69
8 Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi Pembangunan Pada umumnya pembangunan diartikan sebagai upaya meningkatkan kapasitas produksi untuk mencapai total output yang lebih besar dari kesejahteraan yang lebih tinggi bagi bagi seluruh raakyat. Pembangunan merupakan tuntutan bagi masyarakat untuk mencapai kemajuan, karena penduduk makin bertambah besar jumlahnya, maka kebutuhannya pun bertambah jumlahnya, jenisnya, dan kualitasnya, seiring dengan perkembangan kemajuan peradaban manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi (Adisasmita, 2010:1) Menurut Siahaan (2004:19), mengemukakan bahwa “Pembangunan adalah upaya-upaya yang diarahkan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik. Upaya-upaya yang diarahkan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik merupakan hak semua orang di manapun berada “. Khususnya di negara-negara berkembang, pembangunan merupakan pilihan penting dilakukan guna terciptanya kesejateraan penduduknya. Upaya dibidang pertanian dilakukan secara ekstensifikasi dan intensifikasi. Lahan diperluan dan pupuk ditingkatkan jumlah maupun mutunya melalui sistem teknologi. Sarana-sarana insfrastruktur ditingkatkan seperti jalan, pembangunan irigasi, waduk dan transportasi. Sektor industri dibuka, bukan saja sebagai sarana pendukung bagi pembangunan pertanian, tetapi juga untuk mendapatkan produk manufaktur yang dibutuhkan.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

8

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembangunan Villa

1. Definisi Pembangunan

Pada umumnya pembangunan diartikan sebagai upaya meningkatkan

kapasitas produksi untuk mencapai total output yang lebih besar dari

kesejahteraan yang lebih tinggi bagi bagi seluruh raakyat. Pembangunan

merupakan tuntutan bagi masyarakat untuk mencapai kemajuan, karena penduduk

makin bertambah besar jumlahnya, maka kebutuhannya pun bertambah

jumlahnya, jenisnya, dan kualitasnya, seiring dengan perkembangan kemajuan

peradaban manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi (Adisasmita, 2010:1)

Menurut Siahaan (2004:19), mengemukakan bahwa “Pembangunan adalah

upaya-upaya yang diarahkan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik.

Upaya-upaya yang diarahkan untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik

merupakan hak semua orang di manapun berada “. Khususnya di negara-negara

berkembang, pembangunan merupakan pilihan penting dilakukan guna

terciptanya kesejateraan penduduknya. Upaya dibidang pertanian dilakukan secara

ekstensifikasi dan intensifikasi. Lahan diperluan dan pupuk ditingkatkan jumlah

maupun mutunya melalui sistem teknologi. Sarana-sarana insfrastruktur

ditingkatkan seperti jalan, pembangunan irigasi, waduk dan transportasi. Sektor

industri dibuka, bukan saja sebagai sarana pendukung bagi pembangunan

pertanian, tetapi juga untuk mendapatkan produk manufaktur yang dibutuhkan.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

9

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Industri selain meningkatkan pendapatan, juga berperan untuk menyerap tenaga

kerja.

Sedangkan menurut Soemarwoto (2004:158), mengatakan bahwa

“Pembangunan dapat diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar

rakyat dengan lebih baik”. Kebutuhan dasar merupakan kebutuhan yang sangat

esensial untuk kehidupan kita. Ia terdiri atas tiga bagian, yaitu kebutuhan dasar

untuk kelangsungan hidup hayati, kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup

yang manusiawi dan derajat kebebasan untuk memilih. Jadi pembangunan adalah

upaya atau usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang banyak.

Dalam usaha memperbaiki mutu hidup, harus dijaga agar kemampuan

lingkungan untuk mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih tinggi tidak

menjadi rusak. Sebab kalau kerusakan terjadi, bukan perbaikan mutu hidup yang

akan dicapai, melainkan justru kemerosotan. Bahkan apabila kerusakan terlalu

parah, dapatlah terjadi kepunahan kehidupan kita sendiri atau paling sedikit

ekosistem tempat kita hidup dapat mengalami keambrukan yang akan

mengakibatkan banyak kesulitan. Pembangunan demikian tidak berkelanjutan.

Dengan demikian pembangunan merupakan sarana bagi pencapaian taraf

kesejahteraan manusia. Namun demikian, setiap pembangunan tidak terlepas dari

adanya dampak yang merugikan, terutama kepada lingkungan. Lingkungan

menjadi semakin rusak berupa pencemaran, dan kerusakan sumber-sumber hayati

seperti penipisan cadangan hutan (deforestization), punahnya bermacam-macam

biota, baik spesies binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Di samping itu, terjadi

pula berbagai penyakit sebagai akibat dari pencemaran industri.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

10

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pernyataan mengenai tujuan dari pembangunan seperti yang telah

dipaparkan sebelumnya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Soemarwoto

(2004:159), yang mengatakan bahwa “Pembangunan bertujuan untuk menaikkan

tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat. Dapat pula dikatakan pembangunan

bertujuan untuk menaikkan mutu hidup rakyat. Karena mutu hidup dapat diartikan

sebagai derajat terpenuhinya kebutuhan dasar... “

Pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat, melainkan juga membawa

resiko. Kita dapat melihatnya di sekitar kita. Sungai yang kita bendung, dengan

bendungan itu kita dapatkan manfaat listrik, bertambahnya air pengairan dan

terkendalinya banjir. Resikonya adalah tergenangnya kampung dan sawah,

tergusurnya penduduk, dan kepunahan jenis tumbuhan dan hewan. Kayu dalam

hutan yang kita tebang, maka kita akan mendapatkan devisa dalam jumlah besar

dari ekspor kayu. Sebaliknya kita menghadapi resiko kepunahan hewan dan

tumbuhan, bertambahnya erosi, rusaknya tata air dan terjadinya padang alang-

alang. “Resiko kita terima sebagai biaya manfaat yang kita ambil. Hanya

memperhatikan manfaatnya saja dapat membahayakan lingkungan. Sebaliknya

hanya memperhatikan resiko saja akan menimbulkan pertentangan. Tetapi dengan

tidak berbuat sesuatu pun akan ada orang yang setuju dan tidak setuju. Dan

apabila kita tidak berbuat sesuatu, jadi menghentikan pembangunan, kita akan

terlanda oleh resiko lingkungan, sehingga mutu hidup kita akan terus merosot.

Karena itu, keputusan untuk membangun harus diambil. Masalahnya bukanlah

membangun atau tidak membangun, melainkan bagaimanan membangun agar

sekaligus mutu lingkungan dan dengan demikian mutu hidup dapat terus

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

11

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ditingkatkan. Pembangunan itu berwawasan lingkungan. Analisis manfaat dan

resiko lingkungan merupakan alat untuk pembangunan yang berwawasan

lingkungan” (Soemarwoto, 2004:161).

Faktor-faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung

pembangunan berkelanjutan menurut Soemarwoto (2004:161), diantaranya yaitu :

1. Terpeliharanya proses ekologi yang esensial;

2. Tersedianya sumberdaya yang cukup; dan

3. Lingkungan sosial-budaya dan ekonomi yang sesuai.

Ketiga faktor itu tidak saja mengalami dampak dari pembangunan,

melainkan juga mempunyai dampak terhadap pembangunan. Karena itu untuk

terlajutnya pembangunan tidak cukup untuk melakukan analisis. Analisis Dampak

lingkungan (ADL) yang hanya berlaku untuk perencanaan proyek pembangunan.

Pengelolaan lingkungan untuk pembangunan harus didasarkan pada konsepsi

yang lebih luas. Konsepsi itu harus mencakup dampak lingkungan terhadap

proyek, pengelolaan lingkungan proyek yang sudah operasional dan perencanaan

dini pengelolaan lingkungan untuk daerh yang mempunyai potensi besar untuk

pembangunan, tetapi belum mempunyai rencana pembangunan.

Komisi Sedunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (dalam

Soemarwoto:162), mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai

„Pembangunan yang memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa mengurangi

kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka‟.

Definisi itu mempunyai wawasan jangka panjang antar generasi. Syarat untuk

dapat tercapainya pembangunan berkelanjutan tidak hanya fisik saja, yaitu tidak

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

12

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

terjadinya kerusakan pada ekosistem tempat kita hidup, melainkan juga harus

adanya pemerataan hasil dan biaya pembangunan yang adil antar-Negara dan

antar-kelompok di dalam sebuah Negara.

2. Pembangunan Villa

Villa adalah tempat tinggal atau rumah yang dengan sengaja difungsikan

untuk disewakan atau digunakan sendiri dan biasanya dibangun pada kawasan

objek wisata. Villa merupakan tempat tinggal sekaligus liburan, biasanya terletak

di luar daerah yang berhawa sejuk maupun lokasi yang memiliki pemandangan

indah seperti di pinggiran kota, pegunungan, pantai dan sebagainya. (Wikipedia

bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas :2010).

Biasanya harga penyewaan villa relatif mahal, sehingga hanya orang

berduit banyak yang membeli atau menyewa villa untuk rekreasi keluarga,

bersama saudara-saudara serta berfungsi sebagai rumah kedua disaat beristirahat

dari hiruk pikuk kegiatan rutin di kota. Villa juga banyak disewakan bagi yang

ingin beristirahat tetapi tidak memiliki tempat pribadi. Villa yang banyak diminati

adalah yang mempunyai sistim keamanan dengan penjagaan gerbang atau sistim

cluster sehingga privasi dan keamanan penghuni villa terjamin ketika menikmati

pemandangan kesejukan dan kenyamanan.

Tingkat hunian villa padat dan ramai ketika musim liburan seperti lebaran,

natal, tahun baru, imlek, idul adha dan weekend. Villa -villa banyak yang

menyediakan fasilitas hiburan seperti taman bermain anak-anak, danau

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

13

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pemancingan , taman-taman yang indah, fasilitas olahraga, sarana rekreasi dan

lainnya.

Pembangunan villa banyak berkembang di daerah puncak dan kawasan

pegunungan lainnya dikarenakan iklimnya yang sejuk dan lingkungan segar dan

mudah diakses menggunakan perjalanan mobil dari ibu kota. Di daerah puncak

terkenal dengan suhunya yang sejuk, iklim mataharinya yang hangat, jauh dari

kebisingan serta ketenangan alamnya yang indah.

B. Rencana Tata Ruang Wilayah

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan istilah yang tidak asing

didengar. Tata dapat diartikan sebagai aturan atau kaidah aturan dan susunan atau

cara menyusun. Sedangkan ruang merupakan wadah atau tempat atau lingkungan.

Menurut Mabogonjue (dalam Adisasmita, 2010:253) yang membagi tata Ruang

dalam 3 macam yaitu :

1. Ruang mutlak, merupakan wadah bagi unsur-unsur yang ada di ruang itu,

misalnya ruang permukaan bumi adalah wadah bagi benua, laut, gunung, kota

dan sebagainya.

2. Ruang relatif, jika tempat A dan B berdekatan tapi tidak ada jalan yang

menghubungkan sedangkan tempat A dan C berjauhan tetapi terdapat jalan

dan alat perangkutan, maka dikatakan bahwa jarak AC lebih mudah dijangkau

dan ruangnya relatif lebih kecil.

3. Ruang relasi, yang melibatkan unsur-unsurnya yang mempunyai relasi satu

sama lain dan saling berinteraksi, jadi ruang relasi mengandung unsur-unsur

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

14

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan atau bagian-bagian yang saling berinteraksi, sehingga jika unsur-unsur

berubah sebagai akibat interaksi ruang dikatakan bahwa ruang itu berubah.

Karena berbagai unsur terus mengadakan relasi dan interaksi, maka dikatakan

ruang relasi itu bersifat dinamis karena ruang itu terus berubah. Pengertian

ruang relasi itulah yang digunakan dalam perencanaan, sehingga perencanaan

pembangunan adalah perencanaan restrukturisasi ruang.

