38
BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN MEMPERKUAT GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERUSAHAAN A. Hubungan Good Corporate Governance (GCG) dengan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan CSR merupakan bagian dari GCG, dimana GCG merupakan suatu sistem, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan dan menggambarkan 5 (lima) prinsip yang disingkat dengan TARIF, yaitu 91 1. Transparancy (keterbukaan informasi) Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan. Dalam mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat, tepat waktu tentang perusahaan kepada segenap stakeholders. 91 Yusuf Wibisono, Yusuf, “Membedah Konsep & Aplikasi CSR Corporate Social Responsibility”, Gresik: Fasco Publishing, 2007 hal. 11-12 dan lihat juga Andi Firman, Ibid. Lihat juga I Nyoman Tjager, Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2003), hal. 26 yang menyebutkan bahwa Forum for Corporate Governance in Indonesia (FGCI) memberikan defenisi corporate governance sebagai berikut: “.... seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang saham kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Istilah corporate governance” untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik corporate governance di seluruh dunia. Universita Sumatera Utara

BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

BAB II

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN MEMPERKUAT

GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERUSAHAAN

A. Hubungan Good Corporate Governance (GCG) dengan Tanggung Jawab

Sosial Dan Lingkungan Perusahaan

CSR merupakan bagian dari GCG, dimana GCG merupakan suatu sistem,

dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang

berkepentingan dan menggambarkan 5 (lima) prinsip yang disingkat dengan

TARIF, yaitu91

1. Transparancy (keterbukaan informasi)

Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan. Dalam mewujudkan

prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup,

akurat, tepat waktu tentang perusahaan kepada segenap stakeholders.

91Yusuf Wibisono, Yusuf, “Membedah Konsep & Aplikasi CSR Corporate Social Responsibility”, Gresik: Fasco Publishing, 2007 hal. 11-12 dan lihat juga Andi Firman, Ibid. Lihat juga I Nyoman Tjager, Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2003), hal. 26 yang menyebutkan bahwa Forum for Corporate Governance in Indonesia (FGCI) memberikan defenisi corporate governance sebagai berikut: “....seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang saham kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Istilah “corporate governance” untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik corporate governance di seluruh dunia.

Universita Sumatera Utara

Page 2: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

2. Accountability (akuntabilitas)

Kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggung jawaban elemen

perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada

kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban, dan wewenang serta tanggung jawab

antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi.

3. Responsibility (pertanggung jawaban)

Kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, di antaranya

termasuk masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan

kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang

kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip

ini, diharapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan

operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung jawab

selain kepada shareholder juga kepada stakeholders.

4. Indepandency (kemandirian)

Intinya prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional

tanpa adanya benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari

pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada.

5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran)

Adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak shareholder dan

stakeholders sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Fairness

dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor dan memberikan

Universita Sumatera Utara

Page 3: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

jaminan perlakuan yang setara di antara beragam kepentingan dalam

perusahaan.

Tata kelola perusahaan yang baik (GCG) diperlukan agar perilaku bisnis

mempunyai arahan yang baik. Prinsip responsibility sebagai salah satu dari

prinsip GCG merupakan prinsip yang mempunyai hubungan yang dekat dengan

CSR. Penerapan CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep

GCG sebagai entitas bisnis yang bertanggung jawab terhadap masyarakat dan

lingkungannya.92

Prinsip GCG yang dianut OECD menempatkan prinsip pertanggung jawaban

sebagai pilar tegaknya GCG. Prinsip pertanggung jawaban diwujudkan dengan

kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya

wewenang, kesadaran adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan

kekuasaan, dan menciptakan profesionalisme dengan tetap menjunjung etika dalam

menjalankan bisnis, menciptakan dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat.

93

Artinya perusahaan sebagai organisasi sosial yang didirikan dan dijalankan oleh

manusia tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan bagi shareholders yang

termasuk di dalamnya pemegang saham dan karyawan tetapi juga untuk kepentingan

stakeholders yang termasuk didalamnya masyarakat dan lingkungannya. Prinsip

pertanggung jawaban adalah kesesuaian atau kepatuhan dalam pengelolaan

perusahaan terhadap prinsip perusahaan yang sehat serta peraturan perundangan yang

92Ibid. hal. 12 93http://teguharifiyadi.blogspot.com/2009/08/memahami-makna-corporate-social. Di akses

tanggal 20 Juli 2011

Universita Sumatera Utara

Page 4: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

berlaku. Peraturan yang berlaku termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak,

hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan

kerja, standar penggajian, serta persaingan yang sehat.

