54
16 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian dan Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan Secara bahasa, istilah Civic Educationoleh sebagian pakar diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah “Pendidikan Kewargaan” diwakili oleh Azra dan Tim ICCE (Indonesian Center for Civic Education) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, sebagai pengembang Civic Education pertama di perguruan tinggi. Penggunaan istilah “Pendidikan Kewarganegaraan” diwakili oleh Winataputra dkk dari Tim CICED (Center Indonesian for Civic Education), Tim ICCE (2005: 6) Menurut Kerr (Winataputra dan Budimansyah, 2007:4), mengemukakan bahwa Citizenship education or civics education didefinisikan sebagai berikut: Citizenship or civics education is construed broadly to encompass the preparation of young people for their roles and responsibilities as citizens and, in particular, the role of education (trough schooling, teaching, and learning) in that preparatory process. Dari defenisi tersebut dapat dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warganegara, dan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warganegara tersebut. Cogan (1999:4) mengartikan civic education sebagai "...the foundational

BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan tentang Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian dan Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Secara bahasa, istilah “Civic Education” oleh sebagian pakar

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan

Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah “Pendidikan Kewargaan” diwakili oleh

Azra dan Tim ICCE (Indonesian Center for Civic Education) dari Universitas

Islam Negeri (UIN) Jakarta, sebagai pengembang Civic Education pertama di

perguruan tinggi. Penggunaan istilah “Pendidikan Kewarganegaraan” diwakili

oleh Winataputra dkk dari Tim CICED (Center Indonesian for Civic Education),

Tim ICCE (2005: 6)

Menurut Kerr (Winataputra dan Budimansyah, 2007:4), mengemukakan

bahwa Citizenship education or civics education didefinisikan sebagai berikut:

Citizenship or civics education is construed broadly to encompass the preparation of young people for their roles and responsibilities as citizens and, in particular, the role of education (trough schooling, teaching, and learning) in that preparatory process. Dari defenisi tersebut dapat dijelaskan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan

generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai

warganegara, dan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya

persekolahan, pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warganegara

tersebut. Cogan (1999:4) mengartikan civic education sebagai "...the foundational

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

17

course work in school designed to prepare young citizens for an active role in

their communities in their adult lives", maksudnya adalah suatu mata pelajaran

dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warganegara muda, agar

kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya.

Menurut Zamroni (Tim ICCE, 2005:7) mengemukakan bahwa pengertian

Pendidikan Kewarganegaraan adalah:

Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Demokrasi adalah suatu learning proses yang tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain. Kelangsungan demokrasi tergantung pada kemampuan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi. Sementara itu, PKn di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta

didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten

untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hakikat

negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara

kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada

semangat kebangsaan atau nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk

membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama, walaupun

warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya.

(Risalah sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia/BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/PPKI).

Pendidikan kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49), adalah mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami

dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

18

negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh

Pancasila dan UUD 1945. Lebih lanjut Somantri (2001:154) mengemukakan

bahwa:

PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara agar dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Menurut Branson (1999:4) civic education dalam demokrasi adalah

pendidikan – untuk mengembangkan dan memperkuat – dalam atau tentang

pemerintahan otonom (self government). Pemerintahan otonom demokratis berarti

bahwa warga negara aktif terlibat dalam pemerintahannya sendiri; mereka tidak

hanya menerima didikte orang lain atau memenuhi tuntutan orang lain.

Beberapa unsur yang terkait dengan pengembangan PKn, antara lain

(Somantri, 2001:158):

a. Hubungan pengetahuan intraseptif (intraceptive knowledge) dengan pengetahuan ekstraseptif (extraceptive knowledge) atau antara agama dan ilmu.

b. Kebudayaan Indonesia dan tujuan pendidikan nasional. c. Disiplin ilmu pendidikan, terutama psikologi pendidikan. d. Disiplin ilmu-ilmu sosial, khususnya “ide fundamental” Ilmu

Kewarganegaraan. e. Dokumen negara, khususnya Pancasila, UUD 1945 dan perundangan

negara serta sejarah perjuangan bangsa. f. Kegiatan dasar manusia. g. Pengertian pendidikan IPS

Ketujuh unsur inilah yang akan mempengaruhi pengembangan PKn.

Karena pengembangan pendidikan kewarganegaraan akan mempengaruhi

pengertian PKn sebgai salah satu tujuan pendidikan IPS.

Sehubungan dengan itu, PKn sebagai salah satu tujuan pendidikan IPS

yang menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga negara yang baik

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

19

dan patriotik, maka batasan pengertian PKn dapat dirumuskan sebagai berikut

(Somantri, 2001:159):

Pendidikan Kewarganegaraan adalah seleksi dan adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan dasar manusia, yang diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai salah satu tujuanpendidikan IPS.

Beberapa faktor yang lebih menjelaskan mengenai pendidikan

kewarganegaraan antara lain (Somantri, 2001:161):

a. PKn merupakan bagian atau salah satu tujuan pendidikan IPS, yaitu bahan pendidikannya diorganisasikan secara terpadu (intergrated) dari berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora, dokumen negara, terutama Pancasila, UUD 1945, GBHN, dan perundangan negara, dengan tekanan bahan pendidikan pada hubungan warga negara dan bahan pendidikan yang berkenaan dengan bela negara.

b. PKn adalah seleksi dan adaptasi dari berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora, Pancasila, UUD 1945 dan dokumen negara lainnya yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

c. PKn dikembangkan secara ilmiah dan psikologis baik untuk tingkat jurusa PMPKN FPIPS maupun dikembangkan untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah serta perguruan tinggi.

d. Dalam mengembangkan dan melaksanakan PKn, kita harus berpikir secara integratif, yaitu kesatuan yang utuh dari hubungan antara hubungan pengetahuan intraseptif (agama, nilai-nilai) dengan pengetahuan ekstraseptif (ilmu), kebudayaan Indonesia, tujuan pendidikan nasional, Pancasila, UUD1945, GBHN, filsasat pendidikan, psikologi pendidikan, pengembangan kurikulum disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, kemudian dibuat program pendidikannya yang terdiri atas unsur: (i) tujuan pendidikan, (ii) bahan pendidikan, (iii) metode pendidikan, (iv) evaluasi.

e. PKn menitikberatkan pada kemempuan dan ketrampilan berpikir aktif warga negara, terutama generasi muda, dalam menginternalisasikan nilai-nilai warga negara yang baik (good citizen)dalam suasana demokratis dalam berbagai masalah kemasyarakatan (civic affairs).

f. Dalam kepustakan asing PKn sering disebut civic education, yang salah satu batasannya ialah “seluruh kegiatan sekolah, rumah, dan masyarakat yang dapat menumbuhkan demokrasi.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa betapa pentingnya PKn untuk siswa

sebagai generasi penerus, karena PKn menggiring untuk menjadikan siswa sadar

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

20

akan poltik, sikap demokratis dan sebagai mata pelajaran yang wajib di belajarkan

di sekolah.

PKn sebagai pendidikan nilai dapat membantu para siswa membantu siswa

memilih sistem nilai yang dipilihnya dan mengembangkan aspek afektif yang

akan ditampilkan dalam perilakunya. Seperti yang diungkapkan Suwarma Al-

Muchtar dalam Hand Out Strategi Belajar Mengajar (2001:33), mengemukakan

bahwa:

Pendidikan nilai bertujuan untuk membantu perilaku peserta didik menumbuhkan dan memperkuat sistem nilai dipilihnya untuk dijadikan dasar bagi penampilan perilakunya. Pendidikan nilai bertumpu pada pengembangan sikap (afektif) oleh karena itu berbeda dengan belajar mengajar dengan pendidikan kognitif atau psikomotor. Pendidikan nilai secara formal di Indonesia diberikan pada mata pelajaran PPKn yang merupakan pendidikan nilai Pancasila agar dapat menjadi kepribadian yang fungsional.

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Branson (1999:7) tujuan civic education adalah partisipasi yang

bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat baik

tingkat lokal, negara bagian, dan nasional. Tujuan pembelajaran PKn dalam

Depdiknas (2006:49) adalah untuk memberikan kompetensi sebagai berikut:

a. Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

21

Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan pembelajaran PKn, secara umum

mempersiapkan generasi bangsa yang unggul dan berkepribadian, baik dalam

lingkungan lokal, regional maupun global. Sedangkan Tujuan PKn menurut oleh

Djahiri (1994/1995:10) adalah sebagai berikut :

a. Secara umum. Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian Pendidikan Nasional, yaitu : “Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki kemampuan pengetahuann dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

b. Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan tujuan PKn yang telah dikemukakan di atas, dapat

diasumsikan pada hakekatnya dalam setiap tujuan membekali kemampuan-

kemampuan kepada peserta didik dalam hal tanggung jawabnya sebagai warga

negara, yaitu warga negara yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, berpikir kritis, rasional dan kreatif, berpartisipasi dalam kegiatan

masyarakat, berbangsa dan bernegara membentuk diri berdasarkan karakter-

karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain.

Sedangkan menurut Sapriya (2001), tujuan pendidikan kewarganegaraan

adalah :

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

22

Partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu pengetahuan dan keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta. Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui pengembangan disposisi atau watak-watak tertentu yang meningkatkan kemampuan individu berperan serta dalam proses politik dan mendukung berfungsinya sistem politik yang sehat serta perbaikan masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa, PKn memiliki tujuan agar siswa

memiliki pengetahuan tentang poltik sebelum terjun dalam prosesnya. Untuk itu

melalui PKn siswa dididik agar memahami tentang politik. Pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan sebuah pembelajaran yang berusaha

membina para siswa menjadi manusia di masa depan yang akan hidup dengan

nilai-nilai dari Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, serta mengemban misi

nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tujuan umum pelajaran PKn ialah mendidik warga negara agar menjadi

warga negara yang baik, yang dapat dilukiskan dengan “warga negara yang

patriotik, toleran, setia terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis...,

Pancasilasejati” (Somantri, 2001:279). Fungsi dari mata pelajaran PKn adalah

sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan

berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan

dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila

dan UUD 1945.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

23

Upaya agar tujuan PKn tersebut tidak hanya bertahan sebagai slogan saja,

maka harus dirinci menjadi tujuan kurikuler (Somantri, 1975:30), yang meliputi:

a. Ilmu pengetahuan, meliputi hierarki: fakta, konsep dan generalisasi teori.

b. Keterampilan intelektual: 1) Dari keterampilan yang sederhana sampai keterampilan yang

kompleks seperti mengingat, menafsirkan, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesiskan, dan menilai;

2) Dari penyelidikan sampai kesimpulan yang sahih: (a) keterampilan bertanya dan mengetahuii masalah; (b) keterampilan merumuskan hipotesis, (c) keterampilan mengumpulkan data, (d) keterampilan menafsirkan dan mneganalisis data, (e) keterampilan menguji hipotesis, (f) keterampilan meruumuskan generalisasi, (g) keterampilan mengkomunikasikan kesimpulan.

c. Sikap: nilai, kepekaan dan perasaan. Tujuan PKn banyak mengandung soal-soal afektif, karena itu tujuan PKn yang seperti slogan harus dapat dijabarkan.

d. Keterampilan sosial: tujuan umum PKn harus bisa dijabarkan dalam keterampilan sosial yaitu keterampilan yang memberikan kemungkinan kepada siswa untuk secara terampil dapat melakukan dan bersikap cerdas serta bersahabat dalam pergaulan kehidupan sehari-hari, Dufty (Numan Somantri, 1975:30). Mengkerangkakan tujuan PKn dalam tujuan yang sudah agak terperinci dimaksudkan agar kita memperoleh bimbingan dalam merumuskan: (a) konsep dasar, generalisasi, konsep atau topik PKn; (b) tujuan intruksional, (c) konstruksi tes beserta penilaiannya.

