Upload
vukhue
View
223
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian mengenai minat masyarakat dalam menggunakan produk
dan jasa perbankan syariah telah dilakukan oleh beberapa penulis sebelumnya
diantaranya Amat Yunus (2004) yang mencoba meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi minat masyarakat kota Bekasi dalam menggunakan perbankan
syariah. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kuantitatif yang hasilnya
menunjukan bahwa sebagian masyarakat kota Bekasi yang menolak menggunakan
bank syariah disebabkan karena ketidaktahuan tentang produk dan jasa bank syariah,
alasanya lainya adalah karena faktor jaringan kantor bank syariah yang masih
terbatas. Atas penelitian tersebut peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian
kembali karena hasil penelitian ini menjadi tidak up to date untuk kurun waktu 2-5
tahun lagi karena penelitian ini dilakukan bulan Agustus 2004. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Ratu Maemunah (2006) mencoba meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi etnis china non muslim menjadi nasabah bank syariah suatu studi
kasus di Bank Syariah Mega Indonesia di Jakarta yang menghasilkan informasi
bahwa yang mempengaruhi etnis china non muslim menjadi nasabah bank syariah
adalah :
18
Tabel 2.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi etnis china menjadi nasabah bank syariah
Peringkat
Promosi I Lokasi Bank II Pelayanan kepada nasabah III Syari’ah IV Produk Bank IV
Dari penelitian-penelitian terdahulu aspek ketidaktahuan nasabah dan
terbatasnya jaringan kantor cabang bank syariah merupakan faktor utama yang
mempengaruhi nasabah tidak menggunakan bank syariah yang berdampak pada
lambatnya pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia. Menurut penulis penelitian
tersebut sudah tidak up to date karena perkembangan perbankan syariah saat ini
sudah berbeda dengan saat dilakukan penelitian terdahulu dengan adanya perubahan-
perubahan regulasi perbankan syariah yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan
dukungan dari Pemerintah dengan mengeluarkan UU No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, penulis mencoba menggunakan
pendekatan secara komprehensif dengan menggunakan teori yang dianggap lebih
mampu untuk menganalisa bauran pemasaran produk perbankan syariah pada warga
Muhammadiyah Kota Bandung. Teori yang di tulis oleh Philip Kotler dan Ratih
Huriyati, tentang bauran pemasaran dapat membantu penulis dalam menganalisa
19
bauran pemasaran produk perbankan syariah pada warga Muhammadiyah kota
Bandung dengan teorinya yang dikenal dengan 7P.
2.1.2. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran perbankan syariah tidak jauh berbeda dengan industri
bisnis lainnya, yang dilandaskan pada bauran pemasaran atau marketing mix.
Keberhasilan suatu perusahaan dalam memasarkan produknya bergantung pada
strategi pemasaran yang tepat, strategi pemasaran di mulai dengan perencanaan
pemasaran yang baik dimulai dengan perencanaan budget, perencanaan penjualan
produk mana yang dimulai, produk mana yang harus ditingkatka dan bisnis mana
yang harus dihilangkan.
Rencana pemasaran menurut Kotler (2009: 53) dalam bukunya manajemen
pemasaran adalah instrumen sentral untuk mengarahkan dan mengoordinasikan usaha
pemasaran. Rencana pemasaran beroperasi pada dua level yaitu stratejik dan taktis.
Pada level pemasaran stratejik membentangkan pasar sasaran dan proposisi
nilai yang akan di tawarkan, berdasarkan pada suatu analisis peluang pasar terbaik
sedangkan rencana pemasaran taktis menspesifikasikan taktik pasar, termasuk fitur
produk, promosi, perdagangan, penetapan harga, saluran penjualan, dan layanan.
Menurut Tjiptono (2008: 6) dalam bukunya strategi pemasaran mendefinisikan strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan yang bersaing
20
yang berkesinambungan malalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.
Dari pengertian tersebut untuk setiap perusahaan tentunya harus memiliki
perencanaan strategi pemasaran yang tepat mulai dari penetapan misi perusahaan,
unit bisnis strategi, menetapkan sumber daya dan menilai peluang pertumbuhan.
Setiap fungsi manajemen memberikan kontribusi tertentu pada saat penyusunan
strategi pada level yang berbeda. Pemasaran merupakan fungsi yang memiliki kontak
paling besar dengan lingkungan ekternal, padahal perusahaan hanya memiliki kendali
yang terbatas terhadap lingkungan eksternal. Oleh sebab itu pemasaran memainkan
peranan penting delam pengembangan strategi.
Menurut Tjiptono dalam bukunya Strategi Pemasaran (2008:6), “dalam peranan strategisnya pemasaran mencakup setiap usaha untuk mencapai kesesuaian antara perusahaan dengan lingkungannya dalam rangka mencari pemecahan atas masalah penentuan dua pertimbangan pokok. Pertama, bisnis apa yang digeluti perusahaan pada saat ini dan jenis bisnis apa yang dapat dimasuki di masa mendatang. Kedua, bagaimana bisnis yang telah dipilih tersebut dapat dijalankan dengan sukses dalam lingkungan yang kompetitif atas dasar perspektif produk, harga, promosi dan distribusi (bauran pemasaran) untuk melayani pasar sasaran.”
Hal tersebut menunjukan bahwa apa yang dikemukakan oleh Fandi Tjiptono
perusahaan harus mempertimbangkan faktor ekternasl perusahaan dengan
menggunakan bauran pemasaran guna mencapai tujuan bisnis perusahaan dan
memenangkan persaingan dilapangan.
Bisnis jasa sangat kompleks, karena banyak elemen yang mempengaruhinya,
seperti system internal organisasi, lingkungan fisik, kontak personal, iklan,
21
komentar dari mulut ke mulut dan sebagainya. Produk jasa memiliki karakteristik
yang berbeda dengan produk barang, seperti yang dikemukakan oleh Lupiyoadi dan
Hamdani (2009: 6) menyebutkan karakteristik jasa sebagai berikut :
- Intangibility (tidak berwujud). Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar
atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tak
berwujud yang dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan atau
kenyamanan.
- Unstorability (tidak dapat disimpan), jasa tidak mengenal persediaan atau
penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan. Karakteristik ini disebut juga
inseparability (tidak dapat dipisahkan), mengingat pada umumnya jasa dihasilkan
dan dikonsumsi bersamaan.
- Customization (kustomisasi). Jasa sering kali didesain khusus untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan.
Di dalam memasarkan produk dan jasa, maka perusahaan berusaha memuaskan
konsumennya, agar tidak berpaling pada pesaing dengan menciptakan pelayanan
yang diberikan semaksimal mungkin untuk menciptakan kepuasan pelanggan.
Dalam konsep pemasaran produk dan jasa perbankan yang dikemukan Wijaya
(2007: 33) dalam bukunya Pemasaran Produk dan Jasa Perbankan, dikenal istilah
Triangle Marketing, yaitu meliputi berbagai kegiatan pemasaran, yang satu dan
lainnya saling berinteraksi secara optimal.
22
Kegiatan pemasaran menurut Wijaya (2007: 33) meliputi 3 aspek yang saling
berinteraksi digolongkan menjadi tiga yang dikenal triangle marketing, yaitu:
1) Internal Marketing (IM), garis yang menghubungkan antara employee dan
Perusahaan Jasa. Contoh : Agar bisa memasarkan produk Bank, maka Bank tidak
boleh melupakan para karyawannya, mereka harus diberikan sosialisasi tentang
produk dan jasa Bank apa saja yang dapat dipasarkan kepada nasabah. Dengan
demikian para karyawan dapat memahami semua produk dan jasa yang
ditawarkan Bank nya, dan dapat membantu memberikan informasi kepada
nasabah jika diperlukan.
2) Eksternal Marketing (EM), adalah garis yang menghubungkan antara nasabah
dengan Bank. Hubungan langsung antara nasabah dan Bank pada umumnya
melalui petugas front office atau Customer Service. Disini petugas front office
akan berusaha memberikan penjelasan tentang prosuk dan jasa Bank secara
terinci. Berhasil tidaknya nasabah membeli produk dan jasa bank, akan sangat
dipengaruhi dari hasil pelayanan petugas yang berada di jajaran front office.
