30
13 BAB II LANDASAN TEORI PERAN ORANG TUA DALAM MENERAPKAN NILAI KEADILAN DI KELUARGA Dalam bab ini, penulis hendak menjabarkan beberapa pokok utama yang merupakan point pembahasan yakni: gereja, pendidikan agama Kristen, keluarga, sosialisasi dan keadilan, oleh sebab ke-lima pembahasan ini memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. 2. 1. Gereja Sebagai Persekutuan Tugas gereja yang senantiasa mengabarkan kabar sukacita melalui pemberitaan firman di mana melalui firman Tuhan tiap orang percaya dapat mengerti apa yang diajarkan oleh agama Kristen sebagai suatu hal yang tidak hanya dibaca, didengar dan direnungkan semata, melainkan juga bagaimana ajaran Kristiani harus diwujudnyatakan dalam sikap dan tindakan sebagai orang Kristen yang selalu berpedoman akan iman dalam Yesus Kristus.Gereja yang berasal dari bahasa Portugis Igreja, juga berasal dari bahasa Yunani Ekklesia atau berarti dipanggil keluar (ek= keluar; Klesia dari kata Kaleo= memanggil), sehingga memiliki arti kumpulan orang yang di panggil ke luar dunia. Gereja sebagai persekutuan orang-orang yang telah dipanggil dari kegelapan untuk masuk ke dalam kerajaan Yesus Kristus Kol 1:13, lebih dari itu gereja adalah orang- orang yang dipanggil untuk bersekutu satu sama lain dan bersekutu dengan Allah dalam Yesus Kristus. 1 L. O. Richards memandang bahwa, pada dasarnya gereja adalah tubuh Kristus di mana ada hubungan yang organis antara para anggota satu sama lain, selain itu ada saling 1 R.J Porter, Katekisasi Masa Kini, (Jakarta: Cempaka Putih, 1984), hal 148.

BAB II LANDASAN TEORI PERAN ORANG TUA DALAM …€¦ · dalam pendidikan agama Kristen.14 Peranan orang tua dalam mengasuh anak-anak sangatlah penting, bukan hanya anak belajar dan

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 13

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    PERAN ORANG TUA DALAM MENERAPKAN NILAI KEADILAN DI

    KELUARGA

    Dalam bab ini, penulis hendak menjabarkan beberapa pokok utama yang

    merupakan point pembahasan yakni: gereja, pendidikan agama Kristen, keluarga,

    sosialisasi dan keadilan, oleh sebab ke-lima pembahasan ini memiliki keterkaitan satu

    dengan yang lainnya.

    2. 1. Gereja Sebagai Persekutuan

    Tugas gereja yang senantiasa mengabarkan kabar sukacita melalui pemberitaan

    firman di mana melalui firman Tuhan tiap orang percaya dapat mengerti apa yang

    diajarkan oleh agama Kristen sebagai suatu hal yang tidak hanya dibaca, didengar dan

    direnungkan semata, melainkan juga bagaimana ajaran Kristiani harus diwujudnyatakan

    dalam sikap dan tindakan sebagai orang Kristen yang selalu berpedoman akan iman

    dalam Yesus Kristus.Gereja yang berasal dari bahasa Portugis Igreja, juga berasal dari

    bahasa Yunani Ekklesia atau berarti dipanggil keluar (ek= keluar; Klesia dari kata Kaleo=

    memanggil), sehingga memiliki arti kumpulan orang yang di panggil ke luar dunia.

    Gereja sebagai persekutuan orang-orang yang telah dipanggil dari kegelapan untuk

    masuk ke dalam kerajaan Yesus Kristus Kol 1:13, lebih dari itu gereja adalah orang-

    orang yang dipanggil untuk bersekutu satu sama lain dan bersekutu dengan Allah dalam

    Yesus Kristus.1

    L. O. Richards memandang bahwa, pada dasarnya gereja adalah tubuh Kristus di

    mana ada hubungan yang organis antara para anggota satu sama lain, selain itu ada saling

    1R.J Porter, Katekisasi Masa Kini, (Jakarta: Cempaka Putih, 1984), hal 148.

  • 14

    melayani, tergantung dan saling menguatkan diantara mereka. Gereja sebagai tubuh

    Kristus adalah suatu persekutuan iman di mana ada unit yang terkecil mulai dari keluarga

    Kristen dan kemudian jemaat lokal.Baik keluarga Kristen maupun jemaat lokal adalah

    persekutuan iman dalam tubuh Kristus karenanya adalah pendidik utama.2

    Sebagai persekutuan orang-orang percaya, pria-wanita, tua-muda disegala tempat

    dan jaman.Gereja terpanggil untuk memberitakan injil kepada segala makhluk Mrk 16:15

    yang menampakkan ke-esaan tubuh Kristus dengan rupa-rupa karunia tetapi satu roh 1

    Kor 12:4 dan menjalankan pelayanan dalam kasih serta usaha menegakkan keadilan Mrk

    10:45;Luk 4:18;Yoh 125:16. Secara Teologis, definisi gereja sebagai “persekutuan orang

    percaya”, oleh karena yang telah mempersatukan mereka adalah kepercayaan atau

    imannya kepada Allah yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus, inilah yang kita sebut

    dengan iman Kristen sebagai respons manusia terhadap Allah. Sebagai persekutuan

    orang-orang yang telah diselamatkan berkat kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus,

    yang telah dibenarkan kendati tetap merupakan manusia berdosa yang kesemuanya

    diterima manusia melalui iman.3

    Gereja sebagai persekutuan yang dikuduskan dalam kebenaran Yoh 17:17-19,

    oleh karena Kristus yang adalah kepala gereja telah menguduskan gereja sebagai umat

    kepunyaan-Nya yang diutus kedalam dunia Yoh 17:14-18. Allah yang menjadikan gereja

    itu sebagai suatu persekutuan yang mengaku satu tubuh, satu roh dalam ikatan damai

    sejahtera dengan memiliki satu harapan, satu Tuhan, satu iman Ef4:4-6. Dengan demikian

    gereja itu Esa, kesaksian dihadapan dunia seperti yang terdapat dalam Yoh 17:211. Ke-

    Esaan gereja sebagai Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus yang didasarkan pada

    2Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), hal 125.

    3Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994),

    hal 65-66.

  • 15

    persekutuan kasih oleh Kristus menghendaki ke-Esaan sebagai kesaksian kepada dunia

    bahwa Yesus Kristus telah diutus oleh Allah dan gereja mendapat tugas untuk dapat

    memberitakan pendamaian dan penyelamatan Allah bagi dunia.4Gereja yang

    memilikitugas untuk memberitakan kedatangan Tuhan Yesus dengan menunjukan bentuk

    kehidupan yang bermakna dan sesuai dengan maksud Allah yakni hidup dalam kasih,

    oleh itu didalam Dia persekutuan jemaat bahkan kita semua menyaksikan bahwa, apa

    yang diajarkan melalui kata-kata maupun tindakan-Nya adalah tentang kasih. Itulah

    sebabnya Nuhamara mengutip Victor Frankl yang mengatakan bahwa pada hakikatnya

    manusia adalah makhluk pencari makna will to meaning dan makna itu ditemukan dalam

    kasih dengan mempraktikkannya.5Sebagai suatu persekutuan gereja tentu tidak dapat

    dilepaskan dari pekerjaan Roh Kudus sebagai pemberian Allah. Pekerjaan Roh Kudus

    dalam setiap pelayanan (ibadah, doa, pemberitaan firman, nyanyian,dll) dalam gereja

    sebagai presupposisi dari pekerjaan-Nya dalam hidup diri anggota-anggota jemaat agar

    mereka tetap dapat hidup dalam persekutuan jemaat dan memberikan sumbangan pada

    persekutuan dan perkembangannya itu.6

    Kata gereja yang menurut kata Yunani Kyriake Oikia, yang berarti “keluarga

    Allah”, dapat dipahami bahwa gereja digambarkan sebagai keluarga Allah yang memiliki

    segi umum dalam dimensi kesatuan, persekutuan, cinta kasih dan komunitas dalam

    kehidupan keluarga.7Adapun ikatan antara gereja dan keluarga Kristen dengan

    membentuk keluarga sebagai gereja rumah tangga. Dalam gereja rumah tangga,

    hendaknya orangtua dengan perkataan maupun teladan menjadi pewarta iman pertama

    4Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Dalam Kemantapan Kebersamaan Menapaki Dekade Penuh

    Harapan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), hal 89. 5Daniel Nuhamara, M.Th, Pendidikan Agama Kristen Dewasa, (Bandung: Jurnal Info Media, 2008), hal 62.

