39
6 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Dengue haemorrhagic fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, 2005). Pengertian lain menurut Ngastiyah (2005) menyatakan demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (Arthropodhomvirus) dan Aedes Albopictus. Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian (Soegijanto, 2002). Demam berdarah dengue adalah penyakit akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Mansyoer, 2000) Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan kematian. B. Anatomi Fisiologi Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit

BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-ahmadshole... · semua bagian tubuh. Pada arkus neoralis terdapat bagian

Embed Size (px)

Citation preview

6

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Dengue haemorrhagic fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah penyakit

menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes

aegypty (Nursalam, 2005). Pengertian lain menurut Ngastiyah (2005) menyatakan

demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus

(Arthropodhomvirus) dan Aedes Albopictus.

Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh

empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam

yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi

sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran

plasma yang dapat menyebabkan kematian (Soegijanto, 2002). Demam berdarah dengue

adalah penyakit akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi

mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Mansyoer, 2000)

Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

virus dengue dengan manifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul

renjatan dapat menyebabkan kematian.

B. Anatomi Fisiologi

Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus

distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan

sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit

7

yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi

mencakup jantung, pembuluh darah, dan darah.

1. Jantung

Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara paru-

paru, agak lebih kearah kiri.

Gambar anatomi sistim sirkulasi

(Sumber: Guyton, 1997)

8

Gambar anatomi pembuluh darah

(Gambar: Syaifuddin, 1997)

Struktur jantung :

a. Atrium kanan

Atrium kanan berada di sebelah kanan jantung dan terbuka pada bagian kirinya

kedalam segitiga ventrikel kanan.

b. Atrium kiri

Atrium kiri berbentuk persegi tidak beraturan dengan vena pulmonalis masuk

kedalam setiap sudutnya.

9

c. Ventrikel kanan

Atrium ini berada pada bagian depan jantung, dan memompakan darah keatas masuk

ke arteri pulmonalis.

d. Ventrikel kiri

Dinding ventrikel kiri jauh lebih tebal dibandingkan dinding ventrikel kanan namun

strukturnya sama. Dinding yang tebal diperlukan untuk memompa darah

teroksigenasi dengan tekanan tinggi melalui sirkulasi sistemik.

e. Katup bikuspidalis

Katup yang menjaga aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri.

f. Katup trikuspidalis

Katup yang terdapat antara atrium kanan dengan ventrikel kanan yang terdiri dari 3

katup.

g. Endokardium

Merupakan lapisan jantung yang terdiri dari jaringan indotel atau selaput lender yang

melapisi permukaan rongga jantung.

h. Miokardium

Merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung, otot jantung ini

membentuk bundalan-bundalan otot.

i. Perikardium

Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus, terdiri dari 2

lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu dipangkal jantung membentuk

kantung jantung.

10

2. Pembuluh Darah

Pembuluh darah ada 3 yaitu:

a. Arteri (Pembuluh nadi)

Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa pembuluh darah

arteri yang penting yaitu :

1) Arteri koronaria

Arteri yang mendarahi dinding jantung.

2) Arteri subklavikula

Arteri bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher dan melewati aksila.

3) Arteri Brachialis

Arteri yang berada pada lengan atas.

4) Arteri radialis

Arteri yang teraba pada pangkal ibu jari.

5) Arteri karotis

Arteri yang mendarahi kepala dan otak.

6) Arteri temporalis

Arteri yang teraba denyutnya di depan telinga.

7) Arteri facialis

Teraba denyutan di sudut kanan bawah.

8) Arteri femoralis

Arteri yang berjalan ke bawah menyusuri paha menuju ke belakang lutut.

9) Arteri Tibia

Arteri pada kaki.

11

10) Arteri Pulmonalis

Arteri yang menuju ke paru-paru.

b. Kapiler

Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang terhalus

dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler membentuk

anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain

menjadi darah yang lebih besar yang disebut vena.

c. Vena (pembuluh darah balik)

Vena membawa darah kotor kembali ke jantung.

