Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
2.1.1 Pengertian Sistem Manajemen Mutu
a. Sistem
Sistem adalah sekumpulan unsur / elemen
yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam
melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu
tujuan. Sistem menurut Jogianto (2005: 2) adalah
kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini
menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan
yang nyata, seperti tempat, benda dan orang-orang
yang betul-betul ada dan terjadi.
Komponen atau Karakteristik sistem adalah
bagian yang membentuk sebuah sistem, diantaranya:
Objek, merupakan bagian, elemen atau variabel.
Ia dapat berupa benda fisik, abstrak atau
keduanya.
Atribut, merupakan penentu kualitas atau sifat
kepemilikian sistem dan objeknya.
Hubungan internal, merupakan penghubungan
diantara objek-objek yang terdapat dalam sebuah
sistem.
Lingkungan, merupakan tempat dimana sistem
berada.
Tujuan, Setiap sistem memiliki tujuan dan
tujuan inilah yang menjadi motivasi yang
mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem
menjadi tidak terkendali. Tentu tujuan antara
satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.
Masukan, adalah sesuatu yang masuk ke dalam
sistem dan selanjutnya menjadi bahan untuk
diproses. Masukan tersebut dapat berupa hal-hal
yang tampak fisik (bahan mentah) atau yang
tidak tampak (jasa).
Proses, adalah bagian yang melakukan
perubahan dari masukan menjadi keluaran yang
berguna dan lebih bernilai (informasi) atau yang
tidak berguna (limbah)
Keluaran, adalah hasil dari proses. Pada sistem
informasi berupa informasi atau laporan, dsb
Batas, adalah pemisah antara sistem dan daerah
luar sistem. Batas disini menentukan
konfigurasi, ruang lingkup atau kemampuan
sistem. Batas juga dapat diubah atau dimodifikai
sehingga dapat merubah perilaku sistem.
Mekanisme pengendalian dan umpan balik,
digunakan untuk mengendalikan masukan atau
proses. Tujuannya untuk mengatur agar sistem
berjalan sesuai dengan tujuan.
Syarat-syarat sistem :
1. Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan
masalah.
2. Elemen sistem harus mempunyai rencana yang
ditetapkan.
3. Adanya hubungan diantara elemen sistem.
4. Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi
dan material) lebih penting dari pada elemen
sistem.
5. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan
elemen.
b. Manajemen
Menurut Manullang (2006: 5) manajemen
merupakan sebuah seni dan ilmu perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan
pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan. Pengelolaan yang berkaitan dengan
pembelajaran merupakan alternatif yang paling tepat
untuk mewujudkan sekolah mandiri dan memiliki
keunggulan (Sagala, 2007: 52). Pengelolaan pendidikan
yang sekarang sedang dikembangkan
berkecenderungan memberikan otonomi yang
bertumpu pada masyarakat atau sekolah.
Mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan
sekolah sebagai upaya untuk meringankan beban
pemerintah ketika-semakin tidak mencukupi dalam
pendanaan sekolah.
Dengan demikian untuk mewujudkan
pendidikan yang bermutu tinggi diperlukan pengelolaan
pendidikan yang bermutu pula. Dalam mewujudkan
pendidikan yang bermutu itu diperlukan pengelolaan
pendidikan yang profesional. Personil pengelola
pendididkan yang profesional harus memenuhi syarat
kuantitatif dan kualitatif, memiliki karakteristik spesifik
yang berbeda dari personil manajemen pendidikan yang
kurang profesional dan tenaga pengelola di bidang
profesi-profesi yang lain (Mantja, 2008: 23).
Sule dan Saefullah (2010: 6) mengartikan
manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan
untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui
rangkaian kegiatan berupa perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya.
Dari berbagai definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa Manajemen atau pengelolaan
adalah suatu proses kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, penyususnan,
pengarahan, pengendalian, serta pengawasan atau
pengontrolan terhadap sumber daya yang berada di
dalam organisasi, baik sumber daya manusia, sarana
dan prasarana, sumber dana maupun sumber daya
lainnya tanpa untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya secara efektif dan efesien.
c. Mutu
Kata mutu mempunyai banyak definisi yang
berbeda dan bervariasi. Vincent Gaspersz (2011: 4)
mendefinisikan mutu secara umum dan khusus.