    6J. L. Ch. Abineno, Roh Kudus dan Pekerjaan Nya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), hal 93.

    7Maurice Eminyan, SJ, Teologi Keluarga, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal 207.

  • 16

    bagi anak-anaknya. Gereja rumah tangga adalah bagian dari gereja universal yang

    dalamnya kehidupan dikembangkan, dipelihara dan dicintai. Yusak mengutip Bonhoeffer

    yang mendefinisikan gereja sebagai persekutuan antar pribadi, yakni persekutuan yang

    dibangun oleh kasih agape dengan menekankan wujud relasi aku-engkau bukan lagi

    hubungan yang bersifat menuntut tetapi memberi.8 Keluarga di sini adalah sekolah cinta

    kasih bagi seluruh anggota gereja. Keluarga adalah sumber cinta kasih dari kehidupan

    pasangan suami-istri dan kehidupan baru yang mereka mulai dan pelihara. Tanpa gereja

    rumah tangga tidak ada gereja, karena cinta kasih yang merupakan hakikat Allah di

    dalam keluarga dijaga agar tetap hidup.9

    2. 2. Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga

    Pendidikan agama Kristen merupakan proses yang tidak akanada habisnya dalam

    kehidupan orang Kristen, di dalamnya terdapat suatu istilah yang terdiri dari tiga konsep

    yaitu: Pendidikan, Agama dan Kristen. Pendidikan disini memiliki pengertian yang

    beragam.Pendidikan merupakan pembentukan manusia ideal tertentu, pendidikan adalah

    suatu kebebasan yang termasuk dalam hak asasi manusia.Manusia bukan suatu barang

    jadi melainkan makhluk jadi.Justru karena manusia adalah makhluk maka ada

    pendidikan10

    . Nuhamara mengutip pendapat Cremin yang mendefinisikan pendidikan

    sebagai usaha yang sadar dimana terdapat kesengajaan, sistematis dan berkesinambungan

    untuk mewariskan, membangkitkan atau memperoleh baik pengetahuan, sikap, nilai,

    keterampilan atau kepekaan, maupun hasil apapun dari usaha tersebut. Sedangkan

    Whitehead mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan kepada individu menuju

    8Yusak B. Setyawan, Hand-outs Eklesiologi Fakultas Teologi UKSW.

    9Maurice Eminyan, SJ, Teologi Keluarga, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal 242.

    10Broto Semedi, “ Beberapa Catatan Kecil Dalam Memahami Pembaharuan Pendidikan Nasional”, Warta

    Gereja, (no. 2 Tahun VI, Keb. 1980), hal 59.

  • 17

    pemahaman dari seni kehidupan yakni, pencapaian paling lengkap dari berbagai aktifitas

    yang menyatakan potensi dari makhluk hidup berhadapan dengan lingkungan

    aktual.11

    Apa yang menjadi tujuan dalam kata “pendidikan” itu juga merupakan dasar

    dalam pelaksanaan pendidikan agama Kristen. Sedangkan kata “agama” dalam

    pendidikan agama Kristen disini menunjuk pada kata sifat religious“keagamaan” yang

    memiliki ke-khususannya, dan dengan kata benda education“pendidikan” ia menunjuk

    pada ke-bersamaannya dengan semua pendidikan. Terdapat suatu ke-khususan dalam

    pendidikan agama yang menyebabkan pendidikan agama tersebut memiliki fungsi yang

    khusus dalam hubungannya dengan pendidikan umum.12

    Sama halnya dengan kata

    “Kristen” sebagai kata sifat dalam pendidikan agama. Jika pendidikan agama dilakukan

    oleh persekutuan Kristen dan dari perspektif komunitas agama Kristen, maka istilah yang

    tepat untuk menamai usaha pendidikan agama tersebut adalah “Pendidikan Agama

    Kristen”Christian Religious Education”. Dengan demikian apa yang diinginkan dalam

    pengajaran pendidikan agama Kristen pastinya tidakkeluar dari apa yang sudah Tuhan

    kehendaki untuk diketahui terlebih dilakukan manusia dalam kehidupannya. Oleh sebab

    itu, selain pendidikan ini diajarkan kepada seseorang mulai sejak usia dini, begitu juga

    ketika disekolah maka dalam kehidupan gereja juga merupakan suatu hal yang penting.

    Terdapat tiga pengertian dari tujuan Pendidikan Agama Kristen, yaitu:

    - Aims, adalah tujuan yang diusahakan untuk dicapai pada akhirnya (secara mutlak)

    atau juga disebut sebagai tujuan akhir ultimate aims.

    - Goals, adalah tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu.

    11

    Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), hal 16. 12

    Thomas H. Groome, Christian Religious Education, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), hal 31.

  • 18

    - Objektif (s), adalah tujuan yang hendak dicapai dalam suatu proses belajar

    mengajar dalam satu tatap muka.13

    Dengan demikian maka tujuan akhir dari pendidikan secara umum maupun dalam

    pendidikan agama Kristen yaitu berhubungan dengan Aims, yakni bagaimana usaha-

    usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam mencapai sebuah tujuan di masa yang akan

    datang yang mempunyai hubungan dengan ke-imanan maupun kehidupan bersama Tuhan

    Yesus Kristus. Groome dalam bukunya Christian Religious Education mengungkapkan

    bahwa iman Kristen sebagai suatu pengalaman yang nyata mempunyai tiga dimensi yang

    esensial, yakni: a. Suatu keyakinan atau kepercayaan (dimensi kognitif), b. Suatu

    hubungan memercayakan diri (dimensi afektif), c. Suatu kehidupan yang dijalani dalam

    kasih agape (dimensi psikomotorik). Jika tujuan dari pendidikan agama Kristen adalah

    iman Kristen, maka ketiga dimensi ini haruslah sama-sama dikembangkan dalam tiga

    aktifitas yakni, iman sebagai kepercayaan (Believing), iman sebagai keyakinan (Trusting)

    dan iman sebagai tindakan (Doing).

    Keluarga merupakan tempat utama dalam tugas mendidik.Sebagai pemberian

    Tuhan yang tak ternilai harganya keluarga Kristenlah yang memegang peranan penting

    dalam pendidikan agama Kristen.14

    Peranan orang tua dalam mengasuh anak-anak

    sangatlah penting, bukan hanya anak belajar dan mengalami pertumbuhan di dalam

    keluarga, tetapi seluruh anggota keluarga dapat saling belajar dari yang lain melalui

    interaksi satu sama lain. Ketika orang tua menjalankan peranan pendidikannya terhadap

    anak, ia sendiri juga belajar untuk bertumbuh dalam iman didalam dimensi tindakan,

    13

    Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), hal 29. 14

    I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984), hal 144.

  • 19

    sikap bahkan pengetahuan.15

    Dalam pendidikan keluarga, ibu merupakan jiwanya.Dari

    padanya bergantung pendidikan jasmani, budi pekerti, dan agama. Karenanya timbullah

    rasa cinta terhadap ibu, yang kemudian ini akan meluas kepada ayah, dan kepada anggota

    keluarga yang lain, kemudian kepada Tuhan sebagai Bapa seluruh umat dan akhirnya

    kesesama hidup16

    . Orang tua dalam sebuah keluarga haruslah memiliki keutamaan dalam

    hak dan kewajiban untuk mendidik anak-anak.Arti kata mendidik adalah membantu

    dengan sengaja dari pertumbuhan anak dalam mencapai kedewasaan17

    .Kedewasaan disini

    dapat dimengerti secara jasmani maupun rohani.Sedangkan arti mendidik dalam ajaran

    dan nasehat Tuhan adalah melatih anak-anak dalam pendidikan Kristen berdasarkan

    firman Tuhan.Seperti halnya yang terdapat dalam Amsal Salomo pada penekanan soal

    tanggung jawab orang tua dalam mendidik “Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu,

    dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu”18

    .Hak dan kewajiban orang tua untuk

    mendidik disini tentulah bersifat hakiki dan tidak dapat tergantikan untuk mengarahkan

    anak-anak mereka pada tujuan yang dianggap baik, yakni tujuan yang pada akhirnya

    berakar pada iman di dalam Tuhan Yesus Kristus melalui persekutuan keluarga Kristiani.