Beberapa vena yang penting:

1) Vena Cava Superior.

Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor dari daerah

kepala, thorak dan ekstremitas atas.

2) Vena Cava Inferior

Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh bagian

bawah.

3) Vena jugularis

Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung.

4) Vena pulmonalis

Vena yang mengembalikan darah

3. Darah

Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian yaitu bagian cair yang

disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah adalah suatu jaringan

12

tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang berwarna merah. Darah adalah

suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma.

a. Bagian-bagian darah

b. Fungsi darah secara umum terdiri dari:

1) Sebagai alat pengangkut

a) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru untuk diedarkan ke seluruh

jaringan tubuh.

b) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru.

c) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan

ke seluruh jaringan / alat tubuh.

d) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk

dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.

2) Sebagai pertahanan tubuh

Terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh

dengan perantara leukosit, antibodi atau zat-zat anti racun.

13

3) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

Fungsi khususnya lebih lanjut diterangkan lebih banyak di struktur atau bagian

dari masing-masing sel darah dan plasma darah.

c. Proses pembentukan sel darah (hemotopoesis) terdapat di tiga tempat, yaitu sumsum

tulang, hepar dan limpa.

1) Sumsum Tulang

Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah:

a) Tulang Vertebra

Vertebra merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak teratur bentuknya

dan saling berhubungan, sehingga tulang belakang mampu melaksanakan

fungsinya sebagai pendukung dan penopang tubuh. Tubuh manusia

mempunyai 33 vertebra, tiap vertebra mempunyai korpus (badan ruas tulang

belakang) terbentuk kotak dan terletak di depan dan menyangga. Bagian

yang menjorok dari korpus di belakang disebut arkus neoralis (lengkung

neoral) yang dilewati medulla spinalis, yang membawa serabut dari otak ke

semua bagian tubuh. Pada arkus neoralis terdapat bagian yang menonjol

pada vertebra dan dilekati oleh otot-otot yang menggerakkan tulang belakang

yang dinamakan prosesus spinosus.

b) Sternum (tulang dada)

Sternum disebut juga dengan tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat

tulang kosta dan klavikula. Sternum terdiri dari manubrium sterni, corpus

sterni dan processus xipoideus.

14

c) Costa (tulang iga)

Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3 pasang costa

vertebio condralis dan 2 pasang costa fluktuantes. Costa dibagian posterior

tubuh melekat pada tulang vertebra dan di bagian anterior melekat pada

tulang sternum, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan ada

yang sama sekali tidak melekat.

2) Hepar

Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh manusia.

Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di bawah diafragma, kelenjar ini

terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan duktus hepatikus sinestra, keduanya

bertemu membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus komunis

menyatu dengan duktus sistikus membentuk duktus koleduktus.

3) Limpa

Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa berbentuk setengah bulat

berwarna kemerahan, limpa adalah organ berkapsula dengan berat normal 100

sampai 150 gram. Limpa mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfaed dan

memfagosit material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi

menghancurkan sel darah merah yang rusak. Volume darah pada tubuh yang

sehat/organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4

sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap organ tidak sama tergantung

pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah. Tekanan viskositas

atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air yaitu mempunyai berat

jenis 1.041 sampai 1.067 dengan temperatur 38°C dan PH 7.37 sampai 1.45.

15

d. Darah terdiri dari 2 bagian yaitu:

1) Sel-sel darah ada 3 macam yatiu:

a) Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti, ukurannya kira-

kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5 juta dalam mm3.

Eritrosit berwarna kuning kemerahan karena didalamnya mengandung suatu

zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika

didalamnya banyak mengandung O2. Fungsi dari eritrosit adalah mengikat

CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru.