3) Interactive Marketing (ITM), adalah garis yang menghubungan antara employee
dan customer (nasabah). Disini employee atau karyawan, harus memahami
produk dan jasa Bank nya, agar dapat ikut serta membantu program pemasaran,
dan menjelaskan dengan menarik dan benar bila ada pihak luar atau nasabah
yang ingin mengetahui produk dan jasa Bank di tempat karyawan tadi bekerja.
Bayangkan apabila seorang nasabah ingin mencoba produk dan jasa Bank, dan
23
bertanya pada karyawan yang bekerja di Bank tersebut, namun karyawan tersebut
malah memberikan efek yang negatif, tentu nasabah tidak akan membeli produk
dan jasa Bank di Bank tersebut.
Ketiga konsep tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berdiri
sendiri, dan saling terkait antara satu dan lainnya, agar terjadi layanan prima untuk
mencapai tujuan dalam mempertahankan dan menarik para nasabah.
Sebelum menetapkan strategi pemasaran yang tepat, organisasi perusahaan
terlebih dahulu harus mengetahui mengenai konsep kepuasan pelanggan. Hal ini
penting untuk menciptakan produk-produk yang benar-benar menjadi kebutuhan
perusahaan, bukan sebaliknya produk yang dibuat merupakan keinginan idealisme
perusahaan tanpa mengetahui kebutuhan pelanggan maupun tingkat kepuasaan
pelanggan, berikut adalah konsep tingkat kepuasan pelanggan dalam menggunakan
suatu produk yang dikemukan Tjiptono dalam bukunya Strategi Pemasaran
(2008:25),:
Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan
24
Dengan demikian penerapan strategi pemasaran yang tepat akan memiliki
dampak pada tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi, yang secara otomatis akan
membawa perbankan itu sendiri pada keberhasilan dalam menguasai pangsa pasar
atau market share perbankan itu sendiri. Semakin besar persentasi pangsa pasar yang
dicapai dan semakin banyak pelanggan yang loyal akan semakin stabil operasional
perbankan tersebut, hal ini dapat dicapai apabila bank tersebut dapat mendefinisikan
strategi pemasaran yang salah satunya tercapainya tingkat kepuasan pelanggan yang
tinggi seperti pada gambar tingkat kepuasan pelanggan diatas. Pemasaran yang
sukses mengharuskan perusahaan memiliki kapabilitas memahami nilai pelanggan,
dan mendukung nilai pelanggan.
Menurut Nainggolan (1996, 12) dalam bukunya total customer satisfaction,
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau
hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya.
Jadi tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang
dirasakan dengan harapan. Masih menurut Nainggolan (1996: 12) Kepuasan
pelanggan sepenuhnya dapat dibedakan pada tiga tahap, yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar pelanggan.
2. Memenuhi harapan pelanggan dengan cara yang dapat membuat mereka
akan kembali lagi.
3. Melakukan lebih daripada apa yang diharapkan pelanggan.
Dari ketiga tahap diatas, keberhasilan strategi pemasaran dapat dicapai
apabila sudah mencapai ke tahap 3, yaitu yang paling memberikan kepuasan kepada
25
pelanggan. Di setiap Industri mempunyai pelanggan yang harus dipuaskannya, hal
inilah yang pertama-tama harus disadari setiap front liner marketing bank. Kepuasan
pelanggan bukan semata-mata urusan dan tanggung jawab divisi pemasaran dan front
liner bank. Langkah pertama dalam usaha memuaskan pelanggan adalah menentukan
dan mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan pelanggan. Pelanggan yang berbeda dapat
pula berlainan kebutuhannya dan juga berbeda perioritasnya, tetapi pada dasarnya
kebutuhan-kebutuhan umum hampir sama.
2.1.3 Bauran Pemasaran
Marketing mix adalah kumpulan variabel-variabel yang digunakan sektor
bisnis untuk mempengaruhi konsumen. Variabel dari marketing mix adalah
kombinasi dari 4P (Kotler, 2009: 23) yang merupakan satu perangkat yang akan
menentukan tingkat keberhasilan pemasaran guna memberikan kepuasan
konsumennya.
Bauran pemasaran menurut Kotler (2009: 23) dalam bukunya manajemen
pemasaran meliputi sebagai berikut :
1. Product/Produk
Produk meliputi keragaman produk, kualitas, design, ciri, nama merek, kemasan,
ukuran, pelayanan, garansi dan imbalan. Produk adalah sesuatu yang ditawarkan oleh
perusahaan kepada konsumen yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen baik
26
berupa barang maupun jasa. Produk harus menawarkan manfaat total yang dapat
diperoleh pelanggan dengan melakukan pembelian. Kualitas, dalam hal jasa menjadi
elemen utama.
Produk-produk perbankan yang biasanya ditawarkan adalah:
a) Produk penghimpunan dana secara umum, terdiri dari rekening giro, deposito,
rekening tabungan, dan lain-lain.
b) Produk penyaluran dana secara umum, terdiri atas
- Berdasarkan jenis pembiayaan: corporate, commercial, SME dan mikro
- Berdasarkan tujuan penggunaan pembiayaan : investasi, modal kerja dan
pembiayaan konsumtif
c) Produk-produk yang bersifat jasa terdiri dari: safe deposit box, kiriman uang
dalam dan luar negeri, dan lainnya
Perkembangan produk dan jasa ini berpengaruh terhadap kesiapan para karyawan
dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Jadi, fungsi pelayanan sangat terkait erat
dengan suatu produk. Pihak manajemen bank harus pandai mengolah produk yang
dimiliki agar dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Adapun dari segi
pelayanan, setiap perbankan harus memperhatikan hal-hal berikut:
- Karyawan bank yang profesional
- Karyawan bank harus memberikan pelayanan yang cepat dan memuaskan
- Memberikan informasi atas produk secara jelas detail dan dapat dipahami
27
- Memberikan kemanan dan kenyamanan nasabah
Berbagai upaya harus selalu dilakukan oleh pihak manajemen untuk menarik
nasabah, diantaranya dengan menciptakan beragam produk, membuat inovasi baru
suatu produk, memberikan fitur/ atribut-atribut atas suatu produk, dan lainnya.
2. Price/Harga
Price meliputi daftar harga, diskon, potongan harga khusus, periode pembayaran
dan syarat berhutang. Harga merupakan salah satu variable marketing mix yang
paling fleksible. Kebijakan harga harus memperhatikan tingkat harga yang dikenakan
atas suatu produk, struktur pemotongan harga, waktu pembayaran, perbedaan harga
pada kelompok-kelompok konsumen yang berbeda. Penetapan harga dapat dilakukan
dengan metode penetrasi pricing (harga serendah-rendahnya dengan tujuan
menaikkan jumlah pembeli dan memperoleh market share yang lebih besar).
Sedangkan biaya pelanggan total (total customer cost) adalah sekumpulan biaya
yang harus dikeluarkan pelanggan untuk mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan
dan membuang tawaran pasar tertentu, termasuk biaya moneter, waktu, energi dan
psikis (Kotler, 2009: 174).
3. Place/Tempat
Lokasi berarti berhubungan dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan
melakukan operasi atau kegiatannya. Selain itu Kebijakan tempat mengacu pada
saluran pemasaran, cakupan pasar, pengelompokan jenis usaha, lokasi, persediaan
28
dan transportasi. Kemudahan akses bagi para konsumen untuk mendapatkan
pelayanan merupakan hal utama dalam mendekatkan produk yang ditawarkan,
sehingga konsumen akan lebih memilih produk dengan pertimbangan lokasi yang
mudah di akses. Kebijakan tempat dapat menyangkut keputusan mengenai lokasi
strategis. Kantor bank pada umumnya mendekati nasabah, kantor bank lainnya dan
bank sentral setempat, serta pertimbangan dekat dengan pusat-pusat ekonomi daerah
setempat.
Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2009: 74) dalam bukunya manajemen
pemasaran jasa, ada tiga jenis yang mempengaruhi pemilihan lokasi:
- Konsumen mendatangi pemberi jasa, apabila keadaan seperti ini maka lokasi
menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan
konsumen sehingga mudah dijangkau.
- Pemberi jasa mendatangi konsumen, dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting,
tetapi yang terpenting penyampaian jasa harus berkualitas.
- Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung, berarti penyedia jasa
dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, internet, surat
menyurat. Dalam hal ini lokasi menjadi tidak penting selama komunikasi antara
kedua pihak terlaksana dengan baik.
Dengan demikian terlihat jelas bahwa perusahaan dalam memilih lokasi
tergantung dari jenis jasa yang diberikan apakah sifatnya mendatangi konsumen,
29
konsumen yang mendatangi perusahaan atau penyampaian jasa melalui media
komunikasi telepon, surat dan lain-lain, sehingga pemilihan lokasi akan menjadi tepat
dan efektif.
4. Promotion/Promosi
Bauran promosi meliputi bermacam-macam metode mengkomunikasikan
keuntungan dari sebuah jasa kepada konsumen. Komunikasi dengan publik
merupakan faktor penting pada setiap perusahaan termasuk bank untuk mendukung
tujuan-tujuan pemasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan tersebut. Hal yang
terkait dengan promosi diantaranya promosi penjualan, periklanan, tenaga penjualan,
kehumasan/public relation dan pemasaran langsung.
Program komunikasi yang berhubungan dengan pemasaran produk atau jasa, ada
beberapa elemen utama yang biasa digunakan oleh perusahaan dalam distribusi
komunikasi pemasaran yang umumnya terdiri dari :
- Personal selling yaitu suatu bentuk person to person comunication dimana
penjual berusaha membujuk calon konsumen untuk membeli produk dan jasa.
- Advertising meliputi komunikasi massa melalui surat kabar, majalah, radio,
televisi dan media lainnya
- Sales Promotion terdiri dari semua aktivitas pemasaran yang mencoba untuk
merangsang tindakan pembeli secara cepat antar dari produk-produk
perusahaan
30
- Sponsorship marketing, kegiatan mempromosikan ketertarikan kepada
perusahaan dengan mengasosiasikan perusahaan melalui event khusus
5. People/Manusia.
Proses seleksi, pelatihan, dan pemotivasian karyawan, yang nantinya dapat
digunakan sebagai pembedaan perusahaan dalam memenuhi kepuasan
pelanggan.
Untuk mencapai kualitas terbaik maka pegawai harus dilatih untuk menyadari
pentingnya pekerjaan mereka yaitu memberikan konsumen kepuasan dalam
memenuhi kebutuhannya.
6. Physical Evidence/Bukti fisik
Bukti fisik yang dimiliki oleh penyedia jasa yang ditujukan kepada konsumen
sebagai usulan nilai tambah konsumen. Physical Evidence dapat mempengaruhi
konsumen dalam pengambilan keputusan seperti fisik bangunan gedung, bukti
kepemilikan barang, bangunan fisik pendukung lainya seperti ruang tunggu yang
nyaman, rest room yang bersih, lahan parkir yang luas, tata ruang dan tata letak
ruang kerja yang nyaman.
7. Proses, proses penyajian jasa.
Proses merupakan gabungan semua aktifitas yang umumnya terdiri atas prosedur,
jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal hal rutin, dimana jasa dihasilkan
dan disampaikan kepada konsumen. Semakin efektif prosedur yang diterapkan
perusahaan akan membantu proses penyampaian jasa yang lebih cepat dan dapat
memberikan kepuasan kepada konsumen.
31
Menurut Hurriyati dalam bukunya Bauran Pemasaran dan Loyalitas
Konsumen (2005: 50) marketing mix, yaitu bauran pemasaran yang terdiri dari 4 P:
Product, Price, Promotion dan Place. Untuk perusahaan Jasa ditambah 3 P lagi,
yaitu: People, Physical Evidence dan Process.
1) Produk Jasa (The Service Product)/P1
Produk jasa merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat
hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta lebih dapat berpartisipasi
aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Apa yang ditawarkan
menunjukan sejumlah manfaat yang dapat pelanggan dapatkan dari pembelian
suatu barang atau jasa, sedangkan sesuatu yang ditawarkan tersebut dapat dibagi
menjadi empat kategori, yaitu:
a. Barang nyata
b. Barang nyata yang disertai dengan jasa
c. Jasa utama yang disertai dengan barang dan jasa tambahan
d. Murni jasa
2) Price/Tarif Jasa/P2
Penentuan harga merupakan hal yang paling kritis dalam bauran pemasaran jasa
karena harga menentu kan pendapatan dari suatu usaha/bisnis. Keputusan
penentuan harga berkaitan erat dengan penentuan nilai/manfaat yang dapat
32
diberikan kepada pelanggan dan memainkan peranan penting dalam gambaran
kualitas jasa. Strategi penentuan harga dalam perusahaan jasa dapat
menggunakan penentuan tarif premium pada saat permintaan tinggi dan tarif
diskon pada saat permintaan menurun selain itu tarif spesifik yang akan
ditetapkan akan bergantung pada tipe pelanggan yang menjadi tujuan pasar
tersebut (Huriyati, 2010: 51).
3) Place/Service Location/P3
Lokasi berhubungan dengan keputusan yang dibuat oleh perusahaan mengenai
dimana tingkat interaksi yang terlibat. Terdapat tiga macam tipe interaksi antara
penyedia jasa dan pelanggan yang berhubungan dengan pemilihan lokasi, yaitu :
a. Pelanggan mendatangi penyedia jasa
b. Penyedia jasa mendatangi pelanggan, atau
c. Penyedia jasa dan pelanggan melakukan interaksi melalui perantara
Untuk tipe interaksi dimana pelanggan mendatangi penyedia jasa, letak lokasi
menjadi sangat penting dan menentukan. Didalam interaksi ini penyedia jasa
yang menginginkan pertumbuhan dapat mempertimbangkan menawarkan jasa
mereka dibeberapa lokasi. Jika penyedia jasa mendatangi pelanggan maka letak
lokasi menjadi tidak begitu penting. Sementara dalam penyediaan jasa
menggunakan perantara dalam berinteraksi, maka letak lokasi dapat diabaikan
meskipun beberapa media perantara memerlukan interaksi fisik antara mereka
dengan pelanggan.
33
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi diantaranya :
a. Akses, lokasi yang mudah dijangkau sarana transportasi umum
b. Visibilitas, lokasi yang dapat dilihat dengan jelas
c. Lalu lintas, yang perlu dipertimbangkan banyaknya yang lalu lalang dapat
memberikan peluang besar terjadinya impulse buying, kepadatan dan
kemacetan lalu lintas dapat pula menjadi hambatan .
d. Tempat parkir yang luas dan aman
e. Ekspansi, tersedia tempat yang cukup untuk perluasan usaha dikemudian hari
f. Lingkungan, daerah sekitar mendukung atas jasa yang ditawarkan
g. Persaingan, lokasi pesaing
h. Peranturan pemerintah baik pusat maupun daerah
4) Promotion/Promosi/P4
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program
pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk bila konsumen belum
mengetahui dan mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk tersebut akan
berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya.
Menurut Huriyati dalam bukunya Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen
(2005:58) mengemukakan: “Tujuan utama dari promosi adalah
menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan pelanggan
sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya.”
34
Masih menurut Huriyati (2005:59) bahwa: “secara umum bentuk-bentuk promosi
memiliki fungsi yang sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan
berdasarkan tugas-tugas khususnya. Beberapa tugas khusus tersebut sering
disebut bauran promosi (promotion mix), diantaranya” :
a. Personal selling, adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan
calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon
pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga
mereka kemudian akan mencoba dan membelinya.
b. Mass selling, merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi
untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai dalam satu waktu.
Ada dua bentuk utama mass selling, yaitu periklanan dan publisitas.
