25
 Pokja Sanitasi Kabupaten Gayo Lues | Tahun 2013 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Penetapan visi misi sanitasi diperlukan sebagai koridor pembangunan jangka menengah infrastruktur sanitasi dan sistem pendukungnya yang mengacu ke visi misi kota. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan di akhir periode perencanaan sedangkan Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Visi misi yang ditetapkan merupakan acuan untuk pembangunan sanitasi jangka menengah. Dari hasil pertemuan Pokja Sanitasi Kabupaten Gayo Lues dicapai suatu kesepakatan mengenai visi dan misi sanitasi Kabupaten Gayo Lues yang merupakan penjabaran dari Visi dan Misi Kabupaten Gayo Lues yang tertuang dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Gayo Lues. Tabel berikut dapat menjelaskan Visi dan misi sanitasi Kabupaten Gayo Lues: Tabel 2.1 Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Gayo Lues Visi Kabupaten Gayo Lues Misi Kabupaten Gayo Lues Visi Sanitasi Kabupaten Gayo Lues Misi Sanitasi Kabupaten Gayo Lues Terwujudnya masyarakat Gayo Lues yang sejahtera, rukun, damai, bertaqwa, dan bermartabat. 1. Menjalankan sari’at Islam secara Kaffah 2. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, berwibawa, bebas dari KKN dan menegakkan supremasi hokum. 3. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat. 4. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. 5. Menggali dan melestarikan sumber daya alam dan memanfaatkannya Terwujudnya layanan air minum dan sanitasi yang bersih, sehat, berkualitas juga ramah lingkungan di Kabupaten Gayo Lues Tahun 2015 Misi Air Limbah Domestik: Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga yang berwawasan lingkungan dan Mewujudkan perlindungan sumber air baku dalam pemenuhan kebutuhan air minum secara kuantitas dan kualitas, kontinuitas dan keterjangkauan (4K). Misi Persampahan Mewujudkan pembangunan infrastruktur Persampahan yang berkelanjutan yaitu terlaksananya pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan berdasarkan partisipasi penuh masyarakat.

BAB II ssk gls

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gambar wilayah

Citation preview

BAB IIKERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

2.1 Visi Misi SanitasiPenetapan visi misi sanitasi diperlukan sebagai koridor pembangunan jangka menengah infrastruktur sanitasi dan sistem pendukungnya yang mengacu ke visi misi kota. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan di akhir periode perencanaan sedangkan Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Visi misi yang ditetapkan merupakan acuan untuk pembangunan sanitasi jangka menengah. Dari hasil pertemuan Pokja Sanitasi Kabupaten Gayo Lues dicapai suatu kesepakatan mengenai visi dan misi sanitasi Kabupaten Gayo Lues yang merupakan penjabaran dari Visi dan Misi Kabupaten Gayo Lues yang tertuang dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Gayo Lues. Tabel berikut dapat menjelaskan Visi dan misi sanitasi Kabupaten Gayo Lues:

Tabel 2.1 Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Gayo LuesVisi Kabupaten Gayo LuesMisi Kabupaten Gayo LuesVisi Sanitasi Kabupaten Gayo LuesMisi Sanitasi Kabupaten Gayo Lues

Terwujudnya masyarakat Gayo Lues yang sejahtera, rukun, damai, bertaqwa, dan bermartabat.1. Menjalankan sariat Islam secara Kaffah2. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, berwibawa, bebas dari KKN dan menegakkan supremasi hokum.3. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat.4. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.5. Menggali dan melestarikan sumber daya alam dan memanfaatkannya secara tepat guna6. Menggali dan melestarikan adat istiadat dan seni budaya.7. Meningkatkan keamanan dan ketertiban di kabupaten Gayo Lues

Terwujudnya layanan air minum dan sanitasi yang bersih, sehat, berkualitas juga ramah lingkungan di Kabupaten Gayo Lues Tahun 2015Misi Air Limbah Domestik:Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga yang berwawasan lingkungan dan Mewujudkan perlindungan sumber air baku dalam pemenuhan kebutuhan air minum secara kuantitas dan kualitas, kontinuitas dan keterjangkauan (4K).

