Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep hernia inguinalis
Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga
dari berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada
otot yang mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut.
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dincling rongga
dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari
organ melalui lubang pada struktur disekitarnya perut (Sjamsuhidayat, 2010).
Menurut Sjamsuhidayat dan Jong (2004).
2.2. Epidemiologi
Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Hernia
yang terjadi pada anak-anak, lebih disebabkan karena kurang sempurnanya
procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar.
Sementara pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga
perut dan karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut.
Penyakit hernia banyak diderita oleh orang yang tinggal didaerah perkotaan yang
notabene yang penuh dengan aktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas
tersebut membutuhkan stamin yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus
dipaksakan maka, penyakit hernia akan segera menghinggapinya. 70% dari
seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat
terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi
menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika
kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut
hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia
inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih
sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya
7
usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh
kekuatan otototot perut yang sudah mulai melemah (Azhari,2013)
2.3.Etilogi
Etiologi Hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) adalah :
a. Batuk
b. Adanya presesus vaginalis yang terbuka
c. Tekanan intra abdomen yang meningkat secara kronis seperti batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
d. Kelemahan dinding otot perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut
e. Kehamilan multi para dam obesitas
2.4.Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritonium kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritonium yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonel.Terjadinya hernia
disebabkan oleh dua factor utama, yang pertama adalah faktor kongenital yaitu
kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan Pada bayi yang
sudah lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi. Namun dalam
beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup, karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal. Kanalis
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila proses terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi) akantimbul hernia inguinalis lateralis
kongenital.
Faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia. Riwayat pembedahan
abdomen, kegemukan, meruapakan factor lain yang dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup
parah maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia
8
ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum.Hernia ada yang dapat kembali
secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan
ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
Peningkatan isi abdomen, memasuki kantung hernia. Jika terjadi penekanan
terhadap cincin hernia maka isi hernia kantong hernia tidak dapat kembali ke
posisi awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ
sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu
gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang
akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik
dan terjadi kerusakan jaringan, penumpukan jaringan menjadi mati sehingga
timbul respon inflamasi hingga timbul masalah risiko infeksi. Kalau kantong
hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan
abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi
usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa
menyebabkan konstipasi, kembung, mual-muntah, intake menurun, sehingga
klien berisiko mengalami penurunan beratbadan dan akhirnya timbul masalah
ketidakseimbangan nutrisi. Apa bila tidak dilakukan pembedahan maka isi perut
akan lepas didalam rongga dan terdapat nekrosis sampai ganggren karena
peredaran darah terganggu.(Grace, 2007).
9
2.5.Patway
Sumber : (Grace,2007)
2.6. Klasifikasi
Klasifikasi hernia, antara lain :
a. Macam-macam hernia menurut letaknya
1) Hernia Epigastrik Terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk,
digaris tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan
jaringan yang berisi usus. Terbentuk dibagian dinding perut yang relative
lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong
kembali ke dalam perut, ketika pertama kali ditemukan.
10
2) Hernia Umbilikal Hernia umbilikalis ini sering dijumpai pada bayi dan pada
orang dewasa lebih umum pada wanita, karena peningkatan tekanan
abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk atau yang melahirkan
berkali-kali. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang
telah sembuh secara tidak adekuat karena Risiko Infeksi Konstipasi Nyeri
Akut Ketidakseimban gan nutrisi kurang dari kebutuhan masalah pascaoperasi
seperti infeksi, Nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan. Pada
bayi hernia umbilikalis menutup secara spontan. Pembedahan dapat dilakukan
jika hernia tersebut bertahan 4-5 tahun.
3) Hernia Inguinalis Adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan. Hernia ini terjadi ketika dinding abdomen berkembbang,
sehingga usus menerobos kebawah melalui celah. Tanda dan gejala dari hernia
ini adalah ada benjolan di bawah perut yang lembut, kecil, nyeri, dan bengkak.
Hernia ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Hernia
inguinal ini dibagi lagi menjadi :
a. Hernia Inguinalis Indirek / lateralis Hernia Inguinalis Indirek / lateralis
menyebabkan penonjolan organ visera abdomen melalui anulus inguinalis
dan mengikuti funikulus spermatikus (pada laki-laki) dan ligamentum
teres uteri (pada wanita)
b. Hernia Inguinalis Direk / medialis Hernia Inguinalis Direk / medialis
terjadi karena kelemahan pada dasar kanalis inguinalis yang berupa fasia.