Periklanan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak
digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya. Iklan adalah
bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasarkan pada informasi tentang
keunggulan produk atau keuntungan suatu produk yang disusun sedemikian
rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah
pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. Publisitas adalah bentuk
penyajian dan penyebaran ide, barang dan jasa secara non personal, yang
mana orang atau organisasi yang diuntungkan tidak membayar untuk hal
tersebut. Publistas merupakan pemanfaatan nilai-nilai berita yang
terkandung dalam suatu produk untuk membentuk citra suatu produk yang
bersangkutan.
35
c. Promosi Penjualan (sales promotion) adalah bentuk persuasi langsung melalui
penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang
pembelian produk dengan segera dan atau meningkatkan jumlah barang yang
dibeli pelanggan.
d. Hubungan Masyarakat (public relation) merupakan upaya komunikasi
menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini,
keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut.
Kelompok yang dimaksud terdiri dari karyawan dan keluarganya, pemegang
saham, pelanggan, orang-orang yang tinggal disekitar organisasi, pemasok,
perantara, pemerintah, serta media masa. Kegiatan public relation sendiri
meliputi press relations, product publicity, corporate communication,
lobbying dan counselling.
e. Direct Marketing, adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang
memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon
yang terukur dan atau transaksi di sembarang lokasi. Dalam direct
marketing komunikasi promosi ditujukan langsung kepada konsumen
individual agar pesan-pesan tersebut ditanggapi konsumen bersangkutan,
baik melalui telepon, pos atau dengan datang langsung ke tempat pemasar.
f. Word of Mouth, komunikasi dari mulut ke mulut merupakan salah satu ciri
khusus dari promosi dalam bisnis jasa. Pelanggan seringkali memperhatikan
dengan teliti penyerahan jasa dan kemudian meceritakan pengalamanya pada
pelanggan potensial lainnya. Sebagai hasil dari pengalaman dari interaksi
36
dan menilai kualitas jasa tersebut, pelanggan dapat menjadi tertarik atau
dapat pula tidak kembali lagi. Positif dan negatifnya komunikasi word of
mouth akan berpengaruh pada luasnya pengguna jasa/pelanggan.
5) People/Orang/P5
Orang (people) adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam penyajian
jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen dari people adalah
pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain dalam lingkungan jasa.
Semua sikap dan tindakan karyawan, bahkan cara berpakaian karyawan dan
penampilan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen dan
keberhasilan penyampaian jasa. Perilaku orang-orang yang terlibat langsung ini
sangat penting dalam mempengaruhi mutu jasa yang ditawarkan dan image
perusahaan yang bersangkutan. Elemen people ini memiliki 2 aspek diantaranya:
a. Service people; untuk organisasi jasa, service people biasanya memegang
jabatan ganda yaitu mengadakan jasa dan menjual jasa tersebut. Melalui
pelayanan yang baik, cepat, ramah, teliti dan akurat dapat menciptakan
kepuasan dan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan yang akhirnya akan
meningkatkan nama baik perusahaan.
b. Customer; merupakan hubungan diantara para pelanggan, pelanggan dapat
memberikan persepsi kepada nasabah lain, tentang kualitas jasa yang pernah
diperolehnya dari perusahaan. Keberhasilan dari perusahaan jasa berkaitan
37
erat dengan seleksi, pelatihan, motivasi dan manajemen dari sumber daya
manusia.
6) Physical Evidence/Sarana Fisik/P6
Sarana fisik merupakan suatu hal yang secara nyata turut mempengaruhi
keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang
ditawarkan. Unsur-unsur yang termasuk didalam sarana fisik antara lain
bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya
yang merupakan satu kesatuan dengan service yang diberikan.
7) Process/Proses/P7
Proses adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktifitas yang
digunakan untuk menyampaikan jasa. Elemen proses ini mempunyai arti suatu
upaya perusahaan dalam menjalankan dan melaksanakan aktifitasnya untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya. Untuk perusahaan jasa,
kerjasama antara unit kerja pemasaran dan operasional sangat penting dalam
elemen proses ini, terutama dalam melayani segala kebutuhan dan keinginan
konsumen.
Seluruh aktivitas kerja adalah proses, proses melibatkan prosedur-prosedur,
tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanisme-mekanisme, aktifitas-aktifitas dan rutinitas-
rutinitas dengan apa produk/barang/jasa disalurkan ke pelanggan. Pentingnya elemen
38
proses ini khususnya dalam bisnis jasa disebabkan oleh persediaan jasa yang tidak
dapat disimpan.
2.1.5. Perilaku Konsumen
Konsumen memiliki perilaku pembelian yang berbeda dalam mengambil
keputusan untuk mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa dan
memiliki proses yang berbeda-beda satu sama lain, hal tersebut dikarenakan produk
atau jasa tersebut ada yang memang dibutuhkan dan ada yang dinginkan.
Definisi perilaku konsumen menurut Engel et al (2001: 3) “perilaku konsumen
adalah tindakan langsung untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan
produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti
tindakan ini.”
Menurut Kotler dan Amstrong (2000: 3) mendefinisikan “perilaku konsumen
adalah perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga yang
membeli produk untuk konsumsi personal.”
Sementara itu Mowen et al (2001: 6) mengemukan bahwa perilaku konsumen
adalah studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran (exchange
process) yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang dan jasa,
pengalaman, serta ide-ide.”
39
Ratih Hurriyati (2010: 68) menyimpulkan bahwa perilaku konsumen berkaitan
erat dengan proses pengambilan keputusan untuk menggunakan barang atau jasa
memuaskan kebutuhannya.
Manusia sebagai mahluk ekonomi akan selalu berusaha memaksimalkan
kepuasannya dan selalu bertindak rasional. Para konsumen akan berusaha
memaksimalkan kepuasannya selama kemampuan finansialnya memungkinkan.
Mereka umumnya memiliki pengetahuan alternatif produk yang dapat memuaskan
kebutuhan mereka.
Para pemasar (pihak manajemen) harus dapat memahami konsumen melalui
pengalaman penjualan yang dilakukan setiap hari kepada mereka, faktor dominan apa
yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian? Tujuan pembelian
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor sikap orang lain dan keadaan
tidak terduga, atau jasa juga dipengaruhi oleh jasa-jasa ekonomi, teknologi, politik
dan budaya serta karakteristik konsumen itu sendiri. Hal ini merupakan landasan
bagi pihak manajemen untuk mengetahui dan memahami konsumen.
Titik tolak memahami konsumen adalah model rangsangan-tanggapan
(stimulus-response model). Rangsangan pemasaran dan lingkungan masuk kedalam
kesadaran konsumen. Karakteristik dan proses pengambilan keputusan konsumen
menghasilkan keputusan pembelian tertentu. Berikut bagan mengenai proses
pengambilan keputusan pembeliani sebagai berikut :
40
Gambar 2.2
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Mengenali Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Membeli
Perilaku Pasca Pembelian
Sumber : Nugroho J. Setiadi, 2008
Stimulus pemasaran dan stimulus pemasaran lainnya masuk ke dalam
kesadaran pembeli. Kemudian dilajutkan kepada karakteristik nasabah dan proses
keputusan nasabah. Pada tahapan inilah sebenarnya proses yang paling menentukan
itu terjadi dimana nasabah berupaya untuk memutuskan membeli atau tidaknya
membeli suatu produk dan jasa bank tertentu. Dari proses diatas, pada akhirnya
menghasilkan keputusan membeli yang tentunya didasarkan pada rangsangan-
rangsangan pemasaran yang mempengaruhinya.
Perilaku konsumen menurut Huriyati (2010: 67) terdiri dari :
a. Model perilaku konsumen
Model perilaku konsumen Mowen dan Minor (2001: 26) teridiri dari 5
komponen utama yaitu unit pembelian, proses pertukaran, strategi pemasaran,
pengaruh individu dan pengaruh lingkungan. Pemasar digunakan secara luas dalam
model ini untuk menciptakan pertukaran dengan para konsumen melalui
implementasi strategi pemasaran yang dirancang untuk mencapai sasaran konsumen
dan keuntungan jangka panjang. Untuk mengembangkan strategi pemasaran
41
dilakukan analisis lingkungan guna mengantisipasi kemungkinan adanya dampak dari
pengaruh lingkungan dan kemudian menggunakan riset pasar untuk mendapatkan
informasi mengenai konsumen. Berdasarkan analisis individu dan riset ini,
perusahaan menciptakan strategi positioning dan segmentasi serta
mengimplemenatasikanya melalui bauran pemasaran.