Prinsip pertanggung jawaban juga mencakup hal-hal yang terkait dengan

pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai bagian tak terpisahkan dari

masyarakat.94Prinsip pertanggung jawaban ini juga mengkritik ajaran Milton

Friedman yang mengajarkan bahwa hanya manusia yang mempunyai tanggung jawab

moral. Jika bisnis mempunyai tanggung jawab, menurut Friedman, itu adalah

tanggung jawab pribadi, bukan tanggung jawab atas nama seluruh perusahaan.

Alasannya, tanggung jawab moral tidak bisa dialihkan kepada pihak lain, dan karena

itu tidak relevan mengatakan perusahaan mempunyai tanggung jawab moral.

Friedman tetap menekankan bahwa tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada

lingkup yang mendatangkan keuntungan. Dengan demikian, tanggung jawab moral

perusahaan hanya dinilai dan diukur berdasarkan sejauh mana perusahaan itu berhasil

mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya.95

Prinsip pertanggung jawaban juga menuntut perusahaan di dalam

menjalankan usahanya untuk semakin bertanggung jawab terhadap masalah

sosial dan lingkungan. Menurut E. Merrick Dodd perusahaan adalah entitas

94Albert Widjaja, “Mencari Arah Bisnis yang Bermoral”, 50th Years Fests chrift in honor Stephen Tong, (Jakarta: Reformed Center for Religion and Society STEMI, 2007), hal 650.

95Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan Dan Relevansinya, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,1998), hal. 118.

Universita Sumatera Utara

Page 5: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

publik yang tidak hanya punya kewajiban dan tanggung jawab pada satu

kelompok tapi juga kepada banyak pihak.96

Menurut Vernon A. Musseleman dan John H. Jackson bahwa istilah

tanggung jawab sosial perusahaan pada awalnya berarti sumbangan keuangan

pada seni atau masyarakat setempat, dan mungkin perilaku etis.

97

Sejalan dengan perkembangan jaman, perusahaan mempunyai tanggung

jawab sosial, meskipun masih tidak mudah untuk memberikan batasan atau

ruang lingkup dari tanggung jawab sosial perusahaan tersebut.

Sejalan dengan perkembangan jaman pengertian tanggung jawab

mengalami penambahan arti dan sekaligus merupakan ruang lingkup tanggung

jawab sosial perusahaan, bahwa tanggung jawab sosial perusahaan meliputi

kesehatan, informasi konsumen, tidak menjalankan diskriminasi serta

memelihara lingkungan.98

A Sonny Keraf melihat ruang lingkup tanggung jawab sosial, dengan

menyebutkan ada dua jalur tanggung jawab sosial sesuai dengan dua jalur

kerjasama perusahaan dengan masyarakat, yaitu relasi primer dan relasi

sekunder, yang dirumuskan sebagai berikut:

96Bismar Nasution, “Pengelolaan Stakeholders Perusahaan”, Disampaikan pada Pelatihan Mengelola Stakeholders yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) tanggal 17 s.d. Oktober 2008 di Sei Karang Sumatera Utara, hal 4.

97Vernona Musselman dan John H. Jackson, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Edisi Kesembilan, Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 1988), hal. 34.

98Basu Swasitha, D. A dan Ibnu Sukotjo W, Pengantar Bisnis Modern, Pengantar Ekonomi Peusahaan Modern, (Yogyakarta: Liberty, 1983), hal. 66.