Djahiri (1995:10) mengemukakan bahwa melalui PKn siswa diharapkan :

a. Memahami dan menguasai secara nalar konsep dan norma Pancasila sebagai falsafah, dasar ideologi dan pandangan hidup negara RI.

b. Melek konstitusi (UUD 1945) dan hukum yang berlaku dalam negara RI.

c. Menghayati dan meyakini tatanan dalam moral yang termuat dalam butir diatas.

d. Mengamalkan dan membakukan hal-hal diatas sebagai sikap perilaku diri dan kehidupannya dengan penuh keyakinan dan nalar.

Secara umum, menurut Bunyamin M dan Sapriya (2005:30) bahwa,

Tujuan negara mengembangkan Pendiddikan Kewarganegaraan agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to be good citizens), yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (civics inteliegence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual; memiliki rasa bangga dan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

24

tanggung jawab (civics responsibility); dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

Berdasarkan pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa PKn sebagai

program pengajaran tidak hanya menampilkan sosok program dan pola KBM

yang hanya mengacu pada aspek kognitif saja, melainkan secara utuh dan

menyeluruh yakni mencakup aspek afektif dan psikomotor. Selain aspek-aspek

tersebut PKn juga mengembangkan pendidikan nilai.

3. Konteks Kelahiran dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan di

Indonesia

Istilah Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia mengalami

perkembangan dan perubahan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan Pendidikan

Kewarganegaraan yang lebih dikenal dengan nama Civic Education di USA

menunjukkan adanya perluasan dari waktu ke waktu.

Secara historis pertumbuhan Civic Education dapat digambarkan sebagi

berikut (Sumantri, 1975:31):

a. Civics (1790) b. Community Civics (1970, A.W. Dunn) c. Civic Education (1901, Harold Wilson) d. Civic-Citizenship Education (1945, John Mahoney) e. Civic-Citizenship Education (1971, NCSS)

Pelajaran Civics mulai diperkenalkan pada tahun 1790 di Amerika Serikat

dalam rangka “meng-Amerikakan” bangsa Amerika atau terkenal dengan “theory

of Americanization”. Penerbitan majalah “The Citizen” dan “Civics”, pada tahun

1886, Henry Randall Waite merumuskan Civics dengan “the science of citizenship

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

25

– the relation of man, the individual, to man in organized collections – the

individual in his relation to the state, Creshore, Education” (Somantri, 1975:31).

Penjelasan mengenai Civics menpunyai kesamaan yang sama yaitu

membahas mengenai “government”, hak dan kewajiban sebagi warga negara.

Akan tetapi, arti Civics dalam perkembangan selanjutnya bukan hanya meliputi

“goverment” saja, kemudian dikenal istilah Community Civics, Economic Civics,

dan Vocational Civics.

Gerakan “Community Civics” pada tahun 1970 dipelopori oleh W.A.

Dunn adalah untuk menghadapkan pelajar pada lingkungan atau kehidupan sehari-

hari dalam hubungannya dengan ruang ringkup lokal, nasional maupun

internasional. Gerakan “community civics” disebabkan pula karena pelajaran

civics pada waktu itu hanya mempelajari konstitusi dan pemerintah saja, akan

tetapi kurang memperhatikan lingkungan sosial.

Selain gerakan community civics, timbul pulagerakan civic education atau

banyak disebut sebagai Citizenship Education. Ruang lingkup Civics Education

(Somantri, 1975:33), antara lain:

a. Civic Education meliputi seluruh program dari sekolah. b. Civic Education meliputi berbagai macam kegiatan belajar mengajar,

yang dapat menumbuhkan hidup dan tingkah laku yang lebih baik dalam masyarakat demokratis.

c. Dalam Civic Education termasuk pula hal-hal yang menyangkut, pengalaman, kepentingan masyarakat, pribadi dan syarat-syarat obyektif hidup bernegara.

NCSS (Somantri, 1975:33) merumuskan mengenai Citizenship Education

sebagai berikut:

Citizenship Education is a proses comprising all the positive influences which are intended to shape a citizens view to his role in society. It comes

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

26

partly from formal schooling, partly from parental influences and partly from learning outside the classroom and the home. Trough Citizenship Education, our youth are helped to gain an understanding of our national ideas, the common good, and the process of self goverment. Dari defenisi tersebut dapat ditarik kesimpulan cakupan PKn lebih luas,

karena bahannya selain mancakup program sekolah juga meliputi pengaruh

belajar diluar kelas, dan pendidikan di rumah. Selanjutnya PKn digunakan untuk

membantu generasi muda memperoleh pemahaman cita-cita nasional /tujuan

negara dan dapat mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab dalam

menyelsaikan masalah pribadi, masyarakat dan negara. Unsur-unsur Civic

Education yang dapat menjadi acuan bagi para pelajar, antara lain: Mengetahui,

memahami dan mengapresiasikan cita-cita nasional; dan dapat membuat

keputusan-keputusan yang cerdas.

Kuhn (Winataputra dan Budimansyah, 2007:71) mengemukakan bahwa,

perkembangan istilah Civics dan Civic Education di Indonesia terjadi pada tahun :

1. Kewarganegaraan (1957), membahas cara memperoleh dan kehilangan kewargaan negara.

2. Civics (1962), tampil dalam bentuk indoktrinasi politik. 3. Pendidikan Kewargaan Negara (1968) sebagai unsur dari pendidikan

kewargaan Negara yang bernuansa pendidikan ilmu pengetahuan sosial.

4. Pendidikan Kewargaan Negara (1969) tampil dalam bentuk pengajaran konstitusi dan ketetapan MPRS.

5. Pendidikan Kewargaan Negara (1973) yang diidentikkan dengan pengajaran IPS.

6. Pendidikan Moral Pancasila (1975 dan 1984) tampil menggantikan PKN dengan isi pembahasan P4.

7. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (1994) sebagai penggabungan bahan kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang tampil dalam bentuk pengajaran konsep nilai yang disaripatikan dari Pancasila dan P4.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

27

4. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan

Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang diajarkan di sekolah,

materi Pendidikan Kewarganegaraan menurut Branson (1999:4) harus mencakup

tiga komponen, yaitu Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), Civic

Skills (keterampilan kewarganegaraan), dan Civic Disposition (watak-watak

kewarganegaraan). Komponen pertama, civic knowledge “berkaitan dengan

kandungan atau nilai apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara” (Branson,

1999:8). Aspek ini menyangkut kemampuan akademik-keilmuan yang

dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum dan moral. Dengan

demikian, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian

multidisipliner. Secara lebih terperinci, materi pengetahuan kewarganegaraan

meliputi pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga negara, hak asasi

manusia, prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non-

pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasar hukum (rule of law) dan

peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-

norma dalam masyarakat.

Kedua, Civic Skills meliputi keterampilan intelektual (intelectual skills)

dan keterampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara. Contoh keterampilan intelektual adalah keterampilan dalam

merespon berbagai persoalan politik, misalnya merancang dialog dengan DPRD.

Contoh keterampilan berpartisipasi adalah keterampilan menggunakan hak dan

kewajibannya di bidang hukum, misalnya segera melapor kepada polisi atas

terjadinya kejahatan yang diketahui.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

28

Ketiga, Civic Disposition (Watak-watak kewarganegaraan), komponen ini

sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata

pelajaran PKn. Dimensi watak kewarganegaraan dapat dipandang sebagai

"muara" dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan

visi, misi, dan tujuan mata pelajaran PKn, karakteristik mata pelajaran ini ditandai

dengan penekanan pada dimensi watak, karakter, sikap dan potensi lain yang

bersifat afektif.

Berdasarkan rumusan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan antara lain menyatakan bahwa kurikulum

untuk jenis pendidikan umum, pada jenjang pendidikan menengah, terdiri atas

lima kelompok mata pelajaran. PKn termasuk dalam kelompok mata pelajaran

Kewarganegaraan dan Kepribadian. Kelompok mata pelajaran ini dimaksudkan

untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan

kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta

peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Di dalam UU Nomor 20 tahun

2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan wajib dimasukkan di dalam kurikulum pendidikan dasar dan

menengah. Dalam penjelasan pasal 37 Ayat (1) UU Nomor 20 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional, menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan

dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki

rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

29

5. Kurikulum dan Bahan Ajar Pendidikan Kewarganegaraan Persekolahan

Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu

didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya

yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi

sekolah atau daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup

kewenangan untuk merancang dan menentukan materi ajar, pengalaman belajar,

dan penilaian hasil pembelajaran.

Untuk itu, banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena sebagian

besar kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan

dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus menyusun kurikulum

tingkat satuan pendidikan (KTSP) atau silabusnya dengan cara melakukan

penjabaran dan penyesuaian Standar Isi dan Standar Kompentensi Lulusan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum

operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan dijelaskan:

• Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis, kecakapan berhitung serta kemampuan berkomunikasi (Pasal 6 Ayat 6)

• Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertangung jawab terhadap pendidikan untuk TK, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK (Pasal 17 Ayat 2)

• Perencanan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

30

pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal 20).

Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk

dalam pembelajaran PKn. Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut (Depdiknas, 2006:49) :

a. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan Jaminan keadilan

b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional

c. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, Penghormatan dan perlindungan HAM

d. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara

e. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi

f. Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi

g. Pancasila meliputi: Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka

h. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesiadi era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

31

B. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

1. Prinsip Dasar Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Prinsip dasar pembelajaran PKn mengacu pada sejumlah prisip dasar

pembelajaran. Menurut pendapat Budimansyah (2002:8) prinsip-prinsip

pembelajaran tersebut adalah prinsip belajar siswa aktif (student active learning),

kelompok belajar kooperatif (cooperaitive learning), pembelajaran partisipatorik,

dan mengajar yang reaktif (reaktive learning). Selanjutnya keempat prinsip

tersebut dijelaskan sebagai berikut (Budimansyah, 2002 : 8 - 13).