8. Misi PersampahanMewujudkan pembangunan infrastruktur Persampahan yang berkelanjutan yaitu terlaksananya pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan berdasarkan partisipasi penuh masyarakat.

9. Misi DrainaseMewujudkan pembangunan infrasrtuktur drainase yang berkelanjutan yaitu terlaksananya pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana drainase dengan dukungan partisipasi penuh masyarakat.

10. Misi Perilaku Hidup Bersih SehatMewujudkan sumberdaya manusia AMPL yang berkualitas dalam bidang air minum dan penyehatan lingkungan serta diharapkan bisa membimbing/membina setiap warga masyarakat Kabupaten Gayo Lues dalam pelaksanaan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan serta untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat.

Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Gayo Lues2.2 . Tahapan Pengembangan SanitasiPenetapan sistem dan zona sanitasi dilakukan untuk mengidentifikasi sistem sanitasi yang paling sesuai dan perumusan program dan kegiatan yang sesuai dengan kondisi wilayah berdasarkan sistem yang diusulkan. Sistem sanitasi adalah proses multilangkah dimana berbagai jenis limbah dikelola dari titik timbulan ke titik pemanfaatan kembali atau pemrosesan akhir. Setiap tahap ini disebut kelompok fungsional karena memiliki teknologi sendiri-sendiri dengan pengelolaan spesifik. Sistem sanitasi yang akan diusulkan ditentukan berdasarkan tahapan implementasi yakni jangka pendek (1-2 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka panjang (10-15 tahun).

Penetapan sistem sanitasi mempertimbangkan beberapa faktor, yakni:1. Faktor pengelolaan (peraturan, pengelolaan kelembagaan, pengaturan O&M, dan kepemilikan asset).2. Faktor fisik wilayah (kepadatan penduduk, pemanfaatan lahan, dan topografi).3. Faktor keuangan dan pendanaan (kapasitas fiscal, dukungan, dan mekanisme pendanaan).

Pemilihan sistem berdasarkan subsector yang digunakan umumnya adalah:a. Subsector air limbah domestic: sistem setempat (sistem on-site) dimana air limbah langsung diolah ditempat; dan sistem terpusat (sistem off-site) dengan mengalirkan air limbah domestic melalui perpipaan menuju instalasi pengolahan air limbah (IPAL).b. Subsector persampahan: sistem pengangkutan tidak langsung (melalui tempat penampungan sementara/TPS); sistem pengangkutan langsung; dan sistem penanganan sampah di sumbernya.c. Subsector drainase: sistem grafitasi dan sistem pemompaan.

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan teknologi, yakni:a. Lingkungan (risiko kesehatan, pemanfaatan air tanah, dan air permukaan).b. Budaya perilaku (tingkat kesadaran penduduk, keterampilan managemen masyarakat).c. Biaya investasi dan berulang (keterjangkauan, ketepatan teknologi)

Pokja Sanitasi Kabupaten Gayo Lues | Tahun 201318

Peta 2.1a: Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Sistem OnsitePenentuan Zona dan Sitem Sanitasi Sub Sektor Air Limbah

2.2.1 Sub Sektor Air Limbah

Untuk pelayanan skala rumah tangga Sarana dan Prasarana pengelolaan limbah cair di Kabupaten Gayo Lues belum memiliki , sedangkan skala yang lebih luas seperti IPAL dan IPLT belum tersedia namaun kedepan sudah punya rencana untuk dibangun. Pembuangan limbah manusia menggunakan sarana berupa jamban keluarga, jamban jamak/MCK atau bentuk-bentuk sarana lainnya. serta pembuangan limbah rumah tangga masih dialirkan ke saluran drainase, sungai, dan tempat terbuka (sawah, kebun). Secara umum sistem penangan air limbah domestik yang digunakan di Kabupaten Gayo Lues yaitu sistem setempat (on site system).Tabel 2.2: Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Gayo LuesNo.SistemCakupan LayananTarget Cakupan layanan (%)