Model perilaku konsumen menurut Kotler dan Amstrong (2009: 214), pemasaran
dan rangsangan lain mempengaruhi perusahaan pembeli dan menimbulkan tanggapan
tertentu dari pembeli. Rangsangan pemasaran untuk pembelian produk terdiri dari 4
P untuk produk fisik dan 7 P untuk produk jasa, yaitu: produk, harga, tempat,
promosi, orang, proses, dan bukti fisik. Ransangan lain adalah kekuatan-kekuatan
utama dalam lingkungan, yaitu: ekonomi, teknologi, politik, dan budaya.
Rangsangan-rangsangan ini mempengaruhi pembeli dan berubah menjadi tanggapan
pembeli untuk memutuskan pilihan produk atau jasa, merk, toko, waktu dan jumlah.
Untuk merancang strategi bauran pemasaran yang baik, pemasar harus memahami
apa yang menjadi tanggapan pembeli.
b. Model perilaku konsumen jasa
Pada hakikatnya kebutuhan konsumen akan mengalami perubahan dalam
hidupnya sejalan dengan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya yang terjadi pada
lingkungan dimana mereka hidup. Perubahan tersebut akan mempengaruhi perilaku
konsumen (consumer behaviour) yaitu dalam mengambil keputusan pembelian atau
penggunaan suatu produk barang dan jasa.
42
Menurut Zeithaml dan Bitner (2000: 570) berpendapat bahwa tahapan-tahapan
yang dilakukan konsumen dalam pengambilan keputusan dan mengevaluasi jasa yang
ditawarkan dapat dibagi menjadi empat bagian sebagai berikut :
1). Pencarian sumber-sumber informasi
2). Penilaian berbagai alternatif jasa
3). Pembelian dan penggunaan
4). Evaluasi pasca pembelian
Dari tahapan-tahapan pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen,
tahapan tersebut menunjukan proses yang alamiah dalam proses tersebut dimulai dari
pencarian informasi, mengolah berbagai alternatif, proses pembelian dan pengunaan
jasa serta yang terakhir adalah proses evaluasi pasca pembelian. Dalam hal ini
industri perbankan harus bisa mengambil peran dalam mempengaruhi proses
pengambilan keputusan pembelian tersebut dengan memberikan informasi sebanyak-
banyaknya kepada konsumen sehingga konsumen memiliki informasi yang lengkap
dan bisa mengambil keputusan dengan cepat untuk memilih produk yang di tawarkan.
Dalam proses pemberian informasi ini setidaknya bank harus bisa menutup peluang
konsumen mencari alternatif informasi lainya.
2.1.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Pembelian Jasa
Pilihan pembelian konsumen merupakan hasil dari suatu proses komplek yang
saling mempengaruhi dari faktor-faktor budaya, sosial, pribadi dan faktor psikologis
yang merupakan faktor internal, dan berguna bagi pemasar untuk mengidentifikasi
43
para pembeli yang mungkin memiliki minat paling besar terhadap suatu produk.
Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berkaitan secara langsung dengan diri
(karakteristik) konsumen, sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat
dikendalikan oleh pemasar. Menurut Kotler dan Amstrong (2001:197), faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkah laku konsumen itu terdiri dari budaya, sosial, pribadi,
dan psikologi. Yang digambarkan seperti dalam gambar berikut :
Gambar 2.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen
Sementara menurut Nugroho J. Setiadi (2008: 11), beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen tersebut diantaranya :
44
1. Faktor Budaya, yang terdiri dari kultur, sub-kultur dan kelas sosial. Faktor-
faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap
perilaku konsumen.
2. Faktor sosial, terdiri dari kelompok acuan, keluarga, peran dan status sosial.
3. Faktor Pribadi terdiri dari umur, pekerjaan, ekonomi, gaya hidup, kepribadian
dan konsep diri.
4. Faktor Psikologi, terdiri atas motivasi, persepsi, pengetahuan, sikap dan
kepercayaan.
Faktor psikologis yang merupakan faktor internal, dan berguna bagi pemasar
untuk mengidentifikasi para pembeli yang mungkin memiliki minat paling besar
terhadap suatu produk.
Faktor eksternal teridiri dari stimulasi pemasaran yaitu pengendalian yang
dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan atau lainnya diluar karakteristik
nasabah. Yang dimaksud faktor eksternal disini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi dan berhubungan diluar diri konsumen.
Menurut Hurriyati (2010: 94), dalam bukunya Bauran Pemasaran, faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku pembelian jasa diantaranya:
45
a. Faktor Kebudayaan
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dalam tingkah laku konsumen.
Pemasar harus mengetahui peran yang dimainkan oleh budaya, subbudaya, dan kelas
sosial pembeli.
1) Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan tingkah laku
individu. Budaya kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan tingkah
yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga
penting lainnya. Setiap kelompok atau masyarakat mempunyai suatu budaya,
dan pengaruh budaya pada tingkah laku membeli bervariasi amat besar dari
negara ke negara. Pemasar selalu mencoba menemukan pergeseran budaya agar
dapat mengetahui produk baru yang mungkin diinginkan.
2) Sub-budaya setiap budaya terdiri dari beberapa subbudaya yang lebih kecil, atau
kelompok orang yang mempunyai sistem nilai sama berdasarkan pada
pengalaman hidup dan situasi. Subbudaya termasuk nasionalitas, agama,
kelompok ras, dan wilayah geografi.
3) Kelas sosial, hampir setiap masyarakat mempunyai semacam bentuk struktur
kelas sosial. Kelas sosial adalah kelompok masyarakat yang relatif permanen
dan teratur dengan para anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan tingkah laku
yang serupa.
46
b. Faktor-faktor Sosial
Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti
kelompok kecil, keluarga, serta peran dari status sosial konsumen.
1) Kelompok
(a) Kelompok Keanggotaan, tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh banyak
kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung dan
merupakan kelompok primer yang mempunyai interaksi reguler tapi
informal seperti; keluarga, tetangga, dan rekan sekerja. Beberapa
merupakan kelompok sekunder yang mempunyai interaksi lebih formal dan
kurang reguler.
(b) Keluarga acuan, berfungsi sebagai titik perbandingan atau acuan langsung
(tatap muka) atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau tingkah laku
seseorang. Orang seringkali dipengaruhi oleh kelompok acuan yang
dimana ia sendiri tidak menjadi anggotanya. Didalam kelompok acuan ada
pemuka pendapat yaitu orang yang karena keterampilan, pengetahuan,
kepribadian atau karakteristik lain yang special memberi pengaruh pada
yang lainnya.
2) Keluarga
Anggota keluarga dapat sangat mempengaruhi tingkah laku pembeli.
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat dan telah diteliti secara mendalam, pemasar tertarik dalam peran dan
pengaruh suami, isteri, dan anak-anak pada pembelian produk dan jasa.
47
3) Peran Status
Seseorang menjadi anggota banyak kelompok-keluarga, klub, organisasi.
Posisinya dalam setiap kelompok dapat ditentukan dalam bentuk peran dan status.
Peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang yang menurut orang-
orang yang ada disekitarnya. Setiap peran membawa status yang mencerminkan
penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Orang seringkali memilih produk yang
menunjukan statusnya dalam masyarakat.
c. Faktor-faktor Pribadi
(1) Umur dan Tahap daur hidup
Selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi seringkali berhubungan
dengan umur. Proses membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup
keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan
kedewasaanya. Pemasar seringkali menentukan sasaran pasar dalam bentuk
tahap daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai rencana
pemasaran untuk setiap tahap.
(2) Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi proses pembelian barang dan jasa yang
dibelinya. Pemasar berusaha mengenali akan produk dan jasa mereka.
(3) Situasi ekonomi
48
Situasi ekonomi akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang
peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan
pribadi, tabungan, dan tingkat minat.
