20
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan Berbicara Kegiatan Keterampilan berbicara adalah kegiatan keterampilan sesuatu untuk melakukan komunikasi secara lisan. Keterampilan menyampaikan informasi itu, ditunjukkan dengan disertai ekspresi. Kasbiyono (2012 : 3) menjelaskan bahwa keterampilan berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Praptanti & Eka (2011 : 2) menyatakan bahwa menyimak yaitu kegiatan untuk mencari informasi, kegiatan menyimak diawali dengan menyimak bunyi bahasa baik secara langsung dari narasumber atau melalui radio, rekaman dan televisi. Menurut Tarigan (2008 : 30) berbicara adalah sebagai kemampuan dalam mengucapkan bunyi artikulasi maupun ungkapan kata-kata sebagai mengekspresikan ungkapan , menyatakan ungkapan kaliamat maupun kata yang akan disampaikan beserta menyampaikan pikiran, perasaan, dan gagasan. Menurut Wardani Naniek S. (2016 : 494) membaca adalah perilaku positif yang harus diawali dengan pembiasaan (conditioning) sebelum akhirnya mendarah daging dalam keseharian hidup sehingga menjadi kebiasaan. Berpendapat Wardani Naniek S. (2017 : 91) writing skills in research-based learning are skills in listening to readings to express the idea of finding a problem, speaking to organizing facts, concepts and principles (reading the problem), reading to revise or researching the use of language and writing by using the correct grammar in solving problems. Menulis yaitu kegiatan dalam mengungkapkan pesan, gagasan, dan ide dalam bentuk tulisan. Permana E. P. (2015 : 134) berbicara adalah salah satu jenis dari keterampilan berbahasa dalam bentuk ragam lisan yang bersifat produktif. Shofa & Suparno (2014 : 210) menyatakan berbicara adalah suatu proses berkomunikasi untuk penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) kepada seseorang dengan menggunakan bahasa lisan agar dapat dipahami oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Keterampilan ......7 BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Teori ... pembicara orang lain contohnya guru, (2) mengembangkan bentuk-bentuk

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Keterampilan Berbicara

    Kegiatan Keterampilan berbicara adalah kegiatan keterampilan sesuatu

    untuk melakukan komunikasi secara lisan. Keterampilan menyampaikan

    informasi itu, ditunjukkan dengan disertai ekspresi. Kasbiyono (2012 : 3)

    menjelaskan bahwa keterampilan berbicara merupakan salah satu dari empat

    keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).

    Praptanti & Eka (2011 : 2) menyatakan bahwa menyimak yaitu kegiatan

    untuk mencari informasi, kegiatan menyimak diawali dengan menyimak bunyi

    bahasa baik secara langsung dari narasumber atau melalui radio, rekaman dan

    televisi. Menurut Tarigan (2008 : 30) berbicara adalah sebagai kemampuan

    dalam mengucapkan bunyi artikulasi maupun ungkapan kata-kata sebagai

    mengekspresikan ungkapan , menyatakan ungkapan kaliamat maupun kata yang

    akan disampaikan beserta menyampaikan pikiran, perasaan, dan gagasan.

    Menurut Wardani Naniek S. (2016 : 494) membaca adalah perilaku positif

    yang harus diawali dengan pembiasaan (conditioning) sebelum akhirnya

    mendarah daging dalam keseharian hidup sehingga menjadi kebiasaan.

    Berpendapat Wardani Naniek S. (2017 : 91) writing skills in research-based

    learning are skills in listening to readings to express the idea of finding a

    problem, speaking to organizing facts, concepts and principles (reading the

    problem), reading to revise or researching the use of language and writing by

    using the correct grammar in solving problems. Menulis yaitu kegiatan dalam

    mengungkapkan pesan, gagasan, dan ide dalam bentuk tulisan.

    Permana E. P. (2015 : 134) berbicara adalah salah satu jenis dari

    keterampilan berbahasa dalam bentuk ragam lisan yang bersifat produktif. Shofa

    & Suparno (2014 : 210) menyatakan berbicara adalah suatu proses

    berkomunikasi untuk penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati)

    kepada seseorang dengan menggunakan bahasa lisan agar dapat dipahami oleh

  • 8

    orang lain. Keterampilan berbicara mempunyai peranan yang penting karena

    melalui berbicara yang baik akan mempermudah penyampaian pesan kepada

    orang lain. Keterampilan berbicara yang kurang lancar akan mengganggu

    kelangsungan proses komunikasi antara pemberi pesan dan penerima pesan.

    Dalam belajar berbahasa untuk siswa sekolah dasar mengembangkan

    kemampuannya tidak hanya secara horizontal tetapi juga secara vertikal.

