22
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Belajar dalam proses pendidikan merupakan kegiatan yang paling pokok/utama. Berhasil tidaknya pencapaian pendidikan banyak bergantung pada pengalaman yang dialami oleh siswa. Para ahli pendidikan telah membuat suatu definisi tentang belajar, salah satunya adalah Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Perubahan tingkah laku yang diperoleh merupakan hasil interaksi yang didapat dari lingkungan. Interaksi tersebut, salah satunya adalah proses belajar mengajar yang diperoleh di sekolah. Dengan belajar seseorang dapat memperoleh sesuatu yang baru baik itu pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Sedangkan Nana Sudjana (1993: 5) mengemukakan “Belajar adalah suatu proses ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Dimana perubahan tersebut sebagai hasil dari proses belajar yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain pada individu yang belajar. Gagne dalam Slameto (2003) mengemukakan ”Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku serta penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diproses dari instruksi”. Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk melakukan suatu perubahan sebagai hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan dan ditunjukkan dengan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku serta penguasaan keterampilan yang diproses dari instruksi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar...6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Belajar dalam proses pendidikan merupakan kegiatan yang paling pokok/utama

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Belajar

    Belajar dalam proses pendidikan merupakan kegiatan yang paling

    pokok/utama. Berhasil tidaknya pencapaian pendidikan banyak bergantung pada

    pengalaman yang dialami oleh siswa. Para ahli pendidikan telah membuat suatu

    definisi tentang belajar, salah satunya adalah Slameto (2003:2) mengemukakan

    bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

    memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

    sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

    Perubahan tingkah laku yang diperoleh merupakan hasil interaksi yang didapat

    dari lingkungan. Interaksi tersebut, salah satunya adalah proses belajar mengajar

    yang diperoleh di sekolah. Dengan belajar seseorang dapat memperoleh sesuatu

    yang baru baik itu pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

    Sedangkan Nana Sudjana (1993: 5) mengemukakan “Belajar adalah suatu

    proses ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Dimana

    perubahan tersebut sebagai hasil dari proses belajar yang dapat ditunjukkan

    dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan

    tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek

    lain pada individu yang belajar. Gagne dalam Slameto (2003) mengemukakan

    ”Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,

    keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku serta penguasaan pengetahuan atau

    keterampilan yang diproses dari instruksi”.

    Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan

    bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

    melakukan suatu perubahan sebagai hasil pengalamannya dalam berinteraksi

    dengan lingkungan dan ditunjukkan dengan perubahan pengetahuan, sikap dan

    tingkah laku serta penguasaan keterampilan yang diproses dari instruksi.

  • 7

    2.1.2 Hasil Belajar

    Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar dapat dilihat dari hasil belajar

    yang diperoleh oleh siswa. Dimyati dan Mujiono dalam Lina(2009:5),

    mengemukakan bahwa “Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari

    dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

    tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat

    sebelum belajar. Dari sisi guru adalah bagaimana guru bisa menyampaikan

    pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.”

    Menurut Winkel (Lina, 2009: 5), mengemukakan bahwa “Hasil belajar

    merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.” Menurut Arif

    Gunarso (Lina, 2009: 5), “Hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh

    seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar yang telah dilakukannya

    pada dasarnya hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh

    siswa setelah menerima pengalaman belajar, Nana Sudjana (1990:22).

    Melihat dari definisi-definisi yang telah dikemukakan para ahli, dapat diambil

    suatu kesimpulan mengenai hasil belajar yaitu bukti keberhasilan seseorang

    setelah melaksanakan suatu usaha pembelajaran dilihat dari perkembangan

    mental yang lebih baik dibandikan sebelum dan sesudah pembelajaran. Faktor

    yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto ada dua, yaitu faktor Internal

    dan Eksternal.

    2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Untuk mengetahui keberhasilan dalam suatu pembelajaran biasanya dapat

    dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Namun tidak menutup kemungkinan

    hasil belajar yang diperoleh siswa jauh dari harapan yang diinginkan guru.