(4) Gaya hidup
Orang yang berasal dari subbudaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama
mungkin mempunyai gaya hidup yang jauh berbeda. Gaya hidup adalah
pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam psikografik-nya. Gaya
hidup mencakup sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau
kepribadian seseorang, gaya hidup menampilkan pola beraksi dan
berinteraksi seseorang secara keseluruhan di dunia.
(5) Kepribadian dan konsep diri
Kepribadian setiap orang yang jelas mempengaruhi tingkah laku
membelinya. Kepribadian biasanya diuraikan dalam arti sifat-sifat seperti
rasa, percaya diri, dominasi, kemudahan bergaul, otonomi, mempertahankan
diri, kemampuan menyesuaikan diri, dan keagresifan.
Dasar konsep diri adalah bahwa apa yang dimiliki seseorang memberi
kontribusi dan mencerminkan identitas mereka.
49
d. Faktor Psikologis
(1) Motivasi
Motif/dorongan adalah kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan
seseorang mencari kepuasan. Kebutuhan berubah menjadi motif kalau
merangsang sampai tingkat intensitas mencukupi.
(2) Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana orang
bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi. Dua orang dengan
motivasi yang sama dan dalam situasi yang sama mungkin mengambil
tindakan yang jauh berbeda. Persepsi adalah proses yang dilalui orang
dalam memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi guna
membentuk gambaran berarti mengenai dunia. Orang juga dapat
membentuk persepsi berbeda dari rangsangan yang sama karena tiga macam
proses penerimaan indera: perhatian yang selektif, distorsi selektif, dan
ingatan selektif.
(3) Pengetahuan
Dorongan merupakan rangsangan kuat internal yang menyebabkan adanya
tindakan, Dorongan menjadi motif kalau diarahkan pada obyek rangsangan.
Pentingnya praktik dan teori pengetahuan bagi pemasar adalah mereka dapat
membentuk permintaan akan suatu produk dengan menghubungkannya
dengan dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk yang membangkitkan
motivasi, dan memberikan pembenaran positif.
50
(4) Keyakinan dan Sikap
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai
sesuatu. Pemasar tertarik pada keyakinan bahwa orang merumuskan
mengenai produk dan jasa spesifik, karena keyakinan ini menyusun citra
produk dan merek yang mempengaruhi tingkah laku membeli.
Manusia mempunyai sikap terhadap agama, politik, pakaian, musik,
makanan dan hampir segala sesuatu yang lain.
Dalam penelitian ini peneliti tidak akan mengkaji keseluruhan faktor-faktor
tersebut di atas, pembahasan yang berhubungan dengan faktor internal ini akan
tertuju pada pembahasan sub budaya yang mencakup agama, sejauhmana faktor
keyakinan seseorang mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengambil keputusan
pembelian.
Agama yang dianut konsumen bisa mempengaruhi keputusannya untuk
menggunakan suatu produk. Faktor keagaman ini dapat menjadi penentu
keberhasilan pemasaran produk, misalnya labelisasi halal atau haram terhadap suatu
produk makanan, riba atau tidaknya terhadap sistem bunga dalam sistem yang
diterapkan perbankan konvensional.
51
2.2. Perbankan Syariah di Indonesia
2.2.1. Sekilas Perbankan Syariah di Indonesia
Pengembangan system perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam
kerangka dual banking system atau system perbankan ganda dalam kerangka
Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan
yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, system
perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi
dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi
sektor-sektor perekonomian nasional.
Karakteristik system perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip
bagi hasil memberikan alternative system perbankan yang saling menguntungkan
bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi,
investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan
dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi
keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang
beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi
alternative system perbankan yang kredibel dan dapat diminati oleh seluruh golongan
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Dengan telah diberlakukanya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional
52
semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong
pertumbuhannya secara lebih cepat lagi.
1) Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Untuk memberikan pedoman bagi stakeholders perbankan syariah dan
meletakan posisi serta cara pandang Bank Indonesia dalam mengembangkan
perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2002 telah menerbitkan Cetak Biru
Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia. Dalam penyusunannya, telah
mempertimbangkan berbagai aspek secara komprehensif antara lain kondisi actual
industry perbankan syariah nasional beserta perangkat-perangkat terkait, trend
perkembangan industry perbankan syariah di dunia internasional dan perkembangan
system keuangan syariah nasional yang mulai mewujud.
Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia memuat visi, misi
dan sasaran pengembangan perbankan syariah serta sekumpulan inisiatif strategis
dengan prioritas yang jelas untuk menjawab tantangan utama dan mencapai sasaran
dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, yaitu pencapaian pangsa pasar perbankan
syariah yang signifikan melalui pendalaman peran perbankan syariah dalam aktivitas
keuangan nasional, regional dan internasional dalam kondisi mulai terbentukanya
integrasi dengan sector keuangan syariah lainnya.
Dalam jangka pendek, perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada
pelayanan pasar domestik yang potensinya masih sangat besar. Dengan kata lain,
53
perbankan syariah nasional harus sanggup untuk menjadi pemain domestic yang
memiliki kualitas layanan dan kinerja yang bertaraf internasional.
Adapun visi, misi dan sasaran yang ditetapkan Bank Indonesia adalah sebagai
berikut :
Tabel. 2.2. Visi, Misi dan Sasaran Pengembangan Perbankan Syariah Nasional Bank Indonesia
Visi Pengembangan Perbankan Syariah Nasioanl
Terwujudnya system perbankan syariah yang sehat, kuat dan istiqamah terhadap prinsip syariah dalam kerangka keadilan, kemaslahatan dan keseimbangan, guna mencapai masyarakat yang sejahtera secara material dan spiritual (falah)
Misi Pengembangan Perbankan Syariah Nasional
Mewujudkan iklim yang kondusif untuk pengembangan perbankan syariah yang kompetitif, efisien dan memenuhi prinsip kehati-hatian, yang mampu mendukung sector riil melalui kegiatan berbasis bagi hasil dan transaksi riil, dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Sumber : Bank Indonesia, 2008
Sasaran Pengembangan Perbankan Syariah Nasional Bank Indonesia:
1) Terpenuhinya prinsip syariah dalam operasional perbankan syariah 2) Diterapkanya prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan syariah 3) Terciptanya system perbankan syariah yang kompetitif dan efisien 4) Terciptanya stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan bagi masyarakat
luas 5) Meningkatnya kualitas SDM dan tersedianya SDM secara memadai untuk
mendukung pertumbuhan 6) Optimalnya fungsi sosial Bank Syariah melalui perannya dalam memfasilitasi
keterkaitan antara voluntary sector dengan pemberdayaan ekonomi rakyat (dhu’afa, usaha mikro dan kecil)
54
Strategi pengembangan perbankan syariah nasional :
Tabel. 2.3. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah Nasional
Phase 1 (2002-2004) Meletakan fondasi pertumbuhan Phase 2 (2005-2009) Memperkuat Struktur Industri Phase 3 (2010-2012) Memenuhi standar keuangan dan mutu
pelayanan internasional Phase 4 (2013-2015) Menuju integrasi dengan lembaga kuangan
syariah lainya Sumber : Bank Indonesia, 2008
Pada akhirnya, system perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank
Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka
bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Hanya dengan cara demikian,
maka upaya pengembangan system perbankan syariah akan senantiasa dilihat dan
diterima oleh segenap masyarakat Indonesia sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan yang ada dalam mengembangkan dunia usaha.
2) Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah
Sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di
Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif
pengembangan pasar yang meliputi aspek-aspek strategis yaitu penetapan visi 2010
sebagai industry perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru
perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar
secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih beragam, peningkatan layanan,
55
serta strategi komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah sebagai
alternatif aktifitas keuangan masyarakat.
2.2.2 Produk dan Jasa Perbankan Syariah
Perbankan syariah dalam operasionalnya menerapkan prinsip syariah yang
bersumber dari hukum Islam, khususnya aturan muamalat yang mengatur hubungan
antara bank dengan pihak lain dalam rangka penghimpunan dan penyaluran dana
masyarakat.
