20
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada sub bab ini, penulis akan membahas berkaitan dengan teori dari variabel yang sudah ditentukan sebelumnya. Adapun teori yang akan dibahas antara lain: teori variabel X yaitu metode pembelajaran kumon, teori variabel Y yaitu Hasil Belajar. 2.1.1 Matematika Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan dalam berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta dapat membentuk kemampuan bekerjasama. Kompetensi ini diperlukan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk dapat memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan sumber informasi untuk melakukan bertahan hidup pada keadaan yang selalu tidak menentu,berubah-ubah, tidak pasti, dan kompetitif. Dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pada era modern ini yang sangat pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan Matematika di dalam bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk dapat menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan Matematika yang kuat sejak awal dalam dunia pendidikan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan hal tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula bahwa untuk mengembangkan kemampuan menggunakan Matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Pada sub bab ini, penulis akan membahas berkaitan dengan teori dari

variabel yang sudah ditentukan sebelumnya. Adapun teori yang akan dibahas

antara lain: teori variabel X yaitu metode pembelajaran kumon, teori variabel Y

yaitu Hasil Belajar.

2.1.1 Matematika

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dari

sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan dalam berpikir

logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta dapat membentuk kemampuan

bekerjasama. Kompetensi ini diperlukan agar peserta didik memiliki kemampuan

untuk dapat memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan sumber informasi untuk

melakukan bertahan hidup pada keadaan yang selalu tidak menentu,berubah-ubah,

tidak pasti, dan kompetitif.

Dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 Matematika merupakan ilmu

universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran

penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Perkembangan pada era modern ini yang sangat pesat di bidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan Matematika di

dalam bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika

diskrit. Untuk dapat menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan

diperlukan penguasaan Matematika yang kuat sejak awal dalam dunia pendidikan.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika dalam dokumen ini

disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan hal

tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula bahwa untuk mengembangkan

kemampuan menggunakan Matematika dalam pemecahan masalah dan

mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel,

diagram, dan media lain.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

7

Menurut Muhsetyo (2011:26), pembelajaran Matematika adalah proses

pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan

yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan

Matematika yang dipelajari. Ruseffendi (dalam Heruman 2012:1) mendefinisikan

matematika sebagai bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima

pembuktian secara deduktif; ilmu tentang keteraturan, dan struktur yang dapat

terorganisasi, bermulai dari unsur yang tidak didefinisikan, unsur yang

didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya berubah ke dalil.

Dapat disimpulkan pada uraian diatas bahwa matematika adalah cabang

ilmu pengetahuan tentang penelitian pada angka dan bilangan yang

dikelompokkan pada tiga bidang aljabar, analisis, dan geometri. Matematika

merupakan pola dan hubungan sebab dari sekumpulan konsep tertentu atau model

tertentu yang dapat dibuat generalisasinya untuk dibuktikan kebenarannya secara

deduktif.

2.1.1.1 Pembelajaran Matematika SD

Matematika dipelajari oleh anak sejak berada di tingkat pendidikan terendah

yaitu tingkat Sekolah Dasar (SD). Ilmu matematika juga seringkali diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari bahkan sebelum anak menginjak usia sekolah.

2.1.1.2 Tujuan Matematika

Berdasar Mathematical Science Education Board – National Research

Council (1990) dalam Wijaya (2012: 6) menulis tujuan pendidikan matematika

ditinjau dari lingkungan sosial, yaitu:

1. Tujuan praktis, berkaitan dengan pengembangan kemampuan siswa

menggunakan matematika dalam penyelesaian masalah sehari-hari.

2. Tujuan kemasyarakaran, berorientasi kepada kemampuan siswa untuk ikut

secara aktif dan cerdas dalam masyarakat .

3. Tujuan profesional, yang berarti matematika harus mampu mempersiapkan

siswa terjun dalam dunia kerja.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

8

4. Tujuan budaya, yang berarti perlu menempatkan matematika sebagai hasil

budaya manusia dan juga proses mengembangkan budaya.

Dalam Permendiknas No 20 Tahun (2007), mata pelajaran Matematika ini

bertujuan untuk peserta didik yang diharapkan memiliki kemampuan sebagai

berikut.

1. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan suatu konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,

dan tepat, dalam pemecahan berbagai masalah.

2. Menggunakan penalaran yang tertuju pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi Matematika untuk membuat sebuah generalisasi, menyusun bukti,

atau dapat menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.

3. Memecahkan suatu masalah yang meliputi kemampuan dalam memahami

masalah, merancang bentuk model Matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan satu aspek gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kehidupan dalam kegunaan Matematika, yaitu

memiliki rasa lebih dalam hal ingin tahu, perhatian, dan minat untuk dapat

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri menyelesaikan

pemecahan masalah.

