Upload
duongcong
View
229
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN MEMPERKUAT
GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERUSAHAAN
A. Hubungan Good Corporate Governance (GCG) dengan Tanggung Jawab
Sosial Dan Lingkungan Perusahaan
CSR merupakan bagian dari GCG, dimana GCG merupakan suatu sistem,
dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang
berkepentingan dan menggambarkan 5 (lima) prinsip yang disingkat dengan
TARIF, yaitu91
1. Transparancy (keterbukaan informasi)
Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan. Dalam mewujudkan
prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup,
akurat, tepat waktu tentang perusahaan kepada segenap stakeholders.
91Yusuf Wibisono, Yusuf, “Membedah Konsep & Aplikasi CSR Corporate Social Responsibility”, Gresik: Fasco Publishing, 2007 hal. 11-12 dan lihat juga Andi Firman, Ibid. Lihat juga I Nyoman Tjager, Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2003), hal. 26 yang menyebutkan bahwa Forum for Corporate Governance in Indonesia (FGCI) memberikan defenisi corporate governance sebagai berikut: “....seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang saham kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Istilah “corporate governance” untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik corporate governance di seluruh dunia.
Universita Sumatera Utara
2. Accountability (akuntabilitas)
Kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggung jawaban elemen
perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada
kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban, dan wewenang serta tanggung jawab
antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi.
3. Responsibility (pertanggung jawaban)
Kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, di antaranya
termasuk masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan
kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang
kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip
ini, diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan
operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung jawab
selain kepada shareholder juga kepada stakeholders.
4. Indepandency (kemandirian)
Intinya prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional
tanpa adanya benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada.
5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran)
Adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak shareholder dan
stakeholders sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Fairness
dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan
Universita Sumatera Utara
jaminan perlakuan yang setara di antara beragam kepentingan dalam
perusahaan.
Tata kelola perusahaan yang baik (GCG) diperlukan agar perilaku bisnis
mempunyai arahan yang baik. Prinsip responsibility sebagai salah satu dari
prinsip GCG merupakan prinsip yang mempunyai hubungan yang dekat dengan
CSR. Penerapan CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep
GCG sebagai entitas bisnis yang bertanggung jawab terhadap masyarakat dan
lingkungannya.92
Prinsip GCG yang dianut OECD menempatkan prinsip pertanggung jawaban
sebagai pilar tegaknya GCG. Prinsip pertanggung jawaban diwujudkan dengan
kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya
wewenang, kesadaran adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan
kekuasaan, dan menciptakan profesionalisme dengan tetap menjunjung etika dalam
menjalankan bisnis, menciptakan dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat.
93
Artinya perusahaan sebagai organisasi sosial yang didirikan dan dijalankan oleh
manusia tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan bagi shareholders yang
termasuk di dalamnya pemegang saham dan karyawan tetapi juga untuk kepentingan
stakeholders yang termasuk didalamnya masyarakat dan lingkungannya. Prinsip
pertanggung jawaban adalah kesesuaian atau kepatuhan dalam pengelolaan
perusahaan terhadap prinsip perusahaan yang sehat serta peraturan perundangan yang
92Ibid. hal. 12 93http://teguharifiyadi.blogspot.com/2009/08/memahami-makna-corporate-social. Di akses
tanggal 20 Juli 2011
Universita Sumatera Utara
berlaku. Peraturan yang berlaku termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak,
hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan
kerja, standar penggajian, serta persaingan yang sehat.
Prinsip pertanggung jawaban juga mencakup hal-hal yang terkait dengan
pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai bagian tak terpisahkan dari
masyarakat.94Prinsip pertanggung jawaban ini juga mengkritik ajaran Milton
Friedman yang mengajarkan bahwa hanya manusia yang mempunyai tanggung jawab
moral. Jika bisnis mempunyai tanggung jawab, menurut Friedman, itu adalah
tanggung jawab pribadi, bukan tanggung jawab atas nama seluruh perusahaan.
Alasannya, tanggung jawab moral tidak bisa dialihkan kepada pihak lain, dan karena
itu tidak relevan mengatakan perusahaan mempunyai tanggung jawab moral.
Friedman tetap menekankan bahwa tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada
lingkup yang mendatangkan keuntungan. Dengan demikian, tanggung jawab moral
perusahaan hanya dinilai dan diukur berdasarkan sejauh mana perusahaan itu berhasil
mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya.95
Prinsip pertanggung jawaban juga menuntut perusahaan di dalam
menjalankan usahanya untuk semakin bertanggung jawab terhadap masalah
sosial dan lingkungan. Menurut E. Merrick Dodd perusahaan adalah entitas
94Albert Widjaja, “Mencari Arah Bisnis yang Bermoral”, 50th Years Fests chrift in honor Stephen Tong, (Jakarta: Reformed Center for Religion and Society STEMI, 2007), hal 650.
95Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan Dan Relevansinya, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,1998), hal. 118.
Universita Sumatera Utara
publik yang tidak hanya punya kewajiban dan tanggung jawab pada satu
kelompok tapi juga kepada banyak pihak.96
Menurut Vernon A. Musseleman dan John H. Jackson bahwa istilah
tanggung jawab sosial perusahaan pada awalnya berarti sumbangan keuangan
pada seni atau masyarakat setempat, dan mungkin perilaku etis.
97
Sejalan dengan perkembangan jaman, perusahaan mempunyai tanggung
jawab sosial, meskipun masih tidak mudah untuk memberikan batasan atau
ruang lingkup dari tanggung jawab sosial perusahaan tersebut.
Sejalan dengan perkembangan jaman pengertian tanggung jawab
mengalami penambahan arti dan sekaligus merupakan ruang lingkup tanggung
jawab sosial perusahaan, bahwa tanggung jawab sosial perusahaan meliputi
kesehatan, informasi konsumen, tidak menjalankan diskriminasi serta
memelihara lingkungan.98
A Sonny Keraf melihat ruang lingkup tanggung jawab sosial, dengan
menyebutkan ada dua jalur tanggung jawab sosial sesuai dengan dua jalur
kerjasama perusahaan dengan masyarakat, yaitu relasi primer dan relasi
sekunder, yang dirumuskan sebagai berikut:
96Bismar Nasution, “Pengelolaan Stakeholders Perusahaan”, Disampaikan pada Pelatihan Mengelola Stakeholders yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) tanggal 17 s.d. Oktober 2008 di Sei Karang Sumatera Utara, hal 4.
97Vernona Musselman dan John H. Jackson, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Edisi Kesembilan, Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 1988), hal. 34.
98Basu Swasitha, D. A dan Ibnu Sukotjo W, Pengantar Bisnis Modern, Pengantar Ekonomi Peusahaan Modern, (Yogyakarta: Liberty, 1983), hal. 66.