    Menurut Slameto (2003), hasil belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

    a) Faktor Internal

    Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi aspek psikologis

    yaitu faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas

    perolehan siswa misalnya tingkat kecerdasan, sikap, bakat minimal dan

    motivasi siswa.

  • 8

    b) Faktor Eksternal

    1) Lingkungan Sosial

    Meliputi para guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat

    mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan siswa misalnya tingkat

    kecerdasan, sikap, bakat minimal dan motivasi siswa.

    2) Lingkungan Non Sosial

    Yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,

    rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan

    cuaca dan waktu belajar yang digunakan. Secara keseluruhan hasil belajar

    adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

    pengalaman belajarnya dan digunakan oleh guru untuk menjadikan ukuran

    atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan penelitian.

    Masih menurut Slameto (2003), berdasarkan teori Taksonomi Bloom

    hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara

    lain kognitif, afektif, psikomotor. Adapun perincian dari ketiga ranah yang

    dikemukakan Bloom adalah sebagai berikut:

    1. Ranah Kognitif

    Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek

    yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

    penilaian.

    2. Ranah Afektif

    Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

    kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi

    dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

    3. Ranah Psikomotor

    Meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda koordinasi

    neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

    2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

    Salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar adalah Ilmu

    Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan cara

  • 9

    mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

    penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

    atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, Puskur,

    Balitbang Depdiknas (2009:4). Ismet dan Adeng Slamet (2008) mengemukakan

    bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cabang ilmu pengetahuan yang

    mempelajari fenomena-fenomena alam yang disusun melalui tahapan-tahapan

    metode ilmiah yang bersifat khas-khusus, yaitu penyusunan hipotesis, melakukan

    observasi, penyusunan teori, pengujian hipotesis, penarikan kesimpulan dan

    seterusnya”. Sedangkan dalam Wikipedia, Ilmu Alam (Inggris:natural science) atau

    ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun

    ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang

    pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun, (wikipedia.org).

    Berdasarkan beberapa definsi di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu

    Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang alam melalui

    tahapa-tahapan ilmiah dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan

    hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun.

    2.1.5 Hakikat IPA

    Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan

    yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP

    (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

    alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan

    pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan

    suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik

    dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut

    menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini

    menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan

    pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses

    diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses

    bagaimana cara produk sains ditemukan.

  • 10

    Asy’ari, Muslichah (2006) menyatakan bahwa ketrampilan proses yang perlu

    dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya

    mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal

    hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya

    merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis,

    menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data,

    menganalisis dan mengsintesis data. Poedjiati (2005) menyebutkan bahwa

    ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung,

    mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi

    ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat

    melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk

    menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan

    teori-teori baru.

    2.1.6 Tujuan Pembelajaran IPA

    Menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1)

    memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

    keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan

    pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat

    diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu,

    sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi

    antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan

    ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan

    membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam

    memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala

    keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal

    pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan

    pendidikan ke SMP atau MTs.

  • 11

    2.1.7 Ruang Lingkup IPA

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) ruang lingkup bahan kajian IPA

    untuk SD meliputi aspek-aspek berikut :

    a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan

    interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

    b. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

    c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya,

    dan pesawat sederhana.

    d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

    langit lainnya.

    Adapun ruang lingkup IPA dalam kelas V sekolah dasar pada semester II

    adalah energi dan perubahannya, dalam materi ini dibahas tentang Gaya dan

    pesawat sederhana. Materi gaya dalam IPA di bagi ke dalam empat subpokok

    yaitu Gaya Gravitasi, Gaya Pegas, Gaya Gesek dan Gaya Magnet, sedangkan

    untuk pesawat sederhana meliputi: Pengungkit, Bidang Miring, dan Katrol ,

    Depdiknas (2006).

    a. Gaya

    Gaya mempunyai arti yang berbeda-beda. Beberapa ahli pendidikan

    mendefinisikan gaya sebagai berikut: Poppy (2008) mengartikan gaya sebagai

    tarikan dan dorongan, sedangkan Ajen (2004) mendefinisaikan gaya sebagai

    tarikan dan dorongan yang dapat mempengaruhi suatu benda. Adapun jenis

    gaya yang dibahas oleh peneliti antara lain: gaya gesek, gaya gravitasi dan

    gaya magnet.

