20
BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarang Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota Semarang Sumber: BPS Kota Semarang Kota Semarang terletak antara garis 60 o 50’ – 7 o 10’ Lintang Selatan dan garis 109 o 50’ – 110 o 35’ Bujur Timur. Letak Kota Semarang tersebut hampir berada di tengah betnangan panjang Kepulauan Indonesia dari Barat dan Timur. Sedangkan ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 348,00 meter di atas 30

BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

30

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Wilayah Geografis Kota Semarang

Gambar 2.1

Peta Administrasi Kota Semarang

Sumber: BPS Kota Semarang

Kota Semarang terletak antara garis 60o

50’ – 7o 10’ Lintang Selatan dan

garis 109o 50’ – 110

o 35’ Bujur Timur. Letak Kota Semarang tersebut hampir

berada di tengah betnangan panjang Kepulauan Indonesia dari Barat dan Timur.

Sedangkan ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 – 348,00 meter di atas

30

Page 2: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

31

garis pantai dan secara umum kemiringan tanah berkisar antara 0 persen sampai

40 persen (curam). Sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang

memiliki batas-batas wilyah administratif sebagai berikut, yaitu sebelah Utara

berbatasan dengan Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,5 km.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Demak, sebelah Barat berbatasan

dengan Kabupaten Kendal dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten

Semarang.

Kota Semarang sendiri mempunyai luas wilayah 373,70 km2

yang terbagi

menjadi 16 kecamatan dan 117 kelurahan. Kecamatan paling luas wilayahnya

adalah Kecamatan Mijen sebesar 57,55 km2, diikuti oleh Kecamatan Gunugpati

dengan luas sebesar 54,11 km2, sedangkan Kecamatan yang terkeccil wilayahnya

adalah Kecamatan Semarang Selatan sebesar 5,93 km2.

Keadaan topografi wilayah Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan,

dataran rendah dan daerah pantai. Dengan demikian, topografi Kota Semarang

menunjukkan adanya berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22

persen di wilayahnya dataran dengan kemiringan 2-5 persen dan 37,78 persen

merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40 persen.

Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian 90-348 meter di atas

permukaan laut (mdpl) dan di dataran mempunyai ketinggian 0,75-3,5 mdpl.

Bagian utara Kota Semarang merupakan daerah pantai dan dataran rendah yang

dikenal dengan kota bawah, sedangkan bagian selatan merupakan daerah dataran

Page 3: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

32

tinggi dan daerah perbukitan yang biasa dikenal dengan Semarang Atas atau kota

atas.

Kota bawah sebagian besar tanahnya terdiri dari pasir dan lempung.

Pemanfaatan lahannya lebih banyak digunakan untuk jalan, permukiman,

bangunan, kawasan industri dan tambak. Di samping itu, Kota bawah juga sebagai

pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan, angkutan,

dan perikanan. Sedangkan kota atas, struktur geologinya sebagian besar terdiri

dari batuan beku dan sebagian besar pemanfaatan lahannya untuk permmukiman,

persawahan, perkebunan, kehutanan, dan pusat kegiatan pendidikan.

Kondisi iklim wilayah Kota Semarang adalah ikim tropis dengan dua

musim yaitu musim hujan dan musim kemarau yang silih berganti sepanjang

tahun. Suhu udara berkisar rata-rata 27,5oC dengan temperatur rendah berkisar

antara 24,2oC dan tertinggi berkisar 31,8

oC, dengan kelembaban udara rata-rata 79

persen.

2.2 Kependudukan

Jumlah penduduk Kota Semarang pada tahun 2016 tercatat sebesar

1.602.717 jiwa. Dengan jumlah sebesar itu Kota Semarang termasuk dalam 5

besar Kabupaten/ Kota yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di Provinsi

Jawa Tengah, sedangkan 4 (empat) wilayah lainnya adalah Kabuapaten Brebes,

disusul Kabupaten Cilacap kemudian Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten

Tegal.

Page 4: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

33

Gambar 2.2memperlihatkan bahwa perkembangan laju pertumbuhan

penduduk selama 5 tahun menjunjukkan kecenderungan berfluktuasi. Peningatan

laju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan

tetapi pertumbuhan penduduk tersebut masih tergolong cukup tinggi. Salah satu

yang menjadi penyebabnya adalah karena daya tarik Kota Semarang sebagai

Ibukota Provinsi Jawa Tengah yang sekaligus sebagai pusat perekonomian dan

pusat pendidikan.

Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh tigkat

pertumbuhan penduduk yang dimiliki. Bila jumlah penduduk besar sedangkan

tingkat pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi kebutuhan pangan,

sandang, perumahan, pendidikan, kesehaan, dan sebagainya menjadi sangat berat,

sehingga akan berpengaruh terhdap perkembangan ketahanan wilayah/sosialnya.

Tabel 2.1

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kota Semarang

Tahun Jumlah Penduduk Perumbuhan (%)

(1) (2) (3)

2012 1.559.198 0,96

2013 1.572.105 0,83

2014 1.584.906 0,97

2015 1.595.187 0,59

2016 1.602.717 0.47

Sumber: BPS Kota Semarang

Page 5: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

34

Gambar 2.2

Grafik Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Sumber: BPS Kota Semarang

Selama periode lima tahun terakhir perkembnagan kelahiran penduduk di

Kota Semarang terlihat cenderung mengalami kenaikan, hal ini menjadi salah satu

tolok ukur bahwa pengendalian jumlah kelahiran harus terus diupayakan.

Mengenai tingkat pertumbuhan karena perpindahan (net migration),

dihitung dengan melihat selisih antara angka penduduk yang datang (in migration)

dang angka penduduk yang pergi (out migration). Pada tahun 2016 tingkat migrasi

masuk sebesar 21,28 yang berarti setiap 1.000 penduduk selama 1 tahun

bertambah pendudu yang datang sebanyak 21 orang, sedangkan tingkat migrasi

keluar sebesar 23,47 per 1000 penduduk. Bila migrasi masuk dikurangi dengan

migrasi keuar diperoleh angka sebesar -2,19. Tanda negatif menjunjukkan jumlah

penduduk yang keluar dari Kota Semarang lebih banyak dibandingkan jumlah

penduduk yang masuk.

Page 6: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

35

Penyebaran penduduk perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan

daya dukung lingkungannya, dengan asumsi bahwa dalam batas-batas tertentu

semakin padat suatu wilayah semakin berkurang wilayah/ sosialnya. Sebagai kota

besar, Kota Semarang tergolong mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi,

pada tahun 2016 kepadatan penduduknya sebesar 4.289 jiwa per km2, selama tiga

tahun terakhir terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2014 sebesar 4,241

jiwa per km2 dan pada tahun 2015 sebesar 4,289 per km2. Bila dilihat tiap

kecamatan, terdapat 3 (tiga) kecamatan yang mempunyai kepadatan di bawah

angka rata-rata kepadatan Kota Semarang. Tiga terendah adalah kepadatan

penduduk Kecamatan Tugu sebesar 1.008 jiwa per km2 diikuti dengan

Kecamatan Mijen (1.101 jiwa/km2) dan Kecamatan Gunugpati (1.487 jiwa/km2).

Dari ketiga kecamatan tersebut dua di antaranya merupakan daerah pertanian dan

perkebunan, sedangkan Kecamatan Tugu merupakan daerah pengembangan

industri.

Namun sebaliknya, untuk kecamatan-kecamatan yang terletak di pusat

kota, dimana luas wilayahnya tidak terlalu luas namun jumlah penduduknya

sangat banyak menyebabkan kepadatan penduduknnya sangat tinggi. Yang paling

tinggi adalah Kecamatan Semarang Selatan sebesar 13.354 jiwa per km2, diikuti

oleh Kecamatan Candisari (12.059 jiwa/km2), Kecamatan Gayamsari (12.000

jiwa/km2), Kecamatan Semarang Utara (11.589 jiwa/km

2), dan Kecamatan

Semarang Tengah (11.354 jiwa/km2).

Page 7: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

36

2.3 Sektor Perindustrian Kota Semarang

Berdasarkan RPJMD tahun 2016, Kota Semarang didorong menjadi kota

perdagangan dan jasa. Dengan begitu, perekonomian Semarang akan bergeser ke

sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Area industri akan dikembangan di

daerah pinggiran, tepatnya di luar batas wilayah Kota Semarang. Untuk

mendukung rencana ini, tenaga kerja harus disesuaikan.1

Sektor industri di Kota Semarang menyerap paling banyak tenaga kerja.