Universita Sumatera Utara
a. Relasi primer, misalnya memenuhi kontrak yang sudah dilakukan dengan
perusahaan lain, memenuhi janji, membayar utang, memberi pelayanan pada
konsumen dan pelanggan secara memuaskan, bertanggung jawab dalam
menawarkan barang dan jasa kepada masyarakat dengan mutu yang baik,
memperhatikan hak karyawan, kesejahteraan karyawan dan keluarganya,
meningkatkan keterampilan dan pendidikan karyawan, dan sebagainya.
b. Relasi sekunder, adalah bertanggung jawab atas operasi dan dampak bisnis
terhadap masyarakat pada umumnya, atau masalah-masalah sosial seperti:
lapangan kerja, pendidikan, prasarana sosial, pajak dan sebagainya.99
Terdapat dua hal yang berkaitan dengan ruang lingkup tanggung jawab
sosial perusahaan, yaitu:
1. Internal merupakan tanggung jawab kedalam perusahaan itu sendiri,
Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan karyawannya,
terhadap mutu bahan yang dipergunakan agar menghasilkan barang yang
baik atau hal-hal yang berkaitan dengan proses produksi.
2. Eksternal merupakan tanggung jawab keluar perusahaan. Perusahaan harus
bertanggung jawab terhadap lingkungan yang berada di sekitar perusahaan
serta akibat-akibat yang ditimbulkannya, bertanggung jawab terhadap
barang-barang yang dibuat (dipasarkan) atau pasca produksi.100
99A. Sonny Keraf, Op. Cit. hal. 97-98.
100Habib Adjie, Op. Cit. hal. 68.
Universita Sumatera Utara
Tanggung jawab perusahaan internal adalah tanggung jawab moral
perusahaan terhadap karyawan, yaitu dengan membina hubungan kerja yang baik
di berbagai tingkatan kedudukan mulai dari tingkat bawah sampai ke tingkat
atasan. Menciptakan keterbukaan, baik dari masalah informasi peraturan
perusahaan maupun yang berkaitan dengan kemajuan dan kemunduran
perusahaan. Keterbukaan (transparency) dapat memudahkan dilakukan
pengontrolan fungsi manajemen dimana karyawan dari semua jenjang
kedudukan dapat ikut serta dalam pengawasan jalannya perusahaan.
Hal ini juga berkaitan dengan pengungkapan (disclosure) terhadap semua
kebijakan perusahaan. Dalam menjalankan roda perusahaan secara internal,
terjadi interaksi dengan pihak-pihak diluar perusahaan (eksternal), seperti
pemerintah, pemasok dan masyarakat. Hubungan dengan pihak-pihak di luar
perusahaan mempengaruhi aktivitas perusahaan.
Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menjalankan
hubungan dengan stakeholder. Pertama, perusahaan haruslah memberikan
informasi yang benar dan jujur kepada investor, Informasi yang tidak benar
dapat menjerumuskan para investor dalam mengambil keputusan. Kedua, dalam
mengadakan kerjasama kedua belah pihak harus mempunyai itikat baik dan
kepercayaan, sehingga kerjasama tersebut dapat berjalan dengan baik serta
menguntungkan kedua belah pihak.101
101I. Nyoman Tjager, dkk., Corporate Governance, (Jakarta: PT. Prehalindo, 2003), hal. 146
Universita Sumatera Utara
B. Pelaksanaan Good Corporate Governance Melalui Tanggung Jawab Sosial
Dan Lingkungan Perusahaan
GCG adalah suatu terminologi yang dapat juga mencakup segala aturan
hukum yang bertujuan agar suatu perusahaan dapat diminta pertanggung
jawabannya di hadapan pemegang saham dan publik. Istilah GCG juga dapat
mengacu pada praktik audit dan prinsip-prinsip pembukuan, dan juga dapat
mengacu pada keaktifan pemegang saham.
Secara lebih sempit, istilah GCG itu dapat digunakan untuk
menggambarkan peran dan praktik dewan direksi. Termasuk pengelolaan
perusahaan berkaitan dengan hubungan antara dewan direksi (pengelola)
perusahaan dan pemegang saham, yang didasarkan pada pandangan bahwa
dewan direksi merupakan perantara para pemegang saham untuk memastikan
suatu perusahaan dikelola demi kepentingan pemegang saham.
Hal ini sejalan dengan paradigma bahwa para direksi bertanggung jawab
kepada dewan komisaris dan dewan komisaris bertanggung jawab kepada
pemegang saham.102
102Bismar Nasution (I). ”Penerapan Good Corporate Governance Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Kredit”, Disampaikan pada “Seminar Hukum Perkreditan,” PT. Bank Rakyat Indonesia, Medan, tanggal 12-13 Maret 2002, hal. 5.
Istilah “pengelolaan perusahaan” memiliki banyak definisi.
Istilah tersebut dapat mencakup segala hubungan perusahaan, yaitu hubungan
Universita Sumatera Utara
antara modal, produk, jasa dan penyedia sumber daya manusia, pelanggan dan
bahkan masyarakat luas.103
GCG dapat digunakan untuk menggambarkan peran dan praktik dari dewan
direksi. GCG berkaitan dengan hubungan antara manajer perusahaan dan
pemegang saham, didasarkan pada suatu pandangan bahwa dewan direksi
merupakan agen para pemegang saham untuk memastikan suatu perusahaan
untuk dikelola guna kepentingan perusahaan tersebut. Secara singkat, GCG
mencakup hubungan antara manajer, direktur dan pemegang saham perusahaan.
Mencakup juga hubungan antara perusahaan itu sendiri dengan pembeli saham
dan masyarakat. GCG juga dapat meliputi kombinasi hukum, peraturan, aturan
pendaftaran dan praktik pribadi yang memungkinkan perusahaan menarik modal
masuk, bekerja secara efesien, menghasilkan keuntungan dan memenuhi harapan
masyarakat secara umum dan sekaligus kewajiban hukum.
Hubungan antara GCG dengan CSR terdapat pada prinsip responsibility
Dimana dalam prinsip ini, penekanan yang signifikan diberikan kepada
stakeholders perusahaan. Dengan prinsip responsibility perusahaan memahami
bahwa dalam kegiatan operasional perusahaan seringkali menghasilkan dampak
eksternal yang harus ditanggung oleh stakeholders. Oleh sebab itu, dalam
menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan harus memperhatikan kepentingan
103Bismar Nasution (II). “Aspek Hukum Dalam Transparansi Pengelolaan Perusahaan BUMN/BUMD Sebagai Upaya Pemberantasan KKN”, Makalah Disampaikan pada Semiloka Peran Masyarakat (Stakeholders) melalui lembaga pengawasan pengelolaan perusahaan dalam mendukung pelaksanaan Good Corporate Ggovernance di Sumatera Utara pada tanggal 30 April 2003, hal. 3
Universita Sumatera Utara
dan nilai tambah bagi stakeholders. Singkat kata, penerapan CSR merupakan
salah satu bentuk implementasi dari konsep GCG. Sebagai entitas bisnis yang
bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya, perusahaan harus
bertindak sebagai good citizen yang merupakan tuntutan dari good business
ethics.104
CSR juga dapat dipahami melalui konsep pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Konsep ini secara sederhana didefenisikan sebagai
pembangunan atau perkembangan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang
tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya. Sejak saat itu, isu yang membahas pembangunan berkelanjutan
yang didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi
dan sosial selalu menjadi agenda pertemuan internasional.