2.1.1.3 Matematika Sekolah Dasar

Berdasar Standar Isi Depdiknas RI (2007), ruang lingkup matematika pada

satuan pendidikan sekolah dasar adalah: (1) bilangan, (2) geometri dan

pengukuran, dan (3) pengolahan data.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan tindakan dikelas V SD pada ruang

lingkup geometri dan pengukuran, dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi

sebagai berikut.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

9

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika

Kelas V Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Geometri dan Pengukuran

6. Memahami sifat-sifat

bangun dan hubungan

antar bangun

6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar

6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang

2.1.2 Metode Pembelajaran Kumon

Metode Kumon adalah metode belajar perseorangan. Level awal untuk

setiap siswa Kumon ditentukan secara perseorangan. Siswa mulai dari level yang

dapat dikerjakannya sendiri dengan mudah, tanpa kesalahan (Toru Kumon,

2006:25). Lembar kerjanya telah didesain sedemikian rupa sehingga siswa dapat

memahami sendiri bagaimana menyelesaikan soalnya. Bila siswa terus belajar

menurut kemampuannya sendiri, ia akan mengejar bahan pelajaran yang setara

dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang dan maju melampauinya.

Dalam metode kumon (Kumon Educational UK, 2013), Di Kumon bahwa

bertujuan untuk setiap anak untuk menjadi lebih mandiri, belajar berkelanjutan,

dengan sikap positif untuk belajar. Kumon memiliki keinginan untuk menciptakan

generasi baru belajar yang mandiri; yakin anak-anak yang mengambil kebanggaan

dalam studi mereka sendiri, menetapkan cita-cita mereka sendiri, dan terus belajar

sepanjang hidup mereka. Lebih dari 50 tahun kumon telah membuat visi tersebut

menjadi kenyataan, dan sekarang melakukannya di 48 negara di seluruh dunia.

Di Kumon, pendekatan pembelajaran berbeda dengan metode tradisional

tambahan dalam pembelajaran. Kumon mengembangkan anak-anak melalui

akuisisi mandiri dalam belajar, daripada mengajar konvensional arti. Kami

membekali para siswa dengan kemampuan untuk belajar untuk diri mereka sendiri

sehingga mereka tidak menjadi bergantung - atau dibatasi oleh - keterampilan

dan pengetahuan orang lain.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

10

Kumon adalah program sebagai belajar secara perseorangan, dirancang

untuk mengikuti setiap potensi anak. Pusat metode Kumon adalah kepada

pembimbing yang dapat memberikan siswa keberanian dan kepercayaan diri

untuk menghadapi tantangan baru dan untuk menetapkan dan mencapai tujuan

mereka sendiri. Di atas semua, bahan diciptakan dengan tujuan untuk

menghasilkan efek belajar terbesar dalam waktu singkat melalui belajar mandiri.

Kumon adalah program belajar mandiri. Sebagaimanapun tujuan Kumon

untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri, Pusat Studi Kumon tidak

memiliki seorang guru di depan kelas. Lembar kerja yang dikembangkan

mengajar siswa bagaimana untuk menemukan jawaban untuk mereka sendiri,

sementara mereka dapat bimbingan dalam proses belajar. Ini adalah peran

instruktur untuk mengamati anak bekerja, memastikan langkah mereka

berkembang dengan benar dan dengan demikian mengatur pekerjaan sesuai

kemampuan mereka saat ini.

Di Inggris Kumon menawarkan dua program: Kumon program bahasa

Inggris dan program matematika Kumon. Pada setiap program siswa akan mulai

pada tingkatan yang tepat untuk mereka. Setiap siswa mengikuti jalan mereka

sendiri dalam belajar; mereka akan mulai program sendiri secara individual dalam

menetapkan titik awal dan akan bergerak melalui program dengan langkah mereka

sendiri.

Siswa mulai dengan belajar bekerja di tingkat yang nyaman dengan tujuan

untuk mengembangkan kemampuan belajar yang baik seperti irama dan kecepatan,

mengikuti instruksi, duduk dengan postur tubuh yang baik dan menjaga

konsentrasi.

Lembar kerja Kumon dirancang dengan contoh dan petunjuk untuk

mendukung siswa menjadi pelajar yang mandiri. Mereka akan belajar untuk

memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka sendiri, lebih lanjutnya meningkatkan

kemampuan mereka untuk memecahkan masalah-masalah baru.

Siswa akan memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan

dan keterampilan yang mereka peroleh melalui tingkat sebelumnya untuk masalah

yang lebih kompleks. Mereka akan dapat secara mandiri memilih metode dan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

11

teknik terbaik akan membantu mereka untuk menangani pekerjaan tingkat lebih

tinggi. Melalui penyelesaian pekerjaan lanjutan kami dapat memaksimalkan

kemampuan siswa ketika mereka kemajuan luar Kumon International Standard.

Pemikir analisis ini akan mengambil alih kepemilikan pembelajaran mereka

karena mereka bekerja ke arah penyelesaian program, sebuah prestasi yang kami

percaya semua siswa dapat mencapai.