1. Prinsip Belajar Siswa Aktif

Model ini menganut prinsip belajar siswa aktif. Aktifitas siswa hampir di

seluruh proses pembelajaran, dari mulai fase perencanaan di kelas, kegiatan

lapangan, dan pelaporan. Dalam fase perencanaan aktivitas siswa terlihat pada

saat mengidentifikasi masalah dengan menggunakan teknik bursa ide (brain

storming). Setiap siswa boleh menyampaikan masalah yang menarik baginya,

disamping tentu saja yang berkaitan dengan materi pelajaran. Setelah masalah

terkumpul, siswa melakukan voting untuk memilih satu masalah untuk kajian

kelas.

Dalam fase kegiatan lapangan, aktifitas siswa lebih tampak. Dengan

berbagai teknik (misalnya dengan wawancara, pengamatan, kuesioner, dan lain-

lain) mereka mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk menjawab

permasalahan yang menjadi kajian kelas mereka. Untuk melengkapi data dan

informasi tersebut, mereka mengambil foto, membuat sketsa, membuat kliping,

bahkan adakalanya mengabadikan peristiwa penting dalam video.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

32

2. Kelompok Belajar Kooperatif

Proses pembelajaran PKn juga menerapkan prinsip belajar kooperatif,

yaitu proses pembelajaran yang berbasis kerjasama. Kerjasama yang dimaksud

adalah kerjasama antar siswa dan antar komponen-komponen lain di sekolah,

termasuk kerjasama sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait.

Kerjasama antar siswa jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah

untuk bahan kajian bersama.

Dengan komponen-komponen sekolah lainnya juga seringkali harus

dilakukan kerjasama. Misalnya pada saat para siswa hendak mengumpulkan data

dan informasi lapangan sepulang dari sekolah, bersamaan waktunya dengan

jadwal latihan olah raga yang diundur atau kunjungan lapangan yang diubah.

Kasus seperti itu memerlukan kerjasama, walaupun dalam lingkup kecil dan

sederhana. Hal serupa juga seringkali terjadi dengan pihak keluarga. Orang tua

perlu juga diberi pemahaman, manakala anaknya pulang agak terlambat dari

sekolah karena melakukan kunjungan lapangan terlebih dahulu. Sekali lagi, dari

peristiwa ini pun tampak perlunya kerjasama antara sekolah dengan orang tua

dalam upaya membangun kesepahaman.

Kerjasama dengan lembaga terkait diperlukan pada saat para siswa

merencanakan mengunjungi lembaga tertentu atau meninjau suatu kawasan yang

menjadi tanggung jawab lembaga tertentu. Misalnya mengunjungi dinas

perparkiran. Mengunjungi kantor bupati atau wali kota untuk mengetahui

kebijakan mengenai penertiban pedagang kaki lima. Mengamati dampak

pembuangan limbah pabrik pada suatu kawasan tertentu, dan sebagainya.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

33

Kegiatan para siswa tentu saja perlu dibekali surat pengantar dari kepala sekolah

selaku penanggungjawab kegiatan sekolah.

3. Pembelajaran Partisipatorik

Selain prinsip pembelajaran di atas PKn juga menganut prisip dasar

pembelajaran partisipatorik, sebab melaui model ini siswa belajar sambil

melakoni (learning by doing). Salah satu bentuk pelakonan itu adalah siswa

belajar hidup berdemokrasi. Sebab dalam tiap langkah model ini memiliki makna

yang ada hubungannya dengan praktik hidup berdemokrasi.

Sebagai contoh pada saat memilih masalah untuk kajian kelas memilih

makna bahwa siswa dapat menghargai dan menerima pendapat yang didukung

suara terbanyak. Pada saat berlangsungnya perdebatan, siswa belajar

mengemukakan pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, menyampaikan

kritik dan sebaliknya belajar menerima kritik, dengan tetap berkepala dingin.

Proses ini mendukung adagium yang menyatakan bahwa “democracy is not in

heredity but learning” (demokrasi itu tidak diwariskan, tetapi dipelajari dan

dialami). Oleh karena itu, mengajarkan demokrasi itu harus dalam suasana yang

demokratis (teaching democracy in and for democracy). Tujuan ini hanya dapat

dicapai dengan belajar sambil melakoni atau dengan kata lain harus menggunakan

prinsip belajar partisipatorik.

4. Reactive Teaching

Dalam prinsip ini lebih menekankan bagaimana guru menciptakan strategi

agar murid mempunyai motivasi belajar. Oleh karena itu guru harus situasi

sehingga materi pembelajaran menarik, tidak membosankan. Guru harus

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

34

mempunyai sensitivitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah kegiatan

pembelajaran sudah membosankan siswa jika hal ini terjadi, guru harus segera

mencari cara untuk menanggulanginya. Inilah tipe guru yang reaktif itu.

Ciri guru yang reaktif itu diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar.

b. Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang sudah diketahui dan

dipahami siswa.

c. Selalu berupaya membangkitkan motivasi belajar siswa dengan

membuat materi pelajaran sebagai sesuatu hal yang menarik dan

berguna bagi kehidupan siswa.

d. Segera mengenali materi atau metode pembelajaran yang membuat

siswa bosan. Bila hal ini ditemui, ia segera menanggulanginya.

2. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan subtansi yang akan disampaikan dalam

proses pembelajaran (Djamarah dan Zain, 2002:50). Materi pembelajaran

merupakan komponen penting dalam semua proses pembelajaran, termasuk proses

pembelajaran PKn. Tanpa materi pembelajaran, proses pembelajaran tidak akan

berjalan. Materi pembelajaran dapat berupa fakta, konsep, prinsip maupun

prosedur (Sadirman, 2003:162).

Guru mempunyai tugas yang penting dalam mengembangkan dan

memperkaya materi pembelajaran, karena hal tersebut merupakan salah satu

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

35

faktor penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pembelajaran, yaitu:

1) Materi pembelajaran hendaknya sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

2) Materi pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa pada umumnya.

3) Materi pembelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan.

4) Meteri pembelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat tekstual maupun kontekstual (Djamarah dan Zain, 2003:51).

Berdasarkan hal tersebut, maka materi pembelajaran PKn harus mengacu

pada kompetensi yang ingin dicapai. Materi yang dibelajarkan harus bermakna

bagi siswa dan merupakan bahan-bahan yang benar-benar penting, baik dilihat

dari kompetensi yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk menentukan materi

pada proses pembelajaran berikutnya.

3. Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia yang dalam konteks

internasional (Kerr, 1999) dikategorikan ke dalam kelompok citizenship education

Asia-Afrika yang masih berada pada titik Minimal yakni education about

citizenship sudah seharusnya menggunakan strategi progresif menuju titik

Maksimal, yakni education for citizenship melalui titik median education through

citizenship. Untuk itu pendidikan kewarganegaraan sebagai suatu academic

endeavor (CICED, 1999) atau sebagai bidang kajian dan pengembangan

pendidikan disiplin ilmu seyogyanya memusatkan perhatian pada kajian ilmiah

tentang civic virtue dan civic culture (Quigley, 1991) atau keberadaban dan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

36

budaya kewarganegaraan dalam konteks pengembangan civic intelligence dan

civic participation (Quigley, 1991; Cogan, 1999).

Menurut Paino (2007:35) mengemukakan bahwa:

Sebagian besar guru dalam proses pembelajarannya hanya menggunakan buku teks, belajar hanya di dalam kelas, guru bertindak sebagai pemberi informasi tunggal, dan peserta didik sebagai objek atau pendengar yang baik. Akibatnya mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dianggap sebagai mata pelajaran hafalan, yang penting peserta didik dapat dalil politik, lembaga-lembaga pemerintahan dan setia tanpa logika terhadap penguasa, tanpa mengkaitkan materi/konsep dengan kehidupan masyarakat secara nyata. Kondisi semacam ini bukanlah menjadi kesalahan guru semata, karena

mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang pada prinsipnya dipengaruhi

atau tidak terlepas dari pengaruh rezim yang berkuasa. Target pembelajaran mata

pelajaran pendidikan kewarganegaraan selama ini dititik beratkan pada

pembekalan/pembinaan yang bersifat hafalan, materinya terdiri atas doktrin

negara, sistem politik, norma yuridis formal, tugas-kewajiban, dan tanggung

jawab warganegara yang akhirnya menjadi suatu tatanan dari sejumlah kewajiban/

keharusan.

Pola prosedurnya pun, menurut Djahiri benar-benar terkontrol terkendali

menjurus pada proses “penjinakan“ (domesticating) potensi dan kehidupan siswa/

masyarakat, jadi bukan kearah memberi kemudahan, kelancaran, berhasilan

(fasiliting) proses internalisasi, personalisasi substansi serta pembinaan dan

pengembangan potensi diri atau kemampuan belajar (condituining learning skills).

CICED (1999: 56).

Oleh karena itu, diperlukan pergeseran paradigma dari guru-guru dalam

menyikapi hal tersebut, seperti guru lebih bersifat terbuka, merubah pandangan

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

37

terhadap strategi pembelajaran bahwa peserta didik bukan hanya belajar tentang

konsep pendidikan kewarganegaraan melainkan juga belajar ber-PKn atau praktik

seperti yang telah dikemukakan di atas. Guru hendaknya memusatkan kegiatan

belajar pada peserta didik (student center), untuk itu guru berperan sebagai

fasilitator, yaitu pemberian kemudahan bukan sebagai sosok yang tahu segalanya

(manusia serba bisa/tahu). Pembelajaran bukan hanya berdasarkan pada buku teks

dan terkekang dalam kelas saja, namun memanfaatkan berbagai sumber belajar

seperti yang telah dipaparkan di bagian depan. Selain itu, yang tak kalah

pentingnya guru hendaknya kembali memahami/mengkaji ulang tentang makna

dan hakekat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

Djahiri (CICED, 1999:6) mengemukakan strategi pembelajaran yang

hendak dilakukan guru adalah sebagai berikut.

a. Membina dan menciptakan keteladanan, baik fisik dan material (tata dan aksesoris kelas/sekolah), kondisional (suasana proses KBM) maupun personal (guru, pimpinan sekolah dan tokoh unggulan)

b. Membiasakan/membakukan atau mempraktekkan apa yang diajarkan mulai di kelas-sekolah-rumah- dan lingkungan belajar.

c. Memotivasi minat, gairah untuk melibatkan dalam proses belajar, untuk kaji lanjutannya dan mencobakan serta membiasakannya.

