40
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika 2.1.1.1 Hakikat Matematika Dalam berbagai bahasa, matematika dikenal dengan kata mathematics (Bahasa Inggris), mathematik (Bahasa Jerman), mathematique (Bahasa Perancis), matematico (Bahasa Italia). Istilah matematika yang dinyatakan dalam berbagai ungkapan tersebut berasal dari Bahasa Yunani, yaitu mathematike yang mengandung pengertian hal-hal yang berhubungan dengan belajar (relating to learning). Kata tersebut mempunyai akar kata mathema yang artinya pengetahuan atau ilmu. Andi Hakim Nasution (1982:12) memaparkan definisi matematika lebih dari sisi bahasa dimana Andi berpendapat bahwa istilah matematika berasal dari Yunani, matheinatau mantheneinyang berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan yang erat dengan kata Sanskerta medhaatau widyayang memiliki arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia. Sujono (1988:5) mengemukakan beberapa pengertian Matematika. Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logis dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan pakar tersebut mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan. Sedangkan menurut Tinggih (Hudojo, 2005: 4) matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya. Matematika adalah suatu pelajaran yang tersusun secara beraturan, logis, berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit. Beberapa pengertian matematika yang dikemukakan oleh sejumlah ahli yaitu (a) disiplin ilmu yang bersifat abstrak, (b) bidang yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran, (c) ilmu yang penalarannya bersifat deduktif, (d) 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

  • Upload
    lamanh

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Matematika

2.1.1.1 Hakikat Matematika

Dalam berbagai bahasa, matematika dikenal dengan kata mathematics

(Bahasa Inggris), mathematik (Bahasa Jerman), mathematique (Bahasa Perancis),

matematico (Bahasa Italia). Istilah matematika yang dinyatakan dalam berbagai

ungkapan tersebut berasal dari Bahasa Yunani, yaitu mathematike yang

mengandung pengertian hal-hal yang berhubungan dengan belajar (relating to

learning). Kata tersebut mempunyai akar kata mathema yang artinya pengetahuan

atau ilmu.

Andi Hakim Nasution (1982:12) memaparkan definisi matematika lebih

dari sisi bahasa dimana Andi berpendapat bahwa istilah matematika berasal dari

Yunani, “mathein” atau “manthenein” yang berarti mempelajari. Kata ini

memiliki hubungan yang erat dengan kata Sanskerta “medha” atau “widya” yang

memiliki arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia.

Sujono (1988:5) mengemukakan beberapa pengertian Matematika. Di

antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan

terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu

pengetahuan tentang penalaran yang logis dan masalah yang berhubungan dengan

bilangan. Bahkan pakar tersebut mengartikan matematika sebagai ilmu bantu

dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.

Sedangkan menurut Tinggih (Hudojo, 2005: 4) matematika tidak hanya

berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga

unsur ruang sebagai sasarannya. Matematika adalah suatu pelajaran yang tersusun

secara beraturan, logis, berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling

rumit.

Beberapa pengertian matematika yang dikemukakan oleh sejumlah ahli

yaitu (a) disiplin ilmu yang bersifat abstrak, (b) bidang yang berhubungan dengan

ide, proses, dan penalaran, (c) ilmu yang penalarannya bersifat deduktif, (d)

5

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

6

bahasa simbol dan numerik yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan akurat, (e)

metode bernalar atau berfikir secara logis, (f) ilmu mengenai kuantitas dan

besaran, (g) ilmu tentang berhitung, (h) ilmu tentang hubungan pola, bentuk, dan

struktur, (i) karya seni, serta (j) “Ratu” ilmu pengetahuan.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang matematika dapat dirangkum

bahwa matematika adalah pengetahuan atau ilmu mengenai bilangan-bilangan,

operasi-operasinya serta unsur ruang yang melandasi, mendukung, dan melayani

kepentingan berbagai bidang kajian atau ilmu pengetahuan lainnya.

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran Matematika di SD dapat dilihat dalam kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Mata pelajaran matematika bertujuan

agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) memahami konsep matematika,

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima,

secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2)

menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan

memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan

simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah,

(5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika

sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar, pembentukan

sikap, serta pembentukan keterampilan penerapan, mata pelajaran matematika

juga memuat tujuan khusus, yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan

keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari, (2)

menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat digunakan melalui kegiatan

matematika, (3) mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal

belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

7

Secara lebih spesifik, hasil yang diharapkan setelah seseorang belajar

matematika adalah memiliki sifat sistematis, cermat, akurat, logis, imajinatif,

holistik dan strategis.

2.1.1.3 Ruang Lingkup Materi Matematika SD

Pembelajaran matematika di sekolah diarahkan pada pencapaian standar

kompetensi dasar oleh siswa. Kegiatan pembelajaran matematika tidak

berorientasi pada penguasaan materi matematika semata, tetapi materi matematika

diposisikan sebagai alat dan sarana siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh

karena itu, ruang lingkup mata pelajaran matematika yang dipelajari di sekolah

disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa.

Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi

matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil

belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam

kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok, untuk setiap aspeknya.

Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek tersebut didasarkan

menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak ingin di capai.

Merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus

dicapai siswa menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) tahun 2006

mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD meliputi aspek-aspek

sebagai berikut:

a. Bilangan, dengan cakupan bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan.

b. Geometri, dengan cakupan bangun dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan

simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat.

c. Pengolahan data dengan cakupan perbandingan kuantitas suatu obyek,

penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.

Secara lebih rinci, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan

Tenaga Kependidikan Matematika (selanjutnya akan ditulis PPPPTK Matematika)

menguraikan tentang pemilihan materi matematika SD pada ruang lingkup

bilangan yaitu melakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan

dalam pemecahan masalah dan menafsirkan hasil operasi hitung. Kemudian

materi pada ruang lingkup pengukuran dan geometri meliputi mengidentifikasi

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

8

bangun datar dan ruang menurut sifat, unsur, atau kesebangunan, melakukan

operasi hitung yang melibatkan keliling, luas, volume, dan satuan pengukuran,

menaksir ukuran (misal: panjang, luas, volume) dari benda atau bangun geometri,

dan mengaplikasian konsep geometri dalam menentukan posisi, jarak, sudut, dan

transformasi, dalam pemecaham masalah. Sementara materi untuk peluang dan

statistika meliputi mengumpulkan, menyajikan, dan menafsirkan data serta

menentukan dan menafsirkan peluang suatu kejadian dan ketidakpastian.

Berikut tabel 1 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata

pelajaran matematika kelas 3 semester II yang termuat dalam Permendiknas

nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan

menengah:

Tabel 1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mata Pelajaran Matematika Kelas 3 Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bilangan

3. Memahami pecahan

sederhana dan penggunaannya

dalam pemecahan masalah

3.1 Mengenal pecahan sederhana

3.2 Membandingkan pecahan sederhana

3.3 Memecahkan masalah yang berkaitan

dengan pecahan sederhana

Geometri dan Pengukuran

4. Memahami unsur dan sifat-

sifat bangun datar sederhana

4.1 Mengidentifikasi berbagai bangun datar

sederhana menurut sifat atau unsurnya

4.2 Mengidentikasi berbagai jenis dan besar

sudut

5. Menghitung keliling, luas

persegi dan persegi panjang,

serta penggunaannya dalam

pemecahan masalah

5.1 Menghitung keliling persegi dan persegi

panjang

5.2 Menghitung luas persegi dan persegi

panjang

5.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan keliling, luas persegi dan persegi

panjang Sumber: Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah

2.1.2 Standar Proses Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Standar proses digunakan sebagai acuan dalam merancang dan

melaksanakan kegiatan pembelajaran serta melakukan penilaian. Berikut adalah

standar proses KTSP berdasarkan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

9

2.1.2.1 Prinsip-Prinsip Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang kegiatan

pembelajaran berdasarkan standar proses adalah sebagai berikut:

a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik. RPP disusun dengan

memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual,

minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuansosial, emosi, gaya belajar,

kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai,

dan/atau lingkungan peserta didik.

