Upload
dinhtuong
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hasil belajar
Menurut Hamalik dalam Nurwanto (2011) hasil belajar adalah bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut. Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono dalam Nurwanto (2011)
hasil belajar, merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa
dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandingkan saat sebelum belajar. Rahayuningsih
(2009) mengemukakan hasil belajar merupakan indikator dari perubahan yang
terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar, dimana untuk
mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun oleh guru,
seperti tes evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa
tersebut memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan.
Sudjana (2004) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah suatu akibat
dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang
disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.
Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: keterampilan dan kebiasaan;
pengetahuan dan pengertian; serta sikap dan cita-cita, yang masing-masing
golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Menurut
Hamalik dalam Hartanto (2004: 16) hasil belajar adalah jika seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut
Anitah dalam Hartanto (2008: 2.19) hasil belajar merupakan perubahan perilaku
secara menyeluruh bukan hanya satu aspek saja tetapi terpadu menyeluruh.
Hasil belajar digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam proses
pembelajaran. Hal ini dapat membantu pengajar dalam menilai siswa-siswi di
sekolah. Hasil belajar dilakukan dengan cara test. Baik itu tes lisan, tes tertulis
dan sebagainya.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2003: 54) adapun faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu: 1) Faktor yang ada pada diri
siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern) dan 2) Faktor yang ada
pada luar individu siswa itu sendiri yang disebut faktor ekstern.
Faktor individu (intern) yang meliputi : 1) Faktor biologis, Meliputi:
kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor
6
biologis terganggu akan mempengaruhi hasil belajar; 2) Faktor psikologi,
meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir; 3)
Faktor kelelahan, Meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani
Nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk.
Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan
hilang.
Faktor Ekstern, yang meliputi: 1) Faktor keluarga. Keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga
pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan
dalam ukuran besar; 2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum,
hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah; 3)
Faktor masyarakat, meliputi : bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan
terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat
belajarnya.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar diatas dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan proses cukup kompleks yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor internal maupun eksternal. Aktivitas belajar individu
memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang-kadang juga lancar, kadang-
kadang mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang juga sulit untuk
mencerna atau memahami mata pelajaran. Keadaan dimana seseorang dapat
belajar sebagaimana mestinya, itulah disebut belajar.
C. Metode Tutor Sebaya
1. Pengertian Metode Tutor Sebaya
Kuswaya Wihardit dalam Djalil (1997: 3.38) menuliskan bahwa
“pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar
siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama” Sisi lain yang menjadikan
matematika dianggap siswa pelajaran yang sulit adalah bahasa yang digunakan
oleh guru. Dalam hal tertentu siswa lebih paham dengan bahasa teman
sebayanya daripada bahasa guru. Itulah sebabnya pembelajaran tutor sebaya
diterapkan dalam proses pembelajaran matematika.
Hisyam Zaini dalam Amin Suyitno (2004: 24) menyatakan bahwa “Metode
belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh
karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi
pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi
kepada teman-temannya.”
7
Menurut Miller (1989) dalam Djalil (1997: 3.34) berpendapat bahwa
“Setiap saat murid memerlukan bantuan dari murid lainnya, dan murid dapat
belajar dari murid lainnya.” Jan Collingwood sebagaimana dikutip dalam Djalil
(1997: 3.34) juga berpendapat bahwa “Anak memperoleh pengetahuan dan
keterampilan karena dia bergaul dengan teman lainnya.”
Tutor sebaya digunakan supaya siswa yang kurang mengerti dengan
pelajaran bisa bertanya kepada teman sebayanya. Banyak sekali siswa yang
malu bertanya pada guru mata pelajaran. karena siswa merasa malu atau
minder, sehingga dengan menggunakan metode tutor sebaya siswa bisa
mengerti mata pelajaran yang diajarkan dengan bertanya pada teman
sebayanya.
