13
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTHESIS 2.1. KEPEMIMPINAN Para peneliti telah banyak sepakat bahwa pemimpin merupakan suatu seni untuk mempengaruhi, baik secara individu maupun sosial (Lekka, C & Healey, N. 2012:). Lebih jauh Yukl mengungkapkan Kepemimpinan dalam organisasi sebagai fenomena sosial yang kompleks dengan melihat pada ciri-ciri kepribadian, gaya perilaku pemimpin, dan faktor kontigensi dan juga melihat Pengaruh terhadap karyawan yang diarahkan untuk mencapai tujuan (Yukl & Van Fleet, 1992; Yukl, 1989; Hersey, 2008). Secara praktis untuk memberikan pengaruh seorang pemimpin harus melihat tiga demensi yaitu pemimpin itu sendiri, situasi, dan karyawan. 2.1.1. Kepemimpinan Di Organisasi Publik Mengingat karakter organisasi publik yang pertama adalah dekat dengan politik dan kedua adalah dengan admisnistrasi yang ketat, untuk itu digambarkan oleh Ketll (2000) dua pandangan mengenai kepemimpinan di organisasi publik. Pertama adalah pemimpin yang berdasarkan dengan politik tradisional dengan administrasi yang ketat serta hierarki yang berdasarkan birokrasi. Langkah yang dapat diambil oleh pemimpin adalah bagaimana seorang pemimpin

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTHESIS …€¦ · 2.1.2. Gaya Kepemimpinan . Melihat perkembangan kepemimpinan saat ini, seorang pemimpin mempunyai gaya yang berbeda

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN

HIPOTHESIS

2.1. KEPEMIMPINAN

Para peneliti telah banyak sepakat bahwa pemimpin

merupakan suatu seni untuk mempengaruhi, baik secara

individu maupun sosial (Lekka, C & Healey, N. 2012:). Lebih

jauh Yukl mengungkapkan Kepemimpinan dalam organisasi

sebagai fenomena sosial yang kompleks dengan melihat pada

ciri-ciri kepribadian, gaya perilaku pemimpin, dan faktor

kontigensi dan juga melihat Pengaruh terhadap karyawan

yang diarahkan untuk mencapai tujuan (Yukl & Van Fleet,

1992; Yukl, 1989; Hersey, 2008). Secara praktis untuk

memberikan pengaruh seorang pemimpin harus melihat tiga

demensi yaitu pemimpin itu sendiri, situasi, dan karyawan.

2.1.1. Kepemimpinan Di Organisasi Publik

Mengingat karakter organisasi publik yang pertama

adalah dekat dengan politik dan kedua adalah dengan

admisnistrasi yang ketat, untuk itu digambarkan oleh Ketll

(2000) dua pandangan mengenai kepemimpinan di organisasi

publik. Pertama adalah pemimpin yang berdasarkan dengan

politik tradisional dengan administrasi yang ketat serta

hierarki yang berdasarkan birokrasi. Langkah yang dapat

diambil oleh pemimpin adalah bagaimana seorang pemimpin

mampu menyusun perencanaan strategis sesuai dengan

kebutuhan dalam organisasi publik (Nartisa dkk, 2012).

2.1.2. Gaya Kepemimpinan

Melihat perkembangan kepemimpinan saat ini, seorang

pemimpin mempunyai gaya yang berbeda dalam

mempengaruhi dan menjalankan perannya sebagai pemimpin.

Gaya kepemimpinan dipahami sebagai pendekatan yang

digunakan oleh seorang pemimpin dalam memperlakukan

pengikutnya (Bryman, 1996) diperjelas dengan Lemay (2009)

menyebutkan ada dua gaya kepemimpinan dalam organisasi

publik untuk meraih kolektivitas yaitu transformasional dan

transaksional. Namun, dalam penelitian ini ditambahkan

situasional leadership, mengingat dinamika dalam BUMD

yang menuntut untuk dapat memberikan langkah yang

menyesuaikan dengan situasi.

Transformational leadership, Pemimpin dengan gaya

kepemimpinan ini lebih menekankan kepada kolektivitas

daripada individu (Bass, 1995). Tranformasional sendiri

mempunyai empat dimensi yaitu charisma, includes idealized

influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan

individualized consideration (Bass, 1990, 1999) meskipun

begitu kepemimpinan transformasional memberikan

paradigma baru untuk mempelajari teori kepemimpinan yaitu

pemimpin-terfokus dan hierarkis.