Definisi secara umum menggambarkan karakteristik
langsung dari suatu produk seperti : performanci
(performance), keandalan (reliability), mudah dalam
penggunaan (ease of use), estetika (esthetich), dan
sebagainya. Pengertian yang lebih khusus adalah
segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau
kebutuhan pelanggan. Mutu merupakan keinginan
pelanggan, mutu yang tinggi merupakan suatu kunci
untuk suatu rasa kebanggaan, tingkat produktivitas
dan cermin kemampuan dalam suatu penghasilan.
Tujuan mutu harus merupakan produk dan jasa yang
dapat memberikan kepuasan bagi pelanggannya. Sallis
(2012: 56) menyatakan bahwa, mutu adalah sesuatu
yang memuaskan dan melampaui keinginan dan
kebutuhan pelanggan. Pelanggan merupakan pihak
yang membuat keputusan terhadap mutu dan
membuat penilaian dengan merujuk terhadap produk
terbaik yang bisa bertahan dalam persaingan.
Mutu pendidikan adalah derajat keunggulan
dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien
untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstra
kurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus
untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan
jenjang pendidikan tertentu.
I-Chao Lee (2010:58) mengungkapkan bahwa:
Education Quality as: that which can subtain a targeted level that is publically identified and expected. Specifically, education quality encompasses policy and regulation, administration and system, education objectivies, education content, education
process, and education results.
Secara khusus, mutu pendidikan meliputi
kebijakan dan regulasi, administrasi dan sistem, tujuan
pendidikan, isi pendidikan, proses pendidikan, dan
hasil pendidikan. Mutu dalam pendidikan bukanlah
barang akan tetapi layanan, dimana mutu harus dapat
memenuhi kebutuhan, harapan, dan keinginan semua
pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada
peserta didik (leaners). Mutu pendidikan berkembang
seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan
yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi
yang melekat pada wujud pengembangan kualitas
sumber daya manusia.
Benon (2010: 13) menyatakan “Quality
learning is a function of the three elements that can
improve quality in education, and these include the
teacher, the learner, and the curriculum”. Sedangkan
menurut Isjoni (2006: 22-23), dalam pembangunan
pendidikan hendaknya diarahkan kepada beberapa
sektor yang merupakan kebutuhan mendasar, karena
langsung memberikan dampak terhadap peningkatan
mutu pendidikan.
Beberapa aspek yang harus dilakukan
perbaikan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah
sebagai berikut
a. Sarana dan prasarana pendidikan, meliputi
pembangunan ruang belajar, renovasi dan
rehabilitasi ruang belajar beserta pendukungnya,
ruang laboratorium, perpustakaan, komputer,
termasuk ruang guru, kepala sekolah, tata usaha,
penjaga sekolah, toilet guru dan siswa;
b. Sarana dan prasarana pembelajaran, berkaitan
dengan alat dan media pembelajaran, untuk mata
pelajaran IPA, IPS, bahasa, dan mata pelajaran
lainnya. Selanjutnya alat praktik laboratorium,
buku-buku pegangan guru dan siswa di semua
jenjang dan jenis pendidikan, serta buku-buku
untuk perpustakaan;
c. Pembangunan SDM. Kondisi SDM yang masih
rendah perlu ditingkatkan melalui kualitas
pendidikannya.
d. Pembangunan sektor pendidikan luar sekolah.
Mengingat jumlah anak putus sekolah cukup
tinggi. Bagi mereka yang tidak ingin melanjutkan
sekolah, diberikan kesempatan untuk mengikuti
kursus ketrampilan yang sesuai dengan
kemampuannya yang diselenggarakan melalui
PLS;
e. Pembangunan life sklill mulai SD, SMP, dan SMA.
Hal ini dapat dijadikan sebagai modal bagi
mereka yang tidak mampu melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi, dengan membuka
usaha sendiri.