4) Hernia Femoralis Muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Ini mulai sebagai
penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap
menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk
kedalam kantung. Hernia femuralis akan terlihat sebagai massa atau benjolan
pada tempat terabanya denyut arteri fulmonalis.
5) Hernia Incisional Dapat terjadi melalui luka pasca oprasi perut. Hernia ini
muncul sebagai tonjolan disekitar pusar, yang terjadi ketika otot sekitar pusar
tidak menutup sepenuhnya. Hernia ini dapat disebabkan oleh kelemahan
dinding abdomen yang ekstrem atau obesitas.
11
6) Hernia Nukleus Pulposi (HNP) Adalah hernia yang melibatkan tulang
belakang. Diantara setiap cakram tulang belakang ada discus intervertebralis
yang menyerap goncangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas
tulang belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi herniasi discus
intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit (sciatica). Hernia ini biasa
terjadi di punggung bawah dan 3 vertebra lumbbal bawah ( long, 2011).
2.7. Gejala Klinis
Menurut Heather Herdman (2012), tanda dan gejala yang sering muncul pada
pasien hernia adalah :
a. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak
menonjol. Benjolan ini dapat menghilang ketika berbaring atau tidur.
b. Adanya rasa nyeri di daerah benjolan
c. Obstruksi usus parsial dapat menyebabkan anoreksia, nyeri, nyeri tekan,
massa yang tidak dapat direposisi, bising usus yang berkurang, mual dan
muntah
d. Obstruksi total dapat menimbulkan syok, demam tinggi, bising usus yang
tidak terdengar, feses yang mengandung darah
e. Nyeri punggung hebat pada punggung bagian bawah yang menjalar hingga
gluteus, tungkai, kaki, dan biasanya unilateral
2.8. Pemeriksaan Fisik
Menurut (Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993).
Berikut, adalah berbagai pemeriksaan pada pasien Hernia:
a. Inspeksi : secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada abdomen.
Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya penonjolan, maka dengan
pemeriksaan sederhana pasien didorong untuk melakukan aktivitas
peningkatan intraabdominal, seperti mengedan untuk menilai adanya
penonjolan pada lipat paha.
b. Palpasi : Palapsi pada kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
12
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda
sarung tangan sutera, tetapi umumnya tandi ini sukar ditentukan. Kantong
hernia mungkin berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba
usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium, dengan jari telunjuk atau jari
kelingking, pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan
kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi
hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada
waktu jari masih berada adalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan.
Apabila ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan
apabila bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis
c. Perkusi : akan terdengar suara hipertimpani Auskultasi : penurunan bising
usus atau tidak ada bising usus menandakan gejala obstruksi intestinal.
2.9. Pemeriksaan Diagnotik
Menurut Mansjoer, A (2000) pemeriksaan penunjang hernia adalah :
a. Sinar-x spinal untuk mengetahui abnormalitas tulang.
b. Tomografi komputerisasi atau MRI untuk mengidentifikasi diskus yang
terhernisiasi. Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan
gambaran secara seksional pada lapisan melintang dan longitudinal.
c. Elektromiografi untuk melokalisasi keterlibatan saraf-saraf spinal.
d. Mielogram: mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari ruang
diskus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.
e. Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi
sakroiliaka). Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus,
penyakit degeneratif, kelainan bawaan, dan vertebra yang tidak stabil.
f. Foto rontgen dengan memalai zat kontras terutama pada pemeriksaan
miolegrafi radikuografi, diskografi, serta kadang-kadang diperlukan venografi
spinal.
g. Scanning tulang dilakukan dengan mengggunakan bahan radioisotop (SR dan
F). Pemeriksaan ini terutama untk menyingkirkan kemungkinan penyakit
paget.
13
h. Venogram epidural: dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari
miogram terbatas.
i. Pungsi lumbal: mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi, adanya
darah.
j. Pemeriksaan Ultrasonografi, dapat membantu dalam penilaian pasien tertentu.