    1) Gaya gesek

    Gaya gesek adalah gaya yang menahan gerak benda agar benda itu

    dapat berhenti bergerak. Besar kecilnya gaya gesek dipengaruhi oleh kasar

    licinnya permukaan benda yang bergesekan. Makin halus/licin permukaan

    gaya gesek semakin kecil. Makin kasar permukaan gaya gesek semakin

    besar. Contoh penggunaan gaya gesek dalam kehidupan sehari-hari adalah

    penggunaan roda gerobak sapi yang dilapisi karet, seperti pada gambar 2.1.

  • 12

    Gambar 2.1

    Gerobak yang berjalan di jalan beraspal

    2) Gaya magnet

    Magnet berasal dari kata Magnesia yaitu tempat orang Yunani

    menemukan sifat magnet yang terdapat dalam batu-batuan yang dapat

    menarik logam. Magnet disebut juga besi berani. Kekuatan yang menarik

    jarum, paku, atau benda logam lainnya yang ada disekitarnya. Magnet

    memiliki 2 kutub yaitu kutub utara dan selatan. Bentuk magnet beragam ada

    yang berbentuk jarum, ada yang berbentuk huruf “U”, berbentuk silinder,

    berbentuk lingkaran dan ada yang berbentuk batang. Adapun bentuk-bentuk

    magnet tersebut di atas dapat dilihat seperti pada gambar 2.2.

    Gambar 2.2

    Macam – macam magnet

  • 13

    3) Gaya grafitasi

    Gaya gravitasi adalah gaya yang menarik semua benda baik benda

    hidup maupun benda tidak hidup ke arah pusat bumi. Contoh : daun

    berguguran dari pohon, buah yang telah masak jatuh ke tanah, dan

    penerjun payung. Benda-benda yang mengalami tarikan gaya gravitasi bumi

    akan bergerak jatuh ke tanah. Gerak jatuh akan semakin cepat bila benda

    semakin dekat dengan tanah. Setelah benda mencapai tanah, gaya

    gravitasi tetap bekerja sehingga benda tetap berada pada tempatnya.

    Akibat tidak adanya gaya gravitasi semua makhluk hidup dan makhluk tak

    hidup akan melayang-layang di angkasa. Hal tersebut dapat dilihat seperti

    pada gambar 2.3 berikut.

    Gambar 2.3

    Astronot melayang di luar angkasa.

    b. Pesawat Sederhana

    Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya manusia tidak lepas

    menggunakan alat bantu dalam melakukan pekerjaannya. Alat yang membantu

    manusia mempermudah pekerjaan disebut pesawat sederhana, Ismet (2008).

    Sedangkan menuru Ajen (2004) pesawat sederhana adalah alat bantu untuk

    memudahkan pekerjaan manusia, yang tersusun sederhana.

    Jadi pesawat sederhana adalah alat yang membantu untuk

    mempermudah pekerjaan manusia yang tersusun sederhana. Pesawat

    sederhana tersebut antara lain : bidang miring, pengungkit/ tuas, katrol.

    1) Pengungkit atau Tuas

    Pengungkit atau tuas merupakan peralatan yang menggunakan

    prinsip pesawat sederhana yang berfungsi untuk meringankan pekerjaan

  • 14

    manusia. Prinsip kerja pengungkit atau tuas adalah mengatur perbandingan

    antara panjang lengan kuasa dengan panjang lengan beban. Untuk

    memperkecil kuasa (gaya) dalam mengangkat beban dapat dilakukan

    dengan cara memperpanjang lengan kuasa atau memperpendek lengan

    beban. Berdasarkan kedudukan, titik tumpu dan titik kuasa, pengungkit

    dibagi dalam tiga jenis, yaitu:

    a. Pengungkit jenis Pertama

    Merupakan pengungkit yang susunannya adalah titik tumpu berada

    diantara titik beban dan titik kuasa. Contoh: timbangan, gunting, jungkat-

    jungkit dan pencabut paku. Contoh benda yang menggunakan

    pengungkit jenis pertama dapat dilihat seperti pada gambar 2.4.