    2. 3. Tugas Pendidikan Menurut Alkitab

    2. 3. 1. Dalam Perjanjian Lama

    Bila kita berbicara masalah pendidikan dalam Perjanjian Lama, maka ayat yang

    merupakan pusat pembahasan adalah Ulangan 6:1-7 dan Ulangan 11:18-19. Kedua nats

    ini memperlihatkan bahwa Perjanjian Lama, rumah dalam arti keluarga selalu dilihat

    sebagai tempat utama untuk memberikan pengajaran. Allah memanggil umatnya untuk

    15

    Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), hal 57. 16

    Agus Sujono, Aliran Baru Dalam Pendidikan, (Jakarta: NV Harapan Masa, 1958), hal 19. 17

    R. I. Suharti C. Cara Mendidik Anak Dalam Keluarga Kristen, (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1990),

    hal 5. 18

    Lihat Amsal 1:8.

  • 20

    mengajarkan apa yang mereka imani kepada anak-anak mereka.19

    Pengajaran tersebut

    adalah Allah yang berpribadi, yang hidup, yang kekal, yang kudus, pengampun, pencipta,

    maha sempurna dalam segala hal, tidak pernah berubah, pemurah adil dan benar.Semua

    hal tersebut telah dialami oleh umat Israel dari perbudakan di tanah Mesir serta telah

    membimbing mereka sampai tiba di tanah perjanjian. Dalam Ulangan 6: 5-7 dikutip:

    “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu

    dan dengan segenap kekuatanmu.Apa yang kuperintahkan hari ini, haruslah

    engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada

    anak-anakmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring

    dan apabila engkau bangun”.

    Ayat tersebut mengungkapkan bahwa jawaban umat Israel terhadap kasih Allah

    kepada mereka pertama-tama adalah mengasihi Allah.Selanjutnya kasih mereka kepada

    Allah itu diwujudkan dalam bentuk kesediaan mereka untuk mengajarkannya berulang-

    ulang, kapan saja, dan di mana saja.Jadi kewajiban mendidik itu tidak dilakukan secara

    verbal, tetapi juga contoh hidup kapan saja mereka bersama dengan anak-anak

    mereka.Kalau hal tersebut tidak dikerjakan, maka artinya mereka tidak mengasihi Allah,

    dengan demikian seorang ayah selain mempunyai fungsi sebagai imam dalam

    keluarganya, juga berfungsi sebagai guru.20

    2. 3. 2. Dalam Perjanjian Baru

    Dalam Perjanjian Baru, nats yang ditampilkan adalah Efesus 6:1-4. Bagian ini

    berbicara mengenai rumah tangga atau keluarga sebagai tempat pendidikan iman anak

    kepada Tuhan, serta cara hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan mengingat

    anak sebagai anugerah pemberian Allah, dapat dipahami bahwa anak harus taat kepada

    orang tua di dalam Tuhan.Ungkapan rasul Paulus ini berdasarkan pada hukum Taurat,

    19

    Ricards, A Theology of Children Ministry, ( Grand Rapios, Michigan: Zondervan, 1983), hal 23-24. 20

    James D. Smart, The Theaching Ministry of the Curch, (Philadelpia: The Westminster Press, 1954), hal

    14.

  • 21

    Taurat dalam Perjanjian Lama. Akibat dari taat kepada orang tua yang kemudian

    melahirkan sikap menghormati orang tua, sikap seperti inilah yang akan mendatangkan

    kebahagiaan dan panjang umur. Ketaatan pada orang tua bisa terjadi karena ada proses

    pendidikan dari orang tua. Materi pendidikan yang diberikan kepada anak-anak adalah

    ajaran Tuhan dan nasehat-nasehat-Nya.Memang konteks diatas diberikan dalam konteks

    masyarakat yang belum mempunyai sekolah formal, dan gereja pun belum

    mengembangkan agen pendidikan untuk anak-anak seperti sekolah Minggu

    misalnya.Akan tetapi lembaga-lembaga seperti itu saat ini telah hadir dalam

    masyarakat.Namun perintah itu tetap melekat dalam statusnya sebagai orang tua.Baik hak

    maupun kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anak ditarik secara logis dari

    kepercayaan bahwa anak adalah karunia Tuhan, melalui orang tua dan ditangan orang

    tua.Selain itu pemahaman mendidik disini berhubungan dengan kehidupan konkret

    sehari-hari, yaitu dengan memberi teladan.Lembaga-lembaga sosial lain tentunya juga

    harus dilihat sebagai tambahan hal pokok diatas, sejauh itu menyangkut iman. Keutamaan

    hak juga perlu dikaitkan dengan hakikat politik dari pendidikan, yang dimaksud adalah

    intervensi yang sengaja dari seseorang dengan menggunakan kuasa dalam kehidupan

    orang lain tersebut kearah yang dikehendaki. Bagaimana pendidikan harus dilihat sebagai

    aktifitas politik dalam arti tersebut, dan karenanya ia mempunyai hakikat politis.

    Berdasarkan uraian pendek diatas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa agama

    Kristen adalah suatu agama yang sangat mementingkan pendidikan agama.Agama disini

    kita yakini dan dengan segenap penganutnya sekali-kali tidak boleh melupakan

    perbuatan-perbuatan yang Mahabesar, yang telah dilakukan Allah bagi mereka melalui

    Yesus Kristus.Tidak ada yang lebih berhak daripada orang tua dalam pendidikan anak-

  • 22

    anak mereka begitu juga dengan pendidikan agama Kristen yang terdapat dalam

    kehidupan keluarga Kristen, dan anak pun tidak dapat menolak hal ini karena di tangan

    orang tualah seorang anak dilahirkan dan dipelihara.

    2. 4. Keluarga Kristen

    Ada banyak pendapat tentang apa itu keluarga. Dalam pengertian sosiologis,

    secara umum keluarga dapat didefinisikan sebagai kesatuan sosial yang terikat oleh

    hubungan darah dan masing-masing anggotanya mempunyai peranan yang berlainan

    sesuai dengan fungsinya.Dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang

    yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota

    merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling

    memperhatikan dan saling menyerahkan diri.Sedangkan dalam pengertian pedagogis,

    keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara dua jenis

    manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan untuk saling menyempurnakan diri dan

    dalamnya terdapat perealisasian peran dan fungsi sebagai orang tua.Menurut S. Bogardus

    keluarga adalah kelompok terkecil yang biasanya terdiri dari seorang ayah dengan

    seorang ibu serta satu atau lebih anak-anak yang olehnya ada keseimbangan, keselarasan

    kasih sayang dan tanggung jawab serta anak menjadi orang yang berkepribadian dan

    berkecenderungan untuk bermasyarakat.21

    Ada puladefinisi keluarga sebagai kelompok

    sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang memiliki ikatan darah, perkawinan atau

    adopsi.22

    Sedangkan Freudmendefinisikan keluarga itu terbentuk karena adanya

    perkawinan pria dan wanita.Bahwa perkawinan itu berdasarkan pada libido seksualitas,

    dan menurut Salvicion dan Celis didalam keluarga terdapat dua atau lebih pribadi yang

    21

    http://ichwanmuis.com/2010/07/definisi-bentukfungsi-serta-pendekatan-keluarga/diakses pada 11-07-

    2012, 10.43. 22

    Kristiana Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga, (Salatiga: Widya Sari Press, 2004), hal 7.

    http://ichwanmuis.com/2010/07/definisi-bentukfungsi-serta-pendekatan-keluarga/diakses%20pada%2011-07-2012http://ichwanmuis.com/2010/07/definisi-bentukfungsi-serta-pendekatan-keluarga/diakses%20pada%2011-07-2012

  • 23

    tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dalam satu

    rumah tangga yang berinteraksi satu sama lain dan dalam perannya masing-masing yang

    menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.23

    Keluarga adalah suatu ikatan

    persekutuan hidup yang timbul akibat adanya perkawinan (suami-isteri), sehingga atas

    dasar ikatan cinta kasih suami isteri itu muncul relasi antara orang tua dan anak-anaknya

    yang merupakan ikatan darah.Ikatan perkawinan merupakan persekutuan yang indah oleh

    karena itu Rasul Paulus memberikan makna teologis yang mendalam dengan

    menggambarkan persekutuan antara Kristus dengan jemaat-Nya, seperti halnya relasi

    antara mempelai laki-laki dan wanita, suatu rahasia besar.24

    Dari Pengertian keluargayang telah dipaparkan diatas tentu memiliki perbedaan

    sesuai dengan cara pandang masing-masing individu dalam melihat keluarga. Tetapi

    penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa keluarga itu terjadi jika terdapat suatu ikatan

    (pernikahan, kesepakatan), terdapat suatu hubungan (hubungan darah, adopsi), tinggal

    seatap, terdapat interaksi berdasar peran masing-masing, terdapat kebudayaan yang

    dipegang bersama, dan terdiri lebih dari dua orang.