    Keterampilan berbicara akan meningkat jika selalu dilatih sehingga

    kalimat dan kata semakin bervasiasi serta strukturnya semakin benar. Jenis

    keterampilan berbicara secara horizontal, yang dimulai dari fonem, kata, frase,

    kalimat, dan wacana. Ellis mengemukakan bahwa ada tiga cara meningkatkan

    keterampilan berbicara secara vertikal dalam Rofi’udidin (1996 : 12)

    meningkatkan keterampilan berbicara secara vertikal yaitu (1) menirukan

    pembicara orang lain contohnya guru, (2) mengembangkan bentuk-bentuk ujaran

    yang sudah dikuasai, dan (3) menghubungkan dua bentuk ujaran, seperti bentuk

    ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa (mencontoh ujaran

    seorang guru) yang sudah benar. Menirukan cara berbicara orang lain dapat

    melancarkan keterampilan berbicara. Seseorang dapat berbicara dengan lancar

    apabila menggunakan kalimat sederhana dengan memberikan informasi tentang

    suatu hal. Berbicara juga mencangkup masalah bahasa seperti dalam

    mengembangkan bentuk-bentuk ujaran, seperti pembentukan kalimat, panjang

    kalimat. Panjang kalimat yang terdiri dari 6-8 kata, siswa SD dapat menyusun

    dalam kalimat sederhana dalam struktur yang lengkap (pokok kalimat-predikat-

    keterangan). Selanjutnya siswa akan mampu mengubungkan dua bentuk ujaran

    seperti mengembangkan kosakata dengan menggunakan kata ganti, dan

    menggunakan kata penghubung

    Keterampilan berbicara akan lebih mudah dikembangkan jika siswa

    mampu mengkomunikasikan pesannya sesuatu secara alami kepada orang lain.

    Dalam proses pembelajaran di kelas, guru mampu menciptakan komunikasi

    dalam pembelajaran yang mendorong siswa untuk terampil berbicara. Kegiatan

    pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk terampil berbicara seperti

    siswa menanya permasalahan pembelajaran, siswa menjawab pertanyaan secara

  • 9

    lisan, siswa melaporkan tugas secara lisan, siswa menyampaikan pesan dan

    pendapat secara lisan. Hadi & Rustono (2017 : 336) menyebutkan bahwa dalam

    suasana kondusif, peserta didik dapat mengamati kegiatan berbicara yang benar.

    Dalam kegiatan berbicara, peserta didik diharapkan memperoleh pengetahuan

    tentang berbicara yang jelas, sistematis, logis, dan santun. Tidak hanya tahu,

    tetapi peserta didik juga diminta untuk mempraktikkan kegiatan berbicara sesuai

    dengan contoh yang diamatinya. Tahap berikutnya peserta didik diminta untuk

    menamai pengetahuan yang diperolehnya. Proses penamaan konsep ini berkaitan

    dengan komponen berbicara, etika berbicara, dan unsur diskusi beserta tugasnya.

    Fungsi keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran di sekolah dasar

    adalah dapat menyampaikan ide pendapat, salah satunya menyampaikan pesan

    dan pendapat. Agar pesan siswa dapat tersampaikan kepada orang lain maka ada

    2 aspek yang harus diperhatikan dalam berbicara yaitu aspek bahasa dan non-

    kebahasaan. Menurut Azizah & Kurniawati (2013 : 53) menjelaskan bahwa

    aspek kebahasaan dalam keterampilan berbicara meliputi aspek pengucapan,

    aspek pembentukan kalimat dan aspek pengembangan kosakata. Aspek non-

    kebahasaan meliputi aspek keberanian, aspek kelancaran dan aspek ekspresi.

    Keterampilan berbicara menurut Azizah & Kurniawati (2013 : 53) dapat

    diklasifikasikan seperti tersaji melalui tabel 2.1

  • 10

    Tabel 2.1

    Instrumen Keterampilan Berbicara Usia 5-6 Tahun Aspek Perkembangan Indikator

    Aspek Kebahasaan :

    a) Pengucapan a) Penyebutan nama, jenis kelamin b) Berkomunikasi secara lisan, dan

    memiliki pembendaharaan kata

    b) Pengembangan Kosakata a) Menggunakan kata ganti b) Penggunaan kata penghubung

    c) Pembentukan Kalimat a) Panjang kalimat terdiri dari 6-8 kata perkalimat

    b) Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-

    predikat-keterangan)

    d) Isi Bicara a) Berpusat pada diri sendiri (egosentrik) b) Berpusat pada orang lain (sosialisasi)

    Aspek Non-Kebahasaan :

    a) Keberanian a) Mengajukan pertanyaan sesuai dengan topik

    b) Anak berani mengungkapkan keinginannya, penolakan atau

    pendapatnya

    b) Kelancaran a) Berbicara lancar dengan kalimat sederhana

    b) Memberikan informasi tentang suatu hal

    c) Ekspresi Atau Gerak-Gerik Tubuh a) Mengekspresikan diri melalui dramatisasi

    b) Bercerita menggunakan kalimat yang terdiri dari 3-6 kata dengan ekspresi

    Sumber Azizah, N., & Kurniawati, Y. (2013 : 53)