Berdasarkan definisi tentang mutu, maka
dapat disimpulkan bahwa mutu adalah segala sesuatu
yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan
pelanggan sehingga memberikan kepuasan atas
penggunaan suatu produk. Mutu selalu berfokus pada
pelanggan, sehingga produk-produk didesain,
diproduksi, serta pelayanan diberikan untuk memenuhi
keinginan pelanggan. Mutu mengacu kepada segala
sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan karena
suatu produk yang dihasilkan dapat dikatakan bermutu
apabila sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat
dimanfaatkan dengan baik, serta diproduksi dengan cara
yang baik dan benar.
d. Manajemen Mutu
Menurut Hadari Nawawi (2005: 46) bahwa:
“Manajemen Mutu adalah Manajemen
fungsional dengan pendekatan yang secara terus menerus difokuskan pada peningkatan
kualitas, agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat yang dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan
umum (public servise) dan pembangunan masyarakat (community development)”.
Edward Sallis (2012: 73) menyatakan bahwa:
“Manajemen mutu adalah sebuah filosofi
tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi dalam memenuhi
kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang.”
Berdasarkan beberapa pengertian tentang
manajemen mutu dapat ditarik kesimpulan bahwa
manajemen mutu adalah aktivitas dan fungsi
manajemen secara keseluruhan yang menentukan
kebijaksanaan mutu, tujuan-tujuan dan tanggung
jawab serta mengimplementasikannya melalui alat-alat
seperti perencanaan mutu (quality plannning),
pengendalian mutu (quality control), jaminan mutu
(quality assurance) dan peningkatan mutu (quality
improvement) dalam memenuhi kebutuhan, keinginan,
dan harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk
masa yang akan datang. Manajemen mutu berfokus
pada perbaikan terus menerus untuk memenuhi
kepuasan pelanggan dan berorientasi pada proses yang
mengintegrasikan semua sumber daya manusia,
pemasok dan para pelanggan di lingkungan
perusahaan.
e. Sistem Manajemen Mutu
Sistem Manajemen Mutu adalah suatu
tatanan yang menjamin tercapainya tujuan dan
sasaran‐sasaran mutu yang direncanakan. Sistem
manajemen mutu juga diartikan suatu tatanan yang
menjamin kualitas output dan proses
pelayanan/produksi. Sistem Manajemen Mutu
merupakan sistem yang digunakan untuk menetapkan
kebijakan atau pernyataan resmi oleh manajemen
puncak berkaitan dengan perhatian dan arah
organisasinya di bidang mutu dan sasaran mutu
(segala sesuatu yang berkaitan dengan mutu dan
dijadikan sasaran target pencapaian dengan penetapan
ukuran atau kriteria pencapaiannya. Sistem
Manajemen Mutu (Quality Management System-QMS)
menurut Gaspersz (2008: 268) yaitu merupakan
sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-
praktek standar untuk manajemen sistem yang
bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan
produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan
persyaratan tertentu yang ditentukan oleh pelanggan
dan organisasi.
2.1.2 Pengertian Sistem Manajemen Mutu ISO
9001: 2008
a. Sejarah ISO 9001:2008
ISO 9000 dikeluarkan oleh International
Organization for Standardization (ISO), badan swasta
internasional untuk standarisasi yang berkedudukan di
Jenewa Swiss. Secara organisatoris disebutkan bahwa
tujuan badan ini adalah mengembangkan standarisasi
dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan untuk
memudahkan pertukaran barang dan jasa serta
mengembangkan kerja sama dalam suasana yang
bersifat intelek, saintifik, teknologis, dan ekonomis. Di
dalam badan ISO terdapat sejumlah panitia teknis
(technical commite, disingkat TC) yang bertugas
membuat standarisasi yang kelak diterapkan oleh
setiap negara anggota. Salah satu panitia teknis
tersebut disebut TC 176 yang bertugas untuk
menyerasikan berbagai sistem mutu di dunia. TC 176
inilah yang kemudian melahirkan ISO 9000 pada bulan
Maret 1987.