Agar model pembelajaran tutor sebaya mencapai tingkat keberhasilan
yang diharapkan, Miler dalam Djalil (1997: 2.48) menuliskan saran penggunaan
tutor sebaya sebagai berikut: Mulailah dengan tujuan yang jelas dan mudah
dicapai, jelaskan tujuan itu kepada seluruh siswa (kelas). Misalnya : agar
pelajaran matematika dapat mudah dipahami, Siapkan bahan dan sumber
belajar yang memadai, gunakan cara yang praktis, hindari kegiatan pengulangan
yang telah dilakukan guru, pusatkan kegiatan tutorial pada keterampilan yang
akan dilakukan tutor, berikan latihan singkat mengenai yang akan dilakukan
tutor, lakukanlah pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui
tutor sebaya, jagalah agar siswa yang menjadi tutor tidak sombong.
2. Tutor Sebaya Sebagai Sumber Belajar
Metode tutor sebaya sesungguhnya adalah penyempurnaan dari metode,
dimana siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Tutor sebaya itu sendiri
telah dikembangkan sejak abad ke 19 oleh Andrew Bell seorang pengawas
Military Male Asylumat Egmore. Tutor sebaya sendiri terdiri dari 2 kata yaitu
Tutor dan Sebaya. Dalam kamus Bahasa Indonesia Tutor didefinisikan orang
yang memberikan pembelajaran kepada seseorang atau lebih dalam jumlah
yang sedikit siswa dan sebaya yaitu sama atau yang hampir seumuran. Menurut
Kalkowsky dalam Sajiyem (2004: 6) mengemukakan bahwa terdapat
keuntungan yang diperoleh dari pelaksanaan tutor sebaya, yaitu belajar
keterampilan akademis, mengembangkan perilaku sosial dan disiplin kelas, serta
meningkatkan hubungan antar tutor. Nata Widjaya dalam Zuchri dalam Sajiyem
(1996: 5) mengatakan bahwa “ bantuan belajar oleh tutor sebaya pada
umumnya member hasil yang baik. Hubungan antara siswa yang satu dengan
yang lain pada umumnya terasa lebih dekat dibandingkan dengan guru.
8
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tutor Sebaya
a. Kelebihan Tutor Sebaya
Kelebihan metode tutor sebaya sebagai berikut: Anak-anak diajarkan
untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam
penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau
menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan; siswa lebih
mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa
yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan
baik; membuat siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi
untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas; membantu siswa
yang kurang mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya.
Kegiatan tutor seraya bagi siswa merupakan kegiatan yang kaya akan
pengalaman yang sebenarnya merupakan kebutuhan siswa itu sendiri; tutor
maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat
pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima pelajaran.
b. Kekurangan Tutor Sebaya
Murid yang menjadi tutor hendaknya diperhatikan segi kemampuan
dalam penguasaan materi dan kemampuan membantu orang lain. Sawali
Tuhusya (2007) menyatakan bahwa “tutor adalah murid yang tergolong baik
dalam prestasi belajarnya dan mempunyai hubungan sosial yang baik dengan
teman-temannya”. Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya memiliki
kelebihan dan kekurangan,seperti halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah
beberapa kelebihan dari metode tutor sebaya sementara kekurangan tutor
sebaya antara lain: Tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya;
Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.
c. Cara Mengatasi Kekurangan Tutor Sebaya
Para tutor dilatih untuk mengajar berdasarkan silabus yang telah
ditentukan. Hubungan antara tutor dengan siswa adalah hubungan antar kakak-
adik atau antar kawan, kekakuan yang ada pada guru agar dihilangkan
Muntansir (1985: 58) menyatakan ”dalam kegiatan ini tutor dan guru menjadi
semacam staf ahli yang mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi murid, baik
dengan cara satu lawan satu maupun kelompok kecil”.
9
D. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom
Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas
untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek
penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas
diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya
dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave
Ebbutt dan lainnya.
Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian
yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan
pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengelolaan
sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang
pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan
mengelola sekolah. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian adalah
situasi di kelas, individu siswa atau di sekolah. Para guru atau kepala sekolah
dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat lain
seperti para peneliti konvensional pada umumnya.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat
masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dilapangan Wibawa, (2004: 3) dalam
Taniredja (2010: 15). Arikunto (2007: 3) dalam Taniredja (2010: 15) mengartikan
bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi
pada sebuah kelas secara bersama.
Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang
berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau
pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati
tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan
tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian
dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
2. Tujuan PTK
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Natawidjaya dalam
Suwandi (2011:16) adalah sebagai berikut: untuk menanggulangi masalah atau
kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan
tenaga kependidikan, terutama yang berkenan dengan masalah pembelajaran
dan pengembangan materi pengajaran; unttk memberikan pedoman bagi guru
atau administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan meningkatkan
10
mutu kinerja atau mengubah system kinerja agar menjadi lebih baik dan
produktif; metode yang dipakai harus tepat dan terpercaya; masalah penelitian
yang akan ditangani guru harus merupakan masalah yang dihadapinya; PTK
tidak boleh menyimpang dari prosedur etika dilingkungan kerjanya; PTK
berorientasi pada perbaikan pendidikan dengan melakukan perubahan yang
dituangkan dalam tindakan; PTK merupakan suatu proses belajar yang
sistematik; PTK menuntut guru membuat jurnal pribadi; PTK sebaiknya dimulai
dengan hal-hal yang sederhana terlebih dahulu, tetapi nyata; Dalam PTK, guru
perlu melihat dan menilai diri sendiri secara kritis terhadap apa yang dikerjakan
di kelasnya.
Adapun manfaat-manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat
memberikan manfaat sebagai inovasi pendidikan yang tumbuh dari bawah,
karena Guru adalah ujung tombak pelaksana lapangan. Dengan PTK Guru
menjadi lebih mandiri yang ditopang oleh rasa percaya diri, sehingga secara
keilmuan menjadi lebih berani mengambil prakarsa yang patut diduganya dapat
memberikan manfaat perbaikan. Rasa percaya diri tersebut tumbuh sebagai
akibat Guru semakin banyak mengembangkan sendiri pengetahuannya
berdasarkan pengalaman praktis. Dengan secara kontinu melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), Guru sebagai pekerja profesional tidak akan cepat berpuas
diri lalu diam di zona nyaman, melainkan selalu memiliki komitmen untuk
meraih hari esok lebih baik dari hari sekarang. Dorongan ini muncul dari rasa
kepedulian untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kesehariannya.
Manfaat lainnya, bahwa hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dijadikan
sumber masukan dalam rangka melakukan pengembangan kurikulum. Proses
pengembangan kurikulum tidak bersifat netral, melainkan dipengaruhi oleh
gagasan-gagasan yang saling terkait mengenai hakikat pendidikan,
pengetahuan, dan pembelajaran yang dihayati oleh Guru di lapangan. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dapat membantu guru untuk lebih memahami hakikat
pendidikan secara empirik.
3. Model PTK
Pada prinsipnya diterapkan PTK atau CAR (Classroom Action Research)
dimaksudkan untuk mengatasi suatu permasalahan yang terdapat didalam
kelas. Sebagai salah satu penelitian yang dimaksudkan untuk mengatasi suatu
permasalahan yang terdapat di dalam kelas, menyebabkan terdapatnya
beberapa model atau design yang dapat diterapkan. Design-design tersebut
diantaranya : 1). Model Kurt Lewin, 2). Model Kemmis Mc Taggart, 3). Model
John Elliot, 4). Model Hopkins, 5). Model McKernan
11
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai
model penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian,
karena dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau
penelitian tindakan.
Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat
komponen, yaitu ; a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c)
pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat
komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai
berikut :
Acting
Planning Observating
Reflecting
Gambar 1. Model PTK Kurt Lewin
Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari konsep
dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin sebagaimana yang diutarakan di atas.
Hanya saja, komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan)
dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut
disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan
observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua
kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya
suatu tindakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Untuk lebih
tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk designnya (Kemmis & McTaggart,
1990 : 14).
Gambar 2. Model PTK Kemmis & McTaggart
12
Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart pada
hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu
perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu ; perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut
dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada
kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi.
Pada gambar diatas, tampak bahwa didalamnya terdiri dari dua perangkat
komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan
sesungguhnya, jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan yang
perlu diselesaikan. Apabila permasalahan terkait dengan mata pelajaran tidak
hanya terdiri dari dua siklus,
Model John Elliot merupakan pengembangan dari model K. Lewin, bahwa
dalam satu “tindakan” terdiri dari beberapa langkah atau “step”, yaitu langkah
tindakan 1, 2, dan langkah tindakan 3. dengan dasar pemikiran bahwa setiap
mata pelajaran terdapat pokok bahasan dan setiap pokok bahasan terdiri dari
beberapa materi yang tidak terselesaikan pada satu tindakan dalam setiap KBM.
Gambar 3. Model PTK John Elliot
Ide Awal Temuan dan Analisis Perencanaan Umum
Langkah Tindakan 1,2,3
Implementasi
Langkah Tindakan
Monitoring Implementasi
dan efeknya
Penjelasan
Kegagalan tentang
Implementasi
Revisi Rencana
Umum
Perbaikan perencanaan
Langkah Tindakan 1,2,3
Implementasi
Langkah Berikutnya
Monitoring
Implementasi
Penjelasan
Kegagalan Efek
Revisi Ide
Umum
Perbaikan
Perencanaan
Langkah
Implementasi dan
Langkah Berikutnya
Monitoring
Implementasi efek
13
Model Hopkins berpijak pada desain model PTK pendahulunya.
Selanjutnya Hopkins (1993: 191) menyususn desain tersendiri sebagai berikut:
mengambil start – audit – perencanaan konstruk – perencanaan tindakan
(target, tugas, kriteria keberhasilan) – implementasi dan evaluasi: implementasi
(menopang komitmen: cek kemajuan; mengatasi problem) – cek hasil –
pengambilan stok – audit dan pelaporan.
Gambar 4. Model PTK Hopkins
Model Dave Ebbutt, Ebbutt setuju dengan gagasan kemmis dan Elliot.
Tetapi tidak setuju dengan beberapa interprestasi Elliot dari karya Kemmis dan
MCTaggart bukan merupakan cara yang terbaik untuk menggambarkan proses
refleksi-aksi (action-reflection), wibawa (2004: 18) dalam Taniredja (2010: 15).
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model Kemmis & Mc Taggart
dengan siklus yang berisi tahapan-tahapan perencanaan, tindakan, observasi
dan refleksi.
Perencanaan yaitu merencanakan suatu pembelajaran yang akan
digunakan dalam penelitian. Tindakan yaitu proses dimana kita melaksanaakan
suatu penelitian. Observasi dilakukan untuk mengetahui proses kegiatan belajar
Ambil Start
Audit Perencanaan
konstruk
Pengambilan stok
Perencanaan
Tindakan: Target,
Tugas, Kriteria
keberhasilan
pelaporan
Cek Hasil
Mengatasi Problem
Menopang Komitmen
Implementasi
Cek
Kemajuan
Evaluasi
14
mengajar di dalam kelas. Observer dalam penelitian ini dilakukan oleh pengajar.
Tugas Observer melakukan pengamatan dan penilaian melalui pengisian lembar
aktivitas siswa. Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu
tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi.
