Upload
votuyen
View
222
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
14
BAB II
MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. Pengertian Manajemen
Pengertian manajemen, para ahli berbeda dalam memberikan
definisi, antara lain:
Peter, “Management is also tasks, activities, and functions. Irrespective
of the labels attached to managing, the elements of planning,
organizing, directing, and controlling are essential.”1
Manajemen adalah juga tugas, aktivitas dan fungsi. Terlepas dari aturan yang mengikat untuk mengatur unsur-unsur pada perencanaan, pengorganisasian, tujuan, dan pengawasan adalah hal-hal yang sangat penting.
James, “ Management is a fundamental humam activitvity.”2
Manajemen adalah aktivitas manusia yang sangat mendasar.
Siagian: “Kemampuan dan ketrapilan untuk memperoleh suatu hasil
dalam rangka pencapaian tujuanmelalui kegiatan orang lain”.3
Dale, Manajemen merupakan “(1) mengelola orang-orang, (2)
pengambilan keputusan, (3) proses pengorganisasian dan memakai sumber-
sumberuntuk menyelesaikan tujuan yang sudah ditentukan.”4
Terry, Manajemen yaitu: “ mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dahulu dengan mempergunakan kegiatan-kegitanorang lain” 5
1Peter. P. Schoderbek, Management, (San Diego: Harcourt Broce Javano Vich, 1988),
hlm. 8. 2James H. Donnelly. JR., Fundamentals of Management, (Irwin Dorsey: Business
Publications, 1981), hlm. 1.
3Sondang P. Siagian, Filsafat Administarsi, ( Jakarta: Haji Masagung, 1989), Cet. 20, hlm. 5.
4Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), Cet. 1,
hlm. 3.
15
Sarwoto secara singkat mengakatakan bahwa manajemen adalah
persoalan mencapai sesuatu tujuan-tujuan tertentu dengan suatu kelompok
orang-orang,6
Sedang menurut Winardi, Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapakan melalui pemanfaatan sember-sumber lain.7
Sondang P. Siagian, manajemen adalah: sebagai kemampuan atau
ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian
tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.8
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa: (1) manajemen
merupakan usaha atau tindakan ke arah pencapaian tujuan; (2) menajemen
merupakan sistem kerja sama; dan (3) manajemen melibatkan secara
optimal kontribusi orang-orang, dana, fisik dan sumber- sumber lainnya.
Dalam pendidikan manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas
memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.9
5J. Pangkyim, Manajemen suatu Pengantar, ( Jakarta: Gladia Indonesia,1982), hlm. 38.
6Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1978),
hlm. 44. 7Winardi, Asas-asas Manajemen, (Bandung: Penerbit Alumni,1983), hlm. 4. 8Sodang P. Siagian, Op. Cit., hlm. 5. 9Made Pidarta, Op. Cit. hlm. 4.
16
B. Tujuan Manajemen Pendidikan
Manajemen dibutuhkan manusia dimana saja bekerja secara
bersama (organisasi) guna mencapai tujuan yang telah ditentukan, Seperti
organisasai sekolah, kelompok olah raga, musik, militer atau perusahaan.10
Manusia dihadapkan dalam berbagai alternatif atau cara melakukan
pekerjan secara berdaya guna dan berhasil. Oleh karena itu metode dan
cara adalah sebagai sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan.11
Menurut Winardi “manajemen itu berhubungan dengan usaha
pencapaian sesuatu hal yang spesifik, yang dinyatakan sebagai suatu
sasaran”12 maka manajemen merupakan alat yang efektif untuk
menyelesaikan pekerjaan yang diperlukan.
Dari berbagai pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan tujuan
manajemen secara umum adalah merupakan alat atau sarana yang effektif
cara melakukan pekerjaan secara berdaya guna dan berhasil, secara
bersama (organisasi).
Adapun tujuan manajemen pendidikan menurut Nanang Fattah,
menyitir pendapat Shrode dan Voich tujuan manajemen adalah
produktivitas dan kepuasan seperti peningkatan mutu pendidikan,
pemenuhan kesempatan kerja pada pembangunan daerah/nasional serta
tanggung jawab sosial. Tujuan tersebut ditentukan berdasarkan pengkajian
terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan,
peluang, dan ancaman.13 Serta merupakan upaya mencapai keunggulan
10Hani Handoko, Manajemen, Edisi II, ( Yogyakarta: BPFP, 1989), Cet. 2, hlm. 3. 11M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), Cet. 10,
hlm. 18 12Winardi, Asas-Asas Manajemen, (Bandung: Alumni, 1983), hlm. 13. 13Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, , (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), Cet. 3, hlm. 15.
17
masyarakat dalam penguasaan ilmu dan teknologi serta meningkatkan
mutu dan pemerataan pendidikan14
Apabila produktivitas merupakan tujuan maka perlu dipahami
makna produktivitas itu sendiri sebagai ukuran kuantitas dan kualitas
kinerja dengan mempertimbangkan kemanfaatan sumber daya.
Produktivitas itu dipengaruhi oleh derajat keefektifan, efisiensi penggunaan
sumber daya serta sikap mental yang senantiasa berusaha untuk terus
berkembang.
Produktivitas juga dapat diukur dengan dua standar utama, yaitu
secara fisik dan nilai. Fisik diukur secara kuantitatif seperti banyaknya
keluaran (pajang, berat, lamanya waktu, jumlah), sedang berdasarkan nilai
diukur atas dasar nilai-nilai kemampuan, sikap, prilaku, disiplin, motivasi,
dan komitmen.