Universita Sumatera Utara

Page 6: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

a. Relasi primer, misalnya memenuhi kontrak yang sudah dilakukan dengan

perusahaan lain, memenuhi janji, membayar utang, memberi pelayanan pada

konsumen dan pelanggan secara memuaskan, bertanggung jawab dalam

menawarkan barang dan jasa kepada masyarakat dengan mutu yang baik,

memperhatikan hak karyawan, kesejahteraan karyawan dan keluarganya,

meningkatkan keterampilan dan pendidikan karyawan, dan sebagainya.

b. Relasi sekunder, adalah bertanggung jawab atas operasi dan dampak bisnis

terhadap masyarakat pada umumnya, atau masalah-masalah sosial seperti:

lapangan kerja, pendidikan, prasarana sosial, pajak dan sebagainya.99

Terdapat dua hal yang berkaitan dengan ruang lingkup tanggung jawab

sosial perusahaan, yaitu:

1. Internal merupakan tanggung jawab kedalam perusahaan itu sendiri,

Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan karyawannya,

terhadap mutu bahan yang dipergunakan agar menghasilkan barang yang

baik atau hal-hal yang berkaitan dengan proses produksi.

2. Eksternal merupakan tanggung jawab keluar perusahaan. Perusahaan harus

bertanggung jawab terhadap lingkungan yang berada di sekitar perusahaan

serta akibat-akibat yang ditimbulkannya, bertanggung jawab terhadap

barang-barang yang dibuat (dipasarkan) atau pasca produksi.100

99A. Sonny Keraf, Op. Cit. hal. 97-98.

100Habib Adjie, Op. Cit. hal. 68.

Universita Sumatera Utara

Page 7: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Tanggung jawab perusahaan internal adalah tanggung jawab moral

perusahaan terhadap karyawan, yaitu dengan membina hubungan kerja yang baik

di berbagai tingkatan kedudukan mulai dari tingkat bawah sampai ke tingkat

atasan. Menciptakan keterbukaan, baik dari masalah informasi peraturan

perusahaan maupun yang berkaitan dengan kemajuan dan kemunduran

perusahaan. Keterbukaan (transparency) dapat memudahkan dilakukan

pengontrolan fungsi manajemen dimana karyawan dari semua jenjang

kedudukan dapat ikut serta dalam pengawasan jalannya perusahaan.

Hal ini juga berkaitan dengan pengungkapan (disclosure) terhadap semua

kebijakan perusahaan. Dalam menjalankan roda perusahaan secara internal,

terjadi interaksi dengan pihak-pihak diluar perusahaan (eksternal), seperti

pemerintah, pemasok dan masyarakat. Hubungan dengan pihak-pihak di luar

perusahaan mempengaruhi aktivitas perusahaan.

Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menjalankan

hubungan dengan stakeholder. Pertama, perusahaan haruslah memberikan

informasi yang benar dan jujur kepada investor, Informasi yang tidak benar

dapat menjerumuskan para investor dalam mengambil keputusan. Kedua, dalam

mengadakan kerjasama kedua belah pihak harus mempunyai itikat baik dan

kepercayaan, sehingga kerjasama tersebut dapat berjalan dengan baik serta

menguntungkan kedua belah pihak.101

101I. Nyoman Tjager, dkk., Corporate Governance, (Jakarta: PT. Prehalindo, 2003), hal. 146

Universita Sumatera Utara

Page 8: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

B. Pelaksanaan Good Corporate Governance Melalui Tanggung Jawab Sosial

Dan Lingkungan Perusahaan

GCG adalah suatu terminologi yang dapat juga mencakup segala aturan

hukum yang bertujuan agar suatu perusahaan dapat diminta pertanggung

jawabannya di hadapan pemegang saham dan publik. Istilah GCG juga dapat

mengacu pada praktik audit dan prinsip-prinsip pembukuan, dan juga dapat

mengacu pada keaktifan pemegang saham.

Secara lebih sempit, istilah GCG itu dapat digunakan untuk

menggambarkan peran dan praktik dewan direksi. Termasuk pengelolaan

perusahaan berkaitan dengan hubungan antara dewan direksi (pengelola)

perusahaan dan pemegang saham, yang didasarkan pada pandangan bahwa

dewan direksi merupakan perantara para pemegang saham untuk memastikan

suatu perusahaan dikelola demi kepentingan pemegang saham.

Hal ini sejalan dengan paradigma bahwa para direksi bertanggung jawab

kepada dewan komisaris dan dewan komisaris bertanggung jawab kepada

pemegang saham.102

102Bismar Nasution (I). ”Penerapan Good Corporate Governance Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Kredit”, Disampaikan pada “Seminar Hukum Perkreditan,” PT. Bank Rakyat Indonesia, Medan, tanggal 12-13 Maret 2002, hal. 5.