    Berdasarkan tabel diatas menjelaskan aspek kebahasaan dan non

    kebahasaan. Didalam melakukan berbicara melalui tahap-tahapan yang pertama

    tahap menirukan berbicara, proses menirukan dengan belajar menggunakan kata-

    kata sendiri. Kemudian diajarakan dengan satu kata sederhana contohnya bapak,

    ibu, kakak dan lain sebagainya. Setelah bisa mengucakan berbagai kata, akan

    berkata sendiri menghubungkan antara satu kata dengan kata lain contohnya

    bapak pergi, ibu pulang dan lain sebainya. Sesorang yang dapat berbicara dapat

    dilihat dari 2 aspek yaitu aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Aspek

    kebahasaan terdiri dari pengucapan seperti mengucapan nama, berkomunikasi

  • 11

    secara lisan, dan banyaknya kata-kata yang akan diucapkan. Pengembangan

    kosakata dengan mengucapkan ucapan kata ganti orang atau kata penghubung,

    pembentukan kalimat dengan panjang kalimat terdiri dari 6-8 kata perkalimat

    dan menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-

    predikat-keterangan). Isi bicara akan berpusat pada diri sendiri (egosentrik) dan

    berpusat pada orang lain (sosialisasi). Aspek non kebahasaan menentukan

    seseorang dapat berbicara atau tidak itu terkait dengan keberanian seseorang

    tidak dapat berani mengajukan petanyaan, tidak berani menyampaikan pendapat

    apa yang diinginkannya.

    Jadi keterampilan berbicara adalah keterampilan yang dimiliki oleh

    seseorang untuk mengkomunikasikan pesan secara alami kepada orang lain,

    melalui latihan berbicara yang terdiri dari aspek kebahasaan (ketepatan ucapan,

    penempatan tekanan, pilihan kata, ketepatan sasaran pembicaraan,

    pengembangan kosa kata, dan pembentukan kalimat) dan aspek non kebahasaan

    (keberanian, kelancaran, dan sikap yang tenang).

    Kelancaran berbahasa tergantung aspek kebahasaan yang terkait dengan

    aspek kelancaran berbicara ada seseorang dapat berbicara dengan lancar, ada

    yang dapat berbicara terbata-bata, dan ada yang berbicara tidak jelas ujung

    pangkalnya. Jadi berbicara itu menyangkut aspek kebahasaan (ucapan,

    mengembangkan kosa kata, membentuk kalimat terdiri dari 6-8 kata perkalimat

    dan isi bicara) dan aspek non kebahasaan (keberanian, kelancaran, ekspresi atau

    gerak-gerik tubuh).

    2.1.2 Pembelajaran Tematik Terpadu

    Implementasi kurikulum 2013, menggunakan pendekatan pembelajaran

    tematik yang mengimplikasikan berbagai mata pelajaran dan memiliki tema

    yang sama. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran

    terpadu atau integratif yang memiliki peran penting dalam meningkatkan

    perhatian, aktivitas belajar, dan pemahaman siswa terhadap materi yang

    dipelajari.

  • 12

    Permendikbud No.22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar

    dan Menengah menjelaskan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu model

    pembelajaran tematik terpadu yang menggunakan tema untuk menghubungkan

    beberapa mata pelajaran. Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk

    menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok serta

    memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik (Permendikbut No.

    22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, 2016 : 3)

    Drake (2012 : 273) mendefinisikan thematic approach is one of the

    teaching strategy that uses themes toward creating active, interest-ing, and

    meaningful learning. Pendekatan tematik adalah salah satu strategi pengajaran

    yang menggunakan tema untuk menciptakan pembelajaran aktif, menarik minat,

    dan bermakna. Dikatakan pembelajaran bermakna karena peserta didik dalam

    pembelajarannya untuk, menemukan pengetahuan dari apa ia pelajarai kemudian

    pengetahuan yang diperoleh dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.

    Dari beberapa pendapat diatas pembelajaran tematik terpadu adalah

    beberapa mata pelajaran dijadikan satu dan dikaitkan dengan tema serta subtema

    pembelajaran. Pembelajaran tematik terpadu memuat konsep pembelajaran yang

    kemudian, melibatkan siswa untuk belajar secara aktif, sehingga siswa

    memperoleh pengalaman yang bermakana, dalam pembelajaran langsung dan

    terlatih.

    Tema dalam pembelajaran tematik terpadu dikelas 4 semester 2 terdiri

    empat tema yaitu Tema 6 Cita-Citaku, Tema 7 Indahnya Keragaman Di

    Negeriku, Tema 8 Daerah Tempat Tinggalku, Tema 9 Kayanya Negeriku.

    Subtema merupakan pengembangan dari tema yang sudah ada. Dalam satu tema

    terdapat 3 subtema dan setiap subtema dilaksanakan dalam 6 kegiatan belajar.

    Tema 6 Cita-Citaku untuk kelas 4 semester 2 terdiri 3 subtema. Ke 3 subtema

    dalam tema cita-citaku disajikan dalam tabel 2.2 sebagai berikut:

  • 13

    Tabel 2.2

    Pembelajaran Tematik Kelas 4 Semester 2

    Tema 6 Cita-Citaku

    Tema Subtema

    Tema 6 Cita-Citaku

    Subtema 1 Aku dan Cita-Citaku

    Subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku

    Subtema 3 Giat Berusaha Meraih Cita-Cita

    Sumber : Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Tema

    6 Cita-Citaku Edisi Revisi 2017 : viii

    Di ini bawah ini merupakan pemetaan pembelajaran kelas IV Tema Cita-

    Citaku Subtema Hebatnya Cita-Citaku yang digunakan sebagai dalam penelitian

    ini.