Ultrasonografi untuk membedakan antara hidrokel dan hernia inguinalis.
Ultrasonografi mampu menemukan kantung berisi cairan di dalam skrotum,
yang akan adekuat dengan diagnosis hidrokel.
k. Laparoskopi adalah metode yang sangat efektif untuk menentukan adanya
hernia inguinalis tetapi hanya digunakan selektif karena memerlukan anestesi
dan pembedahan. Laparoskopi dapat berguna untuk menilai sisi yang
berlawanan atau untuk mengevaluasi keberadaan hernia inguinalis berulang
pada pasien dengan riwayat perbaikan operasi.
2.10 Therapy
Menurut Mansjoer, A (2000) Therapy pada hernia adalah :
a. Istirahat total pada tempat tidur yang datar (papan atau tripleks tebal tanpa
kasur).
b. Kompres hangat atau dingin pada daerah nyeri.
c. Pemasangan cervical collar atau traksi servikal.
d. Terapi farmakologi
● Obat anti inflamasi seperti ibuprofen atau prednisolon.
● Relaksasi otot seperti diazepam atau cyclobenzapine.
● Obat analgesik atau narkotik merupakan obat pilihan selama fase akut.
e. Chemonudeolysis
f. Untuk herniasi lumbal.
g. Injeksi chymopapain ke dalam diskus agar menghilangkan air dan
proteoglikan dari diskus, mengurangi ukuran diskus, dan tekanan
subsekuen pada akar saraf.
14
2.11 Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer, A, (2000) Penatalaksanaan hernia dibagi menjadi dua
yaitu konservatif dan operatif antara lain :
a. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan pengembalian posisi (dengan
cara mendorong masuk tonjolan yang ada secara manual) dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Pengurangan hernia secara non-operatif dapat segera dilakukan
dengan berbaring, posisi pinggang ditinggikan, lalu diberikan analgetik
(penghilang rasa sakit) dan sedatif (penenang) yang cukup untuk memberikan
relaksasi otot. Perbaikan hernia terjadi jika benjolan berkurang dan tidak
terdapat tanda-tanda klinis strangulasi. Penggunaan bantalan penyangga hanya
bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Hal ini biasanya dipilih
jika kita menolak dilakukan perbaikan secara operasi atau terdapat
kontraindikasi terhadap operasi. Cara ini tidak dianjurkan karena
menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding
perut di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada
anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi (pengecilan) testis karena
tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis.
Penggunaan penyangga tidak menyembuhkan hernia.
b. Operasi merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis, terutama jenis
yang strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.
Banyak pasien hernia inguinal yang memiliki gejala minimal. Menurut sebuah
penelitian pada pasien ini observasi dapat menjadi pilihan yang baik, karena
pasien dengan gejala minimal jarang menyebabkan komplikasi akut.
Penundaan operasi hingga gejala memberat dinyatakan aman. Operasi hernia
dapat dilakukan secara laparoskopi (semi tertutup). Menurut beberapa
penelitian dinyatakan metode ini memiliki hasil yang lebih baik daripada
operasi anterior konvensional (terbuka). Penelitian menyatakan bahwa
perbaikan hernia inguinal secara laparoskopi lebih nyaman (pasien mengalami
nyeri pre dan post operatif yang lebih rendah) dibandingkan operasi terbuka
15
dan pemulihan pasien lebih cepat. Selain itu angka rekurensi pada metode
laparoskopi lebih rendah daripada pasien yang menjalani operasi anterior
konvensional. Namun kekurangannya ialah waktu operasi yang sedikit lebih
panjang, penggunaan anestesi umum, dan biaya yang lebih mahal.Setiap
penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan
pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosis ditegakkan.
Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah sebagai berikut:
1. Herniotomi : membuang kantong hernia. Hal ini terutama pada anak-anak
karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
2. Hernioplasti.
3. Herniorafi : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastic
untuk memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang kanalis
inguinalis. Indikasi pembedahan pada hernia inguinalis, meliputi hal-hal
berikut :
2.12 Konsep asuhan keperawatan
2.12.1 Pengkajian
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010), hal yang perlu di kaji pada
penderita hernia inguinalis adalah memiliki riwayat pekerjaan mengangkat beban
berat, duduk yang terlalu lama, terdapat benjolan pada bagian yang sakit, nyeri
tekan, klien merasa tidak nyaman karena nyeri pada perut.
a. Identitas pasien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama
penanggung jawab, pekerjaan dll. Biasanya hernia Ditemukan 80 % pada pria
dan prosentase yang lebih besar pada pekerja berat.
b. Keluhan utama
keluhan yang menonjol pada pasien hernia untuk datang ke rumah sakit
adalahbiasanya pasien datang dengan benjolan di tempat hernia, adanya rasa
nyeri pada daerah benjolan
c. Riwayat penyakit sekarang
16
Diawali timbulnya/munculnya benjolan yang mula mula kecil dan hilang
dengan istirahat,berlanjut pada fase benjolan semakin membesar dan
menetap,benjolan tidak hilang meskipun dengan istirahat.Benjolan yang
menetap semakin membesar oleh karena tekanan intra abdominal yang
meningkat mengakibatkan benjolan semakin membesar yang berakibat
terjadinya jepitan oleh cincin hernia.Biasanya klien yang mengalami nyeri.
Pada pengkajian nyeri (PQRST)
P: klien mengatakan ke rumah sakit dengan keluhan ada benjolan pada bagian
perut bawah yang di sebab kankarna ada bagian dinding abdomen yang
lemah.
Q: benjolan tersebut menimbulkan rasa nyeri di daerah bagian bawah perut/
sesuai tempat terjadinya hernia, klien mengatakan rasa nyeri seperti di
tusuk –tusuk jarum.
R: nyeri tersebut sangat terasa di bagian perut bagian bawah.
S: skala nyeri 4-8.
T: nyeri terasa hebat saat di bawa beraktivitas dan nyeri berlangsung selama ±
3 menit ada gejala mual-muntah bila telah ada komplikasi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya
sebagai faktor predisposisi di dalam rumah.
e. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita Hernia, keluhan pada masa kecil, hernia
dari organ lain, dan penyakit lain yang memperberat Hernia seperti diabetes
mellitus. Biasanya Ditemukan adanya riwayat penyakit menahun seperti:
Penyakit Paru Obstruksi Kronik, dan Benigna Prostat Hiperplasia.
f. Riwayat pisikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi
masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima
17
keadaannya. Biasanya pasien mengalami cemas, dan penurunan rasa percaya
diri.
g. Pola kebiasaan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan
kebiasaan olahraga (lama frekuensinya). Biasanya pada hernia reponibilis
dan irreponibilis belum dijumpai adanya gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan makan dan minum. Peristaltic usus biasanya lebih dari batas
normal (>10x/menit).Pada hernia inkarcerata dan strangulata dijumasi
adanya gejala mual dan muntah yang mengakibatkan terjadinya gangguan
pemenuhan kebutuhan makan dan minum.
2) Pola Tidur dan Istirahat
Biasanya Pada hernia reponibilis dan irreponibilis tidak
dijumpaigangguanpemenuhan kebutuhan tidur. Namun pada hernia
inkarcerata dan strangulata ditemukan adanya gejala berupa nyeri hebat
yang mengakibatkan gangguan pemenuhan istirahat tidur
3) Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri
akibat penonjolan hernia.
4) Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan
peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. penderita mengalami
emosi yang tidak stabil.
5) Pola kognitif
Penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir,
mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
7) Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien
mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
18
8) Neurosensori
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri yang meningkat bila digunakan
beraktivitas. Biasanya nyeri seperti tertusuk yang akan semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat, defekasi,
mengangkat kaki. Keterbatasan untuk mobilisasi atau membungkuk
kedepan (Soeparman, 2011).
h. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik focus hernia yaitu pemeriksaan abdomen meliputi :
a) Inspeksi
Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada tidaknya benjolan, awasi tanda
infeksi( merah, bengkak,panas,nyeri, berubah bentuk).
b) Auskultasi
Bising usus jumlahnya melebihi batas normal >12 karena ada mual dan
pasien tidak nafsu makan, bunyi nafas vesikuler, bunyi jantung sonor.
c) Perkusi
Kembung pada daerah perut, terjadi distensi abdomen
d) Palpasi
Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan biasanya terdapat nyeri
Post Operasi
1. Riwayat penyakit sekarang
Menurut Rumiati (2013) dan Hartini Tri Palupi (2013) klien dengan post
operasi hernia mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi
pembedahan.
2. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan
kebiasaan olahraga (lama frekuensinya), bagaimana status ekonomi keluargkeb
iasaan merokok dalam mempengaruhi lamanya penyembuhan luka operasi.
b. Pola Tidur dan Istirahat
19
Insisi pembedahan luka post operasi herniotomi atau herniorapi dapat
menimbulkan nyeri sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur
klien.
c. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri
luka operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu
lamanya setelah pembedahan.
d. Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri (biasanya terdapat nyeri disekitar
luka pembedahan herniotopi atau herniorap indikator 4-7) penglihatan,
perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu,
orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
Pemeriksaan fisik :
B1 (breath) : biasanya tidak terjadi gangguan pernafasan yang spesifik
untuk pasien post operasi hernia
B2 (blood) : biasanya tekanan darah masih dalam batas normal
B3 (brain) : Kesadaran secara kuantitatif (GCS) dalam batas normal (Eye
4,verbal 5, motorik 6)
Kesadaran secara kualitatif : kompos mentis, kadang dijumpai
kesadaran yang apatis dan gelisah pada hernia inkarcerata
danstrangulata.
B4 (bladder) : Biasanya di jumpai penurunan produksi urine
B5 (bowel) : Terdapat penurunan peristaltic usus.
B6 (bone) : Pasien biasanya mengalami kesulitan dalam berpindah dan
berejalan akibat luka post operasi herniotomi.
20
2.12.2 Analisa Data
Pre operasi
No Data Masalah Penyebab
1 Do :
1. Klien Nampak melindungi
bagian inguinal\ 2. Klien Nampak kesulitan
mengangkat kaki kirinya 3. Klien Nampak menyeringai
menahan sakit dan pusing
Ds :
1. Klien mengatakan perut
terasa membesar 2. Selangkangan terasa nyeri
pada bagian benjolannya 3. Klien mengatakan agak
pusing 4. Klien mengatakan takut
untuk miring ke kiri
Nyeri akut Benjolan di
inguinal
2 Do :
1. Klien Nampak tegang 2. Klien Nampak cemas
Ds :
1. Klien mengatakan sedikit
takut akan dilakukan
operasi 2. Klien menanyakan kapan
dilakukan operasi dan
bagaimana prosesnya
Cemas Prosedur
pembedahan
Do :
1. Klien Nampak tegang dan
takut
Ds :
1. Klien menanyakan kapan
dilakukan operasi dan
bagaimana prosedurnya
Kurang
pengetahuan
Kurang terpapar
informasi
21
Intra operasi
No Data Masalah Penyebab
1 Do :
1. Klien di bius dengan anastesi spinal
2. Klien mengalami penurunan kekuatan
ekstremitas bagian bawah
3. mobilitas terbatas
Ds :
Resiko jatuh Anastesi narkotik
2 Do :
1. Klien menjalani pembedahan pada
inguinalis lateralis
2. Klien dalam keadaan tidak
sadar karena pengaruh anastesi
Resiko perdarahan Proses pembedahan
Pasca operasi
No Data Masalah Penyebab
1 Do :
1. Klien tampak menyerinagi menahan sakit
pada bekas operasi
Ds :
1. Klien mengatakan sedikit nyeri pada bekas
operasi
Nyeri akut Agen injuri fisik
2
Do :
1. Klien terpasang infuse RL
2. Terdapat luka insisi bedah
Ds :-
Resiko infeksi
Prosedur invasive
Sumber : SDKI dan SIKI (2018).