Menurut UU No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (dalam

Adisasmita, 2010:254), adapun batasan dan pengertian sebagai berikut :

1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang

udara, sebagai suatu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya

melakukan kegiatan serta memelihara kelangsunga hidupnya.

2. Tata Ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik

yang direncanakan maupun tidak.

3. Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang

dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Menurut Sugandi dan Murtopo 1987 (dalam Adisasmita, 2010:255),

pengertian Tata Ruang adalah :

1. Tata Ruang (dengan penekanan pada tata) adalah pengaturan susunan ruang

suatu wilayah atau daerah sehingga terciptanya persyaratan yang bermanfaat

bagi segi ekonomi, sosial, budaya dan politik yang sangat menguntungkan

bagi perkembangan di wilayah atau daerah tersebut.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

15

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Tata Ruang (dengan perkembangan ruang) adalah suatu wadah dalam segi

tiga dimensi (trimatra), yakni tinggi, lebar, dan kedalamannya yang

menyangkut bumi, air, sungai, danau, lautan, dan segala kekayaan yang

terkandung di dalamnya, udara, ruang angkasa di atasnya secara terpadu,

sehingga peruntukan dan penggunaannya serta pengolahannya mencapai

manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan

dan kesejahteraan rakyat.

Menurut Adisasmita (2010:64), “Tata Ruang adalah wujud struktural dan

pola pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak direncanakan”. Tata

ruang perlu direncanakan dengan maksud agar lebih mudah menampung

kelanjutan perkembangan kawasan yang bersangkutan.

Tata ruang dan lingkungan hidup mengandung arti yang sangat luas, tetapi

sekaligus juga juga punya konotasi sempit terbatas pada perencanaan dan

perancangan fisik semata-mata. Tata ruang kota terentang homogenitas yang kaku

seragam dan heterogenitas yang kenyal beragam (Budihardjo, 2005:3).

Asas penataan ruang menurut UU No.24 Tahun 1992 pada pasal 2 dalam

(Adisasmita 2010:256), antara lain :

1. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdayaguna,

serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan.

2. Keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum.

Berdasarkan asas tersebut maka pada pasal 3 UU No.24 Tahun 1992

disebutkan bahwa penataan ruang bertujuan :

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

16

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan

yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

2. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang ruang kawasan lindung dan

kawasan budidaya.

3. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk :

a. Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur, dan

sejahtera.

b. Mewujudkan keterpaduan dan penggunaan sumberdaya alam dan buatan

dengan memperhatikan sumberdaya manusia.

c. Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta

menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan.

d. Mewujudkan keseimbangan dan kepentingan kesejahteraan serta

keamanan.

Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan cenderung

bertindak mengoptimasi keputusan individu atau kelompoknya dan kadangkala

mengesampingkan optimasi kolektif. Perencanaan tata ruang merupakan suatu

bentuk kesepakatan publik dan mengikat sebagai suatu kontrak sosial. Kalau

kedua hal tersebut digabung, maka perencaan tata ruang adalah suatu bentuk

keputusan kolektif yang dihasilkan dari proses politik atas pilihan-pilihan alokasi

dan atau cara alokasi ruang yang ditawarkan melalui proses teknik subtantif.

Arahan pola pemanfaatan ruang daerah menurut Adisasmita, (2010:261-

263), adalah sebagai berikut :

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

17

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Kawasan sempadan pantai

Kawasan sempadan pantai diarahkan pada kawasan sepanjang pantai wilayah

daratan dan kepulauan yang termasuk dalam wilayah suatu provinsi. Arahan

pengelolaan sempadan pantai diarahkan untuk melindungi wilayah pantai

yang berada pada kawasan minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke

arah darat dari akitivitas yang dapat merusak ekosistemnya.

2. Kawasan sempadan sungai

Kawasan sempadan sungai dibagi menurut ukuran sungai, yaitu sungai besar

diberi sempadan 100 meter di kiri dan kanannya yang diukur dari tepi sungai.

Sedangkan sungai kecil diberi sempadan 50 meter di kiri dan kanannya.

Khususnya untuk sungai yang melalui daerah perkotaan (permukiman),

sempadan sungainya cukup 10-15 meter kiri kanannya. Dengan perlakukan

tertentu melalui intervensi telnologi yang tepat seperti pembangunan

tanggung beton sehingga fungsi lindungnya dapat disetarakan dengan

kawasan sempadan di atas, maka ketentuan jarak sempadan sungai seperti

tersebut di atas dapat lebih kecil.

3. Kawasan sempadan danau

Kawasan sempadan danau diarahkan dikawasan tepi danau. Kawasan

sempadan danau adalah antara 50-100 meter dari titik permukaan air ke arah

darat. Tata cara penetapan garis sempadan diberlakukan pula untuk kawasan

sekitar waduk yang telah ada dan yang direncanakan. Kegiatan budidaya yang

diperbolehkan berada di kawasan sempadan danau sepanjang tidak

mengganggu ekosistem danau.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

18

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Kawasan sekitar mata air

Kawasan sekitar mata air, yaitu sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200

meter di sekitar mata air.

5. Kawasan pertambangan

Kawasan pertambangan adalah secara teknis dapat digunakan untuk

pemutusan kegiatan pertambangan secara tidak mengganggu kelestarian

fungsi lingkungan hidup. Secara ruang apabila dikembangkan, kegiatan

pertambangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan

ekonomi sekitarnya, meningkatkan fungsi lindung, meningkatkan upaya

pelestarian kemampuan sumber daya alam, meningkatkan pendapatan

masyarakat, nasional dan daerah, menciptakan kesempatan kerja, dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

6. Kawasan industri

Pengembangan kawasan industri dapat memberikan manfaat seperti

meningkatkan produksi hasil industri dan meningkatkan daya guna investasi

yang ada di daerah sekitarnya, meningkatkan perkembangan pembangunan

masyarakat, nasional dan daerah, serta meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Pengembangan kawasan industri dikelompokkan menjadi 5 jenis

kawasan industri, yaitu industri hasil pertanian, hasil pertambangan, industri

pengolahan, industri maritim, dan industri geram.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

19

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

7. Kawasan pariwisata

Sektor pariwisata masih merupakan sektor unggulan yang diharapkan

memberikan kontribusi yang berarti bagi perekonomian di masa yang akan

datang. Arahan pengembangan obejk/kawasan wisata yang telah memiliki

prospektif baik dalam skala provinsi, nasional, maupun internasional dapat

dilaksanakan.

Arahan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya menurut

Adisasmita, (2010:263-266), diantaranya yaitu :

1. Arahan pengembangan kawasan budidaya

a. Pengembangan kawasan budidaya peternakan diarahkan pada lokasi

transmigrasi dan pusat-pusat pemukiman di perkotaan dan pedesaan.

Sasaran pengembangan sektor peternakan adalah meningkatkan produksi

dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat dan sumber bahan

makanan. Komoditas peternakan yang telah dikembangkan antara lain

jenis ternak sapi, kerbau, kambing, unggas.

b. Pengembangan kawasan budidaya perikanan sasarannya adalah

meningkatkan produksi dalam rangka memperluas kesempatan kerja,

meningkatkan pendapatan dan pembinaan sumberdaya hayati perikanan.

Strategi meningkatkan produksi perikanan adalah melalui upaya

ekstensifikasi melalui budidaya tambak ikan, udang, rumput laut dan lain

sebagainya.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

20

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Penetapatan kawasan pertambangan didasarkan pada potensi dan mutu

mineral atau bahan galian, namun belum dapat disajikan dengan rinci,

karena belum ditunjang dengan hasil eksplorasi yang memadai.

d. Pengembangan kawasan industri mencakup aneka kawasan industri kecil,

dan industri besar untuk mengolah bahan baku yang berasal dari hasil

pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan, dan hasil

hutan (agro-industri). Dengan demikian, maka strategi pengembangan

sektor perindustrian yang merupakan sektor kunci dimaksudkan untuk

meningkatkan nilai tambah terhadap produksi khususnya sumber daya

daerah setempat.

e. Pengembangan industri kecil diarahkan pada lokasi-lokasi yang sudah

ada industri kecilnya. Perkembangan tersebut dilakukan mengenai

pembangunan sentra-sentra industri yang diharapkan dapat memperluas

kesempatan kerja di pedesaan maupun perkotaan.

f. Pengembangan pariwisata diutamakan pada pariwisata dalam seperti

wisata pantai, taman laut, wisata alam hutan dan panorama alam.

2. Kebijakan pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya meliputi :

a. Kawasan budidaya perkotaan yang telah ada pengembangannya haruslah

berdasarkan pendekatan kemampuan lahan dan kesesuaian lahan bagi

pembangunan dan pengembangan fisik perkotaan. Pengembangan

kawasan permukiman selain di perkotaan juga di pedesaan diarahkan

kepada pusat-pusat pemukiman yang sudah ada.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

21

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Kawasan budidaya hutan produksi diarahkan pada peningkatan

pengelolaan hutan alam tropis yang sudah ada dengan sistem Tebang

Pilih Tanaman Indonesia (TPTI) maupun Tebang Habis dengan

Permudaan Buatan (THPB) melalui Hak Penguasaan Hutan (HPH)

maupun Hutan Tanaman Industri (HTI).

c. Kawasan budidaya hutan produksi terbatas diarahkan pada peningkatan

pengelolaan hutan alam tropis yang sudah ada pada kawasan yang

memiliki limitasi dan kendala dalam daya dukung wilayah yang sangat

terbatas dengan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) dan

pembatasan-pembatasan khusus lainnya yang berkaitan dengan masalah

pelestarian dan perlindungan sumber daya alam.

d. Kawasan budidaya pertanian bahan pangan lahan basah perlu diarahkan

pada wilayah yang memiliki kesesuaian lahan optimal serta dukungan

prasarana irigasi. Kawasan budidaya tanaman pangan lahan basah ini

dapat pada areal persawahan pasang surut. Pengembangan lahan padi

sawah dilakukan baik melalui intensifikasi maupun ektensifikasi.

e. Kawasan budidaya pertanian pangan lahan kering adalah meliputi

kawasan untuk tanaman palawija, hortikultura, atau tanaman pangan

lainnya. Adapun pengembangannya dilakukan terhadap padi ladang,

jagung, ubi-ubian jalar, dan kacang-kacangan.

f. Kawasan budidaya perkebunan diarahkan pada pengembangan tanaman

perkebunan atau tanaman tahunan perkebunan. Pengembangan

perkebunan menyatu dengan pemukiman penduduk sehingga dapat

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

22

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dilakukan usaha partisipasi dari swadaya spontanitas petani.

Pengembangan perkebunan rakyat diarahkan ke wilayah perkebunan

yang telah ada, yaitu melalui rehabilitasi, peremajaan, dan perluasan

areal di sekitar perkebunan yang sudah ada.

3. Arahan pengelolaan kawasan budidaya secara garis besar terdiri dari :

a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya dilakukan secara optimal

sesuai dengan daya dukung lingkungannya.

b. Pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang pada kawasan

budidaya yang tidak terjadi konflik kepentingan antarsektor.

4. Kebijakan pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang pada kawasan

budidaya meliputi :

a. Penetapan lokasi kegiatan pembangunan yang memerlukan tanah

diarahkan pada tanah-tanah yang kurang produktif atau tanah kosong.

b. Penetapan lokasi disesuaikan dengan kondisi fisik dan ditetapkan sesuai

dengan peraturan perundangan yang berlaku.

c. Penetapan lokasi disesuaikan melalui rapat-rapat koordinasi dengan

instansi terkait, agar tidak terjadi konflik kepentingan.

d. Tanah-tanah yang memiliki kemiringan lereng 40 % dan terletak pada

kawasan budidaya ditetapkan menjadi kawasan lindung.

e. Tanah-tanah yang memiliki kemiringan lereng 8 % - 40 %, memerlukan

terasering untuk mencegah kerusakan tanah,.

f. Lokasi-lokasi yang akan diarahkan untuk pembangunan, diprioritaskan

yang dekat dengan sarana pendukung seperti jaringan jalan.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

23

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

g. Dalam penyediaan areal untuk investor perlu disediakan areal untuk

pengembangan usaha masyarakat.

C. Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

yaitu melindungi kelestarian kemampuan lingkungan hidup yang mencakup

sumberdaya alam dan sumberdaya buatan guna kepentingan pembangunan

berkelanjutan (Adisasmita, 2010:72). Semakin terbatasnya ruang, maka untuk

menjamin terselenggaranya kehidupan dan pembangunan yang brekelanjutan dan

terpeliharanya fungsi pelestarian lingkungan, maka upaya pengaturan dan

perlindungan terhadap kawasan lindung perlu dituangkan dalam kebijakan

pengembangan pola pemanfaatan ruangnya.

Penerapan kawasan lindung pada dasarnya merupakan titik tolak dalam

pengembangan pemanfaatan ruang wilayah yang berlandaskan pada prinsip

pembangunan berkelanjutan. Pemanfaatan kawasan lindung harus diintregasikan

dengan tata ruang wilayah secara keseluruhan. Setelah kawasan lindung

ditetapkan sebagai kendala (limatasi) dalam pengembangan wilayah, barula

kemudian dapat direkomendasikan arahan kawasan budidaya produksi maupun

permukiman. Dalam konteks pembangunan daerah pemanfaatan kawasan lindung

yang ada perlu dimantapkan fungsinya karena terkait dengan kepentingan untuk

meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air dan iklim (hidrologis) pada

wilayah belakangnya.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

24

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut Undang-undang RI No. 26 tahun 2007, “Kawasan lindung adalah

kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan

hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan”. Fungsi utama

kawasan lindung adalah sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk

mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air

laut dan memelihara kesuburan. Fungsi kawasan lindung ini selain melindungi

kawasan setempat juga memberikan perlindungan kawasan di bawahnya

(Departemen Kehutanan, 1997: 233). Berdasarkan fungsinya tersebut maka

seharusnya penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah pengolahan lahan

dengan tanpa pengolahan tanah (zero tillage) dan dilarang melakukan penebangan

vegetasi hutan.

Kawasan yang dilindungi adalah kawasan atau wilayah yang dilindungi

karena nilai-nilai lingkungan alaminya, lingkungan sosial budayanya, atau karena

hal-hal lain yang serupa dengan itu. Berbagai macam kawasan yang dilindungi

terdapat di berbagai negara, sangat bervariasi baik dalam aras atau tingkat

perlindungan yang disediakannya maupun dalam undang-undang atau aturan

(internasional, nasional, atau daerah) yang dirujuknya dan yang menjadi landasan

operasionalnya. Beberapa contohnya adalah taman nasional, cagar alam, cagar

alam laut, cagar budaya, dan lain-lain.

Kawasan lindung memiliki pengertian yang lebih luas, di mana hutan

lindung tercakup di dalamnya. Keppres No 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung menyebutkan:

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

25

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

“Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam,

sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna

kepentingan pembangunan berkelanjutan.

Kawasan lindung mencakup:

“... kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan

perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai

pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan

tanah.“

Berikut ini adalah kriteria atau ciri-ciri kawasan lindung menurut Balai

Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT), diantaranya yaitu :

1. Mempunyai kemiringan lereng lebih > 45 %

2. Merupakan kawasan yang mempunyai jenis tanah sangat peka terhadap erosi

(regosol, litosol, organosol,dan renzina) dan mempunyai kemiringan lereng >

15%

3. Merupakan jalur pengaman aliran sungai sekurang-kurangnya 100 meter di

kanan kiri alur sungai

4. Merupakan pelindung mata air, yaitu 200 meter dari pusat mata air.

5. Berada pada ketinggian lebih atau sama dengan 2.000 meter diatas

permukaan laut.

6. Guna kepentingan khusus dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan

lindung.

Menurut Adisasmita (2010:73), unsur-unsur kawasan lindung terdiri dari:

1. Pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan

pengendalian pemanfaatan kawasan lindung.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

26

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam,

sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna kepentingan

pembangunan berkelanjutan.

3. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu

kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung

air hujan, menyimpan dan mengalirkannya ke danau atau ke laut secara alami,

yang batasnya di darat merupakan pemisah topografi, sedangkan di laut

sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

4. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah

banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara

kesuburan tanah.

5. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan

oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

6. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang

mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa

serta ekosistemnya.

7. Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon

yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara

maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang

berwenang.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

27

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

8. Kawasan berfungsi lindung di luar kawasan hutan lindung adalah kawasan

yang memiliki nilai perlindungan terhadap daerah bawahnya, yang tidak

selalu harus berupa hutan.

9. Kawasan resapan air adalah daerah bercurah hujan tinggi, berstruktur tanah

yang mudah meresapkan air dan mempunyai geomorfologi yang mampu

meresapkan air hujan secara besar-besaran.

10. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai

manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.

11. Sempadan sungai adalah kawasan tertentu sepanjang kiri kanan sungai,

termasuk pada sungai buatan/kanal/saluran/irigasi primer yang mempunyai

manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

12. Kawasan sekitar waduk dan situ adalah kawasan tertentu di sekeliling waduk

dan situ yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian

fungsi waduk dan situ.

13. Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang

mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata

air.

14. Tanah timbul adalah daratan yang terbetuk secara alami maupun buatan

karena proses pengendapan di sungai, danau, pantai dan/atau lahan timbul,

serta penguasaan tanahnya dikuasai negara.

15. Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya

mempunyai kekhasan tumbuhan satwa dan ekosistemnya atau ekosistem

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

28

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara

alami.

16. Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas

berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk

kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.

17. Suaka alam laut dan perairan lainnya adalah daerah yang mewakili ekosistem

khas di lautan maupun perairan lainnya, yang merupakan habitat alami yang

memberikan tempat maupun perlindungan bagi perkembangan

keanekaragaman tumbuhan dan satwa yang ada.

18. Kawasan hutan payau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat

alami hutan payau atau jenis tanaman lain yang berfungsi memberikan

perlindungan kepada keanekaragaman hayati pantai dan lautan.

19. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

asli, dilkelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan

penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata

dan rekreasi.

20. Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi

tumbuhan dan atau stwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau jenis

bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,

pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekrasi.

21. Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama

untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

29

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

22. Kawasan perlindungan plasma nutfah adalah kawasan suaka alam dan

pelestarian alam yang diperuntukan bagi pengembangan dan pelestarian

pemanfaatan plasma nutfah tertentu.

23. Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata

buru.

24. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan yang

merupakan lokasi tinggalan budaya manusia dan benda alam yang

mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan,

pengembangan dan pemnafaatan.

25. Kawasan konservasi lingkungan geologi adalah lahan yang mempunyai ciri

geologi unik/khas, langka dan atau mempunyai fungsi ekologis yang berguna

bagi kehidupan dan penunjang pembangunan berkelanjutan dan atau

mempunyai nilai ilmiah tinggi untuk pendidikan.

26. Kawasan rawan bencana gunung berapi adalah kawasan yang sering atau

berpotensi tinggi mengalami bencana akibat letusan gunung berapi.

27. Kawasan rawan gempa bumi adalah kawasan yang pernah terjadi dan

diidentifikasi mempunyai potensi terancam bahaya gempa baik gempa bumi

tektonik maupun vulkanik.

28. Kawasan rawan gerakan tanah adalah kawasan yang berdasarkan kondisi

geologi dan geografi dinyatakan rawan longsor atau kawasan yang

mengalami kejadian longsor dengan frekuensi cukup tinggi.

29. Kawasan rawan banjir adalah daratan yang berbentuk flat, cekungan yang

sering atau berpotensi menerima aliran air permukaan yang relatif tinggi dan

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

30

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tidak dapat ditampung oleh drainase atau sungai, sehingga melimpah ke

kanan dan ke kiri serta menimbulkan masalah yang merugikan manusia.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor menetapkan pola

ruang kawasan lindung yang terdiri dari kawasan yang berfungsi lindung di dalam

kawasan hutan dan kawasan yang berfungsi lindung di luar kawasan hutan.

Adapun kawasan lindung yang berfungsi lindung di luar kawasan hutan terdiri

dari kawasan lindung lainnya di luar kawasan hutan, yang menunjang fungsi

lindung, sedangkan yang termasuk ke dalam kawasan yang berfungsi lindung di

dalam kawasan hutan diantaranya yaitu :

1. Hutan Lindung

Pengertian hutan lindung kerap dipertukar-tukarkan dengan kawasan

lindung dan kawasan konservasi pada umumnya. Kawasan konservasi, atau yang

juga biasa disebut sebagai kawasan yang dilindungi (protected areas), lazimnya

merujuk pada wilayah-wilayah yang didedikasikan untuk melindungi kekayaan

hayati seperti halnya kawasan-kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam

sebagaimana dimaksud oleh UU No 5/1990. Jadi, kawasan konservasi fungsinya

jelas berbeda dengan hutan lindung.

Pengertian hutan lindung menurut pasal 1 angka (7) UU Nomor 41 Tahun

1999 dan UU Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan, yakni kawasan hutan

yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan

untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi

air laut dan memelihara kesuburan tanah.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

31

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut Arief (1993:105), “hutan lindung adalah kawasan hutan yang

dikelola untuk kepentingan perlindungan lingkungan dari bahaya banjir dan erosi,

serta untuk mengusahakan kesuburan tanah dan pengaturan tata air”. Hutan

lindung terdiri dari berbagai jenis pohon yang mempunyai tajuk rapat sehingga

tanah dapat terlindung dari sinar matahari. Tajuk inilah yang akan menahan

turunnya air hujan supaya tidak memukul tanah secara langsung sehingga erosi

permukaan tanah bisa dicegah. Hal ini akan memberikan kesempatan pada air

untuk meresap ke dalam tanah dan mengalir sebagai air tanah yang dikeluarkan

perlahan-lahan sebagai mata air. Di samping itu, sebagai pelindung bangunan vital

seperti waduk, mata air dan lain-lain. Dengan demikian, hutan lindung ini tidak

dapat begitu saja ditebang tetapi harus diadakan seleksi guna mempertahankan

simpanan air.

Sedangkan menurut Adisasmita, (2010:77), “Kawasan hutan lindung

adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan

perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun bawahnya sebagai pengatur tata

air, pencegahan banjir, dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah”. Adapun

tujuan perlindungan dari kawasan hutan lindung adalah mencegah terjadinya erosi

atau sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologik tanah sehingga menjamin

ketersediaan unsur hara, air dan air permukaan. Fungsi lainnya yaitu untuk

mencegah terjadinya erosi tanah pada kawasan dengan kelerangan yang terjal.

Melindungi ekosistem subtropis.

Hutan lindung (protection forest) adalah kawasan hutan yang telah

ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi,

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

32

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

agar fungsi-fungsi ekologisnya terutama menyangkut tata air dan kesuburan tanah

tetap dapat berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh masyarakat di sekitarnya. Hal

ini sesuai dengan Undang-undang RI No 41/1999 tentang Kehutanan

menyebutkan:

“Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata

air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan

memelihara kesuburan tanah.“

Adapun kriteria kawasan hutan lindung menurut Kepres No. 32 Tahun

1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (dalam Adisasmita, 2010:77), maka

kriteria kawasan lindung diantaranya :

1. Kawasan yang mempunyai skor lebih dari 175 menurut Sk Menteri Pertanian

No. 837/Kpts/Um/11/1980.

2. Kawasan yang mempunyai kemiringan lereng lapangan rata-rata lebih dari

45%.

3. Kawasan yang mempunyai ketinggian 2000 meter atau lebih di atas

permukaan laut.

4. Kawasan yang memiliki jenis tanah sangat peka terhadap erosi, yaitu jenis

tanah dengan nilai 5 (regosol, litosol, organosol, dan renzina) dan memiliki

kemiringan dengan kelas lereng lebih besar dari 15 %.

5. Guna keperluan khusus ditetapkan oleh Menteri kehutanan sebagai hutan

lindung.