Maka dapat dipahami tujuan manajemen pendidikan adalah
produktivitas, kepuasan, menjadikan masyarakat yang unggul dalam
penguasaan ilmu dan teknologi berdasarkan situasi dan kondisi.
C. Pendekatan Manajemen
Bahwa semua aktivitas berkaitan satu sama lain dan dapat
diidentifikasikan sebagai sistim-sistim yang membentuk sebuah pola atau
jalinan-jalinan yang seluruh aspek dan tindakan memgarahkan berbagai
macam aktivitas kerja dapat dimengerti dan dimanfaatkan sebaik-
baiknya.15
Tradisi, meniru dalam memimpim (mencoba) dengan cara yang
lebih sesuai dengan zaman yang mula-mula dipentingkan dari segi teknis,
14E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 3, hlm. 25.
15Winardi, Op. Cit, hlm. 21.
18
komersiil, dan administrasi, kemudian merambah kepada bidang
perburuhan dan kemanusiaan pada umumnya16
Manajemen haruslah diselenggarakan seefisien mungkin dengan
dasar yang dianut karena setiap manajer memiliki filsafat hidup sendiri;
dengan demikian hendaklah selalu berupaya mencapai efisiensi
semaksimal mungkin serta didasarkan pada hubungan antara manusia dan
Tuhan, bukan semata-mata ditujukan kepada kepentingan tingkah laku
manusia untuk memenuhi kebutuhan.17
Jadi dapat dipahami pendekatan manajemen adalah berbagai unsur
kegiatan atau tindakan yang dimengerti dan dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin untuk manusia, seperti hubungan manusia dengan
Tuhan, manusia antar manusia dan manusia dengan alam .
Ada beberapa pendekatan manajemen yang perlu diperhatikan,
antara lain:
1. Pendekatan Proses
Pendekatan proses dikenal dalam manajemen dengan berbagai
sebutan, seperti universal, fungsional, operasional, tradisional atau
klasikal prinsif-prinsif umum manajemen. Yang muncul sebagi ciri
khusus pedekatan proses klasik, yaitu: a. kesatuan komando, b.
kesamaan kewenangan dan tanggung jawab, c. rentang kendali yang
terbatas, d. pedelegasian hal-hal yang rutin.18
16J. Pangkyim, Op. Cit., hlm.30. 17Ek. Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan berdasarkan Ajaran Islam,
(Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1986), hlm. 48. 18Soebagio Admodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadlzya Jaya,
2000), hlm. 8.
19
2. Pendekatan Kuantitatif
Pedekatan ini sering disebut manajemen sains, yang lebih
memfokuskan dari sudut pandang model matematiaka dan proses
kuantitatif. Yang paling tepat mewakili pedekatan ini adalah teknik
matematika dan opration research. Tenik-teknik riset semakin penting
sebagai rasional untuk pembuatan keputusan. Teknik manajemen sains
digunakan penganggaran modal, sceduel produksi, strategi produk,
perencanaan program pengembangan sumber daya manusia dan
sebagainya.19
3. Pendekatan sistem
Segala sesuatu adalah saling berhubungan dan saling
bergantung. Suatu sistem terdiri dari elemen-elemen yang berhubungan
dan bergantung satu dengan yang lain; tetapi bila elemen tersebut
berinteraksi, maka akan membentuk suatu kesatuan yang menyeluruh.
Sehingga phenomena dapat dianalisa dan disajikan dari sudut
pandangan sistem.
Konsep sistem telah digunakan dalam manajemen seperti halnya
analisa tentang interaksi antar manusia dan mesin, teori informasi
berkaitan dengan pandangan sistem walaupun demikian penekanan
secara langsung terhadap studi, analisis, manajemen sebagi suatu
sistem.
Perlunya pendekatan sistem bagi ilmu pengetahuan (fenomena
ilmu pengetahuan) diperlukan adanya suatu sistematika, kerangka kerja
teoritis yang akan mengambarkan secara umum hubungan dunia
pengalaman.
19Hani Handoko, Op. Cit, hlm.54-55
20
4. Pendekatan Kontigensi
Pendekatan yang mencoba untuk menerapkan konsep-konsep
yang dari berbagai aliran manajemen dalam situasi kehidupan yang
nyata yang sering ditemui metode yang sangat efektif dalam suatu
situasi tetapi tidak akan berjalan dengan baik dalam situasi-situasi
lainnya.
Pedekatan yang melaksanakan kerja sama antara lingkungan
dengan teori dan mencoba menjembatani kesenjangan yang ada untuk
dipraktekkan (nyata). Misalnya, jika nilai-nilai sosial yang berlaku
berorentasi non materialistik kebebasan, dan organisasi mempekerjakan
pegawai yang profesional dalam situasi oprasi teknologi tinggi, maka
gaya partisipasif, gaya kepemimpinaan terbuka akan merupakan hal
yang efektif dalam pencapai tujuan. Sebaliknya, jika nilai-nilai sosial
yang berlaku berorentasi terhadap kebendaan (materi) patuh kepada
kekuasaan, dan organisasi mempekerjakan tenaga-tenaga tidak terampil
bekerja umtuk tugas rutin, maka, gaya kepemimpinan yang keras,
otoriter merupakan yang paling efektif untuk mencapai tujuan.20
5. Pendekatan Prilaku
Hubungan manusiawi muncul karena karyawan tidak selalu
mengikuti pola-pola perilaku yang rasional. Kemudian kelompok kerja
informal lingkungan sosial juga mempunyai pengaruh besar pada
produktifitas, makluk sosial dimotivasi oleh kebutuhan sosial,
keinginan akan hubungan timbal balik dalam pekerjaan
Pedekatan prilaku ini sangat berpengaruh dalam proses
manajemen, khususnya dalam upaya peningkatan produktivitas suatu
organisasi. Ilmu prilaku merupakan salah satu aliran yang sangat
berpengaruh bagi studi prilaku organisasi. Ilmu psikologi sosial sangat
20Soebagio Admodiwirio, Op. Cit. hlm. 11..
