Upload
duongbao
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Dengue haemorrhagic fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty (Nursalam, 2005). Pengertian lain menurut Ngastiyah (2005) menyatakan
demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(Arthropodhomvirus) dan Aedes Albopictus.
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam
yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi
sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran
plasma yang dapat menyebabkan kematian (Soegijanto, 2002). Demam berdarah dengue
adalah penyakit akut dengan ciri-ciri demam manifestasi perdarahan dan bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Mansyoer, 2000)
Jadi demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul
renjatan dapat menyebabkan kematian.
B. Anatomi Fisiologi
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus
distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan
sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit
7
yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi
mencakup jantung, pembuluh darah, dan darah.
1. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara paru-
paru, agak lebih kearah kiri.
Gambar anatomi sistim sirkulasi
(Sumber: Guyton, 1997)
8
Gambar anatomi pembuluh darah
(Gambar: Syaifuddin, 1997)
Struktur jantung :
a. Atrium kanan
Atrium kanan berada di sebelah kanan jantung dan terbuka pada bagian kirinya
kedalam segitiga ventrikel kanan.
b. Atrium kiri
Atrium kiri berbentuk persegi tidak beraturan dengan vena pulmonalis masuk
kedalam setiap sudutnya.
9
c. Ventrikel kanan
Atrium ini berada pada bagian depan jantung, dan memompakan darah keatas masuk
ke arteri pulmonalis.
d. Ventrikel kiri
Dinding ventrikel kiri jauh lebih tebal dibandingkan dinding ventrikel kanan namun
strukturnya sama. Dinding yang tebal diperlukan untuk memompa darah
teroksigenasi dengan tekanan tinggi melalui sirkulasi sistemik.
e. Katup bikuspidalis
Katup yang menjaga aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri.
f. Katup trikuspidalis
Katup yang terdapat antara atrium kanan dengan ventrikel kanan yang terdiri dari 3
katup.
g. Endokardium
Merupakan lapisan jantung yang terdiri dari jaringan indotel atau selaput lender yang
melapisi permukaan rongga jantung.
h. Miokardium
Merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung, otot jantung ini
membentuk bundalan-bundalan otot.
i. Perikardium
Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus, terdiri dari 2
lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu dipangkal jantung membentuk
kantung jantung.
10
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu:
a. Arteri (Pembuluh nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa pembuluh darah
arteri yang penting yaitu :
1) Arteri koronaria
Arteri yang mendarahi dinding jantung.
2) Arteri subklavikula
Arteri bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher dan melewati aksila.
3) Arteri Brachialis
Arteri yang berada pada lengan atas.
4) Arteri radialis
Arteri yang teraba pada pangkal ibu jari.
5) Arteri karotis
Arteri yang mendarahi kepala dan otak.
6) Arteri temporalis
Arteri yang teraba denyutnya di depan telinga.
7) Arteri facialis
Teraba denyutan di sudut kanan bawah.
8) Arteri femoralis
Arteri yang berjalan ke bawah menyusuri paha menuju ke belakang lutut.
9) Arteri Tibia
Arteri pada kaki.
11
10) Arteri Pulmonalis
Arteri yang menuju ke paru-paru.
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang terhalus
dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler membentuk
anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain
menjadi darah yang lebih besar yang disebut vena.
c. Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung.
Beberapa vena yang penting:
1) Vena Cava Superior.
Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor dari daerah
kepala, thorak dan ekstremitas atas.
2) Vena Cava Inferior
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh bagian
bawah.
3) Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung.
4) Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah
3. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian yaitu bagian cair yang
disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah adalah suatu jaringan
12
tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang berwarna merah. Darah adalah
suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma.
a. Bagian-bagian darah
b. Fungsi darah secara umum terdiri dari:
1) Sebagai alat pengangkut
a) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru untuk diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh.
b) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru.
c) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
ke seluruh jaringan / alat tubuh.
d) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2) Sebagai pertahanan tubuh
Terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh
dengan perantara leukosit, antibodi atau zat-zat anti racun.