TC 176 menetapkan siklus peninjauan guna
menjamin bahwa standar-standar ISO 9000 akan
menjadi up to date dan relevan untuk organisasi. Revisi
terhadap standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun
1994, 2000, dan 2008. Rudi Suardi (2003: 34)
mengungkapkan bahwa perubahan secara signifikan
terjadi pada ISO 9001:2000 karena terjadi penggantian
20 elemen standar menjadi 4 elemen standar yaitu
tanggung jawab manajemen, manajemen sumber daya,
manajemen proses dan pengukuran, analisis dan
peningkatan. Terbitnya ISO 9001 versi 2008 tidak
memunculkan persyaratan baru dan tidak ada
perubahan yang signifikan pada versi ini. Revisi yang
dilakukan adalah untuk mempertegas pernyataan-
pernyataan dalam standar yang dianggap perlu untuk
dijelaskan. ISO 9001:2008 diadopsi oleh BSN (Badan
Standar Nasional) menjadi Standar Nasional Indonesia
(SNI) 19-9000- 2009.
b. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
ISO 9001:2008 adalah Sistem Manajemen
Mutu untuk mengarahkan dan mengontrol organisasi
berkaitan dengan mutu. Standar yang diciptakan
untuk mengendalikan kualitas suatu produk, sejak dari
perancangan produk hingga pada pengetesan produk
tersebut. ISO 9001 sebenarnya dimulai dari kebutuhan
akan standar mutu produk industri manufaktur,
namun telah diterjemahkan ke dalam produk lembaga
pendidikan. ISO 9001:2000 adalah Sistem Manajemen
Mutu Terpadu yang merupakan versi dari seri ISO
9000:2000 yang diluncurkan pada tahun 2000, dan
versi tersebut diperbaharui pada tahun 2008 dengan
seri ISO 9001:2008 ISO 9000 adalah suatu standar
internasional untuk sistem manajemen kualitas yang
berupa struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur-
prosedur, proses-proses dan sumber-sumber daya
untuk penerapan manajemen kualitas (Vincent
Gaspersz 2008: 283)
Dari beberapa pengertian di atas penulis
berpendapat bahwa Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008 merupakan prosedur terdokumentasi dan
praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang
bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan
produk (barang/jasa) terhadap kebutuhan atau
persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau
persyaratan tertentu tersebut ditentukan atau
dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi. ISO
9001:2008 merupakan suatu standar internasional
untuk sistem manajemen kualitas. Pada sistem
manajemen kualitas ISO 9001:2008 ini mengharuskan
perusahaan untuk menetapkan rencana-rencana dan
menerapkan proses-proses pengukuran, pemantauan,
analisis, dan peningkatan yang diperlukan agar
menjamin kesesuaian dari produk, menjamin
kesesuaian dari sistem manajemen kualitas, dan
meningkatkan terus-menerus efektifitas dari sistem
manajemen kualitas.
c. Manfaat Penerapan ISO 9001:2008), yaitu:
Menurut Djatmiko dan Jumaedi (2011: 3-4),
manfaat penerapan SMM ISO adalah
(1) meningkatkan daya saing keluaran/ lulusan yang dihasilkan sehubungan dengan
era global yang tidak mengenal batas wilayah (borderless world) (2) merupakan jaminan
kualitas output dan proses yang konsisten (3) meningkatkan produktivitas, efisiensi, efektifitas operasional, dan mengurangi biaya
yang ditimbulkan karena layanan yang buruk/cacat (reject) atau layanan bermutu
rendah, (4) sistem kerja menjadi standar kerja
yang terdokumentasi, (5) meningkatkan motivasi, moral dan kinerja karyawan karena adanya kejelasan tugas dan wewenang (job description) serta hubungan antar bagian yang terkait (6) sebagai alat analisa pesaing
(7) meningkatkan hubungan saling menguntungkan dengan pengguna lulusan (8) meningkatkan komunikasi internal, (9) Nilai
kompetisi dan image positif institusi (10) peningkatan terhadap pengendalian
manajemen resiko, dengan konsistensi secara terus menerus dan adanya kemampuan telusur suatu keluaran lulusan dan
pelayanan.