Pengikat O2 dan CO2 ini dilakukan oleh hemoglobin yang telah

bersenyawa dengan O2 disebut oksihemoglobin yang telah bersenyawa

dengan O2 disebut oksi hemoglobin (Hb+ O2 HbO2) jadi O2 dingkut dari

seluruh tubuh sebagai oksi hemoglobin dan kemudian dilepaskan dalam

jaringan HbO2 Hb+O2 dan seterusnya Hb akan mengikat dan bersenyawa

dengan Hb+ O2 HbO2CO2 yang disebut karbondioksida hemoglobin

(Hb+ CO2 HbCO2) yang mana CO2 akan dilepaskan dari paru.

Eristrosit dibuat dalam sumsum tulang, limpa dan hati, yang kemudian akan

beredar keseluruh tubuh selama 14 sampai 15 hari, setelah itu akan mati.

Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua

zat yaitu hematin yang menjadi Fe yang berguna untuk pembuatan eritrosit

baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat dalam eritrosit yang

berguna untuk mengikat O2 dan CO2. Jumlah Hb dalam orang dewasa kira-

16

kira 11,5 sampai 15 mg %. Normal Hb wanita 11,5 sampai 15,5 mg % dan

Hb laki-laki 13,0 sampai 17,0 mg %. Dari dalam tubuh banyaknya sel darah

merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel

darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini disebut

anemia. Biasanya hal ini disebabkan karena pendarahan yang hebat dan

gangguan dalam pembuatan eritrosit.

b) Leukosit (sel darah putih)

Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan

perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-macam inti sel

sehingga dapat dibedakan berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna kuning

(tidak berwarna), banyaknya kira-kira 4000 sampai 11.000/mm3.

Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan

bibit penyakit / bakteri yang masuk dalam tubuh jaringan RES (Retikulo

Endotel System). Fungsi yang lain yaitu sebagai pengangkut dimana leukosit

mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa dan

ke pembuluh darah.

Sel leukosit selain dari dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh

jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan karena

kemasukan kuman/ infeksi maka jumlah leukosit yang ada dalam darah akan

meningkat.

Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar

limfa sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh terhadap

17

serangan bibit penyakit tersebut. Macam-macam leukosit adalah sebagai

berikut:

1) Agranulosit

Sel yang tidak mempunyai granula di dalamnya, terdiri dari:

a) Limfosit

Leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfa di

dalam sitoplasmannya tidak terdapat granula dan inti besar

banyaknya 20 % sampai 25 %. Fungsinya membunuh kuman dan

memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh.

b) Monosit

Fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 30%.

2) Granulosit

a) Neutrofil

Mempunyai inti, protoplasma, banyaknya bintik-bintik, banyaknya 60%

sampai 70%.

b) Eosinofil

Granula lebih besar, banyaknya kira-kira 24%.

c) Basofil

Inti teratur dalam protoplasma terdapat granula besar banyaknya ½%

c) Trombosit (sel pembeku)

Merupakan benda-benda kecil yang bentuk dan ukurannya bermacam-

macam, ada yang bulat dan ada yang lonjong. Warnanya putih dengan

jumlah normal 150.000 sampai 450.000/mm3. Trombosit memegang

18

peranan penting dalam pembekuan darah jika kurang dari normal. Apabila

timbul luka, darah tidak lekas membeku sehingga timbul pendarahan terus

menerus.

Proses pembekuan darah dibantu oleh zat yaitu Ca2+ dan fribinogen.

Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. Jika tubuh terluka,

darah akan keluar, trombosit pecah dan akan mengeluarkan zat yang disebut

trombokinase. Trombokinase akan bertemu protombin dengan bantuan Ca2+

akan menjadi thrombin. Thrombin akan bertemu dengan fibrin yang

merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur

letaknya, yang akan menahan sel darah. Dengan demikian terjadi

pembekuan.

d) Plasma darah

Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan

hampir 90% plasma darah terdiri dari:

1) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.

2) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain

yang berguna dalam metabolisme ).

3) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah

dan juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara

keseimbangan cairan dalam tubuh.

4) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin).

5) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.

6) Antibodi atau anti toksin.

19

Hematokrit adalah presentase darah yang berupa sel. Harga normal hematokrit

adalah 40,0 sampai 54,0 %. Efek hematokrit terdapat viskositas darah makin besar

presentase darah merah yaitu makin besar hematokrit ( Noer, S, 1999 ).