Meski begitu, bila membicarakan tentang kontribusinya terhadap struktur

ekonomi kota, sektor industri masih berada di bawah sektor perdagangan, hotel,

dan restoran.

Industri besar dan sedang di Kota Semarang berpotensi dikembangkan dalam

pemanfaatan sumber daya alam dan manusia. Industri besar dan sedang ini sudah

memiliki eksistensi di Kota Semarang. Hal tersebut dapat diperhatikan pada tabel

di bawah ini:

Tabel 2.2

Banyaknya Perusahaan/ Usaha Menurut Strata Industri dan Kecamatan

Tahun 2014

No Kecamatan

Strata Industri

Total Industri

Sedang

(20-99)

Industri Besar

(>99)

1 Mijen 4 6 10

2 Gunungpati 5 1 6

3 Banyumanik 8 7 15

4 Gajah Mungkur 0 0 0

5 Semarang Selatan 3 2 5

6 Candisari 4 0 4

1 Pemerintah Kota Semarang, Semarang Tangguh: Bergerak Bersama Semarang Tangguh,

(Semarang: Pemerintah Kota Semarang), 2016, hal. 53.

Page 8: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

37

No Kecamatan

Strata Industri

Total Industri

Sedang

(20-99)

Industri Besar

(>99)

7 Tembalang 0 1 1

8 Pedurungan 18 14 32

9 Genuk 52 35 87

10 Gayamsari 5 1 6

11 Semarang Timur 9 3 12

12 Semarang Utara 14 12 26

13 Semarang Tengah 8 6 14

14 Semarang Barat 12 14 26

15 Tugu 14 24 38

16 Ngaliyan 20 26 46

Total 176 152 328

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar

perusahaan yang ada di Kota Semarang berada di kawasan luar (jauh dari pusat

kota). Kecamatan yang memiliki perusahaan terbanyak berdasarkan data adalah

Kecamatan Genuk, Kecamatan Ngaliyan, dan Kecamatan Tugu. Ketiga kecamatan

tersebut dikembangkan oleh pemerintah sebagai kawasan industri. Kawasan

Industri merupakan kawasan yang dominansi pemanfaatan ruangnya untuk

kegiatan-kegiatan di bidang industri seperti pabrik dan pergudangan. Dalam

RTRW Kota Semarang 2010-2030 pengembangan kawasan industri lebih

dibatasi, hal ini sesuai dengan visi Kota Semarang yang akan lebih

mengedepankan pengembangan sektor tersier (perdagangan dan jasa) sebagai

penopang utama perekonomian kota.2Sebaran Kawasan Indsutri di Kota

Semarang meliputi:

2Peraturan Walikota Semarang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah

(RKPD) Kota Semarang tahun 2016 via http://bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-

content/uploads/2015/08/RKPD-2016-full.pdf

Page 9: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

38

a. Kawasan Industri Genuk

Kawasan ini direncanakan untuk yang berskala besar, menengah, dan kecil.

Areal yang direncanakan adalah seluas ± 1000 ha. Pertimbangan bahwa kawasan

ini dapat dikembangkan karena didukung oleh letak yang berdekatan dengan

pelabuhan laut, pergudangan dan pusat perdagangan. Selain dilalui jalan raya

penghubung Jakarta-Surabaya yang merupakan jalur radial Kota Semarang,

kawasan ini juga dekat dengan wilayah tenaga kerja (Genuk dan Sayung) dan arah

angin tidak menuju ke pusat kota.

b. Kawasan Industri Tugu

Direncanakan sebagai Kawasan Industrial Estate, dengan areal seluas ±

795,09 ha. Penetapan kawasan ini sebagai Industrial Estate didukung oleh

kedekatannya dengan wilayah tenaga kerja dan areal promosi (PRPP). Selain itu

kondisi tanahnya lebih matang daripada Genuk.

c. Kawasan Industri Candi

Direncanakan sebagai Kawasan Industrial Estate, dengan areal seluas ±

912,04 ha. Penetapan kawasan ini sebagai Industrial Estate didukung oleh

kedekatannya dengan wilayah tenaga kerja dan areal promosi Jawa Tengah,

Pelabuhan, dan Jalan arteri (termasuk jalan Tol).