13
3) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Fungsi khususnya lebih lanjut diterangkan lebih banyak di struktur atau bagian
dari masing-masing sel darah dan plasma darah.
c. Proses pembentukan sel darah (hemotopoesis) terdapat di tiga tempat, yaitu sumsum
tulang, hepar dan limpa.
1) Sumsum Tulang
Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah:
a) Tulang Vertebra
Vertebra merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak teratur bentuknya
dan saling berhubungan, sehingga tulang belakang mampu melaksanakan
fungsinya sebagai pendukung dan penopang tubuh. Tubuh manusia
mempunyai 33 vertebra, tiap vertebra mempunyai korpus (badan ruas tulang
belakang) terbentuk kotak dan terletak di depan dan menyangga. Bagian
yang menjorok dari korpus di belakang disebut arkus neoralis (lengkung
neoral) yang dilewati medulla spinalis, yang membawa serabut dari otak ke
semua bagian tubuh. Pada arkus neoralis terdapat bagian yang menonjol
pada vertebra dan dilekati oleh otot-otot yang menggerakkan tulang belakang
yang dinamakan prosesus spinosus.
b) Sternum (tulang dada)
Sternum disebut juga dengan tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat
tulang kosta dan klavikula. Sternum terdiri dari manubrium sterni, corpus
sterni dan processus xipoideus.
14
c) Costa (tulang iga)
Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3 pasang costa
vertebio condralis dan 2 pasang costa fluktuantes. Costa dibagian posterior
tubuh melekat pada tulang vertebra dan di bagian anterior melekat pada
tulang sternum, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan ada
yang sama sekali tidak melekat.
2) Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh manusia.
Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di bawah diafragma, kelenjar ini
terdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan duktus hepatikus sinestra, keduanya
bertemu membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus komunis
menyatu dengan duktus sistikus membentuk duktus koleduktus.
3) Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa berbentuk setengah bulat
berwarna kemerahan, limpa adalah organ berkapsula dengan berat normal 100
sampai 150 gram. Limpa mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfaed dan
memfagosit material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi
menghancurkan sel darah merah yang rusak. Volume darah pada tubuh yang
sehat/organ dewasa terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4
sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap organ tidak sama tergantung
pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah. Tekanan viskositas
atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air yaitu mempunyai berat
jenis 1.041 sampai 1.067 dengan temperatur 38°C dan PH 7.37 sampai 1.45.
15
d. Darah terdiri dari 2 bagian yaitu:
1) Sel-sel darah ada 3 macam yatiu:
a) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti, ukurannya kira-
kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5 juta dalam mm3.
Eritrosit berwarna kuning kemerahan karena didalamnya mengandung suatu
zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika
didalamnya banyak mengandung O2. Fungsi dari eritrosit adalah mengikat
CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
Pengikat O2 dan CO2 ini dilakukan oleh hemoglobin yang telah
bersenyawa dengan O2 disebut oksihemoglobin yang telah bersenyawa
dengan O2 disebut oksi hemoglobin (Hb+ O2 HbO2) jadi O2 dingkut dari
seluruh tubuh sebagai oksi hemoglobin dan kemudian dilepaskan dalam
jaringan HbO2 Hb+O2 dan seterusnya Hb akan mengikat dan bersenyawa
dengan Hb+ O2 HbO2CO2 yang disebut karbondioksida hemoglobin
(Hb+ CO2 HbCO2) yang mana CO2 akan dilepaskan dari paru.
Eristrosit dibuat dalam sumsum tulang, limpa dan hati, yang kemudian akan
beredar keseluruh tubuh selama 14 sampai 15 hari, setelah itu akan mati.
Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua
zat yaitu hematin yang menjadi Fe yang berguna untuk pembuatan eritrosit
baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat dalam eritrosit yang
berguna untuk mengikat O2 dan CO2. Jumlah Hb dalam orang dewasa kira-
16
kira 11,5 sampai 15 mg %. Normal Hb wanita 11,5 sampai 15,5 mg % dan
Hb laki-laki 13,0 sampai 17,0 mg %. Dari dalam tubuh banyaknya sel darah
merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel
darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini disebut
anemia. Biasanya hal ini disebabkan karena pendarahan yang hebat dan
gangguan dalam pembuatan eritrosit.
b) Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-macam inti sel
sehingga dapat dibedakan berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna kuning
(tidak berwarna), banyaknya kira-kira 4000 sampai 11.000/mm3.