C. Etiologi

Virus dengue termasuk group B arthropod borne virus (arboviruses) dan sekarang

dikenal sebagai genus flavivirus, famili flaviviridae, yang mempunyai 4 jenis serotipe

yaitu den-1, den-2, den-3, dan den-4. Infeksi dengan salah satu serotipe yang

bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain. Seseorang yang

tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe

selama hidupnya. Keempat jenis serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai

daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun

1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan

bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe den-3 merupakan serotipe yang dominan dan

banyak berhubungan dengan kasus berat.

Penularan virus dengue melalui beberapa vektor. Sampai saat ini telah diketahui

beberapa nyamuk sebagai vektor dengue. Walaupun Ae. aegypti diperkirakan sebagai

vektor utama penyakit dengue hemorrhagic fever (DHF), pengamatan epidemiologis dan

percobaan penularan di laboratorium membuktikan bahwa Ae. scuttelaris dan Ae.

polynesiensis yang terdapat di Kepulauan Pasifik Selatan dapat menjadi vektor demam

dengue. Di Kepulauan Rotuma di daerah Fiji pada waktu terjadi wabah demam dengue

pada tahun 1971 sampai 1972, Ae. rotumae dilaporkan sebagai satu-satunya vektor yang

ditemukan. Di pulau Ponape, kepulauan Caroline sebelah Timur pada tahun 1974 terjadi

20

letupan wabah dengue, virus dengue tipe 1 telah berhasil diisolasi pada stadium akut dari

darah penderita dan ternyata Ae. hakansoni merupakan vektornya. Ae. cooki diduga

merupakan vektor pada waktu terjadi wabah demam dengue di Niue. Di Indonesia,

walaupun vektor DHF belum diselidiki secara luas, Ae. aegypti diperkirakan sebagai

vektor terpenting di daerah perkotaan, sedangkan Ae. albopictus di daerah pedesaan

(Sodarmo, 2005).

D. Patofisiologi

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi

viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai

gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu

makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat

terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah

bening, hati dan limpa. Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta

aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding

kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau

terjadinya perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang

terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi

dan renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan

reaksi antigen antibodi yang akhirnya bisa menyebabkan anaphylaxia.

Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi

sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan

21

perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada

perdarahan kelenjar adrenalin.

Plasma bocor sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan.

Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau

lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan

segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.

Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.

Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan pada

hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit <

100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi

(protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravaskuler

(DIC) juga bisa terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis,

purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus

gastrointestinal ( Price, 1997 ).

E. Manifestasi Klinis

Perjalanan penyakit DD/DBD sulit diramalkan. Pada umunya pasien mengalami fase

demam selama 2 sampai 7 hari, selanjutnya diikuti oleh fase kritis selama 2 sampai 3

hari.

1. Demam Dengue (DD)

Demam Dengue merupakan penyakit demam akut selama 2 sampai 7 hari, ditandai

dengan dua atau lebih manifestasi sebagai berikut :

22

a. Nyeri kepala.

b. Ruam kulit.

c. Manifestasi perdarahan (ptekie atau uji banding positif).

d. Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan pasien DD/DBD yang sudah

dikonfirmasikan pada lokasi dan waktu yang sama.

2. Demam Berdarah Dengue

Berdasarakan kriteria WHO (1997) diagnosis ditegakkan bila semua hal di bawah ini di

penuhi, yaitu:

a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2 sampai 7 hari, biasanya bifasik.

b. Terdapat minimal satu manifestasi perdarahan berikut :

1) Uji bendung positif.

2) Ptekie, ekimosis atau purpura.

3) Perdarahan mukosa (epitaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat

lain.

4) Hematemesis atau melena.

c. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul)

d. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma), yaitu :

1) Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standart sesuai dengan umur dan

jenis kelamin.

2) Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan

nilai hematokrit sebelumnya.