2.12.3.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang lazim muuncul pada pasien dengan Hernia menurut SDKI DAN
SIKI (2018) yaitu sebagai berikut :
22
1. Nyeri akut berhubungan dengan benjolan di inguinal
2. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
4. Resiko jatuh berhubungan dengan anastesi narkotik
5. Resiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
7. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
2.12.4 Rencana Asuhan Keperawatan
Pre operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut
berhubungan
dengan benjolan
di inguinal
ditandai dengan
Do :
1. Klien Nampak
melindungi
bagian
inguinal
2. klien Nampak
kesulitan
mengangkat
kaki kirinya
3. Klien Nampak
menyeringai
menahan sakit
dan pusing
Ds :
1. Klien
mengatakan
perut terasa
sebah
2. selangkangan
terasa kemeng
pada bagian
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 5 menit
klien dapat
mengontrol
nyeri dengan
criteria hasil :
1. Klien
mengataka
n nyeri
berkurang
2. Klien
mengataka
n
perut suda
h tidak
sebah
3. Wajah klie
n
tenang tida
k nampak
menahan
sakit
1. Kaji tingkat
nyeri, durasi,
lokasi dan
intensitas
2. Observasi
ketidaknyama
nan non verbal
3. Gunakan strate
gi komunikasi
terapetik
4. Gunakan tekni
k distraksi
5. Ciptakan suasa
na
lingkungan ya
ng tenang
6. Kolaborasi den
gan
dokter untuk
pemberian
analgetik
1. membantu
menentukan
pilihan
intervensi dan
memberikan
dasar untuk
perbandingan
dan evaluasi
terhadap terapi
2. perilaku non
verbal
menunjukkan
ketidaknyamanan
klien terhadap
nyeri
komunikasiterapet
ik dapat
menenangkan
klien
3. memfokuskan
perhatian klien
membantu
menurunkan
tegangan otot
4. lingkungan
tenang dapat
mengurangi factor-
faktor
23
benjolannya
3. Klien
mengatakan
agak pusing
4. Klien
mengatakan
takut untuk
miring ke kiri
stress selama nyeri
5. analgetik dapat
mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan klien
2 Cemas
berhubungan
dengan prosedur
pembedahan
ditandai dengan
Do :
1. Klien Nampak
tegang
2. Klien Nampak
cemas
Ds :
1. Klien
mengatakan
sedikit takut
akan
dilakukan
operasi
2. Klien
menanyakan
kapan
dilakukan
operasi dan
bagaimana
prosesnya
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 5 menit
kecemasan
klien
berkurang
dengan
_actor_a
1. klien
Nampak
tenang
2. klien
mengataka
n rasa
takutnya
berkurang
3. klien
menyataka
n
siap untuk
dilakukan
operasi
1. jelaskan prose
dur,
termasuk sensa
si
seperti keadaa
n selama
prosedur.
2. Temani klien
untuk
meningkatkan
keamanan dan
menurunkan
kecemasan
3. Dengarkan kel
uhan klien
1. Identifikasi
perubahan leve
l kecemasan
2. Dorong klien
untuk
mengungkapka
n secara verbal
tentang
perasaan, perse
psi dan
ketakutan
3. Pertahankan k
1. kecemasan klien b
erkurang
dengan informasi
yang diberikan
perawat
2. dengan ditemani
perawat
kecemasan klien
akan sedikit
berkurang
3. membantu
menentukan jenis
intervensi yang
akan dilakukan
4. mengetahui
perkembangan
keadaan klien
5. membuat perasaan
terbuka dan
bekerja sama
dalam memberika
n informasi yang
akan membantu
identifikasi
masalah
6. kontak mata
menumbuhkan
hubungan saling
percaya antara
perawat klien
7. menurunkan
stimulus cemas
24
ontak mata
4. Turunkan stim
ulus pembuat
cemas
5. tunjukkan
penerimaan
6. jaga
ketenangan
dapat mencegah
cemas yang
berkelanjutan
8. sikap penerimaan
perawat dapat
meningkatkan
kepercayaan diri
klien
9. suasana yang tenang dapat
mengurangi
stimulus pembuat
cemas
3 Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan kurang
terpapar informasi
ditandai dengan
Do :
1. Klien Nampak
tegang dan
takut
Ds :
1. Klien
menanyakan
kapan
dilakukan
operasi dan
bagaimana
prosedurnya
Setelah
dilakukan
tindakan
perawatan
selama
5menitpengeta
huan klien
bertambah
dengan
_actor_a
1. Klien
tenang
2. Klien
Nampak
siap
menjalani
operasi
1. Identifikasi fac
torinternal dan
eksterna yang
dapat meningk
atkan motivasi
orang
tua dan keluar
ga.
2. Jelaskan penge
rtian,
tanda gejala, komplikasi, re
ncana
tindakan yang
akan
dilakukan.
