Upload
lequynh
View
219
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 KAJIAN TEORI
2.1.1 Hakikat Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap (KTSP, 2013:15). Sedangkan menurut Darsono (2000:18)
belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
dari pengalaman. Dengan belajar tindakan perilaku siswa akan berubah ke arah yang lebih
baik. Berhasil baik atau tidaknya belajar tergantung dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal, eksternal dan
pendekatan belajar.
a) Faktor internal adalah faktor dari dalam diri siswa, yaitu keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa meliputi aspek fisiologis (kondisi tubuh dan panca indera), dan
aspek psikologis antara lain: intelegensi dalam sikap misalnya dalam beradaptasi dengan
teman, bakat dalam mengerjakan soal, minat dalam mengikuti pelajaran serta punya
kemauan besar untuk belajar dan mempunyai motivasi untuk belajar baik individu maupun
dalam kelompok.
b) Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, yaitu kondisi lingkungan di
sekitar siswa meliputi faktor lingkungan sosial (guru, teman, masyarakat, dan keluarga)
dan faktor lingkungan non-sosial (gedung, sekolah, tempat tinggal, alat belajar, cuaca dan
waktu belajar)
Berbicara mengenai prestasi belajar, maka terlebih dahulu akan dikemukakan
arti prestasi dan arti belajar itu sendiri, sebelum membahas pengertian prestasi belajar.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kata prestasi berarti hasil yang dicapai
(dilakukan, dikerjakan dan sebagainya), Poerwardarmanto (1976). Prestasi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil nyata yang dicapai seseorang (siswa) dari
rangkaian usahanya (belajar) dengan kemampuan, kecakapan, keterampilan, yang dapat
diukur nilainya (evaluasi) setelah melakukan pekerjaan tertentu. Untuk
mendapatkan pengertian yang objektif tentang belajar, maka dibawah ini beberapa
7
pendapat ahli psikologi, khususnya ahli psikologi pendidikan tentang balajar sebagai
berikut:
Tabrani Ruyan (2006) menyatakan bahwa: belajar adalah suatu proses
perubahan individu melalui interaksi dengan lingkungan, sedangkan Oemar Hamalik
dalam Darmawati (2006) memberikan defenisi belajar sebagai berikut: “ Belajar adalah
suatu perbuatan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam bertingkah
laku berkat pengalaman latihan” Kemudian Slameto (1995) menyatakan bahwa: “Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha
yang dilakukan seseorang dalam proses perubahan tingkah laku yang merupakan hasil
pengalaman sendiri, latihan dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sendiri.
Dari pernyataan yang telah dikemukakan diatas baik itu pengertian mengenai
prestasi maupun pengertian mengenai belajar, maka prestasi dapat diartikan sebagai
tingkat keberhasilan yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar, hal ini sama
seperti yang diungkapkan oleh Mappa (1972), mengemukakan bahwa Prestasi
belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu dengan
menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan belajar
seseorang. Hal demikian penguasan pengetahuan dan keterampilan merupakan wujud
dari prestasi belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar tergantung pada tingkat
penguasaan materi pelajaran kurang maka prestasi belajar yang dicapai kurang atau
rendah, demikian pula sebaliknya, bila tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran
tinggi, maka prestasi belajar pun tinggi.
2.1.2 Hasil Belajar
Amirin dan Samsu Irawan (2000:43), mengatakan “hasil belajar adalah kemajuan
yang diperoleh seseorang dalam segala hal akibat dan belajar”. Seseorang yang
mempelajari suatu melalui proses pembelajaran telah mernperoleh hasil dan apa yang
telah dipelajarinya, hasil maksimal yang diperoleh inilah yang dikatakan hasil belajar.
8
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:95) “hasil belajar merupakan hasil dan suatu intruksi
tindak belajar dan tindak mengajar”. Hasil belajar menentukan tercapai tidaknya tujuan
pendidikan yang diaplikasikan dalam bentuk penilaian dalam rangka memberikan
pertimbangan apakah tujuan pendidikan tersebut tercapai. Penilaian hasil belajar tersebut
dilakukan terhadap proses belajar mengajar untuk mengetahui tercapainya tidaknya tujuan
pengajaran dalam hal penguasaan bahan pelajaran oleh siswa, selain itu penilaian
tersebut dilakukan untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang dilakukan
oleh guru. Dengan kata lain rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak hanya
disebabkan oleh kurang berhasilnya guru mengajar.
Jadi, menurut saya hasil belajar adalah hasil dari proses kegiatan belajar mengajar
seseorang yang dibuktikan melalui angka-angka. Yang nantinya dijadikan acuan oleh guru
dalam menentukan kriteria taraf keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar juga dijadikan
patokan dalam menentukan metode pembelaran dalam rencana pembelajaran sebelum
kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.