21
berperan dalam upaya memahami prilaku individu dalam kaitannya
dengan lingkungan. Serta bagian ilmu pengetahuan sosiologi adalah
studi tentang prilaku individu dalam kelompok, dan hubungan antara
individu. Beberpa topik yang menjadi perhatian ilmu psikologi sosial,
antara lain : sikap, formasi dan perubahannya, riset komunikasi,
pengaruh jaringan komunikasi terhadap efisiensi dan kepuasan individu
dan kelompok, Pemecahan masalah, analisis terhadap kerja sama dan
kompetisi, pengaruh sosial, akibat kesesuaian dan faktor-faktor sosial
terhadap individu dan kelompok, kepemimpinan, terutama indentifikasi
dan fungsi kepemimpinan dan efektivitas.
D. Fungsi Manajemen Pendidikan
Fungsi adalah “ besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu
berubah, maka besaran yang lain berubah”21
Dari sudut ilmu sosial yang dimaksud dengan “fungsi” adalah
adanya karakteristik tertentu yang membedakan suatu tugas dengan tugas
lain, sehingga fungsi satu pekerjaan akan memberikan warna tersendiri
terhadap persyaratan proses penyediaan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiaatan tersebut.22
Jadi fungsi adalah tugas pokok yang harus dilaksanakan untuk
menyelesaikan kegiatan.
Dalam manjemen yang dimaksud dengan fungsi adalah tugas-tugas
tertentu yang harus dilaksanakan sendiri.23
21Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1993), Cet. 4 hlm. 245.
22Subagio Atmodiwirio, Op. Cit. hlm.12- 13. 23Sondang P. Siagian, Op. Cit., hlm. 101.
22
Menurut Made Pidarta fungsi manajemen banyak ragamnya seperti, “merencanakan, mengorganisasikan, menyusun staf, mengarahkan, mengkoordinasi, dan mengontrol, mencatat, dan melaporkan, menyusun anggaran belanja. Kemudian dibuat lebih sedehana terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan, memberi komando, mengkoordinasi, dan mengontrol”. 24
Menurut Hani Handoko fungsi manjemen ada lima :“fungsi yang
paling penting planning, organizing, staffing, leading, dan controlling.” 25
Menurut Winardi bahwa diantara beberapa fungsi dasar manajemen
yang meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pergerakkan ( actuating), Pengawasan ( controlling).26
Dari berbagi pengertian fungsi manajemen diatas dapat ditarik
secara garis besarnya bahwa fungsi manajemen pendidikan secara umum
sebagai berikut :
1. Perencanan
Perencanaan terjadi di semua tipe kegiatan. Perencanaan adalah
proses dasar memutuskan tujuan dan cara mencapainya. Perencanan
dalam organisasi sangat esensial, karena dalam kenyataannya
perencanaan memegang peranan lebih dibanding fungsi manajemen
lainnya.
Planning (perencanaan) adalah: memilih dan menghubung-
menghubungkan kenyataan yang dibayangkan serta merumuskan
tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang
diinginkan27
24Made Pidarta, Op. Cit, hlm. 4. 25Hani Handoko, Op. Cit, hlm. 23. 26Winardi, Op. Cit, hlm. 63.
27Op. Cit., hlm. 78.
23
Planning dapat didefinisikan sebagai “ keseluruhan proses
pemikiran dan penentuan secara matang dari pada hal-hal yang akan
dikerjakan di masa akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditentukan”.28
Perencanaan (planning) sesuatu kegiatan yang akan dicapai
dengan cara dan proses, suatu orientasi masa depan, pengambilan
keputusan, dan rumusan berbagai masalah secara formal dan terang.29
Sebelum dapat mengorganisasi, mengarahkan atau mengawasi,
mereka harus membuat rencana-rencana yang memberikan tujuan dan
arah organisasi, Dalam perencanaan memutuskan “apa yang harus
diputuskan, kapan melakukannya, bagaimana melakukannya, dan siapa
yang melakukannya”. Jadi perencanaan adalah memilih kegiatan serta
memutuskan apa yang harus dilakukan. Perencanan yang baik dapat
dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang
yang mana perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan
dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat
Ayat al Qur’an yang berkenaan dengan perencanaan adalah:
����������������������������� ���������������������������������� �
��������� �����!���"�
Dan janganlah kamu jauhkan dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. 30 (QS. Al- Baqarah: 195)
28Op. Cit. hlm., 108. 29Soebijanto Wirojoedo, Teori Perencanaan Pendidikan, ( Yogyakarta: Liberty, 1985),
Cet. 1, hlm. 6.