    2. 5. Fungsi dan Peranan Keluarga

    Salah satu lembaga dasar dalam masyarakat adalah keluarga, keluarga yang terdiri

    dari suami, isteri dan anak-anak yang masing masing memiliki tanggung jawab

    sebagaimana peran yang sudah mereka terima dalam keluarga. Dapat dikatakan keluarga

    merupakan lingkungan pertama yang dijumpai oleh seorang anak ketika ia lahir, dan

    keluarga merupakan lingkungan pendidikan primer dimana anak-anak memperoleh dasar

    23

    http://id.wikipedia.org/wiki/keluarga, diakses pada 11-07-2012, 10.58. 24

    Walter Trobisch, I Married You (terj. Hadiwinoto dan Susiloradeyo, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973),

    hal 156.

    http://id.wikipedia.org/wiki/keluarga

  • 24

    keterampilan (sensomotorik), dasar-dasar kecerdasan (bahasa, alam pikiran), dan dasar

    nilai hidup (agama, adat, tata kelakuan). Disinilah peran penting dari ayah dan ibu dalam

    memberikan pendidikan yang layak sehingga anak-anak mampu melewati setiap tahap

    perkembangannya. Anak sebagai buah cinta kasih suami isteri,25

    kehadiran anak ditengah-

    tengah keluarga membangkitkan kebahagiaan dan tanggung jawab yang baru. Menurut

    Gunarso, perkembangan anak berlangsung dalam pengaruh yang ada dalam lingkungan

    hidup seseorang.26

    Melalui pendidikan hendaklah anak-anak dibina sedemikian rupa,

    sehingga bila nanti mereka sudah dewasa mereka memenuhi tanggung jawab dalam

    mengikuti panggilannya, juga panggilan religius, serta memilih status hidup

    mereka.Tugas orang tua untuk mendidik anak-anaknya sungguhlah sangat penting untuk

    diperhatikan dalam kehidupan keluarga, oleh karena ini merupakan sifat yang hakiki

    berkaitan dengan penyaluran hidup manusia.27

    Sebab itu beberapa ahli psikologi

    berpendapat bahwa permulaan hidup seorang anak sangat tergantung kepada orang tua

    yang mengasuhnya.28

    Dalam kehidupan keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan-

    pekerjaan yang harus dilakukan.Suatu pekerjaan atau tugas yang harus dikerjakan disebut

    fungsi.Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus

    dilakukan oleh keluarga itu.

    Sebagai salah satu lembaga dasar dalam masyarakat, keluarga merupakan

    lingkungan pertama yang dijumpai seorang anak yang selanjutnya anak memperoleh

    dasar-dasar ketrampilan, kecerdasan dan nilai hidup. Keluarga yang berfungsi memenuhi

    pelbagai kebutuhan manusiawi yang dimulai dari kebutuhan primer, kebutuhan rasa

    25

    Tondowijoyo, Tuhan Percaya Anda, Liberty (Tahun XXIX, no. 11440), hal 17. 26

    Singgih Gunarso dan Ny. Singgih Gunarso, Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: BPK

    Gunung Mulia, 1986), hal 6. 27

    Maurice Eminyan, SJ, Teologi Keluarga, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal 157. 28

    Alex Sobur, Pendidikan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), hal 5.

  • 25

    aman, kebutuhan untuk mencintai serta dicintai, kebutuhan akan rasa harga diri sampai

    dengan kebutuhan aktualisasi diri.29

    Menurut Tjandrarinisedikitnya ada delapan fungsi

    dari keluarga yang meliputi:30

    1. Fungsi Pengaturan Seksual

    Kebutuhan seks merupakan kebutuhan biologis semua manusia. Keluarga

    merupakan wadah yang sah, baik ditinjau dari segi agama maupun masyarakat

    dalam hal pengaturan dan pemuasan keinginan-keinginan seksual. Oleh karena itu

    kepuasan seks dalam keluarga besar sekali pengaruhnya dalam membina keluarga

    yang sehat, harmonis dan bahagia.

    2. Fungsi Reproduksi

    Keluarga berfungsi untuk menghasilkan anggota baru, sebagai penerus bagi

    kehidupan yang turun temurun. Bagi keluarga yang tidak mempunyai anak bukan

    berarti keluarga memilih untuk bercerai tetapi dapat memilih jalan tengah melalui

    adopsi.

    3. Fungsi Perlindungan dan Pemeliharaan

    Menurut Horton dan Hunt bahwa dalam semua masyarakat, keluarga memberikan

    perlindungan fisik, ekonomi dan psikis terhadap anggota-anggotanya.

    Perlindungan dan pemeliharaan ini menyangkut kebutuhan jasmani dan rohani.

    Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan terhadap sandang, pangan dan papan,

    sedangkan kebutuhan rohani nampak dalam hal kasih sayang, keamanan,

    pendidikan dan lain sebagainya.

    29

    Anne Hommes, Perubahan Peran Pria dan Wanita dalam Gereja dan Masyarakat, (Yogyakarta: BPK

    Gunung Mulia, Kanisius, 1992), hal 137. 30

    Kristiana Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga, (Salatiga: Widya Sari Press, 2004), hal 7.

  • 26

    4. Fungsi Pendidikan

    Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena anak

    mengenal pendidikan pertama kali di dalam keluarga, bahkan anak belajar sejak

    dalam kandungan ibunya. Dengan demikian pendidikan dalam keluarga adalah

    pendidikan kodrati. Segala tingkah laku orang tua sangatlah berpengaruh terhadap

    perkembangan anak karena ayah dan ibu merupakan pendidik dalam kehidupan

    yang nyata.

    5. Fungsi Sosialisasi

    Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, di mana

    individu belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Keluarga

    merupakan kelompok primer tempat pembentukan internalisasi norma, kerangka

    berpikir, perasaan memiliki dan lain-lain. Menurut Horton dan Hunt masyarakat

    pertama-tama mempercayakan kepada keluarga untuk sosialisasi anak sehingga

    menjadi orang dewasa yang dapat berfungsi dan sukses dalam masyarakat.

    6. Fungsi Afeksi dan Rekreasi

    Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan pokok akan kasih sayang.

    Dengan adanya kasih sayang dalam keluarga maka akan tumbuh juga afek yang

    baik dalam keluarga. Hubungan cinta kasih dan afeksi ini merupakan faktor

    penting bagi perkembangan anak. Apabila kasih sayang dapat dirasakan oleh

    semua anggota keluarga maka akan timbul perasaan puas dan tentram sehingga

    timbul kenyamanan dalam keluarga sebagai tempat rekreasi masing-masing

    anggotanya.

  • 27

    7. Fungsi Ekonomis

    Menurut Horton dan Hunt, anggota keluarga bekerja sama sebagai tim dan ikut

    andil dalam menikmati hasilnya (ini di dalam kehidupan keluarga dahulu). Tetapi

    dalam keluarga zaman sekarang, kebanyakan keluarga yang berfungsi sebagai

    penghasil ekonomi adalah orang tua, sedangkan anak-anak sebagai konsumen.

    8. Fungsi Status Sosial

    Keluarga berfungsi sebagai suatu dasar yang menunjukan kedudukan bagi

    anggota-anggotanya. Keluarga akan mewariskan kedudukan kepada anak-

    anaknya, karena kelahiran anggota keluarga biasanya dihubungkan dengan sistem

    status ini.