2.1.2.1 Konsep Dasar Metode Pembelajaran Kumon

Kumon menggali dan mengasah potensi setiap individu dengan metode

belajar mandiri yang disesuaikan dengan kemampuan setiap individu. Melalui

bimbingan perseorangan secara individu dan belajar pada tingkatan yang tepat,

Kumon berusaha untuk meningkatkan kemampuan setiap anak dan berupaya

untuk memaksimalkan potensinya. Siswa mulai dari bagian yang dapat

dikerjakannya sendiri dengan yang dirasa mudah, tanpa ada kesalahan. Melalui

pencapaian target dengan kemampuannya sendiri, anak-anak akan merasakan

kegembiraan dan kepuasan dalam belajar.

Metode Kumon secara konsisten telah berkarya selama lebih dari lima puluh

tahun. Dan pada lembar kerjanya selalu direvisi untuk memastikan kemajuan

siswa yang lancar sambil akan terus memaksimalkan potensinya. Pembimbing

Kumon memberikan dukungan kepada setiap siswa dalam mengembangkan

kemampuan dalam belajar mandiri. Dengan mengikuti Kumon, kemampuan

berpikir anak dapat dilatih sejak kecil sehingga mampu mengatasi masalah dengan

baik dan dapat memotivasi dirinya sendiri untuk lebih berkreatifitas.

2.1.2.2 Pengelolalan Metode Kumon

Berdasar metode belajar kumon ini dapat ditunjang melalui beberapa teori

dan para ahli yang menggunakan analisisnya tentang kejadian-kejadian belajar,

Gagne (Dahar, 1991:143-145) yang dapat menyarankan adanya kejadian-kejadian

instruksi yang ditujukan pada guru dalam menggunakan suatu pelajaran pada

sekelompok siswa di kelas. Kejadian-kejadian instruksi yang dapat diterapkan

pada metode ini adalah:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

12

a. Mengaktifkan motivasi, yaitu dalam melakukan langkah pertama dalam

pembelajaran adalah memotivasi para siswa untuk belajar. Kerap kali ini

dilakukan dengan membangkitkan perhatian mereka dalam isi pelajaran, dan

mengemukakan kegunaannya.

b. Memberitahu tujuan-tujuan belajar, kejadian instruksi kedua ini sangat erat

kaitannya dengan kejadian instruksi pertama. Sebagian dari mengaktifkan

motivasi para siswa ialah dengan memberitahu mereka tentang mengapa

mereka belajar, apa yang mereka pelajari, dan apa yang akan mereka pelajari.

Memberi tahu tujuan belajar juga menolong memusatkan perhatian para siswa

terhadap aspek-aspek yang relevan tentang pelajaran.

c. Mengarahkan perhatian Gagne yang mengemukakan dua bentuk perhatian.

Bentuk perhatian pertama berfungsi untuk membuat siswa siap menerima

stimulus-stimulus. Bentuk kedua dari perhatian disebut persepsi selektif.

Dengan cara ini siswa memperoleh informasi yang mana yang akan diteruskan

ke memori jangka pendek, cara ini dapat ditolong dengan cara mengeraskan

suara pada suatu kata atau menggaris bawah suatu kata atau beberapa kata

dalam satu kalimat.

d. Merangsang ingatan menurut Gagne, yaitu bagian yang paling kritis dalam

proses belajar adalah pemberian kode pada informasi yang berasal dari

memori jangka pendek yang disimpan dalam memori jangka panjang. Guru

dapat berusaha untuk menolong siswa-siswa dalam mengingat atau

mengeluarkan pengetahuan yang disimpan dalam memori jangka panjang itu.

Cara menolong ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

pada siswa, yang merupakan suatu cara pengulangan.

e. Menyediakan bimbingan belajar dengan bertujuan untuk memperlancar

masuknya informasi ke memori jangka panjang, diperlukan bimbingan

langsung dalam pemberian kode pada informasi. Untuk mempelajari informasi

verbal, bimbingan itu dapat diberikan dengan cara mengkaitkan informasi baru

itu dengan pengalaman siswa.

f. Meningkatkan retensi, dengan bertahannya materi yang di pelajari (jadi tidak

terlupakan) dapat diusahakan oleh guru dan siswa itu sendiri dengan cara

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

13

sering mengulangi pelajaran itu. Cara lain adalah dengan memberi banyak

contoh, menggunakan tabel-tabel, menggunakan diagram-diagram dan gambar-

gambar.

g. Melancarkan transfer belajar adalah menerapkan apa yang telah dipelajari pada

situasi baru. Untuk dapat melaksanakan ini para siswa tentu diharapkan telah

menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan yang

dibutuhkan.

h. Mengeluarkan penampilan dan memberikan umpan balik, di dalam hasil

belajar perlu diperlihatkan melalui suatu cara, agar guru dan siswa itu sendiri

mengetahui apakah tujuan belajar telah tercapai. Untuk itu sebaiknya guru

tidak menunggu hingga seluruh pelajaran selesai. Sebaiknya guru memberikan

kesempatan sedini mungkin pada siswa untuk memperlihatkan hasil belajar

mereka, agar dapat diberi umpan balik, sehingga pelajaran selanjutnya berjalan

dengan lancar. Cara-cara yang dilakukan adalah pemberian tes atau

mengamati perilaku siswa umpan balik bila bersifat positif menjadi pertanda

bagi siswa bahwa ia telah mencapai tujuan belajar.