2.1.3 Teori Belajar Matematika
Dorongan ingin tahu telah terbentuk secara kodrati mendorong manusia
untuk berpikir secara rasional dan terus berusaha untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan. Hal ini mendorong munculnya sekelompok orang berfikir.
Pemikiran dilakukan secara terpola sehingga dipahami oleh orang lain.
Dorongan ingin tahu meningkat untuk mencari kepuasan dan penggunaannya.
Penemuan yang dapat diuji kebenarannya oleh orang lain dapat diterima secara
universal. Dengan demikian dari pengetahuan akan berkembang menjadi ilmu
pengetahuan. Perolehan yang didapat melalui percobaan, didukung oleh fakta
menggunakan metode berfikir secara sistematis dapat diterima sebagai ilmu
pengetahuan yang selanjutnya disebut produk, sedangkan langkah-langkah
dilakukan merupakan suatu proses. Langkah- langkah atau proses ditempuh dalam
mengembangkan ilmu menjadi cara atau metode memungkinkan berkembangnya
pengetahuan. Ada hubungan antara fakta dan gagasan. Pola memecahkan
masalah dengan menggunakan metode ilmiah dianut orang secara umum.
9
Orang yang terbiasa menggunakan metode ilmiah berarti mempunyai sikap
ilmiah. (Wahyana, 1977 : 291-293)
Menurut Wahyudi dan Kriswandani (2013 : 10 – 11) matematika adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun dengan
menggunakan simbol dan merupakan bahasa yang eksak, cermat, dan terbebas dari
emosi. Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari
ilmu-ilmu yang lain sehingga penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan
konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan benar sejak dini. Sedangkan
menurut Subarinah (2006) dalam Wahyudi dan Kriswandani (2013) matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan
yang ada didalamnya. Hal ini berarti belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar
konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.
Mata pelajaran matematika berfungsi untuk :
a. Memahami konsep-konsep matematika dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Memiliki ketrampilan proses untuk menerapkan konsep-konsep matematika dalam
memecahkan masalah sehari-hari.
c. Mampu berpikir sistematis, kritis, analitis, logis dan kreatif dan menumbuhkan
kemampuan bekerja sama.
d. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan
simbol-simbol serta ketajaman penalaran.
e. Memiliki kemampuan untuk mengelola, memperoleh serta memanfaatkan informasi
untuk dapat bertahan dan mengembangkan dinamika kehidupan yang kompetitif.
2.1.3 Penilaian Prestasi Belajar Matematika
Penilaian merupakan salah satu komponen sistem pengajaran untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Sebagai alat penilai hasil
pencapaian tujuan dalam pembelajaran, penilaian dilakukan secara terus menerus.
Hasil penilaian bermanfaat untuk umpan balik (feed back) dari proses belajar yang
dilaksanakan. (Muhammad Ali, 1983 : 131)
10
Dalam Kurikulum mata pelajaran Matematika ditetapkan tujuan pengajaran
Matematika di SD adalah agar siswa :
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah.
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan
dan pernyataan matematika.
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2.1.4 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pendidikan di SD disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental
anak, artinya dengan tingkat kemampuan berfikir anak. Pikiran anak masih
terbatas pada obyek disekitar lingkungan. Pada tingkat ini anak dapat mengenal bagian-
bagian dari benda-benda seperti berat, warna dan bentuknya. Kemampuan yang
dikembangkan adalah menggolongkan dengan berbagai cara, menyusun dan
merangkai berurutan,melakukan proses berfikir kebalikan, melakukan operasi
matematika, seperti menambah, mengurangi dan mengalikan.
Hal serupa juga berlaku pada siswa SD kelas atas, sebagian sudah berada pada
tahap berpikir formal sehingga mampu berpikir secara deduktif. Artinya, siswa dapat diajak
untuk berpikir dan memahami pembuktian dalil-dalil matematika. Mata pelajaran
Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek aspek sebagai berikut :
Bilangan, Geometri dan pengukuran serta Pengolahan data. (Wahyudi dan Kriswandani :
2013)
11
2.1.5 Pembelajaran Matematika di Kelas 5 Sekolah Dasar
Unsur penting dalam pembelajaran ialah merangsang serta mengerahkan siswa
untuk belajar. Belajar dapat dirangsang dan diarahkan dengan berbagai macam cara yang
mengarah pada tujuan.
Adapun caranya pendekatan dalam pembelajaran Matematika di kelas 5 SD yaitu :
a. Pendekatan pemecahan masalah pendekatan dengan penggunaan berbagai konsep,
prinsip, dan ketrampilan matematika yang telah atau sedang dipelajari.
b. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan
pendekatan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk menemukan kembali
ide dan konsep matematika.
c. Pendekatan Ketrampilan Proses merupakan suatu pengelolaan kegiatan belajar
mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses
pemerolehan hasil belajar.
d. Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
merupakan pendekatan yang menciptakan sistem lingkungan belajar yang memberi
peluang murid terlibat secara aktif, mengembangkan kreativitas, dan menyenangkan
serta dapat mewujudkan tujuan pembelajaran secara optimal.