d. Kawasan Industri dan Pergudangan Tanjung Emas

Direncanakan sebagai Kawasan Industrial Estate beserta pergudangan yang

sangat dekat dengan prasarana pelabuhan.

e. Kawasan Industri Mijen

Page 10: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

39

Direncanakan sebagai satu kesatuan dengan pengembangan Kota Baru Mijen

yaitu pada areal seluas ± 75 ha, dengan jenis industri yang akan dikembangkan

adalah industri nonpolutif (rendah polusi baik polusi udara, polusi air, maupun

polusi tanah) dan merupakan industri berteknologi tinggi. Kawasan ini perlu

memiliki akses langsung ke Pelabuhan Laut Tanjung Emas, sebagai pintu keluar

pemasaran produk industri dengan tujuan pasar internasional. Selain itu juga perlu

didukung suatu jaringan jalan yang memiliki akses tinggi, dalam hal ini adalah

akses jalan yang berfungsi sebagai arteri primer

f. Kawasan Industri Pedurungan

Kawasan industri ini tidak dikembangkan menjadi kawasan industri yang

besar seperti halnya Genuk dan Tugu. Kawasan industri yang ada di Pedurungan

hanya memanfaatkan potensi strategis Jalan Majapahit dan aglomerasi dengan

sebaran yang ada di Mranggen. Luas kawasan industri di Pedurungan adalah

57,63 Ha.

Page 11: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

40

Tabel 2.3

Banyaknya Perusahaan/ Usaha Menurut Strata Industri dan KBLI (Klasifikasi Baku

Lapangan Usaha Indonesia) 2 Digit, Tahun 2014

Kode KBLI 2 Digit

Strata Industri

Total Industri

Sedang

(20-99)

Industri Besar

(>99)

10 Makanan 38 18 56

11 Minuman 3 3 6

12 Pengolahan tembakau 3 4 7

13 Tekstil 4 6 10

14 Pakaian jadi 14 21 35

15 Kulit, barang dari kulit,

dan alas kaki

4 1 5

16 Pencetakan dan reproduksi

media rekaman

20 6 26

20 Bahan kimia dan barang

dari bahan kimia

4 4 8

21 Farmasi, produk obat kimia

dan obat tradisional

5 15 20

22 Karet, barang dari karet dan

plastik

17 18 35

23 Barang galian bukan logam 3 2 5

24 Logam dasar 1 8 9

25 Barang logam, bukan mesin

dan peralatannya

7 7 14

26 Komputer, barang

elektronik dan optik

0 1 1

27 Peralatan listrik 1 3 4

28 Mesin dan perlengkapan

YTDL

2 1 3

29 Kendaraan bermotor, trailer,

dan semi trailer

1 1 2

30 Alat angkutan lainnya 0 1 1

31 Furnitur 24 22 46

32 Pengolahan lainnya 5 2 7

Jasa reparasi dan

pemasangan mesin

peralatan

2 1 3

Total 235 142 377

Berdasarkan data tersebut, perusahaan makanan di Kota Semarang

menempati posisi pertama. Makanan merupakan kebutuhan primer manusia

Page 12: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

41

sehingga tidak dapat dipungkiri tentunya usaha makanan di Kota Semarang cukup

menjanjikan. Pasalnya Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah

sehingga para pengunjung maupun turis mancanegara akan membeli makanan

untuk dijadikan buah tangan Khas Kota Semarang. Selain itu faktor banyaknya

tempat wisata dan pendatang juga mempengaruhi daya belli masyarakat terhadap

makanan.

2.4 Ketenagakerjaan

Dilihat menurut kegiatannya pada dasamya penduduk yang sudah berumur

15 tahun keatas dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan yang sedang mencari

pekerjaan, sedangkan bukan angkatan kerja adalah penduduk yang sedang sekolah

dan kegiatan lainnya misalnya mengurus rumahtangga. Keterlibatan penduduk

dalam kegiatan ekonomi salah satunya diukur dengan indikator Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yaitu merupakan perbandingan antara jumlah

angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja. TPAK tahun 2015 sedikit

mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014, yaitu dari 68,43 persen menjadi

66,96 persen. Banyaknya angkatan kerja ini mengisyaratkan akan perlunya

lapangan pekerjaan yang cukup banyak guna menampung guna menampung

banyaknya penwaran angkatan kerja. Bila dilihat menurut jenis kelamin, besarnya

TPAK laki-laki pada tahun 2014 adalah 81,97 persen turun menjadi 56,09 persen.