Dalam penanganannya metode ini berfokus pada bimbingan secara individu

atau perseorangan. Situasi kelas yang diharapkan adalah kelas mempunyai

suasana yang kondusif dalam belajar, agar tercapai suasana yang kondusif untuk

bimbingan perseorangan maka jumlah siswa dalam kelas tidak banyak. Walaupun

demikian metode kumon yang secara umum adalah bimbingan secara mandiri

dengan menggali kemampuanya sendiri dan dibimbing oleh guru maka yang harus

diperhatikan dalam pengelolaan kelas. Menurut Arend (2007) terdapat beberapa

perspektif pengelolaan kelas, yaitu:

a. Pengelolaan kelas preventatif

Pengelolaan kelas preventatif merupakan perspektif bahwa banyak masalah

di kelas dapat diselesaikan dengan merencanakan tujuan pembelajaran yang

menarik dan relevan, serta pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Jadi

pengelolaan kelas akan berjalan baik bila guru merencanakan pembelajaran yang

melibatkan siswa dan mencapai tujuan yang diharapkan. Pengelolaan kelas dan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

14

pembelajaran saling terkait satu sama lain dan merupakan salah satu bagian dari

peran kepemimpinan guru secara keseluruhan.

Pengelolaan kelas merupakan program pembelajaran yang harus

direncanakan dan dilaksanakan guru dengan menggunakan berbagai pertimbangan

antara lain: kemampuan siswa, sarana pembelajaran, materi pembelajaran, waktu

dan tujuan pembelajaran, proses dan pencapaian pembelajaran, maupun

evaluasinya. Ketika guru merencanakan pembelajaran, mereka memastikan

pengelolaan kelas yang baik, ketika guru merencanakan alokasi waktu untuk

berbagai kegiatan belajar atau mempertimbangkan bagaimana ruang kelas

seharusnya ditata, saat itu mereka mengambil keputusan penting yang akan

mempengaruhi pengelolaan kelasnya. Semua strategi untuk membangun

komunitas belajar yang produktif, seperti membantu kelas agar dapat berkembang

sebagai kelompok, memusatkan perhatian pada motivasi siswa, dan memfasilitasi

pembicaraan yang jujur juga merupakan komponen-komponen penting dalam

pengelolaan kelas. Setiap model atau strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru

untuk digunakan, maka akan menuntut pada sistem pengelolaan kelas dan

mempengaruhi perilaku guru serta siswa. Tugas-tugas pembelajaran yang terkait

dengan ceramah membutuhkan perilaku yang berbeda bagi siswa dibanding

perilaku yang dibutuhkan untuk tugas keterampilan. Tuntutan perilaku siswa yang

bekerja kooperatif dalam kelompok-kelompok kecil berbeda dengan tuntutan

untuk mengerjakan tugas mandiri. Berbagai pertimbangan sebagaimana yang

telah diuraikan tersebut di atas menjadi gambaran usaha guru dalam mencegah

berbagai kemungkinan kegagalan ataupun kendala yang terjadi dalam pelaksanaan

pembelajaran.

b. Pengelolaan kelas dengan perspektif penguatan

Pengelolaan kelas dengan perspektif penguatan berdasarkan pada

pendekatan tingkah laku. Misal guru memberikan hadiah dengan memberi nilai

yang baik, pujian, dan hak istimewa untuk menguatkan perilaku yang diinginkan

dari siswa. Pendekatan tingkah laku sering menekankan tentang bagaimana

mengontrol perilaku individu-individu siswa daripada mempertimbangkan kelas

sebagai kelompok dan situasi belajar secara keseluruhan. Menurut perspektif

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

15

penguatan, guru dapat mendorong perilaku yang diinginkan melalui pemberian

hadiah, hak istimewa, dan pujian. Pujian mudah diberikan oleh guru tapi harus

digunakan dengan tepat agar efektif. Hukuman dan sangsi digunakan untuk

mengurangi pelanggaran aturan dan prosedur. Pedoman penggunaan sangsi

menurut perspektif penguatan, adalah sebagai berikut.

1. Gunakan pengurangan skor untuk tugas atau pekerjaan yang terkait

dengan perilaku, misalnya jika siswa tidak mengumpulkan pekerjaan yang

tidak dikerjakan sampai selesai.

2. Gunakan denda untuk menangani pengulangan pelanggaran terhadap

aturan dan prosedur. Berikan peringatan pertama, dan bila perilaku

berlanjut berikan denda. Contoh denda: berupa gambar-gambar yang harus

dibayarkan karena melanggar aturan atau bentuk lain sesuai kesepakatan

kelas.