Transaksional leadership, pemimpin dengan gaya ini

lebih memotivasi dengan menggunakan reward, penghargaan

dan perjanjian. Metode transaksional leadersip ini memuat

kesepakatan antara pemimpin dan karyawan, apabila

karyawan mencapai tujuan kerja mereka akan dihargai

(Oduntude, Oladimeji. 2013). Antonakis, Avolio, &

Sivasubramaniam (2003) membagi transactional dalam tiga

dimensi yaitu contingent rewards, management by exception

(active) and management by exception (passive).

Situational Leadership, pemimpin dengan gaya ini tidak

menganut istilah satu cara terbaik dan selalu merubah

pendekatan dalam memberikan arahan baik kepada individu

maupun kelompok untuk dapat mengingkatkan perfomanya

(Harsley at all, 2009). Kepemimpinan jenis ini dapat berjalan

baik jika adanya kesiapan dan wiilingness untuk menjalankan

tugas (harsley at all, 1996)

2.2. Hierarchical Behavior Taxonomy

Pendekatan Hierarchical Behavior dapat digunakan oleh

seorang pemimpin untuk menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya dimana diarahkan sesuai dengan tujuan akhir.

Herarchical behavior taxonomy menggunakan empat

pendekatan yaitu task oriented, relation oriented, change

oriented, dan external oriented (Yulk, 2012) secara lebih jelas

dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2.1 Hierarchical Behavior Taxonomy

Task Oriented

Clarifying

Planning

Monitoring operations

Problem solving

Relationship Oriented

Supporting

Developing

Recognizing

Empowering

Change Oriented

Advocating change

Envisioning change

Encouraging innovation

Focilitating collective learning

External Oriented

Networking

External monitoring

Representing

Sumber : Yulk 2012

Task oriented berfokus pada pekerjaan dengan

menyelesaikan seefisien mungkin dan dengan jalan yang

paling reliable. Dengan menitik beratkan pada seluruh

resource baik SDM, perlengkapan dan resource yang lain

untuk dapat lebih effisien dalam mencapai misi dan tujuan

organisasi. Komponen spesifik adalah mengorganisir dan

merencanakan unit kerja, mengkalirifikasi aturan dan tujuan,

memonitori operasional kerja, dan mencari permasalah yang

muncul.

Relation oriented berfokus pada pengembangan

kualitas Human Resouce dan peningkatan hubungan yang

biasa disebut juga dengan human capital. Resource diarahkan

untuk terus mengembangkan skill dan kepasitasnya dan

menekankan kepada kedekatan baik anggota maupun

pemimpin. Unsur-unsur yang ada dalam relation oriented

adalah supporting, developing, recognizing, dan empowering.

Change oriented berfokus pada pengembangan

innovasi, colective learning, dan adaptasi terhadap lingkungan

ekternal. Dimana komponen spesifiknya adalah advocating

change, articulating an inspiring vision, encouraging innovation,

dan encouraging collective learning

External oriented mencari informasi dan resource di

luar organisasi dan memilah yang sesuai dengan organisasi.

Unsur-unsurnya adalah networking, external monitoring, dan

representing.

2.3. Personality Type

Personlity seorang pemimpin menentukan pendekatan di

tempat kerja, dengan beragam orang dengan kemampuan dan

keterikatan yang berbeda, serta melihat bagaimana cara

berkomunikasi (Hayges, 2012) Personality mempunyai

keterikatan dengan kepemimpinan, tentang bagaimana

pemimpin menggunakan skillnya dan juga melihat dan

mengembangan skill yang dimiliki oleh karyawan (Brant,

2013).

Sulit untuk dapat memahami personality seseorang,

untuk itu diperlukan sebuah alat dan pendekatan agar dapat

memudahkan untuk mengerti lebih jauh. Sebuah klasifikasi

personality dapat diangap sebagia salah satu metode yang

tepat. Salah satu pembagian tipe personality yang dapat di

kembangkan adalah MBTI (Myers-Briggs Type Indicator).

Pemilihan indikator ini karena mengukur respon terhadap

beberapa pertanyaan dan mengidentivikasi cara seseorang

berperilaku dengan pendekatan psikology (Aranda, 2013).

Mayers Briggs telah mengembangkan dan menggabungkan

dalam sebuah model dalam ranah psikologi praktis (Helmes

dkk, 2012;). MBTI terbagi dalam empat dimensi yaitu

introvesion dengan ekstroversion, sensing dengan intuitif,

thinking dengan feeling, daan judging dengan perceiving,

(Behaz A, & Djoudi M 2012). Artinya pendekatan MBTI ini

merupakan pendekatan yang dikotomis dimana akan terdapat

pertentangan antar dimensi dengan yang lain. Aranda R &

Tilton Stan menjelaskan lebih detail (2013) sebagai berikut :