Saat ini menurut beberapa orang warga masyarakat yang ditemui penulis
memiliki persepsi bahwa pelaksanaan operasional bank syariah sama dengan bank
konvensional. Bank Syariah berbeda dari bank konvensional hanya dari nama atau
merek dan pada penerapan akad pada setiap transaksi yang dilakukan dengan
nasabahnya, persepsi tersebut berkembang hanya sebatas pada tataran masyarakat
yang belum benar-benar menggunakan produk perbankan syariah. Sebenarnya
pendapat dan persepsi beberapa warga masyarakat tersebut tidak sepenuhnya benar
karena pada pelaksanaannya bank-bank syariah benar-benar diawasi oleh suatu
Dewan Pengawas Syariah, dimana tugas utamanya adalah menjaga kemurnian
pelaksanaan syariah dalam pelaksanaan perbankan syariah.
56
2.2.2.1 Produk Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana/pembiayaan merupakan produk inti perbankan
syariah dalam mencari keuntungan yang akan dibagi hasilkan dengan para pemilik
dana/penyimpan dana di Bank. Secara garis besar produk pembiayaan terbagi dalam
empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu:
a. Pembiayaan dengan prinsip Jual Beli
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank
ditentukan di depan dan menjadi bagian dari harga atas barang yang dijual.
Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan
waktu penyerahan barangnya yakni pembiayaan murabahah, pembiayaan salam
dan pembiayaan istisna.
b. Pembiayaan dengan prinsip sewa (ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat, objek transaksinya
adalah jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang
disewakanya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah
muntahhiyah bittamlik (IMBT), sewa yang diikuti dengan berpindahnya
kepemilikan. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.
57
c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
(1) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah dilandasi oleh adanya keinginan para pihak yang
bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara
bersama-sama. Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang
bekerjasama dapat berupa dana, barang perdagangan, kewiraswastaan,
kepandaian/skill, kepemilikan/ property, peralatan/ equipment, dan barang-
barang lainya yang dapat dinilai dengan uang. Ketentuan lainya adalah
semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan
dikelola secara bersama-sama, setiap pemilik modal berhak turut serta
dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
(2) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau
lebih dimana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah
modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam panduan kontribusi
100% modal dari pemilik modal dan keahlian dari mudharib. Transaksi
jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil dari shahib al-maal dalam
manajemen proyek. Sebagai seorang kepercayaan, mudharib harus
bertindak hati-hati dan bertanggungjawab untuk setiap kerugian yang
terjadi akibat kelalaian.
58
d. Pembiayaan dengan akad pelengkap
Akad pelengkap dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan pembiayaan,
akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad
pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk melaksanakan akad ini. Yang termasuk akad pelengkap diantaranya
hiwalah (alih hutang piutang), Rahn (gadai), Qard/pinjaman uang, wakalah
(perwakilan) pemberian kuasa dari nasabah kepada bank, serta kafalah (Garansi
Bank) dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran.
2.2.2.2. Produk Penghimpunan Dana
Merupakan produk dalam menggalang penghimpunan dana masyarakat
dalam bentuk rekening Koran, tabungan dan deposito. Prinsip syariah yang
diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan
mudharabah.
a. Prinsip Wadiah: diterapkan pada produk rekening Koran, dimana bank sebagai
pihak yang dititipi bertanggunjawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh
memanfaatkan harta titipan tersebut.
b. Prinsip Mudharabah: dalam aplikasinya penyimpan dana bertindak sebagai
shahib al maal dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana shahib al maal
tersebut dapat digunakan bank untuk melakukan fungsi intermediasi dengan
menyalurkan dana masyarakat tersebut pada aktifitas yang produktif. Dari hasil
59
usaha ini akan dibagi hasilkan kepada pemilik dana berdasarkan nisbah yang
disepakati.
2.2.2.3. Produk Jasa
Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries antara pihak yang
membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki dana, bank syariah dapat pula
melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabahnya dengan mendapat
imbalan berupa sewa atau keuntungan/fee, jasa perbankan syariah diantaranya sharf
(jual beli valuta asing) dan ijarah (sewa) antara lain penyewaan kotak simpanan
(SDB) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian), bank mendapat
imbalan dari sewa tersebut.
2.2.3 Teknologi Informasi Perbankan
Pengertian Sistem Teknologi Informasi menurut Kadir (2005:9) dalam
bukunya pengenalan teknologi informasi mendefinisikan teknologi informasi adalah
system yang terbentuk sehubungan dengan penggunaan Teknologi Informasi.
Komponen yang digunakan dalam teknologi informasi meliputi 3 komponen
diantaranya perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan komponen
orang (brainware).
60
Menurut Jogiyanto (2005:7) dalam, Sistem Teknologi Informasi, teknologi
informasi adalah teknologi komputer, teknologi telekomunikasi dan teknologi apapun
yang dapat memberikan nilai tambah untuk organisasi.
Masih menurut Jogiyanto (2005:18), teknologi informasi memiliki peran yang
sangat vitral dan membantu proses pengambilan keputusan yang cepat di dalam suatu
organisasi diantaranya:
a) Efisiensi: proses pengolahan transaksi oleh manusia digantikan dengan sistem
teknologi informasi, peran efisiensi lainnya di capai dengan PCS (process control
system) yang menggantikan manusia dengan teknologi di proses produksi.
b) Efektifitas: dapat dicapai dengan SIM, DSS, GSS, GIS, ES, EIS, dan ANN.
Sistem-sistem teknologi informasi ini menyediakan informasi bagi para manager
di organisasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan mereka dengan
lebih efektif. Lebih efektif karena pengambilan keputusan didasarkan dengan
informasi yang akurat, tepat waktu dan relevan.
c) Komunikasi dan kolaborasi dicapai dengan menerapkan OAS (Office
Automation System) yang akan mengintegrasikan pengguna sistem teknologi
informasi termasuk para manager secara elektronik. Peningkatan komunikasi
dicapai dengan menggunakan e-mail dan chat. Peningkatan kolaborasi dicapai
dengan menggunakan video conference dan teleconference.
d) Untuk meningkatan daya kompetisi, peran ini dicapai dengan menggunakan
strategic information system (SIS). SIS merupakan sistem-sistem teknologi
61
informasi dan teknologi informasi apapun di dalam organisasi untuk
mengimplementasikan strategi untuk keunggulan kompetisi.
Masih menurut Jogiyanto (2005: 42) Perbankan Elekronik/E-banking adalah
salah satu sektor yang terpengaruh oleh perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di sektor perbankan
nasional relatif lebih maju dibandingkan sektor lainnya. Perbankan elektronik
mencakup wilayah yang luas dari teknologi yang berkembang pesat akhir-akhir ini,
beberapa diantaranya terkait dengan layanan perbankan di garis depan, seperti ATM
dan komputerisiasi (sistem) perbankan, dan beberapa kelompok lainnya bersifat garis
belakang, yaitu teknologi-teknologi yang digunakan oleh lembaga keuangan,
merchant, atau penyedia jasa transaksi.
Berbagai jenis teknologi informasi perbankan menunya Jogiyanto (2005: 67)
diantaranya meliputi:
Anjungan Tunai Mandiri (Automated Teller Machine)
Sistem Aplikasi Perbankan (Banking Application System)
Sistem Penyelesaian Bruto Waktu-Nyata (Real-Time Gross Settlement
System)
Perbankan Daring (Internet Banking)
Sistem Kliring Elektronik Sumber : http://mycopypast.blogspot.com/
62
Bank Indonesia sendiri lebih sering menggunakan istilah Teknologi Sistem
Informasi Perbankan untuk semua terapan teknologi informasi dan komunikasi dalam
layanan perbankan, atau lebih populer dengan istilah perbankan elektronik (electronic
banking)
Saat ini menurut pengalaman empiris penulis bahwa sebagian besar layanan
perbankan elektronik terkait langsung dengan rekening bank. Jenis perbankan
elektronik yang tidak terkait rekening biasanya berbentuk nilai moneter yang
tersimpan dalam basis data atau dalam sebuah kartu (cip dalam kartu pintar). Dengan
semakin berkembangnya teknologi dan kompleksitas transaksi, berbagai jenis
perbankan elektronik semakin sulit dibedakan karena fungsi dan fiturnya cenderung
terintegrasi atau mengalami konvergensi. Sebagai contoh, sebuah kartu plastik
mungkin memiliki magnetic strip yang memungkinkan transaksi terkait dengan
rekening bank, dan juga memiliki nilai moneter yang tersimpan dalam sebuah chip.