3. Bila Anda memiliki siswa yang sering menerima sangsi, bantulah mereka

agar merencanakan untuk menghentikan perilaku buruknya.

c. Pengelolaan kelas yang berpusat pada siswa (student centered)

Perspektif pengelolaan kelas yang berpusat pada siswa berdasarkan pada

teori John Dewey dan pendidik Swiss serta reformis humanistik. Dalam perspektif

ini, guru memperlakukan siswa di sekolah secara manusiawi. Siswa disikapi

dengan hormat dan diciptakan komunitas belajar yang ―peduli etika‖. Pengelolaan

kelas direncanakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan siswa

dalam bidang akademik, sosial, dan emosional.

2.1.2.3 Karakteristik Model Pembelajaran Kumon

Berdasar pada karakteristik (Kumon, 2014) Kumon adalah metode

pendidikan yang unik, yang tidak menyamaratakan kemampuan masing-masing

siswa. Berdasarkan bimbingan perseorangan dan belajar pada tingkatan yang tepat,

Kumon ingin mengembangkan kemampuan setiap anak dan memaksimalkan

potensinya.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

16

a. Bimbingan perseorangan—Belajar pada tingkatan yang tepat

Dengan menggali potensi setiap individu, Kumon mendorong anak-anak

untuk menjadi yang terbaik dengan kemampuan sendiri. Kumon menghargai

nilai dari belajar mandiri. Maka, bimbingan perseorangan adalah salah satu

fitur dasar dari Metode Kumon. Kunci dari bimbingan perseorangan adalah

belajar pada tingkatan yang tepat, yaitu ketika siswa dapat maju secara

mandiri tanpa diajari secara khusus.

b. Belajar Mandiri

Mengembangkan kemampuan untuk belajar secara mandiri. Kumon

mendefinisikan kemampuan belajar mandiri sebagai kemampuan untuk

menentukan tujuan dan menyelesaikan soal yang sulit secara mandiri.

Dengan Metode Kumon siswa dapat maju dengan kemampuannya sendiri

tanpa harus diajari secara khusus.

c. Maju dalam Small Steps

Lembar kerja Kumon disusun untuk menumbuhkan sikap belajar mandiri,

lembar kerjanya telah didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan

siswa untuk memahami sendiri bagaimana menyelesaikan soalnya. Ketika

memasuki topik baru diberikan contoh dan penjelasan yang mendorong

siswa untuk mempelajarinya sendiri dan maju dengan kemampuannya

sendiri.

d. Peran Pembimbing

Mendorong perkembangan dan pertumbuhan setiap anak, agar dapat

memberikan bimbingan yang tepat, Pembimbing Kumon mengamati

kebiasaan belajar siswa, terutama ketika mengerjakan kembali materi yang

pernah dikerjakan atau mempelajari materi baru, untuk mendapatkan

gambaran tentang kemajuan dan perkembangannya.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

17

e. Menggali potensi

Mempelajari materi di atas tingkatan kelas menumbuhkan rasa percaya diri

dan sikap yang positif. Metode Kumon bertujuan untuk membantu anak-

anak memperoleh kemampuan akademis yang kuat dengan memungkinkan

mereka maju melampaui tingkatan kelasnya melalui belajar pada tingkatan

yang tepat.

2.1.2.4 Manajemen Waktu Metode Kumon

Pearce, C. (2014) Mengatakan bahwa ketika seorang pendidik dan murid-

muridnya mengelola waktu mereka mengambil pendekatan yang sistematis. Hal

ini memungkinkan mereka menjadi lebih efisien dan produktif. Manajemen waktu

juga menurunkan kecemasan karena guru dan siswa tidak menunggu sampai

menit terakhir untuk melakukan sesuatu dan berakhir dalam situasi krisis. Metode

kumon ini dapat menerapkan manajemen waktu seperti berikut.

a. Kegiatan

Guru dan siswa menjaga aktivitas dalam pembelajaran untuk

membiarkan melihat bagaimana mereka menghabiskan waktu mereka.

Kemungkinan hal terbesar dapat menemukan bahwa hal ini dapat membuang-

buang banyak waktu pada hal-hal yang tidak penting. Sebagai guru, melatih

siswa dalam manajemen waktu dengan meminta guru membuat daftar hal-hal

yang harus dilakukan pada hari tertentu dan berapa banyak waktu yang harus

untuk dipikir dan untuk melakukannya. Jika seorang siswa praktek olahraga

sepulang sekolah , ia harus mencari cara untuk menghadiri praktek dan

memiliki cukup waktu tersisa untuk pekerjaan rumah. Ini harus dimasukkan

pada daftar. Dan katakan siswa untuk menetapkan prioritas: Letakkan hal yang

paling penting di bagian atas daftar dan yang paling penting di bagian bawah.

b. Waktu yang dialokasikan

Membagikan waktu untuk kegiatan kelas tertentu -15 menit. Ketika 15

menit sudah habis bergerak kelas ke sesuatu yang lain. Dengan cara ini tidak

ada alasan untuk guru, ketika siswa diminta untuk menutup buku mereka dan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

18

pergi ke aktivitas berikutnya. Pelajaran di sini adalah dengan menggunakan

waktu yang diberikan dan tidak menyia-nyiakannya.