Ekstraversion Vs Introvesion Orang dengan

ektraversion lebih cenderung kepada melihat dunia luar

dengan Individu dan aktivitasnya. Mereka mengarahkan

perhatian pada dunia luar dirinya dan organisasinya dan

menerima masukan. Orang dengan preferensi untuk introversi

akan lebih memilih untuk fokus pada dirinya sendiri, dunia

batin ide dan pengalaman. Mereka mengarahkan perhatian

mereka ke dalam dan menerima energi dari merefleksikan

pikiran mereka

Sensing Vs Intuition orang-orang dengan preferensi

sensing akan lebih memilih untuk menerima informasi yang

nyata. Mereka jeli melihat peluang terjadi di sekitar mereka

dan lebih realistis, sedangkan orang dengan preferensi untuk

intuisi akan lebih memilih untuk mengambil informasi dengan

melihat gambaran besar, berfokus pada hubungan dan

koneksi antara fakta. Pemimpin dengan preferensi intutif

pandai melihat kemungkinan-kemungkinan baru.

Thinking vs Feeling Orang-orang dengan preferensi

thinking cenderung untuk berpikir dan lebih memilih untuk

membuat keputusan berdasarkan konsekuensi logis dari

pilihan atau tindakan. Tujuannya adalah untuk menemukan

standar atau prinsip yang akan diterapkan dalam semua

situasi yang samakin kompleks. Orang-orang dengan

preferensi untuk feeling lebih memilih untuk membuat

keputusan berdasarkan nilai-nilai pribadi dan membagikan

nilai tersebut kepada bawahan. Tujuan mereka adalah untuk

menciptakan harmoni dan memperlakukan setiap orang

sebagai individu yang unik. Istilah Feeling digunakan di sini

adalah tidak sama dengan emosi

Judging vs. Perceiving Orang-orang dengan preferensi

untuk judging lebih terencana, dengan cara yang tertib dalam

mengatur dan mengelola kehidupan mereka sendiri.

Kehidupan mereka lebih teratur, terorganisir, dan lebih

memilih pada kehidupan yang menetap. Sedangkan orang-

orang yang cenderung perceive lebih memilih untuk hidup

fleksible dengan kecenderungan memahami dan mengalami

pengalaman.

Secara keseluruhan MBTI dapat di gambarkan melalui

matriks yang di susun oleh bahrainan et all( 2012)

Tabel 2.2 Personality Type

introversion-ekstroversion where have you facus on?

Ekstroversion the ektrovert prefer the outside world ang relationship whit other

Introversion the introvert are interested in the own attitute and beliefs

sensing-intuitive how do you gain information?

sensing sensing individual percieve information by means or their organs

Intuitive

intuitive individuals tend ti discover unknows, probabilities and concept which are not apparent at the present time

thinking feeling: How do you make decision?

thinking

thinkers utilize the process of logic and analysis in order to make decision they use official and logical method

Feeling

feelers make decision based on individual values a sort of making decision that is not based on logic but ethics and Justice

judging-perceiving: how do you face the outside world?

Judging

judger prefer to live in a planned disciplined and determine way. They seek have control over their life and regulate it, whilst perciever prefe a more fleksible life and a wait even

percieving percieving always seek to adapt themseves to circumtances that emerge

Sumber : Bahrainan et all 2012

2.4. Effective Leadership

Berbicara mengenai leadership maka akan berbicara

tentang bagaimana pemimpin berkemampuan untuk

mencapai tujuan, bagaimana meraih kinerja yang maksimal

(Sarwar, 2012) serta cara seorang pemimpin dapat

menghindari gangguan yang mungkin akan terjadi di masa

yang akan datang sehingga dapat memastikan visi dari

perusahaan dapat tercapai (Jensen and Scherr, 2007) lebih

jauh Akins dkk (2013) menjabarkan bagaimana seorang

pemimpin secara effektif dapat melakukan tugas dan

fungsinya. Aspek yang dimiliki adalah learn, empower, adapt,

develop, engage, reflect, sustain, humility, integrity,and practice.

Learn, seorang pemimpin akan terus belajar karena

akan terus mengembangkan dirinya untuk mempersiapkan

pengembangan berkelanjutan. Lifetime learner merupakan

sikap sebagai seorang pemimpin yang harus terus

dikembangkan.

Empowermen adalah bagaimana memberdayakan para

karyawan agar dapat bertanggung jawab dan memberi

otonomi bagi mereka untuk menjalankan tugasnya. Untuk

dapat melakukanya seorang pemimpin harus dapat mengerti

kemampuan bawahanya, selain itu tau bagaimana memotivasi

dan memastikan untuk dapat terus bekerja dalam tim.

Adapt, lingkungan berubah secara cepat untuk itulah

pemimpin juga dapat menciptakan lingkungan yang lebih

adaptif dan juga fleksibel untuk menghadapi perubahan.