b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik. Proses pembelajaran dirancang

dengan berpusat pada peserta didik untukmendorong motivasi, minat,

kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dansemangat belajar.

c. Mengembangkan budaya membaca dan menulis. Proses pembelajaran

dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,pemahaman beragam

bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan

d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. RPP memuat rancangan program

pemberian umpan balik positif, penguatan,pengayaan, dan remedi.

e. Keterkaitan dan keterpaduan. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan

dan keterpaduan antara SK,KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

indikator pencapaiankompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu

keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan

pembelajaran tematik,keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar,

dan keragaman budaya.

f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. RPP disusun dengan

mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara

terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

2.1.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran

Implementasi dari rancangan pembelajaran harus mengacu pada standar

proses. Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan standar proses dilakukan melalui 3

(tiga) yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

10

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pedahuluan, guru:

a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses

pembelajaran;

b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya

dengan materi yang akan dipelajari;

c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akandicapai;

d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD

dengan menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik

dan mata pelajaran, yang meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

a. Eksplorasi

1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang

topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam

takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran,dan

sumber belajar lain;

3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik

dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;

5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau

lapangan.

b. Elaborasi

1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui

tugas-tugas tertentu yang bermakna;

2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain

untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,

dan bertindak tanpa rasa takut;

4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

11

5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan

prestasi belajar;

6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik

lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;

7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun

kelompok;

8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,serta

produk yang dihasilkan;

9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan

kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi

1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,

isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik;

2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik

melalui berbagai sumber;

3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman

belajar yang telah dilakukan;

4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna

dalam mencapai kompetensi dasar.

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/

simpulan pelajaran;

b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,

program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas

individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

e. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

12

2.1.2.3 Penilaian Hasil Pembelajaran

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk

mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai

bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses

pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram

dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan

kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau

produk,portofolio, dan penilaian diri.

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Joice dan Weil dalam Isjoni (2013:50) model pembelajaran

adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan

digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi

petunjuk kepada pengajar di kelasnya.

Model pembelajaran memiliki beberapa macam diantaranya kooperatif

(CL, Cooperative Learning), kontekstual (CTL, Contextual Teaching and

Learning), realistik (RME, Realistic Mathematics Education), pembelajaran

langsung (DL, Direct Learning) dan pembelajaran berbasis Masalah (PBL,

Problem Based Learning).

Menurut Widyantini (2006:3) model pembelajaran kooperatif merupakan

suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.

Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang

berbeda (tinggi, sedang dan rendah), dan jika memungkinkan anggota kelompok

berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan

jender. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Johnson, dkk (1983),

Johnson dan Johnson (1985), Slavin (1989), dan Sharan (1980) dalam Miftahul

Huda (2012:17) menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi

pengajaran efektif dalam meningkatkan prestasi dan sosialisasi mereka sekaligus

turut berkontribusi bagi perbaikan sikap dan persepsi mereka tentang begitu

pentingnya belajar dan bekerja sama, termasuk pemahaman tentang teman-

temannya yang berasal dari latar belakang dan etnis yag berbeda.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

13

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh

beberapa ahli yaitu Slavin (1985), Lazarowitz (1988) atau Sharan (1990) dalam

Rachmadi (2006) dari Widyantini (2006:5) antara lain yaitu pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw, pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads

Together), dan Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement).

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin

dkk. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi

diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai

materi guna mencapai prestasi belajar maksimal. Model ini membagi siswa ke

dalam beberapa kelompok yang akan berdiskusi untuk menyelesaikan suatu

permasalahan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menanamkan

sikap saling membantu dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan akan

berpengaruh terhadap hasil belajar. Tim dibentuk secara heterogen baik menurut

hasil belajar, jenis kelamin maupun agama.

2.1.3.2 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Uraian secara rinci kelebihan model ini ialah:

a. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang

substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok adalah setara.

(Allport dalam Slavin, 2005:103).

b. Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama anggota

kelompok menjadi lebih baik (Slavin, 2005:105).

c. Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas rasial yang

lebih banyak (Slavin, 2005:105)

d. Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di samping

kecakapan kognitif (Isjoni, 2010:72).

e. Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator,

mediator, motivator dan evaluator (Isjoni, 2010:62).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

14

2.1.3.3 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Beberapa kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD

diantaranya yaitu:

a. Model kooperatif tipe STAD memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru

dituntut sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator (Isjoni, 2010:62).

Dengan asumsi tidak semua guru mampu menjadi fasilitator, mediator,

motivator dan evaluator dengan baik.

b. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD cenderung akan membuat gaduh

suasana kelas karena menuntut siswa untuk berdiskusi dalam kelompok.

Kaitanya dengan hasil belajar adalah apabila terjadi perpecahan dalam diskusi

maka secara langsung akan berimbas pada tidak tercapainya tujuan

pembelajaran yang dikehendaki oleh guru sehingga hasil belajar siswa akan

menurun.

2.1.3.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Slavin dalam Isjoni (2013:51) proses pembelajaran kooperatif

tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi:

a. Tahap penyajian materi

Pada tahap ini guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus

dicapai, dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari.

Selanjutnya guru memberikan apersepsi dengan tujuan mengingatkan siswa

terhadap materi prasarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan

materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

Teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasikal ataupun

melalui audiovisual. Lamanya presentasi bergantung pada kekompleksan materi

yang akan dibahas. Dalam mengembangkan materi pembelajaran, beberapa hal

yang perlu ditekankan adalah:

1) Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari

siswa dalam kelompok,

2) Menekankan bahwa belajar adalah memahami makna, bukan hafalan,

3) Memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman

siswa,

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

15

4) Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan itu benar atau salah,

5) Beralih pada materi selanjutnya jika siswa telah memahami masalah yang ada.

b. Tahap kerja kelompok

Pada tahap ini siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan

dipelajari. Dalam kelompok siswa saling berbagi tugas, dan saling membantu

menyelesaikan masalah agar semua anggota kelompok dapat memahami materi

yang dibahas dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada

tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam kegiatan

kelompok.

c. Tahap tes individu

Tahap ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar

telah dicapai. Tes individu diadakan agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah

dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok. Skor perolehan

individu digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.

d. Tahap perhitungan skor perkembangan individu

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal yang dapat

diambil dari hasil belajar sebelumnya. Berdasarkan skor awal setiap siswa

berkesempatan sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi

kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan ini

dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan

kemampuannya. Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan menjumlahkan

masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah

anggota kelompok.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

16

Tabel 2

Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu

Skor Tes Skor Perkembangan

Individu

a. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

b. 10 hingga 1 poin dibawah skor awal 10

c. Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20

d. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

e. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

e. Tahap pemberian penghargaan kelompok

Menurut Slavin guru memberikan penghargaan pada kelompok

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke

nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok. Cara-cara penentuan nilai

penghargaan kepada kelompok dijelaskan sebagai berikut.

1) Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat

berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.

2) Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam

kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II

kepada setiap siswa yang kita sebut nilai kuis terkini.

3) Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan

berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing

siswa dengan menggunakan kriteria pedoman pemberian skor perkembangan

individu.

4) Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang

diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat baik, sangat

baik, dan sempurna.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

17

Tabel 3

Kriteria Status Kelompok

Skor Perolehan Kelompok Kriteria Penghargaan

Jika rata-rata skor peningkatan individu anggota

kelompok kurang dari 15

Good Team (Tim Baik)

Jika rata-rata skor peningkatan individu anggota

kelompok antara 15 – 25

Great Team (Tim Hebat)

Jika rata-rata skor peningkatan individu anggota

kelompok lebih dari 25

Super Team (Tim Super)

Sementara itu, menurut Widyantini (2006:8), langkah-langkah penerapan

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa

sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan

diperoleh skor awal.

c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa

dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Jika

mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta

kesetaraan jender.

d. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk

mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD, biasanya

digunakan untuk penguatan pemahaman materi (Slavin, 1995).

e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

f. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.

g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya

(terkini).