Dari pernyataan di atas tersirat bahwa hutan lindung dapat ditetapkan di

wilayah hulu sungai (termasuk pegunungan di sekitarnya) sebagai wilayah

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

33

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tangkapan hujan (catchment area), di sepanjang aliran sungai jika dianggap perlu,

di tepi-tepi pantai (misalnya pada hutan bakau), dan tempat-tempat lain sesuai

fungsi yang diharapkan. Hutan lindung mempunyai peranan yang penting dan

strategis bagi kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya.

2. Hutan Konservasi

Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang

mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

ekosistemnya. Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan dimana

konservasi sumber daya alam hayati dilakukan. Adapun pengertian kawasan

konservasi yang ditemukan dan digunakan oleh Direktorat Jenderal Perlindungan

Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Departemen Kehutanan adalah “kawasan

yang ditetapkan sebagai kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, taman

buru dan hutan lindung”. Sedangkan menurut UU No 41/1999, kawasan

konservasi atau hutan konservasi yakni kawasan hutan negara dengan ciri khas

tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan

dan satwa serta ekosistemnya.

Kawasan konservasi merupakan salah satu cara yang ditempuh pemerintah

untuk melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dari kepunahan.

Pengelolaan dan pengembangan kawasan konservasi ditujukan untuk

mengusahakan kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga

dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu

kehidupan manusia. Oleh karenanya keberadaan fungsi-fungsi keanekaragaman

hayati tersebut sangatlah penting.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

34

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kawasan hutan lindung dan kawasan hutan konservasi sangat penting

perannya bagi kelangsungan hidup mahluk hidup terutama manusia. Apabila

terjadi kerusakan pada kawasan hutan lindung dan kawasan hutan konservasi

maka akan terjadi ketidakseimbangangan lingkungan.

Menurut Undang-undang No 41 / 1999 dan pasal 2 UU No. 41 tahun 1999

tentang kehutanan, kawasan konservasi terdiri dari :

a. Kawasan hutan Suaka Alam

Kawasan hutan Suaka Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu,

yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan

keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga

berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan (Peraturan

Pemerintah RI No 68 tahun 1998) . Menurut Kepres No. 32 Tahun 1990

tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (dalam Adisasmita, 2010:79),

“Kawasan suaka alam adalah kawasan yang mewakili ekosistem khas

yang merupakan habitat alami yang memberikan perlindungan bagi

perkembangan flora dan fauna yang khas dan beranekaragam”. Adapun

tujuan perlindungannya yaitu untuk melindungi keanekaragaman biota,

jenis ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma

nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.

Sedangkan menurut Arief, Arifin (1993:106), hutan suaka alam adalah

kawasan hutan yang karena sifat khasnya diperuntukan secara khusus

bagi perlindungan dan pelestarian tipe-tipe ekosistem tertentu guna

menjamin stabilitas alam hayati dan menjamin sumber plasma nutfah

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

35

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(genetic resources) yang cukup bagi perkembangan flora dn fauna

secara alami. Hutan ini biasanya dikelola untuk tujuan penelitian.

Kawasan hutan suaka alam terdiri dari :

1) Cagar Alam

Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri

kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu

yang perlu dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan

kebudayaan dan perkembangannya berlangsung secara alami. Sesuai

dengan fungsinya, cagar alam dapat dimanfaatkan untuk penelitian

dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata alam

terbatas, dan kegiatan penunjang budidaya. Suatu kawasan ditunjuk

sebagai kawasan Cagar Alam, apabila telah memenuhi kriteria

sebagai berikut :

a) mempunyai keanekragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe

ekosistem;

b) mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya;

c) mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih

asli dan tidak atau belum diganggu manusia;

d) mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang

pengelolaan yang efektif dan menjamin berlangsungnya proses

ekologis secara alami;

e) mempunyai ciri khas potensi, dan dapat merupakan contoh

ekosistem yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi;

dan atau

f) mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta

ekosistemnya yang langka atau yang keberadaannya terancam

punah.(Pasal 8 PP No. 68 Th. 1986)

2) Suaka Margasatwa

Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri

khas berupa keanekaragaman dn atau keunikan jenis satwa bagi ilmu

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

36

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengetahuan dan kebudayaan dan kebanggaan nasional yang untuk

kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap

habitatnya. Sesuai dengan fungsinya, cagar alam dapat dimanfaatkan

untuk penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan,

wisata alam terbatas, kegiatan penunjang budidaya.

Suatu kawasan ditunjuk sebagai Kawasan Suaka Margasatwa apabila

telah memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari jenis satwa

yangperlu dilakukan upaya konservasinya;

b) memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi;

c) merupakan habitat dari suatu jenis satwa langka dan atau

dikhawatirkan akan punah;

d) merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran

tertentu; dan atau

e) mempunyai luas yangcukup sebagai habitat jenis satwa yang

bersangkutan. (Pasal 9 PP No. 68 Th. 1986)

b. Kawasan hutan Pelestarian Alam

Kawasan hutan Pelestarian Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu,

yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga

kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa,

serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya. Kawasan hutan Pelestarian Alam terdiri dari :

1) Taman Nasional

Menurut Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung (dalam Adisasmita, 2010:80), „Taman nasional adalah

kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang

dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan,

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

37

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pariwisata, rekreasi dan pendidikan‟.Taman Nasional adalah

kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola

dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian,

ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan dan

atau satwa, pariwisata dan rekreasi. Pengelolaan Kawasan Taman

Nasional dilakukan oleh Pemerintah. Suatu kawasan ditunjuk

sebagai Kawasan Taman Nasional, apabila telah memenuhi kriteria

sebagai berikut:

a) kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk

menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami;

b) memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis

tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang

masih utuh dan alami;

c) memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;

d) memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan

sebagai pariwisata alam;

e) merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona

pemanfaatan, zona rimba dan zona lain yang karena pertimbangan

kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk

sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan

sebagai zona tersendiri. (Pasal 31 PP No. 68 Th. 1986)

Pengelolaan taman nasional dapat memberikan manfaat antara

lain :

a) Ekonomi, dapat dikembangkan sebagai kawasan yang mempunyai

nilai ekonomis, sebagai contoh potensi terumbu karang

merupakan sumber yang memiliki produktivitas dan

keanekaragaman yang tinggi sehingga membantu meningkatkan

pendapatan bagi nelayan, penduduk pesisir bahkan devisa Negara.

b) Ekologi, dapat menjaga keseimbangan kehidupan baik biotik

maupun abiotik di daratan maupun perairan.

c) Estetika, memiliki keindahan sebagai objek wisata alam yang

dikembangkan sebagai usaha pariwisata alam/bahari.

d) Pendidikan dan penelitian, merupakan objek dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

38

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

e) Jaminan Masa Depan, keanekaragaman sumber daya alam

kawasan konservasi baik di darat maupun di perairan memiliki

jaminan untuk dimanfaatkan secara batasan bagi kehidupan yang

lebih baik untuk generasi kini dan yang akan datang.

Kawasan taman nasional dikelola oleh pemerintah dan dikelola

dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan

satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman nasional dikelola

berdasarkan suatu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan

kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya.

Rencana pengelolaan taman nasional sekurang-kurangnya memuat

tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya

perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan.

2) Taman Hutan Raya

Menurut Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung (dalam Adisasmita, 2010:80), „ Taman Hutan Raya adalah

kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk tujuan

koleksi tumbuhan dan atau satwa alami atau buatan, jenis aali dan

atau bukan asli, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan,

kebudayaan, pariwisata dan rekreasi‟. Taman Hutan Raya adalah

kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau

satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan jenis asli

yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,

pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan dan atau satwa, budaya,

pariwisata dan rekreasi. Pengelolaan Kawasan Taman Hutan Raya

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

39

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dilakukan oleh Pemerintah. Sesuai dengan fungsinya, taman hutan

raya dapat dimanfaatkan untuk penelitian dan pengembangan, ilmu

pengetahuan, pendidikan, kegiatan penunjang budidaya, pariwisata

alam dan rekreasi dan pelestarian budaya. Suatu kawasan ditetapkan

sebagai Kawasan Taman Hutan Raya, apabila telah memenuhi

kriteria sebagai berikut :

a) merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan,

baik pada kawasan yang ekosistemnya sudah berubah;

b) memiliki keindahan alam dan atau gejala alam;

c) mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk

pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa, baik jenis asli

atau bukan asli.

3) Taman Wisata Alam

Menurut Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung (dalam Adisasmita, 2010:80), „ Taman Wisata Alam adalah

kawasan pelestarian alam di darat maupun di laut yang terutama

dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan

utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi

alam. Pengelolaan Kawasan Taman Wisaha Alam dilakukan oleh

Pemerintah. Sesuai dengan fungsinya, taman wisata alam dapat

dimanfaatkan untuk pariwisata alam dan rekreasi, penelitian dan

pengembangan, pendidikan dan kegiatan penunjang budaya. Suatu

kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Alam, apabila

telah memenuhi kriteria sebagai berikut :

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

40

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a) mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau

ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik;

b) mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi

dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi

alam;

c) kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya

pengembangan pariwisata alam.

c. Taman Buru

Taman Buru adalah kawasan hutan yang didalamnya terdapat potensi

satwa buru dan di tetapkan sebagai tempat wisata berburu secara

teratur. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.13 Tahun 1994 tentang

perburuan satwa buru, jenis kegiatan berburu di Indonesia digolongkan

menjadi : berburu untuk keperluan olahraga dan trofi, berburu

tradisional, dan berburu untuk keperluan lain-lain.

Cakupan kawasan lindung sangat luas, seperti yang termuat dalam

Keppres No 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (dalam

Adisasmita, 2010:76-83), diantaranya yaitu :

1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya, yang

terdiri dari :

a. Kawasan hutan lindung

Hutan yang ditujkan untuk menjalankan fungsi-fungsi lingkungan,

khususnya untuk memelihara tutupan vegetasi dan stabilitas tanah di

lereng-lereng curam dan melindungi Daerah Aliran Sungai (DAS).

b. Kawasan bergambut

Kawasan bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk

tanahnya sebagian besar sisa-sisa bahan organik yang tertimbun

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

41

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dalam waktu lama. Kawasan bergambut ditetapkan dengan kriteria

ketebalan gambut tiga meter atau lebih terletak di hulu sungai atau

rawa. Perlindungan terhadap kawasan bergambut dilakukan untuk

mengendalikan hidrologi wilayah, yang berfungsi sebagai penambat

air dan pencegah banjir serta melindungi ekosistem yang khas di

kawasan yang bersangkutan (Keppres No.32 Tahun 1990 dan PP

No.47 Tahun 1997). Ciri-ciri spesifik ekosistem kawasan bergambut

adalah memiliki potensi alami yang sangat peka terhadap setiap

sentuhan pembangunan yang merubah pengaruh perilaku air (hujan,

air sungai dan air laut). Kawasan ini juga besifat terbuka untuk

menerima dan meneruskan setiap material (slurry) yang terbawa

dalam air, baik bersifat hara mineral, zat atau bahan berat maupun

energi lainnya. Selain itu, kawasan ini berperan sangat penting dalam

mengatur keseimbangan hidup setiap ekosistem darat di hulu dan

sekitarnya serta setiap ekosistem kelautan di hilirnya (Kepmen LH

No 5 Tahun 2000).

c. Kawasan resapan air

Menurut Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung (dalam Adisasmita, 2010:78), „Kawasan Resapan Air

adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk

meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi

(akuifer) yang berguna sebagai sumber air‟.