Istilah “pengelolaan perusahaan” memiliki banyak definisi.

Istilah tersebut dapat mencakup segala hubungan perusahaan, yaitu hubungan

Universita Sumatera Utara

Page 9: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

antara modal, produk, jasa dan penyedia sumber daya manusia, pelanggan dan

bahkan masyarakat luas.103

GCG dapat digunakan untuk menggambarkan peran dan praktik dari dewan

direksi. GCG berkaitan dengan hubungan antara manajer perusahaan dan

pemegang saham, didasarkan pada suatu pandangan bahwa dewan direksi

merupakan agen para pemegang saham untuk memastikan suatu perusahaan

untuk dikelola guna kepentingan perusahaan tersebut. Secara singkat, GCG

mencakup hubungan antara manajer, direktur dan pemegang saham perusahaan.

Mencakup juga hubungan antara perusahaan itu sendiri dengan pembeli saham

dan masyarakat. GCG juga dapat meliputi kombinasi hukum, peraturan, aturan

pendaftaran dan praktik pribadi yang memungkinkan perusahaan menarik modal

masuk, bekerja secara efesien, menghasilkan keuntungan dan memenuhi harapan

masyarakat secara umum dan sekaligus kewajiban hukum.

Hubungan antara GCG dengan CSR terdapat pada prinsip responsibility

Dimana dalam prinsip ini, penekanan yang signifikan diberikan kepada

stakeholders perusahaan. Dengan prinsip responsibility perusahaan memahami

bahwa dalam kegiatan operasional perusahaan seringkali menghasilkan dampak

eksternal yang harus ditanggung oleh stakeholders. Oleh sebab itu, dalam

menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan harus memperhatikan kepentingan

103Bismar Nasution (II). “Aspek Hukum Dalam Transparansi Pengelolaan Perusahaan BUMN/BUMD Sebagai Upaya Pemberantasan KKN”, Makalah Disampaikan pada Semiloka Peran Masyarakat (Stakeholders) melalui lembaga pengawasan pengelolaan perusahaan dalam mendukung pelaksanaan Good Corporate Ggovernance di Sumatera Utara pada tanggal 30 April 2003, hal. 3

Universita Sumatera Utara

Page 10: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

dan nilai tambah bagi stakeholders. Singkat kata, penerapan CSR merupakan

salah satu bentuk implementasi dari konsep GCG. Sebagai entitas bisnis yang

bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya, perusahaan harus

bertindak sebagai good citizen yang merupakan tuntutan dari good business

ethics.104

CSR juga dapat dipahami melalui konsep pembangunan berkelanjutan

(sustainable development). Konsep ini secara sederhana didefenisikan sebagai

pembangunan atau perkembangan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang

tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi

kebutuhannya. Sejak saat itu, isu yang membahas pembangunan berkelanjutan

yang didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi

dan sosial selalu menjadi agenda pertemuan internasional.

Dalam Protokol Kyoto yang dideklarasikan di Jepang misalnya, dibahas isu

global yang berkaitan dengan peningkatan suhu bumi akibat efek gas rumah kaca

atau Green Houses Gases (GPG).105

104Yusuf Wibisono., Op. Cit.

Kontribusi emisi gas rumah kaca tersebut

ternyata dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan multinasional di berbagai negara

terutama Amerika Serikat. Hal ini semakin menyadarkan para pelaku bisnis

untuk berkomitmen menerapkan CSR demi kepentingan bersama. Pada Tahun

2000, dilaksanakan KTT Millennium (Millennium Summit) sebagai wujud dari

kepedulian dunia terhadap kemiskinan dengan lahirnya United Millennium

105Ibid, hal 27

Universita Sumatera Utara

Page 11: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Declaration yang berupa Millennium Development Goals (MDGs). Tujuan dari

MDGs antara lain menghapuskan tingkat kemiskinan, pencapaian pendidikan

dasar secara universal, serta menjamin berlanjutnya pembangunan lingkungan.