Beberapa hal yang perlu mendapatkan penjelasan diantaranya yaitu

pembagian kelompok. Dalam pembentukan kelompok siswa dibagi berdasarkan

kemampuan akademik seperti berikut.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

18

Tabel 4

Cara Pembentukan Kelompok

Kemampuan No Nama Rangking Kelompok

Tinggi

1 1 A

2 2 B

3 3 C

4 4 D

Sedang

5 5 D

6 6 C

7 7 B

8 8 A

9 9 A

10 10 B

11 11 C

12 12 D

Rendah

13 13 D

14 14 C

15 15 B

16 16 A

Berdasarkan pendapat ahli diatas terkait langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe STAD maka dapat dirangkum sintaks pembelajaran kooperatif tipe

STAD sebagai berikut.

a. Fase 1: Penyajian kelas.

Guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Teknik

penyajian materi pelajaran dapat dilakukan guru secara klasikal ataupun

melalui audiovisual.

b. Fase 2: Belajar kelompok.

Belajar kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru secara

berkelompok dimana setiap anggota kelompok bertanggungjawab membantu

teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Kegiatan berkelompok

adalah berdiskusi dan menyelesaikan soal yang guru berikan untuk kemudian

dipresentasikan.

c. Fase 3: Pemberian kuis.

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan

apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

19

d. Fase 4: Pemberian penghargaan.

Pemberian penghargaan kelompok diberikan berdasarkan pada rata-rata nilai

perkembangan individu dalam kelompoknya dan berdasarkan kriteria yang

telah ditentukan.

Secara lebih rinci, sintaks pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam

pembelajaran matematika berdasarkan standar proses yaitu:

Tabel 5

Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Kegiatan No. Indikator Deskripsi Kegiatan

Kegiatan Guru Aktifitas Siswa

Kegiatan

Awal

1. Membuka

pembelajaran.

Guru membuka

pembelajaran dan

memeriksa kesiapan

siswa dalam mengikuti

pembelajaran.

Siswa berdoa menurut agama dan

keyakinan masing-masing

kemudian mempersiapkan alat

tulis untuk mengikuti

pembelajaran.

2. Apersepsi Guru melakukan

kegiatan apersepsi.

Siswa menjawab pertanyaan guru

dan mengikuti kegiatan apersepsi.

3. Menyampaikan

tujuan

pembelajaran

Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran dan

cakupan materi yang

akan dipelajari.

Siswa menyimak tujuan

pembelajaran dan menyimak

informasi tentang cakupan materi

yang akan dipelajari.

4. Menyampaikan

langkah

pembelajaran

Guru menyampaikan

informasi langkah

pembelajaran kooperatif

tipe STAD.

Siswa menyimak informasi

langkah pembelajaran kooperatif

tipe STAD.

Kegiatan

Inti

1. Kegiatan tanya

jawab

Eksplorasi:

Guru memberikan

pertanyaan untuk

mengetahui kemampuan

awal siswa.

Siswa menjawab pertanyaan guru

secara individu tanpa membuka

buku panduan.

2. Pembagian

materi

Guru membagikan

materi tentang sifat-sifat

bangun datar sederhana.

Siswa mempelajari materi yang

telah dibagikan oleh guru, dan

dapat menggunakan buku

panduan untuk memperluas

informasi.

3. Penyajian

informasi

Guru menyajikan

informasi/ materi

kepada siswa secara

klasikal.

Siswa menyimak informasi yang

dijelaskan oleh guru dan siswa

boleh bertanya jika belum paham.

4. Kuis Elaborasi:

Siswa mengerjakan kuis

yang dibagikan guru.

Secara mandiri siswa

mengerjakan kuis untuk

mendapatkan skor awal.

5. Pembentukan

kelompok

Guru membagi siswa

dalam kelompok belajar

yang terdiri 4-6 siswa.

Siswa berkumpul dengan anggota

kelompok lainnya sesuai dengan

pembagian yang telah ditentukan.

6. Diskusi dan

kerja kelompok

Guru membimbing

siswa untuk melakukan

diskusi dalam kerja

kelompok.

Siswa dalam setiap kelompok

melakukan diskusi tentang materi

yang tengah dipelajari dan

mengerjakan tugas kelompok.

dalam kegiatan berkelompok

setiap siswa juga bertanggung

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

20

jawab terhadap kemampuan

anggota kelompoknya.

7. Presentasi Guru memimbing siswa

dalam melaporkan hasil

diskusi dan kerja

kelompok

Siswa menyampaikan laporan

hasil diskusi dan kerja kelompok

yang telah dilakukan di depan

kelas.

8. Membuat

rangkuman

Guru memfasilitasi

siswa dalam membuat

rangkuman dengan

memberikan

pengarahan, penegasan

pada materi

pembelajaran yang telah

dipelajari.

Secara mandiri siswa membuat

rangkuman materi yang telah

dipelajari.

9. Tes individual Siswa mengerjakan tes

individual.

Secara mandiri siswa

mengerjakan tes evaluasi.

10. Pemberian

penghargaan

Guru memberikan

penghargaan hasil

belajar individual dan

kelompok.

Siswa dan guru bersama-sama

menjumlahkan skor kelompok,

kemudian setiap kelompok

mendapatkan penghargaan sesuai

dengan tingkat perkembangan dan

kriteria penilaian, selain itu siswa

yanng mendapatkan skor akhir

tertinggi mendapatkan hadiah.

11. Umpan balik Konfirmasi:

Guru memberikan

umpan balik dan

penguatan terhadap

materi pembelajaran

yang telah dipelajari.

Siswa menyampaikan hal-hal

yang belum dimengerti serta

menyampaikan tanggapan berupa

kesimpulan materi yang tengah

dipelajari.

12. Refleksi Melakukan refleksi

terhadap pembelajaran

yang telah dilakukan.

Siswa menyampaikan garis besar

materi yang telah dipelajari dan

menghubungkannya dengan

kehidupan sehari-hari.

13. Meningkatkan

motivasi

belajar.

Memberikan motivasi

kepada peserta didik

yang belum

berpartisipasi aktif

dalam pembelajaran.

Dengan bimbingan guru siswa

berusaha meningkatkan motivasi

untuk belajar dengan baik.

Kegiatan

Penutup

1. Tanggapan

pembelajaran.

Guru bertanya kepada

siswa tentang

pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

Siswa menyampaikan tanggapan

tentang pelaksanaan pembelajaran

yang telah dilakukan.

2. Pemahaman

siswa

Guru bertanya tentang

hal yang belum

dimengerti oleh siswa.

Siswa menyampaikan hal-hal

yang belum dipahami dan siswa

lain diberi kesempatan untuk

membantu dengan menjawab

pertanyaan siswa lain.

3. Membuat

kesimpulan

Membimbing untuk

menarik kesimpulan.

Dengan bimbingan guru siswa

menyimpulkan pembelajaran yang

telah dilakukan.

4. Menutup

pembelajaran

Mengajak semua siswa

berdo’a menurut agama

dan keyakinan masing-

masing untuk mengahiri

kegiatan pembelajaran.

Siswa berdo’a menurut agama dan

keyakinan masing-masing.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

21

2.1.4 Pembelajaran Konvensional

Sagala dalam skripsi Kartika (2012:16) pembelajaran konvensional adalah

pembelajaran klasikal atau yang disebut juga pembelajaran tradisional.

Pembelajaran klasikal adalah kegiatan penyampaian pelajaran kepada sejumlah

siswa, yang biasanya dilakukan oleh pengajar dengan berceramah di kelas.

Pembelajaran klasikal memandang siswa sebagai objek belajar yang hanya duduk

dan pasif mendengarkan penjelasan guru. Sedangkan menurut Vicky Siahaan

dalam jurnal UNIMED (2012:35) menjelaskan pembelajaran konvensional adalah

suatu metode yang digunakan dalam menyampaikan informasi secara lisan kepada

sejumlah siswa di dalam ruangan dan pendengar melakukan pencatatan

seperlunya.