Eksisting (%) *Jangka PendekJangka MenengahJangka Panjang

abcdef

A.Sistem On Site

1Individual (tangki septic) 0%25%50%100%

2Komunal (MCK, MCK++)0%25%50%100%

B.Sistem Off Site

1Skala Kota 0%25% 50% 100%

2Skala Wilayah0%25%50%100%

CBuang Air Besar Sembarangan ( BABS) **

Keterangan: *) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk**) Buang air besar di kebun,di kolam dll termasuk didalamnya adalah jamban yang tidak memiliki fasilitas pengolahan (dibuang langsung ke lingkungan) yang dikenal dengan BABS terselubung. Gunakan data EHRA BPS

Peta 2.1 b Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Sitem OffsitePengembangan bertahap Jangka Panjang

2.2.1.1 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Sub Sektor Air LimbahBeberapa isu pokok yang mengemuka terkait sistem sanitasi pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Gayo Lues, adalah :1. Pemerintah Kabupaten Gayo Lues belum memiliki Masterplan sektor air limbah.2. Pemerintah Kabupaten Gayo Lues belum memiliki perangkat pengaturan dan standar, pedoman dan manual bidang air limbah.3. Peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi pengelola air limbah domestik belum maksimal. Hal ini dikarenakan penjelasan mengenai tugas pokok dan fungsi serta kewenangan masing-masing SKPD belum terurai secara jelas dan rinci disamping anggaran dalam investasi APBD yang tersedia belum diatur untuk dapat mendanai keseluruhan kegiatan dalam pengelolaan air limbah domestik.4. Kabupaten Gayo Lues saat ini sudah merencanakan pembangunan IPLT, sedangkan kebutuhan akan pengolahan air limbah domestik sangat diperlukan untuk menjamin adanya situasi lingkungan yang lebih sehat dan aman. Untuk itu pembangunan IPLT serta saluran/koneksi penghubung dari sumber air limbah domestik hingga tempat pengolahan tersebut menjadi sangat mendesak untuk dilaksanakan terutama pada kawasan padat penduduk dan bangunan. 5. Pembangunan sanitasi skala komunitas didaerah padat penduduk, pendapatan rendah dan rawan sanitasi masih kurang.6. Kesadaran masyarakat akan sanitasi yang baik dan lingkungan yang sehat masih kurang. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan secara menyeluruh mengenai pengelolaan air limbah domestik dan lingkungan, disamping itu juga karena kurangnya sarana yang tersedia serta kondisi kemiskinan sehingga menyebabkan investasi/konsumsi rumah tangga miskin untuk kegiatan pengelolaan air limbah individu tidak menjadi prioritas bahkan terlupakan.7. Peran dan partisipasi dunia usaha masih sangat minim, hal disebabkan karena kurangnya sosialisasi dan kerjasama yang memadai dalam upaya pengelolaan air limbah domestik yang dapat difasilitasi oleh pemerintah Kabupaten Gayo Lues.

Dari pembahasan terdahulu, dapat diperoleh beberapa permasalahan mendesak tentang sistem pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Gayo Lues, sebagai berikut:

EDIT/GANTI/SEMPURNAKAN/TAMBAHKAN

2.2.1.2 Arahan pentahapan pencapaian sektor sanitasiDi dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah (apakah on site maupun off site) secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan/Center of Business Development (CBD) (komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan.Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi kota dalam merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten Gayo Lues, yang ujungnya adalah pengelolaan air limbah terpusat (off site system).

Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut: Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relative kecil yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan pilihan system setempat (on site) dengan skala rumah tangga (household based). Tahapan penanganannya dengan kegiatan utama untuk perubahan perilaku dan pemicuan. Zona ini mencakup ???? Desa yang tersebar hampir diseluruh Kecataman daratan di kabupaten Gayo Lues (Desa.). Dalam peta diberi warna hijau tua. Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan perubahan perilaku dan oleh karena merupakan daerah padat penduduk maka pemilihan systemnya adalah system setempat dengan pendekatan on site individual (tidak berbasis rumah tangga). Zona ini mencakup????? desa/kelurahan;. Dalam peta diberi warna hijau muda (Nama Desa terlampir dalam penentuan zona dan sistem sanitasi kabupaten Gayo Lues sub-sektor air limbah). Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan kawasan padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD) yang harus diatasi dengan pilihan sistem terpusat (off site) dalam jangka menengah. Zona ini mencakup ???? desa;(Desa.)Dalam peta diberi warna coklat tua. Zona 4, merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi karena merupakan kawasan padat, CBD serta kondisi topografi kurang menguntungkan. Dalam jangka panjang harus diatasi dengan pilihan system terpusat (off site). Zona ini mencakup ????? Desa, yaitu (desa....)dan Dalam peta diberi warna merah hati.

Peta 2.2: Peta Tahapan Pengembangan Persampahan

2.2.2. Sub Sektor PersampahanTabel 2.3: Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Gayo LuesNo.SistemCakupan LayananTarget Cakupan layanan (%)

Eksisting (%)Jangka PendekJangka MenengahJangka Panjang

abcdef

A.Penanganan Langsung (Direct)

1Kawansan Komersial%%%%

B.Penanganan Tidak langsung (InDirect)

1Cakupan secukupnya%%%%

2

C.Penanganan Berbasis Masyarakat

1%%%%

Keterangan: *) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk

2.2.2.1 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Sub Sektor PersampahanSecara khusus isu strategis dan permasalahan pengelolaan persampahan di Kabupaten Gayo Lues saat ini adalah sebagai berikut : Kapasitas Pengelolaan Sampah. Hal ini berkaitan dengan bertambah besarnya timbulan sampah setiap tahunnya yang tidak diikuti dengan ketersediaan prasarana dan sarana yang memadai. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan konsumsi masyarakat secara umum berdampak pada perubahan komposisi dan karakteristik sampah yang dihasilkan. Rendahnya kualitas dan tingkat pelayanan pengelolaan persampahan yang disebabkan keterbatasan sarana dan prasarana, yang berimbas pada akses pelayanan bagi masyarakat yang kurang maksimal, seperti pola pengangkutan, proses pengolahan dan pengelolaan TPA. Kemampuan kelembagaan yang ada saat ini hanya dikelola dan dilaksanakan teknis saja. Kemampuan pembiayaan terhadap pengelolaan persampahan masih cukup rendah, hal ini terlihat dari jumlah pendanaan yang disediakan setiap tahunnya total anggaran APBD. Peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam bentuk pengelolaan persampahan berbasis masyarakat (community base) masih belum dilaksanakan secara optimal, sehingga berimbas pada tidak terolahnya potensi sampah yang ada. Tidak adanya investasi dunia usaha/swasta dalam pengelolaan persampahan saat ini. Peraturan perundangan dan lemahnya penegakan hukum dalam kegiatan pengelolaan kebersihan kawasan perkotaan, dimana Peraturan Daerah yang dikeluarkan hanya mengatur jumlah dan besarnya retribusi yang harus dibayarkan oleh masyarakat, tanpa adanya aturan dan ketentuan teknis dalam kegiatan kebersihan kota.