24
Yang dimaksud menjauhkan diri dan berbuat baik pada ayat
tersebut, adalah semua tindakan atau perbuatan hendaklah difikirkan
terlebih dahulu, kemudian diikhtiari agar mendapat hasil sebesar-
besarnya dan kerugian sekecil kecilnya, disebut perencanaan.31
Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila
rencana tersebut telah ditetapkan, rencana harus diimplementasikan.
Setiap saat selama proses implementasi dan pengawasan, rencana-
rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna.
“Perencanaan kembali” kadang-kadang menjadi faktor kunci
pencapaian sukses akhir. Oleh karena itu perencanan harus
mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu menyesuaikan
diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin.
Dari berbagai definisi perencanaan sebelumnya, dapat
disimpulkan: suatu proses yang mempersiapkan seperangkat alternatif
bagi kegiatan masa depan yang diarahakan kepada pencapaian tujuan
dengan usaha oftimal dan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan
yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya secara menyeluruh suatu
negara.
Maksud dari perencanaan pendidikan adalah keputusan yang
diambil untuk melakukan tindakan selama waktu tertentu agar sistem
pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien, serta menghasilkan
lulusan bermutu yang relevan dengan kebutuhan pembangunaan.32
30Mahmud Noor, Al Qur’an al Karim dan Terjemahnya (Departemen Agama RI),
(Semarang: Toha Putra, 1996), hlm. 23. 31Ek. Mohtar Effendy, Manajemen suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (
Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1986), hlm. 77. 32Nanang Fattah, Op. Cit, hlm. 50.
25
Perencanaan pendidikan yang baik hendaknya memperhatikan
sifat-sifat kondisi sebagai berikut :
a. Tujuan perencanaan
Pada dasarnya tujuan perencanan adalah sebagai pedoman
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapakan. Sebagai suatu alat
ukur dalam membandingkan antara hasil yang dicapai dengan
harapannya.
b. Jenis perencanaan
Secara umum jenis perencanaan terdiri atas :
1). Perencanaan Menurut Waktu
Perencanaan jangka panjang mempunyai jangka 10, 20, atau 25
tahun. Perencanaan ini memuat rencana bersifat umum, global
dan belum terperinci. Ini masih harus dijabarkan menjadi
perencanaan menengah dan pendek. Perencanaan jangka
menengah mempunyai jangka waktu kurang lebih 4 sampai 7
tahun. Disusun berdasarkan jangka panjang dan perlu dijabarkan
jangka pendek. Perencanaan jangka pendek mempunyai jangka
waktu 4 tahun. Salah satu contoh perencanan jangka pendek
adalah perencanaan 5 tahun atau disebut perencanaan
operasional, merupakan siklus yang selalu berulang setiap tahun.
2). Perencanaan Menurut Sifat
Perencanaan kuantitatif adalah yang targetnya ditetapkan secara
jumlahnya. Perencanaan kualitatif adalah yang target ditetapkan
secara mutu, atau tidak bisa dihitung jumlahnya.
3). Perencanaan Menurut Wewenang Pembuatannya.
Perencanaan sentralisasi adalah sistem yang diatur oleh pusat.
26
Perencanaan desentralisasi sistem perencanaan yang
memberikan kekuasan kepada daerah untuk menyusun sendiri
kebutuhannya
4). Perencanaan menurut jenjang.
Pada perencanaan ini terdapat perencanaan yang berjenjang dari
unit tingkat lokal, dan tingkat pusat. Jenjang perencanaan mulai
dari tingkat pusat, kabupaten/ kota madya dan lokal.
c. Siklus perencanaan
Siklus disini diartikan sebagai suatu proses berlangsungnya
perencanaan pendidikan yang berulang. Tahapan ini harus hirarki
yang harus dilalui sebagai langkah dalam perencanaan.
1). Pengumpulan dan pengolahan data/ imformasi
Kegiatan pokoknya adalah kompilasi data pendidikan,
pengorganisasian data menyusun indikator-indikator yang di-
perlukan, menghimpun hasil penelitian serta evaluasi dan
monitoring rencana dan program yang lalu. Data dan informasi
harus lengkap, akurat, dan baru sesuai dengan keperluan bagi
pengambil keputusan.
2). Analisisis dan diagnosis
Yang dimaksud ialah mempelajari dan meneliti data yang ada dan
membuat interprestasi yang diperlukan.
3). Perumusan kebijaksanaan
Kebijaksanaan merupakan suatu pembahasan gerak tentang apa
yang akan dijadikan keputusan orang lain. Para perencana
pendidikan tidak berwenang untuk menetapkan kebijaksanan.
27
Garis-garis kebijaksanaan ditetapkan oleh para pengambil
keputusan pada tertentu. Para perencana pendidikan hanya
merupakan staf yang memberikan teknis bahan rancangan
kebijaksanaan kepada pimpinan.
4). Perkiraan kebutuhan yang akan datang
Perencana harus memperkirakan kebutuhan masa depan dalam
rangka pembangunaan pendidikan sesuai dengan kebijaksanaan
yang sudah ada . Serta inovasi teknologi alam pendidikan.
5). Penetapan sasaran
Sasaran ditetapkan dengan parameter yang bisa diukur. Sasaran
sebaiknya dapat dihitung. Perencanaan harus mengecek kembali
seluruh rancangan kebutuhan termasuk kegiatan dan sasaran yang
layak dilaksanakan.
6). Penyusunan alternatif strategi yang layak
Kegiatan ini penting dilakukan daalam pemilihan dan penetapan
tujuan, sasaran, dan cara yang efisien untuk mencapai tujuan
kedalam rencana pendidikan.
