Upload
dinhxuyen
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembangunan Villa
1. Definisi Pembangunan
Pada umumnya pembangunan diartikan sebagai upaya meningkatkan
kapasitas produksi untuk mencapai total output yang lebih besar dari
kesejahteraan yang lebih tinggi bagi bagi seluruh raakyat. Pembangunan
merupakan tuntutan bagi masyarakat untuk mencapai kemajuan, karena penduduk
makin bertambah besar jumlahnya, maka kebutuhannya pun bertambah
jumlahnya, jenisnya, dan kualitasnya, seiring dengan perkembangan kemajuan
peradaban manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi (Adisasmita, 2010:1)
Menurut Siahaan (2004:19), mengemukakan bahwa “Pembangunan adalah
upaya-upaya yang diarahkan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik.
Upaya-upaya yang diarahkan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik
merupakan hak semua orang di manapun berada “. Khususnya di negara-negara
berkembang, pembangunan merupakan pilihan penting dilakukan guna
terciptanya kesejateraan penduduknya. Upaya dibidang pertanian dilakukan secara
ekstensifikasi dan intensifikasi. Lahan diperluan dan pupuk ditingkatkan jumlah
maupun mutunya melalui sistem teknologi. Sarana-sarana insfrastruktur
ditingkatkan seperti jalan, pembangunan irigasi, waduk dan transportasi. Sektor
industri dibuka, bukan saja sebagai sarana pendukung bagi pembangunan
pertanian, tetapi juga untuk mendapatkan produk manufaktur yang dibutuhkan.
9
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Industri selain meningkatkan pendapatan, juga berperan untuk menyerap tenaga
kerja.
Sedangkan menurut Soemarwoto (2004:158), mengatakan bahwa
“Pembangunan dapat diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar
rakyat dengan lebih baik”. Kebutuhan dasar merupakan kebutuhan yang sangat
esensial untuk kehidupan kita. Ia terdiri atas tiga bagian, yaitu kebutuhan dasar
untuk kelangsungan hidup hayati, kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup
yang manusiawi dan derajat kebebasan untuk memilih. Jadi pembangunan adalah
upaya atau usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang banyak.
Dalam usaha memperbaiki mutu hidup, harus dijaga agar kemampuan
lingkungan untuk mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih tinggi tidak
menjadi rusak. Sebab kalau kerusakan terjadi, bukan perbaikan mutu hidup yang
akan dicapai, melainkan justru kemerosotan. Bahkan apabila kerusakan terlalu
parah, dapatlah terjadi kepunahan kehidupan kita sendiri atau paling sedikit
ekosistem tempat kita hidup dapat mengalami keambrukan yang akan
mengakibatkan banyak kesulitan. Pembangunan demikian tidak berkelanjutan.
Dengan demikian pembangunan merupakan sarana bagi pencapaian taraf
kesejahteraan manusia. Namun demikian, setiap pembangunan tidak terlepas dari
adanya dampak yang merugikan, terutama kepada lingkungan. Lingkungan
menjadi semakin rusak berupa pencemaran, dan kerusakan sumber-sumber hayati
seperti penipisan cadangan hutan (deforestization), punahnya bermacam-macam
biota, baik spesies binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Di samping itu, terjadi
pula berbagai penyakit sebagai akibat dari pencemaran industri.
10
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pernyataan mengenai tujuan dari pembangunan seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Soemarwoto
(2004:159), yang mengatakan bahwa “Pembangunan bertujuan untuk menaikkan
tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat. Dapat pula dikatakan pembangunan
bertujuan untuk menaikkan mutu hidup rakyat. Karena mutu hidup dapat diartikan
sebagai derajat terpenuhinya kebutuhan dasar... “
Pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat, melainkan juga membawa
resiko. Kita dapat melihatnya di sekitar kita. Sungai yang kita bendung, dengan
bendungan itu kita dapatkan manfaat listrik, bertambahnya air pengairan dan
terkendalinya banjir. Resikonya adalah tergenangnya kampung dan sawah,
tergusurnya penduduk, dan kepunahan jenis tumbuhan dan hewan. Kayu dalam
hutan yang kita tebang, maka kita akan mendapatkan devisa dalam jumlah besar
dari ekspor kayu. Sebaliknya kita menghadapi resiko kepunahan hewan dan
tumbuhan, bertambahnya erosi, rusaknya tata air dan terjadinya padang alang-
alang. “Resiko kita terima sebagai biaya manfaat yang kita ambil. Hanya
memperhatikan manfaatnya saja dapat membahayakan lingkungan. Sebaliknya
hanya memperhatikan resiko saja akan menimbulkan pertentangan. Tetapi dengan
tidak berbuat sesuatu pun akan ada orang yang setuju dan tidak setuju. Dan
apabila kita tidak berbuat sesuatu, jadi menghentikan pembangunan, kita akan
terlanda oleh resiko lingkungan, sehingga mutu hidup kita akan terus merosot.
Karena itu, keputusan untuk membangun harus diambil. Masalahnya bukanlah
membangun atau tidak membangun, melainkan bagaimanan membangun agar
sekaligus mutu lingkungan dan dengan demikian mutu hidup dapat terus
11
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ditingkatkan. Pembangunan itu berwawasan lingkungan. Analisis manfaat dan
resiko lingkungan merupakan alat untuk pembangunan yang berwawasan
lingkungan” (Soemarwoto, 2004:161).
Faktor-faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan menurut Soemarwoto (2004:161), diantaranya yaitu :
1. Terpeliharanya proses ekologi yang esensial;
2. Tersedianya sumberdaya yang cukup; dan
3. Lingkungan sosial-budaya dan ekonomi yang sesuai.
Ketiga faktor itu tidak saja mengalami dampak dari pembangunan,
melainkan juga mempunyai dampak terhadap pembangunan. Karena itu untuk
terlajutnya pembangunan tidak cukup untuk melakukan analisis. Analisis Dampak
lingkungan (ADL) yang hanya berlaku untuk perencanaan proyek pembangunan.
Pengelolaan lingkungan untuk pembangunan harus didasarkan pada konsepsi
yang lebih luas. Konsepsi itu harus mencakup dampak lingkungan terhadap
proyek, pengelolaan lingkungan proyek yang sudah operasional dan perencanaan
dini pengelolaan lingkungan untuk daerh yang mempunyai potensi besar untuk
pembangunan, tetapi belum mempunyai rencana pembangunan.
Komisi Sedunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (dalam
Soemarwoto:162), mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai
„Pembangunan yang memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa mengurangi
kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka‟.
Definisi itu mempunyai wawasan jangka panjang antar generasi. Syarat untuk
dapat tercapainya pembangunan berkelanjutan tidak hanya fisik saja, yaitu tidak
12
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
terjadinya kerusakan pada ekosistem tempat kita hidup, melainkan juga harus
adanya pemerataan hasil dan biaya pembangunan yang adil antar-Negara dan
antar-kelompok di dalam sebuah Negara.
2. Pembangunan Villa
Villa adalah tempat tinggal atau rumah yang dengan sengaja difungsikan
untuk disewakan atau digunakan sendiri dan biasanya dibangun pada kawasan
objek wisata. Villa merupakan tempat tinggal sekaligus liburan, biasanya terletak
di luar daerah yang berhawa sejuk maupun lokasi yang memiliki pemandangan
indah seperti di pinggiran kota, pegunungan, pantai dan sebagainya. (Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas :2010).
Biasanya harga penyewaan villa relatif mahal, sehingga hanya orang
berduit banyak yang membeli atau menyewa villa untuk rekreasi keluarga,
bersama saudara-saudara serta berfungsi sebagai rumah kedua disaat beristirahat
dari hiruk pikuk kegiatan rutin di kota. Villa juga banyak disewakan bagi yang
ingin beristirahat tetapi tidak memiliki tempat pribadi. Villa yang banyak diminati
adalah yang mempunyai sistim keamanan dengan penjagaan gerbang atau sistim
cluster sehingga privasi dan keamanan penghuni villa terjamin ketika menikmati
pemandangan kesejukan dan kenyamanan.
Tingkat hunian villa padat dan ramai ketika musim liburan seperti lebaran,
natal, tahun baru, imlek, idul adha dan weekend. Villa -villa banyak yang
menyediakan fasilitas hiburan seperti taman bermain anak-anak, danau
13
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pemancingan , taman-taman yang indah, fasilitas olahraga, sarana rekreasi dan
lainnya.
Pembangunan villa banyak berkembang di daerah puncak dan kawasan
pegunungan lainnya dikarenakan iklimnya yang sejuk dan lingkungan segar dan
mudah diakses menggunakan perjalanan mobil dari ibu kota. Di daerah puncak
terkenal dengan suhunya yang sejuk, iklim mataharinya yang hangat, jauh dari
kebisingan serta ketenangan alamnya yang indah.
B. Rencana Tata Ruang Wilayah
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan istilah yang tidak asing
didengar. Tata dapat diartikan sebagai aturan atau kaidah aturan dan susunan atau
cara menyusun. Sedangkan ruang merupakan wadah atau tempat atau lingkungan.
Menurut Mabogonjue (dalam Adisasmita, 2010:253) yang membagi tata Ruang
dalam 3 macam yaitu :
1. Ruang mutlak, merupakan wadah bagi unsur-unsur yang ada di ruang itu,
misalnya ruang permukaan bumi adalah wadah bagi benua, laut, gunung, kota
dan sebagainya.
2. Ruang relatif, jika tempat A dan B berdekatan tapi tidak ada jalan yang
menghubungkan sedangkan tempat A dan C berjauhan tetapi terdapat jalan
dan alat perangkutan, maka dikatakan bahwa jarak AC lebih mudah dijangkau
dan ruangnya relatif lebih kecil.
3. Ruang relasi, yang melibatkan unsur-unsurnya yang mempunyai relasi satu
sama lain dan saling berinteraksi, jadi ruang relasi mengandung unsur-unsur
14
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dan atau bagian-bagian yang saling berinteraksi, sehingga jika unsur-unsur
berubah sebagai akibat interaksi ruang dikatakan bahwa ruang itu berubah.
Karena berbagai unsur terus mengadakan relasi dan interaksi, maka dikatakan
ruang relasi itu bersifat dinamis karena ruang itu terus berubah. Pengertian
ruang relasi itulah yang digunakan dalam perencanaan, sehingga perencanaan
pembangunan adalah perencanaan restrukturisasi ruang.
Menurut UU No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (dalam
Adisasmita, 2010:254), adapun batasan dan pengertian sebagai berikut :
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang
udara, sebagai suatu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya
melakukan kegiatan serta memelihara kelangsunga hidupnya.
2. Tata Ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik
yang direncanakan maupun tidak.
3. Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Menurut Sugandi dan Murtopo 1987 (dalam Adisasmita, 2010:255),
pengertian Tata Ruang adalah :
1. Tata Ruang (dengan penekanan pada tata) adalah pengaturan susunan ruang
suatu wilayah atau daerah sehingga terciptanya persyaratan yang bermanfaat
bagi segi ekonomi, sosial, budaya dan politik yang sangat menguntungkan
bagi perkembangan di wilayah atau daerah tersebut.
15
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Tata Ruang (dengan perkembangan ruang) adalah suatu wadah dalam segi
tiga dimensi (trimatra), yakni tinggi, lebar, dan kedalamannya yang
menyangkut bumi, air, sungai, danau, lautan, dan segala kekayaan yang
terkandung di dalamnya, udara, ruang angkasa di atasnya secara terpadu,
sehingga peruntukan dan penggunaannya serta pengolahannya mencapai
manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan
dan kesejahteraan rakyat.