Disamping itu indikator lain yang cukup penting di bidang

ketenagakerjaan adalah tingkat pengangguran, dimana dapat menunjukkan sampai

Page 13: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

42

sejauh mana angkatan kerja yang ada dapat terserap dalam pasar kerja. Tingkat

pengangguran terbuka (TPT) adalah presentase penduduk yang mencari pekerjaan

terhadap angkatan kerja. Pada tahun 2014, TPT di Kota Semarang sebesar 7,76

persen, sedangkan pada tahun 2015 sebesar 5,77 persen. Bila dirinci menurut jenis

kelamin, TPT laki-laki mengalami penurunan yakni dari 8,00 menjadi 5,31 pada

tahun 2015. Kondisi yang sama terjadi pada TPT perempuan yakni dari 7,42 pada

tahun 2014 menjdi 6,37 pada tahun 2015. Hal ini menjadi indikasi bahwa jumlah

penduduk perempuan yang masuk ke dalam pasar kerja semakin banyak, dengan

tingkat penyerapan tenaga kerja perempuan yang cukup banyak pula.

Tabel 2.4

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka

Indikator 2014 2015

(1) (2) (3)

TPAK

Laki-laki 81,97 78,54

Perempuan 55,72 56,09

Total 68,43 66,96

TPT

Laki-laki 8,00 5,31

Perempuan 7,42 6,37

Total 7,76 5,77

Sumber: BPS Kota Semarang

Page 14: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

43

Gambar 2.3

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka

Sumber: BPS Kota Semarang

2.4.1 Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan

Proporsi penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan merupakan

salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap

tenga kerja. Selain itu juga biasa digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan

struktur perekonomian suatu wilayah. Lapangan usaha atau sektor yang paling

banyak digeluti oleh penduduk Kota Semarang pada tahun 2014 adalah sektor

perdagangan (31,71%) kemudian sektor industri (24,58%) dan sektor jasa-jasa

(20,17%). Banyaknya penduduk yang bekerja di ketiga sektor utama tersebut

sebesar (76,46%) bisa dipahami mengingat Kota Semarang sebagai ibu Kota

Provinsi Jawa Tengah merupakan pusat kegiatan perdagangan, jasa, dan industri.

Page 15: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

44

Tabel 2.5

Presentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Kota

Semarang

Status Pekerjaan 2014 2015

(1) (2) (3)

1. Berusaha sendiri 15,34 16,34

2. Berusaha dengan

dibantu tidak tetap

5,43 3,98

3. Berusaha dengan

dibantu buruh tetap

4,61 4,22

Buruh/Karyawan 67,01 68,18

Pekerja bebas 3,47 3,15

Pekerja tak dibayar 4,12 4,13

Sumber: BPS Kota Semarang

Status pekerjaan yang ditekuni oleh penduduk Kota Semarang pada tahun

2015 dapat diurutkan sebagai berikut: sebanyak 68,18 persen dari total penduduk

bekerja berstatus pekerjaan sebagai buruh/karyawan; pada urutan kedua status

pekerjaan berusaha sendiri yakni sebesar 16,34 persen; urutan ketiga pekerjaan

dengan status berusaha dibantu buruh tetap sebesar 4,22 persen; urutan keempat

adalah peerjaan dengan pekerja tidak dibayar sebesar 4,13 perse; urutan ke lima

dengan status berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap sebesar 3,8 persen, dan

urutan terakhir pekerjaan dengan status pekerja bebas sebesar 3,15 persen.

2.5 Bidang Sosial

2.5.1 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah perseorangan,

keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan,

Page 16: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

45

atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat

terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara

memadai dan wajar. Berdasarkan Permensos No 8 Tahun 2012, ada 26 (dua puluh

enam) jenis. Pada tahun 2016, di Kota Semarang terdata setidaknya ada 53.186

penduduk PMKS yang terbagi ke dalam 26 jenis PMKS.