7). Perumusan rencana
Perumusan rencana adalah usaha merumuskan tujuan, kegiatan,
dan sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu.
Perkiraan biaya yang diperlukan untuk mencapai sasaran , unsur
pelaksanaan serta jadwal kegiatan. Perumusan rencana
mengandung pengertian atas jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan.
28
8). Penganggaran
Perancangan yang akan akan dilaksanakan berorientasi kepada
output bukan kepada anggaran (budget). Pada tahap ini perencana
memperhitungkan biaya yang dibutuhkan dalam pembiayaan
rencana. Oleh karena itu harus diketahui sumber-sumber
pembiayaan yang diperkirakan dapat menjadi penyangga dananya,
baik yang berasal dari pemerintah, masyarakat maupun luar
negeri.
9). Perincian rencana
Rencana dirinci sehingga setiap satuan kegiatan menjadi lebih
jelas (sasaran, pelaksanaan, hasil yang diharapkan, jadwal, sarana
yang diperlukan, dan biaya). Proses rincian rencana terdiri atas
dua langkah pokok: Penyusunan program, indentifikasi
perumusan proyek.
10). Pelaksanan rencana
Pelaksanaan rencana tidak termasuk proses perencanaan sangat
erat kaitannya dengan pola oprasional rencana yang disusun.
Suatu pola yang baik harus mempunyai ciri-ciri: tujuan yang
dirumuskan secara jelas, hasil yang diharapkan harus kongkrit,
jaringan kerja yang rinci, sistem, dan mikanisme perencanaan.
11. Evaluasi rencana dan pelaksanaan
Langkah ini sangat penting karena melalui evaluasi keberhasilan
sesuatu perencanaan dapat diukur.
29
2. Pengorganisasiaan
Pengorganisasian sebagai fungsi organik administrasi dan
manajemen: Keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat,
tugas-tugas, tanggung-jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga
tercipta suatau organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.33
Untuk memahami hakiki organisasi, perlu diberi pengertian
tentang organisasi itu. Dalam hal ini organisasi didefinisikan sebagai:
setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang
bekerjasama untuk sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal
dalam persekutuan mana selalu terdapat hubungan antara
seorang/sekelompok orang yang disebut pimpinan dan
seorang/sekelompok orang lain yang disebut bawahan.
Mengorganisasikan adalah proses mengatur mengalokasikan
pekerjaan, wewenang, sumber daya di antara anggota organisasi,
sehingga mereka dapat mencapai sasaran organisasi.34
Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan
kelakukuan yang efektif antara orang-orang, hingga mereka dapat
bekerja sama secara efisien dan demikian memperoleh kepuasan
pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi
lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.35
Organisasi berfungsi sebagai prasarana atau alat dari manajemen
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka terhadap organisasi
dapat diadakan peninjauan dari dua aspek. Pertama aspek organisasi
sebagai wadah dari pada sekelompok manusia yang bekerja sama, dan
33Sodang P. Siagian, Op. Cit, hlm. 116. 34James A. F. Stoner, Manajemen, (Jakarta: Prenhallindo, 1996), hlm. 11.
35Winardi, Op. Cit, hlm. 217.
30
aspek yang kedua organisasi sebagai proses dari penglompokan
manusia dalam satu kerja yang efisien.36
Menurut Nanang Fattah “proses membagi kerja kedalam tugas-
tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang
yang sesuai dengan kemammpuannya”.37
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan organisasi
adalah proses pembagian kerja serta hubungan orang-orang, alat-alat,
tugas-tugas dan tanggung jawab, sehingga dapat bekerja sama untuk
mencapai tujuan
Kemudian pengorganisasian Pendidikan menurut Soebagio
Atmodiwirio ialah “merupakan usaha mempersatukan sumber-sumber
daya pokok dengan cara yang teratur dan mengatur orang dalam pola
yang sedemikian rupa, dengan efektif dan efisien hingga mereka dapat
melaksanakan aktivitas-aktivitas guna pencapaian tujuan yang telah
ditentukan”.38 tujuan yang telah ditentukan disini yang dimaksud
penulis adalah tujuan pendidikan.
Organisasi dapat dikatakan sebagai wadah yang bersifat statis,
yakni untuk memberikan adanya suatu kepastian dan ketentuan tentang
pelaksanaan hubungan kerja sama manusia. Sedang sebagai proses
maka organisasi adalah bersifat dinamis (dynamics). Dengan demikian
organisasi bersifat hidup, berkembang, bergerak dan berubah-ubah.
36F.X. Soedjadi, O&M (Organization and methods) Penunjang Keberhasilan Proses Manajemen, Cet. Ke-3, (Jakarta: Haji Masgung, 1990), hlm. 17.
37Nanang Fattah, Op. Cit. hlm.71. 38Soebagio Admodiwirio, Op. Cit. hlm. 100.