Menurut Adisasmita (2010:64), “Tata Ruang adalah wujud struktural dan
pola pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak direncanakan”. Tata
ruang perlu direncanakan dengan maksud agar lebih mudah menampung
kelanjutan perkembangan kawasan yang bersangkutan.
Tata ruang dan lingkungan hidup mengandung arti yang sangat luas, tetapi
sekaligus juga juga punya konotasi sempit terbatas pada perencanaan dan
perancangan fisik semata-mata. Tata ruang kota terentang homogenitas yang kaku
seragam dan heterogenitas yang kenyal beragam (Budihardjo, 2005:3).
Asas penataan ruang menurut UU No.24 Tahun 1992 pada pasal 2 dalam
(Adisasmita 2010:256), antara lain :
1. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdayaguna,
serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan.
2. Keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum.
Berdasarkan asas tersebut maka pada pasal 3 UU No.24 Tahun 1992
disebutkan bahwa penataan ruang bertujuan :
16
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan
yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
2. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang ruang kawasan lindung dan
kawasan budidaya.
3. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk :
a. Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur, dan
sejahtera.
b. Mewujudkan keterpaduan dan penggunaan sumberdaya alam dan buatan
dengan memperhatikan sumberdaya manusia.
c. Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta
menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan.
d. Mewujudkan keseimbangan dan kepentingan kesejahteraan serta
keamanan.
Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan cenderung
bertindak mengoptimasi keputusan individu atau kelompoknya dan kadangkala
mengesampingkan optimasi kolektif. Perencanaan tata ruang merupakan suatu
bentuk kesepakatan publik dan mengikat sebagai suatu kontrak sosial. Kalau
kedua hal tersebut digabung, maka perencaan tata ruang adalah suatu bentuk
keputusan kolektif yang dihasilkan dari proses politik atas pilihan-pilihan alokasi
dan atau cara alokasi ruang yang ditawarkan melalui proses teknik subtantif.
Arahan pola pemanfaatan ruang daerah menurut Adisasmita, (2010:261-
263), adalah sebagai berikut :
17
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Kawasan sempadan pantai
Kawasan sempadan pantai diarahkan pada kawasan sepanjang pantai wilayah
daratan dan kepulauan yang termasuk dalam wilayah suatu provinsi. Arahan
pengelolaan sempadan pantai diarahkan untuk melindungi wilayah pantai
yang berada pada kawasan minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke
arah darat dari akitivitas yang dapat merusak ekosistemnya.
2. Kawasan sempadan sungai
Kawasan sempadan sungai dibagi menurut ukuran sungai, yaitu sungai besar
diberi sempadan 100 meter di kiri dan kanannya yang diukur dari tepi sungai.
Sedangkan sungai kecil diberi sempadan 50 meter di kiri dan kanannya.
Khususnya untuk sungai yang melalui daerah perkotaan (permukiman),
sempadan sungainya cukup 10-15 meter kiri kanannya. Dengan perlakukan
tertentu melalui intervensi telnologi yang tepat seperti pembangunan
tanggung beton sehingga fungsi lindungnya dapat disetarakan dengan
kawasan sempadan di atas, maka ketentuan jarak sempadan sungai seperti
tersebut di atas dapat lebih kecil.
3. Kawasan sempadan danau
Kawasan sempadan danau diarahkan dikawasan tepi danau. Kawasan
sempadan danau adalah antara 50-100 meter dari titik permukaan air ke arah
darat. Tata cara penetapan garis sempadan diberlakukan pula untuk kawasan
sekitar waduk yang telah ada dan yang direncanakan. Kegiatan budidaya yang
diperbolehkan berada di kawasan sempadan danau sepanjang tidak
mengganggu ekosistem danau.
18
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Kawasan sekitar mata air
Kawasan sekitar mata air, yaitu sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200
meter di sekitar mata air.
5. Kawasan pertambangan
Kawasan pertambangan adalah secara teknis dapat digunakan untuk
pemutusan kegiatan pertambangan secara tidak mengganggu kelestarian
fungsi lingkungan hidup. Secara ruang apabila dikembangkan, kegiatan
pertambangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan
ekonomi sekitarnya, meningkatkan fungsi lindung, meningkatkan upaya
pelestarian kemampuan sumber daya alam, meningkatkan pendapatan
masyarakat, nasional dan daerah, menciptakan kesempatan kerja, dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
6. Kawasan industri
Pengembangan kawasan industri dapat memberikan manfaat seperti
meningkatkan produksi hasil industri dan meningkatkan daya guna investasi
yang ada di daerah sekitarnya, meningkatkan perkembangan pembangunan
masyarakat, nasional dan daerah, serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pengembangan kawasan industri dikelompokkan menjadi 5 jenis
kawasan industri, yaitu industri hasil pertanian, hasil pertambangan, industri
pengolahan, industri maritim, dan industri geram.
19
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7. Kawasan pariwisata
Sektor pariwisata masih merupakan sektor unggulan yang diharapkan
memberikan kontribusi yang berarti bagi perekonomian di masa yang akan
datang. Arahan pengembangan obejk/kawasan wisata yang telah memiliki
prospektif baik dalam skala provinsi, nasional, maupun internasional dapat
dilaksanakan.
Arahan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya menurut
Adisasmita, (2010:263-266), diantaranya yaitu :
1. Arahan pengembangan kawasan budidaya
a. Pengembangan kawasan budidaya peternakan diarahkan pada lokasi
transmigrasi dan pusat-pusat pemukiman di perkotaan dan pedesaan.
Sasaran pengembangan sektor peternakan adalah meningkatkan produksi
dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat dan sumber bahan
makanan. Komoditas peternakan yang telah dikembangkan antara lain
jenis ternak sapi, kerbau, kambing, unggas.
b. Pengembangan kawasan budidaya perikanan sasarannya adalah
meningkatkan produksi dalam rangka memperluas kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan dan pembinaan sumberdaya hayati perikanan.
Strategi meningkatkan produksi perikanan adalah melalui upaya
ekstensifikasi melalui budidaya tambak ikan, udang, rumput laut dan lain
sebagainya.
20
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
c. Penetapatan kawasan pertambangan didasarkan pada potensi dan mutu
mineral atau bahan galian, namun belum dapat disajikan dengan rinci,
karena belum ditunjang dengan hasil eksplorasi yang memadai.
d. Pengembangan kawasan industri mencakup aneka kawasan industri kecil,
dan industri besar untuk mengolah bahan baku yang berasal dari hasil
pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan, dan hasil
hutan (agro-industri). Dengan demikian, maka strategi pengembangan
sektor perindustrian yang merupakan sektor kunci dimaksudkan untuk
meningkatkan nilai tambah terhadap produksi khususnya sumber daya
daerah setempat.
e. Pengembangan industri kecil diarahkan pada lokasi-lokasi yang sudah
ada industri kecilnya. Perkembangan tersebut dilakukan mengenai
pembangunan sentra-sentra industri yang diharapkan dapat memperluas
kesempatan kerja di pedesaan maupun perkotaan.
f. Pengembangan pariwisata diutamakan pada pariwisata dalam seperti
wisata pantai, taman laut, wisata alam hutan dan panorama alam.
2. Kebijakan pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya meliputi :
a. Kawasan budidaya perkotaan yang telah ada pengembangannya haruslah
berdasarkan pendekatan kemampuan lahan dan kesesuaian lahan bagi
pembangunan dan pengembangan fisik perkotaan. Pengembangan
kawasan permukiman selain di perkotaan juga di pedesaan diarahkan
kepada pusat-pusat pemukiman yang sudah ada.
21
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Kawasan budidaya hutan produksi diarahkan pada peningkatan
pengelolaan hutan alam tropis yang sudah ada dengan sistem Tebang
Pilih Tanaman Indonesia (TPTI) maupun Tebang Habis dengan
Permudaan Buatan (THPB) melalui Hak Penguasaan Hutan (HPH)
maupun Hutan Tanaman Industri (HTI).
c. Kawasan budidaya hutan produksi terbatas diarahkan pada peningkatan
pengelolaan hutan alam tropis yang sudah ada pada kawasan yang
memiliki limitasi dan kendala dalam daya dukung wilayah yang sangat
terbatas dengan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) dan
pembatasan-pembatasan khusus lainnya yang berkaitan dengan masalah
pelestarian dan perlindungan sumber daya alam.
d. Kawasan budidaya pertanian bahan pangan lahan basah perlu diarahkan
pada wilayah yang memiliki kesesuaian lahan optimal serta dukungan
prasarana irigasi. Kawasan budidaya tanaman pangan lahan basah ini
dapat pada areal persawahan pasang surut. Pengembangan lahan padi
sawah dilakukan baik melalui intensifikasi maupun ektensifikasi.
e. Kawasan budidaya pertanian pangan lahan kering adalah meliputi
kawasan untuk tanaman palawija, hortikultura, atau tanaman pangan
lainnya. Adapun pengembangannya dilakukan terhadap padi ladang,
jagung, ubi-ubian jalar, dan kacang-kacangan.
f. Kawasan budidaya perkebunan diarahkan pada pengembangan tanaman
perkebunan atau tanaman tahunan perkebunan. Pengembangan
perkebunan menyatu dengan pemukiman penduduk sehingga dapat
22
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dilakukan usaha partisipasi dari swadaya spontanitas petani.
Pengembangan perkebunan rakyat diarahkan ke wilayah perkebunan
yang telah ada, yaitu melalui rehabilitasi, peremajaan, dan perluasan
areal di sekitar perkebunan yang sudah ada.
3. Arahan pengelolaan kawasan budidaya secara garis besar terdiri dari :
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya dilakukan secara optimal
sesuai dengan daya dukung lingkungannya.
b. Pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang pada kawasan
budidaya yang tidak terjadi konflik kepentingan antarsektor.
4. Kebijakan pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang pada kawasan
budidaya meliputi :
a. Penetapan lokasi kegiatan pembangunan yang memerlukan tanah
diarahkan pada tanah-tanah yang kurang produktif atau tanah kosong.
b. Penetapan lokasi disesuaikan dengan kondisi fisik dan ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
c. Penetapan lokasi disesuaikan melalui rapat-rapat koordinasi dengan
instansi terkait, agar tidak terjadi konflik kepentingan.
d. Tanah-tanah yang memiliki kemiringan lereng 40 % dan terletak pada
kawasan budidaya ditetapkan menjadi kawasan lindung.
e. Tanah-tanah yang memiliki kemiringan lereng 8 % - 40 %, memerlukan
terasering untuk mencegah kerusakan tanah,.
f. Lokasi-lokasi yang akan diarahkan untuk pembangunan, diprioritaskan
yang dekat dengan sarana pendukung seperti jaringan jalan.
23
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
g. Dalam penyediaan areal untuk investor perlu disediakan areal untuk
pengembangan usaha masyarakat.
C. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
yaitu melindungi kelestarian kemampuan lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan guna kepentingan pembangunan
berkelanjutan (Adisasmita, 2010:72). Semakin terbatasnya ruang, maka untuk
menjamin terselenggaranya kehidupan dan pembangunan yang brekelanjutan dan
terpeliharanya fungsi pelestarian lingkungan, maka upaya pengaturan dan
perlindungan terhadap kawasan lindung perlu dituangkan dalam kebijakan
pengembangan pola pemanfaatan ruangnya.