Develope merupakan kemampuan seorang pemimpin

untuk dapat menciptakan para pemimpin dimasa depan,

dengan memberikan training, menerima feedback, mentoring,

dan komunikasi yang baik dan memberikan komunikasi yang

baik.

Engage, elemen dari kepemimpinan adalah leader,

follower, task dan organization. Peran pemimpin adalah

untuk mengikat semua elemen agar dapat bekerja sesuai

tugas dan fungsinya pada saat ini dan juga dapat berlangsung

secara berkelanjutan.

Reflektion adalah kemampuan para pemimpin untuk

dapat merefleksikan dan mengevaluasi kinerja dirinya dan

serta mengetahui apakah kinerja yang terjadi sesuai dengan

harapan pribadinya. Refleksi dapat membuat pemimpin untuk

merubah perilaku umum dan juga membuat asumsi baru.

Sustain leader adalah pemimpin yang tau bagaimana

memotivasi dan memberikan passion bagi para karyawannya.

Pemimpin yang berkelanjutan tidak dilihat dari bagaimana

perilakunya tapi seberapa besar dapat menginspirasi

karyawan yang bekerja dibawahnya.

Integrity merupakan pendekatan seorang pemimpin

untuk dapat mempercayai dalam hal personal wholenes da

juga true onself. Hal ini merupakan kritikan bagi para

pemimpin untuk dapat memberikan dampak dimasa depan

bagi para karyawan. Integrity membuat pemimpin melakukan

hal yang benar dan membawa manfaat bagi para pemimpin

dimasa akan datang.

Humality merupakan elemenen penentu dari seorang

pemimpin karena melihat seberapa perduli seorang pemimpin

kepada karyawan. Pemimpin yang rendah hati dapat

merasakan emosi karyawan dan mengajak untuk mencapai

tujuan. Terakhir pemimpin dapat berfikir praktis agar dapat

tercapai tujuan dari perusahaan sehingga dapat memperoleh

keuntungan dan meningkatkan performance.

2.5. Pengembangan Hipotesis

Secara garis besar penelitian ini membuat hipotesis

dengan variabel inti adalah Personality, Hierachical Behavior

Taxonomy, Leadership style melihat seberapa besar

pengaruhnya terhadap Effective leadership. Berikutnya setiap

variabel inti tersebut akan dilihat lebih jelas pada setiap

elemenya baik dari Personality, Hierachical Behavior

Taxonomy, maupun Leadership style dengan tetap melihat

pengaruhnya pada Personality, Hierachical Behavior Taxonomy,

Leadership style. Berikut adalah pengembangan hipotesis

dalam penelitian ini.

2.5.1 Personality type

Personality Tipe tidak dapat dipisahkan dari leadership

(Hegey, 2009). Hal ini diperkuat pada studi yang dilakukan

oleh Sief (2009) mengungkapkan bahwa adanya pengaruh

antara tipe kepribadian dengan effective leadership.

Sebagaimana diungkapkan sief maka penelitian ini juga akan

melihat bagaimana pemimpin juga akan melihat dari setiap

indikator kepribadian yaitu dari baik Ekstraversion,

Introvesion, Sensing, Intuition, Thinking, Feeling, Judging,

Perceiving

H1 Terdapat pengaruh antara tipe kepribadian terhadap

efective leadersip

2.5.2 Leadership Style

Penelitian yang dilakukan oleh

Bakanauskane&Barnikaite (2009) menyebutkan Leadership

style erat kaitanya dengan effektif leadership. Diperkuat

dengan publikasi dari Lemay (2009) dan Liu (2003) dimana

keduanya menggunakan tipe transacsional dan

transformational. Namun, dalam penelitian ini ditambah

dengan gaya situasional.

H2 Terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan

terhadap efektif leadersip

2.5.3 Hierarchical Behavior Taxonomy

Hierarchical Behavior Taxonomy dapat digunakan untuk

melihat perilaku para pemempin bagaimana preferensi

seorang pemimpin pemimpin dalam menjalankan tugasnya.

Selain itu dapat digunakan untuk melihat bagaimana

pemimpin dalam memotivasi karyawan sehingga dapat

digunakan untuk dapat melihat seberapa besar efektivitas

seorang pemimpin (Yulk, 2002). Penelitian yang lain dari Yulk

(2012) adalah adanya pengaruh antara hierarchical taxonomy

of leadership behavior dengan pengukuran pada efective

leadership. Untuk itulah maka penelitian ini membangun

hipotsis

H3 Terdapat pengaruh antara Hierarchical Behavior

Taxonomy terhadap efektif leadersip

2.5. Model Penelitian

Personality

Leadership

Style

HBT

Effective

Leadership