Dalam pembelajarannya metode kumon juga dapat menggunakan waktu

jeda 5 menit untuk melakukan secara bergiliran, agar bimbingan perseorangan

dengan jumlah siswa yang banyak dapat teratasi dengan baik.

c. Menempel Jadwal

Guru harus menetapkan rutin kegiatan khusus yang dilakukan pada

waktu tertentu setiap hari dan untuk jumlah waktu tertentu. Jadwal dapat

diposting sehingga siswa bisa melihatnya.

d. Penundaan

Diskusikan penundaan, atau menempatkan hal off sampai menit terakhir

dengan siswa. Menempatkan siswa dalam mengikat waktu-bijaksana dan

akhirnya mempengaruhi kinerja siswa di dalam kelas untuk memberi

kesimpulan suatu pembelajaran yang sudah dilaksanakan.

e. Guru dan Siswa

Sebagai guru meningkatkan keterampilan manajemen waktu sendiri

dapat mengajarkan teknik manajemen waktu kepada murid-muridnya juga.

Semua orang akan mendapatkan manfaat dari pelajaran yang telah diajarkan

sebelumnya.

2.1.3 Hasil Belajar

Ada beberapa pengertian mengenai hasil belajar. Seperti yang dikemukakan

Winkel (1989) dalam Mulyana (2012), bahwa hasil belajar merupakan prestasi

yang dicapai siswa dalam bentuk angka.

Menurut Sudjana (2012: 3) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

setelah siswa melakukan pengalaman belajar (proses belajar mengajar)

Suparno (1997) dalam Adisusilo (2012: 182) berpendapat hasil belajar yang

sebenarnya terjadi pada saat terjadi keraguan pada diri seseorang yang dapat

merangsang pemikiran lebih dalam, karena pada saat itu adalah situasi yang baik

untuk memacu orang tersebut belajar. Suparno menambahkan, hasil belajar

dipengaruhi oleh lingkungan sekitar seseorang.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

19

Ada 3 macam hasil belajar yang ditulisoleh Airasian, dkk (2001)

berdasarkan cara belajar.

1. Tiada aktivitas belajar. Siswa membaca pengetahuan secara sepintas dan

merasa yakin akan mampu menyelesaikan masalah/tes yang diberikan. Akan

tetapi diahanya mampu menyebutkan sedikit pengetahuan dasar/luarnya saja.

Dia tidak mampu menyebutkan lebih dalam lagi pengetahuan tersebut. Apalagi

mendiagnosis pertanyaan esai. Siswa tersebut tidak terlalu memahami

pengetahuan yang diberikan. Pada intinya, dia tidak melakukan aktivitas

belajar.

2. Belajar menghafal. Pada dasarnya siswa dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan, karena dia membaca dan menghafal sehingga

mampu mengingat seluruh pengetahuan. Akan tetapi pada saat diberi masalah

yang harus dianalisis, dia tidak bisa. Dia tidak dapat mentrasfer

pengetahuannya ke hal yang baru.

3. Belajar yang bermakna. Siswa akan mampu menganalisis

pengetahuan/informasi yang diberikan karena dia tidak hanya

sepintas/menghafal saja dalalm proses mentrasfer pengetahuan yang diberikan,

akan tetapi juga memaknai tiap pengetahuan tersebut sehingga dia paham dan

mampu menggunakan pengetahuan tersebut pada masalah-masalah baru.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sebuah kemampuan

dari siswa dalam upaya mengimplementasikan pengetahuan setelah melakukan

proses belajar yang dapat diukur melalui tes/non-tes.

2.1.4 Pembelajaran Metode Kumon Dapat Meningkatkan Hasil Belajar

Penerapan metode kumon pada mata pelajaran matematika untuk kelas V

sekolah dasar adalah pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan yang dapat

dilihat atau dibayangkan oleh siswa dalam proses pembelajaran untuk

mempermudah siswa dalam mendapatkan pengetahuan dengan bantuan guru.

Dalam proses pembelajaran ini siswa akan dituntut untuk secara aktif terlibat

dalam proses pembelajaran. Pembelajaran menggunakan metode kumon terdiri

dari 5 karakteristik yaitu (1) Bimbingan perseorangan—Belajar pada tingkatan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

20

yang tepat, (2) Belajar Mandiri, (3) Maju dalam Small Steps (4) Peran pembibing

(5) menggali potensi akan dipadukakn untuk melihat keberhasilan belajar siswa.

Lima karakteristik ini dijabarkan menjadi langkah-langkah inti dalam

pembelajaran menggunakan metode kumon, yaitu menggali potensi individu,

belajar secara mandiri, maju dalam langkah-langkah awal, melakukan bimbingan,

memberi drill, serta menyimpulkan pembelajaran.

Guru akan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebelum proses

pembelajaran berlangsung. Kegiatan pembelajaran dalam RPP ini terdiri dari

beberapa tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti (Ekspolrasi, Elaborasi, dan

Konfirmasi), dan kegiatan penutup. Di dalam kegiatan inti inilah langkah-langkah

yang berdasar dari karakteristik metode kumon akan diterapkan.