Penerapan kawasan lindung pada dasarnya merupakan titik tolak dalam
pengembangan pemanfaatan ruang wilayah yang berlandaskan pada prinsip
pembangunan berkelanjutan. Pemanfaatan kawasan lindung harus diintregasikan
dengan tata ruang wilayah secara keseluruhan. Setelah kawasan lindung
ditetapkan sebagai kendala (limatasi) dalam pengembangan wilayah, barula
kemudian dapat direkomendasikan arahan kawasan budidaya produksi maupun
permukiman. Dalam konteks pembangunan daerah pemanfaatan kawasan lindung
yang ada perlu dimantapkan fungsinya karena terkait dengan kepentingan untuk
meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air dan iklim (hidrologis) pada
wilayah belakangnya.
24
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menurut Undang-undang RI No. 26 tahun 2007, “Kawasan lindung adalah
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan”. Fungsi utama
kawasan lindung adalah sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk
mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air
laut dan memelihara kesuburan. Fungsi kawasan lindung ini selain melindungi
kawasan setempat juga memberikan perlindungan kawasan di bawahnya
(Departemen Kehutanan, 1997: 233). Berdasarkan fungsinya tersebut maka
seharusnya penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah pengolahan lahan
dengan tanpa pengolahan tanah (zero tillage) dan dilarang melakukan penebangan
vegetasi hutan.
Kawasan yang dilindungi adalah kawasan atau wilayah yang dilindungi
karena nilai-nilai lingkungan alaminya, lingkungan sosial budayanya, atau karena
hal-hal lain yang serupa dengan itu. Berbagai macam kawasan yang dilindungi
terdapat di berbagai negara, sangat bervariasi baik dalam aras atau tingkat
perlindungan yang disediakannya maupun dalam undang-undang atau aturan
(internasional, nasional, atau daerah) yang dirujuknya dan yang menjadi landasan
operasionalnya. Beberapa contohnya adalah taman nasional, cagar alam, cagar
alam laut, cagar budaya, dan lain-lain.
Kawasan lindung memiliki pengertian yang lebih luas, di mana hutan
lindung tercakup di dalamnya. Keppres No 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung menyebutkan:
25
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
“Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam,
sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Kawasan lindung mencakup:
“... kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan
perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai
pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan
tanah.“
Berikut ini adalah kriteria atau ciri-ciri kawasan lindung menurut Balai
Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT), diantaranya yaitu :
1. Mempunyai kemiringan lereng lebih > 45 %
2. Merupakan kawasan yang mempunyai jenis tanah sangat peka terhadap erosi
(regosol, litosol, organosol,dan renzina) dan mempunyai kemiringan lereng >
15%
3. Merupakan jalur pengaman aliran sungai sekurang-kurangnya 100 meter di
kanan kiri alur sungai
4. Merupakan pelindung mata air, yaitu 200 meter dari pusat mata air.
5. Berada pada ketinggian lebih atau sama dengan 2.000 meter diatas
permukaan laut.
6. Guna kepentingan khusus dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan
lindung.
Menurut Adisasmita (2010:73), unsur-unsur kawasan lindung terdiri dari:
1. Pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan
pengendalian pemanfaatan kawasan lindung.
26
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam,
sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan.
3. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung
air hujan, menyimpan dan mengalirkannya ke danau atau ke laut secara alami,
yang batasnya di darat merupakan pemisah topografi, sedangkan di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
4. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara
kesuburan tanah.
5. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
6. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya.
7. Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon
yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara
maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang
berwenang.
27
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8. Kawasan berfungsi lindung di luar kawasan hutan lindung adalah kawasan
yang memiliki nilai perlindungan terhadap daerah bawahnya, yang tidak
selalu harus berupa hutan.
9. Kawasan resapan air adalah daerah bercurah hujan tinggi, berstruktur tanah
yang mudah meresapkan air dan mempunyai geomorfologi yang mampu
meresapkan air hujan secara besar-besaran.
10. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
11. Sempadan sungai adalah kawasan tertentu sepanjang kiri kanan sungai,
termasuk pada sungai buatan/kanal/saluran/irigasi primer yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
12. Kawasan sekitar waduk dan situ adalah kawasan tertentu di sekeliling waduk
dan situ yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi waduk dan situ.
13. Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata
air.
14. Tanah timbul adalah daratan yang terbetuk secara alami maupun buatan
karena proses pengendapan di sungai, danau, pantai dan/atau lahan timbul,
serta penguasaan tanahnya dikuasai negara.
15. Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan satwa dan ekosistemnya atau ekosistem
28
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara
alami.
16. Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas
berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk
kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
17. Suaka alam laut dan perairan lainnya adalah daerah yang mewakili ekosistem
khas di lautan maupun perairan lainnya, yang merupakan habitat alami yang
memberikan tempat maupun perlindungan bagi perkembangan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa yang ada.
18. Kawasan hutan payau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat
alami hutan payau atau jenis tanaman lain yang berfungsi memberikan
perlindungan kepada keanekaragaman hayati pantai dan lautan.
19. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
asli, dilkelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata
dan rekreasi.
20. Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi
tumbuhan dan atau stwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau jenis
bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekrasi.
21. Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama
untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam.
29
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22. Kawasan perlindungan plasma nutfah adalah kawasan suaka alam dan
pelestarian alam yang diperuntukan bagi pengembangan dan pelestarian
pemanfaatan plasma nutfah tertentu.
23. Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata
buru.
24. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan yang
merupakan lokasi tinggalan budaya manusia dan benda alam yang
mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan,
pengembangan dan pemnafaatan.
25. Kawasan konservasi lingkungan geologi adalah lahan yang mempunyai ciri
geologi unik/khas, langka dan atau mempunyai fungsi ekologis yang berguna
bagi kehidupan dan penunjang pembangunan berkelanjutan dan atau
mempunyai nilai ilmiah tinggi untuk pendidikan.
26. Kawasan rawan bencana gunung berapi adalah kawasan yang sering atau
berpotensi tinggi mengalami bencana akibat letusan gunung berapi.
27. Kawasan rawan gempa bumi adalah kawasan yang pernah terjadi dan
diidentifikasi mempunyai potensi terancam bahaya gempa baik gempa bumi
tektonik maupun vulkanik.
28. Kawasan rawan gerakan tanah adalah kawasan yang berdasarkan kondisi
geologi dan geografi dinyatakan rawan longsor atau kawasan yang
mengalami kejadian longsor dengan frekuensi cukup tinggi.
29. Kawasan rawan banjir adalah daratan yang berbentuk flat, cekungan yang
sering atau berpotensi menerima aliran air permukaan yang relatif tinggi dan
30
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tidak dapat ditampung oleh drainase atau sungai, sehingga melimpah ke
kanan dan ke kiri serta menimbulkan masalah yang merugikan manusia.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor menetapkan pola
ruang kawasan lindung yang terdiri dari kawasan yang berfungsi lindung di dalam
kawasan hutan dan kawasan yang berfungsi lindung di luar kawasan hutan.
Adapun kawasan lindung yang berfungsi lindung di luar kawasan hutan terdiri
dari kawasan lindung lainnya di luar kawasan hutan, yang menunjang fungsi
lindung, sedangkan yang termasuk ke dalam kawasan yang berfungsi lindung di
dalam kawasan hutan diantaranya yaitu :
1. Hutan Lindung
Pengertian hutan lindung kerap dipertukar-tukarkan dengan kawasan
lindung dan kawasan konservasi pada umumnya. Kawasan konservasi, atau yang
juga biasa disebut sebagai kawasan yang dilindungi (protected areas), lazimnya
merujuk pada wilayah-wilayah yang didedikasikan untuk melindungi kekayaan
hayati seperti halnya kawasan-kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam
sebagaimana dimaksud oleh UU No 5/1990. Jadi, kawasan konservasi fungsinya
jelas berbeda dengan hutan lindung.
Pengertian hutan lindung menurut pasal 1 angka (7) UU Nomor 41 Tahun
1999 dan UU Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan, yakni kawasan hutan
yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi
air laut dan memelihara kesuburan tanah.
31
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menurut Arief (1993:105), “hutan lindung adalah kawasan hutan yang
dikelola untuk kepentingan perlindungan lingkungan dari bahaya banjir dan erosi,
serta untuk mengusahakan kesuburan tanah dan pengaturan tata air”. Hutan
lindung terdiri dari berbagai jenis pohon yang mempunyai tajuk rapat sehingga
tanah dapat terlindung dari sinar matahari. Tajuk inilah yang akan menahan
turunnya air hujan supaya tidak memukul tanah secara langsung sehingga erosi
permukaan tanah bisa dicegah. Hal ini akan memberikan kesempatan pada air
untuk meresap ke dalam tanah dan mengalir sebagai air tanah yang dikeluarkan
perlahan-lahan sebagai mata air. Di samping itu, sebagai pelindung bangunan vital
seperti waduk, mata air dan lain-lain. Dengan demikian, hutan lindung ini tidak
dapat begitu saja ditebang tetapi harus diadakan seleksi guna mempertahankan
simpanan air.
Sedangkan menurut Adisasmita, (2010:77), “Kawasan hutan lindung
adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan
perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun bawahnya sebagai pengatur tata
air, pencegahan banjir, dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah”. Adapun
tujuan perlindungan dari kawasan hutan lindung adalah mencegah terjadinya erosi
atau sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologik tanah sehingga menjamin
ketersediaan unsur hara, air dan air permukaan. Fungsi lainnya yaitu untuk
mencegah terjadinya erosi tanah pada kawasan dengan kelerangan yang terjal.
Melindungi ekosistem subtropis.
Hutan lindung (protection forest) adalah kawasan hutan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi,
32
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
agar fungsi-fungsi ekologisnya terutama menyangkut tata air dan kesuburan tanah
tetap dapat berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh masyarakat di sekitarnya. Hal
ini sesuai dengan Undang-undang RI No 41/1999 tentang Kehutanan
menyebutkan:
“Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata
air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.“
Adapun kriteria kawasan hutan lindung menurut Kepres No. 32 Tahun
1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (dalam Adisasmita, 2010:77), maka
kriteria kawasan lindung diantaranya :
1. Kawasan yang mempunyai skor lebih dari 175 menurut Sk Menteri Pertanian
No. 837/Kpts/Um/11/1980.
2. Kawasan yang mempunyai kemiringan lereng lapangan rata-rata lebih dari
45%.
3. Kawasan yang mempunyai ketinggian 2000 meter atau lebih di atas
permukaan laut.
4. Kawasan yang memiliki jenis tanah sangat peka terhadap erosi, yaitu jenis
tanah dengan nilai 5 (regosol, litosol, organosol, dan renzina) dan memiliki
kemiringan dengan kelas lereng lebih besar dari 15 %.
5. Guna keperluan khusus ditetapkan oleh Menteri kehutanan sebagai hutan
lindung.
Dari pernyataan di atas tersirat bahwa hutan lindung dapat ditetapkan di
wilayah hulu sungai (termasuk pegunungan di sekitarnya) sebagai wilayah
33
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tangkapan hujan (catchment area), di sepanjang aliran sungai jika dianggap perlu,
di tepi-tepi pantai (misalnya pada hutan bakau), dan tempat-tempat lain sesuai
fungsi yang diharapkan. Hutan lindung mempunyai peranan yang penting dan
strategis bagi kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya.