2. Kawasan perlindungan setempat

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

42

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Sempadan pantai

Menurut Undang-Undang No.27/2007 tentang pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menyatakan bahwa sempadan pantai

adalah daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional

dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, serta berjarak minimal 100

meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

b. Sempadan sungai

Sempadan Sungai yaitu kawasan sepanjang kanan kiri sungai

termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang

mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian

fungsi sungai. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990

ditetapkan bahwa sempadan sungai sekurang-kurangnya 100 meter

di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan kiri anak sungai

yang berada di luar permukiman. Untuk sungai di kawasan

permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup

untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.

c. Kawasan sekitar danau/waduk

Menurut Keppres RI No 32 Tahun1990 tentang pengelolaan kawasn

lindung, pasal 18 menyatakan bahwa kawasan lindung sekitar danau

atau waduk adalah daratan sepanjang tepi danau/waduk yang

lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau.waduk

antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

43

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

d. Kawasan sekitar mata air

Kawasan sekitar mata air yaitu kawasan disekeliling mata air yang

mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian

fungsi utama air. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor

837/Kpts/Um/1980 ditetapkan bahwa pelindung mata air ditetapkan

sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekeliling mata air.

3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya

a. Kawasan suaka alam

Kawasan hutan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas

tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi

pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan

stwa serta ekosistem yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem

penyangga kehidupan.

b. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya

Menurut Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung (dalam Adisasmita, 2010:79) „ Daerah merupakan daerah

perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan

karang dan atol yang memiliki ciri khas berupa keragaman dan atau

keunikan ekosistem‟.

c. Kawasan pantai berhutan bakau

Menurut Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung (dalam Adisasmita, 2010:79), „ Pantai berhutan bakau

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

44

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan

bakau (mangrove) yang berfungsi memberikan perlindungan kepada

perikehidupan pantai dan lautan‟.

d. Taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan

untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

penunjang budidaya tumbuhan dan atau satwa, pariwisata dan

rekreasi. Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk

tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan

alami, jenis asli atau bukan jenis asli yang dimanfaatkan bagi

kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang

budidaya tumbuhan dan atau satwa, budaya, pariwisata dan rekreasi.

Sedangkan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam

dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan

pariwisata dan rekreasi alam.

e. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yaitu tempat serta

ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan

kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai nilai

tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. (Keputusan Presiden

No. 32 tahun 1990). Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk

melindungi budaya kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

45

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sejarah, bangunan arkeologi dan monumen nasional dan

keanekaragaman bentukan geologi yang berguma untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang

disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.

4. Kawasan rawan bencana

Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,

hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan

teknologi pasa satu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang

mengurangi kemampuan mencegah, merendam, mencapai kesiapan, dan

mengurangi kemapuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

Kawasan rawan bencana berarti suatu kawasan atau daerah yang

disinyalir atau memiliki potensi rawan akan bencana.

Pengertian hutan erat kaitannya dengan proses-proses yang saling

berhubungan seperti berikut :

a. Hidrologis, artinya hutan merupakan gudang penyimpanan air dan tempat

penyerapan air hujan maupun embun yang pada ahirnya akan mengalirkannya

ke sungai-sungai yang memiliki mata air di tengah-tengah hutan secara

teratur menurut irama alam. Hutan juga berperan untuk melindungi tanah dari

erosi dan adur unsur haranya.

b. Iklim, artinya komponen ekosistem alam yang terdiri dari unsur-unsur hujan

(air), sinar matahari (suhu), angin dan kelembaban yang sangat

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

46

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan bumi, terutama iklim

makro maupun mikro.

c. Kesuburan tanah, artinya tanah hutan merupakan pembentuk humus utama

dan penyimpanan unsur-unsur mineral bagi tumbuhan lain. Kesuburan tanah

sangat ditentukan oleh faktor-faktor seperti janis batu induk yang

membentuknya, kondisi selama proses dalam proses pembentukan, tekstur

dan struktur tanah yang meliputi kelembaban, suhu dan air tanah, topografi

wilayah, vegetasi dan jasad-jasad hidup. Faktor-faktor inilah yang kelak

menyebabkan terbentuknya bermacam-macam formasi hutan dan vegetasi

hutan.

d. Keanekaragaman genetik, artinya hutan memiliki kekayan dari berbagai jenis

flora dan fauna. Apabila hutan tidak diperhatikan dalam pemanfaatan dan

kelangsungannya, tidaklah mustahil akan erjadi erosi genetik. Hal ini terjadi

karena hutan semakin berkurang habitatnya.

e. Sumber daya alam, artinya hutan mampu memberikan sumbangan hasil alam

yang cukup besar bagi devisa negara, terutama di bidang industri. Selain itu

hutan juga memberikan fungsi kepada masyarakat sekitar hutan sebagai

pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain kayu juga dihasilkan bahan lain

seperti damar, kopal, gondorukem, terpentin, kayu putih dan rotan serta

tanaman obat-obatan.

f. Wilayah wisata alam, artinya hutan mampu berfungsi sebagai sumber

inspirasi, keagungan Tuhan Yang Maha Esa, nilai estetika, etika dan

sebagainya (Arif, 1994:4)

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

47

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sedangkan pengertian hutan yang spesifik akan diberikan tersendiri

sesuai dengan keadaan, kebutuhan serta kegunaannya, misalnya hutan lindung,

hutan produksi, hutan pariwisata, dan lain-lain. Jika dilihat dari corak ekologis,

hutan di Indonesia dibedakan seperti yang dijelaskan pada tabel 2.3berikut ini :

Tabel 2.1

Hutan dilihat Berdasar Corak Ekologis di Indonesia

No Jenis Hutan Dalam % dari luas hutan dan daerah

Jawa Luar jawa

1. Hutan hujan primer 6 70

2. Hutan sekunder - 15

3. Hutan laut 2 1

4. Hutan rawa 0 13

5. Hutan jati 30 0

6. Hutan tanaman kayu liar 9 0

7. Hutan campuran 50 0

8. Hutan gugur daun 3 1

Sumber : Tohir dalam (Arief, 1985:6)

Dari tabel 2.1 dapat dijelaskan bahwa jenis hutan di pulau Jawa yang

menduduki peringkat pertama adalah hutan jati sedangkan jenis hutan luar pulau

Jawa yang menduduki peringkat pertama adalah hutan hujan primer.

Hutan merupakan suatu ekosistem natural yang telah mencapai

keseimbangan klimaks dan merupakan komunitas tumbuhan paling besar yang

berkemampuan untuk pulih kembali dari perubahan-perubahan yang dideritanya,

sejauh hal tersebut tidak melampaui batas-batas yang ditelerir. Sebagai ilmu,

hutan dibagi dalam beberapa daerah yakni bagian atas tanah yang meliputi tajuk-

tajuk pepohonan, batang kayu dan tumbuhan bawah; bagian permukaan tanah

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

48

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang meliputi semak, rumput-rumputan dan serasah yang sering disebut lantai

hutan (forest floor) yang terdiri dari tumpukan daun, ranting, bunga dan buah;

serta bagian dalam tanah yang meliputi akar dari semua vegetasi.

Dengan adanya hal tersebut, maka ekologi hutan adalah bagian dari

ekologi tumbuhan yang terutama berhabitat daratan dan yang mempelajari

masyarakat atau ekosistem hutan di bidang autoekologi dan synekologi. Adapun

yang disebut autoekologi yaitu ilmu yang khusus mempelajari ekologi suatu jenis

pohon atau tumbuha-tumbuhan terhadap pengaruh suatu faktor lingkungan atas

kehidupan pohon atau tumbuh-tumbuhan tersebut. Seperti layaknya sebuah siklus

hidup, adaptasi lingkungan akan terjadi pula di sini. Sedangkan synekologi

adalah ilmu yang dikhususkan untuk mengkaji seluk-beluk ekologi atau ekosistem

tentang pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan produksi hutan.

Tabel 2.2

Pembagian Peruntukan Hutan di Indonesia Menurut Tata Guna Hutan

No Peruntukan Luas % Daratan Indonesia

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Hutan lindung

Hutan suaka alam dan wisata

Hutan produksi terbatas

Hutan produksi tetap

Hutan produksi konversi

Areal penggunaan lain-lain

30.316,1

18.725,2

30.525,3

33.866,6

30.537,4

49.101,1

15,70

9,70

15,81

17,54

15,61

25,64

Luas daratan Indonesia 193.071,7 100,00

Sumber : Arief, 1993

Dari tabel 2.2 dapat dijelaskan bahwa hutan di Indonesia sudah

difungsikan atau diperuntukan sesuai kebutuhan menurut Tata Guna Hutan,

seperti hutan lindung, hutan suaka alam dan wisata, huta produksi terbatas, hutan

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

49

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

produksi tetap, hutan produksi konversi dan areal penggunaan lain berdasarkan

luas wilayah Indonesia.

Fungsi hutan secara luas diantaranya yaitu :

a. Hutan lindung, yang menjaga kelesatarian tanah dan tata air wilayah.

b. Suaka alam, yang melesatrikan kehidupan tumbuhan dan hewan langka,

sekaligus untuk pengembangan ilmu, kepentingan kebudayaan, estetika, dan

juga rekreasi.

c. Hutan produksi, yang menghasilkan kayu-kayu dan non-kayu, seperti hasil

industri kayu yang disamak serta obat-obatan (Arif, Arifin 1994:4).

Walaupun demikian, fungsi utama hutan tidak akan pernah berubah, yakni

untuk menyelenggarakan keseimbangan oksigen dan karbon dioksida serta untuk

mempertahankan kesuburan tanah, keseimbangan tata air wilayah dan kelestarian

daerah dari bahaya erosi.

Hutan memberikan pengaruh pada sumber alam lain melalui 3 faktor yang

berhubungan, yakni iklim, tanah dan pengadaan air di berbagai wilayah. Apapun

bentuk yang dimiliki hutan, pada hakikatnya hutan selalu merupakan

“pengenjawantahan sementara” dari kelima unsur pokok pembentuknya. Kelima

unsur pokok tersebut adalah bumi (tanah), air, alam hayati, udara dan sinar

matahari. Tanpa adanya salah satu dari unsur-unsur tersebut secara mutlak

mengakibatkan tidak adanya hutan. Sebaliknya, apabila hutan ditebang, pengaruh

hutan dan belukar terhadap iklim mikro amat terasa, yaitu pohon-pohon semakin

tidak mampu mengurangi kecepatan angin sehingga akan mengurangi penguapan

air dari tumbuhan (transpirasi). Hutan juga dapat berpengaruh terhadap struktur

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

50

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tanah, erosi dan pengadaan air di lereng-lereng. Adanya sampah-sampah pohon

(serasah) dalam hutan hasil rontokan bagian-bagian pohon yang menutupi lantai

hutan akan mencegah rintikan-rintikan air hujan untuk langsung jatuh ke

permukaan tanah dengan tekanan yang kersa. Tanpa sampah, tanah akan

terpadatkan oleh air hujan, sehingga daya serapnya akan berkurang. Di Jepang,

pengambilan serasah hutan mengakibatkan menurunnya laju peresapan air secara

nyata di semua horison tanah. Hal ini sekali lagi mengukuhkan fungsi serasah

yang telah di kenal, yaitu sebagai penyimpanan air sementara yang secara

berangsur akan melepaskannya ke tanah bersama dengan bahan organik berbentuk

zarah yang larut, memperbaiki struktur tanah, dan menaikkan kapasitas peresapan

(Arif, 1994:8).

Tabel 2.3

Fungsi Hutan Berdasarkan Ekologi, Manfaat, Industri dan Lain-lain

Ekologi Manfaat langsung Industri Lain-lain

1. Penyangga

keseimbangan

ekosistem

2. Perlindungan

kehidupan alam

3. Proteksi daerah

aliran air

4. Pengendali erosi

5. Penyimpanan

cadangan air

6. Penyerap CO2 dll

7. Penghasil O2 dan

kesegaran

umumnya

8. Kesuburan tanah

1. Makanan

langsung (buah,

buruan, sagu)

2. Bahan obat dan

penyegar

3. Kayu bakar

4. Bahan arang

5. Kayu bangunan

6. Bahan tenunan

(serat, ulat

sutera)

7. Pemeliharaan

lebah (madu)

1. Industri kayu

2. Industri farmasi

(obat penyegar,

kosmetik, dsb)

3. Industri kertas

4. Getah (karet)

5. Residu (mentol,

terpentin)

6. Minyak

(cengkeh, kayu

putih dst)

1. Estetik

2. Rekreasi

3. Spiritual

4. Olahraga

5. Cinta

alam

6. Sejarah

7. Sosial

budaya

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

51

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sumber : Tabulasi hasil modifikasi Soerjani, 1990 dari Myer (dalam Arief,

1994:9)

Dari tabel 2.3 dapat dijelaskan bahwa hutan memiliki fungsi baik sebagai

fungsi ekologi, manfaat langsung, industri dan lain sebaginya. Jika dilihat secara

seksama, hutan yang berfungsi ekologi sangatlah penting karena untuk kebutuhan

hajat hidup orang banyak, bukan untuk kepentingan pribadi. Jadi apabila

mengalami kerusakan dan tidak berfungsi ekologi maka akan mengganggu

keseimbangan lingkungan dan akan berdapakn bagi manusia, hewan dan

tumbuhan serta lingkungan disekitarnya bahkan dapat mempengaruhi secara

global.