Tujuan yang hendak dicapai MDGs tersebut dapat diwujudkan melalui

penerapan CSR.106 Selain mengejar Profit, perusahaan juga harus

memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (People)

dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan. Tanggung

jawab perusahaan tidak hanya berpijak pada aspek ekonomi yang direfleksikan

dalam kondisi keuangan, namun juga memperhatikan aspek sosial dan

lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan dapat

tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).107

Selanjutnya, World Business Council on Sustainable Development

(WBCSD) menjelaskan bahwa CSR mengenal suatu komitmen agar perusahaan

berperilaku etis (behavioral ethics) dan berkontribusi terhadap pembangunan

ekonomi yang berkelanjutan (sustainable economic development). Komitmen

CSR lainnya adalah meningkatkan kualitas hidup stakeholders.

108

Sementara itu, kompleksitas permasalahan sosial (social problem) dalam

dekade terakhir dan implementasi ketentuan desentralisasi sebagai konsekwensi

otonomi daerah di Indonesia telah menempatkan CSR sebagai suatu konsep

106Ibid, hal 30-32 107Ibid, hal.111 108Charolinda.,“Pengembangan Konsep Community Development Dalam Rangka

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility”, Jurnal Hukum dan Pembangunan, Tahun ke 36 No. 1, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Januari-Maret 2006, hal. 87

Universita Sumatera Utara

Page 12: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

inovasi yang diarahkan memberikan alternatif terobosan dalam memperdayakan

ekonomi masyarakat miskin. Oleh sebab itu, diperlukan komitmen perusahaan

untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan

tetap memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan keseimbangan

antara perhatian terhadap aspek ekonomis, dan perhatian terhadap aspek sosial,

dan lingkungan”.109

C. Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan Dalam Rangka

Pembangunan Di Indonesia

Konsep dasar CSR adalah pemberdayaan masyarakat agar terbebas dari

kemiskinan. Pelaksanaan CSR diarahkan kepada pengembangan pembangunan

daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian fasilitas

kemasyarakatan dan juga bantuan bagi usaha masyarakat yang memerlukan

pengembangan. Masyarakat diberi pelatihan dan penyuluhan terhadap suatu

kegiatan lalu mereka difasilitasi untuk melaksanakan kegiatan tersebut sesuai

dengan penyuluhan dan pelatihan yang sudah diberikan. Dengan demikian,

masyarakat memiliki kegiatan dan usaha yang dapat meningkatkan taraf hidup

mereka. Selain pemberdayaan masyarakat, CSR juga bertujuan agar perusahaan

dapat beroperasi dengan lancar tanpa gangguan dari masyarakat sekitar

perusahaan. Jika hubungan antara perusahaan dan masyarakat tidak mesra, bisa

dipastikan perusahaan akan sulit melakukan kegiatan usaha. Minimnya

109 Suhandari M. Putri,”Schema CSR”, Kompas 4 Agustus 2007.

Universita Sumatera Utara

Page 13: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

perhatian perusahaan terhadap pelaksanaan CSR menyebabkan pelaksanaan

program CSR belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat.110

Kontribusi CSR terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan adalah

melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga karyawan ,komunitas lokal, dan

masyarakat luas untuk memperbaiki kualitas hidup dengan cara yang dapat

diterima oleh bisnis dan juga oleh pembangunan itu sendiri yang merupakan

nilai dasar CSR. Kemiskinan adalah masalah sosial yang dapat ditekan, bahkan

dihapuskan melalui implementasi CSR kontemporer yang dilakukan dunia usaha.

CSR kontemporer merupakan bentuk CSR masa kini yang mana pelaksanaanya

telah diatur dalam undang-undang sehingga perusahaan wajib melaksanakannya

dan hal tersebut dinilai menjadi suatu cara yang akan menurunkan angka

kemiskinan karena tujuan pemberian dana CSR adalah kepada masyarakat

setempat yang memerlukan bantuan. Dengan demikian, Perusahaan telah

menyadari posisi mereka sebagai bagian dari masyarakat.

111

CSR dipahami sebagai perwujudan komitmen kepada keberlanjutan

(sustainability) perusahaan yang dicerminkan ke dalam triple bottom line “3P”

yaitu profit, planet dan people. Bahwa keberlangsungan hidup perusahaan hanya

akan terjadi apabila perusahaan menaruh kepedulian terhadap pertumbuhan

ekonomi, kepedulian terhadap pengembangan lingkungan dan kepedulian

terhadap pengembangan sosial. Searah dengan perkembangan, perusahaan bisnis

110Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility (CSR), (Jakarta: Sinar Grafika,2008), hal. 3.