31
Jadi organisasi tidaklah mati, tidak mandeg, dan juga tidak
bersifat kaku.
a.Struktur Organisasi
Melalui struktur organisasi orang dapat mengetahui tentang
masing-masing peranan yang harus dikerjakan / dilaksanakan sebagai
orang yang bertangung jawab sesuai dengan kedudukan dalam
jenjang organisasi. Seorang pimpinan dapat mengetahui tanggung
jawab dan kewajiban, demikian pula bawahan dapat menjalankan
tugas yang harus dilaksanakan. Dengan melihat struktur organisasi
digambarkan kedudukan dan peranan setiap anggota dengan
pencapaian tujuan organisasai.
b.Tipe-tipe Organisasi
Pembentukan organisasi didasarkan pada tujuan dan
kepentingan orang yang membentuk organisasi. Untuk apa organisasi
itu didirikan, dan bagaimana hubungan antar individu diatur sangat
menentukan tipe-tipe organisasi. Dengan dasar tersebut tipe
organisasi dibedakan sebagai berikut:
1). Struktur lini (jalur)
Struktur lini juga disebut struktur garis atau struktur saklar. Dalam
tipe ini hanya ada satu hubungan langsung, hubungan vertikal
antara berbagai tingkat organisasi. Wewenang dari puncak
pimpinan mengalir secara langsung kebagian-bagian bawahnya
2). Struktur lini dan staf
Organisasi yang mempunyai hubungan langsung., vertikal antara
berbagai tingkat, tanggung jawab khusus untuk memberikan
bantuan dan sarana kepada pimpinan lini. Bahwa wewenag atasan
dilimpahkan kepada satuan (tingkat) di bawahnya dalam suatu
bidang pekerjaan pokok maupun pekerjaan tambahan, dan di
bawah atasan (pimpinan) diangkat pejabat yang tidak memiliki
32
wewenang komando, tetapi hanya nasihat dan bantuan dalam
bidang keahlian tertentu.
3). Struktur fungsional
Dimana staf bagian diberikan kewenangan atas kepercayaan
dalam bidang khusus. Jelasnya bahwa wewenang atasan
dilimpahankan kepada satuan organisasi bawahnya dalam bidang
tertentu.
4). Stuktur matriks (metris).
Organisasi yang permanen (tetap) dan didesain untuk mencapai
tujuan yang khusus dengan menggunakan tim spisialis dari
berbagai fungsi dalam organisasi. Struktur ini digunakan dalam
hal-hal yang khusus yang memiliki berbagai keahlian untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam waktu yang relatif
singkat, sehingga dapat dikatakan bahwa organisasi sejak
berdirinya tidak pernah tinggal diam atau mengalami stagnasi.
c. Asas-asas Organisasi
Asas pembagian tugas, asas fungsionalisasi, asas koordinasi,
asas keseimbangan, asas keluwesan, asas pedeligasian wewenang,
asas jalur dan staf, asas kejelasan dan bagan.
Organisasi merumuskan bagi setiap anggotanya tugas yang jelas
untuk menghindari duplikasi, benturan, dan kekaburan. Menekankan
perlunya tanggung jawab serta fungsional, dan mikanisme koordinasi antar
instansi atau satuan kerja yang secara fungsional bertanggung jawab
melakukan tugasnya. Mengikuti dan menyesuaikan diri dengan
perkembangan, dan perubahan keadaan sehingga dapat dihindari kekakuan
dalam pelaksanaan tugas.
Dalam menetukan jumlah satuan organisasi atau orang yang
dibawahi seoarang pejabat pimpinan diperhitungkan secara rasional,
mengingat terbatasnya kemampuan seorang pimpinanan/atasan dalam
mengadakan pengendalian terhadap bawahan.
33
Kelembagan digerakkan atas jalur dan staf, bahwa dalam
penyusunaan oraganisassi perlu dibedakan antara satuan yang melakukan
tugas pokok instansi, dan satuan organisasi yang melakukan tugas
penunjang.
3. Penggerakkan
Penggerakkan (Motivating) dapat didefinisikan: “ Keseluruhan
proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa
sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan
organisasi dengan efisien dan ekonomis”.39
Walaupun semakin modern pandangan manusia hidup
seseorang, ia pada umumnya semakin sadar bahwa tidak ada satu hal
apapun yang pernah diterima oleh sesorang manusia, dari siapapun
juga, dengan Cuma-Cuma. Karena itu inti dari seluruh inti Motivating
adalah bahwa penggerakkan manjemen terhadap para bawahan itu
mau menggabungkan dirinya dengan sesuatu organisasi ialah motif
pemuasan kebutuhan.
Tujuan manajemen dapat dicapai hanya jika dipihak orang-
orang staf atau bawahannya ada kesediaan untuk kerja sama. Demikian
pula dalam sebuah organisasi membutuhkan manajer yang dapat
menyusun sumber tenaga manusia dengan sumber-sumber benda dan
bahan, yang mencapai tujuan dengan rencana seperti spesialisasi,
delegasi, latihan di dalam pekerjaan dan sebaginya. Juga diperlukan
pedoman dan instruksi yang tegas, jelas apa tugasnya, apa kekuasaanya,
kepada siapa ia bertanggung jawab pada bawahan supaya pekerjaan
dapat dilaksanakan sesuai dengan maksud.40
39Sodang P. Siagian, Op. Cit, hlm. 128. 40J.Panglaykim, Op. Cit., hlm. 166.