2. Hutan Konservasi
Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya. Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan dimana
konservasi sumber daya alam hayati dilakukan. Adapun pengertian kawasan
konservasi yang ditemukan dan digunakan oleh Direktorat Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Departemen Kehutanan adalah “kawasan
yang ditetapkan sebagai kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, taman
buru dan hutan lindung”. Sedangkan menurut UU No 41/1999, kawasan
konservasi atau hutan konservasi yakni kawasan hutan negara dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan
dan satwa serta ekosistemnya.
Kawasan konservasi merupakan salah satu cara yang ditempuh pemerintah
untuk melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dari kepunahan.
Pengelolaan dan pengembangan kawasan konservasi ditujukan untuk
mengusahakan kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga
dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu
kehidupan manusia. Oleh karenanya keberadaan fungsi-fungsi keanekaragaman
hayati tersebut sangatlah penting.
34
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kawasan hutan lindung dan kawasan hutan konservasi sangat penting
perannya bagi kelangsungan hidup mahluk hidup terutama manusia. Apabila
terjadi kerusakan pada kawasan hutan lindung dan kawasan hutan konservasi
maka akan terjadi ketidakseimbangangan lingkungan.
Menurut Undang-undang No 41 / 1999 dan pasal 2 UU No. 41 tahun 1999
tentang kehutanan, kawasan konservasi terdiri dari :
a. Kawasan hutan Suaka Alam
Kawasan hutan Suaka Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga
berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan (Peraturan
Pemerintah RI No 68 tahun 1998) . Menurut Kepres No. 32 Tahun 1990
tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (dalam Adisasmita, 2010:79),
“Kawasan suaka alam adalah kawasan yang mewakili ekosistem khas
yang merupakan habitat alami yang memberikan perlindungan bagi
perkembangan flora dan fauna yang khas dan beranekaragam”. Adapun
tujuan perlindungannya yaitu untuk melindungi keanekaragaman biota,
jenis ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma
nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.
Sedangkan menurut Arief, Arifin (1993:106), hutan suaka alam adalah
kawasan hutan yang karena sifat khasnya diperuntukan secara khusus
bagi perlindungan dan pelestarian tipe-tipe ekosistem tertentu guna
menjamin stabilitas alam hayati dan menjamin sumber plasma nutfah
35
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(genetic resources) yang cukup bagi perkembangan flora dn fauna
secara alami. Hutan ini biasanya dikelola untuk tujuan penelitian.
Kawasan hutan suaka alam terdiri dari :
1) Cagar Alam
Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri
kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu
yang perlu dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan dan perkembangannya berlangsung secara alami. Sesuai
dengan fungsinya, cagar alam dapat dimanfaatkan untuk penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata alam
terbatas, dan kegiatan penunjang budidaya. Suatu kawasan ditunjuk
sebagai kawasan Cagar Alam, apabila telah memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a) mempunyai keanekragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe
ekosistem;
b) mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya;
c) mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih
asli dan tidak atau belum diganggu manusia;
d) mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang
pengelolaan yang efektif dan menjamin berlangsungnya proses
ekologis secara alami;
e) mempunyai ciri khas potensi, dan dapat merupakan contoh
ekosistem yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi;
dan atau
f) mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta
ekosistemnya yang langka atau yang keberadaannya terancam
punah.(Pasal 8 PP No. 68 Th. 1986)
2) Suaka Margasatwa
Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri
khas berupa keanekaragaman dn atau keunikan jenis satwa bagi ilmu
36
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengetahuan dan kebudayaan dan kebanggaan nasional yang untuk
kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap
habitatnya. Sesuai dengan fungsinya, cagar alam dapat dimanfaatkan
untuk penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan,
wisata alam terbatas, kegiatan penunjang budidaya.
Suatu kawasan ditunjuk sebagai Kawasan Suaka Margasatwa apabila
telah memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari jenis satwa
yangperlu dilakukan upaya konservasinya;
b) memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi;
c) merupakan habitat dari suatu jenis satwa langka dan atau
dikhawatirkan akan punah;
d) merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran
tertentu; dan atau
e) mempunyai luas yangcukup sebagai habitat jenis satwa yang
bersangkutan. (Pasal 9 PP No. 68 Th. 1986)
b. Kawasan hutan Pelestarian Alam
Kawasan hutan Pelestarian Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa,
serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya. Kawasan hutan Pelestarian Alam terdiri dari :
1) Taman Nasional
Menurut Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung (dalam Adisasmita, 2010:80), „Taman nasional adalah
kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan,
37
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pariwisata, rekreasi dan pendidikan‟.Taman Nasional adalah
kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola
dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian,
ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan dan
atau satwa, pariwisata dan rekreasi. Pengelolaan Kawasan Taman
Nasional dilakukan oleh Pemerintah. Suatu kawasan ditunjuk
sebagai Kawasan Taman Nasional, apabila telah memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a) kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk
menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami;
b) memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis
tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang
masih utuh dan alami;
c) memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;
d) memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan
sebagai pariwisata alam;
e) merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona
pemanfaatan, zona rimba dan zona lain yang karena pertimbangan
kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk
sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan
sebagai zona tersendiri. (Pasal 31 PP No. 68 Th. 1986)
Pengelolaan taman nasional dapat memberikan manfaat antara
lain :
a) Ekonomi, dapat dikembangkan sebagai kawasan yang mempunyai
nilai ekonomis, sebagai contoh potensi terumbu karang
merupakan sumber yang memiliki produktivitas dan
keanekaragaman yang tinggi sehingga membantu meningkatkan
pendapatan bagi nelayan, penduduk pesisir bahkan devisa Negara.
b) Ekologi, dapat menjaga keseimbangan kehidupan baik biotik
maupun abiotik di daratan maupun perairan.
c) Estetika, memiliki keindahan sebagai objek wisata alam yang
dikembangkan sebagai usaha pariwisata alam/bahari.
d) Pendidikan dan penelitian, merupakan objek dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian.
38
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
e) Jaminan Masa Depan, keanekaragaman sumber daya alam
kawasan konservasi baik di darat maupun di perairan memiliki
jaminan untuk dimanfaatkan secara batasan bagi kehidupan yang
lebih baik untuk generasi kini dan yang akan datang.
Kawasan taman nasional dikelola oleh pemerintah dan dikelola
dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman nasional dikelola
berdasarkan suatu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan
kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya.
Rencana pengelolaan taman nasional sekurang-kurangnya memuat
tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya
perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan.
2) Taman Hutan Raya
Menurut Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung (dalam Adisasmita, 2010:80), „ Taman Hutan Raya adalah
kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk tujuan
koleksi tumbuhan dan atau satwa alami atau buatan, jenis aali dan
atau bukan asli, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan,
kebudayaan, pariwisata dan rekreasi‟. Taman Hutan Raya adalah
kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau
satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan jenis asli
yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan dan atau satwa, budaya,
pariwisata dan rekreasi. Pengelolaan Kawasan Taman Hutan Raya
39
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dilakukan oleh Pemerintah. Sesuai dengan fungsinya, taman hutan
raya dapat dimanfaatkan untuk penelitian dan pengembangan, ilmu
pengetahuan, pendidikan, kegiatan penunjang budidaya, pariwisata
alam dan rekreasi dan pelestarian budaya. Suatu kawasan ditetapkan
sebagai Kawasan Taman Hutan Raya, apabila telah memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a) merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan,
baik pada kawasan yang ekosistemnya sudah berubah;
b) memiliki keindahan alam dan atau gejala alam;
c) mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk
pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa, baik jenis asli
atau bukan asli.
3) Taman Wisata Alam
Menurut Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung (dalam Adisasmita, 2010:80), „ Taman Wisata Alam adalah
kawasan pelestarian alam di darat maupun di laut yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan
utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi
alam. Pengelolaan Kawasan Taman Wisaha Alam dilakukan oleh
Pemerintah. Sesuai dengan fungsinya, taman wisata alam dapat
dimanfaatkan untuk pariwisata alam dan rekreasi, penelitian dan
pengembangan, pendidikan dan kegiatan penunjang budaya. Suatu
kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Alam, apabila
telah memenuhi kriteria sebagai berikut :
40
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a) mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau
ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik;
b) mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi
dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi
alam;
c) kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya
pengembangan pariwisata alam.
c. Taman Buru
Taman Buru adalah kawasan hutan yang didalamnya terdapat potensi
satwa buru dan di tetapkan sebagai tempat wisata berburu secara
teratur. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.13 Tahun 1994 tentang
perburuan satwa buru, jenis kegiatan berburu di Indonesia digolongkan
menjadi : berburu untuk keperluan olahraga dan trofi, berburu
tradisional, dan berburu untuk keperluan lain-lain.
Cakupan kawasan lindung sangat luas, seperti yang termuat dalam
Keppres No 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (dalam
Adisasmita, 2010:76-83), diantaranya yaitu :
1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya, yang
terdiri dari :
a. Kawasan hutan lindung
Hutan yang ditujkan untuk menjalankan fungsi-fungsi lingkungan,
khususnya untuk memelihara tutupan vegetasi dan stabilitas tanah di
lereng-lereng curam dan melindungi Daerah Aliran Sungai (DAS).
b. Kawasan bergambut
Kawasan bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk
tanahnya sebagian besar sisa-sisa bahan organik yang tertimbun
41
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dalam waktu lama. Kawasan bergambut ditetapkan dengan kriteria
ketebalan gambut tiga meter atau lebih terletak di hulu sungai atau
rawa. Perlindungan terhadap kawasan bergambut dilakukan untuk
mengendalikan hidrologi wilayah, yang berfungsi sebagai penambat
air dan pencegah banjir serta melindungi ekosistem yang khas di
kawasan yang bersangkutan (Keppres No.32 Tahun 1990 dan PP
No.47 Tahun 1997). Ciri-ciri spesifik ekosistem kawasan bergambut
adalah memiliki potensi alami yang sangat peka terhadap setiap
sentuhan pembangunan yang merubah pengaruh perilaku air (hujan,
air sungai dan air laut). Kawasan ini juga besifat terbuka untuk
menerima dan meneruskan setiap material (slurry) yang terbawa
dalam air, baik bersifat hara mineral, zat atau bahan berat maupun
energi lainnya. Selain itu, kawasan ini berperan sangat penting dalam
mengatur keseimbangan hidup setiap ekosistem darat di hulu dan
sekitarnya serta setiap ekosistem kelautan di hilirnya (Kepmen LH
No 5 Tahun 2000).
c. Kawasan resapan air
Menurut Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung (dalam Adisasmita, 2010:78), „Kawasan Resapan Air
adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi
(akuifer) yang berguna sebagai sumber air‟.
2. Kawasan perlindungan setempat
42
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Sempadan pantai
Menurut Undang-Undang No.27/2007 tentang pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menyatakan bahwa sempadan pantai
adalah daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, serta berjarak minimal 100
meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
b. Sempadan sungai
Sempadan Sungai yaitu kawasan sepanjang kanan kiri sungai
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi sungai. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990
ditetapkan bahwa sempadan sungai sekurang-kurangnya 100 meter
di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan kiri anak sungai
yang berada di luar permukiman. Untuk sungai di kawasan
permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup
untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.
c. Kawasan sekitar danau/waduk
Menurut Keppres RI No 32 Tahun1990 tentang pengelolaan kawasn
lindung, pasal 18 menyatakan bahwa kawasan lindung sekitar danau
atau waduk adalah daratan sepanjang tepi danau/waduk yang
lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau.waduk
antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
43
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
d. Kawasan sekitar mata air
Kawasan sekitar mata air yaitu kawasan disekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi utama air. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
837/Kpts/Um/1980 ditetapkan bahwa pelindung mata air ditetapkan
sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekeliling mata air.