Strategi seperti itu dioperasionalkan melalui berbagai metode seperti

ceramah bervariasi, tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah (problem solving),

bermain peran, simulasi, inkuiri, VCT, portofolio, dan sebagainya.

4. Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Metode adalah langkah-langkah operasional dari strategi pembelajaran

yang dipilih dalam mencapai tujuan belajar, sehingga sumber belajar dalam

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

38

menggunakan suatu metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi

yang digunakan. (Hatimah, 2003:29).

Djahiri (1995/1996:28) dalam bukunya “Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-

Moral VCT dan Games dalam VCT”, bahwa metoda merupakan kumpulan

sejumlah teknik. Terdapat dua moto dalam pembelajaran PKn yang dikemukakan

Djahiri (1985:36), antara lain sebagai berikut:

a. Ceramah (lecturing)

Pada umumnya metode pembelajaran memerlukan ceramah, sehingga

tidaklah benar pernyataan bahwa metode ini jelek dan harus dibuang. Akan tetapi,

yang harus dihindari adalah penggunaan metode ceramah selama satu jam

pelajaran penuh terus menerus dengan memakai pola ceramah murni yang naratif,

monoton dan bersifat normatif imperatif.

Beberapa keunggulan dari metode ceramah, antara lain:

1) Setiap orang memiliki potensi dan kemahiran untuk ceramah (lepas dari benar

– salah)

2) Merupakan kiprah umum bahkan “membudaya” di kalangan

perguruan/sekolah

3) Bersifat praktis, mudah, murah, dan cepat menyampaikan substansi sehingga

target waktu bisa dikejar

4) Mampu menyelaraskan ketimpangan waktu dengan banyaknya bahan

5) Tidak dapat membutuhkan persiapan pengembangan media

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

39

6) Mampu mengungkap dan mengklarifikasikan isi atau pesan dalam bahasa

yang komunikatif dan cepat. Hampir semua hal mampu diungkap secara

verbal

7) Mampu menguasai kelas dalam ukuran bagaimanapun juga

8) Bila ada kekeliruan bisa segera diperbaiki

9) Sejumlah hasil pengiring yang dapat dihasilkan dari metoda ini adalah:

a) Melatih daya tangkap dan analitis ucapan orang lain

b) Latihan sosial untuk tatap muka dan etika dengan dan bicara

10) Mampu mengangkat hal yang tidak ada dalam buku atau belum

diungkap sumber atau pihak lain.

Kelemahan metode ceramah, antara lain:

1) Bisa menimbulkan pembelajaran yang tidak sistematis

2) Karena adanya keterbatasan daya dengar manusia, maka dapat

menyebabkan pembelajaran yang melelahkan, membosankan dan

mengantuk.

3) “melanggar” kemampuan daya belajar manusia, karena tidak semua

siswa mampu menyimak dan menangkap ‘pesan lisan’ serta

menulisnya dengan cepat

4) Kecepatan dan intonasi suara guru yang tidak teratur menyebabkan

hilangnya kesempatan siswa untuk berpikir, bereaksi dan berekspresi.

5) Ceramah murni yang menyamaratakan semua siswa adalah salah satu

penyebab lahirnya ketimpangan daya serap siswa.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

40

b. Ekspositorik

’Ekspositorik’ berasal dari kata ‘ekspose’ yang berarti menunjukkan,

memperagakan dan atau memperlihatkan. Metode belajar ekspositori adalah

metode belajar yang memperagakan sesuatu untuk menciptakan KBM dan

khususnya KBS yang terarah dan terkendali menuju target sasaran guru atau

pengajar.

c. Metoda Pengajaran Konsep (Teaching Konsep)

Sebelum menggunakan metoda pengajaran konsep, seorang pengajar

terlebih dahulu harus memahami pengertian data dan fakta. Djahiri

(1995/1996:44), bahwa:

1) Data adalah realita yang ada, kejadian, atau hal baik fisik – non fisik, materiil – immateril, dan personal – kondisional.

2) Fakta adalah sejumlah data yang memiliki keterkaitan menunjuk kepada suatu konsep.

3) Konsep adalah label/nama/istilah yang merupakan rangkaian sejumlah fakta menuju suatu pengertian/makna isi – pesan dan atau fungsi peran atau harga/nilai. Jadi, konsep merupakan sesuatu yang memiliki ciri esensil tertentu.

d. Metoda Tanya Jawab

Metode tanya jawab ini dianggap memiliki kadar CBSA yang tinggi,

karena pertanyaan akan menggugah dan mengundang potensi diri siswa.

e. Partisipatori

Partisipatori sebagai metode dalam kegiatan belajar mengajar,

membelajarkan siswa mengenai kehidupan atau kegiatan nyata atau kegiatan

nyata ataupun yang simulatif. Sarana untuk berpartisipatorik adalah kehidupan

keluarga atau masyarakat, instansi kedinasan atau kemasyarakatan, laboratorium,

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

41

atau pusat Modeling. Jenis partisipatorik antara lain, studi lapangan, kegiatan

bakti sosial, magang, modeling atau simulasi, dan studi proyek.

f. Diskusi dan Kelompok Belajar

Ciri khas dari diskusi sebagai pola kegiatan belajar mengajar, yakni

demokratis. Metoda diskusi mengundang dan melibatkan banyak orang serta tidak

ada dominasi seseorang, memiliki indikator CBSA yang tinggi karena meminta

daya analisis dan evaluatif terhadap masalah yang dilontarkan atau tanggapan dan

sanggahan terhadap orang lain. Djahiri (1995/1996:53) mengungkapkan bahwa

diskusi adalah kegiatan belajar siswa dialogistik secara intra potensi diri antar

potensi orang lain serta potensi dunia bkeilmuan dan kehidupan.

Ciri esensial dari diskusi, antara lain:

1) Adanya proses dialogistik, yakni interaksi antara struktur kognitif dengan

afektif dan psikomotor, antara potensi diri kita dengan orang lain atau dengan

dunia nyata serta keilmuan.

2) Adanya sharing ideas (pertukaran pikiran/pendapat, berargumentasi yang

benar dan memiliki landasan), ada proses berproduksi dan berekspresi.

3) Adanya arahan inkuiri/mencari/meneliti dan mendapatkan sesuatu

4) Adanya proses sosialisasi diri.

Bentuk-bentuk diskusi menurut Djahiri (1995/1996:58), antara lain:

1) Diskusi kelas 2) Diskusi kelompok 3) Diskusi panel 4) Seminar 5) Loka karya 6) Diskusi penjaring

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

42

Kelompok belajar adalah kelompok sejumlah siswa untuk melakukan

kegiatan belajar bersama secara terarah dan teratur. Djahiri (1995/1996:20),

mengemukakan bahwa “kelompok belajar yang sesuai dengan pembelajaran PKn

adalah kelompok belajar kooperatif”.

Kelompok belajar kooperatif merupakan perpaduan antara kelompok

belajar dan pola kegiatan kooperatif. Hakekat ini kooperatif ialah kebersamaan

dan kesetiakawanan sosial yang tinggi. Kelompok belajar kooperatif merupakan

kegiatan belajar yang dapat menciptakan persaingan yang sehat, dalam arti

persaingan yang ada, tidak mendidik siswa untuk bersifat individualis.

g. Metoda Inkuiri dan pemecahan Masalah

Kedua metoda ini pada hakekatnya sama, perbedaannya bahwa dalam

metoda pemecahan masalah hanya sampai pada proses penentuan alternatif

pemecahan/keputusan, sedangkan dalam inkuiri sampai pada tahapan penetapan

keputusan yang terbaik.

Keunggulan kedua metode ini menurut Djahiri (1995/1996:58), antara

lain:

1) Meningkatkan keterampilan dan kualitas hasil belajar 2) Menuntun siswa akrab dengan kehidupan nyata 3) Membakukan kemahiran analisis dan argumentasi rasional/berlandas 4) Mensosialisasikan siswa 5) Mendayagunakan aneka sumber dan lingkungan belajar

Jenis inkuiri adalah inkuiri sederhana, lengkap dan nilai. Inkuiri sederhana

tidak memerlukan keseluruhan proses dilaksanakan, hanya hakekat dasarnya saja,

yakni mengkaji, mencari, dan menentukan pilihan. Inkuiri yang lengkap

merupakan metoda khusus yang langkah dan prosesnya telah baku. Sedangkan,

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

43

inkuiri nilai adalah pola inkuiri sederhana yang fokus substansinya pada nilai –

moral.

5. Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Media pengajaran harus dibedakan dengan sumber pengajaran. Djahiri

(1995/1996:31) mengemukakan bahwa sumber pembelajaran merupakan tempat

di mana butir mata pelajaran dan media bisa dilihat, diperoleh dan dikaji seperti

buku, perpustakaan, media cetak, kehidupan nyata dll. Sedangkan, media

pembelajaran lebih diutamakan pada fungsi dan perannya.

Djahiri (1995/1996:31) mengemukakan, bahwa dengan adanya media

pembelajaran diharapkan dapat berperan untuk:

a. Menjadi fasilitator proses Kegiatan Belajar Siswa dan peningkatan Hasil Belajar Real

b. Meningkatkan kadar proses CBSA atau proses Kegiatan Mengajar Guru interaktif – reaktif

c. Meningkatkan motivasi belajar atau suasana belajar yang baik d. Meringankan beban tugas guru tanpa mengurangi kelancaran dan

keberhasilan pengajaran e. Meningkatkan proses Kegiatan Belajar Mengajar secara efektif, efisien

dan optimal f. Menyegarkan Kegiatan Belajar Mengajar

Jenis dan bentuk media, antara lain : a. Materiil, berupa alat peraga, media cetak (Koran, majalah dll) b. Immaterial, seperti iklim, status sosial masyarakat dll c. Personal, yaitu tokoh, pahlawan, narasumber dll d. Audio visual e. Gerak atau penampilan seperti simulasi, permainan (games)

Penggunaan media dalam Kegiatan Belajar Mengajar hendaknya

memperhatikan kualifikasi standar kompetensi, kompetensi dasar dan metoda

pembelajaran yang akan digunakan.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

44

C. Landasan Tentang Melek Politik dan Pendidikan Politik

1. Pengertian Melek Politik

Kesadaran politik dapat juga diartikan sebagai melek politik, untuk

pembahasan melek politik, kita lihat dulu apa yang dimaksud dengan kesadaran

dan apa yang dimaksud dengan politik. Kesadaran menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1988:765) berarti keinsyafan, keadaan mengerti, sedangkan menurut

Petir Pudjantoro yang dikutip oleh Sri Mulyani mengemukakan kesadaran adalah

merupakan proses batin yang ditandai dengan pengertian, pemahaman,

penghayatan yang mendalam terhadap sesuatu serta melaksanakannya dalam

tingkah laku serta perbuatan yang didasari oleh pengertian, pemahaman, serta

penghayatan terhadap sesuatu yang dilaksanakannya secara mendalam (Sukadi,

1992 : 256)”.