    Gambar 2.4

    Contoh Pengungkit Jenis Pertama

    b. Pengungkit jenis kedua

    Adalah pengungkit yang bebannya terletak diantara titik tumpu dan titik

    kuasa. Contoh: gerobak, pemecah buah kenari, seperti pada gambar 2.5

    berikut.

    Gambar 2.5

    Contoh Pengungkit Jenis Kedua

  • 15

    c. Pengungkit jenis ketiga

    Adalah pengungkit yang kuasanya terletak diantara titik tumpu dan

    beban. Contoh : Sekop, sapu, dll, seperti yang terlihat pada gambar 2.6.

    Gambar 2.6

    Contoh Pengungkit Jenis Ketiga

    2) Bidang Miring

    Bidang miring adalah suatu permukaan yang miring dan membentuk

    sudut. Pesawat sederhana jenis ini biasa digunakan untuk menaikkan

    benda-benda tertentu ke tempat yang lebih tinggi. Besarnya gaya untuk

    menaikkan benda melalui bidang miring tergantung pada kemiringan benda.

    Penggunaan bidang miring untuk membantu pekerjaan memiliki keuntungan

    dan kerugian. Keuntungannya, gaya yang dikeluarkan menjadi lebih kecil.

    Kerugiannya, jarak tempuh yang dilaluinya akan semakin jauh.

    Gambar 2.7

    Jalan naik ke gunung dibuat berkelok-kelok Contoh dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan prinsip

    bidang miring sebagai berikut: jalan naik ke gunung dibuat berkelok-kelok

    agar mudah dilalui, tangga naik ke suatu tempat dibuat melingkar untuk

  • 16

    melandaikan bidang miring, menaikkan drum ke atas truk dengan

    menggunakan papan kayu dalam bidang miring, sekrup yang bentuknya

    dibuat melingkar.

    3) Katrol

    Katrol merupakan jenis pesawat sederhana yang digunakan untuk

    memudahkan mengangkat benda-benda yang berat. Katrol terdiri dari roda

    kecil yang beralur yang dapat berputar pada porosnya. Menurut cara

    penggunaannya, katrol dibedakan menjadi tiga jenis yaitu katrol bebas,

    katrol tetap dan katrol ganda.

    a. Katrol Bebas

    Katrol ini dapat naik turun bersama benda yang diangkatnya.

    Biasanya katrol ini dipasangkan pada beban yang akan ditarik. Katrol

    bebas dapat mengurangi berat beban atau gaya hingga setengahnya,

    seperti yang terlitah pada gambar 2.8.

    Gambar 2.8 Katrol Bebas

    b. Katrol Tetap

    Katrol tetap adalah katrol yang dipasangkan di suatu tempat dan

    menetap. Katrol ini tidak mengurangi gaya, tetapi memudahkan

    mengubah arah gaya. Contoh: katrol pada sumur dan pada ujung tiang

    bendera (kerekan), seperti yang terlihat pada gambar 2.9 berikut.

    Gambar 2.9 Katrol Tetap

  • 17

    c. Katrol Ganda

    Katrol ganda adalah katrol yang merupakan gabungan dari katrol

    bebas dan katrol tetap. Katrol ganda ini biasa digunakan untuk

    mengangkat beban ke atas, karena gaya yang diperlukan lebih kecil, ini

    dapat dilihat seperti pada gambar 2.10.

    Gambar 2.10 Katrol Ganda

    2.1.8 Kit IPA

    Suatu pembelajaran akan lebih menarik bila menggunakan alat peraga.