3) Tanda kebocoran plasma seperti efuis pleura, asites, hipoproteinemia, atau

hiponatremia.

23

4) Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.

5) Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi.

6) Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang

dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh.

Menurut Sodarmo (2008) World Health Organization (WHO) (1975) membagi

derajat penyakit dengue haemorrhagic fever (DHF) dalam 4 derajat :

Derajat I Demam disertai gajala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan

adalah uji tourniquet positif.

Derajat II Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan/atau perdarahan lain.

Derajat III Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,

tekanan nadi menurun (≤20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin,

lembab, dan pasien menjadi gelisah.

Derajat IV Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

F. Penatalaksanaan

1. Medis

Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan suportif

a. DHF tanpa renjatan

Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan

haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24

jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara

memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan

24

dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau minum sesuai yang dianjurkan tidak

dibenarkan pemasangan sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan.

Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin. Jika

terjadi kejang diberi luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan

dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit

kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak di atas

1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya

depresi fungsi vital.

Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :

1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga

mengancam terjadinya dehidrasi.

2) Hematokrit yang cenderung meningkat.

Hematokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya mendahului

munculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan nadi),

sedangkan turunnya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh

karena itu, pada pasien yang diduga menderita DHF harus diperiksa hemoglobin,

hematokrit dan trombosit setiap hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah turun 1

sampai 2 hari. Nilai hematokrit itulah yang menentukan apabila pasien perlu dipasang

infus atau tidak.

b. DHF disertai renjatan (DSS)

Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai

penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan bisanya

Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau plasma

25

ekspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kgBB. Pada pasien dengan renjatan berat

diberikan infus harus diguyur dengan cara membuka klem infus.

Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar,

tekanan sistolik 80 mmHg / lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10 liter/kgBB/jam.

Mengingat kebocoran plasma 24 sampai 48 jam, maka pemberian infus dipertahankan

sampai 1 sampai 2 hari lagi walaupun tanda-tanda vital telah baik.

Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang Central Venous

Pressure (CVP) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena magna atau vena

jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.

Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang

berat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai

hemoglobin dan hematokrit menurun sedangkan perdarahannya sedikit tidak

kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka dengan

keadaan ini dianjurkan pemberian darah.

2. Keperawatan

Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan sirkulasi darah,

resiko terjadi pendarahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi virus dengue, gangguan

rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

a. Kegagalan sirkulasi darah

Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke dalam jaringan

ekstrovaskular, yang puncaknya terjadi pada saat renjatan akan terlihat pada tubuh

pasien menjadi sembab (edema) dan darah menjadi kental. Pengawasan tanda vital

(nadi, TD, suhu dan pernafasan) perlu dilakukan secara kontinu, bila perlu setiap jam.

26

Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit sesuai permintaan dokter setiap 4 jam. Perhatikan

apakah pasien kencing / tidak.

b. Risiko terjadi pendarahan

Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya

faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan utama pada

traktus gastrointestinal. Pendarahan grastointestinal didahului oleh adanya rasa sakit

perut yang hebat atau daerah retrosternal

Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu diukur. Karena

melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu tindakan secepatnya. Makan dan

minum pasien perlu dihentikan. Bila pasien sebelumnya tidak dipasang infus segera

dipasang. Formulir permintaan darah disediakan.

Perawatan selanjutnya seperti pasien yang menderita syok. Bila terjadi

pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat banyaknya / warnanya serta waktu

terjadinya pendarahan.

Pasien yang mengalami pendarahan gastrointestinal biasanya dipasang NGT

untuk membantu mengeluarkan darah dari lambung.

c. Gangguan suhu tubuh

Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke-2

sampai ke-7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat menyebabkan pasien

kejang. Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka pengobatannya

dengan pemberian antipiretika dan anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu

dan mencegah agar tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang perlu

diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang mendadak disertai berkeringat banyak

27

sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi lembut halus waspada karena gejala

renjatan. Kontrol TD dan nadi harus lebih sering dan dicatat secara baik dan

memberitahu dokter.

d. Gangguan rasa aman dan nyaman

Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena penyakitnya dan

akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien DHF menderita lebih karena

pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb secara periodik (setiap 4 jam) dan mudah terjadi

hematom, serta ukurannya mencari vena jika sudah stadium II.

Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan tenang, yakinkan

dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematom segera oleskan

trombophub gel / kompres dengan alkohol.

Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya dipasang venaseksi agar tidak terjadi

coba-coba mencari vena dan meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat. jika

sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set venaseksi yang telah

seteril (Ngastiyah, 2005).

G. Komplikasi

a. Perdarahan

Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan

jumlah trombosit <100.000 /mm³ (trombositopenia) dan koagulopati,

trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda dalam

sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan terlihat

28

pada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna,

hematemesis dan melena.

b. Kegagalan sirkulasi

Dengue Syok Sindrom (DSS) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 sampai 7,

disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran

plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia,

hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena

(venous return), prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga

terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.

DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivitas dan

integritas sistem kardiovaskuler, perfusi miokard dan curah jantung menurun,

sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara

progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan

meninggal dalam 12 sampai 24 jam.

c. Hepatomegali

Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan

nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler.

Terkadang tampak sel neutrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih banyak

dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibodi.

d. Efusi pleura

Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi

aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam

rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak napas.

29

H. Pengkajian Fokus

1. Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15

tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan

pekerjaan orang tua.

2. Keluhan utama

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah sakit adalah panas

tinggi dan pasien lemah.

3. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat demam

kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak

semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,

anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan

pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi

(grade III, IV), melena atau hematemasis.

4. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami serangan

ulangan DHF dengan type virus yang lain.

5. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya

komplikasi dapat dihindarkan.

30

6. Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi

baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor predisposisinya. Anak yang

menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.

Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka

anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

7. Kondisi lingkungan

Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang kurang bersih

(seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).

8. Pola kebiasaan

a. Nutrisi dan metabolisme

Nutrisi dan metabolisme meliputi frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan

berkurang, dan nafsu makan menurun.

b. Eliminasi BAB

Eliminasi BAB meliputi kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.

Sementara DHF grade III sampai IV bisa terjadi melena.

c. Eliminasi BAK

Eliminasi BAK yaitu perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit

atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.

31

d. Tidur dan istirahat

Tidur dan istirahat yaitu anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit

atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun

istirahatnya kurang.

e. Kebersihan

Kebersihan yaitu upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan

cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes

aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk

menjaga kesehatan.

9. Pemeriksaan fisik

Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :

a. Kesadaran : Apatis

b. Vital sign : TD : 110/70 mmHg

c. Kepala : Bentuk mesochepal

d. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, mata anemis

e. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran

f. Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis

g. Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada

perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.

h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher

tidak ada, nyeri telan.

32

i. Dada

Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan

Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan

Perkusi : Sonor

Palpasi : taktil fremitus normal

j. Abdomen :

Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)

Auskultasi : bising usus 8x/menit

Perkusi : tympani

Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas

k. Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulang

l. Genetalia : bersih tidak ada kelainan dibuktikan tidak terpasang kateter

10. Sistem integumen

Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan lembab.

Kuku sianosis atau tidak.

a. Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis,

hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,III, IV. Pada mulut

didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.

Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan

telingga (grade II, III, IV ).

33

b. Dada

Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat adanya cairan

yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura), rales, ronchi, yang biasanya

terdapat pada grade III dan IV.

c. Abdomen

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites. Ekstremitas :

akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

11. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi dengue adalah :

a. Uji rumple leed / tourniquet positif

b. Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia, hemokonsentrasi, masa perdarahan

memanjang, hiponatremia, hipoproteinemia.

c. Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan

d. Serologi

Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk menentukan adanya infeksi

virus dengue antara lain : uji IgG Elisa dan uji IgM Elisa

e. Isolasi virus

Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence antibodi tourniquet test secara tidak

langsung menggunakan conjugate (pengaturan atau penggabungan)

f. Identifikasi virus

Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti bodi tourniquet test secara

langsung dengan menggunakan conjugate

34

g. Radiology

Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama disebelah hemi thorax kanan

( Departemen Kesehatan RI, 1999).