Menurut Ujang Sukandi dalam Jurnal Scholaria Vol 1 (2011:215)

mendeskripsikan pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih

banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah

siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat

proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. I Wayan Sukra dalam

Jurnal Scholaria Vol 1 (2011:215) menjelaskan metode pembelajaran

konvensional merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru dimana

hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru. Jadi guru

memegang peranan utama dalam menentukan isi dan proses belajar termasuk

dalam menilai kemajuan siswa. Menurut Nurhadi dalam Jurnal Scholaria Vol 1

(20011:215) metode konvensional terlihat pada proses siswa penerima informasi

secara pasif, siswa belajar secara individual, hadiah/penghargaan untuk perilaku

baik adalah pujian atau nilai angka/ raport saja, pembelajaran tidak

memperhatikan pengalaman siswa, dan hasil belajar diukur hanya dengan tes.

Menurut Djamarah dalam Jurnal Scholaria Vol 1 (2011:216) pembelajaran

konvensional ditandai dengan ceramah, pemberian tugas dan latihan. Sedangkan

menurut Fifi Ari Susanti (2012:15) langkah pembelajaran dalam pembelajaran

konvensional adalah 1) ceramah, 2) tanya jawab, 3) pemberian soal evaluasi.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

22

a. Ceramah

Menurut Nana Sudjana (2008:77) ceramah adalah penuturan bahan-bahan

pelajaran secara lisan. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2011: 148) ceramah

diartikan sebagai cara penyampaian pelajaran melalui penuturan secara lisan atau

penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Agar metode ceramah berhasil,

ada beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya persiapan/perencanaan,

pelaksanaan dan kesimpulan.

1) Tahap persiapan

Artinya tahap guru untuk menciptakan kondisi belajar yang baik sebelum

mengajar dimulai (Nana Sudjana, 2008:77). Beberapa hal yang perlu diperhatikan,

diantaranya (a) merumuskan tujuan yang ingin dicapai, (b) menentukan pokok-

pokok materi yang akan diceramahkan, (c) mempersiapkan alat bantu.

2) Tahap pelaksanaan

a) Langkah pembukaan

Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat ditentukan oleh langkah ini,

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam langkah pembukaan adalah (1)

yakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai, (2) lakukan langkah

apersepsi, yaitu langkah yang menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan

materi pelajaran yang akan disampaikan.

b) Langkah penyajian

Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan

cara bertutur. Agar ceramah memiliki kualitas sebagai metode pembelajaran,

maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi

pembelajaran yang sedang disampaikan. Untuk menjaga perhatian siswa,

beberapa hal yang perlu diperhatikan (1) menjaga kontak mata secara terus

menerus dengan siswa. Kontak mata adalah suatu isyarat dari guru agar siswa mau

memperhatikan dan kontak mata merupakan sebuah penghargaan dari guru

kepada siswa karena siswa merasa dihargai dan diperhatikan. (2) Gunakan bahasa

yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa, (3) sajikan materi pelajaran

secara sistematis, tidak meloncat-loncat agar mudah ditangkap oleh siswa, (4)

tanggapilah respon secara segera, sekecil apapun respon tersebut dengan memberi

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

23

penguatan dan pujian terhadap respon yang tepat dan segera tunjukkan respon

secara baik tanpa menyinggung perasaan siswa terhadap siswa yang kurang tepat,

(5) jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar. Cara yang

dapat dilakukan adalah dengan cara guru menunjukkan sikap yang bersahabat dan

akrab, penuh gairah dalam menyampaikan materi pelajaran, serta sekali-kali

memberikan humor-humor segar dan menyenangkan.

3) Langkah mengakhiri atau menutup ceramah

Ciptakanlah kegiatan-kegiatan yang memungkinkan siswa tetap mengingat

materi pelajaran, beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu (1) membimbing siswa

untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi pelajaran yang baru saja

disampaikan, (2) merangsang siswa untuk menanggapi atau memberikan ulasan

tentang materi pembelajaran yang baru saja disampaikan, (3) melakukan evaluasi

untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang baru saja

disampaikan.

b. Tugas

Menurut Nana Sudjana (2008:81) tugas dan resitasi tidak sama dengan

pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah,

di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lain. Tugas dan resitasi merangsang

anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh

karena itu tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara

kelompok.

Menurut Nana Sudjana (2008:81) langkah-langkah yang harus diikuti

dalam penggunaan metode tugas, yaitu:

1) Fase pemberian tugas, tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya

mempertimbangkan:

a) Tujuan yang akan dicapai

b) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan

tersebut

c) Sesuai dengan kemampuan siswa

d) Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa

e) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

24

2) Langkah Pelaksanaan Tugas

a) Guru memberikan bimbingan/pengawasan.

b) Guru memberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.

c) Guru mengarahkan agar tugas tersebut dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak

menyuruh orang lain.

d) Guru menganjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh

dengan baik dan sistematik.

3) Fase mempertanggungjawabkan tugas

a) Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.

b) Ada tanya jawab/diskusi kelas.

c) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupaun nontes atau cara

lain.

c. Latihan

Menurut Bahri Djamarah & Aswan Zain dalam Jurnal Scholaria Vol. 1

(2011:218) metode latihan adalah suatu cara mengajar yang baik untuk

menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode latihan pada umumnya

digunakan untuk memperoleh ketangkasan dan ketrampilan yang telah dipelajari.

Menurut Nana Sudjana (2008:87) metode latihan kurang mengembangkan

bakat/inisiatif siswa untuk berfikir, maka hendaknya guru/pengajar

memperhatikan tingkat kewajaran dari metode ini.

1) Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis,

permainan, pembuatan dan lain-lain.

2) Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus-

rumus, dan lain-lain.

3) Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbol

peta, dan lain-lain.

Langkah-langkah memberikan latihan menurut Russefendi dalam Jurnal

Scholaria Vol. 1 (2011:218):

1) Guru menjelaskan materi yang berkaitan dengan latihan yang akan diberikan.

2) Guru memberikan contoh latihan dan cara menyelesaikannya.

3) Guru menyuruh siswa melakukan latihan.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

25

4) Guru menganalisis hasil latihan siswa.

d. Tanya Jawab

Menurut Nana Sudjana (2008:78) metode tanya jawab adalah metode

mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two

way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dengan siswa.

Guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab. Beberapa

hal yang penting diperhatikan dalam metode tanya jawab ini antara lain:

1) Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab, antara lain:

a) Untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran telah dikuasai oleh siswa

b) Untuk merangsang siswa berfikir

c) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum

dipahami.

2) Jenis pertanyaan, pada dasarnya ada dua pertanyaan yang perlu diajukan yakni:

a) Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana

pengetahuan sudah tertanam pada siswa.

b) Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana

cara berfikir anak dalam menanggapi suatu persoalan.

3) Teknik mengajukan pertanyaan harus memperhatikan beberapa hal, antara lain:

a) Perumusan pertanyaan harus jelas dan terbatas

b) Pertanyaan hendaknya diajukan kepada kelas sebelum menunjuk siswa

untuk menjawab.

c) Beri kesempatan/ waktu pada siswa untuk menjawab

d) Hargai pendapat/pertanyaan dari siswa

e) Pemberian pertanyaan harus merata

f) Buat ringkasan hasil tanya jawab sehingga memperoleh pengetahuan secara

sistematik.

Metode tanya jawab biasanya dipergunakan apabila:

1. Bermaksud mengulang bahan pelajaran

2. Ingin membangkitkan siswa belajar

3. Tidak terlalu banyak siswa

4. Sebagai selingan metode ceramah.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

26

Karakteristik model pembelajaran konvensional dalam penerapannya di

kelas, antara lain: (1) siswa adalah penerima informasi, (2) siswa cenderung

belajar secara individual, (3) pembelajaran cenderung abstrak dan teoritis, (4)

perilaku dibangun atas kebiasaan, (5) keterampilan dikembangkan atas dasar

latihan, (6) siswa tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman, (7)

bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural.

Menurut Sunarto dalam jurnal Scholaria Vol.1 (2011:219) pembelajaran

konvensional dipandang efektif terutama untuk (1) berbagi informasi yang tidak

mudah ditemukan di tempat lain, (2) menyampaikan informasi dengan cepat, (3)

membangkitkan minat akan informasi, (4) mengajari siswa yang cara belajar

terbaiknya dengan mendengarkan.

Namun pembelajaran ini juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu (1)

tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan, (2) sering

terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang

dipelajari, (3) pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang

kritis, (4) pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama

dan tidak bersifat pribadi.