Dalam Protokol Kyoto yang dideklarasikan di Jepang misalnya, dibahas isu
global yang berkaitan dengan peningkatan suhu bumi akibat efek gas rumah kaca
atau Green Houses Gases (GPG).105
104Yusuf Wibisono., Op. Cit.
Kontribusi emisi gas rumah kaca tersebut
ternyata dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan multinasional di berbagai negara
terutama Amerika Serikat. Hal ini semakin menyadarkan para pelaku bisnis
untuk berkomitmen menerapkan CSR demi kepentingan bersama. Pada Tahun
2000, dilaksanakan KTT Millennium (Millennium Summit) sebagai wujud dari
kepedulian dunia terhadap kemiskinan dengan lahirnya United Millennium
105Ibid, hal 27
Universita Sumatera Utara
Declaration yang berupa Millennium Development Goals (MDGs). Tujuan dari
MDGs antara lain menghapuskan tingkat kemiskinan, pencapaian pendidikan
dasar secara universal, serta menjamin berlanjutnya pembangunan lingkungan.
Tujuan yang hendak dicapai MDGs tersebut dapat diwujudkan melalui
penerapan CSR.106 Selain mengejar Profit, perusahaan juga harus
memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (People)
dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan. Tanggung
jawab perusahaan tidak hanya berpijak pada aspek ekonomi yang direfleksikan
dalam kondisi keuangan, namun juga memperhatikan aspek sosial dan
lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan dapat
tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).107
Selanjutnya, World Business Council on Sustainable Development
(WBCSD) menjelaskan bahwa CSR mengenal suatu komitmen agar perusahaan
berperilaku etis (behavioral ethics) dan berkontribusi terhadap pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan (sustainable economic development). Komitmen
CSR lainnya adalah meningkatkan kualitas hidup stakeholders.
108
Sementara itu, kompleksitas permasalahan sosial (social problem) dalam
dekade terakhir dan implementasi ketentuan desentralisasi sebagai konsekwensi
otonomi daerah di Indonesia telah menempatkan CSR sebagai suatu konsep
106Ibid, hal 30-32 107Ibid, hal.111 108Charolinda.,“Pengembangan Konsep Community Development Dalam Rangka
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility”, Jurnal Hukum dan Pembangunan, Tahun ke 36 No. 1, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Januari-Maret 2006, hal. 87
Universita Sumatera Utara
inovasi yang diarahkan memberikan alternatif terobosan dalam memperdayakan
ekonomi masyarakat miskin. Oleh sebab itu, diperlukan komitmen perusahaan
untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
tetap memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan keseimbangan
antara perhatian terhadap aspek ekonomis, dan perhatian terhadap aspek sosial,
dan lingkungan”.109
C. Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan Dalam Rangka
Pembangunan Di Indonesia
Konsep dasar CSR adalah pemberdayaan masyarakat agar terbebas dari
kemiskinan. Pelaksanaan CSR diarahkan kepada pengembangan pembangunan
daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian fasilitas
kemasyarakatan dan juga bantuan bagi usaha masyarakat yang memerlukan
pengembangan. Masyarakat diberi pelatihan dan penyuluhan terhadap suatu
kegiatan lalu mereka difasilitasi untuk melaksanakan kegiatan tersebut sesuai
dengan penyuluhan dan pelatihan yang sudah diberikan. Dengan demikian,
masyarakat memiliki kegiatan dan usaha yang dapat meningkatkan taraf hidup
mereka. Selain pemberdayaan masyarakat, CSR juga bertujuan agar perusahaan
dapat beroperasi dengan lancar tanpa gangguan dari masyarakat sekitar
perusahaan. Jika hubungan antara perusahaan dan masyarakat tidak mesra, bisa
dipastikan perusahaan akan sulit melakukan kegiatan usaha. Minimnya
109 Suhandari M. Putri,”Schema CSR”, Kompas 4 Agustus 2007.
Universita Sumatera Utara
perhatian perusahaan terhadap pelaksanaan CSR menyebabkan pelaksanaan
program CSR belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat.110
Kontribusi CSR terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan adalah
melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga karyawan ,komunitas lokal, dan
masyarakat luas untuk memperbaiki kualitas hidup dengan cara yang dapat
diterima oleh bisnis dan juga oleh pembangunan itu sendiri yang merupakan
nilai dasar CSR. Kemiskinan adalah masalah sosial yang dapat ditekan, bahkan
dihapuskan melalui implementasi CSR kontemporer yang dilakukan dunia usaha.
CSR kontemporer merupakan bentuk CSR masa kini yang mana pelaksanaanya
telah diatur dalam undang-undang sehingga perusahaan wajib melaksanakannya
dan hal tersebut dinilai menjadi suatu cara yang akan menurunkan angka
kemiskinan karena tujuan pemberian dana CSR adalah kepada masyarakat
setempat yang memerlukan bantuan. Dengan demikian, Perusahaan telah
menyadari posisi mereka sebagai bagian dari masyarakat.
111
CSR dipahami sebagai perwujudan komitmen kepada keberlanjutan
(sustainability) perusahaan yang dicerminkan ke dalam triple bottom line “3P”
yaitu profit, planet dan people. Bahwa keberlangsungan hidup perusahaan hanya
akan terjadi apabila perusahaan menaruh kepedulian terhadap pertumbuhan
ekonomi, kepedulian terhadap pengembangan lingkungan dan kepedulian
terhadap pengembangan sosial. Searah dengan perkembangan, perusahaan bisnis
110Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility (CSR), (Jakarta: Sinar Grafika,2008), hal. 3.
111Ibid. hal. 5.
Universita Sumatera Utara
harus memberikan konstribusi terhadap tiga hal tersebut. Pada dasarnya
keberlanjutan adalah keseimbangan antara kepentingan - kepentingan ekonomi,
lingkungan dan masyarakat.112
Konsep triple bottom line (3P) kemudian berkembang dengan adanya ISO
26000 mengenai Guidance on Social Responsibility. ISO 26000 memberikan
warna baru dalam definisi dan implementasi bentuk CSR sangat berkait dengan
tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap dampak-dampak dari keputusan-
keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan
harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan
norma-norma perilaku internasional serta terintegrasi dengan perusahaan secara
menyeluruh.