Pokok-pokok permasalahan pengelolaan persampahan di Kabupaten Gayo Lues, sebagai berikut : Persoalan persampahan perkotaan saat ini cukup menyita perhatian, tidak hanya oleh pemerintah saja, tetapi juga oleh seluruh komponan masyarakat sebagai pemberi andil dalam produksi sampah. Hal ini tidak lepas dari dampak yang ditimbulkan oleh sampah itu sendiri yang membutuhkan pengelolaan yang komprehensif, menyeluruh, bersinergi dan sustainable. Pengumpulan dan pembuangan sampah perkotaan sejak dahulu dianggap merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Seiring perkembangan kawasan perkotaan yang cukup pesat, lonjakan jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan aktifitas masyarakat yang semakin kompleks serta aktifitas sosial lainnya, menimbulkan pergeseran pola pikir bahwa masyarakat juga mempunyai tanggung jawab besar dan memiliki peranan penting serta terkoordinasi untuk membentuk dan membuat suatu sistem penanganan sampah yang efisien dan efektif. Pengumpulan yang tidak memadai, dimulai pada tingkat individu masyarakat, rumah tangga, sampai wilayah terkecil, kemudian penanganan akhir dari semua produksi sampah yang ada masih kurang benar dan tidak maksimal, baik sampah perkotaan maupun jenis sampah lainnya bisa mengancam kesehatan masyarakat, mengurangi keindahan dan kenyamanan kawasan perkotaan serta menurunkan derajat kebersihan lingkungan perkotaan. Salah satu masalah utama yang menjadi penghambat dalam pengelolaan persampahan di wilayah perkotaan adalah biaya pengelolaan yang tinggi, yang diperparah lagi oleh produktivitas yang rendah mengakibatkan beban keuangan yang berat pada pemerintah daerah. Situasi ini, akan semakin diperburuk lagi oleh kurang efektifnya kebijakan dan strategi secara nasional untuk jangka pendek dan panjang dalam pengelolaan persampahan. Sebagai imbas dari kurang memadainya sarana dan prasarana pendukung kegiatan pengelolaan persampahan, juga mengakibatkan kurang maksimalnya sampah yang terangkut.

2.2.1.2 Arahan Pentahapan Pencapaian Sub Sektor PersampahanBerdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimun (SPM), wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasi. Terdapat 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial/CBD, permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Hasil dari penentuan wilayah dan kebutuhan pelayanan persampahan Kabupaten Gayo Lues terdapat 3 (tiga) zona yang dapat diilustrasikan sebagai berikut: Zona 1, merupakan area yang harus terlayani dengan system tidak langsung yakni dari rumah tangga ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA). Minimal 70% cakupan layanan harus diatasi dalam jangka menengah (5 tahun) ke depan. Terdapat ???? desa / kelurahan dalam zona ini( Desa). Dalam peta diberi warna hijau tua. Zona 2, merupakan area yang harus terlayani penuh 100% (full coverage) dalam jangka waktu menengah dengan system layanan langsung dari sumber ke TPA. Terdapat ??? (lima) desa / kelurahan dalam zona ini(Desa); Dalam peta diberi warna hijau muda. Zona 3, merupakan area padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD) yang harus diatasi dengan pilihan system langsung ke TPA dalam jangka waktu pendek. Zona ini mencakup ??? desa/kelurahan;(Desa). Dalam peta diberi warna putih.

Peta 2.3 Tahap Pengembangan Drainase

2.2.3. Sub Sektor DrainaseDilihat dari fungsi layanan drainase lingkungan, sistem dan cakupan pelayanan drainase lingkungan di Kabupaten Gayo Lues belum memenuhi haparan. Pada lingkup wilayah kota, perencanaan dan penyusunan program pada prinsipnya sudah mengacu kepada fungsi layanan drainase, yaitu dari saluran persil/tersier, sekunder dan primer, akan tetapi implementasi di lapangan tidak berkembang sebagaimana diharapkan, sistem pengaliran drainase belum berfungsi secara optimal, yaitu dari saluran persil/tersier ke saluran sekunder hingga ke saluran primer. Pada lingkup wilayah perdesaan sistem saluran drainase lingkungan belum terencana dengan baik, penyusunan perencanaan, program dan target pencapaian umumnya disusun berdasarkan kebutuhan program dan anggaran yang tersedia.Tabel 2.4: Tahapan Pengembangan Drainase Kabupaten No.SistemCakupan LayananTarget Cakupan layanan (%)