Djatmiko dan Jumaedi (2011: 7-9)
mengatakan bahwa ISO 9001:2008 memiliki beberapa
prinsip/klausal dan kunci sukses agar penerapan
sistem manajemen mutu berjalan efektif. Kedelapan
prinsip tersebut adalah (1) berfokus pada pelanggan
(customer focus), (2) Kepemimpinan (leadership);
Pemimpin berfungsi sebagai leader dalam mengawal
implementasi sistem bahwa semua gerak organisasi
selalu terkontrol dalam satu komando dengan
komitmen yang sama dan gerak yang sinergi pada
setiap elemen organisasi. Pemimpin harus menciptakan
dan memelihara lingkungan internal dimana karyawan
dapat terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan
organisasi, (3) Keterlibatan Karyawan/semua orang
dalam organisasi, (4) Pendekatan Proses; Pendekatan
dipetakan melalui business process sehingga
pemborosan karena proses yang tidak perlu bisa
dihindari atau sebaliknya. Bila ada proses yang tidak
terlaksana karena pelaksanaan yang tidak sesuai
dengan flow process itu sendiri akan berdampak pada
hilangnya kepercayaan pelanggan, (5) Pendekatan
sistem pada manajemen; pendekatan pengelolaan
(manajemen) proses bukan sekedar menghilangkan
masalah yang terjadi, karena itu konsep Kaizen,
continual improvement sangat ditekankan. Pola
pengelolaannya bertujuan memperbaiki cara dalam
menghilangkan akar (penyebab) masalah dan
melakukan perbaikan untuk menghilangkan potensi
masalah, (6) Peningkatan yang berkesinambungan;
merupakan roh implementasi ISO 9001:2008, (7)
Pendekatan faktual untuk pengambilan keputusan;
setiap pengambilan keputusan selalu didasarkan pada
fakta dan data. Tidak ada data (bukti implementasi)
sama dengan tidak dilaksanakannya sistem ISO
9001:2008, (8) Hubungan pelanggan yang bermanfaat
bagi kedua pihak; kerjasama yang saling
menguntungkan dengan pengguna lulusan.
2.2 Evaluasi Implementasi Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008
2.2.1 Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian dari sistem
manajemen yaitu perencanaan, organisasi,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi,
maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek
evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta
hasilnya. Menurut Stufflebeam dalam Daryanto (2007:
84), evaluasi adalah “the process of delineating,
obtaining, and providing useful information for judging
decision alternatives," Artinya evaluasi merupakan
proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan
informasi yang berguna untuk merumuskan suatu
alternatif keputusan. Masih dalam Daryanto (2007: 84),
Worthen dan Sanders mendefenisikan “evaluasi sebagai
usaha mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu
yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang
suatu program, produksi serta alternatif prosedur
tertentu”.
Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur
ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan,
selanjutnya menyajikan informasi dalam rangka
pengambilan keputusan terhadap implementasi dan
efektifitas suatu program. Evaluasi meliputi mengukur
dan menilai yang digunakan dalam rangka
pengambilan keputusan. Hubungan antara pengukuran
dan penilaian saling berkaitan. Mengukur pada
hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan
atau atas dasar ukuran atau kriteria tertentu (meter,
kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran
bersifat kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu.
Sedangkan menilai itu mengandung arti, mengambil
keputusan terhadap sesuatu yang berdasarkan pada
ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau
bodoh dan sebagainya. Dan penilaian bersifat kualitatif.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Arikunto (2010 : 3) bahwa mengukur adalah
,membandingkan sesuatu dengan satu ukuran (bersifat
kuantitatif), menilai adalah mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik
buruk (bersifat kualitatif), dan evaluasi meliputi kedua
langkah tersebut di atas. Dengan demikian evaluasi
tidak selalu melalui proses mengukur baru melakukan
proses menilai tetapi dapat pula evaluasi langsung
melalui penilaian saja.
2.2.2 Evaluasi Pendidikan
Menurut PP No 19 Tahun 2005 dikatakan bahwa
evaluasi pendidikan meliputi evaluasi kinerja
pendidikan yang dilakukan oleh satuan pendidikan
sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Ditambahkan juga bahwa evaluasi pendidikan
dilakukan oleh lembaga evaluasi mandiri yang dibentuk
masyarakat atau organisasi profesi untuk menilai
pencapaian Standar Nasional Pendidikan. Oleh karena
itu yang dimaksud evaluasi dalam penelitian ini adalah
proses untuk mengetahui apakah Sistem Manajemen
Mutu ISO 9000 di SMA N 1 Boja Kendal telah
terlaksana secara efektif dengan melihat komponen-
komponen program yang ada. Evaluasi bermanfaat
terutama bagi pengambil keputusan karena dengan
masukan hasil evaluasi program pengambil keputusan
akan menentukan tindak lanjut dari program yang
sedang atau telah dilaksanakan.