113
Jika melihat rujukan tersebut maka konsep CSR yang telah dicanangkan
dan diimplementasikan menjadi semakin kompleks karena mencakup tujuh
prinsip CSR yang menjadi komponen utama, yaitu:
the environment, social
development, human rights, organizational governance, labor practices, fair
operating practices, dan consumer issues.114
Dengan melihat konsep Triple Bottom Lines dan mengkaitnya dengan
prinsip ISO 26000 maka konsep 3P kemudian dapat ditambahkan dengan 4P
112http://www.mediaqitafoundation.org/CSR.html diakses tertanggal 9 juni 2014 113Ibid 114Ibid
Universita Sumatera Utara
dengan menambahkannya dengan satu line tambahan, yakni procedure. Dengan
demikian, CSR adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian
keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan
lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang
tepat dan profesional.115
Implementasi CSR dengan konsep 4P ini bisa dipadukan dengan komponen
dalam ISO 26000. Konsep planet secara luas berkaitan dengan aspek the
environment. Konsep people di dalamnya merujuk pada konsep social
development dan human rights yang tidak hanya menyangkut kesejahteraan
ekonomi masyarakat (seperti pemberian modal usaha, pelatihan keterampilan
kerja). Tetapi lebih jauh banyak bersentuhan dengan kesejahteraan sosial seperti
pemberian jaminan sosial, penguatan aksesibilitas masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dan pendididikan, penguatan kapasitas lembaga-lembaga
sosial dan kearifan lokal. Sedangkan konsep procedur bisa mencakup konsep
tata kelola organisasi, praktek ketenagakerjaan, praktek pelaksanaan yang adil
dan isu konsumen yaitu komunitas dan masyarakat.
116
Hal ini terkait juga dengan bagian development yang jauh lebih penting
yaitu perubahan paradigma karena dari banyak analisa manfaat faktual yang
terjadi. Dari segi kepentingan terdapat hubungan yang saling menguntungkan
bagi dua pihak dalam proses pengembangan. Komunitas lokal mempunyai
115Ibid 116Ibid
Universita Sumatera Utara
harapan kepada perusahaan dalam membantu atau menjadi bagian dari proses
mereka menghadapi masalah yang terjadi. Disisi lain, perusahaan juga
mempunyai harapan bahwa apa yang dilakukan perusahaan dapat dilihat secara
adil dengan cara pandang bahwa masyarakat juga harus bersifat supportif
mendukung aktivitas perusahaan.117
Sejumlah besar penelitian telah membuktikan kinerja sosial dan kinerja
finansial perusahaan sungguh berkorelasi positif. Oleh karenanya perdebatan
mengenai keuntungan menjalankan CSR sesungguhnya dapat dianggap sudah
berakhir. Kajian oleh ekonom terkemuka Michael Porter menunjukan adanya
korelasi positif antara profit dan CSR, atau tujuan financial dan tujuan sosial
perusahaan. Perusahaan yang mencatat laba tertinggi adalah para pionir dalam
CSR.
118
Hubungan-hubungan antar stakeholders diumpamakan sebagai aliran darah
dalam organisasi. Seperti halnya sebuah entitas yang berada dalam hubungan
simbolik pada sebuah lingkungan, seperti itulah yang dilakukan oleh perusahaan.
Hubungan stakeholders menyediakan energi, informasi, dan sumber daya yang
penting bagi kehidupan. Dalam hubungan ini perusahaan menciptakan modal
sosial, modal intelektual, modal lingkungan dan modal finansial dan
keseluruhannya adalah upaya jangka panjang yang berkelanjutan
(sustainability).
117Ibid 118Thimotius Lesmana, “Program CSR yang berkelanjutan”, http;//wordpress.com/ ,
diakses tertanggal 9 juni 2014
Universita Sumatera Utara
Ada beberapa nama lain yang memiliki kemiripan atau bahkan sering
diidentikkan dengan CSR antara lain Pemberian Amal Perusahaan (Corporate
Giving Charity), Kedermawanan Perusahaan (Corporate philantropy), Relasi
Kemasyarakatan Perusahaan (Corporate Community Public Relation), dan
Pengembangan Masyarakat (Community Development). Keempat nama itu bisa
pula dilihat sebagai dimensi atau pendekatan CSR dalam konteks Investasi
Sosial Perusahaan (Corporate Social Investment ) yang didorong oleh spektrum
motif yang terentang dari motif “amal” hingga “pemberdayaan”.119
Munculnya beberapa nama tersebut disebabkan karena CSR belum
memiliki pengertian tunggal. Definisi dari Corporate Social Responsibility, di
antaranya adalah yang dikemukakan oleh Magnan & Ferrel yaitu “A business
acts in socially responsible manner when its decision and account for and
balance diverse stakeholders interest”. Definisi ini menekankan kepada
perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai
stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil
para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab.
Sedangkan Komisi Eropa membuat defenisi yang lebih praktis, yaitu bagaimana
perusahaan yang secara sukarela memberi kontribusi bagi terbentuknya
masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih. Sedangkan
Elkington mengemukakan bahwa sebuah perusahaan yang menunjukkan
119Cary M. Gould dan Michael L. Smith (eds), Social Work in the Work place, ( New York: Springer Publishing Co).hal. 299.
Universita Sumatera Utara
tanggung jawab sosialnya memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas
perusahaan (profit), masyarakat, khususnya komunitas sekitar (people), serta
lingkungan hidup (planet earth).120
The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD),
sebuah lembaga internasional yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan lebih
dari 120 multinational company yang berasal lebih dari 30 negara, dalam
publikasinya Making Good Business Sense mendefinisikan CSR sebagai
“Continuing commitment by business to be have ethically and contribute to
economic development while improving the quality of life of the work force and
their families as well as of the local community and society at large”.
Maksudnya adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara
etis, beroperasi secara hukum dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi,
bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya
sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih
luas.
121
Definisi Corporate Social Responsibility dikemukakan oleh World Bank
“The commitment of business to contribute to sustainable development working
with employees and their representatives the local community and society at
120A.B. Susanto Op.Cit.hal. 21-22 121Yusuf Wibisono, Membedah Konsep & Aplikasi Corporate Social Responsibility,
(Gresik: Fascho Publishing, 2007), hal. 7
Universita Sumatera Utara
large to improve quality of life, in ways what are both good for business and
good for development”.122
Menurut defenisi yang dikemukakan oleh The Jakarta Consulting Group,
tanggung jawab sosial ini diarahkan baik ke dalam (internal) maupun ke luar
(eksternal) perusahaan. Kedalam, maksudnya tanggung jawab ini diarahkan
kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan.
Pemegang saham sebagi pihak yang telah menginvestasikan sumber daya guna
mendukung berbagai aktivitas operasional perusahaan, tentunya mengharapkan
keuntungan yang optimal serta pertumbuhan perusahaan sehingga kesejahteraan
mereka di masa depan juga akan mengalami peningkatan. Oleh karenanya
perusahaan harus berjuang keras agar memperoleh laba yang optimal dalam
jangka panjang serta senantiasa mencari peluang bagi pertumbuhan di masa
depan.