    2. 6. Pendekatan Dalam Keluarga

    Dengan melihat beberapa fungsi dari keluarga diatas, maka dapat dipahami bahwa

    keluarga memiliki tugas dan tanggung jawab yang penting dalam melakukan berbagai

    fungsi untuk menjadi keluarga yang utuh.Keluarga adalah sumber pendidikan utama yang

    bertujuan bagi perkembangan anaknya secara biologis, psikologis dan sosial.31

    Sebagai

    tempat pembentukan utama, orangtua merupakan saluran kehidupan dalam mendampingi

    pertumbuhan anak sampai kehidupan itu mencapai kedewasaan dan menghasilkan buah

    atas proses pertumbuhan yang sudah dijalani. Adapun disini proses-proses pendekatan

    yang dilakukan dalam memahami suatu keluarga:32

    1. Pendekatan Fungsional Struktural

    31

    Singgih, Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977), hal19. 32

    T O, Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999), hal 269-282.

  • 28

    Pendekatan ini berasumsi bahwa para individu anggota keluarga bertindak sesuai

    dengan seperangkat norma dan nilai yang telah disosialisasikan dalam cara yang

    memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari sistem yang bersangkutan;diyakini bahwa

    tindakan-tindakan yang independen jarang terjadi dan sifatnya adalah asosial.

    2. Pendekatan Interaksionis

    Menurut pendekatan interaksionis, faktor yang menentukan dalam upaya untuk

    memahami perilaku keluarga adalah kajian terhadap interaksi antara para anggota

    keluarga dan interpretasi apa yang para individu bersangkutan berikan pada

    interaksi tersebut.

    3. Pendekatan Konflik

    Dalam pendekatan ini konflik dianggap sebagai suatu akibat yang wajar dan

    alamiah dari terjadinya interaksi manusia. Oleh sebab itu terdapat penekanan pada

    manajemen konflik dan alokasi kekuasaan dan sumber daya dalam keluarga.

    Pendekatan ini mengasumsikan bahwa manajemen konflik, penghindaran dan

    penyelesaian konflik adalah proses yang normal dan berkelanjutan dalam sistem

    keluarga. Konflik terjadi pada keluarga dalam rangka upaya para anggota

    keluarga untuk memperebutkan sumber daya yang langka yaitu hal-hal yang

    diberi nilai, seperti uang, perhatian, kekuasaan dan kewenangan untuk memainkan

    peranan tertentu.

    Setelah melihat beberapa pendekatan dalam keluarga yang sudah dipaparkan

    diatas, penulis disini lebih menaruh perhatian pada pendekatan konflik sebagai suatu

    pendekatan dalam memahami keluarga yang menekankan manajemen konflik, alokasi

  • 29

    kekuasaan dan sumber daya dalam keluarga. Dalam pendekatan ini diasumsikan bahwa

    manajemen konflik, penghindaran dan penyelesaian konflik adalah proses yang normal

    dan berkelanjutan dalam sistem keluarga, karena setiap anggota keluarga menyandang

    atau menduduki kedudukan dan status yang berbeda, hal mana merupakan konsekuensi

    dari jenis kelamin dan umur yang berbeda, maka keluarga itu mewujudkan suatu sistem

    yang hirarkis. Ini menghasilkan suatu sistem yang tidak sama atau asimetri yang

    permanen, ketidaksamaan yang melekat pada sistem keluarga inilah yang merupakan

    dasar dari konflik. Konflik disini juga merupakan suatu hal yang dianggap dapat

    membawa pengaruh positif maupun negatif oleh karena itukonflik merupakan suatu

    akibat yang wajar dan alamiah dari terjadinya interaksi.

    2. 7. Proses Sosialisasi Dalam Keluarga

    Untuk menjadi anggota yang dapat diterima di lingkungan kelompoknya,

    seseorang memerlukan suatu kemampuan untuk menilai secara objektif perilaku sendiri

    dalam pandangan orang lain. Apabila sudah sampai pada tingkat tersebut, maka

    seseorang dianggap sudah memiliki apa yang disebut sebagai self (diri). Self di sini

    terbentuk dan berkembang melalui proses sosialisasi dengan cara berinteraksi dengan

    orang lain. Salah satu tanda orang sudah memiliki self ialah mereka yang sudah bisa

    bertindak sebagai subjek dan objek sekaligus. Dalam benak individu terjadi proses yang

    ditandai oleh tiga tahap, yaitu:33

    Persepsi, Interpretasi atau Definisi, dan Respon. Berdasar

    tiga proses tahapan ini dapat dipahami bahwa, terjadinya proses sosialisasi pada seorang

    anak dilakukan setelah dalam dirinya terbentuk self (diri) yang diawali dari cara orang tua

    mengekspresikan dirinya, kemudian cara tersebut diidentifikasi dan diinternalisasikan

    untuk menjadi peran dan sikapnya yang pada akhirnya akan merespon anak dalam

    33

    Sosiologi, Terj. Aminuddin Ram dan Tita Sobari, (Jakarta: Erlangga, 1996), hal 106-109.

  • 30

    membentuk dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak lepas dari

    ketergantungan dengan orang lain. Hal ini merupakan salah satu perwujudan dari aktifitas

    hidup baik aktifitas fisik maupun mental. Aktifitas manusia merupakan salah satu hasil

    proses sosialisasi. Masing-masing individu dalam kehidupannya tentu akan mengalami

    proses sosialisasi agar ia dapat hidup dan bertingkah laku sesuai dimana ia berada. Proses

    sosialisasi sebagai alat untuk mengkomunikasikan kelakuan yang pantas kepada seorang

    individu dalam suatu kelompok tertentu (keluarga, sekolah, gereja) dengan kata

    lainsosialisasi adalah proses penyesuaian diri untuk dapat hidup dan bertingkah laku

    sesuai dengan norma dan nilai pada kehidupan individu dalam masyarakat. Proses ini

    juga berperan dan penting dilakukan dalam sebuah keluarga sebagai proses pembentukan

    diri setiap anggota keluarga begitu juga dalam menerapkankeadilan sebagai nilai dasar

    kehidupan keluarga Kristen. Ihromi mengutippendapat Zande, sosialisasi adalah proses

    interaksi sosial melalui mana kita mengenal cara berpikir, berperasaan dan berperilaku

    sehingga dapat berperan efektif dalam masyarakat, sedangkan menurut Gosalin

    sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan,

    ketrampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi pada anggota

    kelompok dalam masyarakatnya.34

    Pendapat lain dikemukakan oleh Buchler yang mengatakan bahwa sosialisasi

    adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri,

    bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi

    dengan kelompoknya.35

    Selaras dengan Buchler, Soekamto berpendapat bahwa sosialisasi

    adalah proses anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai

    34

    T O, Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999), hal 30. 35

    Buchler, C & Soekamto, S. Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian. http://id.shvoong.com/social-

    sciences/sociology/1943452-pengertian sosialisasi. diakses tanggal 27-07-2012, pukul 16.52.

    http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1943452-pengertian%20sosialisasi.%20diakses%20tanggal%2027-07-2012http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1943452-pengertian%20sosialisasi.%20diakses%20tanggal%2027-07-2012

  • 31

    masyarakat dimana ia menjadi anggota dengan mengkhususkan pada aspek kontak sosial

    dan komunikasi.36

    Sedangkan Hurlock menyatakan bahwa proses sosialisasi adalah

    proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan standar kebiasaan masyarakat atau adat

    istiadat sehingga anak mampu bertingkah laku sesuai dengan harapan kelompoknya.37

    Hetherington menambahkan bahwa sosialisasi adalah proses pembentukan ketrampilan,

    motif, sikap dan perilaku standar pada seseorang supaya dia dapat menyesuaikan diri dan

    melakukan peran sosial sesuai dengan tuntutan masyarakatnya.38

    Sosialisasi yang dialami

    oleh individu sebagai makhluk sosial sepanjang kehidupannya, dimana interaksi

    merupakan kunci bagi berlangsungnya proses sosialisasi. Oleh sebab itu diperlukan agen

    sosialisasi, yakni orang-orang disekitar individu tersebut yang mentransmisikan nilai-nilai

    atau norma-norma tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Dalam tahapannya sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap, yakni sosialisasi

    primer dan sosialisasi sekunder:

    - Sosialisasi Primer, sebagai proses sosialisasi yang pertama dijalani individu

    semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat. Pada tahap ini proses

    sosialisasi primer membentuk kepribadian anak ke dalam dunia umum, dan keluargalah

    yang berperan sebagai agen sosialisasi tersebut.