Eksisting (%)Jangka PendekJangka MenengahJangka Panjang

abcdef

1.Pembangunan Drainase13,8%24%30%40%

2.Pembangunan Drainase Induk1 Drainase2 Drainese

Keterangan: *) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk2.2.3.1 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Sub Sektor DrainaseBeberapa isu pokok terkait pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Gayo Lues, dikemukakan sebagai berikut : Bahwa pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan didukung oleh berbagai prilaku yang beragam dalam kehidupan bermasyarakat membawa dampak terhadap pertumbuhan perumahan/permukiman dengan berbagai aktivitasnya, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positifnya bahwa bertambahnya jumlah penduduk diharapkan proses produksi bagi peningkatan kesejahteraan dan perbaikan lingkungan perumahan/permukiman akan semakin baik, namun dampak negatif tentunya tidak dapat dihindari bahwa pertumbuhan penduduk dengan munculnya berbagai prilaku hidup yang tidak bersahabat dengan lingkungan akan menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat pula dengan kesehatan lingkungan itu sendiri, baik dilingkungan permukiman maupun alam sekitarnya. Bahwa tatanan kelembagaan yang lemah membawa pengaruh besar terhadap tingkat layanan drainase atau sistem sanitasi pada umumnya, sementara kebutuhan masyarakat atas lingkungan yang bersih dan sehat merupakan hal mendasar yang harus dipenuhi. Untuk itu diperlukan suatu tatanan kelembagaan yang tegas dan kuat dalam penyediaan prasarana drainase maupun dalam pemeliharaannya, sehingga tercipta lingkungan kehidupan perumahan dan permukiman yang layak huni. Bahwa untuk merangsang peningkatan pola hidup yang bersih dan sehat, diperlukan dukungan penyediaan prasarana drainase lingkungan yang memadai dan terstruktur, dukungan prasarana drainase lingkungan yang baik merupakan cermin bagi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat pula. Bahwa lingkungan permukiman yang memiliki drainase yang baik dan terstruktur tidak menjamin bagi terwujudkan lingkungan bersih dan sehat, diperlukan prilaku atau pola hidup yang baik dan tertata ditingkat masyarakat, peran serta seluruh lapiran masyarakat, pemerintah dan dunia usaha sangat diharapkan untuk mendukung bagi terpenuhinya prasarana drainase yang sesuai dengan harapan, prasarana drainase lingkungan adalah merupakan milik bersama yang harus dibangun dan dipelihara sebagai pencerminan dari adanya peningkatakan kesadaran atau kepedulian di dalam pengelolaan drainase lingkungan masing-masing. Bahwa untuk mendorong peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sistem sanitasi drainase lingkungan, maka peran media komunikasi sangat diperlukan guna mendukung kegiatan publikasi dan sosialisasi pengelolaan drainase, yaitu dalam kerangka peningkatan kapabilitas kelembagaan sistem sanitasi, sistem dan cakupan layanan, dan peningkatan kesadaran seluruh komponen masyarakat dan dunia usaha.

Permasalahan yang dihadapi di dalam pengelolaan sistem sanitasi drainase lingkungan di Kabupaten Gayo Lues menunjukkan bahwa : Sistem kelembagaan pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Gayo Lues masih sangat lemah, yang ditunjukan oleh lemahnya penyusunan perencanaan, program/target dan penganggaran yang berujung pada terbatasnya penyediaan prasarana drainase, rendah sistem dan cakupan layanan sistem drainase, lemahnya kekuatan publikasi dan sosialisasi, dan rendahnya kesadaran masyarakat, dunia usaha maupun pemerintah dalam pengelolaan drainase. Pelayanan drainase belum menjangkau seluruh lingkungan permukiman baik di daerah perdesaan maupun perkotaan, sistem drainase lingkungan belum tertata dan dikelola dengan baik, belum terstruktur atau belum ada sistem pengaliran yang baik dan terstruktur, kondisi fisik drainase yang tidak layak, sebagian besar saluran drainase yang ada belum permanen. Kesadaran masyarakat maupun jender dan kemiskinan dalam pengelolaan drainase masih sangat rendah, terlihat dari rendahnya tingkat pemeliharaan dan rasa mimiliki atas prasarana yang ada dan rendahnya layanan drainase lingkungan. Dukungan media komunikasi khususnya media lokasi dalam pubilikasi dan sosialisasi sistem sanitasi drainase lingkungan masih sangat rendah, dukungan atau kerjasama pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dengan media komunikasi lokal masih rendah.