3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya
a. Kawasan suaka alam
Kawasan hutan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi
pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
stwa serta ekosistem yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem
penyangga kehidupan.
b. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya
Menurut Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung (dalam Adisasmita, 2010:79) „ Daerah merupakan daerah
perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan
karang dan atol yang memiliki ciri khas berupa keragaman dan atau
keunikan ekosistem‟.
c. Kawasan pantai berhutan bakau
Menurut Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung (dalam Adisasmita, 2010:79), „ Pantai berhutan bakau
44
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan
bakau (mangrove) yang berfungsi memberikan perlindungan kepada
perikehidupan pantai dan lautan‟.
d. Taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan
untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
penunjang budidaya tumbuhan dan atau satwa, pariwisata dan
rekreasi. Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan
alami, jenis asli atau bukan jenis asli yang dimanfaatkan bagi
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang
budidaya tumbuhan dan atau satwa, budaya, pariwisata dan rekreasi.
Sedangkan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam
dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
pariwisata dan rekreasi alam.
e. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yaitu tempat serta
ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan
kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai nilai
tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. (Keputusan Presiden
No. 32 tahun 1990). Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk
melindungi budaya kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan
45
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sejarah, bangunan arkeologi dan monumen nasional dan
keanekaragaman bentukan geologi yang berguma untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang
disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.
4. Kawasan rawan bencana
Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pasa satu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, merendam, mencapai kesiapan, dan
mengurangi kemapuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
Kawasan rawan bencana berarti suatu kawasan atau daerah yang
disinyalir atau memiliki potensi rawan akan bencana.
Pengertian hutan erat kaitannya dengan proses-proses yang saling
berhubungan seperti berikut :
a. Hidrologis, artinya hutan merupakan gudang penyimpanan air dan tempat
penyerapan air hujan maupun embun yang pada ahirnya akan mengalirkannya
ke sungai-sungai yang memiliki mata air di tengah-tengah hutan secara
teratur menurut irama alam. Hutan juga berperan untuk melindungi tanah dari
erosi dan adur unsur haranya.
b. Iklim, artinya komponen ekosistem alam yang terdiri dari unsur-unsur hujan
(air), sinar matahari (suhu), angin dan kelembaban yang sangat
46
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan bumi, terutama iklim
makro maupun mikro.
c. Kesuburan tanah, artinya tanah hutan merupakan pembentuk humus utama
dan penyimpanan unsur-unsur mineral bagi tumbuhan lain. Kesuburan tanah
sangat ditentukan oleh faktor-faktor seperti janis batu induk yang
membentuknya, kondisi selama proses dalam proses pembentukan, tekstur
dan struktur tanah yang meliputi kelembaban, suhu dan air tanah, topografi
wilayah, vegetasi dan jasad-jasad hidup. Faktor-faktor inilah yang kelak
menyebabkan terbentuknya bermacam-macam formasi hutan dan vegetasi
hutan.
d. Keanekaragaman genetik, artinya hutan memiliki kekayan dari berbagai jenis
flora dan fauna. Apabila hutan tidak diperhatikan dalam pemanfaatan dan
kelangsungannya, tidaklah mustahil akan erjadi erosi genetik. Hal ini terjadi
karena hutan semakin berkurang habitatnya.
e. Sumber daya alam, artinya hutan mampu memberikan sumbangan hasil alam
yang cukup besar bagi devisa negara, terutama di bidang industri. Selain itu
hutan juga memberikan fungsi kepada masyarakat sekitar hutan sebagai
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain kayu juga dihasilkan bahan lain
seperti damar, kopal, gondorukem, terpentin, kayu putih dan rotan serta
tanaman obat-obatan.
f. Wilayah wisata alam, artinya hutan mampu berfungsi sebagai sumber
inspirasi, keagungan Tuhan Yang Maha Esa, nilai estetika, etika dan
sebagainya (Arif, 1994:4)
47
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sedangkan pengertian hutan yang spesifik akan diberikan tersendiri
sesuai dengan keadaan, kebutuhan serta kegunaannya, misalnya hutan lindung,
hutan produksi, hutan pariwisata, dan lain-lain. Jika dilihat dari corak ekologis,
hutan di Indonesia dibedakan seperti yang dijelaskan pada tabel 2.3berikut ini :
Tabel 2.1
Hutan dilihat Berdasar Corak Ekologis di Indonesia
No Jenis Hutan Dalam % dari luas hutan dan daerah
Jawa Luar jawa
1. Hutan hujan primer 6 70
2. Hutan sekunder - 15
3. Hutan laut 2 1
4. Hutan rawa 0 13
5. Hutan jati 30 0
6. Hutan tanaman kayu liar 9 0
7. Hutan campuran 50 0
8. Hutan gugur daun 3 1
Sumber : Tohir dalam (Arief, 1985:6)
Dari tabel 2.1 dapat dijelaskan bahwa jenis hutan di pulau Jawa yang
menduduki peringkat pertama adalah hutan jati sedangkan jenis hutan luar pulau
Jawa yang menduduki peringkat pertama adalah hutan hujan primer.
Hutan merupakan suatu ekosistem natural yang telah mencapai
keseimbangan klimaks dan merupakan komunitas tumbuhan paling besar yang
berkemampuan untuk pulih kembali dari perubahan-perubahan yang dideritanya,
sejauh hal tersebut tidak melampaui batas-batas yang ditelerir. Sebagai ilmu,
hutan dibagi dalam beberapa daerah yakni bagian atas tanah yang meliputi tajuk-
tajuk pepohonan, batang kayu dan tumbuhan bawah; bagian permukaan tanah
48
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang meliputi semak, rumput-rumputan dan serasah yang sering disebut lantai
hutan (forest floor) yang terdiri dari tumpukan daun, ranting, bunga dan buah;
serta bagian dalam tanah yang meliputi akar dari semua vegetasi.
Dengan adanya hal tersebut, maka ekologi hutan adalah bagian dari
ekologi tumbuhan yang terutama berhabitat daratan dan yang mempelajari
masyarakat atau ekosistem hutan di bidang autoekologi dan synekologi. Adapun
yang disebut autoekologi yaitu ilmu yang khusus mempelajari ekologi suatu jenis
pohon atau tumbuha-tumbuhan terhadap pengaruh suatu faktor lingkungan atas
kehidupan pohon atau tumbuh-tumbuhan tersebut. Seperti layaknya sebuah siklus
hidup, adaptasi lingkungan akan terjadi pula di sini. Sedangkan synekologi
adalah ilmu yang dikhususkan untuk mengkaji seluk-beluk ekologi atau ekosistem
tentang pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan produksi hutan.
Tabel 2.2
Pembagian Peruntukan Hutan di Indonesia Menurut Tata Guna Hutan
No Peruntukan Luas % Daratan Indonesia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hutan lindung
Hutan suaka alam dan wisata
Hutan produksi terbatas
Hutan produksi tetap
Hutan produksi konversi
Areal penggunaan lain-lain
30.316,1
18.725,2
30.525,3
33.866,6
30.537,4
49.101,1
15,70
9,70
15,81
17,54
15,61
25,64
Luas daratan Indonesia 193.071,7 100,00
Sumber : Arief, 1993
Dari tabel 2.2 dapat dijelaskan bahwa hutan di Indonesia sudah
difungsikan atau diperuntukan sesuai kebutuhan menurut Tata Guna Hutan,
seperti hutan lindung, hutan suaka alam dan wisata, huta produksi terbatas, hutan
49
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
produksi tetap, hutan produksi konversi dan areal penggunaan lain berdasarkan
luas wilayah Indonesia.
Fungsi hutan secara luas diantaranya yaitu :
a. Hutan lindung, yang menjaga kelesatarian tanah dan tata air wilayah.
b. Suaka alam, yang melesatrikan kehidupan tumbuhan dan hewan langka,
sekaligus untuk pengembangan ilmu, kepentingan kebudayaan, estetika, dan
juga rekreasi.
c. Hutan produksi, yang menghasilkan kayu-kayu dan non-kayu, seperti hasil
industri kayu yang disamak serta obat-obatan (Arif, Arifin 1994:4).
Walaupun demikian, fungsi utama hutan tidak akan pernah berubah, yakni
untuk menyelenggarakan keseimbangan oksigen dan karbon dioksida serta untuk
mempertahankan kesuburan tanah, keseimbangan tata air wilayah dan kelestarian
daerah dari bahaya erosi.
Hutan memberikan pengaruh pada sumber alam lain melalui 3 faktor yang
berhubungan, yakni iklim, tanah dan pengadaan air di berbagai wilayah. Apapun
bentuk yang dimiliki hutan, pada hakikatnya hutan selalu merupakan
“pengenjawantahan sementara” dari kelima unsur pokok pembentuknya. Kelima
unsur pokok tersebut adalah bumi (tanah), air, alam hayati, udara dan sinar
matahari. Tanpa adanya salah satu dari unsur-unsur tersebut secara mutlak
mengakibatkan tidak adanya hutan. Sebaliknya, apabila hutan ditebang, pengaruh
hutan dan belukar terhadap iklim mikro amat terasa, yaitu pohon-pohon semakin
tidak mampu mengurangi kecepatan angin sehingga akan mengurangi penguapan
air dari tumbuhan (transpirasi). Hutan juga dapat berpengaruh terhadap struktur
50
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tanah, erosi dan pengadaan air di lereng-lereng. Adanya sampah-sampah pohon
(serasah) dalam hutan hasil rontokan bagian-bagian pohon yang menutupi lantai
hutan akan mencegah rintikan-rintikan air hujan untuk langsung jatuh ke
permukaan tanah dengan tekanan yang kersa. Tanpa sampah, tanah akan
terpadatkan oleh air hujan, sehingga daya serapnya akan berkurang. Di Jepang,
pengambilan serasah hutan mengakibatkan menurunnya laju peresapan air secara
nyata di semua horison tanah. Hal ini sekali lagi mengukuhkan fungsi serasah
yang telah di kenal, yaitu sebagai penyimpanan air sementara yang secara
berangsur akan melepaskannya ke tanah bersama dengan bahan organik berbentuk
zarah yang larut, memperbaiki struktur tanah, dan menaikkan kapasitas peresapan
(Arif, 1994:8).
Tabel 2.3
Fungsi Hutan Berdasarkan Ekologi, Manfaat, Industri dan Lain-lain
Ekologi Manfaat langsung Industri Lain-lain
1. Penyangga
keseimbangan
ekosistem
2. Perlindungan
kehidupan alam
3. Proteksi daerah
aliran air
4. Pengendali erosi
5. Penyimpanan
cadangan air
6. Penyerap CO2 dll
7. Penghasil O2 dan
kesegaran
umumnya
8. Kesuburan tanah
1. Makanan
langsung (buah,
buruan, sagu)
2. Bahan obat dan
penyegar
3. Kayu bakar
4. Bahan arang
5. Kayu bangunan
6. Bahan tenunan
(serat, ulat
sutera)
7. Pemeliharaan
lebah (madu)
1. Industri kayu
2. Industri farmasi
(obat penyegar,
kosmetik, dsb)
3. Industri kertas
4. Getah (karet)
5. Residu (mentol,
terpentin)
6. Minyak
(cengkeh, kayu
putih dst)
1. Estetik
2. Rekreasi
3. Spiritual
4. Olahraga
5. Cinta
alam
6. Sejarah
7. Sosial
budaya
51
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sumber : Tabulasi hasil modifikasi Soerjani, 1990 dari Myer (dalam Arief,
1994:9)
Dari tabel 2.3 dapat dijelaskan bahwa hutan memiliki fungsi baik sebagai
fungsi ekologi, manfaat langsung, industri dan lain sebaginya. Jika dilihat secara
seksama, hutan yang berfungsi ekologi sangatlah penting karena untuk kebutuhan
hajat hidup orang banyak, bukan untuk kepentingan pribadi. Jadi apabila
mengalami kerusakan dan tidak berfungsi ekologi maka akan mengganggu
keseimbangan lingkungan dan akan berdapakn bagi manusia, hewan dan
tumbuhan serta lingkungan disekitarnya bahkan dapat mempengaruhi secara
global.