Berdasarkan informasi diatas penulis menyimpulkan bahwa teknologi
informasi perbankan di Indonesia dewasa ini mengalami kemajuan yang luar biasa,
dimana nasabah bisa malakukan transaksi secara online dengan bank lainya baik
dalam satu kota maupun antar kota seluruh Indonesia secara real time baik melalui
ATM, mobile banking, internet banking, phone banking dan lain-lain. Dimana
sebelumnya transaksi tersebut memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang
63
cukup besar. Pemanfaatan teknologi informasi benar-benar dirasakan oleh nasabah
yang menggunakan jasa perbankan saat ini.
Dengan teknologi perbankan tersebut telah menjadikan transaksi perbankan
semakin mobile yang pada ujungnya mempercepat transaksi sektor riil menjadi lebih
mudah dan mempercepat perpindahan arus dana, barang dan jasa antar daerah.
Dampak lainnya masyarakat dimanapun semakin melek dengan teknologi informasi
perbankan yang semakin memanjakan nasabahnya.
2.3 Kerangka Pemikiran
Dengan memperhatikan fakta yang ada, perbankan syariah di Indonesia dimulai
sejak tahun 1991 dengan lahirnya Bank Muamalat Indonesia. Regulasi yang
dikeluarkan baik oleh pemerintah maupun oleh Bank Indonesia semakin lengkap dan
sangat kondusif untuk mendukung pertumbuhan perbankan syariah dengan potensi
market yang sangat besar dimana mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim.
Namun potensi market tersebut belum menjadi real demand bagi perbankan syariah
yang terlihat dari market share yang dikuasai oleh perbankan syariah secara nasional
baru mencapai kurang dari 3% dibanding perbankan konvensional.
Market share perbankan syariah yang masih sangat kecil menunjukkan adanya
gap yang cukup besar antara perbankan syariah dengan minat warga Muhammadiyah
dalam memilih produk perbankan syariah. Dengan demikian memerlukan
64
indentifikasi dan analisis lebih mendalam mengenai bauran pemasaran produk
perbankan syariah pada warga Muhammadiyah Kota Bandung.
Dalam proses pembelian atau pemilihan produk, seorang konsumen akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor ekternal untuk mengambil keputusannya
menggunakan suatu produk atau jasa. Faktor eksternal dikenal pula dengan bauran
pemasaran, menurut Ratih Hurriyati (2010: 40) yang mengutip dari Kotler terdapat
7P bauran pemasaran yang meliputi produk, price, place, promotion, people, Physical
evidence, dan proses yang dapat mempengaruhi konsumen dalam pengambilan
keputusan pembelian. Selain faktor tersebut konsumen dalam mengambil keputusan
pembelian menggunakan juga motif pembelian. Terdapat dua buah motif dalam
melakukan proses pembelian yaitu adanya motif rasional dan motif emosional. Motif
rasional lebih mengandalkan akal sehat, layak tidaknya membeli suatu produk
berdasarkan pertimbangan perhitungan yang tepat, logik dan dapat diperhitungkan
secara matematis untung ruginya menggunakan produk tersebut. Sedangkan motif
emosional lebih mengedepankan perasaan dalam pengambilan keputusannya tanpa
memperhitungkan untung ruginya. Konsumen dalam hal memilih perbankan syariah
secara emosional dilandasi oleh prinsip-prinsip perbankan syariah yang tidak
menggunakan system bunga dalam setiap transaksinya karena memandang konsep
bunga sebagai riba, dimana dalam ajaran agama Islam riba merupakan praktek yang
diharamkan atau dilarang.
65
Dengan demikian diperlukan analisis lebih lanjut mengenai bagaimana bauran
pemasaran produk perbankan syariah pada warga muhammadiyah di kota Bandung.
Dengan landasan pelarangan system riba dalam aktifitas perbankan maka
seharusnya secara otomatis warga Muhammadiyah akan memilih perbankan syariah
dalam melaksanakan transaksi perbankan. Faktanya bahwa perbankan syariah yang
ada saat ini khususnya di kota Bandung belum menjadi daya tarik warga
Muhammadiyah dalam memilih untuk bertransaksi dengan perbankan maka penulis
memandang masih ada hal-hal lain yang memerlukan analisis lebih lanjut mengenai
masih rendahnya warga Muhammadiyah menggunakan jasa perbankan syariah, dalam
hal ini penulis ingin menganalisis dari sudut pandang bauran pemasaran produk
perbankan syariah pada warga Muhammadiyah kota Bandung. Kehadiran perbankan
syariah tidak secara otomatis membuat warga Muhammadiyah beralih menggunakan
produk dan jasa perbankan syariah.
Dengan landasan teori dari Philip Kotler (2009: 23) dalam bukunya Manajemen
Pemasaran akan membantu penulis dalam menganalisa bauran pemasaran produk
perbankan syariah pada warga Muhammadiyah di kota Bandung yang akan
digunakan dalam penelitian ini.
Ketujuh teori bauran pemasaran menurut Kotler (2009: 23) tersebut adalah:
a) Produk perbankan yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan menjadikan
konsumen loyal menggunakan produk tersebut dan secara otomatis konsumen
66
tersebut akan menjadi marketing yang handal bagi perbankan yang memiliki
produk tersebut. Konsumen akan mengajak rekan-rekannya untuk menggunakan
suatu produk bank karena pengalamanya puas dengan produk tersebut.
b) Place, atau lokasi perbankan yang strategis akan mendorong konsumen untuk
membeli produk. Tidak hanya lokasi yang strategis namun meliputi pula jaringan
kantor cabang yang luas akan mempermudah konsumen dalam menjangkau
jaringan transaksi.
c) Price, faktor harga merupakan faktor yang sensitif bagi konsumen, dengan harga
yang kompetitif dan benefit yang banyak maka persaingan memperebutkan
pangsa pasar akan bisa di menangkan.
d) Promotion, adalah faktor yang tidak kalah penting dalam mengenalkan produk
perbankan syariah kepada masyarakat luas. Faktor ini merupakan faktor yang
mengkomunikasi antara pemilik produk dengan konsumen, dengan penyampaian
promosi yang tepat akan memudahkan produk tersebut mudah diterima dan
dikenal masyarakat.
e) People, faktor people merupakan faktor utama dalam pengambilan keputusan
pembelian, selain itu people sebagai pelaku yang memainkan peranan dalam
penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Faktor people
terdiri dari pegawai perusahaan, konsumen dan konsumen lain dalam lingkungan
jasa. Faktor people sebagai karyawan dari penjual jasa segala sikap dan tindakan
67
karyawan bersangkutan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen atau
kebehasilan penyampaian jasa/produk yang dijual.
f) Physical evidence, Faktor sarana fisik, secara nyata turut mempengaruhi
keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan jasa yang ditawarkan.
Sarana fisik yang memadai dan representatif dapat menjadi daya tarik konsumen
untuk mengetahui lebih jauh sebelum mengambil keputusan untuk membeli.
g) Process, faktor proses, sangat erat kaitannya dengan pelayanan yang diberikan,
cepat dan akurat merupakan keinginan yang didambakan oleh konsumen.
Prosedur internal perusahaan atau standar operating procedure/SOP yang simple,
prudent dan tidak berbelit turut mempengaruhi budaya dan pelayanan kepada
konsumen.
Atas dasar tersebut diatas, maka penulis membuat kerangka pemikiran
penelitian seperti terlihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4.
Kerangka Pemikiran
68
2.4 Hipotesis
Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan,
maka hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah :
“Bauran pemasaran produk perbankan syariah pada warga Muhammadiyah kota
Bandung belum diterapkan secara maksimal dan konsisten oleh perbankan.”