2.2.3 Evaluasi Program
Dalam dunia pendidikan, evaluasi program
merupakan kegiatan utama yang juga penting
dilaksanakan. Sebelum melihat lebih jelas tentang
evaluasi program, perlu mengetahui lebih jelas definisi
program. Menurut Arikunto dan Jabar (2010: 4) bahwa
program merupakan kegiatan yang berkesinambungan
karena melaksanakan suatu kebijakan. Dikatakan juga
bahwa program adalah suatu unit atau kesatuan
kegiatan maka program merupakan suatu sistem, yaitu
rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu
kali tetapi berkesinambungan. Evaluasi program
sendiri menutut Tyler di Arikunto dan Jabar (2010: 5)
adalah proses untuk mengetahui agar tujuan
pendidikan sudah dapat terealisasikan. Cronbach dan
Stufflebeam dalam Arikunto juga mengatakan bahwa
evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi
untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.
2.2.4 Evaluasi Model CIPP
Dalam penelitian evaluatif tentang pelaksanaan
Sistem Manajemen Mutu ISO ini, model evaluasi yang
akan digunakan adalah model CIPP (Context, Input,
Process, Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam
dan kawan-kawan. Model ini memandang program yang
dievaluasi sebagai sebuah sistem, dimana keempat
unsur tersebut (konteks, input, proses, dan produk)
merupakan suatu rangkaian yang utuh. Akan tetapi
dalam pelaksanaannya seorang evaluator tidak harus
mengevaluasi semua unsur tersebut jika memang
kepentingan evaluasi hanya berkaitan dengan salah satu
atau sebagian unsur saja di dalam suatu program.
Dalam penelitian ini model CIPP (Context, Input,
Process, Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam
dan kawan-kawan menjadi fokus penelitian ini.
Pertimbangan yang ada bahwa penelitian ini berfokus
pada evaluasi dan bahwa pendekatan ini melihat
program/proyek sebagai suatu sistem sehingga jika
tujuan program tidak tercapai, bisa dilihat di proses
bagian mana yang perlu ditingkatkan. Evaluasi dengan
menggunakan model CIPP Stufflebeam juga membantu
dalam proses pengambilan keputusan yang berguna
bagi kepentingan lembaga dalam hal ini lembaga
pendidikan.
Model evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang
terdiri dari empat komponen evaluasi yaitu context,
input, process, dan product. Komponen model evaluasi
CIPP pada dasarnya merupakan komponen dari prosesi
sebuah kegiatan. CIPP merupakan singkatan dari
context evaluation artinya evaluasi terhadap konteks,
input evaluation artinya evaluasi terhadap masukan,
process evaluation artinya evaluasi terhadap proses,
dan product evaluation artinya evaluasi terhadap hasil.
Menurut Stufflebeam sebagaimana dikutip oleh
Popham (2001: 23), model evaluasi CIPP dapat
menghasilkan rekomendasi bagi 4 (empat) macam tipe
keputusan pendidikan, yaitu: 1) keputusan untuk
menentukan tujuan pendidikan, 2) keputusan untuk
menentukan desain prosedur pembelajaran, 3)
keputusan untuk memperbaiki prosedur, dan 4)
mengkaji ulang keputusan berdasarkan reaksi dan
dampak yang dihasilkan oleh prosedur.
2.2.5 Evaluasi Implementasi Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2008
Menurut Stuflebeam dalam Daryanto (2007:1)
evaluasi merupakan proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna
untuk menilai alternatif keputusan. Model evaluasi
yang digunakan dalam penelitian di SMA N 1 Boja
Kendal yaitu Model CIPP Stufflebeam, didefinisikan
sebagai berikut;
a. Evaluasi Konteks
Tujuan utama evaluasi konteks adalah
mengkaji status objek secara menyeluruh,
mengidentifikasi kekurangan, mengidentifikasi
kekuatan yang ada dan dapat digunakan untuk
menutupi kekurangan, mendiagnosis masalah sehingga
dapat ditemukan solusinya, dan secara umum
memberikan gambaran tentang karakteristik
lingkungan program. Dengan melakukan evaluasi
konteks dapat tersaji data mengenai alasan-alasan
untuk menetapkan tujuan-tujuan program dan
prioritas dari kebijakan yang ada di SMA N 1 Boja
Kendal.