Dengan adanya hal tersebut, apabila hutan ditebang habis, air mengalir
deras membawa partikel tanah permukaan, kemudian tercampur menjadi lumpur.
Peristiwa tersebut sekaligus menutup pori-pori tanah permukaan sehingga air
hujan berikutnya banyak yang mengalir ke sepanjang lereng karena sebagai akibat
dari berkurangnya daya serap tanah.
D. Kondisi Ekologis
Menurut Arief (1993:1), “Ekologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya”. Pengertian
ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Soemarwoto (2004:22), bahwa “Ekologi
adalah ilmu tentang hubungan timbal balik mahluk hidup dengan lingkungan
hidupnya”. Berdasarkan lingkungan atau habitat, ekologi dibedakan atas ekologi
52
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
marine, air tawar, daratan dan estuarine. Sedangkan berdasarkan taksonomi
dibedakan atas tumbuhan, vertebrata, insekta, mikroba dan lebih banyak lagi.
Adapun ekologi sendiri mencakup suatu keterkaitan antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi, seperti tumbuhan dengan sinar
matahari, tanah dengan air, yang pada umumnya dikatakan sebagai hukum alam
yang berimbang (Natural Balance), dan biasa disebut ekosistem.
Ada beberapa definisi ekologi menurut beberapa para ahli, diantaranya
yaitu :
1. Naughton dan Larry (dalam Siahaan, 2004:20), „Ekologi adalah ilmu
pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya‟.
2. Haeckel (Siahaan, 2004:20), mengemukakan bahwa „Ilmu ekologi diartikan
sebagai keseluruhan pengetahuan yang berhubungan dengan relasi atau kaitan
secara total antara organisme dengan lingkungannya yang bersifat organik
maupun anorganik‟.
3. Irwan, 1992 dan Resosoedarmo, 1986 (dalam Indriyanto, 2005:2), „ istilah
ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat
tinggal atau tempat hidup atau habitat, dan logos yang berarti ilmu, telaah, studi,
atau kajian‟. Oleh karena itu, secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang mahluk
hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang tempat tinggal mahluk hidup.
4. Soerianegara dan Indrawan, 1982 (dalam Indriyanto, 2005:2), „ekologi adalah
ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik mahluk hidup dengan
lingkungannya.
53
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5. Irwan, 1992 (dalam Indriyanto, 2005:2), „ ekologi adalah ilmu pengetahuan
mengenai hubungan organisme dengan lingkungannya‟. Dapat juga didefinisikan
bahwa ekologi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan
terhadap mahluk hidup. Bahkan Irwan, ada yang mengemukakan bahwa ekologi
adalah ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara tumbuhan, binatang, dan
manusia dengan lingkungan tempat mereka hidup; bagaimana kondisi
kehidupannya, dan mengapa mereka ada dan hidup di lingkungan tersebut.
6. Kandeigh, 1980 (dalam Indriyanto, 2005:2), „ ekologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara organisme yang satu dengan organisme
yang lain serta lingkungannya‟.
7. Odum, 1993 (dalam Indriyanto, 200:3), „ ekologi adalah suatu studi tentang
struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya‟.
Dalam pembicaraan masalah-masalah lingkungan hidup, sringkali kita
menemukan kata-kata secara ekologi, pengertian ekologis, kerusakan ekologis,
tata ekologis dan sebagainya. Ini semua tidak lain bahwa hal-hal yang
berhubungan dengan lingkungan hidup dibicarakan dalam kaitan teoritis, dalam
konteks yang mendekati konsep-konsep ilmu pengetahuan ekologi (Siahaan,
2004:20).
Dipandang dari sudut ekologis, perladangan hutan (terutama yang
berpindah) mengganggu keseimbangan ekologis, sehingga struktur dan fungsinya
berubah, humus menjadi hilang, mata air berkurang, banjir dimusim penghujan,
dan kekeringan dimusim kemarau. Banjir yang membawa lumpur akan menutupi
54
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ruang-ruang tanah yang mengakibatkan tanaman rusak dan mati. Lumpur yang
terbawa banjir di satu pihak memang bermanfaat karena membawa kesuburan,
tetapi kerusakan yang diitmbulkan oleh banjir justru banyak membawa
kesengsaraan. Dapat diduga bahwa sebagian besar hutan dan semak yang
sekarang masih terdapat di banyak kawasan yang menderita akan musnah dalam
waktu dua dasawarsa lagi, atau setidak-tidaknya hutan ini akan rusak. Sedangkan
penghijauan alamiah atau pemulihan hutan yang terdegradasi mempunyai peluang
yang sangat kecil walaupun tekanan eksploitasi telah berhenti.
Apabila keadaan ini tidak segera diatasi seintensif mungkin dengan cara
permudaan pohon dan pemberian unsur hara seimbang, maka akan timbul tanah
kritis yang ditandai oleh munculnya vegetasi alang-alang. Perladangan tersebut
akan mengakibatkan terjadinya disklimaks yang menimbulkan padang alang-alang
karena vegetasi tersebut tidak lagi digantikan oleh vegetasi lain dan pohon yang
ditebang justru akan menghidupkan tumbuh-tumbuhan yang intoleran terhadap
sinar matahari. Hal ini akan mematikan tumbuh-tumbuhan yang toleran terhadap
sinar matahari, sedangkan biji-biji dari pohon yang ditebang masih belum mampu
untuk tumbuh.
Penebangan hutan secara umum sudah diketahui dampaknya, baik dampak
awal maupun langsung. Adapun dampak tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi perlindungan, termasuk pada tajuk pohon, tajuk tingkat
bawah dan serasah, dimana akibatnya tetesan air hujan lebih besar dan
permukaan tanah menjadi gundul.
55
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Mengubah sifat-sifat tanah, termasuk pemadatan, lepasnya butir-butir
tanah, hilang bahan organik, adanya penolakan air, berkurangnya
peresapan air, dan semakin mudahnya pengikisan tanah.
3. Mengurangi transpirasi, meningkatkan gerakan udara dan menguba
suhu, di mana hal ini akan mampu mengubah evapotranspirasi yang
biasanya menjadi berkurang.
4. Mengurangi massa perakaran dengan menurunkan daya rekat tanah.
Hal ini tidak begitu berpengaruh etrhadap jenis-jenis pohon yang
tumbuh berdekatan membentuk rumpun.
5. Menghilangkan fungsi menangkap air pada saat hutan berkabut. Yang
berarti presifitasi efektf di tempat juga berkurang.
Sementara itu, permintaan akan air juga akan semakin meningkat dengan
adanya irigasi, industri, air minum, rekreasi dan lain-lain. Jumlah penduduk yang
memerlukan air terus bertambah, sedangkan penyediaan air tetap dan kemampuan
alam menahan air semakin berkurang. Kebutuhan air setiap orang di Jawa dan
Madura saja telah mencapai 520 m3/th/orang, sedangkan penggunaan selama ini
yang sebesar 30% berasal dari konsumsi cadangan. Menurut para ahli, laju
pertumbuhan permintaan akan air yang berhadapan dengan menurunnya
kemampuan bumi menyerap air lama-kelamaan akan mengakibatkan bumi
mengalami defisit air. Keharusan dalam pengembangan hutan sebenarnya tidak
hanya didorong oleh keperluan pencegahan erosi, penyelamatan tanah kritis dan
air, tetapi juga didesak oleh keperluan memlihara fauna dan flora. Dengan
demikian perimbangan hutan dan luas tanah hunian mencapai tingkat lebih sehat
56
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dan peranan hutan sebagai pengatur tata air, pencegah erosi banjir, dan pemulihan
tingkat kesuburan tanah bisa normal kembali (Arief, 1993:133).
Saat ini keberlanjutan Indonesia berada dititik kritis karena bencana
ekologis yang terjadi secara akumulatif dan simultan di berbagai tempat, tanpa
ada upaya yang signifikan untuk mengurangi kerentanan dan kerawanan
masyarakat terhadap dampak bencana ekologis. Bencana ekologis adalah
akumulasi krisis ekologis yang disebabkan oleh ketidakadilan dan gagalnya
sistem pengurusan alam yang telah mengakibatkan kolapsnya pranata kehidupan
masyarakat (Fattah, 2009).
Pertanda bencana ekologis justru ada di depan mata dimana masyarakat
sebagai stakeholder utama dan lingkungan hidup berada pada kondisi ketiadaan
pilihan untuk bertahan hidup, gagalnya fungsi ekosistem, tersingkirnya hak-hak
masyarakat lokal, kemiskinan, dan kematian.
Menurut Fattah, (2009) untuk menahan dan mengurangi laju bencana
ekologis yang lebih luas, maka WALHI mengajukan beberapa pra-syarat, sebagai
berikut:
1.) Reorientasi visi pembangunan dari pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) menjadi masyarakat berkelanjutan (sustainable societies).
2.) Mengedepankan pendekatan bioregion dan meninggalkan paradigma sektoral
dalam pengelolaan aset alam dan wilayah.
3.) Menyelesaikan konflik agraria dan sumberdaya alam, diikuti dengan reforma
agraria sejati.
57
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4.) Mengembangkan partisipasi sejati rakyat dalam pembangunan dengan
indikator organisasi rakyat yang kuat, kritis, dan mandiri.
5.) Membangun resiliensi dan resistensi rakyat terhadap privatisasi dan
komodifikasi sumber kehidupan.
6.) Mengakui kearifan lokal pengurusan sumber-sumber kehidupan dan
mendudukkan kembali peran Negara sebagai penjamin hak konstitusional
warga negara.
Menurut Sumaatmadja (2010:78), ekologis adalah kondisi struktur dan
fungsi alam dan hubungannya diantara organism hidup dan keseluruhan faktor
fisikal serta biologikal yang membentuk lingkungannya. Adapun yang dimaksud
dengan kondisi ekologis dalam penelitian yang berjudul Dampak Pembangunan
Villa di Kawasan Lindung terhadap Kondisi Ekologis Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bogor ini adalah kondisi lingkungan sebagai dampak dari
pembangunan villa di kawasan lindung, diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Banjir
Banjir merupakan bencana yang kerap terjadi di Indonesia. Menurut
Schwab at.al 1981 (dalam Gea Sumber Daya Air, 2008:166), mengatakan bahwa
banjir adalah luapan atau genangan dari sungai atau badan air lainnya yang
disebabkan curah hujan yang berlebihan atau salju yang mencair atau dapat pula
karena gelombang pasang yang membanjiri kebanyakan pada dataran banjir.