    Tabel 2.3

    Pemetaan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam Tema 6 Cita-

    Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku Pembelajaran 1 Kelas 4

    Semester 2

    Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

    Bahasa Indonesia IPA

    3. Memahami

    pengetahuan faktual

    dengan cara mengamati

    dan menanya berdasarkan

    rasa ingin tahu tentang

    dirinya, makhluk ciptaan

    Tuhan dan kegiatannya,

    dan benda-benda yang

    dijumpainya di rumah, di

    sekolah dan tempat

    bermain

    3.2 Membandingkan siklus

    hidup beberapa jenis

    makhluk hidup serta

    mengaitkan dengan

    upaya pelestariannya.

    4. Menyajikan

    pengetahuan faktual

    dalam bahasa yang jelas,

    sistematis dan logis,

    dalam karya yang estetis,

    dalam gerakan yang

    mencerminkan anak

    sehat, dan dalam tindakan

    yang mencerminkan

    perilaku anak beriman

    dan berakhlak mulia

    4.6 Melisankan puisi

    hasil karya pribadi

    dengan lafal,

    intonasi, dan

    ekspresi yang tepat

    sebagai bentuk

    ungkapan diri.

    4.2 Membuat skema siklus

    hidup beberapa jenis

    makhluk hidup yang ada

    di lingkungan sekitarnya,

    dan slogan upaya

    pelestariannya.

    Sumber : Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 2013 Buku Guru SD/MI

    Tema 6 Cita-Citaku Edisi Revisi 2017:48

  • 14

    4.6 Melisankan puisi hasil

    karya pribadi dengan

    lafal, intonasi, dan

    ekspresi yang tepat

    sebagai bentuk ungkapan

    diri.

    Bahasa Indonesia

    3.2 Membandingkan siklus

    hidup beberapa jenis

    makhluk hidup serta

    mengaitkan dengan upaya

    pelestariannya.

    4.2 Membuat skema siklus

    hidup beberapa jenis

    makhluk hidup yang ada

    di lingkungan sekitarnya,

    dan slogan upaya

    pelestariannya.

    IPA

    Pembelajaran 1

    Berdasarkan tabel 2.3 Kompetensi Inti yang disebutkan dalam tema 6 Cita-

    Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku Pembelajaran 1 terdapat Kompetensi

    Inti 3 dan Kompetensi Inti 4. Hal ini dikarenakan dalam Tema 6 Cita-Citaku

    Subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku Pembelajaran 1 terdapat dua mata pelajaran

    yaitu Bahasa Indonesia dan IPA yang terintegrasi. Kompetensi Inti 1 dan

    Kompetensi Inti 2 tidak diikutsertakan karena dalam pembelajaran tidak terdapat

    mata pelajaran PPKn yang mengharuskan penilaian sikap. Hal ini terdapat pada

    pemetaan Kompetensi Dasar tema 6 Cita Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita-

    Citaku Pembelajaran 1 yang disajikan hlm. 7 gambar 2.1 berikut ini.

    Sumber: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Tema 6

    Cita-Citaku Edisi Revisi 2017:48

    Gambar 2.1

    Pemetaan Kompetensi Dasar Tema 6 Cita-Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita-

    Citaku Pembelajaran 1 kelas 4 Semester 2

  • 15

    2.1.3 Pendekatan Inkuiri dan Model Think Pair Share (PI-MTPS)

    Pendekatan Inkuiri (PI)

    PI merupakan pendekatan Inkuiri dengan pembelajaran yang menekankan

    pada siswa untuk berfikir secara kritis, logis, analisis dan dalam merumuskan

    pembelajaran siswa diminta untuk mencari jawaban sendiri dengan penuh

    percaya diri. Anam, Khoiru (2015) inkuiri berasal dari kata inquiry yang

    merupakan kata dari bahasa Inggris yang berarti penyelidikan/meminta

    keterangan. PI adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan

    siswa secara maksimal, dan seluruh kemampuan siswa mencari dan menyelidiki

    secara sistematis kritis, logis, dan analitis sehingga siswa dapat merumuskan

    sendiri penemuan mereka dengan penuh percaya diri.

    Hidayat, Festiyed, & Fauzi (2012:5) juga mengutarakan pembelajaran PI

    adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan siswa agar berfikir

    secara kritis dan analitisuntuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari

    suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan

    melaui tanya jawab antara guru dan siswa. Kindsvatter, Wilen dan Ishler

    menjelaskan bahwa PI merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan

    kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajarannya diminta untuk

    menganalisis dan memecahkan masalah secara sistematis (Saputri, Fadilahb,

    & Wahyu, 2016).

    Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa

    pembelajaran dengan menggunakan PI adalah pembelajaran yang melibatkan

    siswa untuk mencari jawaban sendiri dengan melakukan penyelidikan secara

    ilmiah.

    Menurut Winanto & Makahube (2016:119) langkah-langkah pembelajaran

    PI yaitu meliputi sebagai berikut: 1. Orientasi : 1) menjelaskan topik

    pembelajaran, tujuan dan hasil belajar yang akan dicapai peseta didik, 2)

    menjelaskan inti kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai

    tujuan, 2. merumuskan masalah: siswa di hadapkan dalam suatu persoalan yang

    mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang

    menantang siswa untuk menemukan teka-teka itu, 3. merumuskan hipotesis:

  • 16

    jawaban sementara dari suatu permasalah yang dikaji sebagai jawaban

    sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya 4. mengumpulkan data: aktivitas

    menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

    Dalam pembelajaran PI mengumpulkan data meruapakan proses mental yang

    sangat penting dalam memotivasi yang kuat dalam belajar, dan ketekunan

    mengunakan potensi berfikir, 5. menguji hipotesis: menentukan jawaban yang

    dianggap diterima disesuai dengan data atau informasi yang diperoleh

    berdasarkan pengumpulan data.6. merumuskan kesimpulan: proses

    mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

    Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukan

    kepada siswa data mana yang relevan.