    Siswa biasanya akan sangat antusias dalam pembelajaran. Beberapa ahli

    pendidikan telah mendefiniskan tentang alat peraga. Menurut Trisnoherawati

    (2004:1) “Alat Peraga IPA merupakan alat-alat yang digunakan untuk percobaan

    dalam pembelajaran IPA di kelas Sekolah Dasar”. Alat peraga (Kit) dimaksudkan

    untuk memudahkan proses pembelajaran, sehingga diharapkan mutu pengajaran

    bisa meningkat. Kit IPA dapat dijadikan suatu alat yang dapat membantu proses

    pembelajaran di sekolah.

    Sebagaimana dikemukakan oleh Trisnoherawati (2004:13) bahwa kegunaan

    Kit IPA dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

    a. Untuk meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran IPA di Sekolah

    Dasar.

    b. Untuk menekankan pada metode-metode pembelajaran interaktif.

    c. Untuk mengembangkan program pengembangan Sumber Daya Manusia.

    d. Untuk menciptakan tenaga kerja yang lebih bermutu.

    e. Untuk memenuhi tujuan pembangunan masyarakat, ekonomi, dan teknik di

    Indonesia.

    f. Untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar di kelas.

  • 18

    Dalam penggunaan Alat Peraga IPA tentu harus memperhatikan beberapa

    persyaratan sehingga Kit tersebut mempermudah pembelajaran IPA. Adapun

    persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:

    a. Membuat petunjuk pengamatan terhadap percobaan.

    b. Membuat hasil pengamatan dari hasil apa yang diamati siswa / hasil

    pembahasan dengan siswa sebelumnya.

    c. Membuat kesimpulan yang ditemukan oleh siswa.

    d. Memberi informasi penting yang diberikan oleh guru tentang topik ketentuan.

    e. Mempersiapkan gambar-gambar yang membantu menjelaskan dan mengerti

    suatu masalah.

    f. Membuat ringkasan topik tertentu.

    Adapun peranan Alat Peraga IPA di sekolah dasar antar lain:

    1. Kit murid untuk percobaan yang dilaksanakan oleh siswa sendiri dalam

    kelompok-kelompok kecil.

    2. Kit guru untuk peragaan dan percobaan yang umumnya dilakukan oleh guru

    dan siswa.

    3. Sebagai buku panduan IPA percobaan-percobaan yang dirakit sendiri dengan

    menggunakn bahan/barang yang ditemukan di lingkungan tempat tinggal

    siswa.

    Melihat penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa KIT IPA merupakan

    alat yang berguna untuk membantu kegiatan pembelajaran dalam mencapai

    tujuan pembelajaran IPA yang telah ditentukan, melalui percoban dengan

    memanfatkan bahan yang sederhana.

    2.1.9 Langkah – Langkah Penggunaan Kit IPA

    a. Langkah-langkah penggunaan KIT Gaya Pegas

    Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan

    panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT

    Gaya Pegas, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

  • 19

    1. Bahan dan Alat :

    a. Neraca Pegas

    b. Balok kayu

    c. Balok alumunium

    2. Cara Kerja

    a. Siapkan semua bahan dan alat praktikum.

    b. Guru memperagakan mengangkat balok kayu tanpa menggunakan

    neraca pegas.

    c. Kemudian balok kayu dan balok alumunium diangkat dengan

    menggunakan neraca pegas secara bergantian.

    d. Semua siswa mengamati apa yang dicontohkan oleh guru.

    e. Guru meminta setiap kelompok yang telah dibentuk untuk mempraktikan

    apa yang telah dicontohkan di awal.

    f. Bandingkan ketika balok kayu dan alumunium diangkat tanpa

    menggunakan neraca pegas dan dengan menggunakan neraca pegas.

    g. Selanjutnya hasilnya dituliskan pada lembar pengamatan yang telah

    disediakan.

    h. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari praktik yang telah

    dilakukan.