2.2.3.2 Arahan Pentahapan Pencapaian Sub Sektor DrainaseDalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat kelurahan, maka disusun prioritas pengembangan sistem drainase. Penentuan daerah prioritas ini disusun berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi yang mengacu ke SPM, yaitu kepadatan penduduk, tata guna lahan (perdagangan, jasa, maupun permukiman), daerah genangan air hujan, serta tingkat resiko kesehatan. Perencanaan penanganan ke depan dapat diilustrasikan sebagai berikut: Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relative kecil yang dapat diatasi dalam jangka panjang mencakup ??? desa/kel. yang tersebar hampir diseluruh Kecataman di Kabupaten Gayo Lues. Dalam peta diberi warna hijau muda. Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam jangka menengah dan panjang mencakup ??? desa/kelurahan;. Dalam peta diberi warna biru tua. Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan kawasan padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD) yang harus diatasi dalam jangka menengah, mencakup ??? Kecamatan ;(.). Dalam peta diberi warna merah.

2.1. PERKIRAAN PENDANAAN PENGEMBANGAN SANITASI

Tabel 2.5: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Gayo Lues Tahun 2008 - 2012No. ItemPerkiraan Kebutuhan (Rp)Rata-rata Pertumbuhan

20082009201020112012

1Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 )

1.1Air Limbah Domestik320,000,000300,000,000217,500,0001,082,257,5002,952,238,000134

1.2Sampah rumah tangga745,987,500646,000,000961,500,0001,734,700,0001,000,600,00018

1.3Drainase lingkungan-2,222,500,0003,756,000,0002,419,000,0001,584,000,000-0.4

1.4PHBS87,000,000104,260,000201,890,00069,850,000236,000,00071

2Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 )

2.1DAK Sanitasi

2.2DAK Lingkungan Hidup

2.3DAK Perumahan dan Permukiman

3Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi

Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3)

Total Belanja langsung

% APBD Murni Terhadap Belanja Langsung

Komitmen Pendanaan APBD untuk Pendanaan Sanitasi ke depan (% terhadap belanja langsung ataupun penetapan nilai absolute)

Tabel 2.6: Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke DepanNo. UraianPerkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp)Total Pendanaan

20132014201520162017

1Perkiraan Belanja Langsung258,766,934,131298,335,784,000176,360,860,000215,060,214,000214,691,074,0001,163,214,866,131

2Perkiraan Belanja Sanitasi 4,967,987,5006,313,760,0009,355,890,0008,453,050,0008,558,988,00037,649,675,500

3Perkiraan Pendanaan Sanitasi Berdasarkan Komitmen3,467,987,5004,813,760,0007,855,890,0006,953,050,0007,058,988,00030,149,675,500

CONTOH/EDIT/SEMPURNAKAN

Tabel 2.7: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab/Kota untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi SanitasiNo. UraianPendanaan (Rp)Total

20132014201520162017

1Belanja Sanitasi

1.1Air Limbah Domestik4,967,987,5006,313,760,0009,355,890,0008,453,050,0008,558,988,00037,649,675,500

1.1.1Biaya Operasional/Pemeliharaan3,467,987,5004,813,760,0007,855,890,0006,953,050,0007,058,988,00030,149,675,500

Perkiraan Total OM Sanitasi1,535,000,0001,991,000,0003,059,000,0002,829,500,0002,622,250,00012,036,750,000

1.2Sampah Rumah Tangga

1.2.1Biaya Operasional/Pemeliharaan0

0

0

1.3Drainase Lingkungan

1.3.1Biaya Operasional/Pemeliharaan0

0

0

7.aPerkiraan Belanja Langsung APBD Kabupaten0

7.bPerkiraan APBD kabupaten Murni untuk Sanitasi0

7.cPerkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi Kabupaten0

Tabel 2.8: Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2017No. ItemBiaya Operasional/Pemeliharaan (Rp)Total Pendanaan