    Nurhadisah, Halim, & Khaldun, (2014:56) proses pembelajaran PI yaitu

    sebagai berikut: 1. merumuskan masalah (siswa diberi pertanyaan oleh guru ), 2.

    mengembangkan hipotesis (siswa mencari jawaban sementara), 3.

    mengumpulkan bukti (siswa mencari data sebanyak-banyaknya), 4. menguji

    hipotesis (siswa membuktikan dari jawaban sementara), 5. menarik kesimpulan

    sementara (siswa menarik kesimpulan sementara berdasarkan temuan yang

    diperoleh dari lapangan), dan 6. mengkomunikasikan kesimpulan (siswa

    mempresentasikan hasil temuan di depan kelas ).

    Langkah-langkah dalam PI menurut Kawuri (2017:907) sebagai berikut: 1.

    menyimak penjelasan tujuan pembelajaran, 2. merumuskan masalah (siswa

    merumuskan masalah yang akan dicari jawabannya), 3. mengajukan hipotesis

    (siswa membuat jawaban sementara dari permasalahan yang dirumuskan), 4.

    mengumpulkan informasi (siswa mengumpulkan informasi yang dibutuhkan

    melalui observasi untuk menemukan jawaban dari suatu masalah), 5.

    menganalisis informasi (siswa menganalisis informasi yang diperoleh

    berdasarkan hasil observasi), 6. menguji hipotesis (siswa membuktikan dari

    jawaban sementara), 7. menarik kesimpulan berdasarkan hasil temuan yang

    diperoleh di lapangan, dan 8. penyajian hasil karya (siswa menyajikan hasil

    temuan di depan guru, teman sekelas, atau audien yang lain).

  • 17

    Jadi langkah-langkah PI yang dikemukakan ke 3 para ahli di atas, dapat

    disimpulkan sebagai berikut:

    1. Menjelaskan tujuan pembelajaran

    2. Merumuskan masalah

    3. Merumuskan hipotesis

    4. Mengumpulkan data

    5. Menganalisis data

    6. Menguji hipotesis

    7. Merumuskan kesimpulan

    8. Mempresentasikan

    Kelebihan dari pembelajaran PI menurut Mistianti (2013) memberikan

    kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dalam membangun pemahaman

    dan keahlian melalui interaksi dengan lingkungan sosial seperti teman, guru atau

    sumber lainnya. Interaksi dengan lingkungan sosial diharapkan siswa akan dapat

    memperbaiki pemahaman dan memperkaya pengetahuannya melalui kegiatan

    tanya jawab maupun diskusi kelompok. Selain itu inkuiri merupakan salah satu

    pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk belajar

    memecahkan masalah secara rasional dan sistimatis. Siswa sangat perlu

    memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah terutama dalam menghadapi

    arus perkembangan informasi dan teknologi serta globalisasi saat ini.

    Kekurangan pembelajaran PI menurut Suryosubroto (2002) adalah sebagai

    berikut: (1) Dipersyaratkan oleh keharusan dalam persiapan mental siswa untuk

    cara belajar. (2) Pembelajaran PI kurang berhasil dalam kelas besar, karena

    sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan ejaan dari bentuk

    kata-kata tertentu. (3) Harapan yang ditumpah pada pendekatan ini mungkin

    mengecewakan siswa yang biasa pada perencanan dan pembelajaran secara

    tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran PI. Jadi kekurangan

    pendekatan inkuiri yaitu memaksakan siswa yang lamban untuk mencari

    jawaban sendiri, dan menghabiskan waktu dalam pembelajaran untuk mencari

    kata-kata dan ejaan baru.

  • 18

    Model Think Pair Share (MTPS)

    Trianto (2013:81) menyatakan MTPS merupakan model yang

    menempatkan siswa untuk berfikir, berpasangan, dan berbagi. Pembelajaran ini

    dirancarng untuk mempengaruhi pola interaksi antar siswa dan guru. Interaksi

    antar siswa sangat dibutuhkan untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran dan

    membentuk suatu pembelajaran yang aktif. Pembelajaran yang aktif, sering

    disertai dengan interaksi yang komunikatif, yang akan menghasilkan

    pembelajaran efektif.

    Menurut Wardani Naniek S. (2016:81), MTPS adalah model pembelajaran

    yang melibatkan siswa untuk berfikir, berdiskusi dengan pasangannya dan hasil

    dari diskusi kemudian di sharing kan pada teman-teman di kelas. Dalam

    pembelajaran MTPS guru memberi pertanyaan yang dikaitkan dengan

    pembelajaran dan siswa diminta untuk berfikir secara mandiri menyelesaikan

    jawaban yang diajukan oleh guru, kemudian hasil jawaban dari seorang siswa di

    sampaikan pada teman pasangannya, setelah itu mereka berdiskusi untuk

    menentukan kesepakatan jawaban, kemudian hasil kesepakatan/jawaban

    dipresentasikan hasil dari jawaban mereka kepada seluruh siswa di kelas.