    b. Langkah-langkah penggunaan KIT Gaya Gesek

    Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan

    panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT

    Gaya Gesek, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

    1. Bahan dan Alat :

    a. Pegas

    b. Kotak resonansi

    c. Kaca

    d. Kotak kit

  • 20

    2. Cara Kerja

    a. Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam

    percobaan.

    b. Guru merakit alat yang akan digunakan untuk praktikum.

    c. Guru mengaitkan sebuah pegas pada bagian kotak resonansi dengan

    maksud untuk ditarik.

    d. Kemudian guru menarik kotak resonansi tersebut dengan dengan

    menggunakan pegas.

    e. Selanjutnya, guru meletakkan kotak resonansi di atas kotak kit.

    f. Guru mengaitkan sebuah pegas pada bagian kotak resonansi dengan

    maksud untuk ditarik.

    g. Kemudian guru menarik kotak resonansi tersebut dengan menggunakan

    pegas. Hal serupa juga dilakukan pada permukaan kaca.

    h. Siswa diminta untuk mengamati percobaan yang dilakukan.

    i. Siswa diminta untuk melakukan praktikum, kemudian mencatat hasil

    pengamatannya pada lembar pengamatan yang telah disediakan.

    j. Pada akhir praktikum, guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan

    dari percobaan yang telah dilakukan.

    c. Langkah-langkah penggunaan KIT Gaya Magnet

    Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan

    panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT

    Gaya Magnet, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

    1. Bahan dan Alat :

    a. Magnet

    b. Paku

    c. Daun

    d. Kertas

    e. Pensil

  • 21

    2. Cara Kerja

    a. Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

    praktikum.

    b. Guru mengambil magnet batang dan mendekatkannya pada sebatang

    besi, kemudian kaca, alumunium, dan kuningan. Siswa memperhatikan

    dengan seksama.

    c. Guru meminta setiap kelompok untuk mempraktikkannya.

    d. Siswa diminta mengamati hasil percobaan dan mencatat pada lembar

    pengamatan yang telah disediakan.

    e. Bersama dengan siswa guru membuat kesimpulan dari percobaan yang

    telah dilakukan.

    d. Langkah-langkah penggunaan KIT Gaya Gravitasi

    Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan

    panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT

    Gaya Gravitasi, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

    1. Bahan dan Alat :

    a. Plastisin

    b. Bola

    c. Kertas

    2. Cara Kerja

    a. Guru mempersiapkan alat dan bahan praktikum.

    b. Guru meminta perwakilan setiap perwakilan kelompok untuk maju ke

    depan kelas.

    c. Masing-masing siswa diminta untuk menjatuhkan plastisin, bola dan

    kertas, sedangkan masing-masing kelompok menuliskan hasil

    pengamatan mereka pada lembar kerja yang telah disediakan .

    d. Bersama siswa guru membuat kesimpulan dari percobaan yang telah

    dilakukan.

  • 22

    e. Langkah-langkah penggunaan KIT Bidang Miring

    Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan

    panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT

    Gaya Bidanng Miring, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

    1. Bahan dan Alat :

    a. Tutup kotak resonansi

    b. Neraca pegas

    c. Kotak Kit IPA

    d. Benang

    e. Papan triplek (20x40)

    2. Cara Kerja

    a. Guru mengangkat tutup kotak resonansi dengan cara mengaitkannya

    pada pegas, kemudian siswa melakukan hal serupa dan masing-masing

    kelompok mengukur panjang regangan pegas.

    b. Guru membuat bidang miring dengan kemiringan tertentu menggunakan

    papan triplek.

    c. Guru meletakkan tutup kotak resonansi yang dikaitkan pada pegas

    kemudian menariknya dari bawah ke atas kemudian siswa melakukan hal

    serupa dan masing-masing kelompok mengukur panjang regangan pegas.

    d. Lakukan percobaan tersebut secara berulang dengan sudut yang

    berbeda.

    e. Siswa mencatat hasil pengamatan pada lembar pengamatan yang telah

    disediakan.