Di samping kepada pemegang saham tanggung jawab sosial ke dalam ini
juga diarahkan kepada karyawan. Alasannya, hanya dengan kerja keras,
kontribusi, serta pengorbanan karyawan perusahaan dapat menjalankan berbagai
macam aktivitasnya serta meraih kesuksesan. Oleh itu, perusahaan dituntut
untuk memberikan kompensasi yang adil serta memberikan peluang
pengembangan karier bagi karyawan. Tentu saja hubungan antara perusahaan
dengan karyawan ini harus didasarkan pada prinsip hubungan yang saling
122Daniel Prakosa, “CSR for Better a Learning Forum Series” Disampaikan pada Seminar IBL Resourc Center For Corporate Citizen Ship, di Hotel Grand Angkasa, Tanggal 31 Agustus 2007.
Universita Sumatera Utara
menguntungkan (mutually beneficial). Artinya perusahaan harus memberikan
kompensasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, namun di lain pihak
karyawan pun dituntut untuk memberikan kontribusi yang maksimal bagi
kemajuan perusahaan.123
Maksudnya tanggung jawab sosial ini berkaitan dengan peran perusahaan
sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan
kesejahteraan karyawan dan kompetensi masyarakat, serta memelihara
lingkungan bagi kepentingan generasi mendatang. Pajak diperoleh dari
keuntungan yang diperoleh perusahaan. Oleh karenanya perusahaan harus
dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga mampu meraih laba yang maksimal.
Demi kelancaran aktivitas perusahaan dalam usaha mencapai tujuannya,
perusahaan membutuhkan banyak tenaga kerja. Seiring dengan tumbuh
kembangnya perusahaan, kebutuhan akan tenaga kerja ini akan mengalami
peningkatan. Perusahaan berkewajiban untuk ikut berpartisipasi menyediakan
lapangan kerja bagi masyarakat. Lapangan kerja akan semakin banyak tersedia
mana kala perusahaan tumbuh dan berkembang. Itu sebabnya perusahaan
berkewajiban untuk selalu mencari peluang-peluang baru bagi pertumbuhan,
dengan tetap mempertimbangkan faktor keuntungan dan tingkat pengembalian
finansial yang optimal.
Perusahaan juga memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam usaha-
usaha untuk meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, baik yang
123A.B. Susanto, Op.Cit. hal. 22-23.
Universita Sumatera Utara
berkaitan dengan perusahaan maupun yang tidak berkaitan dengan kegiatan
perusahaan. Perusahaan juga bertanggung jawab untuk memelihara kualitas
lingkungan tempat mereka beroperasi demi peningkatan kualitas hidup
masyarakat dalam jangka panjang, baik untuk generasi saat ini maupun untuk
generasi penerus.124
Konsep tanggung jawab perusahaan mencakup aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan (triple bottom line). Namun mempunyai tujuan yang sama mengarah
pada komitmen perusahaan terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan dalam
upaya meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan.
Jika ditarik pada berbagai pengertian di atas maka CSR merupakan
komitmen perusahaan terhadap kepentingan stakeholders dalam arti luas dari
sekedar kepentingan perusahaan belaka. Dengan kata lain, meskipun secara
moral adalah baik bahwa perusahaan maupun penanam modal mengejar
keuntungan, bukan berarti perusahaan ataupun penanam modal dibenarkan
mencapai keuntungan dengan mengorbankan kepentingan - kepentingan pihak
lain yang terkait.
Dengan adanya ketentuan CSR sebagai sebuah kewajiban dapat merubah
pandangan maupun perilaku dari pelaku usaha, sehingga CSR tidak lagi
dimaknai sekedar tuntutan moral, tetapi diyakinkan sebagai kewajiban
perusahaan yang harus dilaksanakan.
124Ibid.,hal, 24-25.
Universita Sumatera Utara
Kesadaran ini memberikan makna bahwa perusahaan bukan lagi sebagai
entitas yang mementingkan diri sendiri, alienasi dan atau eksklusif dari
lingkungan masyarakat, melainkan sebuah entitas usaha yang wajib melakukan
adaptasi kultural dengan lingkungan sosial. Tidak berkelebihan jika ke depan
CSR harus dimaknai bukan lagi hanya sekedar responsibility karena bersifat
voluntary, tetapi harus dilakukan sebagai mandatory dalam makna liability125
karena disertai dengan sanksi.126
Menyikapi kondisi yang ada tersebut, bahwa hukum sebagai produk
kebijakan politik tidak selamanya merupakan conditio sine qua non bagi tujuan
yang hendak dicapai. Hal ini menunjukkan hukum mempunyai batas-batas
kemampuan tertentu untuk mengakomodasi nilai-nilai yang tumbuh dan hidup
dalam komunitas masyarakat, oleh karena itu Roscoe Pound menyatakan bahwa
tugas hukum yang utama adalah ”social engineering”. Dalam doktrin ini
dikatakan bahwa hukum harus dikembangkan sesuai dengan perubahan-
perubahan nilai sosial. Untuk itu sebaiknya diadakan rumusan-rumusan
kepentingan yang ada dalam masyarakat yaitu kepentingan pribadi, masyarakat
dan umum.
127
125Arti dari prinsip strict liability adalah adanya tanggung jawab mutlak. Prinsip tanggung jawab mutlak (strictliability) merupakan gagasan yang disampaikan dalam UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup kemudian dipertegas di UU No. 32 tahun 2009 pasal 88 yang bunyinya “Setiap orang yang tindakannya, usahanya atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan atau mengelola limbah B3, atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan”
126Ibid 127Ibid
Universita Sumatera Utara
Konteks CSR dalam hal ini ada kewajiban bertanggung jawab atas perintah
undang-undang, dan memperbaiki atau sebaliknya memberi ganti rugi atas
kerusakan apa pun yang telah ditimbulkan. Tanggung jawab hukum lebih
menekankan pada kesesuaian sikap lahiriah dengan aturan, meskipun tindakan
tersebut secara obyektif tidak salah, barangkali baik dan sesuai dengan
pandangan moral dan nilai-nilai budaya masyarakat. Namun demikian
kesesuaian saja tidak dapat dijadikan dasar untuk menarik suatu kesimpulan
karena tidak tahu motivasi atau maksud yang mendasarinya.
Bila dikaitkan dengan teori tanggung jawab sosial dengan aktivitas
perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa tanggung jawab sosial lebih
menekankan pada kepedulian perusahaan terhadap kepentingan stakeholders
dalam arti luas dari pada kepedulian perusahaan terhadap kepentingan
perusahaan belaka. Dengan demikian konsep tanggung jawab sosial lebih
menekankan pada tanggung jawab perusahaan atas tindakan dan kegiatan
usahanya yang berdampak pada orang-orang tertentu, masyarakat dan
lingkungan di mana perusahaan-perusahaan melakukan aktivitas usahanya
sedemikian rupa, sehingga tidak berdampak negatif pada pihak-pihak tertentu
dalam masyarakat.Sedangkan secara positif hal ini mengandung makna bahwa
perusahaan harus menjalankan kegiatannya sedemikian rupa, sehingga dapat
mewujudkan masyarakat yang lebih baik dan sejahtera.