Melek politik adalah suatu kondisi psikologis siswa yang ditandai oleh

adanya pengertian, pemahaman, penghayatan dan pengamalan pola-pola hidup

bangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pola hidup

yang mencerminkan melek politik dapat dilihat dari ciri-ciri, watak dan

kepribadian. Inilah yang dugunakan untuk mengukur suatu kesadaran seorang

warga negara yang melek politik.

Menurut Gabriel A. Almond dan Sydney Verba (1990 : 65-71) dalam

penelitiannya tentang melek politik dilima negara menggunakan dua kriteria untuk

mengukur dimensi melek politik. Kedua kriteria yang dimaksud adalah :

a. Mengikuti segala kegiatan pemerintah

b. Mengikuti laporan mengenai aktivitas pemerintah melalui berbagai media

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

45

Seseorang yang memiliki kesadaran politik adalah ia yang senantiasa

mengikuti segala kegiatan pemerintah dan mengikuti segala kegiatan laporan

mengenai aktivitas pemerintah melalui berbagai media. Sukadi dan Eni Hernawati

dalam penelitiannya tentang melek politik, masing-masing menggunakan ciri-ciri,

watak dan kepribadian dari generasi muda Indonesia yang terdapat dalam Inpres

No. 12/ tahun 1982 tentang pendidikan politik bagi generasi muda sebagai tolak

ukur melek politik. Ciri-ciri, watak dan kepribadian dari generasi muda yang

melek politik adalah :

a. Sadar akan hak dan kewajiban serta tanggung jawabnya terhadap kepentingan

bangsa dan negara.

b. Sadar dan taat pada hukum dan semua peraturan perundang-undangan yang

berlaku

c. Memiliki disiplin pribadi, sosial dan nasional

d. Memiliki tekad perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di

masa depan yang disesuaikan dengan kemampuan obyektif bangsa saat ini.

e. Mendukung sistem kehidupan nasional yang demokratis sesuai dengan

pancasila dan UUD’45

f. Berpartisipasi secara aktif dan kreatif dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara khususnya dalam usaha pembangunan nasional

g. Aktif menggalang persatuan dan kesatuan bangsa dengan kesadaran akan

keanekaragaman suku bangsa ;

h. Sadar akan perlunya pemeliharaan lingkungan hidup dan alam sekitar secara

selaras, serasi dan seimbang;

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

46

i. Mampu melakukan penilaian terhadap gagasan nilai serta ancaman yang

bersumber dari ideologi lain di luar Pancasila dan UUD’45 atas dasar pada

pikiran atau penalaran logis mengenai Pancasila dan UUD 1945

Ciri-ciri tersebut akan nampak dalam perilaku warga negara yang melek

politik. Melek politik merupakan sikap dan prilaku yang perlu ditanamkan

kepada generasi muda Indonesia, kesadaran ini merupakan manifestasi dari rasa

tanggung jawab yang tinggi atas kelangsungan hidup bangsa di dalam negara

Republik Indonesia. Melek politik yang semakin dewasa memang sangat

diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Melek

politik bukan hanya harus dimiliki oleh politikus, oleh pemimpin dan anggota

partai politik saja, melainkan harus mendarah daging bagi seluruh rakyat. Hal ini

sangat penting sebab tegak atau runtuhnya suatu negara, kuat atau lemahnya suatu

bangsa pada akhirnya terletak pada kesadaran bangsa itu sendiri. Melek politik

yang tinggi sangat penting artinya bagi yang memelihara stabilitas nasional yang

dinamis dan untuk menjamin kelestarian dan cita-cita bangsa. Selain itu melek

politik juga diperlukan untuk memantapkan sendi-sendi dasar kehidupan

kenegaraan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Untuk meningkatkan melek politik generasi muda khususnya siswa

diperlukan pendidikan politik. Pendidikan politik merupakan rangkaian usaha

untuk meningkatkan dan mantapkan kesadaran politik dan kenegaraan guna

menunjang kelestarian Pancasila dan UUD 1945. Selain pendidikan politik upaya

yang dapat dilakukan untuk meningkatkan melek politik siswa adalah dengan cara

indoktrinasi politik yaitu dengan cara paksaan. Baik pendidikan politik maupun

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

47

indoktrinasi politik kedua-duanya merupakan proses sosialisasi politik. Sosialisasi

politik memang harus dilakukan sedini mungkin karena hal itu merupakan salah

satu langkah yang amat penting dalam meningkatkan kualitas demokrasi di masa

depan adalah pembinaan watak demokrasi dikalangan generasi muda.

Dalam keadaan sadar sepenuhnya, seseorang sensitif terhadap berbagai

jenis ransangan yang diterima, namun dalam menerima ransangan, tubuh akan

memilih jenis ransangan yang paling dikehendaki. Keadaan sadar normal, adalah

keadaan di mana seseorang sadar/ tahu akan segala sesuatu yang terjadi di

sekitarnya, dapat melihat/ mengamati benda-benda, situasi dan orang-orang di

sekitarnya. Mengambil makna dari apa-apa yang di lihat, dan memberikan reaksi

secara eksplisit. Karakteristik dari keadaan sadar penuh adalah adanya perubahan

terus-menerus dalam intensitas dalam fokus kesadaran. Menurut Kihlstrom (1984)

kesadaran melibatkan (a) pemantauan diri sendiri dan lingkungan sehingga

persepsi, memori dan proses berpikir direpresentasikan dalam kesadaran; dan (b)

mengendalikan diri sendiri dan lingkungan sehingga mampu memulai dan

mengakhiri aktivitas perilaku dan kognitif.

Kesadaran itu timbul sebagai akibat dari adanya input ransangan internal

maupun eksternal yang diterima oleh otak melalui mekanisme sistem saraf.

Dengan kata lain, segala sesuatu yang diketahui atau dirasakan dari lingkungan

luar adalah hasil penginderaan (panca indra) dari pesan-pesan atau isyarat yang

dimengerti oleh otak yang memiliki kemampuan mengingat atau menyimpan

informasi yang diterima dari sesuatu objek. Oleh karena itu, kesadaran seseorang

sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mengamati dan merasakan sesuatu;

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

48

berpikir dan mengambil keputusan atau menarik makna dari suatu objek dan

memberikan reaksi terhadapnya.

Melek politik sebenarnya berkisar pada pikiran-pikiran yang menganggap

bahwa kesadaran dalam diri warga masyarakat merupakan suatu faktor yang

menentukan bagi kehidupan demokrasi. Pada awalnya masalah melek politik

timbul di dalam proses penerapan sistem politik berdasarkan hukum positif. Di

dalam proses tersebut timbul masalah- masalah dalam kehidupan spsial poitik

yaitu, adanya ketidak sesuaian antara dasar sahnya sistem politik yang diatur

dalam konstitusi dengan kenyataan-kenyataan politik dan dipenuhinya atau tidak

ditaatinya konstitusi tersebut. Idealnya harus ada keserasian secara proporsional

antara pengendalian sosial oleh penguasa, kesadaran warga masyarakat, dan

kenyataannya dipatuhinya konstitusi. Hal itu sebenarnya sejalan dengan ide

tentang kesadaran warga masyarakat sebagai dasar sahnya suatu hukum positif

ditemukan di dalam ajaran-ajaran rechtsgefuhl atau rechtsbewusstsein yang

intinya tidak ada hukum yang mengikat warga masyarakat, kecuali atas kesadaran

hukumnya. Demikian dengan melek politik dalam masyarakat yang melek

politik, oleh karena itu melek politik erat hubungannya dengan melek politik.

Melek politik sebenarnya merupakan kesadaran akan niai-nilai yang

terdapat di dalam diri manusia mengenai politik, yaitu warga negara sadar akan

hak dan kewajibannya, taat hukum dan norma norma yang berlaku dalam

masyarakat. Nilai-nilai politik yang mengendap dalam diri warga negara pada

dasarnya; merupakan abtraksi dari pengalaman pribadi, sebagai akibat dari proses

interaksi sosial yang kontineu; senantiasa harus selalu diisi dan bersifat dinamis,

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

49

karena didasarkan pada interaksi sosial yang dinamis pula; merupakan suatu

kriteria untuk memilih tujuan-tujuan di dalam kehidupan sosial; merupakan suatu

yang menjadi penggerak manusia kearah pemenuhan hasrat hidupnya, sehingga

nilai-nilai merupakan faktor yang sangat penting di dalam pengarahan kehidupan

sosial maupun kehidupan pribadi manusia.

Melek politik sebagai unsur penting dalam melaksanakan sistem politik

mengandung; persepsi, pengenalan, pengetahuan, ingatan, dan pengertian tentang

politik, termasuk konsekuensi-konsekuensinya;. harapan, kepercayaan bahwa

politik dapat memberikan suatu kegunaan serta memberikan perlindungan dan

jaminannya dengan kepastian dan rasa keadilan; perasaan perlu dan butuh akan

jasa jasa politik, dan karena itu bersedia menghormatinya. Perasaan khawatir dan

takut melanggar hukum, karena jika melanggar maka sanksi-sanksinya dapat

dipaksakan; dan orientasi, perhatian, kesanggupan, kemauan baik, sikap, dan

kesediaan serta keberanian mentaati konstitusi dalam hak maupun kewajibannya,

karena kebenaran, keadilan, dan kepastian hukum itu adalah kepentingan umum.

Melek politik berkaitan erat dengan kepatuhan atau ketaatan hukum

terhadap sistem politik yang berlaku sebagaimana diatur dalam kontitusi/UUD,

yang dikonkretkan dalam sikap atau perilaku manusia. Abdurrahman (1979: 31)

mengemukakan bahwa ada suatu asumsi yang menyatakan semakin tinggi taraf

kesadaran seseorang akan semakin tinggi pula ketaatannya terhadap sistem

politik, dan sebaliknya. Melek politik berpangkal pada adanya suatu pengetahuan

tentang politik dan nilai-nilai konstitusi yang mengatur kehidupan politik. Dari

pengetahuan inilah akan lahir suatu pengakuan dan penghargaan terhadap

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

50

ketentuan-ketentuan hukum, sehingga timbul sikap penghayatan terhadap sistem

politik tersebut. Bila telah terdapat suatu penghayatan terhadap konstitusi, maka

dengan sendirinya ketaatan dan kepatuhan terhadap sistem politik terwujud. Jika

kondisi yang demikian sudah tercipta berarti melek politik telah terbina di dalam

suatu masyarakat.