    - Sosialisasi Sekunder, ini merupakan proses kemudian yang memperkenalkan

    individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya.

    Pada tahap ini proses sosialisasi mengarah pada terwujudnya sikap profesionalisme dan

    36

    S. Soekamto, Teori Sosiologi tentang Pribadi dalam Masyarakat, (Jakarta: Graha Indonesia, 1987). 37

    Hurlock, E, Perkembangan Anak Jilid 2, Edisi 6, (Jakarta: Erlangga, 1999). 38

    Hetherington, Child Psychology, A Contempary Viewpoint 3rd edition, (New York: Mc. Graw Hill Book

    Company, 1986).

  • 32

    yang menjadi agen dari sosialisasi adalah lembaga pendidikan, peer group, lembaga

    pekerjaan dan lingkungan yang lebih luas dari keluarga.

    Melalui pernyataan ini, maka dapat dimengerti sosialisasi sebagai suatu proses

    perkembangan atau perubahan yang dialami oleh seorang individu sebagai hasil interaksi

    sosial dan pembelajaran.39

    Dan sosialisasi primer merupakan dasar dari sosialisasi

    sekunder, dengan melihat peran yang dilakukan oleh keluarga untuk membentuk

    kepribadian seseorang mulai sejak usia dini agar selanjutnya ia dapat beranjak ke dunia

    yang lebih luas yakni dalam kehidupan masyarakat.

    2. 8. Proses Sosialisasi Pendidikan Agama Kristen di Keluarga

    Sosialisasi yang secara sederhana diartikan sebagai proses pendidikan yang

    berlaku wajar dengan sendirinya, di mana orang tua, persekutuan, masyarakat

    meneruskan pengetahuan, kebiasaan, nilai kepada anak-anak, anggota persekutuan, dan

    warga masyarakat, pada pokoknya hendak menyimpulkan bahwa sosialisasi adalah

    gejala kenyataan yang mendukung pemikiran bahwa manusia mampu menyesuaikan diri

    dengan masyarakat dan hubungan didalamnya dimana ia hidup. Setiap orang tua

    mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kepada anak-anaknya tentang kehidupan ini,

    kewajiban orang tua dalam proses sosialisasi terhadap anak-anak adalah untuk

    membentuk kepribadian dari anak tersebut. Dalam persekutuan Kristen, seperti keluarga

    Kristen sosialisasi mengambil tempat yang cukup penting.40

    Baiklah di sini kita melihat

    beberapa pendekatan sosialisasi terhadap pendidikan agama Kristen yang dipaparkan

    Atmadja dengan mengutip pendapat para ahli.Bushnel dalam hal ini melihat keluarga

    sebagai suatu kesatuan organik. Menurutnya, dalam keluarga anak menerima pendidikan

    39

    Marilyn M. Friedman, Keperawatan Dalam Keluarga “Teori dan Praktik”, (Jakarta: EGC, 1998), hal

    370. 40

    N. K. Atmadja Hadinoto, Dialog Dan Edukasi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), hal 185.

  • 33

    agama Kristen pertama kali sehingga ia bertumbuh melalui proses induksi alamiah

    (sosialisasi) dalam iman Kristen. Ada pula Coe yang beranggapan bahwa seluruh jaringan

    sosial adalah pendidik dan interaksi sosial merupakan pusat dari pendidikan agama

    Kristen. Sedangkan Nelson berpendapat bahwa sosialisasi terhadap iman Kristen dimulai

    dari persekutuan Kristen. Westerhoff disini memberikan pendapatnya mengenai

    sosialisasi terhadap pendidikan agama Kristen dengan memilih istilah Enculturation,

    yakni untuk menunjukan interaksi antar anggota-anggota persekutuan dalam proses

    sosialisasi. Berangkat dari pemahaman Westerhoff, Groome mengemukakan pendapatnya

    bahwa sosialisasi Kristen sangatlah penting dalam membentuk identitas manusia Kristen,

    hanya melalui identitas Kristen itulah iman Kristen dimungkinkan bertumbuh. Selain itu

    Groome juga memandang hubungan dialektis persekutuan Kristen dengan konteks sosial,

    dan hubungan dialektis persekutuan dengan anggota-anggotanya harus diberi perhatian

    yang utama.41

    Hubungan dialektis itu harus diusahakan secara sengaja dan tidak boleh

    dibiarkan berlangsung sendiri, ini berarti dituntut kesadaran dan kegiatan kritis dari

    persekutuan. Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli diatas, penulis disini sependapat

    dengan pendapat Groome yang mengemukakan bahwa sosialisasi sebagai proses dalam

    membentuk identitas manusia yang dalamnya harus mendapatkan perhatian yang utama

    dan proses ini harus terjadi secara sadar dan sengaja.

    Proses sosialisasi dalam pendidikan agama Kristen khususnya yang terdapat

    dalam persekutuan keluarga Kristenadalah sebagaisuatu proses pendidikan dalam

    membentuk identitas Kristen yang dalamnya iman Kristen akan semakin bertumbuh dan

    berkembang melalui interaksi dan proses pembelajaran antara anggota keluarga. Dengan

    melihat tugas dan tanggung jawab dari orang tua dalam membimbing dan mendidik anak

    41

    N. K. Atmadja Hadinoto, Dialog Dan Edukasi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), hal 186-189.

  • 34

    agar mereka dapat menyesuaikan diri terhadap nilai-nilai, kebiasaan, pengetahuan, adat

    istiadat yang terdapat dalam kehidupan keluarga.

    2. 9. Keadilan Sebagai Nilai Dasar Keluarga

    Keadilan adalah konsep nilai moral yang lahir karena manusia hidup dalam

    sebuah masyarakat, dan di dalam masyarakat itu manusia mempunyai konsep keadilan

    yang lahir dari latar belakang suatu masyarakat yang berbeda-beda antara satu

    masyarakat dan yang lain. Itu berarti karakteristik setiap konsep keadilan ditentukan oleh

    karakter masyarakatnya.42

    Dalam kehidupan yang ada pada zaman sekarang, salah satu

    kesempatan untuk membina dan membangun kepribadian yang bertumbuh dalam iman

    adalah lembaga keagamaan, dalamnya terdapat berbagai nilai yang diajarkan kepada

    seseorang. Keadilan sebagai salah satu nilai Kerajaan Allah dalam agama Kristen juga

    sebagai nilai dasar dalam kehidupan manusia tentu juga sangat diperlukan dalam konteks

    kehidupan keluarga Kristen, yaitu keluarga yang mempercayai Tuhan Yesus Kristus

    sebagai Tuhan dan Juruselamat.43

    Keluarga yang demikian itu sudah seharusnya tidak

    hanya menerima dan mempercayai keadilan yang berasal dari Allah sebagaimanaterdapat

    dan sudah diajarkan dalam Alkitab, melainkan juga memahaminya dengan baik,

    menghayati dan berusaha menerapkannya dalam seluruh kehidupan dan kegiatan.

    Keadilan merupakan kata sifat secara umum yang dapat dimengerti sebagaisifat adil,

    tidak berat sebelah dan sesuai dengan norma Tuhan, dengan demikian keadilan memiliki

    makna etis. Hal ini disebabkan karena manusia dikaruniai oleh Tuhan dengan kesadaran

    dan etika. Tanpa hukum dan etika tidak ada soal dengan keadilan. Apa yang benar

    dihadapan Allah itulah yang adil, sesuai dengan porsi yang dilakukan.Dapat dikatakan

    42

    Thobias Arnolus Mesakh, Konsep Keadilan Dalam Pancasila, (Salatiga: Satya Wacana University Press-

    Program Pascasarjana Program Studi Sosiologi Agama, 2007), hal 1. 43

    Sutarno, Di Dalam Dunia Tetapi Tidak Dari Dunia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hal 166.