34
Bahwa keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya
lebih banyak ditentukan oleh pimpinannya. Seorang pemimpin yang
berhasil adalah mereka yang sadar akan kekuatannya yang paling
relevan dengan prilakunya pada waktu tertentu. Dia benar-benar
memahami dirinya sendiri sebagai individu, dan kelompok, serta
lingkungan sosial dimana mereka berada. Kemampuan untuk
memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan
para bawahannya akan menetukan efektifitas. Ini berkenaan dengan
cara bagaimana dapat memotivasi para bawahannya agar pelaksanaan
kegiatan dan kepuasan kerja mereka meningkat. Bagian pengarahan dan
pengembangan organisasi dimulai dengan motivasi, karena para
pimpinan tidak dapat mengarahkan kecuali bawahan dimotivasi untuk
bersedia mengikutinya.41
Dilihat dari sudut pandang bangsa Indonesia kepemimpinan
diartikan sebagi ilmu atau kiat serta kemampuan seseorang
mempengaruhi atau membimbing orang lain untuk mencapai tujuan
tertentu dengan cara tertentu pula.
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan,
menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia. Motivasi ini
merupakan subjek
Pemahaman tentang penggerakan telah dikembangkan menjadi
4 (empat) Pendekatan:
a.Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini didasarkan atas asumsi yang bersifat umum
bahwa perilaku individu itu ditentukan dalam bagiannya oleh salah
satu struktur kepribadian yang unik. Itulah barangkali yang
merupakan keistimewaan seseorang, sesuatu yang signifikan dari
41Soebagio Admodiwirio, Op. Cit. hlm. 145
35
perilaku kepemimpinannya seperti yang diharapkan serta dilakukan
oleh seorang pemimpin.
b. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan ini menitikberatkan pada kelompok. Kelompok
merupakan faktor yang turut serta menentukan kriteria pemimpin.
Perasaan kohesif di antara angota kelompok dan tingkat kepuasan
anggota kelompok merupakan dua demensi yang mempunyai korelasi
yang sangat tinggi dengan ketepatan seorang pemimpin. Pendekatan
sosiologi melahirkan konsep pemimpin yang mendukung faktor-
faktor potensi, permissive (kebebasan) pendidikan pemimpin. Pada
dasarnya pendekatan sosiologi ini bersifat situasional. 42
c.Pendekatan Perilaku
Pendekatan prilaku memfokuskan kepada pribadi dan situasi.
Tidaklah berarti prilaku itu bisa diterapkan pada semua situasi, tetapi
ada kemungkinan bahwa prilaku itu bisa diterapkan pada situasi lain
Para pakar pendekatan prilaku mengembangkan beberapa teori tentang
prilaku pemimpin:
1). Teori satu faktor Bahwa perilaku pemimpin dapat dijelaskan sepajang satu demensi
mulai yang berpusat kepada bawahan sampai dengan yang
berpusat kepada produksi.Dimemsi yang berpusat pada bawahan
melahirkan apa yang disebut gaya kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan yang berpusat kepada bawahan dan produksi
bukanlah suatu dimensi yang berawal dari bawahan dan berakhir
pada produksi, tetapi merupakan dimensi yang saling
ketergantungan dari perilaku pemimpin.
42Soebagio Admodiwirio, Op. Cit. hlm. 148.
36
2). Teori dua faktor a). Struktur Inisasi
Dimensi ini mengacu kepada prilaaku pemimpin yang
berorientasi kepada tugas, mengabdikan hubungan dengan
bawahan dalam rangka mengembangkan pola organisasi, alur
komunikasi, metode dan prosedur yang baik.
b) Konsiderasi Dimensi ini mengacu kepada persahabatan, saling percaya
mempercayai, menghargai dan hubungan yang hangat antara
pimpinan dengan kelompok dalam kelompok. Sering juga
kedua pola (kutub) disebut oreintasi tugas dan oreintasi
manusia.
4. Pengawasan
Pengawasan menurut James A. F. Stoner dalam terjemahan
Alexender Sindoro: Proses untuk memastikan bahwa aktivitas
sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan.43
Control (pengawasan) dapat diartikan perintah atau pengarahan
dan sebenarnya, namun karena diterapkan dalam pengertian
manajemen, control berarti memeriksa kemajuan pelaksanaan apakah
sesuai tidak dengan rencana. Jika prestasinya memenuhi apa yang
diperlukan untuk meraih sasaran, yang bersangkutan mesti
mengoreksinya.44
Menurut Hani Handoko pengawasan adalah “ sebagai proses
untuk ( menjamin) bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen
tercapai.45
43Soebagio Admodiwirio, Op. Cit, hlm. 12.
44Ernest Dale, L.c. Michelon, Metode-metode Managemen Moderen, ( Andalas Putra), hlm. 10.
37
Menurut Panglaykim pengawasan ialah menseleksi standard,
titik strategis, pemeriksaan, memberikan laporan yang lalu dan
mengambil tindakan.
Dari berbagai pendapat yang telah diungkapkan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengawasan adalah proses untuk memastikan,
memberikan laporan yang lalu, memeriksa kemajuan, menyeleksi
standard, mengambil tindakan, menjamin tujuan organisasi dan
manajemen tercapai
Sedang pengawasan pendidikan dalam hal ini adalah suatu
proses pengamatan yang bertujuan mengawasi pelaksanaan suatu
program pendidikan. Baik kegiatannya maupun hasilnya sejak
permulaan hingga penutup dengan jalan mengumpulkan data-data
secara terus menerus. Sehingga diperoleh suatu bahan yang cocok
untuk dijadikan dasar bagi proses evaluasi dan perbaikan prioritas,
kelak bilamana diperlukan.46
Sistem pengawasan yang dipergunakan akan memberikan
bahan- bahan yang sangat berguna untuk. menemukan fakta bagaimana
proses pengawasan itu dijalankan;
Sistem pengawasan itu dilaksanakan, untuk membimbing
ataukah hanya sekedar alat untuk mencari-cari kelemahan dan
kesalahan orang. Pengawasan itu membina daya kreasi orang atau
untuk menakut-nakuti; Melihat pengawasan itu menjadi faktor
perangsang peningkatan Produktivitas, atau menghalangi produktifitas.