35

I. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan intraseluler ke

ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel)

Ditandai dengan:

a. Hipotensi

b. Takikardi

c. Pengisian kapiler lambat

d. Berkeringat

e. Urin pekat atau menurun

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen

Ditandai dengan :

a. Dispnea

b. Bingung, gelisah

c. Ketidakmampuan membuang secret

d. Perubahan tanda vital

e. Penurunan toleransi terhadap aktivitas

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen dalam jaringan menurun

Ditandai dengan :

a. Penurunan nadi perifer, pengisian kapiler lambat atau menurun

b. Perubahan warna kulit

c. Edema jaringan ekstremitas dingin

36

4. Hipertermi berhubungan viremia

Ditandai dengan:

a. Peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal

b. Kulit kemerahan, hangat waktu disentuh

c. Peningkatan tingkat pernafasan

d. Takikardi

5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubunggan dengan proses patologis (viremia)

Ditandai dengan:

a. Keluhan nyeri

b. Perilaku yang bersifat hati-hati atau melindungi

c. Wajah menunjukkan nyeri

d. Gelisah

6. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,

anoreksia

Ditandai dengan:

a. Konjungtiva dan membran mukosa pucat

b. Menolak untuk makan

c. Penurunan berat badan

d. Turgor kulit buruk

7. Risiko terjadinya perdarahan lebih lanjut sehubungan dengan trombositopenia

Ditandai dengan :

a. Penurunan trombosit

b. Peningkatan hematokrit

37

c. Kebocoran plasma

d. Terjadinya syok

J. Fokus Intervensi

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan intraseluler ke

ekstraseluler

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume cairan dapat

terpenuhi

Kriteria Hasil :

a. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang perlu untuk

memperbaiki defisit cairan

b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran urine

adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.

c. Volume cairan cukup, input cukup, output tidak berlebih.

Rencana tindakan:

a. Mengkaji keadaan umum pasien (lemah pucat, tachicardi) serta tanda-tanda vital.

Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan cepat

penyimpangan dari keadaan normalnya

b. Mengobservasi adanya tanda-tanda syok.

Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok yang

dialami pasien.

38

c. Memberikan cairan intravaskuler sesuai program dokter.

Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami

defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan

langsung masuk kedalam pembuluh darah.

d. Menganjurkan pasien untuk banyak minum

Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan

tubuh.

e. Mengkaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik (riwayat muntah diare,

kehausan turgor jelek).

Rasional : Untuk mengetahui penyebab devisit volume cairan, jika haluaran urine

< 25 ml/jam, maka pasien mengalami syok

f. Mengkaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran

Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan tingkatan dehidrasi.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai oksigen ke jaringan

adekuat.

Kriteria Hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat

dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres

pernafasan.

Rencana tindakan :

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir,

ketidakmampuan bicara / berbincang.

39

Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan dan / kronisnya

proses penyakit.

b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah

untuk bernafas. Dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir sesuai kebutuhan atau

tolaransi individu.

Rasional : Pengiriman oksigen tidak dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi

dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea, dan kerja nafas.

c. Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa

Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat

sekitar bibir / daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral

mengindikasikan beratnya hipoksia.

d. Dorong mengeluarkan sputum, penghisapan bila diindikasikan.

Rasional : Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan

pertukaran gas pada jalan nafas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila

batuk tidak efektif.

e. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara / bunyi tambahan

Rasional : Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area

konsolidasi. Adanya mengindikasikan spasme bronkus / tertahannya

sekret. Krekles basah menyebar menunjukkan cairan pada interstisial

atau dekompensasi jantung.

f. Palpasi premitus

Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara

terjebak.

40

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen dalam jaringan

menurun.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai oksigen ke jaringan

adekuat.

Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan perfusi secara individual misalnya tidak

ada sianosis dan kulit hangat.