2. Indikator Melek Politik

Indikator melek politik sebenarnya merupakan petunjuk yang relatif

konkret tentang adanya taraf kesadaran konstitusi, maka seseorang yang

mempunyai perhatian pada melek politik akan dapat mengetahui indikator-

indikator melek politik antara lain; pengetahuan konstitusi dan sisitem politik,

artinya seseorang mengetahui bahwa perilaku politik tertentu diatur oleh

konstitusi; pemahaman politik, artinya seseorang warga masyarakat mempunyai

pengetahuan dan pemahaman mengenai aturan-aturan politik tertentu, terutama

dari segi isinya; sikap politik artinya seseorang mempunyai kecenderungan untuk

mengadakan penilaian tertentu terhadap perilaku politik; perilaku politik, artinya

seseorang berperilaku sesuai dengan konstitusi dan sistem politik yang berlaku.

Dengan demikian melek politik sama dengan kesadaran konstitusi atau hukum.

Pendapat tersebut mengacu pada pendapat B. Kutsneky (Soekanto, 1982: 159)

tentang indikator-indikator dari kesadaran hukum sebagai berikut; a. Pengetahuan

tentang peraturan-peraturan hukum (law awareness); b. Pengetahuan tentang isi

peraturan-peraturan hukum (law acquaintance); c. Sikap terhadap peraturan-

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

51

peratwan hukum (legal attitude); d. Pola-pola perikelakuan hukum (legal

behavior).

Pengetahuan politik tidak mempengaruhi secara positif maupun negatif

pada melek politik masyarakat. Demikian pula dengan pengetahuan tentang isi

konstitusi sukar sekali secara pasti menetapkan derajat melek politik masyarakat,

karena teladan dari elit politik dan mekanisme politik turut menentukan pula. Oleh

karena itu melek politik paling tidak dipengaruhi oleh; derajat pengetahuan dan

pemahaman terhadap konsep politik; sikap instrumental timbul karena adanya

pengetahuan tentang isi peraturan dan menonjolkan kepentingan pribadi,

sedangkan sikap fundamental ditentukan dengan adanya pemahaman dan

pengertian tentang isi peraturan tersebut; proses pelembagaan dan

internalisasi; kepatuhan disebabkan karena sikap fundamental, misalnya tingkat

usia, tingkat pendirian, dan lama tinggal. (Nurhayani, 2003: 41).

Indikator yang selanjutnya yaitu pola perilaku politik, dan ini yang sangat

mempengaruhi derajat melek politik. Menurut Kutschincky setiap indikator

tersebut menunjukkan tingkat melek politik tertentu, mulai dari yang terendah

sampai yang tertinggi. Melek politik bermula dari adanya pengetahuan seseorang

tentang politik, dan sistem politik yang berlaku di dalam masyarakat, tujuannya

untuk menciptakan ketertiban guna mewujudkan keadilan bagi seluruh

masyarakat. Kemudian dari pengetahuan tersebut akan timbul pengakuan dan

penghargaan orang bersangkutan terhadap ketentuan konstitusi yang berlaku, dan

kemudian timbul sikap penghayatan terhadap hukum tersebut. Apabila terdapat

suatu penghayatan terhadap konstitusi, maka warga negara akan mentaati atau

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

52

mematuhi sistem politik tersebut, dia akan berperilaku sesuai dengan ketentuan

hukum yang berlaku.

Indikator melek politik tidak selalu saling berkolerasi, karena adakalanya

orang yang mengerti politik, sikap dan perilakunya bertentangan dengan sistem

politik yang berlaku, dia mengetahui dan memahami konstitusi yang berlaku

namun dia melanggar, tidak mentaati atau memahani sistem politik tersebut.

Namun, apabila ingin melihat tingkat melek politik seseorang yang tinggi, dapat

dilihat dari ketaatan/kepatuhannya terhadap hukum. Apabila tingkat

ketaatan/kepatuhan hukumnya tinggi, maka dapat dikatakan tingkat melek

politiknya tinggi, sebaliknya apabila tingkat ketaatan/ kepatuhan hukumnya

rendah, maka tingkat melek politiknya rendah.

Melek politik berkorelasi dengan kesadaran hukum, Bull (Djahiri, 1985:

24) mengemukakan ada 4 tingkat kesadaran hukum; (1). Kesadaran yang bersifat

Anomous, kesadaran atau kepatuhan yang tidak jelas dasar dan alasan atau

orientasinya. Tentunya ini yang paling rendah dan labil; (2). Bersifat

Heteronomous, yaitu, kesadaran/ kepatuhan yang berlandaskan pada dasar/

orientasi/ motivasi yang beraneka ragam atau berganti ganti. lni pun kurang baik,

sebab mudah berubah oleh keadaan atau situasi; (3). Kepatuhan yang bersifat

Sosio-nomous, yaitu yang berorientasi kepada kiprah umum atau khalayak ramai;

(4). Kesadaran yang bersifat Autonomous, adalah yang terbaik, karena didasari

oleh konsep atau landasan yang ada dalam diri sendiri.

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

53

3. Faktor yang Mempengaruhi Kemelekkan Politik

Melek politik timbul dari pengetahuan yang diterima atau diperoleh

seseorang tentang politik, dari pengetahuan ini akan lahir suatu pengakuan dan

penghargaan terhadap ketentuan-ketentuan konstitusi, sehingga timbul sikap

penghayatan terhadap konstitusi dan sisitem politik tersebut. Melek politik

merupakan perasaan dan keyakinan politik seseorang dalam masyarakat.

(Soekanto, 1999: 147). Efektivitas sisitem politik terlihat bila konstitusi dan

sisitem politik yang berlaku warga masyarakat mentaatinya, dan ini terwujud

dalam perilaku politiknya, yaitu prilaku yang sesuai dengan konstitusi yang

berlaku di dalam masyarakat. Menurut Friedman (Taneko, 1993: 50) "perilaku

politik adalah soal pilihan yang berurusan dengan motif dan gagasan yang

menurut Friedman dapat mempengaruhi perilaku politik seseorang terdiri atas (a)

kepentingan sendiri; (b) sensitif terhadap sanksi; (c) tanggapa terhadap pengaruh

sosial; (d) kepatuhan politik.

Menurut Friedman, karena adanya kepentingan pribadi membuat orang

mentaati hukum, dan apabila tidak diikuti justru akan menimbulkan kerugian pada

dirinya. Tetapi bisa juga karena sensitif terhadap sanksi, di mana seseorang

mentaati aturan disebabkan karena takut akan sanksinya, karena dia mengetahui

bahwa sanksi hukum atau peraturan yang bersangkutan itu sifatnya tegas dan

nyata, sifat pentaatannya heteronom, maksudnya ada kekuatan diluar dirinya yang

memaksa agar peraturan tadi harus ditaati, setiap orang mau tidak mau harus

mentaatinya, karena berusaha menghindari sanksinya tadi. Adakalanya orang

berperilaku politik tersebut itu disebabkan karena adanya pengaruh sosial atau

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

54

pengaruh lingkungannya (keluarga, teman, anggota kelompoknya atau pimpinan),

yang mungkin disebabkan alasan-alasan sebagai berikut: (1) adanya keinginan

kuat untuk memelihara hubungan baik dengan lingkungan; dan (2) ada keinginan

kuat untuk memelihara hubungan baik dengan penguasa. Kemudian orang

mentaati hukum dapat juga disebabkan karena mereka berpikir bahwa apabila

dilanggar, maka perbuatannya itu dikatakan bersifat illegal atau amoral.

Dilihat dari kepentingan pribadi tidak terlalu mensyaratkan pengenalan/

pengetahuan politik seseorang yang mendalam tentang politik. Namun, untuk

unsur yang lainnya seperti: sensitif terhadap sanksi, tanggap terhadap pengaruh

sosial dan kepatuhan, mensyaratkan pengenalan atau pengetahuan yang memadai

terhadap politik. Dengan demikian dapat dilihat melek politik itu dari indikator

sebagai berikut; 1.Patuh/ sadar karena takut kepada orang/ kekuasaan/ paksaan

(authority oriented) ; 2.Patuh karena ingin dipuji (good boy-nice girl). 3. Patuh

karena kiprah umum/ masyarakat (contract legality). 4.Taat atas dasar adanya

aturan dan hukum serta untuk ketertiban (law and order oriented).5.Taat karena

dasar keuntungan atau kepentingan (utilitis-hedonis). 6. Taat karena memang hal

tersebut memuaskan baginya.7.Patuh karena dasar prinsip etis yang layak

universal (universal ethical principle).

Tingkat melek politik terendah disebabkan karena adanya unsur ketakutan

dari orang yang bersangkutan, dia mematuhi aturan karena takut akan sanksinya

dan ini yang sering sekali terjadi, dia merasa terpaksa. Ada pula karena ingin

dipuji, ikut ikutan atau memang karena keinginannya sendiri, karena diyakininya

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

55

bahwa aturan tadi sesuai dengan prinsip politiknya, sesuai dengan nilai-nilai yang

berlaku di masyarakat dan untuk menyalurkan aspirasi politiknya.

4. Pendidikan Politik Untuk Peningkatan Melek Politik Warga Negara

Istilah pendidikan politik dalam bahasa Inggris sering disamakan dengan

istilah political socialization. Istilah political socialization jika diartikan secara

harfiah ke dalam bahasa indonesia akan bermakna sosialisasi politik. Oleh karena

itu, dengan menggunakan istilah political socialization banyak yang

mensinonimkan istilah pendidikan politik dengan istilah sosialisasi politik. Karena

keduanya memiliki makna yang hampir sama. Dengan kata lain, sosialisasi politik

adalah pendidikan politik dalam arti sempit.

Menurut Ramlan Surbakti dalam memberikan pengertian tentang

pendidikan politik harus dijelaskan terlebih dahulu mengenai sosialisasi politik.

Surbakti (1999:117) berpendapat bahwa

Sosialisasi politik dibagi dua yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan suatu proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini, para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik.

Pendapat di atas secara tersirat menyatakan bahwa pendidikan politik

merupakan bagian dari sosialisasi politik. Pendidikan politik mengajarkan

masyarakat untuk lebih mengenal sistem politik negaranya. Dapat dikatakan

bahwa sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik

para anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

56

masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang

berlangsung dalam masyarakat.

David Easton dan Jack Dennis (Suwarma Al Muchtar, 2000:39) dalam

bukunya Children in The Political System memberikan batasan mengenai political

socialization yaitu bahwa “political socialization is the development process

which persons acquire orientations and patterns of behaviour”. Sedangkan Fred

I. Greenstain (Suwarma Al Muchtar, 2000:39) dalam bukunya political

socialization berpendapat bahwa :

Political socialization is all political learning formal dan informal, deliberate and unplanned, at every stage of the life cycle including not only explicit political learning but also nominally non political learning of political lie relevant sosial attitudes and the acquisition of politically relevant personality characteristics.