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan
bibit penyakit / bakteri yang masuk dalam tubuh jaringan RES (Retikulo
Endotel System). Fungsi yang lain yaitu sebagai pengangkut dimana leukosit
mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa dan
ke pembuluh darah.
Sel leukosit selain dari dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh
jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan karena
kemasukan kuman/ infeksi maka jumlah leukosit yang ada dalam darah akan
meningkat.
Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar
limfa sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh terhadap
17
serangan bibit penyakit tersebut. Macam-macam leukosit adalah sebagai
berikut:
1) Agranulosit
Sel yang tidak mempunyai granula di dalamnya, terdiri dari:
a) Limfosit
Leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfa di
dalam sitoplasmannya tidak terdapat granula dan inti besar
banyaknya 20 % sampai 25 %. Fungsinya membunuh kuman dan
memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh.
b) Monosit
Fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 30%.
2) Granulosit
a) Neutrofil
Mempunyai inti, protoplasma, banyaknya bintik-bintik, banyaknya 60%
sampai 70%.
b) Eosinofil
Granula lebih besar, banyaknya kira-kira 24%.
c) Basofil
Inti teratur dalam protoplasma terdapat granula besar banyaknya ½%
c) Trombosit (sel pembeku)
Merupakan benda-benda kecil yang bentuk dan ukurannya bermacam-
macam, ada yang bulat dan ada yang lonjong. Warnanya putih dengan
jumlah normal 150.000 sampai 450.000/mm3. Trombosit memegang
18
peranan penting dalam pembekuan darah jika kurang dari normal. Apabila
timbul luka, darah tidak lekas membeku sehingga timbul pendarahan terus
menerus.
Proses pembekuan darah dibantu oleh zat yaitu Ca2+ dan fribinogen.
Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. Jika tubuh terluka,
darah akan keluar, trombosit pecah dan akan mengeluarkan zat yang disebut
trombokinase. Trombokinase akan bertemu protombin dengan bantuan Ca2+
akan menjadi thrombin. Thrombin akan bertemu dengan fibrin yang
merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur
letaknya, yang akan menahan sel darah. Dengan demikian terjadi
pembekuan.
d) Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan
hampir 90% plasma darah terdiri dari:
1) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
2) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain
yang berguna dalam metabolisme ).
3) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah
dan juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh.
4) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin).
5) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
6) Antibodi atau anti toksin.
19
Hematokrit adalah presentase darah yang berupa sel. Harga normal hematokrit
adalah 40,0 sampai 54,0 %. Efek hematokrit terdapat viskositas darah makin besar
presentase darah merah yaitu makin besar hematokrit ( Noer, S, 1999 ).
C. Etiologi
Virus dengue termasuk group B arthropod borne virus (arboviruses) dan sekarang
dikenal sebagai genus flavivirus, famili flaviviridae, yang mempunyai 4 jenis serotipe
yaitu den-1, den-2, den-3, dan den-4. Infeksi dengan salah satu serotipe yang
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain. Seseorang yang
tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe
selama hidupnya. Keempat jenis serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun
1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan
bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe den-3 merupakan serotipe yang dominan dan
banyak berhubungan dengan kasus berat.
Penularan virus dengue melalui beberapa vektor. Sampai saat ini telah diketahui
beberapa nyamuk sebagai vektor dengue. Walaupun Ae. aegypti diperkirakan sebagai
vektor utama penyakit dengue hemorrhagic fever (DHF), pengamatan epidemiologis dan
percobaan penularan di laboratorium membuktikan bahwa Ae. scuttelaris dan Ae.
polynesiensis yang terdapat di Kepulauan Pasifik Selatan dapat menjadi vektor demam
dengue. Di Kepulauan Rotuma di daerah Fiji pada waktu terjadi wabah demam dengue
pada tahun 1971 sampai 1972, Ae. rotumae dilaporkan sebagai satu-satunya vektor yang
ditemukan. Di pulau Ponape, kepulauan Caroline sebelah Timur pada tahun 1974 terjadi
20
letupan wabah dengue, virus dengue tipe 1 telah berhasil diisolasi pada stadium akut dari
darah penderita dan ternyata Ae. hakansoni merupakan vektornya. Ae. cooki diduga
merupakan vektor pada waktu terjadi wabah demam dengue di Niue. Di Indonesia,
walaupun vektor DHF belum diselidiki secara luas, Ae. aegypti diperkirakan sebagai
vektor terpenting di daerah perkotaan, sedangkan Ae. albopictus di daerah pedesaan
(Sodarmo, 2005).
D. Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi
viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai
gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu
makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat
terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah
bening, hati dan limpa. Pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta
aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding
kapiler/vaskuler sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau
terjadinya perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang
terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi
dan renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan
reaksi antigen antibodi yang akhirnya bisa menyebabkan anaphylaxia.
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi
sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan
21
perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada
perdarahan kelenjar adrenalin.
Plasma bocor sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan.
Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau
lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan
segera diatasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
Terjadinya renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.
Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan pada
hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler, trombositopenia (trombosit <
100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravaskuler
(DIC) juga bisa terjadi saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis,
purpura, epistaksis, perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus
gastrointestinal ( Price, 1997 ).
E. Manifestasi Klinis
Perjalanan penyakit DD/DBD sulit diramalkan. Pada umunya pasien mengalami fase
demam selama 2 sampai 7 hari, selanjutnya diikuti oleh fase kritis selama 2 sampai 3
hari.
1. Demam Dengue (DD)
Demam Dengue merupakan penyakit demam akut selama 2 sampai 7 hari, ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi sebagai berikut :
22
a. Nyeri kepala.
b. Ruam kulit.
c. Manifestasi perdarahan (ptekie atau uji banding positif).
d. Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan pasien DD/DBD yang sudah
dikonfirmasikan pada lokasi dan waktu yang sama.
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarakan kriteria WHO (1997) diagnosis ditegakkan bila semua hal di bawah ini di
penuhi, yaitu:
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2 sampai 7 hari, biasanya bifasik.
b. Terdapat minimal satu manifestasi perdarahan berikut :
1) Uji bendung positif.
2) Ptekie, ekimosis atau purpura.
3) Perdarahan mukosa (epitaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat
lain.
4) Hematemesis atau melena.
c. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul)
d. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma), yaitu :
1) Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standart sesuai dengan umur dan
jenis kelamin.
2) Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan
nilai hematokrit sebelumnya.
3) Tanda kebocoran plasma seperti efuis pleura, asites, hipoproteinemia, atau
hiponatremia.
23
4) Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
5) Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi.
6) Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang
dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh.
Menurut Sodarmo (2008) World Health Organization (WHO) (1975) membagi
derajat penyakit dengue haemorrhagic fever (DHF) dalam 4 derajat :
Derajat I Demam disertai gajala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
adalah uji tourniquet positif.
Derajat II Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan/atau perdarahan lain.
Derajat III Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan nadi menurun (≤20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin,
lembab, dan pasien menjadi gelisah.
Derajat IV Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
F. Penatalaksanaan
1. Medis
Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan suportif
a. DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan
haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24
jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara
memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan
24
dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau minum sesuai yang dianjurkan tidak
dibenarkan pemasangan sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin. Jika
terjadi kejang diberi luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan
dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit
kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak di atas
1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya
depresi fungsi vital.
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
mengancam terjadinya dehidrasi.
2) Hematokrit yang cenderung meningkat.
Hematokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya mendahului
munculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan nadi),
sedangkan turunnya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh
karena itu, pada pasien yang diduga menderita DHF harus diperiksa hemoglobin,
hematokrit dan trombosit setiap hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah turun 1
sampai 2 hari. Nilai hematokrit itulah yang menentukan apabila pasien perlu dipasang
infus atau tidak.
b. DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai
penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan bisanya
Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau plasma
25
ekspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kgBB. Pada pasien dengan renjatan berat
diberikan infus harus diguyur dengan cara membuka klem infus.
Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar,
tekanan sistolik 80 mmHg / lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10 liter/kgBB/jam.
Mengingat kebocoran plasma 24 sampai 48 jam, maka pemberian infus dipertahankan
sampai 1 sampai 2 hari lagi walaupun tanda-tanda vital telah baik.
Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang Central Venous
Pressure (CVP) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena magna atau vena
jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.
Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang
berat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai
hemoglobin dan hematokrit menurun sedangkan perdarahannya sedikit tidak
kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka dengan
keadaan ini dianjurkan pemberian darah.
2. Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan sirkulasi darah,
resiko terjadi pendarahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi virus dengue, gangguan
rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
a. Kegagalan sirkulasi darah
Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke dalam jaringan
ekstrovaskular, yang puncaknya terjadi pada saat renjatan akan terlihat pada tubuh
pasien menjadi sembab (edema) dan darah menjadi kental. Pengawasan tanda vital
(nadi, TD, suhu dan pernafasan) perlu dilakukan secara kontinu, bila perlu setiap jam.
26
Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit sesuai permintaan dokter setiap 4 jam. Perhatikan
apakah pasien kencing / tidak.
b. Risiko terjadi pendarahan
Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan utama pada
traktus gastrointestinal. Pendarahan grastointestinal didahului oleh adanya rasa sakit
perut yang hebat atau daerah retrosternal
Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu diukur. Karena
melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu tindakan secepatnya. Makan dan
minum pasien perlu dihentikan. Bila pasien sebelumnya tidak dipasang infus segera
dipasang. Formulir permintaan darah disediakan.
Perawatan selanjutnya seperti pasien yang menderita syok. Bila terjadi
pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat banyaknya / warnanya serta waktu
terjadinya pendarahan.
Pasien yang mengalami pendarahan gastrointestinal biasanya dipasang NGT
untuk membantu mengeluarkan darah dari lambung.
c. Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke-2
sampai ke-7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat menyebabkan pasien
kejang. Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka pengobatannya
dengan pemberian antipiretika dan anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu
dan mencegah agar tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang perlu
diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang mendadak disertai berkeringat banyak
27
sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi lembut halus waspada karena gejala
renjatan. Kontrol TD dan nadi harus lebih sering dan dicatat secara baik dan
memberitahu dokter.
d. Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena penyakitnya dan
akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien DHF menderita lebih karena
pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb secara periodik (setiap 4 jam) dan mudah terjadi
hematom, serta ukurannya mencari vena jika sudah stadium II.
Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan tenang, yakinkan
dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematom segera oleskan
trombophub gel / kompres dengan alkohol.
Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya dipasang venaseksi agar tidak terjadi
coba-coba mencari vena dan meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat. jika
sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set venaseksi yang telah
seteril (Ngastiyah, 2005).
G. Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan
jumlah trombosit <100.000 /mm³ (trombositopenia) dan koagulopati,
trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda dalam
sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan terlihat
28
pada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna,
hematemesis dan melena.
b. Kegagalan sirkulasi
Dengue Syok Sindrom (DSS) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 sampai 7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia,
hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena
(venous return), prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga
terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivitas dan
integritas sistem kardiovaskuler, perfusi miokard dan curah jantung menurun,
sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan
meninggal dalam 12 sampai 24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler.
Terkadang tampak sel neutrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih banyak
dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibodi.
d. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi
aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam
rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak napas.
29
H. Pengkajian Fokus
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15
tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah sakit adalah panas
tinggi dan pasien lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat demam
kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak
semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi
(grade III, IV), melena atau hematemasis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami serangan
ulangan DHF dengan type virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
30
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka
anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang kurang bersih
(seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme
Nutrisi dan metabolisme meliputi frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
b. Eliminasi BAB
Eliminasi BAB meliputi kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi.
Sementara DHF grade III sampai IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi BAK
Eliminasi BAK yaitu perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit
atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
31
d. Tidur dan istirahat
Tidur dan istirahat yaitu anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit
atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
e. Kebersihan
Kebersihan yaitu upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :
a. Kesadaran : Apatis
b. Vital sign : TD : 110/70 mmHg
c. Kepala : Bentuk mesochepal
d. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, mata anemis
e. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
f. Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis
g. Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada
perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.
h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher
tidak ada, nyeri telan.