Dengan adanya hal tersebut, apabila hutan ditebang habis, air mengalir

deras membawa partikel tanah permukaan, kemudian tercampur menjadi lumpur.

Peristiwa tersebut sekaligus menutup pori-pori tanah permukaan sehingga air

hujan berikutnya banyak yang mengalir ke sepanjang lereng karena sebagai akibat

dari berkurangnya daya serap tanah.

D. Kondisi Ekologis

Menurut Arief (1993:1), “Ekologi adalah ilmu yang mempelajari

hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya”. Pengertian

ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Soemarwoto (2004:22), bahwa “Ekologi

adalah ilmu tentang hubungan timbal balik mahluk hidup dengan lingkungan

hidupnya”. Berdasarkan lingkungan atau habitat, ekologi dibedakan atas ekologi

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

52

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

marine, air tawar, daratan dan estuarine. Sedangkan berdasarkan taksonomi

dibedakan atas tumbuhan, vertebrata, insekta, mikroba dan lebih banyak lagi.

Adapun ekologi sendiri mencakup suatu keterkaitan antara segenap unsur

lingkungan hidup yang saling mempengaruhi, seperti tumbuhan dengan sinar

matahari, tanah dengan air, yang pada umumnya dikatakan sebagai hukum alam

yang berimbang (Natural Balance), dan biasa disebut ekosistem.

Ada beberapa definisi ekologi menurut beberapa para ahli, diantaranya

yaitu :

1. Naughton dan Larry (dalam Siahaan, 2004:20), „Ekologi adalah ilmu

pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya‟.

2. Haeckel (Siahaan, 2004:20), mengemukakan bahwa „Ilmu ekologi diartikan

sebagai keseluruhan pengetahuan yang berhubungan dengan relasi atau kaitan

secara total antara organisme dengan lingkungannya yang bersifat organik

maupun anorganik‟.

3. Irwan, 1992 dan Resosoedarmo, 1986 (dalam Indriyanto, 2005:2), „ istilah

ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat

tinggal atau tempat hidup atau habitat, dan logos yang berarti ilmu, telaah, studi,

atau kajian‟. Oleh karena itu, secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang mahluk

hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang tempat tinggal mahluk hidup.

4. Soerianegara dan Indrawan, 1982 (dalam Indriyanto, 2005:2), „ekologi adalah

ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik mahluk hidup dengan

lingkungannya.

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

53

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5. Irwan, 1992 (dalam Indriyanto, 2005:2), „ ekologi adalah ilmu pengetahuan

mengenai hubungan organisme dengan lingkungannya‟. Dapat juga didefinisikan

bahwa ekologi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan

terhadap mahluk hidup. Bahkan Irwan, ada yang mengemukakan bahwa ekologi

adalah ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara tumbuhan, binatang, dan

manusia dengan lingkungan tempat mereka hidup; bagaimana kondisi

kehidupannya, dan mengapa mereka ada dan hidup di lingkungan tersebut.

6. Kandeigh, 1980 (dalam Indriyanto, 2005:2), „ ekologi adalah ilmu yang

mempelajari hubungan timbal balik antara organisme yang satu dengan organisme

yang lain serta lingkungannya‟.

7. Odum, 1993 (dalam Indriyanto, 200:3), „ ekologi adalah suatu studi tentang

struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya‟.

Dalam pembicaraan masalah-masalah lingkungan hidup, sringkali kita

menemukan kata-kata secara ekologi, pengertian ekologis, kerusakan ekologis,

tata ekologis dan sebagainya. Ini semua tidak lain bahwa hal-hal yang

berhubungan dengan lingkungan hidup dibicarakan dalam kaitan teoritis, dalam

konteks yang mendekati konsep-konsep ilmu pengetahuan ekologi (Siahaan,

2004:20).

Dipandang dari sudut ekologis, perladangan hutan (terutama yang

berpindah) mengganggu keseimbangan ekologis, sehingga struktur dan fungsinya

berubah, humus menjadi hilang, mata air berkurang, banjir dimusim penghujan,

dan kekeringan dimusim kemarau. Banjir yang membawa lumpur akan menutupi

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

54

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ruang-ruang tanah yang mengakibatkan tanaman rusak dan mati. Lumpur yang

terbawa banjir di satu pihak memang bermanfaat karena membawa kesuburan,

tetapi kerusakan yang diitmbulkan oleh banjir justru banyak membawa

kesengsaraan. Dapat diduga bahwa sebagian besar hutan dan semak yang

sekarang masih terdapat di banyak kawasan yang menderita akan musnah dalam

waktu dua dasawarsa lagi, atau setidak-tidaknya hutan ini akan rusak. Sedangkan

penghijauan alamiah atau pemulihan hutan yang terdegradasi mempunyai peluang

yang sangat kecil walaupun tekanan eksploitasi telah berhenti.

Apabila keadaan ini tidak segera diatasi seintensif mungkin dengan cara

permudaan pohon dan pemberian unsur hara seimbang, maka akan timbul tanah

kritis yang ditandai oleh munculnya vegetasi alang-alang. Perladangan tersebut

akan mengakibatkan terjadinya disklimaks yang menimbulkan padang alang-alang

karena vegetasi tersebut tidak lagi digantikan oleh vegetasi lain dan pohon yang

ditebang justru akan menghidupkan tumbuh-tumbuhan yang intoleran terhadap

sinar matahari. Hal ini akan mematikan tumbuh-tumbuhan yang toleran terhadap

sinar matahari, sedangkan biji-biji dari pohon yang ditebang masih belum mampu

untuk tumbuh.

Penebangan hutan secara umum sudah diketahui dampaknya, baik dampak

awal maupun langsung. Adapun dampak tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengurangi perlindungan, termasuk pada tajuk pohon, tajuk tingkat

bawah dan serasah, dimana akibatnya tetesan air hujan lebih besar dan

permukaan tanah menjadi gundul.

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

55

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Mengubah sifat-sifat tanah, termasuk pemadatan, lepasnya butir-butir

tanah, hilang bahan organik, adanya penolakan air, berkurangnya

peresapan air, dan semakin mudahnya pengikisan tanah.

3. Mengurangi transpirasi, meningkatkan gerakan udara dan menguba

suhu, di mana hal ini akan mampu mengubah evapotranspirasi yang

biasanya menjadi berkurang.

4. Mengurangi massa perakaran dengan menurunkan daya rekat tanah.

Hal ini tidak begitu berpengaruh etrhadap jenis-jenis pohon yang

tumbuh berdekatan membentuk rumpun.

5. Menghilangkan fungsi menangkap air pada saat hutan berkabut. Yang

berarti presifitasi efektf di tempat juga berkurang.

Sementara itu, permintaan akan air juga akan semakin meningkat dengan

adanya irigasi, industri, air minum, rekreasi dan lain-lain. Jumlah penduduk yang

memerlukan air terus bertambah, sedangkan penyediaan air tetap dan kemampuan

alam menahan air semakin berkurang. Kebutuhan air setiap orang di Jawa dan

Madura saja telah mencapai 520 m3/th/orang, sedangkan penggunaan selama ini

yang sebesar 30% berasal dari konsumsi cadangan. Menurut para ahli, laju

pertumbuhan permintaan akan air yang berhadapan dengan menurunnya

kemampuan bumi menyerap air lama-kelamaan akan mengakibatkan bumi

mengalami defisit air. Keharusan dalam pengembangan hutan sebenarnya tidak

hanya didorong oleh keperluan pencegahan erosi, penyelamatan tanah kritis dan

air, tetapi juga didesak oleh keperluan memlihara fauna dan flora. Dengan

demikian perimbangan hutan dan luas tanah hunian mencapai tingkat lebih sehat

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

56

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan peranan hutan sebagai pengatur tata air, pencegah erosi banjir, dan pemulihan

tingkat kesuburan tanah bisa normal kembali (Arief, 1993:133).

Saat ini keberlanjutan Indonesia berada dititik kritis karena bencana

ekologis yang terjadi secara akumulatif dan simultan di berbagai tempat, tanpa

ada upaya yang signifikan untuk mengurangi kerentanan dan kerawanan

masyarakat terhadap dampak bencana ekologis. Bencana ekologis adalah

akumulasi krisis ekologis yang disebabkan oleh ketidakadilan dan gagalnya

sistem pengurusan alam yang telah mengakibatkan kolapsnya pranata kehidupan

masyarakat (Fattah, 2009).

Pertanda bencana ekologis justru ada di depan mata dimana masyarakat

sebagai stakeholder utama dan lingkungan hidup berada pada kondisi ketiadaan

pilihan untuk bertahan hidup, gagalnya fungsi ekosistem, tersingkirnya hak-hak

masyarakat lokal, kemiskinan, dan kematian.

Menurut Fattah, (2009) untuk menahan dan mengurangi laju bencana

ekologis yang lebih luas, maka WALHI mengajukan beberapa pra-syarat, sebagai

berikut:

1.) Reorientasi visi pembangunan dari pembangunan berkelanjutan (sustainable

development) menjadi masyarakat berkelanjutan (sustainable societies).

2.) Mengedepankan pendekatan bioregion dan meninggalkan paradigma sektoral

dalam pengelolaan aset alam dan wilayah.

3.) Menyelesaikan konflik agraria dan sumberdaya alam, diikuti dengan reforma

agraria sejati.

Page 50: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

57

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.) Mengembangkan partisipasi sejati rakyat dalam pembangunan dengan

indikator organisasi rakyat yang kuat, kritis, dan mandiri.

5.) Membangun resiliensi dan resistensi rakyat terhadap privatisasi dan

komodifikasi sumber kehidupan.

6.) Mengakui kearifan lokal pengurusan sumber-sumber kehidupan dan

mendudukkan kembali peran Negara sebagai penjamin hak konstitusional

warga negara.

Menurut Sumaatmadja (2010:78), ekologis adalah kondisi struktur dan

fungsi alam dan hubungannya diantara organism hidup dan keseluruhan faktor

fisikal serta biologikal yang membentuk lingkungannya. Adapun yang dimaksud

dengan kondisi ekologis dalam penelitian yang berjudul Dampak Pembangunan

Villa di Kawasan Lindung terhadap Kondisi Ekologis Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bogor ini adalah kondisi lingkungan sebagai dampak dari

pembangunan villa di kawasan lindung, diantaranya yaitu sebagai berikut :

1. Banjir

Banjir merupakan bencana yang kerap terjadi di Indonesia. Menurut

Schwab at.al 1981 (dalam Gea Sumber Daya Air, 2008:166), mengatakan bahwa

banjir adalah luapan atau genangan dari sungai atau badan air lainnya yang

disebabkan curah hujan yang berlebihan atau salju yang mencair atau dapat pula

karena gelombang pasang yang membanjiri kebanyakan pada dataran banjir.