2.1.4.1 Langkah-langkah Metode Kumon

Menurut Lukman (2008) Kumon adalah sistem belajar yang memberikan

program belajar secara perseorangan sesuai dengan kemampuan masing-masing,

yang memungkinkan anak menggali potensi dirinya dan mengembangkan

kemampuannya secara maksimal. Melalui pelajaran Matematika dan Bahasa

Inggris, KUMON tidak hanya membentuk kemampuan akademik saja, akan tetapi

juga membentuk karakter yang positif dan ―life-skills‖ (ketrampilan hidup) yang

akan berguna bagi masa depan anak.

Dalam penerapannya metode ini membagi kedalam 6 tahap, diantaranya:

1. Mula-mula, anak mengambil buku saku yang telah disediakan,

menyerahkan lembar kerja PR yang sudah dikerjakannya di rumah, dan

mengambil lembar kerja yang telah dipersiapkan pembimbing untuk

dikerjakan anak pada hari tersebut.

2. Anak duduk dan mulai mengerjakan lembar kerjanya. Karena pelajaran

diprogram sesuai dengan kemampuan masing-masing, biasanya anak dapat

mengerjakan lembar kerja tersebut dengan lancar.

3. Setelah selesai mengerjakan, lembar kerja diserahkan kepada pembimbing

untuk diperiksa dan diberi nilai. Sementara lembar kerjanya dinilai, anak

berlatih dengan alat bantu belajar.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

21

4. Setelah lembar kerja selesai diperiksa dan diberi nilai, pembimbing

mencatat hasil belajar hari itu pada ―Daftar Nilai‖. Hasil ini nantinya akan

dianalisa untuk penyusunan program belajar berikutnya.

5. Bila ada bagian yang masih salah, anak diminta untuk membetulkan bagian

tersebut hingga semua lembar kerjanya memperoleh nilai 100. Tujuannya,

agar anak menguasai pelajaran dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

6. Setelah selesai, anak mengikuti latihan secara lisan. Sebelum pulang,

pembimbing memberikan evaluasi terhadap pekerjaan anak hari itu dan

memberitahu materi yang akan dikerjakan anak pada hari berikutnya.

Berdasar penerapan pembelajaran tersebut, peneliti akan melakukan

pembelajaran dengan cara tersebut.

1. Guru menyiapkan materi yang akan diajarkan pada hari tersebut. Dalam hal

ini materi yang digunakan peneliti berupa memahami sifat-sifat bangun.

2. Siswa mengerjakan tugas materi yang diberikan, yang sebelumnya materi

sudah dijelaskan oleh guru. Diharapkan mempunyai pemahaman dan

pengetahuan sendiri tentang materi sifat-sifat bangun.

3. Siswa mengumpulkan lembar pekerjaan yang telah selesai dikerjakannya

kepada guru, Sementara guru menilai hasil lembar kerja yang telah selesai

dalam mengerjakan, siswa berlatih dengan alat peraga sifat-sifat bangun

yang tersedia di kelas.

4. Guru menilai lembar kerja setelah diperiksa dan dicatat hasil belajar di

daftar nilai yang hasilnya akan dianalisa pada pertemuan berikutnya.

5. Bila pada materi tersebut ada kesalahan, siswa diminta untuk membetulkan

bagian tersebut. Guru membimbing dalam proses mengerjakan kesalahan

pada siswa agar semua benar dan tuntas.

6. Guru memberikan latihan tanya jawab secara lisan, sebelum mengakhiri

pembelajaran tersebut. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan dengan

memberi evaluasi, dan memberitahukan materi berikutnya agar siswa

belajar dirumah.

Berikut ini adalah pengaplikasian pembelajaran metode kumon

sesuai dengan tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi (EEK)

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

22

Tabel 2.2 Penerapan Metode Kumon dalam EEK

Tahap Kegiatan

Pendahuluan 1. Ramah tamah dengan siswa (salam,presensi).

2. Menjelaskan materi yang akan dipelajari.

3. Menjelaskan indikator yang harus dicapai

4. Menjelaskan rencana kegiatan tentang materi dan indikator

Eksplorasi 1. Siswa mengerjakan materi sifat-sifat bangun dengan

kemampuan masing-masing

2. Siswa mengumpulkan lembar pekerjaan, sementara guru

menilai hasil lembar kerja, siswa berlatih dengan alat peraga

sifat-sifat bangun yang tersedia di kelas.

3. Setiap hasil pekerjaan siswa yang dinilai harus di catat dalam

lembar penilaian pada daftar nilai.

Elaborasi 1. Saat siswa mendapatkan kesalahan, guru membimbing siswa

sampai tuntas.

2. Guru memberikan bimbingan lebih kepada siswa yang

mendapat kesulitan dalam belajar.

Konfirmasi Guru memberikan latihan tanya jawab secara lisan, sebelum

mengakhiri pembelajaran tersebut.