Universita Sumatera Utara
D. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Dalam Pendekatan
Praktis Operasional
Philip Kotler, pakar ternama di bidang international marketing, dan Nancy
Lee, Presiden Social Marketing Services Inc, menyatakan adanya pergeseran
(shift) dalam pendekatan perusahaan dalam melaksanakan CSR. Semula CSR
dilaksanakan dalam kerangka pendekatan tradisional, dengan anggapan
implementasi CSR dipandang sebagai beban semata, kini sudah timbul
kesadaran dimana pelaksanaan CSR merupakan bagian yang menyatu dalam
strategi bisnis suatu perusahaan. Dalam pendekatan baru ini implementasi CSR
justru mendukung tujuan-tujuan bisnis inti.128
Tanggung jawab ekonomi sebagai landasan CSR merujuk pada fungsi
utama bisnis sebagai produsen barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen,
dengan menghasilkan laba yang dapat diterima, artinya laba yang dihasilkan
harus sejalan dengan aturan dasar masyarakat. Tanpa laba perusahaan tidak akan
eksis, tidak dapat memberi kontribusi apapun kepada masyarakat. Masalah
tanggung jawab merupakan hal yang dianggap paling krusial, karena tanpa
adanya kelangsungan finansial tanggung jawab hal yang lain menjadi hal yang
meragukan.
Tanggung jawab hukum sering dihubungkan dengan tanggung jawab etika,
melebarkan tanggung jawab hukum dan mengharapkan para usahawan untuk
menjalankan fungsinya setingkat di atas hukum. Perusahaan harus mematuhi
128http://www.google.co.id/, diakses tertanggal 7 Desember 2010
Universita Sumatera Utara
hukum yang berlaku sebagai representasi dari rule of the game. Aturan yang
dimaksud di sini adalah peraturan umum tentang dunia usaha seperti aturan
tentang perburuhan, anti monopoli, lingkungan hidup dan sebagainya. Etika
bisnis mencakup cara organisasi bisnis menjalankan kewajiban hukum dan etika.
Tanggung jawab etis mencakup tanggung jawab secara umum, karena tidak
semua harapan masyarakat dirumuskan dalam hukum. Etika bukan hanya sesuai
dengan hukum, namun juga dapat diterima secara moral. Tanggung jawab sosial
juga harus tercermin dari perilaku etis perusahaan. Perusahaan diharapkan
masyarakat agar menghargai nilai-nilai budaya lokal, berperilaku baik, dan
memahami kondisi nyata masyarakat di sekitar operasinya, misalnya ditunjukkan
dengan berusaha mengakomodasi harapan masyarakat meskipun sebenarnya
tidak diwajibkan oleh hukum.
Tanggung jawab berperikemanusiaan (filantropis) merupakan tanggung
jawab terhadap sesama mencakup peran aktif perusahaan dalam memajukan
kesejahteraan manusia. Tanggung jawab ini mengharuskan perusahaan untuk
berkontribusi terhadap komunitasnya yaitu meningkatkan kualitas hidup.
Jika dikaitkan prinsip tanggung jawab perusahan dengan prinsip tanggung
jawab mutlak (strict liability). Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability)
inilah salah satu solusi untuk menyelesaikan berbagai kesalahan baik
kesengajaan ataupun kelalaian dari perusahaan lingkungan hidup. Prinsip
tanggung jawab mutlak (strict liability) merupakan prinsip yang sederhana dan
pembuktian yang mudah menyebabkan sangat terkait dengan Undang-Undang
Universita Sumatera Utara
Perseroan Terbatas dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 74 ayat (3), bahwa perseroan yang tidak
melaksanakan kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan dikenakan
sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dengan demikian dapat
dipahami tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan merupakan
tanggung jawab mutlak (strict liability) perusahaan.
Perekonomian nasional Indonesia, diselenggarakan berdasarkan atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional perlu didukung oleh
kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
Filosofi perekonomian nasional tersebut sejalan dengan konsep tanggung
jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Dalam CSR, perusahaan tidak
diharapkan pada tanggung jawab yang hanya berpijak pada single buttom line,
yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi
keuangannya saja. Tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple
bottom lines, selain aspek finansial juga sosial dan lingkungan. Kondisi
keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara
berkelanjutan (sustainable), tetapi juga harus memperhatikan dimensi sosial dan
Universita Sumatera Utara
lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar
terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup.129
CSR sejalan dengan tanggung jawab perusahaan yang mencakup empat
jenjang terintegral, yaitu ekonomis, hukum, etis dan filantropis. Tanggung jawab
ekonomis berarti perusahaan perlu menghasilkan laba sebagai foundation untuk
dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya. Namun dalam tujuan
mencari laba, sebuah perusahaan juga harus bertanggung jawab secara hukum
dengan mentaati ketentuan hukum yang berlaku. Secara etis perusahaan juga
bertanggung jawab untuk mempraktekkan hal-hal yang baik dan benar sesuai
dengan nilai-nilai, etika, dan norma - norma kemasyarakatan. Tanggung jawab
filantropis berarti perusahaan harus memberikan kontribusi bagi peningkatan
kualitas hidup masyarakat sejalan dengan operasi bisnisnya.
130
Perusahaan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus dengan terang-terangan untuk memperoleh keuntungan
(maksudnya keuntungan ekonomi).
131Tujuan mencari laba atau mencari untung
(profit oriented) merupakan tujuan umum didirikannya perusahaan. Sebagai
ilustrasi di negara-negara barat, misalnya Amerika Serikat, Kanada, bahwa The
Profit Motive dari perusahaan merupakan kunci dari kebebasan ekonomi.132
129Untung Hendrik Budi, Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 17.
130Martono Aggusti, Op. Cit.hal. 83. 131Sri Redjeki Hartono, Penggabungan Perusahaan, Majalah Masalah-Masalah Hukum
Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Nomor 4, Tahun XVI, 1986, hal. 4. 132Steven S. Alexander, dalam Habib Adjie, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan
Tanggung Jawab Sosial Perseroan Terbatas, (Bandung: Mandar Maju, 2008), hal. 56-57.
Universita Sumatera Utara
Tujuan khusus didirikannya perusahaan, atau dengan kata lain harus
ditegaskan jenis-jenis usaha yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini perlu
dilakukan agar perusahaan tidak melakukan kegiatan usaha yang menyimpang
dari jenis usaha yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga apabila ada
penyimpangan baik pemerintah maupun masyarakat dapat mengajukan keberatan
(sebagai pengawasan dari masyarakat) supaya perusahaan melakukan jenis usaha
yang telah ditentukan sebelumnya.