Rencana tindakan:

a. Auskultasi frekuensi dan irama jantung cacat adanya bunyi jantung ekstra.

Rasional : Tachicardia sebagai akibat hipoksemia kompensasi upaya peningkatan

aliran darah dan perfusi jaringan, gangguan irama berhubungan

dengan hipoksemia, ketidakseimbangan elektrolit. Adanya bunyi

jantung tambahan terlihat sebagai peningkatan kerja jantung.

b. Observasi perubahan status metal

Rasional : Gelisah bingung disorientasi dapat menunjukkan gangguan aliran

darah serta hipoksia.

c. Observasi warna dan suhu kulit atau membran mukosa.

Rasional : Kulit pucat atau sianosis, kuku membran bibir atau lidah dingin

menunjukkan vasokonstriksi prifer (syok) atau gangguan aliran darah

perifer.

d. Ukur haluaran urine dan catat berat jeuis urine

Rasional : Syok lanjut atau penurunan curah jantung menimbulkan penurunan

perfusi ginjal dimanifestasi oleh penurunan haluaran urine dengan

berat jenis normal atau meningkat

41

e. Berikan cairan intra vena atau peroral sesuai indikasi.

Rasional : Peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan hiperviskositas

darah (potensial pembentukan trombosit) atau mendukung volume

sirlukasi atau perfusi jaringan.

4. Hipertemi berhubungan dengan terjadinya veremia

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan temperatur suhu dalam batas

normal (36° sampai 37° C).

Kriteria Hasil :

a. Klien tidak menunjukkan kenaikan srihu tubuh.

b. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36° sampai 37° C)

Rencana tindakan:

a. Mengkaji saat timbulnya demam

Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien

b. Mengobservasi tanda-tanda vital

Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum

pasien.

c. Tingkatkan intake cairan.

Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat

sehingga perlu diimbangi asupan cairan

d. Mencatat asupan dan keluaran

Rasional : Untuk mengetahui ketidakseimbangancairan tubuh

e. Memberikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter

Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

42

5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses patologis (viremia)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang atau hilang

Kriteria Hasil :

a. Rasa nyaman pasien terpenuhi

b. Nyeri berkurang atau hilang

Rencana tindakan:

a. Mengkaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan skala nyeri (0 sampai 10),

tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien terhadap nyeri

Rasional : Untuk mengetahui berat nyeri yang dialami pasien

b. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri

Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat

melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien.

c. Memberikan posisi yang nyata dan, usahakan situasi ruang yang terang

Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.

d. Memberikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri

Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat sedikit melupakan

perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.

e. Memberikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan teman-teman

atau orang terdekat.

Rasional : Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat atau teman membuat

pasien bahagia dan dapat mengalihkan, perhatiannya terhadap nyeri.

f. Memberikan obat analgetik (Kolaborasi dengan dokter)

Rasional : Obat analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.

43

6. Intake nutrisi kurang dari, kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,

anoreksia

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi pasien

terpenuhi.

Kriteria Hasil : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang

dibutuhkan atau diberikan.

Rencana tindakan:

a. Mengkaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien

Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.

b. Memberikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah

c. Menjelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi

pasien untuk makan meningkat.

d. Memberikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan dihidangkan saat

masih hangat.

Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan

makanan.

e. Mencatat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan

Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.

f. Mengukur berat badan pasien setiap hari.

Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien

44

7. Risiko terjadinya perdarahan lebih lanjut sehubungan dengan trombositopenia

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi perdarahan.

Kriteria Hasil :

a. Tidak terjadi perdarahan

b. Trombosit dalam batas normal

Rencana Tindakan :

a. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.

Rasional : Untuk mengetahui trombosit saat sakit.

b. Monitor jumlah trombosit setiap hari.

Rasional : Untuk mengetahui peningkatan trombosit.

c. Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pasien.

Rasional : Untuk memberikan pengetahuan tentang trombositopenia ke pasien.

d. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

Rasional : Untuk memberikan banyak waktu untuk beristirahat agar cepat

sembuh.