    Suprijono (2011:91) mengemukakan pembelajaran MTPS merupakan

    model pembelajaran yang menekankan siswa untuk berfikir secara berpasangan

    yang kemudian hasil diskusi dibagikan keseluruhan kelas, dalam pembelajaran

    siswa dapat saling berfikir memberikan jawaban atas masalah secara

    berpasangan untuk dapat membuat suatu pembentukan kelompok belajar yang

    saling memberikan masukan-masukan pemikiran dari setiap siswa, yang

    mendorong siswa terjadi interaksi tanya jawab pada pengkontruksikan

    pengetahuan dan hasil pembelajaran yang diikuti siswa

    Jadi MTPS adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berfikir

    sendiri terlebih dahulu, kemudian berfikir bersama dengan pasangannya, dan

    hasil disampaikan kepada seluruh siswa di kelas.

    Menurut Wardani Naniek S. (2016:81) langkah-langkah dalam

    pembelajaran MTPS adalah sebagai berikut: 1. siswa menyimak inti

    pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai, 2. siswa diminta untuk berfikir

  • 19

    tentang materi atau permasalahan yang disampikan (think), 3. siswa diminta

    berpasangan (pairing) dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan

    mengutarakan hasil pemikiran masing-masing, 4. siswa mengikuti diskusi,

    secara pleno dan menyimak (sharing) guna jawaban yang diperoleh setiap

    pasang, 5. siswa menyimak penjelasan guru yang menegaskan jawaban setiap

    pasangan dan menyimak materi yang belum diungkapkan oleh para pasangan, 6.

    siswa menyimak kesimpulan, 7. penutup.

    Mulyatiningsih (2011:234) juga mengemukakan langkah-langkah

    pembelajaran MTPS adalah sebagai berikut: 1. siswa menyimak inti materi dan

    kompetensi yang akan dicapai, 2. siswa diminta untuk berpikir tentang materi

    yang disampaikan guru, 3. siswa diminta untuk berpasangan dengan teman

    sebelahnya (satu kelompok terdiri dari 2 orang) dan mengutarakan persepsi

    masing-masing tentang apa yang telah disampaikan oleh guru, 4. setiap

    pasangan saling mengemukakan hasil dari diskusi, 5. siswa menyimak materi

    tambahan guru yang masih belum dipahami siswa dan menegaskan kembali

    permasalahan yang harus dipahami, 6. siswa menyimak kesimpulan dari guru

    Langkah-langkah MTPS yang dikemukakan Setiawan, Susanti, & Mulyani

    (2013) dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut: 1. siswa diberikan tugas dan

    siswa berfikir untuk menyelesaikan permasalahan mengenai materi pelajaran, 2.

    siswa diminta untuk berpasangan (kelompok 2 orang) untuk berdiskusi hasil

    diskusi tersebut di bagikan kepada pasangan lain, perwakilan kelompok

    mempresentasikan hasil kerjasama kelompoknya, 3. siswa dibimbing guru untuk

    menambahkan bahasan materi pokok yang belum diungkapkan siswa, 4. siswa

    dan guru menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran bersama siswa.

    Jadi langkah-langkah MTPS adalah sebagai berikut:

    1. Menyimak kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran

    2. Menyimak materi pembelajaran yang disampaikan

    3. Menjawab pertanyaan berdasarkan materi

    4. Berfikir untuk mencari jawaban yang diajukan guru

    5. Duduk berpasangan untuk berdiskusi dengan teman sebelahnya untuk

    menyelesaikan tugas yang diberikan guru

  • 20

    6. Diskusi secara pleno (setiap pasangan melaporkan hasil diskusi dan

    pasangan yang lain memberikan tanggapan terhadap pasangan yang

    sedang melaporkan hasil diskusinya).

    7. Penegasan materi dengan bimbingan dari guru.

    8. Menyimak kesimpulan hasil diskusi

    Pelaksanaan pembelajaran MTPS memiliki kelebihan dan kelemahan,

    kelebihan pembelajaran MTPS menurut Jadmiko (2015: 423) diantaranya adalah

    adanya interaksi antara siswa melalui diskusi untuk menyelesaikan masalah,

    yang akan meningkatkan keterampilan belajar siswa, dan masing-masing siswa

    baik yang pandai maupun yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat.

    Selain itu kelebihan pembelajaran MTPS yaitu dapat memberikan kesempatan

    siswa untuk mengembangkan idenya kemudian ide yang di dapat di share ke

    teman-temannya.

    Dikemukakan oleh Huda (2011:171), kelemahan pembelajaran MTPS

    adalah menambah beban guru untuk koreksi laporan tugas, dan menambah

    beban guru yang harus mendampingi banyaknya kelompok. Jadi kelemahan

    pembelajaran MTPS yaitu guru akan terbebani dalam pembelajaran karena

    banyaknya kelompok-kelompok yang harus didampingi dan mengoreksi evaluasi

    pembelajaran.

    Pembelajaran PI- TPS adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk

    melakukan penyelidikan secara ilmiah dengan cara siswa berfikir sendiri,

    berdiskusi dengan pasangannya dan berbagi kepada teman di kelas.