45Hani Handoko, Op. Cit, hlm. 359.
46Kamal Muhammad ‘Isa, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Fikahati Aneska,
1994), hlm. 163.
38
Bahan-bahan yang diperoleh dipergunakan untuk memperbaiki
sistem pengwasan untuk fase berikutnya. Sudah barang tentu pula
bahwa sistem penilaian yang diadakan harus terus- menerus
disempurnakan. Dana oprasional, re-evaluatingpun harus diadakan
pada akhir setiap fase.
Demikianlah kegiatan itu terus-menerus berlangsung, sehingga
usaha peningkatan kemampuan pimpipinan organisasi dalam membuat
rencana, menyusun organisasi, menggerakkan bawahan dan
mengadakan pengawasan serta penilaian terus-menerus berlangsung.47
Hakekat Pengawasan adalah mencegah sedini mungkin
terjadinya penyimpangan-penyimpangan, pemborosan-pemborosan
kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan.
Hal tersut sesuai pendapat Soebagio Admodiwirio dalam
bukunya yang berjudul Manajemen Pendidikan Indonesia :
a. Bentuk Pengawasan
1). Pengawasan Atas Langsung (PAL)
Pengawasan yang dilakukan secara fungsional oleh aparat
Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan / atasan langsung baik
di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Pengawasan ini di lakukan
oleh setiap atasan setiap saat terhadap pelaksanaan tugas, dan dan
fungsi bawahan disertai pemberian petunjuk atau tindakan korektif
bila perlu.
2). Pengawasan Melekat (Waskat)
Pengawasan yang dilalkukan oleh setiap pejabat/pegawai dalam
menjalakan tugasnya masing-masing dengan membandingkan
tindakan yang ada, sedang, atau telah dilaksanakan dengan alat
47Sondang P. Siagian, Op. Cit, hlm. 148.
39
pengawasan melekat bagi satuan-satuan kerja (bidang tugas masing-
masing belum cukup diatur oleh pimpinan tingkat atasannya).
b.Macam -macam pengawasan
1). Pengawasan dan pengendalian langsung
Pengawasan dan pengendalian langsung adalah pengawasan yang
dilaksanakan langsung di tempat kegiatan dilakukan antara lain
dengan inspeksi dan pemeriksaan.
2). Pengawasan tidak langsung
Pengawasan ini dilakukan melalui permintaan dengan cara
mempelajari laporan-laporan baik dari pelaksana maupun
masyarakat
c. Organisasi yang melakukan pengawasan dan pengendalian
1).Pengawasan intern
Di lakukan oleh penjabat atau satuan organisasi yang bersangkutan,
yaitu pimpinan atau oleh aparat pengawsan fungsional instansi.
2). Pengawasan ekstern
Pengawasan dilakukan oleh aparat pengawasan di luar instansi.
d. Waktu pelaksanaannya
1). Pengawasan preventif.
Sebelum kegiatan dilakukan, antara lain pemeriksaan, dan
persetujuan rencanaan, pemberian izin, penetapan standar,
penetapan petunjuk operasional.
2). Pengawasan dan pengendali represif
Setelah kegiatan dilakukan dengan cara pemeriksaan terhadap hasil
yang telah diperoleh dan membandingkan dengan rencana yang
ditetapkan
40
3). Selama kegiatan berlangsung pengawasan dan pengendalian pada
prinsifnya bersifat represif bagi bagian kegiatan yang telah selesai,
dan bersifat preventif bagi bagian yang masih akan diselesaikan.
e. Prinsip-prinsip Pengawasan dan Pengendalian
1). Obyektif dan menghasilkan fakta
Pengawasan harus bersifat obyektif didasarkan atas fakta yang
diperoleh di lapangan. Fakta tersebut merupakan kejadian dalam
pelaksanaan kegiatan pekerjan.
2). Pengawasan harus berpangkal dari keputusan pimpinan
Penyimpangan, kesalahan-kesalahan dari kegiatan atau pekerjaan
yang dilaksanakan akan terlihat dari kebijaksanaan yang ditetapkan,
dan keputusan-keputusan pimpinan, yang tercantum dalam:
a). Tujuan yang ditetapkan
b). Kebijaksanaan yang ditentukan
c). Kejelasan tujuan
d). Kebijaksanaan dan pedoman kerja yang digariskan
e). Perintah yang diberikan
f). Peraturan-peraturan yang ditetapkan.
f. Preventif.
Pengawasan harus bersifat mencegah sedapat mungkin jangan sampai
terjadi penyimpangan atau kesalahan dari tujuan yang ditetapakan.
g.Pengawasan bukan tujuan
Pengawasan merupakan sarana untuk menjamin, meningkatkan
efisiensi, dan efektivitas pencapai tujuan organisasi.
h. Efisien
Pengawasan harus dilakukan secara efisien, bukan untuk menghambat
tercapainya efisiensi.
41
Pengawasan harus ditunjukkan untuk mencari penyebab terjadinya
penyimpangan, dan memberikan jalan pemecahan masalah. Hasil
temuan dari pelaksanaan pengawasan harus diikuti dengan tindakan
korektif yang tepat.