4. Aplikasi Metode Tutor Sebaya Pada Pokok Bahasan Bangun Datar
Masih sangat banyak dijumpai pembelajaran matematika dimana guru
lebih aktif daripada muridnya. Terkadang guru menjelaskan, murid hanya
mendengarkan dan guru memberikan tugas murid mengerjakan. Tanpa disadari
pembelajaran seperti ini membuat masalah pada pembelajaran seperti ini. salah
satunya pada suatu kelas ada siswa yang mengerti tentang materi yang
dijelaskan dan ada pula yang kurang mengerti tentang materi tersebut dan
siswa mempunyai rasa takut untuk bertanya sehinga pada saat ulangan harian
terlihat rentang nilai yang baik dan yang buruk.
berdasarkan permasalahan tersebut, dapat dikembangkan metode yang
bisa menekan dominasi guru pada pembelajaran serta siswapun akan lebih
mengerti dan menemukan konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat
mendiskusikannya pada teman sebanyanya. Dengan demikian proses
pembelajaran dapat mencapai hasil yang maksimal apabila siswa melakukan hal
tersebut. Proses pembelajaran Bangun datar dengan materi jajargenjang dan
belah ketupat dengan menggunakan metode tutor sebaya akan membuat para
siswa-siswi lebih terbuka dalam kesulitan-kesulitan belajar, karena kesulitan-
kesulitan yang mereka alami pada materi tersebut dapat ditanyakan pada
teman sebaya didalam kelompok yang mempunyai satu tutor didalam kelompok
tersebut yang memiliki kemampuan yang lebih dari para anggota kelompok
tersebut. dengan demikian siswa akan lebih nyaman dengan pembelajaran yang
mereka lakukan sehingga siswa bisa memahami dan prestasi belajar siswa akan
meningkat.
E. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan Nurwahyuni di SMP Negeri 3 salatiga dengan
menggunakan metode ceramah dan tutor sebaya, didapatkan rata-rata nilai
yang berbeda. Dengan menggunakan metode ceramah rata-rata nilai siswa yaitu
7,3092. Dan dengan menggunakan metode tutuor sebaya dapat diperoleh rata-
rata nilai 8,1522. Hal ini menunjukan bahwa metode tutor sebaya lebih efektif di
terapkan di SMP Negeri 3 salatiga dari pada metode ceramah. Penelitian yang
dilakukan Yuliyanto di SD N 1 Bowongso Wonosobo dengan menggunakan
metode tutor sebaya, bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Pada pra sikuls
siswa yang tuntas hanya 14 orang dari 36 siswa. Pada siklus 1 meningkat
15
menjadi 29 anak dengan persentase ketuntasan 80% pada siklus 2 naik menjadi
98% dari 36 siswa telah tuntas sesuai KKM 60.
F. Kerangka Berpikir
Matematika sebagai ilmu yang sasarannya sangat sulit dimengerti dan
diterima oleh para siswa menyebabkan siswa kurang menyukai pelajaran
matematika. Kenyataan selama pembelajaran matematika masih menggunakan
model pembelajaran konvensional. Model ini memusatkan pembelajaran pada
guru sehingga banyak siswa yang merasa enggan atau malu untuk bertanya
pada guru tersebut. Salah satu alternatifnya adalah dengan metode Tutor
Sebaya. metode tutor sebaya memungkinkan siswa untuk tidak merasa enggan
bertanya pada guru karena tutor diambil dari teman sekelasnya (sebaya) yang
menjadi staf ahli yang mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa sehingga
diharapkan kemampuan siswa dapat meningkat.
Model PTK ini Menggunakan model PTK Kemmis & Mc Taggart. Berikut
Gambar 5. Bagan kerangka berpikir PTK
Gambar 5. Bagan kerangka berpikir PTK
Kondisi Awal
Guru menggunakan pembelajaran konvensional
Tindakan
Guru menggunakan model pembelajaran
yang membuat siswa aktif yaitu metode
Tutor Sebaya
Kondisi Akhir
Melaui metode Tutor Sebaya ketakutan
siswa untuk bertanya teratasi
Hasil belajar meningkat
16