Menurut Hawlet 1982 (dalam Gea Sumber Daya Air, 2008:166), „banjir adalah

aliran atau genangan air yang menimbulkan kerugian ekonomi bahkan

menyebabkan kehilangan jiwa. Sedangkan menurut Kepmen Pedoman

Page 51: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

58

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Management Banjir (2003), “Banjir adalah suatu keadaan sungai dimana aliran

airnya tidak tertampung oleh palung sungai” dan menegaskan bahwa penyebab

terjadinya banjir diantaranya adalah :

1. Faktor kondisi alam (statis), yang meliputi : kondisi geografis,

tofografi, geometri sungai (kemiringan meandering, bottle-neck,

sedimentasi, ambal alam). Secara umum ketika sebuah sistem aliran

sungai yang memiliki tengkay kemiringan (gradien) sungai yang relatif

tinggi (lebih dari 30 % atau lebih dari 27 o) apabila dibagian hulu

terjadi hujan yang cukup lebat maka potensi terjadinya banjir bandang

relatif tinggi. Tingkat kemiringan sungai yang relatif curam ini dapat

dikatakan sebagai faktor “bakat” atau bawaan.

2. Faktor manusia

a) Adanya subsistem dalam siklus hidrologi yang dilakukan oleh

manusia diantaranya adalah penebangan hutan (ilegal logging)

yang mengakibatkan lapisan vegetasi alam terangkatnya tanah dari

gerakan tanah alami yang tidak bisa tertahan akar.

b) Menurunnya daya dukung lingkungan hidup, khususnya di Daerah

Aliran Sungai (DAS). Terutama oleh karena rusaknya kawasan

hulu dan tengah DAS di sejumlah lokasi. Kerusakan tersebut

umumnya terjadi akibat kegiatan perambahan hutan secara liar

(encroachment) dan penebangan kayu yang melanggar hukum

(destructive logging) serta pertambangan batubara yang tidak

memperhatikan kaedah lingkungan. Hal ini semakim marak karena

Page 52: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

59

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lemahnya pengawasan aparatur Negara yang tidak mampu

berhadapan dengan para cukong atau pengusaha.

c) Pembangunan di area resapan menyebabkan tanah tidak mampu

ditembus oleh kelembaban karena dipenuhi beton-beton dan

menyebabkan hilangnya daerah resapan air sehingga air

memperbesar air lariannya (run off) dan genangan. Tata kota yang

buruk dan menjamurnya bangunan yang tidak terkendali menjadi

penyebab utama yang membuat banyaknya lahan resapan air

berkurang. Kurangnya lahan resapan air ini kedepannya akan

menimbulkan dampak yang buruk karena berhubungan dengan

perubahan iklim global yang semakin buruk.

d) Faktor pemanasan global : hal ini terjadi karena konsentrasi dari

karbondioksida di dalam atmosfer di bumi ini telah meningkat. Ini

semua merupakan dampak dari industrialisasi, pembakaran fosil

fuel untuk bahan bakar (batubara, kayu dan minyak bumi),

penggundulan hutan, pestisida untuk pertanian dan lain sebagainya.

Pemanasan global juga menyebabkan mencairnya es di kutub

sehingga mengakibatkan naiknya muka air laut.

e) Tingginya penimbunan rawa yang dipergunakan untuk pemukiman

dan membuka perkebunan besar.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa banjir adalah

bencana alam yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi maupun dimana

keadaan badan air seperti sungai dan danau tidak mampu menampung kapasitas

Page 53: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

60

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

air sehingga melua ke daerah pinggirnya dan menyebabkan kerugian ekonomi

bahkan kehilangan korban jiwa. Menurut Kodoatie dan Sugiyanto 2002 dalam

Gea Sumber Daya Air, 2008:166), mengatakan bahwa banjir terdiri atas dua

peristiwa, pertama banjir terjadi di daerah yang tidak biasa terkena banjir, dan

kedua banjir terjadi karena limpasan air dari sungai karena debitnya yang besar

sehingga tidak mampu dialirkan oleh alur sungai.

Bencana banjir adalah bencana yang terjadi bukan hanya karena faktor

alam saja, melainkan juga banyak dipengaruhi oleh campur tangan manusia.

Melihat hal tersebut, maka faktor manusia menjadi lebih dominan sebagai

penyebab terjadinya banjir daripada faktor alam itu sendiri. Dengan demikian,

bencana banjir bisa diatasi, diantisipasi faktor penyebab dan dampaknya. Menurut

Dibyosaputro 1984 (dalam Gea Sumber Daya Air, 2008:166), mengatakan bahwa

penyebab banjir dan lamanya genangan bukan hanya disebabkan oleh meluapnya

air sungai, melainkan oleh kelebihan curah hujan dan fluktuasi muka air laut

khususnya dataran alluvial pantai, unit-unit geomorfologi seperti daerah rawa,

rawa belakang, dataran banjir pertemuan sungai dengan dataran alluvial

merupakan tempat-tempat yang rentan banjir.

Air yang menggenangi suatu daerah yang sebelumnya kering atau tidak

pernah tergenang, terjadi akibat kapasitas sungai tidak mampu menampung debit

air. Kelebihan air hujan local yang menyebabkan terjadinya banjir dapat terjadi

karena dua hal, yaitu jenuhnya tanah di daerah tersebut sedangkan muka air di

sungai tersebut masih tinggi. Tanah yang jenuh akan menyebabkan tingkat

penyerapan tanah (infiltrasi) jadi rendah sehingga aliran permukaan (surface

Page 54: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

61

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

runoff) menjadi tinggi. Akibatnya air hujan yang tertampung di bandan air namun

tidak mampu diresapkan secara maksimal menyebabkan air berlebih (banjir)

sebagai akibat luapan air sungai ataupun hujan lokal maka akan menyebabkan

terbentuknya bentukan banjir.

2. Longsor

a. Pengertian Longsor

Menurut Varnes (1978) dalam Surono dalam Sukarjo (2000:14)

menjelaskan bahwa „ Longsor merupakan perpindahan materian pembentuk

lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran, bergerak

ke bawah atau keluar lereng‟. Sedangkan menurut Suripin (2002), mendefinisikan

“tanah longsor merupakan suatu bentuk erosi dimana pengangkutan atau gerakan

massa tanah terjadi pada suatu saat dalam volume yang relative besar”. Ditinjau

dari segi gerakannya, maka selain erosi longsor, masih ada beberapa erosi yang

diakibatkan oleh gerakan massa tanah, yaitu rayapan (creep), runtuhan batuan

(rock fall) dan aliran lumpur (mud flow). Massa yang bergerak akibat longsor

tidak hanya materian kecil, melainkan materian besar dan jumlah yang banyak,

bencana longsor tidak sedikit yang memakan korban, seperti kerusakan lahan,

korban jiwa, harta, benda, pemukiman, infrastruktur dan bangunan lainnya.

Dalam Pedoman Umum Budidaya Pertanian 2006 (dalam Sukarjo,

2000:14) menyatakan bahwa “ Longsor dan erosi yaitu proses berpindahnya tanah

atau batuan dari satu tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah akibat

dorongan air, angin atau gaya gravitasi”. Proses ini melalui beberapa tahapan

Page 55: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

62

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yaitu pelepasan, pengangkutan dan pengendapan. Perbedaan yang terlihat jelas

antara longsor dan erosi adalah pada volume tanah yang dipindahkan, waktu yang

dibutuhkan dan kerusakan yang ditimbulkan sehingga longsor dapat diartikan

sebagai proses berpindahnya masa tanah dengan volume yang besar, kadang

disertai oleh bebatuan dan pepohonan serta terjadi dalam waktu yang relative

singkat, sedangkan erosi tanah adalah proses berpindahnya partikel-partikel tanah

dengan volume yang lebih kecil pada setiap kali kejadian dan berlangsung dalam

waktu yang cukup lama.

Tanah longsor (landslide) merupakan salah satu bentuk erosi yang

pengangkutan atau pemindahan masa tanahnya terjadi pada suatu saat secara tiba-

tiba dalam volume yang besar. Tanah longsor terjadi jika dipenuhi 3 keadaan yaitu

lereng cukup curang, terdapat bidang peluncur di bawah permukaan tanah yang

kedap air dan terdapat cukup air (dari hujan) dalam tanah di ata lapisan kedap

(bidang luncur) sehingga tanah jenuh air. Air hujan yang jatuh di atas permukaan

tanah yang kemudian menjenuhi tanah sangat menentukan kestabilan lereng, yaitu

melalui menurunnya ketahanan geser tanah yang jauh lebih besar daripada

penurunan tekanan geser tanah, sehingga faktor keamanan lereng menurun tajam,

menyebabkan lereng rawan longsor.

Tanah longsor merupakan bencana alam yang sering terjadi di daerah

perbukitan atau daerah yang memiliki kemiringan lereng landai hingga curam.

Kerusakan sebagai dampak terjadinya longsor tidak hanya kerusakan secara

langsung seperti rusaknya sarana dan prasarana, lahan pertanian, kerugian harta

benda maupun korban jiwa melainkan juga dapat mempengaruhi terhadap

Page 56: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

63

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembangunan dan aktivitas ekonomi di daerah yang terkena bencana dan

sekitarnya. Bencana longsor terjadi tidak hanya dipengaruhi oleh kemiringan

lereng yang curam dan curah hujan, tapi juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia

yang semakin meningkat di daerah tersebut.

b. Jenis Longsor

Menurut Vernes (1978) dalam Surono dalam Sukarjo (2000:15), ada 6

jenis tanah longsor yakni : longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok,

runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran

translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang

paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.

1) Longsoran Translasi

Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan

pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsor translasi terjadi jika tanah dan batuan bergerak rata atau

bergelombang landai pada bidang gelincir.

2) Longsoran Rotasi

Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada

bidang gelincir berbentuk cekung. Longsoran rotasi terjadi apabila

tanah dan batuan bergerak pada bidang gelincir yang berbentuk

cekung.

3) Pergerakan Blok

Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada

bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran

Page 57: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

64

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

translasi blok batu. Longsor pergerakan blok terjadi jika batuan

berpindah pada bidang gelincir yang rata.

4) Runtuhan batu

Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material

lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi

pada lereng yang terjal hingga menggantung terutama di daerah pantai.

5) Rayapan Tanah

Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat.

Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini

hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor

jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon atau

rumah miring ke bawah.

6) Aliran Bahan Rombakan

Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak

didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan

lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya

terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter

jauhnya. Dibeberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah

aliran sungai di sekitar gunung api.

c. Penyebab Terjadinya Longsor

Penyebab longsor lahan terutama disebabkan oleh ketahanan geser batuan

yang menurun tajam jauh melebihi tekanan geser dan yang terjadi seiring dengan

Page 58: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

65

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

meningkatnya tekanan air akibat pembasahan atau peningkatan kadar air,

disamping juga karena adanya peningkatan muka air tanah. Selanjutnya

batuan/tanah penyusun lereng tersebut kondisinya menjadi kritis-labil dan

cenderung mudah longsor. Hirmawan, 1994 (dalam Sukarjo, 2000:18).

Menurut Soebroto, dkk. 1981 (dalam Sukarjo, 2000:18), faktor-faktor

yang menyebabkan terjadinya longsor lahan adalah topografi (kemiringan lereng),

keadaan tanah (tekstur, struktur perlapisan), curah hujan, gempa bumi dan

keadaan vegetasi/hutan dan penggunaan lahan.

Pada prinsipnya longsor lahan terjadinya bila gaya pendorong pada lereng

lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh

kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi

oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Faktor-faktor

penyebab tanah longsor yaitu :

1. Hujan

Ancaman longsor lahan biasanya dimulai pada bulan november

karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang

akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam

jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga

tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.

Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga

tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan,

intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan

air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.

Page 59: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

66

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena

melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian

dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan

di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diresap

oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.

2. Lereng terjal

Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong.

Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air

laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor

adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsornya

mendatar.

3. Tanah yang kurang padat dan tebal

Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat

dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah

jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila

terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan

tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu

panas.

4. Batuan yang kurang kuat

Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir

dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat.

Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses

Page 60: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

67

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat

pada lereng yang terjal.

5. Jenis tanah lahan

Longsor lahan banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,

perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan

persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan

membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah

terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya

adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran

yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.