Pembelajaran konvensional dilaksanakan berdasarkan kerangka

pembelajaran konvensional menurut Sujarwo dalam jurnal Scholaria (2011:219)

sebagai berikut:

Tabel 6

Kerangka Pembelajaran Konvensional

Tahap 1 Guru memberikan informasi atau mendiskusikan bersama siswa

dari materi pelajaran yang disampaikan

Tahap 2 Guru memberi latihan soal yang dikerjakan secra individu oleh

siswa

Tahap 3 Guru bersama siswa membahas latihan soal dengan cara beberapa

siswa disuruh mengerjakan di papan tulis.

Tahap 4 Guru memberi tugas kepada siswa sebagai pekerjaan rumah.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

27

Sedangkan Dhidik Setiawan dalam jurnal Pendidikan Elektro Vol. 2

Nomor 1 Universitas Surabaya (2013:304) menjelaskan sintaks pembelajaran

konvensional sebagai berikut:

Tabel 7

Sintaks Pembelajaran Konvensional (I)

Fase atau tahap Peran Guru

Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang

ingin dicapai pada pelajaran tersebut.

Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa secara

tahap demi tahap dengan metode ceramah.

Mengecek pemahaman

dan memberikan umpan

balik

Guru mengecek keberhasilan siswa dan

memberikan umpan balik.

Memberikan kesempatan

untuk latihan lanjutan

Guru memberikan tugas tambahan untuk

dikerjakan dirumah.

Secara lebih rinci, sintaks pembelajaran konvensional dalam pembelajaran

matematika berdasarkan standar proses yaitu:

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

28

Tabel 8

Sintaks Pembelajaran Konvensional (II)

Kegiatan No. Indikator

Deskripsi Kegiatan

Kegiatan Guru Aktifitas Siswa

Kegiatan

awal

1. Membuka

pembelajaran.

Guru membuka pembelajaran dan

memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Siswa berdoa menurut agama dan

keyakinan masing-masing kemudian mempersiapkan alat tulis

untuk mengikuti pembelajaran.

2. Apersepsi Guru melakukan kegiatan

apersepsi.

Siswa menjawab pertanyaan guru

dan mengikuti kegiatan apersepsi.

3. Menyampaikan

tujuan pembelajaran

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan cakupan materi yang akan dipelajari.

Siswa menyimak tujuan

pembelajaran dan menyimak informasi tentang cakupan materi

yang akan dipelajari.

Kegiatan

Inti

1. Mengamati Guru menunjukkan berbagai

bentuk bangun datar.

Siswa mengamati gambar/media

bangun datar.

2. Kegiatan tanya jawab

Guru memberikan pertanyaan untuk mengetahui kemampuan

awal siswa.

Siswa menjawab pertanyaan guru secara individu tanpa membuka

buku panduan.

3. Penyajian

informasi

Guru menyajikan informasi/ materi

kepada siswa secara klasikal.

Siswa menyimak informasi yang

dijelaskan oleh guru dan siswa boleh bertanya jika belum paham.

4. Latihan Guru memberikan latihan soal

kepada siswa melalui kegiatan

tanya jawab.

Siswa berusaha menjawab

pertanyaan (soal) dari guru sebagai

latihan. siswa boleh berdiskusi

dengan teman sebangku dan boleh

membuka buku panduan.

5. Konfirmasi

jawaban.

Guru mengkonfirmasi jawaban

siswa dengan kegitan tanya jawab.

Siswa mengkoreksi jawabannya

dengan jawaban guru.

6. Membuat catatan

Guru memfasilitasi siswa dalam membuat catatan dengan

memberikan pengarahan,

penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

Secara mandiri siswa membuat catatan materi yang telah dipelajari.

7. Umpan balik Guru memberikan umpan balik dan

penguatan terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajari.

Siswa menyampaikan hal-hal yang

belum dimengerti serta menyampaikan tanggapan berupa

kesimpulan materi yang tengah

dipelajari.

8. Penugasan Siswa mengerjakan tes individual. Secara mandiri siswa mengerjakan

tes evaluasi.

9. Refleksi Melakukan refleksi terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan.

Siswa menyampaikan garis besar

materi yang telah dipelajari dan

menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.

Kegiatan

Penutup

1. Tanggapan

pembelajaran.

Guru bertanya kepada siswa

tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Siswa menyampaikan tanggapan

tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan.

2. Pemahaman

siswa

Guru bertanya tentang hal yang

belum dimengerti oleh siswa.

Siswa menyampaikan hal-hal yang

belum dipahami dan siswa lain

diberi kesempatan untuk membantu dengan menjawab pertanyaan siswa

lain.

3. Membuat kesimpulan

Membimbing untuk menarik kesimpulan.

Dengan bimbingan guru siswa menyimpulkan pembelajaran yang

telah dilakukan.

4. Menutup

pembelajaran

Mengajak semua siswa berdo’a

menurut agama dan keyakinan masing-masing untuk mengakhiri

kegiatan pembelajaran.

Siswa berdo’a menurut agama dan

keyakinan masing-masing.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

29

2.1.5 Hasil Belajar

2.1.5.1 Pengertian Hasil Belajar

Dimyati dan Mudjiono (2009:20) menyatakan bahwa hasil belajar

merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama

berkat evaluasi guru. Winaputra (2007:1.10) menjelaskan bahwa hasil belajar

merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa dimana setiap kegiatan

belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas. Sedangkan menurut Nana

Sudjana (2004:14) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan

menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana,

baik tes tertulis, tes lisan, atau tes perbuatan.

Gagne mengemukakan lima macam hasil belajar, tiga diantaranya bersifat

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ada lima kemampuan yang ditinjau dari segi-

segi yang diharapkan dari suatu pengajaran. Lima kemampuan tersebut yaitu:

a. Keterampilan intelektual

Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan

lingkungannya dengan penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan.

Aktivitas belajar keterampilan intelektual ini sudah dimulai sejak tingkat

pertama sekolah dasar dan dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan

kemampuan intelektual seseorang.

b. Strategi kognitif

Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan

tertentu bagi belajar dan berpikir disebut sebagai strategi kognitif. Dalam teori

belajar modern, suatu strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu

suatu proses internal yang digunakan peserta didik (orang yang belajar) untuk

memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat,

dan berpikir (Gagne, 1985).

c. Informasi verbal

Informasi verbal disebut juga pengetahuan verbal. Menurut teori, pengetahuan

verbal ini disimpan sebagai jaringan proposisi-proposisi (rancangan-rancangan)

(Gagne, 1985 dalam Prof. Dr. Ratna Wilis Dahar, M.Sc, 2011:123). Informasi

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

30

verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah dan juga dari kata-kata yang

diucapkan orang, mendengar dari radio, televisi, dan media lainnya.

d. Sikap

Sikap merupakan pembawaan yang dimiliki seseorang yang dapat dipelajari

dan dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut terhadap benda, kejadian-

kejadian, atau makhluk hidup lainnya.

e. Keterampilan motorik

Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik, melainkan juga

kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual.

Howard Kingsley dalam Nana Sudjana (2008:45) membagi tiga macam

hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan

pengertian, (c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi

dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.

2.1.5.2 Jenis Hasil Belajar

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikatagorikan menjadi tiga

bidang yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif

(berhubungan dengan sikap dan nilai), serta bidang psikomotor (kemampuan/

keterampilan bertindak/ berperilaku). Ketiga hasil belajar tersebut tidak dapat

berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak dipisahkan, bahkan

menurut hubungan hierarki. Hasil belajar tersebut nampak dalam perubahan

tingkah laku.

Berikut dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil

belajar tersebut:

a. Tipe hasil belajar bidang kognitif terdiri dari tipe hasil belajar pengetahuan

hafalan, pemahaman, penerapan (aplikasi), analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Tipe hasil belajar bidang afektif terdiri dari beberapa tingkat yang dimulai dari

terendah yaitu receiving/attending, responding atau jawaban, valuing

(penilaian), organisasi, dan karakteristik nilai atau internalisasi nilai.

c. Tipe hasil belajar bidang psikomotor, enam tingkatan keterampilan yakni

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual termasuk

membedakan visual, auditif, motorik dan lain-lain, kemampuan bidang fisik,

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

31

gerakan-gerakan skill, kemampuan yang berkenaan dengan non decursive

komunikasi.