3. Jelaskan meng
enai
jadwal, dan lo
kasi operasi
4. Jelaskan durasi
tindakan
operasi
5. Identifikasi
kecemasan
klien
6. Gambarkan
tindakan
1. Pengetahuan dasar
yang memadai
dapat
meningkatkan
kerjasama pasien
mengenai program
pengobatan dan
mendapatkan
penyembuhan
yang optimal
2. Pengetahuan
mengenai lokasi
operasi dapat
mningkatkan
tindakan
kooperatif klien
3. Durasi tindakan
operasi dapat
menenangkan
klien
4. Tingkat
kecemasan klien
untuk
mengetahui kesiapan klien
operasi
25
preoperasi ruti
n
(anestesi, diet,
test
laboratorium, I
V terapi, ruang
tunggu
keluarga).
5. Gambaran tidakan
preoperatife dapat
meningkatkan
kesipan klien
dalam
melaksanakan
operasi
2.12.5 Evaluasi Keperawatan
pre operasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Nyeri akut berhubungan
dengan benjolan di
inguinal ditandai dengan
Do :
1. Klien nampak
melindungi bagian
inguinal 2. Klien nampak
kesulitan mengangkat
kaki kirinya 3. Klien nampak
menyeringai
menahan sakit dan
pusing
Ds :
1. Klien mengatakan
perut terasa sebah 2. Selangkangan terasa
kemeng pada bagian
benjolannya 3. Klien mengatakan
agak pusing 4. Klien mengatakan
takut untuk miring ke
kiri
13 Januari 2010
Pukul 08.45
Mengkaji tingkat
nyeri
13 Januari 2010
Pukul 08.50
1. Mengajarkan klie
n untuk nafas
dalam
13 Januari 2010
Pukul 08.45
S : klien
mengatakan nyeri diatas
selangkangan bagia
n kiri
O : klien terlihat menyeri
ngai menahan sakit
A : nyeri akut
P : hentikan intervensi
13 Januari 2010
Pukul 08.55
S : klien
mengatakan nyeri
berkurang
O : wajah klien tenang
A : tujuan tercapai sebag
ian
26
P : lanjutkan intervensi
Ajarkan nafas dalam
Cemas berhubungan
dengan prosedur
pembedahan ditandai
dengan
Do :
1. Klien Nampak tegang
2. Klien Nampak cemas
Ds :
1. Klien mengatakan
sedikit takut akan
dilakukan operasi
2. b. Klien menanyakan
kapan dilakukan
operasi dan
bagaimana prosesnya
13 Januari 2010
Pukul 08.55
1. menjelaskan prose
dur operasi
2. menemani klien
untuk
menurunkan
kecemasan
3. mendengarkan
keluhan klien
4. mendorong klien
untuk
mengungkapkan
rasa takutnya
13 Januari 2010
Pukul 08.55
S : klien mengatkan takut dan
cemas
O : wajah klien tegang,
klien tampak membaca doa
A : cemas teratasi
P : hentikan intervensi
Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurang terpapar
informasi ditandai dengan
Do :
1. Klien Nampak tegang
dan takut
Ds :
1. Klien menanyakan
kapan dilakukan
operasi dan
bagaimana
prosedurnya
13 Januari 2010
Pukul 08.55
1. Menjelaskan jadw
al dan lokasi
operasi
2. menjelaskan
durasi operasi
3. menggambarkan
jalannya operasi
rutin (anastesi,
diit, dll)
13 Januari 2010
Pukul 08.55
S :
klien menanyakan pros
edur operasi
O : klien terligat tegang
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
27
Intra operasi No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 1. Resiko jatuh
berhubungan
dengan
anastesi
narkotik
ditandai
dengan
Do :
1. klien di bius
dengan
anastesi
spinal
2. klien
mengalami
penurunan
kekuatan
ekstremitas
bagian bawah
3. mobilitas
terbatas
Ds : -
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama ± 45
menit resiko
jatuh dapat
diminimalisir
dengan kriteria
klien tidak jatuh
1. Berikan petunjuk
sederhana dan singkat pada
pasien tentang posisi saat
operasi
2. Siapkan peralatan dan
bantalan untuk posisi yang
dibutuhkan sesuai prosedur
operasi dan kebutuhan
spesifik klien