Tabel 2.6

Rekapitulasi Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Kota Semarang Tahun 2016

NO JENIS PMKS L P

TANPA

INPUT

GENDER

JUMLAH

1 Anak Balita Terlantar (ABT) 100 39 3 142

2 Anak Terlantar 17 14 31

3 Anak yang Mengalami Masalah

Hukum 5 0 5

4 Anak Jalanan 30 23 53

5

Anak dengan Kedisabilitasan 127 90 217

a

Anak dengan Disabilitas Fisik 76 62 138

a.1 Tubuh (Tuna Daksa) 69 55

a.2 Mata (Tuna Netra) 2 2

a.3 Rungu Wicara (Bisu Tuli) 5 5

b

Disabiitas Mental 45 22 67

b.1 Mental Retardasi (Tuna

Grahita) 43 21

b.2 Mental Eks Psikotik (Tuna

Laras) 2 1

c Disabilitas Fisik dan Mental

(Ganda) 6 6 12

6 Anak yang Menjadi Korban

Tindak Kekerasan 0 2 2

7 Anak yang Memerlukan

Perlindungan Khusus 1 3 4

8 Lanjut Usia Terlantar 10 28 38

Page 17: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

46

NO JENIS PMKS L P

TANPA

INPUT

GENDER

JUMLAH

9

Penyandang Disabilitas 581 510 431 1.522

a

Penyandang Disabilitas Fisik 405 362 381 1.148

a.1 Tubuh (Tuna Daksa) 286 259

a.2 Mata (Tuna Netra) 39 35

a.3 Rungu Wicara (Bisu Tuli) 80 68

b

Penyandang Disabilitas Mental 150 125 50 325

b.1 Mental Retardasi (Tuna

Grahita) 114 87

b.2 Mental Eks Psikotik (Tuna

Laras) 36 38

c Disabilitas Fisik dan Mental

(Ganda) 26 23 49

10 Tuna Susila (TS) 4 15 19

11 Gelandangan 1 2 3

12 Pengemis 2 10 12

13 Pemulung 14 5 19

14

Kelompok Minoritas/ Waria 0

a Waria 0

b Gay 0

15 Bekas Warga Binaan Lembaga

Permasyarakatan (BWBLP) 22 1 23

16 Orang dengan HIV/ AIDS

(ODHA) 0 0 0

17 Korban Penyalahgunaan Napza 7 0 7

18 Korban Trafficking 0 0 0

19 Korban Tindak Kekerasan 4 1 5

20 Pekerja Migran Bermasalah

Sosial (PMBS) 0 0 0

21 Korban Bencana Alam 3 0 3

22 Korban Bencana Sosial 0 0 0

23 Perempuan Rawan Sosial

Ekonomi 70 2 72

24 Fakir Miskin 17.368 8.076 23.807 49.251

25 Keluarga Bermasalah Sosial

Psikologis 11 8 19

26 Komunitas Adat Terpencil 0 0 0 0

JUMLAH 19.691 10.068 24.674 53.186

Page 18: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

47

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah,

PMKS di Kota Semarang mayoritas termasuk ke dalam jenis Fakir Miskin yakni

sebanyak 49.251. Kemudian di urutan kedua adalah Penyandang Disabilitas, yang

dikategorikan menjadi Anak dengan Kedisabilitasan dan Penyandang Disabilitas

usia dewasa, yang berjumlah keseluruhan 1.739 orang. Lalu di urutan ke tiga

ditempati PMKS Anak Balita Terlantar (ABT) yang berjumlah total ada 142 anak.

2.5.2 Organisasi Sosial Disabilitas

Lembaga dan pergerakan disabilitas semakin menjamur di berbagai

daerah, tak terkecuali di Kota Semarang. Isu disabilitas mulai beberapa dekade

ini, isu mengenai disabilitas bukan lagi isu yang minoritas saja di kalangan

tertentu namun sudah mulai mencuat masuk ke dalam beberapa lapisan

masyarakat. Banyak pergerakan yang diinisiasikan mulai dari disabilitas itu

sendiri, disabilitas dan non disabilitas sampai pergerakan yang diinisasi

masyarakat non disabilitas yang memiliki visi kemanusiaan untuk memanusiakan

manusia.

Pada tahun 2017 ini terdapat sedikitnya 19 organisasi atau komunitas

disabilitas di Kota Semarang. Data tersebut diperoleh dari Dinas Sosial Kota

Semarang untuk peserta Perayaan Hari Difabel Internasional 2017.