32
i. Dada
Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
Perkusi : Sonor
Palpasi : taktil fremitus normal
j. Abdomen :
Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)
Auskultasi : bising usus 8x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
k. Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulang
l. Genetalia : bersih tidak ada kelainan dibuktikan tidak terpasang kateter
10. Sistem integumen
Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan lembab.
Kuku sianosis atau tidak.
a. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis,
hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,III, IV. Pada mulut
didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan
telingga (grade II, III, IV ).
33
b. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat adanya cairan
yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura), rales, ronchi, yang biasanya
terdapat pada grade III dan IV.
c. Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites. Ekstremitas :
akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
11. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi dengue adalah :
a. Uji rumple leed / tourniquet positif
b. Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia, hemokonsentrasi, masa perdarahan
memanjang, hiponatremia, hipoproteinemia.
c. Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan
d. Serologi
Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk menentukan adanya infeksi
virus dengue antara lain : uji IgG Elisa dan uji IgM Elisa
e. Isolasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence antibodi tourniquet test secara tidak
langsung menggunakan conjugate (pengaturan atau penggabungan)
f. Identifikasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti bodi tourniquet test secara
langsung dengan menggunakan conjugate
34
g. Radiology
Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama disebelah hemi thorax kanan
( Departemen Kesehatan RI, 1999).
35
I. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan intraseluler ke
ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel)
Ditandai dengan:
a. Hipotensi
b. Takikardi
c. Pengisian kapiler lambat
d. Berkeringat
e. Urin pekat atau menurun
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
Ditandai dengan :
a. Dispnea
b. Bingung, gelisah
c. Ketidakmampuan membuang secret
d. Perubahan tanda vital
e. Penurunan toleransi terhadap aktivitas
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen dalam jaringan menurun
Ditandai dengan :
a. Penurunan nadi perifer, pengisian kapiler lambat atau menurun
b. Perubahan warna kulit
c. Edema jaringan ekstremitas dingin
36
4. Hipertermi berhubungan viremia
Ditandai dengan:
a. Peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal
b. Kulit kemerahan, hangat waktu disentuh
c. Peningkatan tingkat pernafasan
d. Takikardi
5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubunggan dengan proses patologis (viremia)
Ditandai dengan:
a. Keluhan nyeri
b. Perilaku yang bersifat hati-hati atau melindungi
c. Wajah menunjukkan nyeri
d. Gelisah
6. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia
Ditandai dengan:
a. Konjungtiva dan membran mukosa pucat
b. Menolak untuk makan
c. Penurunan berat badan
d. Turgor kulit buruk
7. Risiko terjadinya perdarahan lebih lanjut sehubungan dengan trombositopenia
Ditandai dengan :
a. Penurunan trombosit
b. Peningkatan hematokrit
37
c. Kebocoran plasma
d. Terjadinya syok
J. Fokus Intervensi
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan intraseluler ke
ekstraseluler
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume cairan dapat
terpenuhi
Kriteria Hasil :
a. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang perlu untuk
memperbaiki defisit cairan
b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran urine
adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
c. Volume cairan cukup, input cukup, output tidak berlebih.
Rencana tindakan:
a. Mengkaji keadaan umum pasien (lemah pucat, tachicardi) serta tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan normalnya
b. Mengobservasi adanya tanda-tanda syok.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok yang
dialami pasien.
38
c. Memberikan cairan intravaskuler sesuai program dokter.
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami
defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan
langsung masuk kedalam pembuluh darah.
d. Menganjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan
tubuh.
e. Mengkaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik (riwayat muntah diare,
kehausan turgor jelek).
Rasional : Untuk mengetahui penyebab devisit volume cairan, jika haluaran urine
< 25 ml/jam, maka pasien mengalami syok
f. Mengkaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan dan tingkatan dehidrasi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai oksigen ke jaringan
adekuat.
Kriteria Hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres
pernafasan.
Rencana tindakan :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir,
ketidakmampuan bicara / berbincang.
39
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan dan / kronisnya
proses penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah
untuk bernafas. Dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir sesuai kebutuhan atau
tolaransi individu.