    Langkah-langkah pembelajaran PI-MTPS adalah sebagai berikut:

    1. Menyimak tujuan pembelajaran

    2. Menerima permasalahan dari guru

    3. Berfikir untuk merumuskan masalah secara individu

    4. Duduk berpasangan

    5. Berdiskusi rumusan masalah

    6. Merumuskan hipotesis

    7. Mengumpulkan data

    8. Menganalisis data

  • 21

    9. Presentasi sharing hasil pembuktian hipotesis dalam diskusi pleno

    10. Merumuskan kesimpulan.

    2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

    Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh R. T, Fridawati pada

    tahun 2012 yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa

    Pada Pelajaran Bahasa Inggris Dengan Model Pembelajaran TPS (Think Pair

    Share) di Kelas V SD Immanuel Medan Tahun Ajaran 2011 / 2012”. Ada pun

    aspek yang dinilai dari keterampilan berbicara yaitu aspek Kebahasaan seperti;

    pelafalan bunyi bahasa, ketepatan intonasi, pemilihan kata, penyusunan kalimat

    dan nonkebahasaan seperti; ketenangan, kesopanan, kekompakan,topik

    pembicaraan. Hasil ketuntasan kemampuan berbicara siswa meningkat dari 41

    siswa pada siklus I pertemuan I mencapai 24,4% siswa yang tuntas. Pada siklus I

    pertemuan II meningkat ketuntasan siswa menjadi 41,5% siswa yang tuntas,

    kemudian pada siklus II pertemuan I meningkat menjadi 58,5% siswa yang

    tuntas dan pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 100% atau 41 orang

    siswa yang tuntas. Kelebihan dari penelitian ini yaitu semua siswa atau 100 %

    tuntas dalam kemampuan berbicara. Kelemahan dari penelitian ini yaitu tidak

    menggunakan media yang menarik minat dalam pembelajaran oleh karena itu

    penelitian selanjutnya menggunakan media pembelajaran yang menarik agar

    siswa lebih berminat dan lebih terpacu dalam mengikuti pembelajaran.

    Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Hesti Kartikasari pada tahun

    2014 dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara

    Melalui Strategi Think-Pair-Share (TPS) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

    Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014”.

    menunjukkan bahwa adanya peningkatan signifikan dari masing-masing aspek

    keterampilan berbicara baik pada siklus I maupun siklus II. Pada siklus I aspek

    pemahaman mencapai presentase 61,6% , ketepatan logika mencapai 64,4%,

    ketepatan kalimat 65,6%, kelancaran 64,4%, Intonasi 61,2% dan jeda 60,8%.

    Sedangkan pada siklus II diperoleh persentase pada aspek pemahaman sebesar

    76%, ketepatan logika 73,2%, ketepatan kalimat 74,8%, kelancaran 70,4%,

  • 22

    intonasi 70%, dan jeda sebesar 68%. Kelebihan yang dicapai dalam penelitian

    ini yaitu keseluruhan siswa kelas IV SD Negeri 2 Nogosari telah menguasi

    keenam aspek kemampuan berbicara. Kelemahan dari penelitian ini yaitu

    terdapat beberapa siswa yang mendapatkan nilai keterampilan berbicara di

    bawah KKM, oleh karena itu penelitian selanjutnya dalam pembelajaran

    menjadikan siswa lebih aktif dan termotivasi untuk memperoleh nilai baik.

    Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Hanifah Yuniarti (2013)

    tentang ”Penerapan Model Think Pair Share dengan Video Pembelajaran Untuk

    Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas III SDN Karanganyar 02

    Semarang” juga mengukur keterampilan berbicara, namun cara pengukuran

    keterampilan berbicara, yakni menggunakan pemilihan kata, pelafalan kalimat,

    sikap siswa dan keberanian, ketepatan isi yang dibicarakan, dan kelancaran saat

    berbicara. Dari hasil pengukuran nampak terjadi peningkatan keterampilan

    berbicara dari siklus 1 sebesar rata-rata keterampilan berbicara 2,4 meningkat

    menjadi 2,6 di siklus 2, dan siklus 3 mengalami peningkatan menjadi 2,72

    melalui pembelajaran model TPS. Kelebihan dari penelitian ini yaitu

    meningkatkan keterampilan guru, aktifitas siswa dan keterampilan 179

    berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas III.

    Kelemahan dari penelitian ini yaitu dalam pelaksanaan pembelajaran guru

    kurang tegas terhadap anak yang melakukan kesalahan; bimbingan yang di

    berikan guru masih kurang, oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya guru

    harus tegas menghadapi anak yang melakukan kesahaan agar tidak mengulangi

    perbuatanya dan guru lebih belajar lagi sebelum melakukan pembelajaran agar

    dapat membimbing siswa.

    2.3 Kerangka Pikir

    Dalam kenyataannya guru dalam proses pembelajaran senang

    menggunakan model konvensional melalui metode ceramah dan pembelajaran

    berpusat pada guru (teacher center). Aktivitas guru dalam pembelajaran adalah

    menjelaskan materi, menulis catatan, memberi soal, dan dalam memberi tugas

    pekerjaan rumah (PR). Siswa belum sama sekali terlibat aktif dalam kegiatan

  • 23

    pembelajaran, hanya duduk diam dan mendengarkan guru berbicara. Kegiatan

    pembelajaran ini yang membuat siswa tidak bersemangat untuk belajar dan

    bosan. Sehingga siswa menjadi lebih pasif, dan kurang kreatif dalam mengikuti

    kegiatan pembelajaran. Guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran

    seperti meminta siswa untuk aktif membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.