    f. Bersama siswa guru membuat kesimpulan dariu hasil percobaan yang

    telah dilakukan.

    f. Langkah-langkah penggunaan KIT Pengungkit/ Tuas

    Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan

    panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT

    Gaya Pengungkit/ tuas, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

  • 23

    1. Bahan dan Alat :

    a. tiang neraca

    b. dudukan neraca beralur

    c. piring neraca

    d. neraca pegas

    e. lengan neraca beralur

    f. kubus aluminium

    g. penggantung piring neraca

    h. kotak Kit IPA

    2. Cara Kerja

    a. Merakit neraca dengan cara :

    1) Meletakkan tiang keseimbangan tegak lurus (berdiri) di atas meja.

    2) Memasukkan lengan neraca be ralur kedalam dudukan neraca.

    3) Meletakkan dudukan neraca di atas tiang keseimbangan pada lubang

    tertentu.

    4) Meletakkan piring neraca pada penggantung piring neraca.

    5) Mengaitkan penggantung piring neraca pada ujung kiri lengan neraca

    beralur.

    b. Meletakkan kubus alumunium di atas piring neraca.

    c. Mengaitkan neraca pegas pada ujung kanan lengan neraca.

    d. Menarik neraca pegas ke bawah sehingga beban yang tergantung pada

    lengan sebelah kiri terangkat. Letak lengan neraca harus mendatar

    (horizontal).

    e. Guru memindahkan dudukan neraca beralur pada lubang kedua belas

    kemudian tarik pegas ke bawah, kemudian lalukan pada lubang ke

    sebelas, sepuluh dan seterusnya.

    f. Guru menugaskan pada wakil masing-masing kelompok untuk mengukur

    panjang regangan pegas sambil membandingkan jarak antara kait

    tempat lengan neraca tergantung dan ujung lengan neraca tempat piring

    neraca tergantung dengan jarak hasil temuan.

  • 24

    g. Siswa diminta mencatat hasil pengamatan yang dilakukan.

    h. Bersama dengan siswa guru membuat kesimpulan dari hasil percobaan

    yang telah dilakukan.

    g. Langkah-langkah penggunaan KIT Katrol

    Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan

    panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT

    Gaya Pegas, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

    1. Bahan dan Alat :

    a. Piring neraca

    b. Penggantung piring

    c. Kubus kayu

    d. Tali 1m

    e. Katrol tunggal dua buah

    f. Kartu plastik

    g. Gantungan hampa udara

    h. Mur baut dudukan

    2. Cara Kerja

    a. Guru mempersiapkan alat dan bahan

    b. Rakitlah tiang katrol dengan cara :

    i. Tempelkan kartu plastik pada dinding kotak dengan menggunakan mur

    baut.

    ii. Tempelkan gantungan hampa udara pada kartu plastik tersebut/dinding

    yang permukaannya halus.

    c. Gantunglah kubus kayu dengan menggunakan neraca pegas kemudian

    ukurlah rentang panjang pegasnya.

    d. Gantunglah katrol tunggal pada gantungan hampa udara kemudian

    tariklah kubus kayu tersebut, bandingkan dengan c.

    e. Lakukan hal serupa dengan menambah jumlah katrol, kemudian catatlah

    hasil pengamatan pada lembar pengamatan.

    f. Bersama dengan siswa guru membuat kesimpulan dari hasil pengamatan

    yang telah dilakukan.

  • 25

    2.2 Kajian hasil penelitian yang relevan

    Bebarapa penelitian relevan yang berkaitan dengan KIT IPA, antara lain :

    2.2.1 “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Tematik Dengan

    Menggunakan Alat Peraga Nyata Pada Kelas Rangkap di SD Negeri 2 Kedungpuji

    Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen Semester II 2010/2011”, oleh Siti

    Marifah, S1 PGSD FKIP UKSW. Hasil penelitian: dengan menggunakan alat

    peraga ternyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas I dan II SD

    Negeri 2 Kedungpuji Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen pada semester II

    2010/2011. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan prosentase ketuntasan

    hasil belajar IPA. Perbandingan ini dapat diketahui dari hasil tes awal, siklus I dan

    siklus II, peningkatannya yaitu 100%.