Kedua pendapat di atas mengungkapkan bahwa pendidikan politik adalah

suatu bentuk pendidikan yang dijalankan secara terencana dan disengaja baik

dalam bentuk formal maupun informal yang mencoba untuk mengajarkan kepada

setiap individu agar sikap dan perbuatannya dapat sesuai dengan aturan-aturan

yang berlaku secara sosial. Dalam hal ini dapat terlihat bahwa pendidikan politik

tidak hanya mempelajari sikap dan tingkah laku individu. Namun, pendidikan

politik mencoba untuk mengaitkan sikap dan tingkah laku individu tersebut

dengan stabilitas dan eksistensi sistem politik

Kartini Kartono (1990:vii) memberikan pendapatnya tentang hubungan

antara pendidikan dengan politik yaitu “….pendidikan dilihat sebagai faktor

politik dan kekuatan politik. Sebabnya, pendidikan dan sekolah pada hakekatnya

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

57

juga merupakan pencerminan dari kekuatan-kekuatan sosial-politik yang tengah

berkuasa, dan merupakan refleksi dari orde penguasa yang ada”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa pendidikan dan

politik adalah dua unsur yang saling mempengaruhi. Pengembangan sistem

pendidikan harus selalu berada dalam kerangka sistem politik yang sedang

dijalankan oleh pemerintahan masa itu. Oleh karena itu, segala permasalahan yang

terjadi di dunia pendidikan akan berubah menjadi permasalahan politik pada saat

pemerintah dilibatkan untuk memecahkannya.

Pengertian dari pendidikan politik yang lebih spesifik dapat diambil dari

pendapatnya Alfian (1981:235) yang mengatakan bahwa “pendidikan politik

dapat diartikan sebagai usaha yang sadar untuk mengubah proses sosialisasi poltik

masyarakat sehingga mereka memahami dan menghayati betul nilai-nilai yang

terkandung dalam sistem politik yang ideal yang hendak dibangun”.

Dari dua definisi yang tertera diatas, dapat kita ambil dua tujuan utama

yang dimiliki oleh pendidikan politik. Pertama, dengan adanya pendidikan politik

diharapkan setiap individu dapat mengenal dan memahami nilai-nilai ideal yang

terkandung dalam sistem politik yan sedang diterapkan. Kedua, bahwa dengan

adanya pendidikan politik setiap individu tidak hanya sekedar tahu saja tapi juga

lebih jauh dapat menjadi seorang warga negara yang memiliki kesadaran politik

untuk mampu mengemban tanggung jawab yang ditunjukan dengan adanya

perubahan sikap dan peningkatan kadar partisipasi dalam dunia politik.

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

58

Kartaprawira (1988: 54) mengartikan pendidikan politik sebagai “upaya

untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat

berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya.

Berdasarkan pendapat Kantaprawira tersebut, maka pendidikan politik

perlu dilaksanakan secara berkesinambungan agar masyarakat dapat terus

meningkatkan pemahamannya terhadap dunia politik yang selalu mengalami

perkembangan. Pembelajaran pendidikan politik yang berkesinambungan

diperlukan mengingat masalah-masalah di bidang politik sangat kompleks,

bersegi banyak, dan berubah-ubah.

Merujuk pada semua pengertian pendidikan politik yang disampaikan oleh

beberapa ahli diatas, pad akhirnya telah membawa penulis sampai pada

kesimpulan yang menyeluruh. Bahwa yang dimaksud dengan pendidikan politik

adalah suatu upaya sadar yang dilakukan antara pemerintah dan para anggota

masyarakan secara terencana, sistematis, dan dialogis dalam rangka untuk

mempelajari dan menurunkan berbagai konsep, simbol, nilai-nilai, dan norma-

norma politik dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

5. Perkembangan Pendidikan Politik di Indonesia

Pendidikan dan Politik adalah dua elemen penting dalam sistem sosial

politik di suatu negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Keduanya

bahu-membahu dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat disuatu

negara. Lebih dari itu, keduanya satu sama lain saling menunjang dan saling

mengisi.

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

59

Lembaga-lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam

membentuk perilaku politik masyarakat di negara tersebut. Begitu juga

sebaliknya, lembaga-lembaga dan proses politik disuatu negara membawa dampak

besar pada karakteristik pendidikan yang adai di negara tersebut.

Di Indonesia, kepedulian terhadap hubungan pendidikan dan politik sudah

mulai berkembang dalam wacana publik, walaupun belum menjadi suatu bidang

kajian akademik, publikasi berbagai seminar ataupun diskusi yang mengangkat

tema tentang pendidikan dan politik masih kurang terdengar. Andaipun ada, fokus

bahasannya belum begitu menyentuh aspek-aspek ideologis politik pendidikan.

Walaupun demikian, keyakinan akan adanya hubungan yang tak terpisahkan

antara politik dan pendidikan sudah mulai terbentuk.

Harian The Jakarta Post edisi 16 maret 2001 pada halaman utamanya

pernah menyebutkan “politics is inspereable from education, unless the country

plans to generate ‘illiterate politicans’ who could not be expected to lead the

republic out of the current crises”. Secara sederhana, harian tersebut menjelaskan

bahwa politik dengan pendidikan sangat tidak bisa dipisahkan, kecuali jika negeri

ini ingin memiliki generasi yang buta politik, yang tidak bisa diandalkan untuk

mengeluarkan negeri ini dari krisis.

Mochtar Buchori (M.Shirozi, 2005: 30) mengemukakan bahwa terdapat

beberapa pemikiran yang mendukung mulai berkembangnya kesadaran

masyarakat terhadap hubungan antara pendidikan dan politik yaitu.

Pertama adanya kesadaran tentang hubungan yang erat antara pendidikan dan politik. Kedua, adanya kesadaran akan peran penting pendidikan dalam menentukan corak dan arah kehidupan politik. Ketiga, adanya kesadaran akan pentingnya pemahaman tentang hubungan antara

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

60

pendidikan dan politik. Keempat, diperlukan pemahaman yang lebih luas tentang politik. Kelima, pentingnya pendidikan kewarganegaraan (civic education). Penjelasan Mochtar Buchori di atas, menggambarkan suatu keyakinan

terhadap hubungan erat antara pendidikan dan politik. Terdapat keyakinan yang

sangat kuat bahwa melalui pendidikan dapat menghasilkan pemimpin politik yagn

berkualitas.

Paparan penjelasan di atas, pada akhirnya dapat menimbulkan satu

pertanyaan mengenai hubungan pendidikan dengan politik. Akankah politik harus

memasuki wilayah pendidikan untuk menjalankan fungsi dan tujuannya dan juga

sebaliknya? Melalui pendidikan seorang siswa akan paham secara tidak langsung

mengenai seluk beluk politik. Begitu pula sebaliknya, bahwa dunia politik adalah

salah satu sarana untuk mengaplikasikan berbagai ilmu yag telah didapat siswa

melalui dunia pendidikan. Para siswa tidak dapat acuh tak acuh terhadap segala

sesuatu yang terjadi di luar dunia sekolahnya.

Sekiranya penjelasan di atas dapat menggambarkan bahwa terdapat

hubungan yang erat dan tak dapat dipisahkan antara pendidikan dan politik.

Kedua aspek tersebut memiliki hubungan yang saling mempengaruhi dan saling

membutuhkan satu sama lain.

Untuk lebih jelas memahami kaitan antara pendidikan politik di jalur

persekolahan, akan dipaparkan secara lebih lanjut mengenai konsep pendidikan

politik dan Pendidikan Kewarganegaraan dalam bahasan selanjutnya.

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

61

6. Landasan Hukum Pendidikan Politik

Pendidikan politik merupakan suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran

berbangsa da bernegara yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan

terencana. Pelaksanaan pendidikan politik harus berpegang teguh pada falsafah

dan kepribadian bangsa Indonesia. Secara tidak langsung, pendidikan politik

merupakan bagian integral dari keseluruhan pembangunan bangsa yang

dilaksanakan sesuai dengan landasan yang telah mendasari kehidupan bangsa

Indonesia.

Berdasarkan Inpres No. 12 tahun 1982 tentang Pendidikan Politik bagi

Generasi Muda (1982: 13), maka yang menjadi landasan hukum pendidikan

politik adalah sebagai berikut:

a. Landasan ideologis, yaitu Pancasila b. Landasan konstitusi, yaitu UUD 1945 c. Landasan operasional, yaitu GBHN d. Landasan historis, yaitu Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan

Proklamasi 17 Agustus 1945”

Landasan yang tersebut diatas merupakan landasan pokok pendidikan

politik yang disertai landasan kesejarahan. Hal ini penting karena warga negara

terutama siwa harus mengetahui sejarah perjuangan bangsa agar memiliki jiwa,

semangat, dan nilai-niali kejuangan 1945.

7. Fungsi Pendidikan Politik

Fungsi pendidikan politik sangat penting sebab pendidikan politik

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kehidupan politik

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

62

yang pada gilirannya akan mendorong timbulnya kesadaran politik secara

maksimal dalam suatu sistem politik.

Merujuk pada beberapa pengertian pendidikan politik yang telah

disebutkan sebelumnya, maka pendidikan politik mempunyai dua tujuan utama.

Pertama, fungsi pendidikan politik adalah untuk mengubah dan membentuk tata

perilaku seseorang agar sesuai dengan tujuan politik yang diterapkan yaitu agar

dapat menjadikan setiap individu sebagai partisipan politik yang bertanggung

jawab. Kedua, fungsi pendidikan politik dalam arti yang lebih luas yaitu untuk

membentuk suatu tatanan masyarakat yang sesuai dengan tuntutan politik yang

ingin diterapkan.

Inti dari pendidikan politik adalah mengenai bagaimana rakyat direkrut

dan di sosialisasikan. Jadi, fungsi dari pendidikan politik adalah untuk

menjelaskan proses perekrutan dan upaya sosialisasi kepada rakyat untuk

mengerti mengenai peranannya dalam sitem politik serta agar dapat memiliki

orientasi kepada sistem politik.

Fungsi yang disampaikan di atas lebih menonjolkan fungsi pendidikan

politik dalam mengubah tatanan masyarakat yang ada menjadi lebi baik dan lebih

mendukung tercapainya proses demokrasi. Sedangkan fungsi pendidikan politik

bagi individu antara lain adalah:

a. Peningkatan kemampuan individual supaya setiap orang mampu

berpacu dalam lalu lintas kemasyarakatan yang menjadi semakin padat

penuh sesak dan terpolusi oleh dampak bermacam-macam penyakit

sosial dan kedurjanaan.

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

63

b. Disamping mengenai kekuasaan, memahami mekanismenya, ikut

mengendalikan dan mengontrol pelaksanaan kekuasaan di tengah

masyarakat.