Menurut Hawlet 1982 (dalam Gea Sumber Daya Air, 2008:166), „banjir adalah
aliran atau genangan air yang menimbulkan kerugian ekonomi bahkan
menyebabkan kehilangan jiwa. Sedangkan menurut Kepmen Pedoman
58
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Management Banjir (2003), “Banjir adalah suatu keadaan sungai dimana aliran
airnya tidak tertampung oleh palung sungai” dan menegaskan bahwa penyebab
terjadinya banjir diantaranya adalah :
1. Faktor kondisi alam (statis), yang meliputi : kondisi geografis,
tofografi, geometri sungai (kemiringan meandering, bottle-neck,
sedimentasi, ambal alam). Secara umum ketika sebuah sistem aliran
sungai yang memiliki tengkay kemiringan (gradien) sungai yang relatif
tinggi (lebih dari 30 % atau lebih dari 27 o) apabila dibagian hulu
terjadi hujan yang cukup lebat maka potensi terjadinya banjir bandang
relatif tinggi. Tingkat kemiringan sungai yang relatif curam ini dapat
dikatakan sebagai faktor “bakat” atau bawaan.
2. Faktor manusia
a) Adanya subsistem dalam siklus hidrologi yang dilakukan oleh
manusia diantaranya adalah penebangan hutan (ilegal logging)
yang mengakibatkan lapisan vegetasi alam terangkatnya tanah dari
gerakan tanah alami yang tidak bisa tertahan akar.
b) Menurunnya daya dukung lingkungan hidup, khususnya di Daerah
Aliran Sungai (DAS). Terutama oleh karena rusaknya kawasan
hulu dan tengah DAS di sejumlah lokasi. Kerusakan tersebut
umumnya terjadi akibat kegiatan perambahan hutan secara liar
(encroachment) dan penebangan kayu yang melanggar hukum
(destructive logging) serta pertambangan batubara yang tidak
memperhatikan kaedah lingkungan. Hal ini semakim marak karena
59
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
lemahnya pengawasan aparatur Negara yang tidak mampu
berhadapan dengan para cukong atau pengusaha.
c) Pembangunan di area resapan menyebabkan tanah tidak mampu
ditembus oleh kelembaban karena dipenuhi beton-beton dan
menyebabkan hilangnya daerah resapan air sehingga air
memperbesar air lariannya (run off) dan genangan. Tata kota yang
buruk dan menjamurnya bangunan yang tidak terkendali menjadi
penyebab utama yang membuat banyaknya lahan resapan air
berkurang. Kurangnya lahan resapan air ini kedepannya akan
menimbulkan dampak yang buruk karena berhubungan dengan
perubahan iklim global yang semakin buruk.
d) Faktor pemanasan global : hal ini terjadi karena konsentrasi dari
karbondioksida di dalam atmosfer di bumi ini telah meningkat. Ini
semua merupakan dampak dari industrialisasi, pembakaran fosil
fuel untuk bahan bakar (batubara, kayu dan minyak bumi),
penggundulan hutan, pestisida untuk pertanian dan lain sebagainya.
Pemanasan global juga menyebabkan mencairnya es di kutub
sehingga mengakibatkan naiknya muka air laut.
e) Tingginya penimbunan rawa yang dipergunakan untuk pemukiman
dan membuka perkebunan besar.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa banjir adalah
bencana alam yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi maupun dimana
keadaan badan air seperti sungai dan danau tidak mampu menampung kapasitas
60
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
air sehingga melua ke daerah pinggirnya dan menyebabkan kerugian ekonomi
bahkan kehilangan korban jiwa. Menurut Kodoatie dan Sugiyanto 2002 dalam
Gea Sumber Daya Air, 2008:166), mengatakan bahwa banjir terdiri atas dua
peristiwa, pertama banjir terjadi di daerah yang tidak biasa terkena banjir, dan
kedua banjir terjadi karena limpasan air dari sungai karena debitnya yang besar
sehingga tidak mampu dialirkan oleh alur sungai.
Bencana banjir adalah bencana yang terjadi bukan hanya karena faktor
alam saja, melainkan juga banyak dipengaruhi oleh campur tangan manusia.
Melihat hal tersebut, maka faktor manusia menjadi lebih dominan sebagai
penyebab terjadinya banjir daripada faktor alam itu sendiri. Dengan demikian,
bencana banjir bisa diatasi, diantisipasi faktor penyebab dan dampaknya. Menurut
Dibyosaputro 1984 (dalam Gea Sumber Daya Air, 2008:166), mengatakan bahwa
penyebab banjir dan lamanya genangan bukan hanya disebabkan oleh meluapnya
air sungai, melainkan oleh kelebihan curah hujan dan fluktuasi muka air laut
khususnya dataran alluvial pantai, unit-unit geomorfologi seperti daerah rawa,
rawa belakang, dataran banjir pertemuan sungai dengan dataran alluvial
merupakan tempat-tempat yang rentan banjir.
Air yang menggenangi suatu daerah yang sebelumnya kering atau tidak
pernah tergenang, terjadi akibat kapasitas sungai tidak mampu menampung debit
air. Kelebihan air hujan local yang menyebabkan terjadinya banjir dapat terjadi
karena dua hal, yaitu jenuhnya tanah di daerah tersebut sedangkan muka air di
sungai tersebut masih tinggi. Tanah yang jenuh akan menyebabkan tingkat
penyerapan tanah (infiltrasi) jadi rendah sehingga aliran permukaan (surface
61
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
runoff) menjadi tinggi. Akibatnya air hujan yang tertampung di bandan air namun
tidak mampu diresapkan secara maksimal menyebabkan air berlebih (banjir)
sebagai akibat luapan air sungai ataupun hujan lokal maka akan menyebabkan
terbentuknya bentukan banjir.
2. Longsor
a. Pengertian Longsor
Menurut Varnes (1978) dalam Surono dalam Sukarjo (2000:14)
menjelaskan bahwa „ Longsor merupakan perpindahan materian pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran, bergerak
ke bawah atau keluar lereng‟. Sedangkan menurut Suripin (2002), mendefinisikan
“tanah longsor merupakan suatu bentuk erosi dimana pengangkutan atau gerakan
massa tanah terjadi pada suatu saat dalam volume yang relative besar”. Ditinjau
dari segi gerakannya, maka selain erosi longsor, masih ada beberapa erosi yang
diakibatkan oleh gerakan massa tanah, yaitu rayapan (creep), runtuhan batuan
(rock fall) dan aliran lumpur (mud flow). Massa yang bergerak akibat longsor
tidak hanya materian kecil, melainkan materian besar dan jumlah yang banyak,
bencana longsor tidak sedikit yang memakan korban, seperti kerusakan lahan,
korban jiwa, harta, benda, pemukiman, infrastruktur dan bangunan lainnya.
Dalam Pedoman Umum Budidaya Pertanian 2006 (dalam Sukarjo,
2000:14) menyatakan bahwa “ Longsor dan erosi yaitu proses berpindahnya tanah
atau batuan dari satu tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah akibat
dorongan air, angin atau gaya gravitasi”. Proses ini melalui beberapa tahapan
62
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yaitu pelepasan, pengangkutan dan pengendapan. Perbedaan yang terlihat jelas
antara longsor dan erosi adalah pada volume tanah yang dipindahkan, waktu yang
dibutuhkan dan kerusakan yang ditimbulkan sehingga longsor dapat diartikan
sebagai proses berpindahnya masa tanah dengan volume yang besar, kadang
disertai oleh bebatuan dan pepohonan serta terjadi dalam waktu yang relative
singkat, sedangkan erosi tanah adalah proses berpindahnya partikel-partikel tanah
dengan volume yang lebih kecil pada setiap kali kejadian dan berlangsung dalam
waktu yang cukup lama.
Tanah longsor (landslide) merupakan salah satu bentuk erosi yang
pengangkutan atau pemindahan masa tanahnya terjadi pada suatu saat secara tiba-
tiba dalam volume yang besar. Tanah longsor terjadi jika dipenuhi 3 keadaan yaitu
lereng cukup curang, terdapat bidang peluncur di bawah permukaan tanah yang
kedap air dan terdapat cukup air (dari hujan) dalam tanah di ata lapisan kedap
(bidang luncur) sehingga tanah jenuh air. Air hujan yang jatuh di atas permukaan
tanah yang kemudian menjenuhi tanah sangat menentukan kestabilan lereng, yaitu
melalui menurunnya ketahanan geser tanah yang jauh lebih besar daripada
penurunan tekanan geser tanah, sehingga faktor keamanan lereng menurun tajam,
menyebabkan lereng rawan longsor.
Tanah longsor merupakan bencana alam yang sering terjadi di daerah
perbukitan atau daerah yang memiliki kemiringan lereng landai hingga curam.
Kerusakan sebagai dampak terjadinya longsor tidak hanya kerusakan secara
langsung seperti rusaknya sarana dan prasarana, lahan pertanian, kerugian harta
benda maupun korban jiwa melainkan juga dapat mempengaruhi terhadap
63
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembangunan dan aktivitas ekonomi di daerah yang terkena bencana dan
sekitarnya. Bencana longsor terjadi tidak hanya dipengaruhi oleh kemiringan
lereng yang curam dan curah hujan, tapi juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia
yang semakin meningkat di daerah tersebut.
b. Jenis Longsor
Menurut Vernes (1978) dalam Surono dalam Sukarjo (2000:15), ada 6
jenis tanah longsor yakni : longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran
translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang
paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
1) Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan
pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
Longsor translasi terjadi jika tanah dan batuan bergerak rata atau
bergelombang landai pada bidang gelincir.
2) Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada
bidang gelincir berbentuk cekung. Longsoran rotasi terjadi apabila
tanah dan batuan bergerak pada bidang gelincir yang berbentuk
cekung.
3) Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada
bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran
64
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
translasi blok batu. Longsor pergerakan blok terjadi jika batuan
berpindah pada bidang gelincir yang rata.
4) Runtuhan batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material
lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi
pada lereng yang terjal hingga menggantung terutama di daerah pantai.
5) Rayapan Tanah
Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat.
Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini
hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor
jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon atau
rumah miring ke bawah.
6) Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak
didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan
lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya
terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter
jauhnya. Dibeberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah
aliran sungai di sekitar gunung api.
c. Penyebab Terjadinya Longsor
Penyebab longsor lahan terutama disebabkan oleh ketahanan geser batuan
yang menurun tajam jauh melebihi tekanan geser dan yang terjadi seiring dengan
65
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
meningkatnya tekanan air akibat pembasahan atau peningkatan kadar air,
disamping juga karena adanya peningkatan muka air tanah. Selanjutnya
batuan/tanah penyusun lereng tersebut kondisinya menjadi kritis-labil dan
cenderung mudah longsor. Hirmawan, 1994 (dalam Sukarjo, 2000:18).
Menurut Soebroto, dkk. 1981 (dalam Sukarjo, 2000:18), faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya longsor lahan adalah topografi (kemiringan lereng),
keadaan tanah (tekstur, struktur perlapisan), curah hujan, gempa bumi dan
keadaan vegetasi/hutan dan penggunaan lahan.
Pada prinsipnya longsor lahan terjadinya bila gaya pendorong pada lereng
lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh
kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi
oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Faktor-faktor
penyebab tanah longsor yaitu :
1. Hujan
Ancaman longsor lahan biasanya dimulai pada bulan november
karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang
akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam
jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga
tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga
tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan,
intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan
air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
66
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena
melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian
dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan
di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diresap
oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
2. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong.
Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air
laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor
adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsornya
mendatar.
3. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat
dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah
jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila
terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan
tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu
panas.
4. Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir
dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat.
Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses
67
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat
pada lereng yang terjal.
5. Jenis tanah lahan
Longsor lahan banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan
membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah
terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya
adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran
yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi,
ledakan, getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang
ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah
menjadi retak.
7. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya air muka air yang cepat di danau maka gaya
penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220
mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh
retakan.
8. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan
kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor,
68
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
terutaman di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya
adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke
arah lembah.
9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain
itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan
menjadi terjal.
10. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman
umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah
timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti
tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi
penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi
pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau
pada saat atau sesduah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama
memiliki ciri :
a. Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal
kuda.
b. Umumnya dijumpai mata air, pepeohonan yang relatif tebal karena
tanahnya gembur dan subur.
c. Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
69
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
d. Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
e. Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas
longsoran kecil pada longsoran lama.
f. Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan
longsor kecil.
g. Longsoran lama ini cukup luas.
12. Adanya bidang diskonti nuitas (bidang tidak sinambung)
Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri :
a. Bidang perlapisan batuan
b. Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
c. Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang
kuat
d. Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan
batuan yang tidak dapat melewatkan air (kedap air)
e. Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat
Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat
berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
13. Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif
gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
14. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah
dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi
70
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat
Pembuangan Akhir Sampah.
Menurut Pedoman Umum Budidaya Pertanian di Lahan Pegunungan,
2006 (dalam Sukarjo, 2000:23), adapun hal-hal yang mempengaruhi longsor ada 2
yaitu faktor alam dan faktor manusia.
1. Faktor alam
a. Iklim
Besarnya tingkat curah hujan merupakan bagian dari unsur iklim
yang memiliki peranan besar dalam kejadian longsor. Air hujan yang
terinfiltrasi ke dalam tanah dan menjadikan tanah jenuh menentukan
terjadinya longsor. Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi,
sedangkan longsor ditentukan oleh kondisi jenuh tanah akibat air hujan
dan keruntuhan gesekan bidang luncur.
b. Tanah
Setiap jenis tanah memiliki kepekaan terhadap longsor yang berbeda.
Solum, tekstur dan struktur tanah menentukan besar kecilnya air
limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah
yang memiliki kedalaman (solum) >90 cm cenderung berstruktur
gembur dengan penutup lahan rapat, sebagian air hujan terinfiltrasi ke
dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air limpasan
permukaan.
Sifat bahan induk tanah ditentukan oleh asal batuan dan komposisi
mineralogy yang brepengaruh terhadap kepekaan longsor. Di daerah
71
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pegunungan, bahan induk tanah didominasi oleh batuan kokoh dari
batuan vulkanik, sedimen dan metamorfik. Tanah yang terbentuk dari
batuan sedimen, terutama batu liat, batu liat berkapur dan batu kapur
relatif peka terhadap longsor. Sedangkan batuan vulkanik umumnya
tahan terhadap longsor. Salah satu lahan peka terhadap longsor adalah
rekahan tanah selebar lebih dari 2 cm sampai 5 sm saat terjadi musim
kemarau. Tanah tersebut memiliki sifat mengembang pada kondisi basah
dan mengkerut pada saat kering, yang dipengaruhi oleh tingginya
mineral liat tipe 2:1 seperti yang dijumpai pada tanah Grumosol. Pada
kedalaman tertentu dari tanah Podsolik atau Mediteran tempat akumulasi
liat yang berfungsi sebagai bidang luncur pada saat terjadi longsor.
Longsor sering terjadi di wilayah berbukit dan bergunung, terutama
pada tanah berpasir (Regosol), Andosol (Andisol), tanah dangkal berbatu
(Latosol atau Entisol), dan tanah dangkal berkapur (Renzina atau
Mollisol), di wilayah bergelombang terutama tanah Podsolik (Ultisol),
Mediteran (Alfisol), dan Grumosol (Vertisol) yang terbentuk dari batuan
induk batu liat yang tinggi, sehingga pengelolaan lahan yang disertai
oleh tindakan konservasi sangat diperlukan.
c. Ketinggian
Lahan pegunungan berdasarkan ketinggian dibedakan atas dataran
medium (350 – 700 m dpl) dan dataran tinggi (>700 m dpl). Ketinggian
berhubungan erat dengan jenis komoditas yang sesuai untuk
mempertahankan kelestarian lingkungan. Badan Pertanahan Nasional
72
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menetapkan lahan pada ketinggian di atas 100 m dpl dan lereng >45%
sebagai kawasan usaha terbatas dan diutamakan sebagai kawasan hutan
lindung. Sementara Departemen Kehutanan menetapkan lahan dengan
ketinggian >200 m dpl dan atau lereng >40% sebagai kawasan lindung.
d. Lereng
Lereng atau kemiringan lahan adalah salah satu faktor pemicu
terjadinya longsor di lahan pegunungan. Semakin curam lereng semakin
besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan yang berpotensi
menyebabkan longsor. Selain kecuraman, panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor. Semakin panjang lereng, longsoryang
terjadi semakin besar. Besaran kemiringan lereng dapat diukur
menggunakan clinometers, abney level atau theodolit.
Menurut Arsyad (2010:336), kemiringan lereng terbagi menjadi
beberapa kelas yaitu : kategori A, dengan satuan relief datar dan
memiliki kemiringan lereng 0 – 3 %, selanjutnya kategori B dengan
satuan relief landai atau berombak yang memiliki kemiringan lereng 3 –
8 %, kategori C dengan satuan relief bergelombang dengan kemiringan
lereng 8 – 15 %, kemudian kategori D dengan satuan relief berbukit
memiliki kemiringan lereng 15 – 30 %, kategori E disebut agak curam
memiliki kemiringan lereng 30 – 45 %, dan kategori F dengan satuan
relief curam yang memiliki kemiringan lereng 45 – 65 % serta kategori
G dengan satuan relief sangat curam yang memiliki kemiringan lereng
lebih dari 65 %.
73
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Faktor manusia
Faktor manusia yang dimaksud adalah semua tindakan manusia yang
dapat mempercepat terjadinya longsor. Tindakan manusia yang dapat
menyebabkan longsor antara lain :
a. Penggundulan hutan akan mengurangi resapan air hujan sehingga
akan memperbesar aliran permukaan. Aliran permukaan merupakan
pemicu terjadinya longsor dengan mekanisme yang berbeda.
b. Teknik konservasi pada lahan pertanian yang kurang tepat sehingga
memicu terjadinya longsor.
c. Penambangan pasir yang tidak terklasifikasi berdasarkan konteks
rencana tata ruang wilayah.
d. Arela pertambangan yang tidak memperhatikan etika lingkungan.
d. Dampak Longsor
Terjadinya bencana longsor di suatu daerah dapat menimbulkan korban
jiwa, kerusakan harta, kerusakan sarana dan prasarana sosial dan kerusakan lahan
pertanian. Bencana longsor juga dapat mempengaruhi penurunan kualitas lahan
pertanian. Tanah yang terangkut longsor merupakan tanah bagian atas atau top
soil yang kaya akan bahan organik dan memiliki tinggkat kesuburan yang tinggi.
Akibatnya lahan akan mengalami penurunan kualitas yang tentunya juga akan
berpengaruh terhadap produktivitas hasil pertanian. Hal tersebut akan berdampak
pada hasil pertanian para petani, sedangkan untuk mengembalikan kesuburan
tanah seperti semula membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 2 tahun dan
memakan biaya yang cukup besar.
e. Karakteristik Kawasan Longsor
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi
(Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993 : 6). Contohnya
74
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
adalah kemiringan lereng, curah hujan, tektsur tanah, kapasitas air yang
tersedia, dan kedalaman efektif. Karakteristik lahan akan berpengaruh
terhadap kualitas lahan dan tingkat erosi karena tingkat bahaya erosi
dipengaruhi oleh berbagai keadaan sifat tanah, kemiringan lereng, iklim
(curah hujan), dan batuan di permukaan. Karakteristik lahan bekas
longsoran merupakan kondisi lahan secara aktual setelah terjadinya
bencana longsor. Karakteristik lahan bekas longsoran secara umum dapat
dilihat berdasarkan faktor-faktor fisik yang mempengaruhi erosi adalah
sebagai berikut :
1. Tekstur tanah
Doubermire, 1967 (dalam Sukarjo, 2000:29), menyatakan bahwa tekstur
tanah memiliki peranan penting dalam menentukan penetrasi perakaran tanaman,
penyusupan air ke dalam tubuh tanah, kapasitas menahan air, laju pergerakan air
dan udara dalam tanah sehingga memperkecil jumlah limpasan.
Tanah-tanah bertekstur kasar seperti pasir dan pasir berkerikil akan
mempunyai kapasitas penyusupan tinggi. Tanah bertekstur halus juga mempunyai
kapasitas penyusupan cukup tinggi, akan tetapi apabila terjadi limpasan maka
butiran halusnya akan mudah terangkut.
Tekstur tanah menunjukan kasar halusnya tanah berdasarkan atas
perbandingan banyaknya nutir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah adalah
salah satu faktor penting yang mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air
dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah.
75
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tanah yang bertekstur kasar akan lebih rawan longsor bila dibandingkan
dengan tanah yang bertekstur halus, karena tanah yang bertekstur kasar
mempunyai kohesi agregat tanah yang rendah dan mempunyai kapasitas infiltrasi
yang tinggi. Tanah-tanah yang mengandung liat dalam jumlah yang tinggi dapat
tersuspensi oleh butir-butir hujan yang jatuh menimpanya, dan pori-opri lapisan
permukaan akan tersumbat oleh butir-butir liat. Hal ini akan menyebabkan aliran
permukaan, bahkan longsor.
2. Struktur tanah
Menurut Wisler, 1949 (dalam Sukarjo, 2000:29), mengemukakan bahwa
struktur mikro dan makro tanah memiliki pengaruhi besar terhadap laju
penyusupan air kedalam tubuh tanah, yang secara tidak langsung akan
mempengaruhi laju limpasan. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dan butir-
butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat
terikat satu sama lain oleh suatu perekat, seperti bahan organik, oksida-oksida besi
dan lain sebagainya. Gumpalan kecil ini mempunyai bentuk ukuran dan ketahanan
yang berbeda.
3. Ketersediaan Air
Air merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia. Manusia tidak akan
bertahan hidup tanpa air. Oleh karena itu, air merupakan penopang kehidupan
bagi manusia. Indonesia merupakan Negara tropis yang memiliki 2 musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau dan memiliki curah hujan yang tinggi. Kondisi
demikian tentunya Indonesia adalah Negara yang memiliki cadangan air bersih
76
Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang cukup melimpah. Akan tetapi pada kenyataannya ada daerah-daerah tertentu
di Indonesia yang kekurangan atau kesulitan memperoleh air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari. Sebagian besar masyarakat Indonesia memanfaatkan air
tanah untuk kebutuhan sehari-hari dalam hidupnya. Air tanah adalah air yang
bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah
yang membentuk itu dan di dalam retak-retak dari batuan.
Ketersediaan air yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apakah air
yang tersedia di daerah penelitian sudah memenuhi kebutuhan penduduk.
Penduduk yang sebagian besar memanfaatkan air tanah, apakah pernah merasakan
kesulitan memperoleh air bersih setelah adanya bangunan villa di kawasan
lindung kecamatan Cisarua sehubungan dengan pemanfaatan wilayah tersebut
sebagai daerah resapan air dan pengendali banjir.