  • 35

    disini keadilan Allah itu hadir dalam kegiatan keluarga, baik sebagai anggota maupun

    keseluruhan keluarga tersebut.44

    Keadilan adalah sebuah konsep yang menunjuk pada

    suatu relasi, relasi yang mencakup keseluruhan hidup antara Allah, manusia dan seluruh

    ciptaan. Relasi bukan saja secara tehnis-mekanis, tetapi sebagai “nilai” makna yang

    dihargai, dihormati dan diakui.45

    Dari relasi inilah orang dapat mengetahui dan mengenal

    bahwa ada nilai yang substansial dan patut dihargai karena memberi pemaknaan pada

    kehidupan. Keadilan juga berhubungan erat dengan tingkah laku yang dapat diterima

    dalam sebuah komunitas kecil (keluarga), yang menjamin rasa percaya satu sama lain dan

    tidak dapat dinilai dengan materi tetapi dengan hati nurani manusia. Menjadi jelas bahwa

    keadilan merupakansatu bentuk kehidupan bersama yang seimbang dalam kepelbagaian

    antara satu dengan yang lain, tidak ada yang lebih ringan atau lebih berat, tidak melebihi

    apa yang sepantasnya dan seharusnya ada, melainkan semuanya cukup dan tidak kurang

    juga tidak lebih “seimbang”. Dengan kata lain, keadilan yang terdapat dalam kehidupan

    keluarga disini adalah satu bentuk keadilan yang berasal dari Allah dan sedapat mungkin

    diterapkan dalam kehidupan keluarga Kristen agar dalamnya keluarga mengerti dan

    memahami bagaimana bertindak secara adil antar anggota keluarga (ayah, ibu, anak,

    terlebih dalam mengajarkannya pada anak-anak) dengan tidak menimbulkan sikap iri

    hati, cemburu atas setiap perlakuan yang dianggap tidak adil oleh pribadi anggota

    keluarga.Keadilan sebagai suatu sikap yang meluap dari cinta kasih terhadap sesama

    sangatlah perlu ditanamkan dalam diri seseorang mulai dari usia anak. Melihat

    perpecahan dan konflik-konflik yang terjadi dalam masyarakat sekarang ini, lebih

    disebabkan oleh adanya ketidakadilan dimana yang kuat akan semakin kuat, yang

    44

    Ibid, 166. 45

    Al. Andang L. Binawan, Keadilan sosial Upaya Mencari Makna Kesejahteraan Bersama di Indonesia,

    (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2004), hal 237.

  • 36

    berkuasa semakin berkuasa, dan yang miskin akan semakin miskin. Ini terjadi akibat

    orang-orang yang mementingkan diri sendiri dan egois, dengan tidak melihat kehidupan

    orang lain sehingga keadilan semakin menjadi pudar dan tidak dipedulikan. Oleh sebab

    itu orang tua mulai dalam kehidupan keluarga dengan penuh cinta kasih perlu

    menanamkan kesadaran diri pada anak akan rasa keadilan sejati, yakni nilai yang

    membuahkan sikap hormat kepada setiap orang, dan solider dengan tidak melihat ataupun

    membanding-bandingkan seseorang berdasar kehidupannya dan menghargai setiap hak

    yang dimiliki seseorang. Pada nantinya seorang anak setelah bertumbuh dewasa akan

    mewujudkan keadilan itu dalam tingkah lakunya oleh karena semua telah menjadi milik

    dan bagian dari hidupnya.

    2. 10. Keadilan Menurut Alkitab

    2. 10. 1. Dalam Perjanjian Lama

    Dalam Perjanjian Lama keadilan diterjemahkan Tsedaqa dalam Bahasa Ibrani.

    Sebagaimana yang dinyatakan dalam nabi-nabi Perjanjian Lama, misalnya

    Yesaya,46

    Hosea47

    dan pe-Mazmur48

    , bahwa Tuhan yang mewujudkan keadilannya

    melalui perbuatan belas kasihan dan tindakan penyelamatan terhadap mereka yang

    miskin, lemah, tertindas dan menderita. Allah disini lebih berpihak pada orang-orang

    miskin karena mereka miskin dan didiskriminasikan. Itulah sifat Allah, dan apa yang

    menjadi perjanjian Allah itu merupakan perjanjian dengan orang-orang miskin agar

    mereka dapat hidup sebagai saudara-saudari dalam masyarakat iman yang bersifat

    egaliter.

    46

    Lihat Yesaya 49:14-16. 47

    Lihat Hosea 11: 1-9. 48

    Lihat Mazmur 9, 12, 22, 35, 69, 72, 82, 103, 107, 130.

  • 37

    Allah tidak mengidealisasikan orang miskin dan Allah tidak menentang orang

    kaya yang berkuasa. Allah disini lebih menentang struktur-struktur masyarakat yang

    mempertentangkan orang kaya dan berkuasa melawan orang miskin yang terbuang.

    Dalam pemaparan diatas dapat dipahami bahwa Allah dalam cinta dan belas kasihnya

    yang menyelamatkan semua orang tanpa terkecuali melalui Tuhan Yesus Kristus. Inilah

    makna khas dari keadilan dalam Perjanjian Lama yang melebihi arti umum keadilan

    dalam pemahaman sehari-hari (memberi orang apa yang menjadi haknya, menghukum

    orang setimpal dengan kesalahannya).

    2. 10. 2. Dalam Perjanjian Baru

    Dalam Perjanjian Baru Paulus menekankan makna keadilan itu sebagaimana

    dipahami berdasarkan keadilan Allah dalam Perjanjian Lama.49

    Yang menyatakan bahwa

    “keadilan (Yunani: Dikaiosune)50

    Allah” itu adalah “kuasa Allah yang menyelamatkan”.

    berdasarkan hal ini, kebenaran Allah dapat dipahami sebagai keadilan yang

    membenarkan semua orang berdosa.51

    Terdapat tiga perumpamaan dalam Perjanjian Baru

    yang dengan jelas menunjukan pemahaman tentang hubungan antara Allah dan manusia,

    hubungan yang berdasar pada tatanan baru keadilan di dunia seperti yang dipikirkan

    Yesus.

    Dalam Matius 18:21-35, perumpamaan tentang raja yang penuh belas kasih, belas

    kasih yang ditunjukan raja sangat luar biasa sebab ia tidak bertindak menurut patokan

    manusia. Ia menunjukan belas kasihan kepada hambanya yang mohon belas kasihannya

    dan ia menghapus semua utangnya. Dalam Matius 20:1-16, perumpamaan tentang tuan

    yang berbelas kasih, tuan pemilik kebun anggur prihatin terhadap orang-orang yang

    49

    Lihat Roma 1:16,17. 50

    LAI menerjemahkan Dikaiosuneitu dengan “kebenaran”. 51

    Lihat Roma 3:21-31;4:5.

  • 38

    menganggur. Dikisahkan kepada kita bahwa berkali-kali dalam satu hari ia pergi mencari

    mereka, mengajak mereka bekerja dikebun anggurnya. Yang terutama dipikirkannya

    bukan supaya pekerjaan selesai dikerjakan, melainkan supaya para pekerja memperoleh

    upah yang cukup agar keluarga mereka masing-masing dapat hidup sepantasnya.

    Keadilan Allah dalam hal ini adalah keadilan yang sesuai dengan kebutuhan orang. Lukas

    15:11-32 menceritakan perumpamaan tentang ayah yang penuh pengertian. Sungguh-

    sungguh luar biasa bagaimana ayah itu penuh pengertian terhadap anak laki-lakinya yang

    masih muda yang hendak pergi berpetualang. Dalam menyetujui kemauan anaknya ini, ia

    mengetahui resiko yang diambilnya sebagai ayah. Ketika akhirnya anak ini kembali

    pulang kerumah, ayahnya sama sekali tidak meminta penjelasan, ia semata-mata

    mencurahkan cinta dan belas kasih kepada anaknya. Ketika anak laki-laki yang lebih tua

    marah terhadap sikap ayahnya atas adiknya, justru ayah ini menerangkan dengan lemah

    lembut bahwa yang terpenting ialah adiknya telah kembali.Ketiga perumpamaan ini

    mencerminkan konsep Kitab Suci Perjanjian Baru tentang keadilan sebagai “hubungan-

    hubungan yang benar”: belas kasih, bela rasa, penuh pengertian, penuh pengampunan.52

    Kehidupan keluarga Kristen yang sudah menerima dan mempercayai keadilan

    Allah dalam alkitab, seperti halnya yang terdapat dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian

    Baru, terlebih dalam usaha menerapkannya pada seluruh hidup dan kegiatannya. Dengan

    kata lain keadilan yang berasal dari Allah disini juga hadir dalam kegiatan keluarga, baik

    sebagai anggota maupun keseluruhan keluarga tersebut. Untuk itu keadilan sedapat

    mungkin ditanamkan dan dihidupkan dalam keluarga, agar setiap keluarga Kristen benar-

    benar memahami arti keadilan yang diterapkan atau dipraktikkan dalam kehidupan nyata

    52

    Komisi internasional, Buku Pegangan Bagi Promotor Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan

    Ciptaan,(Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal 93.