3. Letakkan eletroda penetral
(bantalan elektrokauter)
yang meliputi seluruh massa
otot-otot yang paling besar
dan yakinkan bahwa bantalan
berada pada posisi yang baik
4. Stabilkan baik kereta pasien
maupun meja operasi pada
waktu memindahkan
pasien kereta
Dan dari meja operasi
1. Ketidak seimbangan
proses pemikiran akan
membuat pasien merasa
kesulitan dalam
memahami
petunjuk yang panjang
2. Bantalan diperlukan
untuk melindungi
bagian-bagian
tubuh yang menonjol
untuk mencegah
terjadinya penekanan
saraf
3. Mencegah terjadinya
perlukaan akibat alat
elektronik
4. Kereta atau meja
yang tidak stabil dapat
terpisah, menyebabkan
pasien terjatuh
2 Resiko perdarahan
berhubungan
dengan proses
pembedahan
ditandai dengan
Do :
1. Klien
menjalani
pembedahan
pada
inguinalis
lateralis
2. Klien dalam
keadaan
tidak sadar
karena
pengaruh
anastesi
Ds : -
Setelah
dilakukan
tindakan
perawatan
selama ± 45
menit resiko
perdarahan
dapat dicegah
dengan kriteria
1. Lindungi sekitar kulit dan
anatomi yang sesuai seperti
penggunaan kassa untuk
menghentikan perdarahan 2. Pantau pemasukan dan
pengeluaran cairan selama
prosedur operasi dilakukan 3. Pastikan keamanan
elektrikal dan alat-alat yang
digunakan selama prosedur
operasi. Misalnya kabel
coter pada keadaan utuh.
1. Cegah kerusakan
integritas kulit
2. Kemungkinan
terjadinya kekurangann
cairan, yang
mempengaruhikeselam
atan pemakai obat
anestesi,fungsi
organ dan kondisi
pasien
3. Kegagalan fungsi
alatDapat terjadi
selamaprosedur operasi
28
Pasca operasi
N
o
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
injuri fisik
ditandai dengan
Do :
1. Klien
tampak
menyeringai
menahan
sakit
Ds :
1. Klien
mengatakan
sedikit nyeri
pada bekas
operasi
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 10
menit nyeri
klien
berkurang
dengan
kriteria
1. klien
nampak
tenang
2.klien
mengatakan
nyeri berkurang
1. Kaji tingkat
nyeri, durasi,
lokasi dan
intensitas
2. Observasi
ketidaknyamanan
non verbal
3. Gunakan strategi
komunikasi
terapetik
4. Gunakan teknik
distraksi
5. Ciptakan suasana
lingkungan yang
tenang
6. kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
analgetik
1. membantu
menentukan
pilihan
intervensi da
n
memberikan
dasar untuk
perbandinga
n
dan evaluasi
terhadap
terapi
2. perilaku non
verbal
menunjukkan
ketidaknyaman
an klien terha
dap nyeri
3. komunikasi
terapetik dap
at
menenangka
n klien
4. memfokuska
n
perhatian kli
en
membantu
menurunkan
tegangan
otot
5. lingkungan
tenang dapat
mengurangi
factor-faktor
stress selama
nyeri
6. analgetik dap
at
mengurangi r
asa
nyeri yang
29
dirasakan
klien
2 Resiko infeksi
berhubungan
dengan
prosedur
invasive
ditandai dengan
Do :
1. Klien
terpasang
infuse RL
2. Terdapat
luka insisi
bedah
Ds : -
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 5
menit infeksi
dapat
dikontrol
dengan
kriteria
1. Tidak
ada
tanda-
tanda
ineksi
2. Vital
sign
dalam
batas
normal
1. Bersihkan
lingkungan
sekitar klien
2. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah
melakukan
perawatan
pasien lain
3. Jelaskan pada
klien tentang
tanda-tanda
infeksi.
1. lingkungan
yang
bersih akan
terhindar dar
i penyebab
infeksi
2. mencuci tang
an
sebelum dan
sesudah
tindakan
dapat
meminimalk
an kotoran-
kotoran
penyebab
infeksi
3. penjelasan
tentang tanda
-
tanda infeksi
akan
menambah
pengetahuan
klien
Sumber : SDKI DAN SIKI (2018)