Kemudian untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran dilakukan

kegiatan evaluasi dengan alat ukur. Pengukuran pada dasarnya merupakan

kegiatan penentuan angka dari suatu objek yang diukur yang digunakan untuk

mengungkapkan hasil belajar perserta tes baik secara individu ataupun kelompok.

Secara teknis evaluasi yang digunakan untuk menilai dan atau mengukur kegiatan

pembelajaran menurut Nana Sudjana (2008:113) dibedakan menjadi dua, yaitu (a)

tes dan (b) non tes.

1) Tes

Tes ada yang sudah distandarisasi, artinya tes tersebut telah mengalami

proses validasi (ketepatan) dan reliabilitasi (ketetapan) untuk suatu tujuan dan

untuk sekelompok siswa tertentu. Tes hasil belajar usaha penyusunan tes yang

sudah distandarisasi. Tes terdiri dari tiga betuk, yakni:

a. Tes Tertulis

b. Tes Tulisan

c. Tes Tindakan

2) Non Tes

Untuk menilai tingkah laku, jenis nontes lebih sesuai digunakan sebagai

alat evaluasi. alat evaluasi non tes antara lain:

a. Observasi

b. Wawancara

c. Studi Kasus

d. Rating Scale

e. Check List

f. Inventory

Hasil belajar ranah kognitif dapat diukur dengan melakukan pengukuran

yang menggunakan instrumen (alat ukur). Pengukuran hasil belajar matematika

pada penelitian ini diukur dengan menggunakan tes tertulis berbentuk pilihan

ganda dengan jumlah 20 butir soal.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

32

2.1.6 Hubungan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

terhadap Hasil Belajar Matematika

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi

diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai

materi guna mencapai prestasi belajar maksimal. Model pembelajaran kooperatif

tipe STAD memiliki beberapa kelebihan yang telah dijelaskan di atas diantaranya

yaitu menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama anggota

kelompok menjadi lebih baik dan melatih siswa dalam mengembangkan aspek

kecakapan sosial di samping kecakapan kognitif.

Interaksi aktif dan positif dapat terbentuk dalam kerjasama antar anggota

kelompok dalam setiap pembelajaran, diantaranya yaitu pembelajaran

matematika. Dalam kegiatan pembelajaran matematika terdapat beberapa tujuan

belajar diantaranya yaitu melatih siswa untuk dapat memecahkan masalah sehari-

hari. Untuk itu, pembelajaran matematika sangat penting diajarkan kepada siswa

sedini mungkin.

Penggunaan model pembelajaran STAD dalam pembelajaran matematika

yang didalamnya terdapat beberapa langkah pembelajaran yaitu secara runtut

dimulai dari penyajian materi, pemberian kuis, pembentukan kelompok, kegiatan

diskusi, membuat rangkuman, tes individu, serta pemberian penghargaan dapat

membantu siswa dalam memahami dan mengikuti pembelajaran. Penyajian

materi, kegiatan diskusi, membuat rangkuman materi dapat membantu siswa

dalam memahami materi, siswa dalam kelompok juga dapat saling membantu dan

bertanggungjawab terhadap kemampuan anggota kelompok lainnya. Kegiatan

pembelajaran tersebut secara tidak langsung membuat siswa belajar dan

memahami materi pembelajaran secara berulang.

Pemberian kuis pada awal kegiatan inti pembelajaran dapat membantu

guru dalam mengetahui kemampuan awal siswa serta dapat menentukan siswa

dalam pembentukan kelompok. Dengan demikian anggota setiap kelompok dibagi

dalam kemampuan yang heterogen (tinggi, sedang, dan rendah). Serta pemberian

penghargaan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk memberikan

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

33

pernghargaan atas kerja siswa dan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam

mengikuti pembelajaran.

Hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD diukur melalui skor hasil tes tertulis berbentuk pilihan

ganda yang berjumlah 20 butir soal.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian tentang model pembelajaraan kooperatif tipe STAD

yang pernah dilakukan, diantaranya:

a. Penelitian skripsi Enie Rusmalina (UKSW) tahun 2012 .

Penelitian skripsi Enie Rusmalina (UKSW) tahun 2012 yang berjudul

“Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode STAD (Student Teams Achievement

Divisions) terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran

Matematika Siswa Kelas IV SDN Karangtengah 01”, dengan kesimpulan bahwa

model pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD berpengaruh terhadap motivasi

belajar dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV SDN

Karangtengah 01. Pembelajaran kooperatif metode STAD terbukti berpengaruh

terhadap motivasi belajar, dengan didukung bukti skor rata-rata motivasi belajar

kelas eksperimen lebih tinggi daripada motivasi belajar kelas kontrol serta telah

mencapai indikator kinerja yaitu skor motivasi belajar menunjukkan bahwa semua

siswa kelas eksperimen telah berhasil mencapai level tinggi (≥ 118) dengan rata-

rata skor motivasi belajar sebesar 128 (level sangat tinggi).

Pembelajaran kooperatif metode STAD terbukti berpengaruh terhadap

hasil belajar, dengan didukung bukti nilai rata-rata posttest kelas eskperimen lebih

tinggi dibanding kelas kontrol serta telah mencapai indikator kinerja yakni semua

siswa kelas eksperimen telah berhasil mencapai KKM yang ditentukan sekolah

yakni ≥71 dengan nilai rata-rata 86,90.

Kelebihan dari penelitian ini adalah dapat menunjukkan pengaruh yang

signifikan terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif metode STAD

terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Karangtengah 01 pada

mata pelajaran matematika. Artinya pembelajaran kooperatif tipe STAD

bermakna terhadap hasil belajar dan peningkatan motivasi belajar siswa.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

34

Kekurangan dari penellitian ini adalah analisis interaksi antara model

pembelajaran dan tingkat motivasi belajar menggunakan uji perbedaan rata-rata

skor motivasi, padahal interaksi merupakan korelasi atau hubungan yang teknik

analisisnya menggunakan korelasi product moment.

b. Penelitian skripsi Selvia Yeni (UKSW) tahun 2012.

Penelitian skripsi Selvia Yeni (UKSW) tahun 2012 yang berjudul

”Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-

Achievement Division (STAD) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester II

Pada Mata Pelajaran IPA SD Negeri Dukuh 02 Salatiga Kecamatan Sidomukti

Tahun Pelajaran 2011/2012” dengan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang

sangat signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap

hasil belajar IPA kelas IV di SD Negeri Dukuh 02 Salatiga Tahun Pelajaran

2011/2012.

Berdasarkan uji t menunjukkan Sig (2-tailed) (0,000) < α (0,05), terdapat

rata-rata hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal tersebut

dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil postest kelas eksperimen yaitu 79,44 lebih

tinggi dari pada nilai rata-rata hasil posttest kelas kontrol 69,92. Dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Kesimpulan lainnya,

model kooperatif tipe STAD juga dapat menumbuhkan pengaruh yang baik pada

hasil belajar siswa. Siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran,

berkomunikasi dengan teman satu kelompok dalam menyelesaikan tugas

kelompok untuk bertukar pikiran sehingga dapat menghilangkan rasa malas dalam

belajar.

Kelebihan dari hasil ini adalah dapat menunjukkan pengaruh yang

signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil

belajar IPA kelas IV SD Negeri Dukuh 02 Salatiga. Artinya pembelajaran

kooperatif tipe STAD bermakna terhadap hasil belajar siswa. Kekurangan dari

penelitian ini adalah pembahasan hasil penelitian belum dikuatkan oleh kajian

teori dan kajian hasil terdahulu.

c. Penelitian skripsi Fifi Ari Susanti (UKSW) tahun 2012.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

35

Penelitian skripsi Fifi Ari Susanti (UKSW) tahun 2012 yang berjudul

“Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student

Team Achievement Division) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Kelas IV SD Negeri Salatiga 06 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012” dengan

kesimpulan terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan pada pembelajaran

matematika dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Hal ini terlihat

pada perolehan rata-rata posttets pada kelas eksperimen dengan model

pembelajaran tipe STAD sebesar 82,46 dan untuk kelas kontrol dengan

menggunakan pembelajaran konvensional sebesar 75,42. Ditinjau dari perbedaan

penggunaan model pembelajaran diperoleh sig. 0,000 < 0,05 berarti model

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif digunakan dengan pembelajaran

konvensional dalam kegiatan pembelajaran matematika tersebut.