Penutup Peserta didik diberi tes untuk mengetahui seberapa dalam

pengetahuan mereka mengenai sifat-sifat bangun.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan

untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan salah satu

upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk

memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

23

Dibawah ini adalah hasil penelitian yang relevan dengan penelitian

―Penerapan Metode Kumon Untuk Meningkakan Hasil Belajar Matematika Siswa

Kelas V SD Negeri Ungaran 03 Tahun Pelajaran 2013/2014‖.

Penelitian dengan menggunakan Metode Kumon ini juga telah dilakukan

oleh beberapa orang, diantaranya Elsa Frida Siburian pada tahun 2012 dengan

judul ―Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Variasi Metode Kumon Pada

Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD Swasta GKPS Menteng II Medan Tahun

Ajaran 2011/2012‖. Memperoleh hasil dengan menggunakan variasi metode

Kumon pada mata pelajaran Matematika di kelas IV SD Swasta GKPS Menteng II

Medan menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Dari hasil pre test

diperoleh ketuntasan belajar 31,81% dengan nilai rata-rata kelas 46,36. Setelah

dilaksanakan Siklus I diperoleh ketuntasan belajar sebesar 59,09% dengan nilai

rata-rata kelas 72,72 serta kompetensi guru dalam mengajar sebesar 71,66%

(cukup kompeten). Pada Siklus II Ketuntasan belajar meningkat menjadi 81,81%

dengan nilai rata-rata kelas 85,45 serta kompetensi guru dalam mengajar sebesar

81,66% (kompeten). Peningkatan hasil belajar dari kedaan awal (pre tes) ke siklus

I sebesar 27,28% dan dari siklus I ke siklus II sebesar 22,77%.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Ema Fitriya pada tahun 2011. Hasil

penelitian ini adalah diperoleh adanya peningkatan motivasi siswa terhadap

pembelajaran matematika yaitu 93% dengan kriteria sangat tinggi. Selain itu pada

peningkatan hasil belajar siswa diperoleh nilai rata-rata 92,0 dan prosentase

ketuntasan siswa 93% dengan kriteria sangat baik. Namun dalam pelaksanaan di

sekolah-sekolah lain, guru dapat mengkreasikan sesuai dengan karakteristik dan

kondisi sekolahnya masing-masing.

Dari hasil penelitian Elsa Frida Siburian dan Ema Fitriya tersebut, dapat

diinformasikan bahwa melalui variasi metode Kumon pada pembelajaran

Matematika dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini

dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar di tiap siklusnya.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Elsya Frida menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar dari kedaan awal (pre tes) ke siklus I sebesar 27,28%

dan dari siklus I ke siklus II sebesar 22,77%. Sedangkan penelitian yang

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

24

dilakukan oleh Ema Fitriya hasilnya diperoleh adanya peningkatan motivasi siswa

terhadap pembelajaran matematika yaitu 93% dengan kriteria sangat tinggi

Peningkatan yang cukup signifikan ini dapat menjadi acuan penulis dalam

melakukan penelitian.

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian akan menggunakan metode kumon untuk membuktikan adanya

peningkatan hasil belajar siswa kelas V. Selain itu, dengan menggunakan metode

kumon, siswa akan tertantang dan memiliki rasa ingin tahu yang lebih dalam

belajar matematika.

Berdasarkan teori metode kumon, bimbingan secara perseorangan,

mengasah kemampuan individu, membentuk karakter yang positif yang dapat di

peroleh siswa. Proses belajar ini akan membuat siswa menjadi aktif serta memiliki

rasa keingin tahuan yang tinggi, sehingga proses belajar lebih bermakna dan dapat

meningkatkan hasil belajar mereka. Beberapa langkah-langkah inti dalam metode

kumon, adalah memahami setiap individu, memberikan bimbingan perseorangan,

menggali potensi siswa, mengasah keaktifan siswa serta melatih kemandirian

dalam belajar.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8271/2/T1_292010507_BAB II.pdf · dengan tingkatan kelasnya dan bahkan akan berkembang

25

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah penerapan metode

kumon pada pembelajaran matematika diduga dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa kelas V sekolah dasar.

2.5 Indikator Keberhasilan

Penelitian dianggap berhasil jika ada kenaikan nilai sedangkan KKM nya

tetap yaitu 70.

Pra

Tindakan

Pra

Tindakan

Pra

Tindakan

Guru belum

menggunakan metode

kumon di kelas

Guru menggunakan

metode kumon di kelas

Guru menggunakan

metode kumon di kelas

Diduga hasil belajar

siswa kelas V pada mata

pelajaran Matematika

mengalami peningkatan

Guru belum

menggunakan metode

kumon di kelas

Pembelajaran siklus 1

dan siklus 2 di beri

bimbingan dan

pemberian tugas

berupa

mengidentifikasi sifat-

sifat bangun ruang,

yaitu balok dan kubus

dengan alat peraga

sedotan.

Harapan :

Siswa lebih aktif serta

memiliki rasa

keingintahuan yang

tinggi, sehingga

proses belajar lebih

bermakna dan dapat

meningkatkan hasil

belajar mereka