Perusahaan dalam rangka mencapai tujuan umum dan tujuan khusus
tersebut adalah dengan melakukan berbagai jenis usaha yang telah ditentukan,
dengan cara yang bagaimana perusahaan dapat mencapai tujuannya atau dengan
kata lain bagaimanakah tujuan-tujuan perusahaan dapat direalisasikan. Di
Indonesia cara dan bagaimana perusahaan dapat mencapai tujuan tadi tidak
diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan, untuk mencapai tujuan
tersebut biasanya diserahkan kepada kebijakan-kebijakan organ perusahaan
artinya perusahaan mempunyai kebebasan untuk melakukan kegiatan dalam
rangka mencapai tujuan perusahaan selama tidak bertentangan dengan hukum,
kesusilaan dan norma-norma kehidupan masyarakat dan etika bisnis.133
Perolehan keuntungan secara ekonomi yang diraih oleh perusahaan,
sebenarnya tersimpul tujuan lain dengan memanfaatkan keuntungan tersebut
seperti:
a. Kelangsungan hidup (survival),
133 Habib Adjie, Op. Cit.hal. 57-58.
Universita Sumatera Utara
b. Pertumbuhan perusahaan,
c. Prestige,
d. Kesejahteraan anggota,
e. Kesejahteraan masyarakat.134
Perusahaan harus mempunyai tanggung jawab sosial (kesejahteraan
masyarakat), hal ini dilandasi oleh suatu kenyataan yang tidak akan terbantah
dengan maraknya dunia bisnis, dengan berbagai persaingan yang sehat dengan
yang tidak sehat hampir sebanding, dan pada akhirnya hanya perusahaan yang
memperhatikan kebutuhan, keinginan masyarakat akan dapat bertahan, karena
masyarakat sekarang kecenderungan membutuhkan produk budaya yang
bermutu.
Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha harus
merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi
usahanya. Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh
karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat.
Perusahaan mesti menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan
lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau
upaya timbal balik atas penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksplorasif, di samping
sebagai kompensasi sosial karena timbulnya ketidaknyamanan pada masyarakat.
134Basu Swastha, DH. Ibnu Sukatjo W, Pengantar Bisnis Modern, (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern), (Yogyakarta: Liberty,1993), hal. 18-19.
Universita Sumatera Utara
Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang
bersifat simbiosis mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat,
setidaknya licence to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk
memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga bisa tercipta
harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan.
Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk
meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu berasal
akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural
dan ekonomis ytang timbul antara masyarkat dengan komponen perusahaan.135
Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap
kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam
perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi-
tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung
jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Profit sendiri
pada hakikatnya merupakan tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk
menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan aktivitas yang dapat
ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan
produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan mempunyai
keunggulan kompetitif yang dapat memberikan nilai tambah semaksimal
mungkin. Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki
manajemen kerja melalui penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang
135Wibisono Yusuf, Op. Cit. hal. 71.
Universita Sumatera Utara
tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Termasuk juga
menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah
mungkin.136
Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu
stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sekitar
sangat diperlukan bagi keberadaan kelangsungan hidup, dan perkembangan
perusahaan, maka sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan mayarakat
lingkungan perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat
sebesar-besarnya kepada masyarakat.
137
Menghadapi kondisi tersebut, saatnya perusahaan melihat serius pengaruh
dimensi sosial dari setiap aktivitas bisnisnya, karena aspek tersebut bukanlah
pilihan yang terpisah, melainkan berjalan beriringan untuk meningkatkan
keberlanjutan operasi perusahaan. Untuk memperkokoh komitmen dalam
tanggung jawab sosial dan lingkungan, perusahaan memang perlu memiliki
pandangan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah investasi masa
depan. Artinya tanggung jawab sosial dan lingkungan bukan lagi dilihat sebagai
sentra biaya (cost centre), melainkan sentra laba (profit centre) di masa
mendatang. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbal
baliknya masyarakat juga akan ikut menjaga eksistensi perusahaan.
138
136Freeman.R.E. Strategic Management: a Stakeholder Approach, MA, Pitman, 1984, hal. 46.
137Ibid. hal.33. 138Ibid, hal.34.
Universita Sumatera Utara
Secara umum Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas telah mengakomodir ke empat jenjang (ekonomis, hukum, etis dan
filantropis) tanggung jawab perusahaan tersebut. Keunikan Undang-Undang
Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dibandingkan undang-undang
sebelumnya yakni Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 1 Tahun 1995,
adalah Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 ini telah
mengolaborasi keempat jenjang tanggung jawab perusahaan tersebut dalam Pasal
74 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan, sehingga terlihat adanya
kompromi antara tanggung jawab hukum, etis dan filantropis dari perseroan
terbatas. Di satu sisi tanggung jawab sosial dan lingkungan ditetapkan sebagai
kewajiban hukum, namun di sisi lain pelaksanaannya memperhatikan kepatutan
dan kewajaran dengan standar yang tidak jelas, sehingga kewajiban hukum atas
tanggung jawab sosial dan lingkungan bertumpang tindih dengan sifat
filantropisnya atau kedermawanannya.139
Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007
mengatur tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam perspektif yang sempit,
yakni hanya mengatur tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagai tanggung
jawab hukum perseroan terbatas yang wajib dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya. Dengan kata lain, Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas
Nomor 40 Tahun 2007 lebih fokus pada tanggung jawab sosial dan lingkungan
sebagai input financial dalam bentuk sejumlah uang yang wajib dianggarkan
139Martono Aggusti, Op. Cit. hal. 83.
Universita Sumatera Utara
perseroan terbatas saja. Idealnya, secara etis tanggung jawab perusahaan
terhadap lingkungan dan masyarakat tidak sekedar menganggarkan sejumlah
dana tanggung jawab sosial dan lingkungan tetapi juga meliputi tanggung jawab
terkait upaya peningkatan tingkat kesejahteraan, stakeholder secara umum dan
tanggung jawab untuk menjamin efektifitas penggunaan atau pemanfaatan dana
tanggung jawab sosial dan lingkungan.140
Baik buruknya amanat Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40
Tahun 2007 yang mewajibkan perseroan menganggarkan dana pelaksanaan
tanggung jawab sosial dan lingkungan, bergantung pada aturan pelaksanaan
yang disusun oleh Pemerintah dalam PP No.47 tahun 2012 yang menyatakan
bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan oleh direksi
berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah mendapat persetujuan
dewan komisaris atau rapat umum pemegang saham sesuai dengan anggaran
dasar perseroan. Rencana kerja tahunan perseroan tersebut membuat rencana
kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tanggung jawab
sosial dan lingkungan.
Hal ini bermakna bahwa pelaksanaan CSR diatur oleh internal perusahaan
dengan demikian perusahaan harus tetap melaksanakan kewajiban CSR yang
realisasi dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran Perseroan. Perusahaan
harus memuat anggaran biaya CSR dalam RKAP dan besarnya jumlah anggaran
ditetapkan oleh perusahaan. Jumlah anggaran CSR perusahaan tidak dipaksakan
140Ibid. hal. 83-84.
Universita Sumatera Utara
dikarenakan peraturan pelaksana membuat negara tidak mempunyai kekuasaan
untuk memaksa perusahaan memasukkan jumlah tertentu anggaran CSR dalam
daftar anggarannya.
