare akut (gastroenteritis) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia terutama pada anak-anak. Di Indonesia sekitar 162.000 balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya (Aminudin R., 2007). Di Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya penyakit diare akut (gastroenteritis) setiap tahunnya menjadi penyakit yang tersering di temukan. Di Kalimantan Tengah tahun 2012 dari berbagai kabupaten balita yang kesakitan diare setiap bulannya adalah 1535 balita, yang meninggal masih belum di ketahui (STP Berbasis Rumah Sakit Prov. Kalimantan Tengah, 2012). Upaya sekarang yang telah dilaksanakan yaitu banyaknya penyuluhan dan informasi sehingga, angka kematian di Rumah Sakit dapat ditekan menjadi kurang dari 3% (Hasan R, Alatas H, 2003). Beberapa spesies bakteri, virus dan parasit merupakan mikroorganisme yang sering menjadi penyebab diare infeksi. Rotavirus adalah jenis mikroorganisme penyebab utama diare pada bayi dan anak-anak di dunia, baik negara-negara yang sedang berkembang maupun negara-negara maju. Diare infeksi akut dengan keparahan tinggi karena rotavirus biasanya juga ditandai dengan adanya tanda-tanda klinis lain seperti; kenaikan suhu badan, muntah, dehidrasi, dan sakit perut yang hebat hingga diperlukan perawatan di rumah sakit (Schiller, 2007). Semakin tinggi frekuensi episode diare yang terjadi dalam 24 jam dan semakin lama waktu (hari) yang dialami penderita diare, dikatakan keparahan diare yang diderita adalah lebih tinggi (Bhandari dkk, 2002). Dehidrasi merupakan dampak terberat dari diare, dan terjadi karena kehilangan cairan dan elektrolit tubuh (sodium, chloride, potassium dan bicarbonate) melalui feses cair, muntah, keringat, urin, dan bernafas yang tidak segera digantikan (WHO, 2009). Selain faktor genetik (genotipe) rotavirus, faktor lain yang diprediksi berkaitan erat dengan derajat keparahan diare infeksi adalah kondisi imunitas dari penderita, dan kualitas perawatan penderita dirumah atau tata laksana penanganannya di tempat pelayanan kesehatan. Bayi atau balita penderita diare dengan konsekuensi klinis parah ini dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan benar dan sebaik-baiknya.Untuk mengatasi masalah di atas maka orang tua harus mengetahui bagaimana pemberian awal cairan rehidrasi yang benar di rumah jika anaknya terkena diare, dan tidak sembarangan memberikan obat (antibiotik). Pentingnya peran perawat dalam asuhan keperawatan pada diare dan pengetahuan para medis serta klinisi di klinik layanan kesehatan pertama seperti puskesmas, klinik kesehatan non pemerintah, ataupun praktek pribadi dokter, bidan atau mantri di daerah-daerah akan metode-metode atau pedoman-pedoman penatalaksanaan terkini atau terapi pasien-pasien penderita penyakit (terutama) infeksi termasuk diare infeksi merupakan unsur lain yang tidak kalah penting dalam usaha mencegah pasien mengalami progresi penyakit lebih lanjut dan berakibat kematian. Oleh karena itu penulis tertarikuntuk membuat dan melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus gastroenteritis.1.2 Rumusan MasalahRumusan masalah dalam studi kasus ini adalah: Bagaimana penerapan asuhan keperawatan klien dengan kasus diare akut (gastroenteritis) di ruang rawat F RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya?

1.3 Tujuan Studi Kasus1.3.1 Tujuan UmumDari rumusan masalah di atas, tujuan penyusunan dan penulisan studi kasus adalah mahasiswa mampu menulis, menyajikan dan melakukan asuhan keperawatan pada diare akut (gastroenteritis).1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan diare akut (gastroenteritis)1.3.2.2 Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan diare akut (gastroenteritis)1.3.2.3 Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan diare akut (gastroenteritis)1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan diare akut (gastroenteritis)1.3.2.5 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan diare akut (gastroenteritis)1.3.2.6 Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan diare akut (gastroenteritis)1.4 Manfaat Penulisan1.4.1 TeoritisManfaat studi kasus secara teoritis adalah: untuk mengetahui bagaimana konsep dasar dan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus diare akut (gastroenteritis).1.4.2 Praktis1.4.2.1 Manfaat Bagi Perkembangan IptekHasil studi kasus ini sebagai tambahan pengetahuan dan informasi yang berharga serta dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa lain yang ingin melakukan studi kasus lanjutan.1.4.2.2 Manfaat Bagi MahasiswaMenambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang diare akut (gastroenteritis) sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan yang lebih baik pada pasien dengan diare akut (gastroenteritis).1.4.2.3 Manfaat Bagi Tempat Studi KasusMemperoleh gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan secara khusus pada kasus dengan diare akut (gastroenteritis) serta lebih mengetahui masalah/hambatan dalam manajemen asuhan keperawatan anak.1.4.2.4 Manfaat Bagi AkademikHasil studi kasus di harapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna dan bermanfaat bagi perguruan tinggi.

12