Jerome S. Bruner telah banyak memberikan pandangan mengenai bagaimana
manusia belajar dan memperoleh pengetahuan. Menurut Bruner dalam Wahyudi dan
Kriswandani (2013) belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia
untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Ada 3
proses kognitif yang terjadi dalam belajar :
a. Proses pemerolehan informasi baru
b. Proses menstransformasikan informasi yang diterima
c. Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Terdapat tiga model tahapan kognitif manusia :
a. Model tahap Enaktif, merupakan tahapan dimana peserta didik terlibat dalam
memanipulasi objek dengan menggunakan benda-benda konkrit.
12
b. Model tahap Ikonik, merupakan tahapan pembelajaran dimana pengetahuan
direpresentasikan dalam bentuk bayangan visual, gambar, atau diagram.
c. Model tahap Simbolis, merupakan tahapan pembelajaran dimana pembelajaran
direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik simbol-simbol verbal
maupun lambang-lambang abstrak.
Dari uraian di atas maka pembelajaran Matematika Kelas 5 SD dengan
metode DLPS (Double Loop Problem Solving) sangat relevan. Melalui kegiatan
menganalisis masalah siswa akan lebih terampil dalam memecahkan suatu masalah
melalui tahapan-tahapan yang terstruktur. Sebagai hasil belajar siswa tidak saja
berupa pengetahuan tetapi juga dapat mengembangkan sikap yang kreatif, disiplin
dan memiliki jiwa intelektualitas yang tinggi.
2.1.6 Pembelajaran Matematika dengan Metode DLPS (Double Loop Problem
Solving)
Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan oleh guru untuk
meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu berpikir kritis,
memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal.
Merujuk pada hal ini perkembangan model pembelajaran terus mengalami perubahan dari
model tradisional menuju model yang lebih modern. Model pembelajaran berfungsi untuk
memberikan situasi pembelajaran yang tersusun rapi untuk memberikan suatu aktivitas
kepada siswa guna mencapai tujuan pembelajaran. Sejalan dengan pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang kini banyak
mendapat respon adalah model pembelajaran kooperatif. Kooperatif berasal dari bahasa
Inggris yaitu Cooperate yang berarti bekerja bersama-sama. Pembelajaran menurut
Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran kooperatif adalah
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda (Huda 2013 : 302).
Menurut Slavin (1985) dalam bukunya Isjoni (2010 : 12) mengatakan, bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang
dengan struktur kelompok heterogen. Model pembelajaran koperatif adalah rangkaian
13
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari
materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam
pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pendekatan, strategi,
metode, dan teknik. Karena itu, suatu rancangan pembelajaran atau rencana
pembelajaran disebut menggunakan model pembelajaran apabila mempunyai empat ciri
khusus, yaitu (a) rasional teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya atau
pengembangnya, (b) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai), (c) tingkah laku yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan secara berhasil, dan (d) lingkungan belajar yang diperlukan agar
tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur dalam Trianto 2007).
Suatu model pembelajaran akan memuat antara lain: (a) deskripsi lingkungan
belajar, (b) pendekatan, metode, teknik, dan strategi, (c) manfaat pembelajaran, (d)
materi pembelajaran (kurikulum), (e) media, dan (f) desain pembelajaran.
Menurut Huda (2013) DLPS (Double Loop Problem Solving) adalah variasi dari
pembelajaran dengan pemecahan masalah yang menekankan pada pencarian kausal
(penyebab) utama dari timbulnya masalah. Masalah tersebut dipecahkan melalui dua loop
;
Loop solusi 1 ditujukan untuk mendeteksi penyebab masalah yang paling langsung
dan kemudian merancang dan menerapkan solusi sementara.
Loop solusi 2 berusaha untuk menemukan penyebab yang arasnya lebih tinggi, dan
kemudian merancang serta mengimplementasikan solusi dari akar masalah.
Jadi, DLPS adalah lingkungan belajar yang didalamnya menggunakan masalah
untuk belajar. Yaitu sebelum peserta didik memulai pelajaran, mereka diberikan suatu
masalah. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga peserta didik menemukan
kebutuhan belajar mereka sendiri tentang pengetahuan baru sebelum peserta didik dapat
memecahkan masalah tersebut. Ciri utama dalam DLPS adalah pembelajarannya
14
berpusat pada pemberian masalah untuk dibahas oleh para peserta didik untuk melatih
para peserta didik bisa berfikir dengan kreatif.