CSR perlu dipahami sebagai komitmen bisnis untuk melakukan
kegiatannya secara beretika dan berkontribusi pada pembangunan yang
berkelanjutan, melalui kerjasama dengan para pemangku kepentingan. CSR
harus dilaksanakan dengan menyadari bahwa perusahaan memiliki kewajiban
moral untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat disekitarnya. Pelaksanaan
CSR harus berjalan walaupun tidak ada undang undang yang mengaturnya.
Karena CSR merupakan beban moral perusahaan terhadap stakeholdersnya.
Sehingga harus ada kesepakatan bersama dalam mengimplementasikan tanggung
jawab sosial dan lingkungan tersebut. Jika hanya sebatas tanggung jawab
lingkungan misalnya, hal itu sudah diatur dengan lebih lengkap dalam undang-
undang lingkungan hidup dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Lingkungan Hidup (sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) dan
peraturan pelaksanaannya.141
Tanggung jawab sosial dan lingkungan semestinya tidak saja dipandang
dalam satu perspektif saja, yakni kewajiban perusahaan menganggarkan dana
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jika CSR sudah ditetapkan oleh hukum
sebagai sebuah kewajiban hukum yang memaksa (mandatory), maka sudah
141Ibid. hal. 16.
Universita Sumatera Utara
semestinya dibalik kewajiban tersebut perusahaan yang wajib tanggung jawab
sosial dan lingkungan sebagai subjek hukum juga memiliki sejumlah hak. Jika
kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan tanpa disertai hak, maka
tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut tidak ubahnya seperti kewajiban
moral atau kewajiban pajak.142
Pelaksanaan kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan yang
diimbangi hak-hak perusahaan penting untuk menjaga keseimbangan fungsi
perusahaan di tengah masyarakat. Tanggung jawab sosial dan lingkungan
seharusnya justru menjadikan perusahaan menjadi lebih baik dengan reputasi
yang lebih baik dan kesempatan berkembang yang lebih besar. Jika tanggung
jawab sosial dan lingkungan semata-mata menjadi beban, tanpa hak yang
memadai, maka perusahaan dapat mengalami kesulitan. Dalam keadaan ini mata
rantai sistem ekonomi akan terputus, yang akhirnya akan menyulitkan seluruh
masyarakat.
143
Oleh karena itu, untuk mengimbangi tanggung jawab sosial dan
lingkungan, regulasi perlu menetapkan hak-hak perseroan terbatas untuk dapat
berkembang, terutama hak berupa insentif hak-hak diantaranya mendapatkan
kenyamanan berinvestasi dengan tingkat kepastian hukum yang tinggi. Bahkan
bila perlu dengan insentif tertentu, sehingga perusahaan dapat memprediksi
bisnis ke depan terhadap modal yang telah atau akan ditanamkan, sehingga
142 Martono Aggusti, Op. Cit.hal. 89. 143Ibid. hal. 89.
Universita Sumatera Utara
bisnis dapat berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Pelayanan cepat,
kepastian hukum, stabilitas hukum dan hukum yang bersifat adil, serta kondisi
pengembangan dunia usaha yang lebih baik berdasarkan prinsip keterbukaan,
keadilan, akuntabilitas dan pertanggung jawaban yang merupakan perwujudan
dan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) di antara
pihak pemerintah, perusahaan dan masyarakat.144
Pada umumnya, perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam
menerapkan CSR menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut:
145
1. Tahapan perencanaan
Perencanaan terdiri dari 3 (tiga) langkah utama yaitu Awareness building,
CSR Assessement, dan CSR Manual building. Pertama, Awareness building
merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai pentingnya
arti CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dilakukan antara lain melalui
seminar, loka karya, diskusi dan lain-lain. Kedua, CSR Assessement
merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentiflkasi
144Lihat Ford R. Ford et.al dalam Martono Anggusti, Op. Cit. hal. 89-90. 145Ibid. Hal, 121-125, bahwa implementasi program CSR tersebut dapat dikelola
berdasarkan pola sebagai berikut: 1. Program sentralisasi Perusahaan sebagai pelaksana/penyelenggara utama kegiatan, tempat dan kegiatan berlangsung di areal perusahaan. Pelaksanaan kegiatan dapat bekerja sama dengan pihak lain misalnya event organizer atau institusi lainnya sejauh memiliki kesamaan visi dan tujuan. 2. Program desentralisasi Kegiatan dilaksanakan di luar area perusahaan. Perusahaan berperan sebagai pendukung kegiatan tersebut baik dalam bentuk bantuan dana, material maupun sponsorship. 3. Program kombinasi Pola ini dapat dilakukan terutama untuk program-program pemberdayaan masyarakat, di mana inisiatif, pendanaan maupun pelaksanaan kegiatan dilakukan secara partisipatoris dengan beneficiaries
Universita Sumatera Utara
aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-
langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif
bagi penerapan CSR secara efektif. Ketiga, CSR Manual building merupakan
pedoman implementasi dari hasil assessment yang telah dilakukan146
2. Tahapan implementasi
. Upaya
yang mesti dilakukan antara lain melalui benchmarking (mempelajari
program CSR dari perusahaan lain yang dinilai lebih sukses dalam
implementasi program ini), menggali dari referensi atau bagi perusahaan
yang menginginkan langkah instan, penyusunan manual ini dapat dilakukan
dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan.
Penyusunan manual CSR dibuat sebagai acuan, pedoman dan panduan dalam
pengelolaan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh
perusahaan.
Tahap implementasi ini terdiri atas 3 (tiga) langkah utama yakni sosialisasi,
pelaksanaan dan internalisasi. Pertama, Sosialisasi diperlukan untuk
memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek
yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman
penerapan CSR dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan penuh seluruh
komponen perusahaan. Kedua, pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada
dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada, berdasarkan
roadmap yang telah disusun. Ketiga, internalisasi adalah tahap jangka
146Ibid,
Universita Sumatera Utara
panjang mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam
seluruh proses bisnis perusahaan seperti melalui sistem manajemen kinerja.
3. Tahapan Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari
waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi
dilakukan untuk pengambilan keputusan selanjutnya. Evaluasi juga bisa
dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit
implementasi atas praktek CSR yang telah dilakukan.
4. Tahapan pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk
keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan
informasi material yang relevan mengenai perusahaan. Oleh karena itu,
selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder yang
memerlukan.
Perusahaan bebas menentukan bentuk atau format reporting yang
dibuatnya karena memang belum ada standar baku yang diberlakukan. Misalnya,
perusahaan dapat membuat laporan CSR sebagai bagian tersendiri dalam annual
report. Bagian yang terpenting adalah kecukupan informasi tentang apa yang
telah dilakukan perusahaan atas tanggung jawab sosialnya, Bentuk laporan bisa
bersifat kualitatif, kuantitatif atau gabungan antara keduanya.
Universita Sumatera Utara