20132014201520162017

1Air Limbah (1a+1b+13)1,645,000,0001,625,000,0001,866,000,0001,940,000,0003,556,238,00010,632,238,000

1.aPerkiraan pendanaan investasi air limbah1,250,000,0001,250,000,0001,365,000,0001,400,000,0002,656,238,0007,921,238,000

1.bPerkiraan pendanaan biaya operasional/pemerilharaan (baru)270,000,000250,000,000365,000,000400,000,000650,000,0001,935,000,000

1.cPerkiraan pendanaan biaya operasional/pemerilharaan (eksisting)125,000,000125,000,000136,000,000140,000,000250,000,000776,000,000

2Sampah (2a+2b+2c)1,195,987,5001,041,000,0001,404,000,0002,614,700,0002,340,750,0008,596,437,500

2.aPerkiraan pendanaan investasi persampahan745,987,500646,000,000874,000,0001,634,700,0001,460,500,0005,361,187,500

2.bPerkiraan pendanaan biaya operasional/pemerilharaan (baru)375,000,000330,000,000440,000,000820,000,000730,250,0002,695,250,000

2.cPerkiraan pendanaan biaya operasional/pemerilharaan (eksisting)75,000,00065,000,00090,000,000160,000,000150,000,000540,000,000

3Drainase (3.a+3.b+3.c)1,940,000,0003,443,500,0005,784,000,0003,728,500,0002,426,000,00017,322,000,000

3.aPerkiraan pendanaan investasi drainase1,250,000,0002,222,500,0003,756,000,0002,419,000,0001,584,000,00011,231,500,000

3.bPerkiraan pendanaan biaya operasional/pemerilharaan (baru)625,000,0001,121,000,0001,878,000,0001,209,500,000792,000,0005,625,500,000

3.cPerkiraan pendanaan biaya operasional/pemerilharaan (eksisting)65,000,000100,000,000150,000,000100,000,00050,000,000465,000,000

4Aspek PHBS187,000,000204,260,000301,890,000169,850,000236,000,0001,099,000,000

5Perkiraan Total Kebutuhan Pendanaan Sanitasi (1+2+3+4)4,967,987,5006,313,760,0009,355,890,0008,453,050,0008,558,988,00037,649,675,500

6Perkiraan Total Investasi Sanitasi (1a+2a+3a+4)3,432,987,5004,322,760,0006,296,890,0005,623,550,0005,936,738,00025,612,925,500

7Perkiraan Total OM (1b+1c+2b+2c+3b+3c)1,535,000,0001,991,000,0003,059,000,0002,829,500,0002,622,250,00012,036,750,000

8Perkiraan Belanja Langsung APBD258,766,934,131298,335,784,000176,360,860,000215,060,214,000214,691,074,0001,163,214,866,131

9Perkiraan Proporsi Belanja Sanitasi - Belanja Laangsung (5/8)0.0190.0210.0530.0390.0400.17

10Perkiraan Proporsi Investasi - Belanja Langsung (6/8)0.0130.0140.0360.0260.0280.12

Tabel 2.9 Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten/Kota dalam Mendanai Program/Kegiatan SSKNo. UraianPerkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp)Total Pendanaan

20132014201520162017

1Perkiraan Kebutuhan Opersional / Pemeliharaan1,535,000,0001,991,000,0003,059,000,0002,829,500,0002,622,250,00012,036,750,000

2Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi 4,967,987,5006,313,760,0009,355,890,0008,453,050,0008,558,988,00037,649,675,500

3Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi3,467,987,5004,813,760,0007,855,890,0006,953,050,0007,058,988,00030,149,675,500

4Kemampuan Mendanai SSK (APBD Murni) (2-1)3,432,987,5004,322,760,0006,296,890,0005,623,550,0005,936,738,00025,612,925,500

5Kemampuan Mendanai SSK (Komitmen (3-1)1,932,987,5002,822,760,0004,796,890,0004,123,550,0004,436,738,00018,112,925,500