Dengan demikian evaluasi konteks dalam
penelitian ini akan melihat kesesuaian antara tujuan
program yang telah ditetapkan dengan permasalahan
serta kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi.
Dalam hal ini evaluasi konteks difokuskan hal-hal yang
melatari keberadaan program seperti visi dan misi,
tujuan, dan kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMA N 1
Boja Kendal. Evaluasi konteks juga melihat
ketersediaan dokumen mutu yang ada di wakil
manajemen mutu di SMA N 1 Boja Kendal.
b. Evaluasi Input
Tujuan evaluasi input adalah untuk
menidentifikasi dan mengukur kapasitas sistem,
alternatif strategi program, desain prosedural untuk
pelaksanaan strategi, anggaran, dan penjadwalan.
Evaluasi input program menyediakan data untuk
menentukan bagaimana penggunaan sumber-sumber
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
program. Dengan demikian evaluasi input dalam
penelitian ini adalah meliputi sumber daya yang terlibat
dalam pelaksanaan SMM ISO 9001:2008 di SMA N 1
Boja Kendal, yaitu staf manajemen, tenaga pendidik,
tenaga kependidikan/staf administrasi, peserta didik,
kurikulum, dan sarana prasarana.
c. Evaluasi Proses
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang
dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan program
sesuai dengan rencana. Salah satu tujuannya adalah
memberikan umpan balik (feedback) kepada manajer
dan stafnya mengenai pelaksanaan program apakah
sesuai jadwal atau tidak, serta menggunakan sumber
daya secara efisien. Evaluasi pada tahapan ini
dilakukan dengan tujuan untuk dapat membantu
mengimplementasikan keputusan, sampai sejauh mana
rencana telah diterapkan, apa yang harus direvisi, jika
pertanyaan tersebut sudah terjawab maka prosedur
dapat dimonitor, dikontrol dan diperbaiki. Dalam
evaluasi ini dokumentasi tentang prosedur kegiatan
pelaksanaan program akan membantu untuk kegiatan
analisis akhir tentang hasil-hasil program yang telah
dicapai oleh kinerja pendidik dan tenaga kependidikan
dalam proses pembelajaran dan proses pelayanan di
SMA N 1 Boja Kendal.
d. Evaluasi Produk
Menurut Arikunto dan Jabar (2010: 47),
evaluasi produk diarahkan pada hal-hal yang
menunjukan perubahan yang terjadi, evaluasi produk
merupakan tahapan akhir dari serangkaian evaluasi
program. Tujuan evaluasi produk adalah mengukur,
menginterpretasi, dan menilai pencapaian program.
Dalam penelitian ini evaluasi terhadap produk yang
dilakukan antara lain didasari kriteria keberhasilan
program yang telah ditetapkan yaitu kemampuan
lulusan untuk dapat diterima di perguruan tinggi
negeri. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan
bahwa dalam proses evaluasi dapat dilakukan dari dua
sisi yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Kedua
hasil evaluasi ini akan membantu staf dan pengguna
program untuk melihat hasil yang dicapai dari program
tersebut, kendala dan hambatan yang ditemukan
dalam pelaksanaan program, kelemahan dan
keunggulan untuk pengembangan lebih lanjut.
Penelitian ini akan melakukan evaluasi Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 melalui pelaksanaan
proses seluruh kegiatan di SMA N 1 Boja dengan
konteks, masukan, dan proses, terkait dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan keberhasilan
pembelajaran.