DLPS memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan tujuan
belajarnya sendiri. Para pendidik harus bisa menjadi pelatih, fasilitator, dan motivator buat
peserta didik.
Langkah-langkah penyelesaian masalah menggunakan metode Double Loop
Problem Solving (DLPS) ;
a. Mengidentifikasi masalah, tidak hanya gejalanya (Identifying the problem, not just the
symptoms).
b. Mendeteksi penyebab langsung, dan secara cepat menerapkan solusi sementara
(Detecting direct causes, and rapidly applying temporary solutions).
c. Mengevaluasi keberhasilan dari solusi sementara (Evaluating the success of the
temporary solutions).
d. Memutuskan apakah analisis akar masalah diperlukan atau tidak (Deciding if root
cause analysis is needed).
e. Jika dibutuhkan, dilakukan deteksi terhadap penyebab masalah yang levelnya lebih
tinggi (If so, detecting higher level causes).
f. Merancang solusi akar masalah (Designing root cause solutions).
Metode pembelajaran DLPS (Double Loop Problem Solving) mempunyai manfaat
atau kelebihan antara lain :
a. Dapat menambah wawasan tentang efektivitas penggunaan pembelajaran Double loop
Problem Solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Dapat lebih menciptakan suasana kelas yang menghargai (menghormati) nilai-nilai
ilmiah dan termotivasi untuk terbiasa mengadakan penelitian sederhana yang
bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran.
Seperti metode yang lainnya, metode Double Loop Problem Solving juga
mempunyai beberapa kelemahan yang wajib diperhatikan oleh seorang pendidik dalam
menerapkan metode DLPS ini, antara lain, yaitu :
a. Tidak semua pelajaran dapat mengandung masalah / problem, yang justru harus
dipecahkan. Akan tetapi memerlukan pengulangan dan latihan-latihan tertentu.
15
b. Kesulitan mencari masalah yang tepat/sesuai dengan taraf perkembangan dan
kemampuan siswa.
2.1.7 Operasi Hitung Bilangan Bulat
Bilangan bulat adalah bilangan utuh dan tidak terbagi-bagi. Bilangn bulat terdiri
dari bilangan bulat positif (+) dan bilangan bulat negatif (-). Sifat Pengerjaan hitung pada
bilangan bulat dapat menggunakan garis bilangan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
penghitungan. Didalam gari bilangan sebelah kanan terdapat bilangan bulat positif,
sedangkan disebelah kiri terdapat bilangan bulat negatif.
Sifat-sifat penghitungan pada operasi hitung bilangan bulat antara lain; Asosiatif
(pengelompokkan), Komutatif (pertukaran), dan Distributif (penyebaran). Operasi hitung
bilangan bulat meliputi Membaca dan Menulis Lambang Bilangan Bulat, Operasi
Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian, Pembagian, dan Operasi Hitung Campuran
Bilangan Bulat.
ke kiri bilangan negatif ke kanan bilangan positif
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
(Gambar 1 garis bilangan)
-4 dibaca negatif empat.
-35 dibaca negatif tiga puluh lima.
15 dibaca positif lima belas atau lima belas.
(Priyo Dwi, 2008 : 9)
16
2. 2 KAJIAN HASIL-HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Kajian Penelitian yang relevan digunakan sebagai acuan peneliti dalam menyusun
penelitian dengan menggunakan metode yang sama. Serta dapat dijadikan referensi bagi
peneliti bahwa penggunaan metode tersebut khususnya metode Double Loop Problem
Solving (DLPS) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Tabel 1
Kajian Penelitian yang Relevan
Nama Peneliti Judul Hasil
Suprapto (2012)
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Kreativitas Belajar Siswa Melalui Konteks Belajar Matematika Menggunakan Metode Pemodelan Double Loop Problem Solving Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Sragen Tahun 2011/2012.
PTK (Penelitian
Tindakan Kelas)
17
2. 3 KERANGKA BERPIKIR
(Gambar 2 Kerangka Berpikir)
2. 4 HIPOTESIS TINDAKAN
Penggunaan metode DLPS (Double Loop Problem Solving) dapat meningkatkan
hasil belajar Matematika materi Operasi Hitung Bilangan Bulat pada siswa kelas 5 SD
Negeri Kenconorejo 02 Tahun Pelajaran 2013/2014.
Langkah-langkah
SIKLUS 1
Pembelajaran sudah
menggunakan metode
DLPS
Diduga pembelajaran Matematika
melalui metode DLPS (Double
Loop Problem Solving )
dapat meningkatkan hasil belajar
siswa,
SIKLUS 2
- hasil belajar
siswa rendah
- Siswa pasif
Pembelajaran
menggunakan metode
Ceramah dan Diskusi
Kondisi
Awal
TINDAKAN
Kondisi
Akhir
18