Rasional : Pengiriman oksigen tidak dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi
dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea, dan kerja nafas.
c. Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat
sekitar bibir / daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral
mengindikasikan beratnya hipoksia.
d. Dorong mengeluarkan sputum, penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas pada jalan nafas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila
batuk tidak efektif.
e. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara / bunyi tambahan
Rasional : Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area
konsolidasi. Adanya mengindikasikan spasme bronkus / tertahannya
sekret. Krekles basah menyebar menunjukkan cairan pada interstisial
atau dekompensasi jantung.
f. Palpasi premitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara
terjebak.
40
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen dalam jaringan
menurun.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suplai oksigen ke jaringan
adekuat.
Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan perfusi secara individual misalnya tidak
ada sianosis dan kulit hangat.
Rencana tindakan:
a. Auskultasi frekuensi dan irama jantung cacat adanya bunyi jantung ekstra.
Rasional : Tachicardia sebagai akibat hipoksemia kompensasi upaya peningkatan
aliran darah dan perfusi jaringan, gangguan irama berhubungan
dengan hipoksemia, ketidakseimbangan elektrolit. Adanya bunyi
jantung tambahan terlihat sebagai peningkatan kerja jantung.
b. Observasi perubahan status metal
Rasional : Gelisah bingung disorientasi dapat menunjukkan gangguan aliran
darah serta hipoksia.
c. Observasi warna dan suhu kulit atau membran mukosa.
Rasional : Kulit pucat atau sianosis, kuku membran bibir atau lidah dingin
menunjukkan vasokonstriksi prifer (syok) atau gangguan aliran darah
perifer.
d. Ukur haluaran urine dan catat berat jeuis urine
Rasional : Syok lanjut atau penurunan curah jantung menimbulkan penurunan
perfusi ginjal dimanifestasi oleh penurunan haluaran urine dengan
berat jenis normal atau meningkat
41
e. Berikan cairan intra vena atau peroral sesuai indikasi.
Rasional : Peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan hiperviskositas
darah (potensial pembentukan trombosit) atau mendukung volume
sirlukasi atau perfusi jaringan.
4. Hipertemi berhubungan dengan terjadinya veremia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan temperatur suhu dalam batas
normal (36° sampai 37° C).
Kriteria Hasil :
a. Klien tidak menunjukkan kenaikan srihu tubuh.
b. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36° sampai 37° C)
Rencana tindakan:
a. Mengkaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien
b. Mengobservasi tanda-tanda vital
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
c. Tingkatkan intake cairan.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi asupan cairan
d. Mencatat asupan dan keluaran
Rasional : Untuk mengetahui ketidakseimbangancairan tubuh
e. Memberikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
42
5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses patologis (viremia)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
a. Rasa nyaman pasien terpenuhi
b. Nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan:
a. Mengkaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan skala nyeri (0 sampai 10),
tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien terhadap nyeri
Rasional : Untuk mengetahui berat nyeri yang dialami pasien
b. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri
Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat
melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien.
c. Memberikan posisi yang nyata dan, usahakan situasi ruang yang terang
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.
d. Memberikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat sedikit melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
e. Memberikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan teman-teman
atau orang terdekat.
Rasional : Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat atau teman membuat
pasien bahagia dan dapat mengalihkan, perhatiannya terhadap nyeri.
f. Memberikan obat analgetik (Kolaborasi dengan dokter)
Rasional : Obat analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.
43
6. Intake nutrisi kurang dari, kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi.
Kriteria Hasil : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang
dibutuhkan atau diberikan.
Rencana tindakan:
a. Mengkaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Memberikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah
c. Menjelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi
pasien untuk makan meningkat.
d. Memberikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan dihidangkan saat
masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan
makanan.
e. Mencatat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.
f. Mengukur berat badan pasien setiap hari.
Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien
44
7. Risiko terjadinya perdarahan lebih lanjut sehubungan dengan trombositopenia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi perdarahan.
Kriteria Hasil :
a. Tidak terjadi perdarahan
b. Trombosit dalam batas normal
Rencana Tindakan :
a. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Untuk mengetahui trombosit saat sakit.
b. Monitor jumlah trombosit setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui peningkatan trombosit.
c. Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pasien.
Rasional : Untuk memberikan pengetahuan tentang trombositopenia ke pasien.
d. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
Rasional : Untuk memberikan banyak waktu untuk beristirahat agar cepat
sembuh.