2.3 Hasil Penelitian yang terdahulu
Kajian dari Jamaludin (2009) tentang
Development of MS ISO 9001: 2008 Management System
for Automotive Excellence Center (AEC) at Universiti
Malaysia Pahang menyimpulkan bahwa semua struktur
kerja yang ada di perguruan tinggi berdasarkan Sistem
Manajemen Mutu ISO: 2008 melalui penggunaan
beberapa manual mutu, standar prosedur, instruksi
dan dokumentasi kerja. Hasil penggunaan manual
mutu dan standar prosedur menyebabkan efisiensi
pekerjaan meningkat untuk mencapai misi sebagai
universitas kelas dunia (world class university) dalam
bidang research.
Penelitian sebelumnya dari Prabowo (2007)
tentang Penjaminan Mutu dengan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2000 di Perguruan Tinggi (Studi Pada
STIE Malangkucewara Malang) mengungkapkan bahwa
penerapan ISO 9001 bisa memperkuat hasil akreditasi
BAN PT, tetapi penelitian ini belum mengungkapkan
semua elemen penilaian yang ada pada BAN PT.
Penelitian Hartoyo (2008) Penjaminan Mutu
Lulusan Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas
Teknik UNY Melalui Penerapan Sistem Manajemen Mutu
ISO 9001:2000 bahwa penerapan ISO 9001 membantu
dalam peningkatan nilai akreditasi dari BAN PT,
khususnya pada mutu lulusan.
2.4 Kerangka Pikir Penelitian
Dalam penelitian ini perlu melihat kesesuaian
keadaan di lapangan apakah standar mutu yang
ditetapkan ISO 9001:2008 di SMA N 1 Boja Kendal
selaras dengan standar mutu berdasarkan kebijakan
pemerintah. Penetapan standar dalam SMM ISO 9001:
2008 di SMA N 1 Boja Kendal menghendaki komitmen
dari pihak-pihak yang terlibat yaitu top manager,
sistem mutu, penentuan hak-hak pelanggan
pendidikan, dokumen pengendalian, kebijakan peserta
didik, sarana dan prasarana, pelayanan, arsip data,
sistem penilaian hasil belajar dan pengembangan staf
edukatif dan admistratif.
Dalam aspek konteks (context), evaluasi ini untuk
melihat apakah komitmen top manajer dan sistem
mutu yang ditetapkan SMM ISO 9001:2008 di SMA N 1
Boja Kendal ada kesesuaiannya dengan standar mutu
yang ditetapkan oleh kebijakan pemerintah. Dalam
aspek input kebijakan yang ada di SMM ISO 9001:2008
dengan ketersediaan sumber daya di SMA N 1 Boja
Kendal berupa sumber daya manusia, sarana
prasarana dan sistem informasi. Ketersediaan
sumberdaya manusia meliputi proses penerimaan
sumber daya manusia meliputi pimpinan, tenaga
pendidik dan staf kependidikan, serta pesert didik.
Pada proses penelitian, peneliti melihat apakah
kebijakan penerimaan sumber daya manusia yang ada
sesuai dengan dokumen mutu yang ada yang tertuang
dalam manual mutu, SOP dan instruksi kerja. Dalam
aspek produk (product) lebih menekankan pada
penilaian hak-hak pelanggan yang ada yaitu kepuasan
pelanggan melalui perkembangan terus menerus untuk
perbaikan kearah yang baik (best practice). Indikator
penilaiannya yaitu pencitraan dan kinerja.
. Untuk melihat lebih jelas kerangka berpikir,
skema penelitian yang dapat digambarkan untuk
menilai pelaksanaan ISO 9001:2008 di SMA N 1 Boja
Kendal adalah sebagai berikut;
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Modifikasi dari Evaluasi Model Stufflebeam (CIPP)
EVALUASI IMPLEMENTASI ISO 9001: 2008 di SMA N 1 BOJa kendal
EVALUASI CONTEXT
EVALUASI INPUT
EVALUASI PROCESS
EVALUASI PRODUCT
Kebijakan Mutu SMM ISO 9001: 2008 dengan visi, misi, tujuan , dan Kebijakan Pemerintah
Standar Mutu Input Pendidikan: Pendidik, Tenaga Kependidikan, Peserta Didik, Kurikulum, dan Sarana Prasarana
Prosess merancang, mengimplementasikan dan menge valuasi Pembela jaran
Dampak terhadap kelengkapan dokumen perangkat, kinerja guru, prestasi dan produk lulusan
Kepuasan
Pelanggan