    2.2.2 “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penggunaan Alat Peraga KIT IPA

    Kelas V Semester I SD Jepon Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2009/2010” oleh

    Elizabeth Kami, S.Pd, FKIP UKSW Salatiga. Hasil Penelitian: setelah diadakan

    perlakuan tindakan selama II siklus, prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

    IPA mengalami peningkatan. Ada peningkatan prestasi belajar dari 62,5%

    sebelum diadakan tindakan menjadi 74,79% pada siklus I dan 86,17% pada siklus

    II. Hasil penelitian di atas membuktikan bahwa melalui penggunaan alat peraga Kit

    IPA dapat meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penggunaan Alat Peraga

    Kit IPA Kelas V Semester I SD Jepon Kabupaten Blora Tahun Pelajaran

    2009/2010.

    2.2.3 “Penggunaan Alat Peraga KIT IPA Buatan SEQIP Untuk Meningkatkan Hasil

    Pembelajaran IPA Kelas V SDN Plodongan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten

    Wonosobo Semester I Tahun Ajaran 2009/2010” oleh Sarlan,S.Pd, FKIP UKSW

    Salatiga. Hasil penelitian : Penggunaan alat peraga KIT IPA buatan SEQIP

    ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Plodongan

    Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo. Hal ini terbukti pada awal

    pembelajaran siklus I diadakan pretes dengan pencapaian KKM hanya 06,45%

    dari jumlah siswa kelas V yang berjumlah 31 siswa. Setelah diberi pembelajaran

    dengan alat peraga KIT IPA buatan SEQIP, pada evaluasi akhir siklus I seluruh

  • 26

    siswa mencapai nilai >5,8 dan pada akhir siklus II seluruh siswa juga memperoleh

    nilai >5,8, yang berarti semua siswa kelas V dapat mencapai KKM .

    2.3 Kerangka berpikir

    Gambar 2.11 Kerangka Berpikir

    Pembelajaran IPA pada hakikatnya sangat menarik dan menyenangkan, tetapi

    adakalanya siswa sekolah dasar merasa jenuh dengan pembelajaran ini. Dalam

    pembelajaran IPA biasanya siswa diajak praktik langsung menggunakan alat-alat

    peraga yang telah tersedia (KIT IPA). Namun masih banyak guru yang melaksanakan

    pemblajaran IPA hanya menggunakan metode ceramah saja sehingga siswa merasa

    cepat bosan, hal ini pula yang terjadi di SD Negeri Bawen 03, dari hasil observasi

    yang dilakukan, ternyata di Kelas V masih banyak siswa yang hasil belajar IPAnya

    masih di bawah KKM. Nilai KKM yang ditetapkan untuk pembelajaran IPA adalah 68.

    Kondisi awal

    Guru Menggunakan

    Metode Konvensional

    Guru

    menggunakan

    Kit IPA

    Ada Peningkatan

    Hasil > KKM ( 68)

    Ada Peningkatan Tapi

    Belum Tuntas

    Tindakan

    Hasil Belajar Siswa

    Rendah KKM

    80%

    Kondisi Akhir

  • 27

    Proses pembelajaran yang tidak menggunakan alat peraga merupakan salah

    satu faktor dari rendahnya hasil belajar yang diperoleh, sehingga dengan

    pembelajaran menggunakan alat peraga, siswa akan langsung berinteraksi dengan

    hal yang dipelajari pada pelajaran IPA. Dengan penggunaan Kit IPA ini diharapkan

    hasil belajar anak akan meningkat dan tuntas dari KKM yang telah ditetapkan.

    2.4 Hipotesa Penelitian

    Berdasarkan paparan teori-teori di atas, dapat diambil suatu hipotesis bahwa

    penggunaan KIT IPA dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar

    siswa kelas V di SD Negeri Bawen 03 Kabupaten Semarang.