Kelebihan dari penelitian ini adalah dapat menunjukkan perbedaan

efektivitas yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan pembelajaran konvensional. Artinya pembelajaran kooperatif tipe STAD

bermakna terhadap hasil belajar siswa. Kekurangan dari penelitian ini adalah

pembahasan hasil penelitian belum dikuatkan oleh kajian teori dan kajian hasil

terdahulu.

d. Penelitian skripsi Hadi Widodo (2012).

Penelitian skripsi Hadi Widodo (2012) yang berjudul “Perbedaan Hasil

Belajar Antara Pendekatan Matematika Realistik Melalui Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD dengan Pembelajaran Konvensional dalam Pembelajaran

Matematika pada Siswa Kelas IV SD Semester II Desa Sugihan Kabupaten

Grobogan Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian ini adalah terdapat

perbedaan hasil belajar antara pendekatan matematika realistik melalui

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran konvensional dalam

pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SD semester II Desa Sugihan

Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian dapat terlihat dari

persentase keterlaksanaan treatment kelas eksperimen saat latihan/ pra treatment

yaitu 73% dengan saat melakukan treatment pada proses pembelajaran pertemuan

pertama yaitu 82% dan petemuan kedua yaitu 86%. Selain kelas eksperimen

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

36

keterlaksanaan treatment juga dialami pada kelas kontrol dengan pembelajaran

konvensional terbukti dari persentase keterlaksanaan treatment kelas kontrol pada

pertmuan pertama sebesar 65% dan pada pertemuan ke dua sebesar 76%.

Kelebihan dari hasil ini adalah dapat menunjukkan perbedaan hasil belajar

matematika realistik melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

model pembelajaran konvensional. Artinya pembelajaran kooperatif tipe STAD

bermakna terhadap hasil belajar siswa. Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak

dijelaskan teknik pengukuran posttest yang digunakan.

e. Penelitian skripsi Eka Septiana (UKSW) tahun 2012.

Penelitian skripsi Eka Septiana (UKSW) tahun 2012 yang berjudul “

Perbedaan Prestasi Belajar Matematika diantara Siswa yang Diajar Menggunakan

Model Cooperatif Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

Dengan Model Pembelajaran Konvensional di SMP Negeri 3 Salatiga”. Hasil

penelitian adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara model cooperatif

learning tipe STAD pada kelas VIII G sebagai kelas eksperimen dengan model

pembelajaran konvensional pada kelas VIII H sebagai kelas kontrol terhadap

prestasi belajar matematika.

Analisis uji t menunjukkan bahwa t hitung > t tabel atau 7,044 > 2,021 dan

sig(2-tailed) < α = 5% (0,05) atau 0.000 < 0.05. Siswa yang diajar menggunakan

model cooperatif learning tipe STAD nilai rata-rata posttest sebesar 83.18 dan

untuk siswa yang yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional

nilai rata-rata posttest sebesar 42.27. Prestasi belajar matematika siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan

dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Kelebihan dari penelitian ini adalah dapat menunjukkan perbedaan yang

signifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model

pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar. Artinya pembelajaran

kooperatif tipe STAD bermakna terhadap hasil belajar siswa. Kekurangan dari

penelitian ini adalah uji prasyarat yang dilakukan hanya uji normalitas saja,

padahal uji prasyarat sebelum melakukan uji t adalah uji normalitas dan uji

homogenitas.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

37

f. Penelitian skripsi Eston Nasib Manullang (UNIMED) tahun 2012.

Penelitian skripsi Eston Nasib Manullang (UNIMED) tahun 2012 yang

berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Pembelajaran Konvensional

pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat di Kelas X SMA Negeri 1 Gebang

Tahun Ajaran 2011/2012” dengan kesimpulan bahwa pembelajaran model

kooperatif tipe STAD memberikan pengaruh efektif terhadap hasil belajar siswa

dilihat dari nilai rata-rata pre-tes dan pos-tes pada kelas eksperimen A adalah

44,60 dan 76,60 sedangkan pada kelas eksperimen B diperoleh 45,10 dan 70,90.

Kelebihan penelitian ini adalah dapat menunjukkan pengaruh efektif

model kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa, yang artinya model

kooperatif tipe STAD bermakna terhadap hasil belajar siswa. Kekurangan

penelitian ini adalah perbedaan hasil posttest hanya berdasarkan beda rata-rata

pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

g. Artikel Penelitian Rinny Widiawati (UNTAN) tahun 2014.

Artikel Penelitian Rinny Widiawati (UNTAN) tahun 2014 yang berjudul

“Penerapan Pembelajaran Kooperatif STAD pada Materi Archaebcateria dan

Eubacteria Terhadap Hasil Belajar Siswa” dengan kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif STAD dengan yang diajarkan menggunakan model

pembelajaran konvensional. Rata-rata skor hasil belajar siswa kelas eksperimen

yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif STAD adalah 15,77.

Sementara rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol yang diajarkan dengan model

pembelajaran konvensional adalah 14,25.

h. Hasil penelitian Dedi Natalis, Margiati, dan Siti Djuzairoh.

Hasil penelitian Dedi Natalis, Margiati, dan Siti Djuzairoh dalam jurnal

pendidikan UNTAN yang berjudul “Pengaruh Tipe STAD terhadap Hasil Belajar

pada Materi Bilangan Romawi di Sekolah Dasar” dengan kesimpulan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

memberikan pengaruh yang tinggi terhadap hasil belajar siswa dengan rata-rata

skor hasil belajar siswa 79,60 dengan standar deviasi 15,22 sedangkan dengan

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

38

menggunakan metode ekspositori rata-rata skor hasil belajar siswa 66,48 dengan

standar deviasi 15,06.

i. Penelitian Zul Aminatin, Halini, Rustam.

Penelitian Zul Aminatin, Halini, Rustam dalam jurnal pendidikan UNTAN

yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap

Kemampuan Koneksi Matematis Siswa pada Materi Pecahan” dengan kesimpulan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan koneksi

matematis antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model kooperatif

tipe STAD dan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model

konvensional. Berdasarkan perhitungan Effect Size, diperoleh nilai effect size

sebesar 0,8 yang artinya model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan

kontribusi sedang terhadap kemampuan koneksi matematis siswa.

j. Penelitian Abdul Hakim dan Agus Salim.

Penelitian Abdul Hakim dan Agus Salim dalam jurnal penelitian inovasi

pembelajaran fisika 2011 (UNIMED) dengan kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan yang diajar dengan

menggunakan pembelajaran konvensional. Rata-rata posttest kelas dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 7,081 dengan standar deviasi 1.134.

Sedangkan untuk kelas dengan pembelajaran konvensional diperoleh rata-rata

6,163 dengan standar deviasi 1,303.

Lebih jelasnya, penelitian tentang penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang pernah dilakukan terlihat dalam tabel 9 berikut:

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

39

Tabel 9

Persamaan dan Perbedaan Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti Tahun

Penelitian Jenis Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian X Y

1. 2. 1. 2.

1. Enie

Rusmalina

2012 Eksperimen Pembelajaran

kooperatif metode

STAD

Pembelajaran

Konvensional

Motivasi Hasil belajar Pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan

pengaruh terhadap motivasi belajar dan hasil

belajar matematika dengan rata-rata 86,90.

2. Selvia Yeni 2012 Eksperimen Pembelajaran kooperatif metode

STAD

Pembelajaran Konvensional

Hasil belajar - Terdapat pengaruh yang sangat signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD terhadap hasil belajar IPA dengan rata-rata

hasil posttest 79,44 dan rata-rata hasil posttest kelas kontrol 69,92.