111Ibid. hal. 5.

Universita Sumatera Utara

Page 14: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

harus memberikan konstribusi terhadap tiga hal tersebut. Pada dasarnya

keberlanjutan adalah keseimbangan antara kepentingan - kepentingan ekonomi,

lingkungan dan masyarakat.112

Konsep triple bottom line (3P) kemudian berkembang dengan adanya ISO

26000 mengenai Guidance on Social Responsibility. ISO 26000 memberikan

warna baru dalam definisi dan implementasi bentuk CSR sangat berkait dengan

tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap dampak-dampak dari keputusan-

keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang

diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan

pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan

harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan

norma-norma perilaku internasional serta terintegrasi dengan perusahaan secara

menyeluruh.

113

Jika melihat rujukan tersebut maka konsep CSR yang telah dicanangkan

dan diimplementasikan menjadi semakin kompleks karena mencakup tujuh

prinsip CSR yang menjadi komponen utama, yaitu:

the environment, social

development, human rights, organizational governance, labor practices, fair

operating practices, dan consumer issues.114

Dengan melihat konsep Triple Bottom Lines dan mengkaitnya dengan

prinsip ISO 26000 maka konsep 3P kemudian dapat ditambahkan dengan 4P

112http://www.mediaqitafoundation.org/CSR.html diakses tertanggal 9 juni 2014 113Ibid 114Ibid

Universita Sumatera Utara

Page 15: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

dengan menambahkannya dengan satu line tambahan, yakni procedure. Dengan

demikian, CSR adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian

keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan

lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang

tepat dan profesional.115

Implementasi CSR dengan konsep 4P ini bisa dipadukan dengan komponen

dalam ISO 26000. Konsep planet secara luas berkaitan dengan aspek the

environment. Konsep people di dalamnya merujuk pada konsep social

development dan human rights yang tidak hanya menyangkut kesejahteraan

ekonomi masyarakat (seperti pemberian modal usaha, pelatihan keterampilan

kerja). Tetapi lebih jauh banyak bersentuhan dengan kesejahteraan sosial seperti

pemberian jaminan sosial, penguatan aksesibilitas masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan dan pendididikan, penguatan kapasitas lembaga-lembaga

sosial dan kearifan lokal. Sedangkan konsep procedur bisa mencakup konsep

tata kelola organisasi, praktek ketenagakerjaan, praktek pelaksanaan yang adil

dan isu konsumen yaitu komunitas dan masyarakat.

116

Hal ini terkait juga dengan bagian development yang jauh lebih penting

yaitu perubahan paradigma karena dari banyak analisa manfaat faktual yang

terjadi. Dari segi kepentingan terdapat hubungan yang saling menguntungkan

bagi dua pihak dalam proses pengembangan. Komunitas lokal mempunyai

115Ibid 116Ibid

Universita Sumatera Utara

Page 16: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

harapan kepada perusahaan dalam membantu atau menjadi bagian dari proses

mereka menghadapi masalah yang terjadi. Disisi lain, perusahaan juga

mempunyai harapan bahwa apa yang dilakukan perusahaan dapat dilihat secara

adil dengan cara pandang bahwa masyarakat juga harus bersifat supportif

mendukung aktivitas perusahaan.117

Sejumlah besar penelitian telah membuktikan kinerja sosial dan kinerja

finansial perusahaan sungguh berkorelasi positif. Oleh karenanya perdebatan

mengenai keuntungan menjalankan CSR sesungguhnya dapat dianggap sudah

berakhir. Kajian oleh ekonom terkemuka Michael Porter menunjukan adanya

korelasi positif antara profit dan CSR, atau tujuan financial dan tujuan sosial

perusahaan. Perusahaan yang mencatat laba tertinggi adalah para pionir dalam

CSR.

118

Hubungan-hubungan antar stakeholders diumpamakan sebagai aliran darah

dalam organisasi. Seperti halnya sebuah entitas yang berada dalam hubungan

simbolik pada sebuah lingkungan, seperti itulah yang dilakukan oleh perusahaan.