Page 19: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

48

Tabel 2.7

Daftar Organisasi/ Komunitas Penyandang Disabilitas

NO NAMA KOMUNITAS JENIS DISABILITAS

1 Komunitas Sahabat Mata Disabilitas Netra

2 Komunitas Sahabat Difabel Semua Jenis Disabilitas dan Umum

3 Komunitas Katun Ungu Penyandang Tuna Rungu

4 Komunitas Difabel Karunia Illahi Semua Jenis Disabilitas

5 Komunitas Difabel Ar Rizki Panti Asuhan Anak Disabilitas

6 Komunitas Difabel Kuncup Mekar Panti Asuhan Anak Disabilitas

7 Rumah Pintar Effata Anak dengan Disabilitas Rungu Wicara

9

Panti Asuhan Cacat Ganda BHAKTI

ASIH Panti Asuhan Anak Disabilitas Ganda

10 Panti Asuhan Cacat GandaAl Rifdah Panti Asuhan Anak Disabilitas Ganda

11 Wisma Kasih Bunda Semua Jenis Disabilitas

12 Pertuni Kota Semarang Disabilitas Netra

13

Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia

(ITMI)Kota Semarang Disabilitas Netra

14

HIMASTRA (Himpunan Massir

Tunanetra) Disabilitas Netra

15 FORMAT

16 GERKATIN Kota Semarang Disabilitas Rungu Wicara

17

Himpunan Wanita Disabilitas

Indonesia (HWDI)Kota Semarang Semua Jenis Disabilitas

18

COMPAC (Komunitas Motor

Penyandang Cacat) Disabilitas Daksa

19

AUTISME ( Kompaks,Talenta,

Talitakum, Yogasmara )

Anak dengan Disabilitas Mental

Retardasi

Organisasi Penyandang Disabilitas di Kota Semarang pada umumnya

bergerak dan berkumpul sesuai dengan jenis disabilitasnya. Seperti Gerakan

Kaum Tuli Indonesia (Gerkatin), Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni),

Komunitas Motor Penyandang Cacat (Compac) yang berisi orang-orang

Tunadaksa, Komunitas Sahabat Mata, Komunitas Peduli Autisme (KPA

Semarang), Rumah Pintar Efata untuk pelatihan keterampilan anak-anak

Page 20: BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Wilayah Geografis Kota Semarangeprints.undip.ac.id/61405/3/BAB_II.pdflaju pertumbuhan penduduk terlihat melambat dari kurun waktu 2012-2016 akan tetapi pertumbuhan

49

berkebutuhan khusus tuna rungu. Selain itu, ada juga organisasi yang bersifat

umum dan terbuka bagi seluruh penyandang disabilitas dengan berbagai jenisnya

seperti Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) dan Komunitas

Sahabat Difabel (KSD).

2.6 Profil Singkat Komunitas Sahabat Difabel Kota Semarang

Salah satukomunitas yang unik di Kota Semarang adalah Komunitas

Sahabat Difabel. Komunitas ini bersatu untuk memperjuangkan hak-hak kaum

difabel bukan berdasarkan jenisnya namun secara umum. Keanggotaannya pun

terbuka untuk siapa saja yang ingin menjadi relawan dan donatur. Hal tersebut

merupakan salah satu alasan didirikannya Komunitas Sahabt Difabel, karena

melihat selama ini Organisasi Penyandang Disabilitas yang sudah ada hanya

memperjuangkan hak difabel berdasarkan jenis disabilitasnya saja. Maka dari itu

KSD dibentuk agar semua penyandang difabel bisa bergerak bersama dalam

memperjuangkan hak-haknya dalam memperoleh aksesibilitas yang adil dan

setara.

Pada mulanya komunitas ini didirikan oleh para orang tua dari Anak

Berkebutuhan Khusus. Mereka dipertemukan dalam acara Sosialisasi UU

Disabilitas oleh Dinsospora Kota Semarang pada tahun 2014. Dari hasil

pertemuan tersebut, maka para founder komunitas Sahabat Difabel itu

dipertemukan bersama dengan Anak-anak Berkebutuhan Khusus serta para

relawan dari beberapa Perguruan Tinggi untuk bergabung dalam sebuah

komunitas. Tujuannya adalah untuk mengawal Pemerintah dalam mempersiapkan

Semarang Kota Inklusi di Tahun 2016.