Fungsi pendidikan politik bagi individu yang tertera di atas tidak hanya

mengubah individu tapi juga membentuk individu yang baru. Dalam artian bahwa

seorang individu dengan melalui pendidikan politik tidak hanya memiliki

pengetahuan dan pemahaman tentang politik tapi juga mempunyai kesadaran dan

sensitifitas dalam berpolitik yang direalisasikan dalam bentuk perbuatan yaitu

dengan ikut berpartisipasi atau ditunjukan dengan sikap dan perilaku politik yang

lebih luas dalam usahanya untuk mencapai tujuan politik.

8. Tujuan Pendidikan Politik

Tujuan diadakannya pendidikan politik secara formal terdapat dalam

Inpres No. 12 Tahun 1982 tentang Pendidikan Politik bagi Generasi Muda yang

menyatakan bahwa:

Tujuan pendidikan politik adalah memberikan pedoman kepada generasi muda Indonesia guna meningkatkan kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedangkan tujuan pendidikan politik lainnya ialah menciptakan generasi muda Indonesia yang sadar akan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai salah satu usaha untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Berdasarkan pemaparan tentang tujuan pendidikan politik diatas, penulis

berpendapat bahwa yang menjadi tujuan utama dari pendidikan politik adalah agar

generasi muda saat ini memiliki kemampuan untuk memahami situasi sosial

politik penuh konflik. Aktivitas yang dilakukan pun di arahkan pada proses

demokratisasi serta berani bersikap kritis terhadap kondisi masyarakat di

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

64

lingkungannya. Pendidikan politik mengajarkan mereka untuk mampu

mengembangkan semua bakat dan kemampuannya (aspek kognitif, wawasan,

kritis, sikap positif, dan keterampilan politik). Kesemua itu dirancang agar mereka

dapat mengaktualisasikan diri dengan jalan ikut berpartisipasi secara aktif dalam

bidang politik.

Dari tujuan pendidikan politik di atas, dapat dilihat bahwa antara tujuan

pendidikan politik dengan fungsi yang dimilikinya hampir sama. Tercapainya

fungsi dan tujuan pendidikan politik merupakan keberhasilan dari diadakannya

pendidikan politik itu sendiri.

9. Bentuk Pendidikan Politik

Keberhasilan pendidikan politik tidak akan dapat tercapai jika tidak

dibarengi dengan usaha yang nyata di lapangan. Penyelenggaraan pendidikan

politik akan erat kaitannya dengan bentuk pendidikan politik yang akan

diterapkan di masyarakat nantinya. Oleh karena itu, bentuk pendidikan politik

yang dipilih dapat menentukan keberhasilan dari adanya penyelenggaraan

pendidikan politik ini.

Bentuk pendidikan politik menurut Kantaprawira (2004: 56) dapat

diselenggarakan antara lain melalui:

a. Bahan bacaan seperti surat kabar, majalah, dan lain-lain bentuk publikasi massa yang biasa membentuk pendapat umum.

b. Siaran radio dan televisi serta film (audio visual media) c. Lembaga atau asosiasi dalam masyarakat seperti masjid atau gereja

tempat menyampaikan khotbah, dan juga lembaga pendidikan formal ataupun informal.

Page 50: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

65

Berdasarkan pendapat diatas, dapat kita lihat bahwa pendidikan politik

dapat diberikan melalui berbagi jalur. Pemberian pendidikan politik tidak hanya

dibatasi oleh lembaga seperti persekolahan atau organisasi saja. Namun dapat

diberikan melalui media, misalnya media cetak dalam bentuk artikel.

Apapun bentuk pendidikan politik yang akan digunakan dari semua bentuk

yang disuguhkan di atas sesungguhnya tidak menjadi persoalan. Aspek yang

terpenting adalah bahwa bentuk pendidikan politik tersebut mampu untuk

memobilisasi simbol-simbol nasional sehingga pendidikan politik mampu menuju

pada arah yang tepat yaitu meningkatkan daya fikir dan daya tanggap rakyat

terhadap masalah politik. Selain itu, bentuk pendidikan politik yang dipilih harus

mampu meningkatkan rasa keterikatan diri (sense of belonging) yang tinggi

terhadap tanah air, bangsa, dan negara.

Apabila diasosiasikan dengan bentuk politik yang tertera diatas, maka

menurut penulis yang menjadi tolak ukur utama keberhasilan pendidikan politik

terletak pada penyelenggaraan bentuk pendidikan politik yang terakhir yaitu

melalui jalur lembaga atau asosiasi dalam masyarakat. Dalam hal ini penulis

sangat sependapat bila pendidikan politik lebih ditekankan melalui jalur

pendidikan formal. pendidikan politik fomal yaitu pendidikan politik yang

diselenggarakan melalui lembaga resmi (sekolah).

10. Urgensi Pendidikan Politik

Pendidikan politik dapat dikatakan sebagai media penyampaian konsep

politik yang memiliki tujuan akhir untuk membuat warga negara menjadi lebih

Page 51: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

66

melek politik. Warga negara yang melek politik adalah warga negara yang sadar

akan hak dan kewajiban sehingga dapat ikut serta dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara dalam setiap proses pembangunan. Pendidikan Politik diperlukan

keberadaannya terutama untuk mendidik generasi muda saat ini yang nantinya

akan menjadi generasi penerus bangsa.

Eksistensi Pendidikan Politik disini adalah sebagai tongkat estafer kepada

generasi selanjutnya dalam memahami konsep-konsep politik kenegaraan. Fungsi

Pendidikan Politik yang paling penting adalah sebagai penyaring (filter) terhadap

berbagai pemikiran baru, ideologi baru, dan berbagai ancaman, tantangan,

hambatan, serta gangguan baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

Pemerintah telah menyadari bahwa generasi muda saat ini tengah hidup di

dalam era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan kompetensi antar

individu. Kebebasan menjadi suatu bagian yang penting dalam era ini. Sadar akan

hal tersebut, pemerintah mencoba untuk membangun tameng yang dapat

melindungi generasi muda saat ini dari pelunturan dan penghitungan jati diri

bangsa. Kekhawatiran pemerintah ini tercermin dalam dalam Inpres No. 12 Tahun

1982 tentang Pendidikan Politik bagi Generasi Muda yang didalamnya

menyebutkan bahwa:

Kaum muda dalam perkembangannya berada dalam proses pembangunan dan modernisasi dengan segala akibat sampingannya yang bisa mempengaruhi proses pendewasaaannya sehingga apabila tidak memperoleh arah yagn jelas maka corak dan warna masa depan negara dan bangsa akan menjadi lain daripada yagn dicita-citakan.

Perkembangan zaman yagn terasa sangat cepat jika tidak dibarengi dengan

wawasan berfikir yang luas hhaya akan membawa generasi muda bangsa ini ke

Page 52: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

67

dalam kehidupan yang lepas kendali. Oleh karena itu, Pendidikan Politik

diperlukan sebagai filter terhadap segala pengaruh buruk yang mungkin datang.

Jadi, pada kesimpulannya Pendidikan Politik merupakan salah satu upaya yang

ditempuh oleh pemerintah dalam memberikan arah pada generasi muda saat ini

agar memiliki pemahaman yang jelas terhadap aran tujuan bangsa.

11. Pokok Pokok Materi Pendidikan Politik

Pokok-pokok materi Pendidikan Politik sepenuhnya tertuang sebagai

muatan yang terkandung dalam kurikulum Pendidikan Politik. Kurikulum

Pendidikan Politik adalah jarak yang harus ditempuh oleh seorang siswa dalam

mencapai target yaitu melek politik yang ditandai dengan menguatnya daya nalar

terhadap berbagai aktivitas politik dalam infrastruktur maupun suprastruktur

politik.

Brownhill (1989:110) mengajukan beberapa hal yang harus

dipertimbangkan dalam proses pemuatan kurikulum Pendidikan Politik, yaitu:

a. On ethical base shouild be develop, which would include respect for others tolerances, and an understanding of the principle of treating others as one would like to be treated one self;

b. A consideration of how rules can be changed; c. Nature of rules and authority; d. Concept of obligation to legitimate authority; e. An understanding of some basic political concepts, e.g freedom,

equality, justise, the rule of law, and of some of the arguments related to these concepts;

f. An understanding of the basic structure of central an local government;

g. Some understanding of the working of the national and international economy;

h. Some knowledge of recent British and international history i. Self analysis

Page 53: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

68

Berdasarkan pendapat Brownhill diatas, jelas terlihat bahwa dalam

mengembangkan kurikulum Pendidikan Politik, seorang guru harus pula

memasukan mata pelajaran lain yang sekiranya ada hubungannya dengan

Pendidikan Politik, seperti diatas disebutkan yaitu mata pelajaran sejarah dan

ekonomi. Dalam artian bahwa mata pelajaran lain tersebut bersifat sebagai

pelengkap (komplementer) terhadap Pendidikan Politik.

Kurikulum Pendidikan Politik yang dicanangkan oleh Robert Brownhill di

atas telah cukup lengkap. Seperti kita lihat, Brownhill tidak hanya memasukan

unsur materi politik namun juga terdapat unsur etika, ketaatan pada hukum dan

kekuasaan, pemahaman terhadap jalannya pemerintahan dan pembuatan kebijakan

serta masalah ekonomi dan sejarah.

Hal-hal yang mengenai kurikulum pendidikan politik diatur dalam Inpres

No. 12 Tahun 1982 tentang Pendidikan Politik bagi Generasi Muda yang

menyebutkan bahwa bahan Pendidikan Politik antara lain:

a. Penanaman kesadaran berideologi, berbangsa, dan bernegara: b. Kehidupan dan kerukunan hidup beragama; c. Motivasi berprestasi; d. Pengalaman kesamaan hak dan kewajiban, keadilan sosial, dan

penghormatan atas harkat dan martabat manusia; e. Pengembangan kemampuan politik dan kemampuan pribadi untuk

mewujudkan kebutuhan dan keinginan ikut serta dalam politik; f. Disiplin pribadi, sosial, dan nasional; g. Kepercayaan pada pemerintah; h. Kepercayaan pada pembangunan yang berkesinambungan.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat kita lihat bahwa terdapat satu matei

yang membedakan kurikulum Pendidikan Politik menurut Brownhill dengan

bahan kurikulum Pendidikan Politik di Indonesia. Dalam kurikulum Pendidikan

Page 54: BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_054144_chapture... · 2018-10-25 · BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan tentang Pendidikan

69

Politik di Indonesia, telah memasukan unsur materi agama yag merupakan ciri

khas bangsa Indonesia dalam bahan Pendidikan Politik.

Bahan Pendidikan Politik di Indonesia harus bersumber pada Pancasila

dan UUD 1945, dan berbagai makna yang dipetik dari perjuangan bangsa

Indonesia. Semua bahan ajar Pendidikan Politik tersebut telah tercakup dalm mata

pelajaran PKn.