6. Getaran

Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi,

ledakan, getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang

ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah

menjadi retak.

7. Susut muka air danau atau bendungan

Akibat susutnya air muka air yang cepat di danau maka gaya

penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220

mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh

retakan.

8. Adanya beban tambahan

Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan

kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor,

Page 61: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

68

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

terutaman di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya

adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke

arah lembah.

9. Pengikisan/erosi

Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain

itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan

menjadi terjal.

10. Adanya material timbunan pada tebing

Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman

umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah

timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti

tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi

penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.

11. Bekas longsoran lama

Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi

pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau

pada saat atau sesduah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama

memiliki ciri :

a. Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal

kuda.

b. Umumnya dijumpai mata air, pepeohonan yang relatif tebal karena

tanahnya gembur dan subur.

c. Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.

Page 62: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

69

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

d. Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.

e. Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas

longsoran kecil pada longsoran lama.

f. Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan

longsor kecil.

g. Longsoran lama ini cukup luas.

12. Adanya bidang diskonti nuitas (bidang tidak sinambung)

Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri :

a. Bidang perlapisan batuan

b. Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar

c. Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang

kuat

d. Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan

batuan yang tidak dapat melewatkan air (kedap air)

e. Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat

Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat

berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.

13. Penggundulan hutan

Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif

gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.

14. Daerah pembuangan sampah

Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah

dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi

Page 63: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

70

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat

Pembuangan Akhir Sampah.

Menurut Pedoman Umum Budidaya Pertanian di Lahan Pegunungan,

2006 (dalam Sukarjo, 2000:23), adapun hal-hal yang mempengaruhi longsor ada 2

yaitu faktor alam dan faktor manusia.

1. Faktor alam

a. Iklim

Besarnya tingkat curah hujan merupakan bagian dari unsur iklim

yang memiliki peranan besar dalam kejadian longsor. Air hujan yang

terinfiltrasi ke dalam tanah dan menjadikan tanah jenuh menentukan

terjadinya longsor. Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi,

sedangkan longsor ditentukan oleh kondisi jenuh tanah akibat air hujan

dan keruntuhan gesekan bidang luncur.

b. Tanah

Setiap jenis tanah memiliki kepekaan terhadap longsor yang berbeda.

Solum, tekstur dan struktur tanah menentukan besar kecilnya air

limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah

yang memiliki kedalaman (solum) >90 cm cenderung berstruktur

gembur dengan penutup lahan rapat, sebagian air hujan terinfiltrasi ke

dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air limpasan

permukaan.

Sifat bahan induk tanah ditentukan oleh asal batuan dan komposisi

mineralogy yang brepengaruh terhadap kepekaan longsor. Di daerah

Page 64: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

71

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pegunungan, bahan induk tanah didominasi oleh batuan kokoh dari

batuan vulkanik, sedimen dan metamorfik. Tanah yang terbentuk dari

batuan sedimen, terutama batu liat, batu liat berkapur dan batu kapur

relatif peka terhadap longsor. Sedangkan batuan vulkanik umumnya

tahan terhadap longsor. Salah satu lahan peka terhadap longsor adalah

rekahan tanah selebar lebih dari 2 cm sampai 5 sm saat terjadi musim

kemarau. Tanah tersebut memiliki sifat mengembang pada kondisi basah

dan mengkerut pada saat kering, yang dipengaruhi oleh tingginya

mineral liat tipe 2:1 seperti yang dijumpai pada tanah Grumosol. Pada

kedalaman tertentu dari tanah Podsolik atau Mediteran tempat akumulasi

liat yang berfungsi sebagai bidang luncur pada saat terjadi longsor.

Longsor sering terjadi di wilayah berbukit dan bergunung, terutama

pada tanah berpasir (Regosol), Andosol (Andisol), tanah dangkal berbatu

(Latosol atau Entisol), dan tanah dangkal berkapur (Renzina atau

Mollisol), di wilayah bergelombang terutama tanah Podsolik (Ultisol),

Mediteran (Alfisol), dan Grumosol (Vertisol) yang terbentuk dari batuan

induk batu liat yang tinggi, sehingga pengelolaan lahan yang disertai

oleh tindakan konservasi sangat diperlukan.

c. Ketinggian

Lahan pegunungan berdasarkan ketinggian dibedakan atas dataran

medium (350 – 700 m dpl) dan dataran tinggi (>700 m dpl). Ketinggian

berhubungan erat dengan jenis komoditas yang sesuai untuk

mempertahankan kelestarian lingkungan. Badan Pertanahan Nasional

Page 65: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

72

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menetapkan lahan pada ketinggian di atas 100 m dpl dan lereng >45%

sebagai kawasan usaha terbatas dan diutamakan sebagai kawasan hutan

lindung. Sementara Departemen Kehutanan menetapkan lahan dengan

ketinggian >200 m dpl dan atau lereng >40% sebagai kawasan lindung.

d. Lereng

Lereng atau kemiringan lahan adalah salah satu faktor pemicu

terjadinya longsor di lahan pegunungan. Semakin curam lereng semakin

besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan yang berpotensi

menyebabkan longsor. Selain kecuraman, panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor. Semakin panjang lereng, longsoryang

terjadi semakin besar. Besaran kemiringan lereng dapat diukur

menggunakan clinometers, abney level atau theodolit.

Menurut Arsyad (2010:336), kemiringan lereng terbagi menjadi

beberapa kelas yaitu : kategori A, dengan satuan relief datar dan

memiliki kemiringan lereng 0 – 3 %, selanjutnya kategori B dengan

satuan relief landai atau berombak yang memiliki kemiringan lereng 3 –

8 %, kategori C dengan satuan relief bergelombang dengan kemiringan

lereng 8 – 15 %, kemudian kategori D dengan satuan relief berbukit

memiliki kemiringan lereng 15 – 30 %, kategori E disebut agak curam

memiliki kemiringan lereng 30 – 45 %, dan kategori F dengan satuan

relief curam yang memiliki kemiringan lereng 45 – 65 % serta kategori

G dengan satuan relief sangat curam yang memiliki kemiringan lereng

lebih dari 65 %.

Page 66: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

73

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Faktor manusia

Faktor manusia yang dimaksud adalah semua tindakan manusia yang

dapat mempercepat terjadinya longsor. Tindakan manusia yang dapat

menyebabkan longsor antara lain :

a. Penggundulan hutan akan mengurangi resapan air hujan sehingga

akan memperbesar aliran permukaan. Aliran permukaan merupakan

pemicu terjadinya longsor dengan mekanisme yang berbeda.

b. Teknik konservasi pada lahan pertanian yang kurang tepat sehingga

memicu terjadinya longsor.

c. Penambangan pasir yang tidak terklasifikasi berdasarkan konteks

rencana tata ruang wilayah.

d. Arela pertambangan yang tidak memperhatikan etika lingkungan.

d. Dampak Longsor

Terjadinya bencana longsor di suatu daerah dapat menimbulkan korban

jiwa, kerusakan harta, kerusakan sarana dan prasarana sosial dan kerusakan lahan

pertanian. Bencana longsor juga dapat mempengaruhi penurunan kualitas lahan

pertanian. Tanah yang terangkut longsor merupakan tanah bagian atas atau top

soil yang kaya akan bahan organik dan memiliki tinggkat kesuburan yang tinggi.

Akibatnya lahan akan mengalami penurunan kualitas yang tentunya juga akan

berpengaruh terhadap produktivitas hasil pertanian. Hal tersebut akan berdampak

pada hasil pertanian para petani, sedangkan untuk mengembalikan kesuburan

tanah seperti semula membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 2 tahun dan

memakan biaya yang cukup besar.

e. Karakteristik Kawasan Longsor

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi

(Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993 : 6). Contohnya

Page 67: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

74

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

adalah kemiringan lereng, curah hujan, tektsur tanah, kapasitas air yang

tersedia, dan kedalaman efektif. Karakteristik lahan akan berpengaruh

terhadap kualitas lahan dan tingkat erosi karena tingkat bahaya erosi

dipengaruhi oleh berbagai keadaan sifat tanah, kemiringan lereng, iklim

(curah hujan), dan batuan di permukaan. Karakteristik lahan bekas

longsoran merupakan kondisi lahan secara aktual setelah terjadinya

bencana longsor. Karakteristik lahan bekas longsoran secara umum dapat

dilihat berdasarkan faktor-faktor fisik yang mempengaruhi erosi adalah

sebagai berikut :

1. Tekstur tanah

Doubermire, 1967 (dalam Sukarjo, 2000:29), menyatakan bahwa tekstur

tanah memiliki peranan penting dalam menentukan penetrasi perakaran tanaman,

penyusupan air ke dalam tubuh tanah, kapasitas menahan air, laju pergerakan air

dan udara dalam tanah sehingga memperkecil jumlah limpasan.

Tanah-tanah bertekstur kasar seperti pasir dan pasir berkerikil akan

mempunyai kapasitas penyusupan tinggi. Tanah bertekstur halus juga mempunyai

kapasitas penyusupan cukup tinggi, akan tetapi apabila terjadi limpasan maka

butiran halusnya akan mudah terangkut.

Tekstur tanah menunjukan kasar halusnya tanah berdasarkan atas

perbandingan banyaknya nutir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah adalah

salah satu faktor penting yang mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air

dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah.

Page 68: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

75

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tanah yang bertekstur kasar akan lebih rawan longsor bila dibandingkan

dengan tanah yang bertekstur halus, karena tanah yang bertekstur kasar

mempunyai kohesi agregat tanah yang rendah dan mempunyai kapasitas infiltrasi

yang tinggi. Tanah-tanah yang mengandung liat dalam jumlah yang tinggi dapat

tersuspensi oleh butir-butir hujan yang jatuh menimpanya, dan pori-opri lapisan

permukaan akan tersumbat oleh butir-butir liat. Hal ini akan menyebabkan aliran

permukaan, bahkan longsor.

2. Struktur tanah

Menurut Wisler, 1949 (dalam Sukarjo, 2000:29), mengemukakan bahwa

struktur mikro dan makro tanah memiliki pengaruhi besar terhadap laju

penyusupan air kedalam tubuh tanah, yang secara tidak langsung akan

mempengaruhi laju limpasan. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dan butir-

butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat

terikat satu sama lain oleh suatu perekat, seperti bahan organik, oksida-oksida besi

dan lain sebagainya. Gumpalan kecil ini mempunyai bentuk ukuran dan ketahanan

yang berbeda.

3. Ketersediaan Air

Air merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia. Manusia tidak akan

bertahan hidup tanpa air. Oleh karena itu, air merupakan penopang kehidupan

bagi manusia. Indonesia merupakan Negara tropis yang memiliki 2 musim yaitu

musim hujan dan musim kemarau dan memiliki curah hujan yang tinggi. Kondisi

demikian tentunya Indonesia adalah Negara yang memiliki cadangan air bersih

Page 69: BAB II LANDASAN TEORI A. Pembangunan Villa 1. Definisi …a-research.upi.edu/operator/upload/s_geo_0800067_chapter2(1).pdf · Rencana tata ruang diperlukan karena pelaku pembangunan

76

Sulastri, 2012 Dampak Bangunan Villa ...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang cukup melimpah. Akan tetapi pada kenyataannya ada daerah-daerah tertentu

di Indonesia yang kekurangan atau kesulitan memperoleh air bersih untuk

kebutuhan sehari-hari. Sebagian besar masyarakat Indonesia memanfaatkan air

tanah untuk kebutuhan sehari-hari dalam hidupnya. Air tanah adalah air yang

bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah

yang membentuk itu dan di dalam retak-retak dari batuan.

Ketersediaan air yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apakah air

yang tersedia di daerah penelitian sudah memenuhi kebutuhan penduduk.

Penduduk yang sebagian besar memanfaatkan air tanah, apakah pernah merasakan

kesulitan memperoleh air bersih setelah adanya bangunan villa di kawasan

lindung kecamatan Cisarua sehubungan dengan pemanfaatan wilayah tersebut

sebagai daerah resapan air dan pengendali banjir.