    Kegiatan belajar di dalam kelas siswa untuk terampil berbicara. Agar tujuan

    pembelajaran dapat tercapai secara optimal, yaitu dengan mengaktifkan siswa

    dalam pembelajaran melalui keterampilan berbicara.

    Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang dimiliki oleh seseorang

    untuk mengkomunikasikan pesan secara alami kepada orang lain, melalui latihan

    berbicara yang terdiri dari aspek kebahasaan (pengucapan, pengembangan kosa

    kata, pembentukan kalimat dan isi bicara) dan aspek non kebahasaan

    (keberanian, kelancaran, dan ekspresi). Melalui latihan berbicara aspek non

    kebahasaan yakni berani menyampaikan secara lisan rumusan masalah, dengan

    lancar, berani mengemukakan pendapat dalam diskusi; berani menyatakan

    hipotesis dengan lancar; berani menyampaikan pemecahan masalah dengan

    lancar dan berani membuat kesimpulan menyatakan dengan lancar. Setiap siswa

    mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, maka pembelajaran diupayakan

    dibentuk kelompok dan diminta untuk bekerja sama. Sehingga pendekatan dan

    model yang dipilih untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas yaitu

    dengan pembelajaran PI-MTPS.

    Pembelajaran PI-MTPS digunakan untuk meningkatkan keterampilan

    berbicara. Besarnya keterampilan berbicara diukur melalui keberanian

    merumuskan masalah, mengekspresikan pendapat dalam diskusi, sharing skema

    siklus hidup hewan dengan lancar dan sharing slogan upaya pelestarian dengan

    lancar, dan penyampaian puisi pelestarian siklus hidup hewan berdasarkan lafal,

    intonasi dan ekspresi. PI-MTPS adalah pembelajaran yang menekankan siswa

    untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah dengan tema 6

    Cita-Citaku subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku dan Berusaha Meraih Cita-Cita KD

    4.2 Membuat skema siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup yang ada di

    lingkungan sekitarnya, dan slogan upaya pelestariannya; dan KD 4.6

  • 24

    Melisankan puisi hasil karya pribadi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang

    tepat sebagai bentuk ungkapan diri, melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1)

    menyimak materi belajar siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya, 2)

    berfikir merumuskan masalah siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya, 3)

    berdiskusi merumuskan masalah siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya

    dengan pasangannya, 4) merumuskan hipotesis siklus hidup hewan dan upaya

    pelestariannya, 5) membuat skema siklus hidup hewan, 6) sharing pembuktian

    hipotesis siklus hidup hewan dan upaya pelestariannya dalam diskusi pleno, dan

    7) melisankan puisi.

    Desain pembelajaran ini untuk mengukur keterampilan berbicara.

    Secara rinci pelaksanaan pembelajaran yang akan meningkatkan

    keterampilan berbicara disajikan melalui gambar 2.2 tentang peningkatan

    keterampilan berbicara melalui PI-MTPS berikut ini.

  • 25

    Gambar 2.2

    Skema Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Tema 6 Cita-Citaku Subtema 2

    Hebatnya Cita-Citaku Melalui PI-MTPS

    Berfikir merumuskan masalah

    siklus hidup hewan dan upaya

    pelestariannya

    Menyimak materi siklus hidup

    hewan dan upaya

    pelestariannya

    Melisankan puisi

    Berdiskusi merumuskan

    masalah dengan pasangannya

    siklus hidup hewan dan upaya

    pelestariannya

    Merumuskan hipotesis siklus

    hidup hewan dan upaya

    pelestariannya

    Membuat skema siklus hidup

    hewan

    Sharing pembuktian hipotesis

    siklus hidup hewan dan upaya

    pelestariannya

    dalam diskusi pleno

    Tema 6 Cita-Citaku kelas 4

    semester 2

    Pembelajaran PI-MTPS

    Skor Keterampilan Berbicara Belum Ada Pembelajaran Konvensional

    Subtema 1Aku dan Cita-Citaku Subtema 2 Hebatnya Cita-

    Citaku

    Subtema 3 Giat Berusaha meraih

    Cita-Cita

    Skor

    keterampilan berbicara siswa

    Berani merumuskan masalah

    Mengekspresikan dengan

    tenang pendapat dalam

    diskusi

    Sharing:

    1) Skema siklus hidup hewan dengan lancar

    2) Slogan upaya pelestariamn dengan lancar

    Penyampaian puisi pelestarian siklus hidup hewan

    berdasarkan lafal, intonasi dan ekspresi

    Rubrik Pengukuran

  • 26

    2.4 Hipotesis Tindakan

    Hipotesis penelitian ini adalah bahwa peningkatan keterampilan berbicara

    tema 6 Cita-Citaku subtema 2 Hebatnya Cita-Citaku dan subtema 3 Giat

    Berusaha Meraih Cita-Cita diduga dapat diupayakan melalui PI-MTPS siswa

    kelas IV SDN Tembarak Temanggung semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.