  • 39

    sehari-hari.53

    Rasul Paulus dalam surat-suratnya juga memberikan nasihat praktis

    mengenai bagaimana sikap dan hubungan antara anggota dalam ikatan rumah tangga.54

    Semuanya itu dilandaskan pada nasihatnya yang lebih komprehensif tentang bagaimana

    seharusnya sikap para pengikut Kristus terhadap sesamanya seperti yang terdapat dalam

    Kolose 3:12-15a. Keluarga Kristen yang mampu menghadirkan makna keadilan dalam

    hubungan rumah tangga dapat dikatakan telah menjalankan fungsi sebagai garam dan

    terang, sehingga setiap anggota keluarga maupun mereka yang disekitar keluarga akan

    melihat perbuatan-perbuatan baik dan secara langsung maupun tidak langsung akan

    memuliakan nama Bapa di sorga.55

    Dengan memberlakukan keadilan Allah, ini memiliki

    arti bahwa seseorang percaya dengan penuh syukur akan perlindungan, penyelamatan dan

    berkat-berkat Allah dalam kehidupannya, terlebih berupaya dengan sungguh-sungguh

    untuk dapat hidup menurut hukum-hukum Allah sebagai wujud ketaatan kepada-Nya dan

    usaha untuk menyaksikan dan memberitakan keadilan kepada sesama dalam lingkup

    anggota keluarga.

    1. 11. Kesimpulan

    Berdasarkan pada pemaparan yang sudah dibahas di atas penulis hendak

    menyimpulkan:

    1. Keluarga Kristen sebagai tempat pendidikan utama.

    Sebagai tempat pendidikan yang paling utama, keluarga mempunyai tugas

    dan peranan penting dalam membentuk identitas diri seseorang mulai sejak usia

    anak-anak. Dengan melihat hak dan kewajiban serta peran yang dilakukan oleh

    53

    Sutarno, Di Dalam Dunia Tetapi Tidak Dari Dunia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hal 166. 54

    Lihat Efesus 6: 1-9; Titus 2:1-10. 55

    Bnd. Matius 5:13-16.

  • 40

    orang tua dalam mendidik anaknya agar dapat bertumbuh menjadi pribadi yang

    bernilai dan berharga sebagaimana yang diharapkan.

    2. Pendidikan Agama Kristen penting untuk diajarkan dalam kehidupan

    keluarga.

    Pendidikan Agama Kristen merupakan suatu hal yang tidak akan pernah

    lepas dalam kehidupan keluarga Kristiani oleh karena ini juga turut membawa

    pengaruh dalam kehidupan keluarga. Keluarga di sini merupakan tempat utama

    dalam pendidikan agama Kristen. Dalamnya persekutuan keluarga tumbuh

    melalui interaksi, tindakan dan pengetahuan yang pada akhirnya mencapai tujuan

    untuk hidup sepenuhnya dalam iman kepada Yesus Kristus. Seseorang yang telah

    melakukan interaksi dengan berbagai pengaruhnya akan memberikan kesadaran

    mengenai adanya nilai-nilai yang ada disekitarnya.

    3. Gereja berperan dalam memperkenalkan nilai Kristiani dalam kehidupan

    keluarga Kristen.

    Sebagai lembaga yang dalamnya terdapat persekutuan antar pribadi anggota

    jemaat, gereja tentunya juga memberi pengaruh bagi kehidupan keluarga maupun

    pendidikan agama Kristen. Oleh sebab di dalam gereja berkumpul keluarga Allah

    yang bersama-sama bersatu, bersekutu dalam ikatan cinta kasih Allah yang telah

    menjadikan gereja itu Esa dengan mengaku satu Tubuh, satu Roh, satu Harapan,

    satu Tuhan dan satu Iman yang dikuduskan dalam kebenaran Kristus sebagai

    kepala gereja.

    4. Keadilan sebagai nilai yang harus diterapkan dalam kehidupan keluarga

    Kristiani.

  • 41

    Keadilan sebagai suatu nilai dalam kehidupan manusia di sini juga

    merupakan nilai dasar yang ada dalam kehidupan keluarga. Setiap keluarga, yang

    dalam hal ini keluarga Kristen seharusnya mampu menerapakan keadilan dalam

    hubungan antar anggota keluarga. Keadilan di sini merupakan suatu hal yang

    berarti sikap adil yang diwujudkan dengan hubungan timbal balik antara anggota

    keluarga agar setiap pribadi anggota keluarga menjumpai suatu keseimbangan

    baik dalam sikap, perbuatan maupun tindakan dalam ikatan persekutuan rumah

    tangga.

    5. Sosialisasi sebagai proses dalam menerapkan nilai keadilan.

    Sosialisasi sebagai proses penyesuaian diri dan proses belajar untuk dapat

    hidup dan bertingkah laku sesuai dengan nilai dan norma pada kehidupan individu

    di mana ia berada. Sejak seorang anak dilahirkan ia telah mempunyai sesuatu

    sehingga untuk selanjutnya ia melakukan proses penyesuaian antara faktor-faktor

    intern dengan pengaruh yang datang dari luar. Selain itu, ia juga dilengkapi

    dengan kemampuan tertentu untuk berinteraksi dengan orang lain. Semakin anak

    bertumbuh besar, pengendalian atau pengawasan dari orang tua perlu semakin

    ditingkatkan. Dalam proses sosialisasi pada saat bertumbuh kembang ini peran

    orang tua sangatlah penting. Peran yang pantas dalam proses sosialisasi ini ialah

    sebagai agent of social control terhadap anak-anaknya. Peran itu dilakukan

    melalui suatu pengendalian sosial, yakni melakukan cara dalam menerapkan

    pengendalian sosial dan mewujudkan pengendalian sosial itu terhadap anaknya.

    Melalui upaya pengendalian sosial, sosialisasi sebagai upaya menanamkan nilai

    suatu kelompok keluarga mudah dicapai. Arti sesungguhnya pengendalian sosial

  • 42

    adalah jauh lebih luas yang meliputi segala proses, baik yang direncanakan atau

    tidak, yang bersifat mendidik, mengajak, atau bahkan memaksa warga masyarakat

    maupun individu yang terdapat dalam anggota keluarga agar mematuhi kaidah

    dan nilai sosial yang berlaku.56

    Sosialisasi yang dalamnya terdapat interaksi tentu memiliki peranan dalam

    kehidupan keluarga Kristen saat ini, terlebih ketika keluarga itu menerapkan keadilan

    sebagai nilai yang bersifat hakiki. Sosialisasi yang dilakukan di sini memiliki tujuan agar

    setiap anggota keluarga terlebih khusus individu sejak usia dini mengerti dan memahami

    apa itu keadilan dalam keluarga mereka, dan bagaimana keadilan itu diterapkan dan

    dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Bilamana keadilan sudah diterapkan maka ini

    akan berdampak ketika individu tersebut yang pada nantinya akan melangkah lebih luas

    dalam kehidupan di masyarakat. Oleh sebab itu penulis mengungkapkan bahwa keadilan

    yang memiliki makna luas di sini sedapat mungkin ditanamkan mulai dari lingkungan

    keluarga (Kristen) dengan pemahaman bahwa keadilan hanya berasal dari Allah, ini

    bertujuan agar setiap pribadi anggota keluarga mampu melakukannya dalam kehidupan

    terhadap sesamanya terlebih dalam masyarakat juga dalam kehidupan berbangsa dan

    bernegara yang pada masa kini dalamnya nilai-nilai menjadi semakin kabur oleh karena

    tidak mendapatkan perhatian yang khusus dan tingkat kesadaran individu yang masih

    rendah.

    56

    Suhendy, Pengantar Studi Sosiologi Keluarga, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal 105.