3. Fifi Ari

Susanti

2012 Eksperimen Pembelajaran

kooperatif metode

STAD

Pembelajaran

Konvensional

Hasil belajar - Terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan

terhadap hasil belajar matematika dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan nilai rata-rata 82,46 sedangkan

untuk kelas kontrol rata-rata 75,42.

4. Hadi Widodo 2012 Eksperimen Pembelajaran kooperatif metode

STAD

Pembelajaran Konvensional

Hasil belajar - Terdapat perbedaan hasil belajar antara pendekatan matematika realistik melalui pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran

konvensional.

5. Eka Septiana 2012 Eksperimen Pembelajaran kooperatif metode

STAD

Pembelajaran Konvensional

Prestasi belajar - Terdapat perbedaan dalam pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD terhadap prestasi

belajar matematika dengan nilai rata-rata postest sebesar 83,18 dan kelas kontrol nilai rata-rata

postest sebesar 42,27.

6. Eston Nasib Manullang

2012 Eksperimen Pembelajaran kooperatif metode

STAD

Pembelajaran Konvensional

Hasil belajar Pembelajaran model kooperatif tipe STAD memberikan pengaruh efektif terhadap hasil belajar

siswa dengan nilai rata-rata pos-tes pada kelas

eksperimen A adalah 76,60 sedangkan pada kelas eksperimen B diperoleh 70,90.

7. Rinny

Widiawati

2014 Eksperimen Pembelajaran

kooperatif metode STAD

Pembelajaran

Konvensional

Hasil belajar Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang

diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dengan yang

diajarkan menggunakan model pembelajaran

konvensional. Rata-rata skor hasil belajar siswa kelas eksperimen adalah 15,77, sementara rata-rata

hasil belajar siswa kelas kontrol 14,25.

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

40

8. Dedi Natalis,

Margiati, dan Siti Djuzairoh

- Eksperimen Pembelajaran

kooperatif metode STAD

Pembelajaran

Konvensional

Hasil belajar Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

memberikan pengaruh yang tinggi terhadap hasil belajar siswa dengan rata-rata skor 79,60 dengan

standar deviasi 15,22 sedangkan kelas kontrol rata-

rata skor 66,48 dengan standar deviasi 15,06.

9. Zul Aminatin, Halini,

Rustam

- Eksperimen Pembelajaran kooperatif metode

STAD

Pembelajaran Konvensional

Kemampuan koneksi

matematis

Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan koneksi matematis antara siswa yang

diberi pembelajaran menggunakan model

kooperatif tipe STAD dan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model konvensional.

Berdasarkan perhitungan Effect Size, diperoleh

nilai effect size sebesar 0,8 yang artinya model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan

kontribusi sedang terhadap kemampuan koneksi

matematis siswa.

10. Abdul Hakim

dan Agus

Salim

2011 Eksperimen Pembelajaran

kooperatif metode

STAD

Pembelajaran

Konvensional

Hasil belajar Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil

belajar fisika siswa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan yang diajar dengan menggunakan

pembelajaran konvensional. Rata-rata posttest kelas

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 7,081 dengan standar deviasi 1.134.

sedangkan kelas kontrol diperoleh rata-rata 6,163

dengan standar deviasi 1,303.

11. Nur Vitasari 2015 Pembelajaran Konvensional

Sedang dilakukan penelitian

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

41

2.3 Kerangka Pikir

Kecenderungan penelitian terdahulu tentang model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang hanya diterapkan di kelas tinggi menimbulkan

keraguan tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas

rendah. Keraguan tersebutlah yang mendorong untuk melakukan penelitian

tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas rendah,

yang pelaksanaannya dilakukan di kelas 3 SD Negeri Kutowinangun 12.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektivitas

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran konvensional

pada mata pelajaran matematika kelas 3 SD dengan kompetensi dasar

mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat atau unsur. Untuk

mengetahui perbedaan efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

model pembelajaran konvensional, data hasil posstest kelas eksperimen dan kelas

kontrol dilakukan analisis dan uji data dengan menggunakan uji t (uji independent

sample t test).

Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD menekankan pada siswa untuk belajar secara berkelompok. Melalui

kegiatan berkelompok, diharapkan siswa akan lebih mudah dalam memahami

materi serta dapat meningkatkan aktifitas sosial siswa. Pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui proses adalah

sebagai berikut:

1) Penyajian materi tentang bangun datar yang disampaikan secara klasikal.

2) Pemberian kuis untuk memperoleh skor awal siswa yang akan digunakan untuk

pembentukan kelompok.

3) Pembentukan kelompok berdasarkan skor awal. Pembagian kelompok

dilakukan secara heterogen sesuai dengan kemampuan siswa.

4) Diskusi kelompok tentang materi bangun datar.

5) Siswa secara individu membuat rangkuman tentang bangun datar.

6) Tes/ evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan

berkelompok dan untuk memperoleh skor siswa sebagai pedoman dalam

pemberian penghargaan.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

42

7) Pemberian penghargaan diberikan kepada setiap kelompok sesuai tingkat

perkembangan individu dan skor akhir siswa.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD akan mengajarkan siswa bekerja dalam kelompok, dimana dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD setiap anggota kelompok juga

bertanggungjawab dengan anggota kelompok yang lain. Belajar dalam kelompok

juga akan membantu siswa dalam memahami materi serta memecahkan masalah

dalam persoalan matematika. Selain itu dengan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD akan mengajarkan siswa bersosialisasi dengan teman-temannya tanpa

memandang kemampuan, jenis kelamin, ras, budaya dan suku. Adapun kerangka

pikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

43

Gambar 1

Kerangka Pikir Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Pembelajaran Matematika

KD: 4.1 Mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat atau unsur.

Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Penyajian Materi: Siswa menyimak

penjelasan materi tentang bangun datar

sederhana.

Penyajian Materi: Siswa menyimak

penjelasan materi tentang bangun datar

sederhana.

Kegiatan Tanya Jawab: Siswa dan guru

melakukan kegiatan tanya jawab tentang

bangun datar sederhana.

Kuis (Individual): Siswa mengerjakan

kuis tentang bangun datar sederhana

untuk mendapatkan skor awal siswa

Latihan: Siswa mengerjakan soal latihan di

depan kelas tentang bangun datar

sederhana.

Tes: Siswa mengerjakan tes tertulis

tentang bangun datar sederhana.

Pembentukan Kelompok: Siswa dibagi

dalam kelompok secara heterogen

(berdasarkan skor awal siswa)

Diskusi Kelompok: Dalam kelompok

siswa berdiskusi tentang bangun datar

sederhana menurut sifat atau unsur.

Membuat Rangkuman: Secara individu

siswa membuat rangkuman materi

tentang bangun datar sederhana.

Tes: Siswa mengerjakan tes tertulis

tentang bangun datar sederhana.

Pemberian Penghargaan: Penghargaan

diberikan kepada kelompok berdasarkan

pedoman penskoran tingkat

perkembangan siswa dan nilai kelompok.

Hasil Belajar Matematika menggunakan

model pembelajaran Kooperatif tipe

STAD

Hasil Belajar Matematika menggunakan

model pembelajaran Konvensional

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16707/2/T1_292011201_BAB II... · keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan

44

2. 4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Dari rumusan masalah diatas, maka dapat dikemukakan hipotesisnya

sebagai berikut:

a. Hipotesis Nol

H0 : X1 = X2 yaitu rata-rata hasil belajar matematika kelas eksperimen (siswa kelas

3 SD Negeri Kutowinangun 12) sama dengan rata-rata hasil belajar matematika

kelas kontrol (siswa kelas 3 SD Negeri Kutowinangun 03). Artinya tidak ada

perbedaan efektivitas yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas 3 SD Negeri Kutowinangun 12.

b. Hipotesis Alternatif

Ha : X1 > X2 yaitu rata-rata hasil belajar matematika kelas eksperimen (siswa kelas

3 SD Negeri Kutowinangun 12) lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil belajar

matematika kelas kontrol (siswa kelas 3 SD Negeri Kutowinangun 03). Artinya

terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan antara penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran konvensional

terhadap hasil belajar matematika siswa kelas 3 SD Negeri Kutowinangun 12.