Hubungan stakeholders menyediakan energi, informasi, dan sumber daya yang

penting bagi kehidupan. Dalam hubungan ini perusahaan menciptakan modal

sosial, modal intelektual, modal lingkungan dan modal finansial dan

keseluruhannya adalah upaya jangka panjang yang berkelanjutan

(sustainability).

117Ibid 118Thimotius Lesmana, “Program CSR yang berkelanjutan”, http;//wordpress.com/ ,

diakses tertanggal 9 juni 2014

Universita Sumatera Utara

Page 17: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Ada beberapa nama lain yang memiliki kemiripan atau bahkan sering

diidentikkan dengan CSR antara lain Pemberian Amal Perusahaan (Corporate

Giving Charity), Kedermawanan Perusahaan (Corporate philantropy), Relasi

Kemasyarakatan Perusahaan (Corporate Community Public Relation), dan

Pengembangan Masyarakat (Community Development). Keempat nama itu bisa

pula dilihat sebagai dimensi atau pendekatan CSR dalam konteks Investasi

Sosial Perusahaan (Corporate Social Investment ) yang didorong oleh spektrum

motif yang terentang dari motif “amal” hingga “pemberdayaan”.119

Munculnya beberapa nama tersebut disebabkan karena CSR belum

memiliki pengertian tunggal. Definisi dari Corporate Social Responsibility, di

antaranya adalah yang dikemukakan oleh Magnan & Ferrel yaitu “A business

acts in socially responsible manner when its decision and account for and

balance diverse stakeholders interest”. Definisi ini menekankan kepada

perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai

stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil

para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab.

Sedangkan Komisi Eropa membuat defenisi yang lebih praktis, yaitu bagaimana

perusahaan yang secara sukarela memberi kontribusi bagi terbentuknya

masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih. Sedangkan

Elkington mengemukakan bahwa sebuah perusahaan yang menunjukkan

119Cary M. Gould dan Michael L. Smith (eds), Social Work in the Work place, ( New York: Springer Publishing Co).hal. 299.

Universita Sumatera Utara

Page 18: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

tanggung jawab sosialnya memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas

perusahaan (profit), masyarakat, khususnya komunitas sekitar (people), serta

lingkungan hidup (planet earth).120

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD),

sebuah lembaga internasional yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan lebih

dari 120 multinational company yang berasal lebih dari 30 negara, dalam

publikasinya Making Good Business Sense mendefinisikan CSR sebagai

“Continuing commitment by business to be have ethically and contribute to

economic development while improving the quality of life of the work force and

their families as well as of the local community and society at large”.

Maksudnya adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara

etis, beroperasi secara hukum dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi,

bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya

sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih

luas.

121

Definisi Corporate Social Responsibility dikemukakan oleh World Bank

“The commitment of business to contribute to sustainable development working

with employees and their representatives the local community and society at

120A.B. Susanto Op.Cit.hal. 21-22 121Yusuf Wibisono, Membedah Konsep & Aplikasi Corporate Social Responsibility,

(Gresik: Fascho Publishing, 2007), hal. 7

Universita Sumatera Utara

Page 19: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

large to improve quality of life, in ways what are both good for business and

good for development”.122

Menurut defenisi yang dikemukakan oleh The Jakarta Consulting Group,

tanggung jawab sosial ini diarahkan baik ke dalam (internal) maupun ke luar

(eksternal) perusahaan. Kedalam, maksudnya tanggung jawab ini diarahkan

kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan.

Pemegang saham sebagi pihak yang telah menginvestasikan sumber daya guna

mendukung berbagai aktivitas operasional perusahaan, tentunya mengharapkan

keuntungan yang optimal serta pertumbuhan perusahaan sehingga kesejahteraan

mereka di masa depan juga akan mengalami peningkatan. Oleh karenanya

perusahaan harus berjuang keras agar memperoleh laba yang optimal dalam

jangka panjang serta senantiasa mencari peluang bagi pertumbuhan di masa

depan.

Di samping kepada pemegang saham tanggung jawab sosial ke dalam ini

juga diarahkan kepada karyawan. Alasannya, hanya dengan kerja keras,

kontribusi, serta pengorbanan karyawan perusahaan dapat menjalankan berbagai

macam aktivitasnya serta meraih kesuksesan. Oleh itu, perusahaan dituntut

untuk memberikan kompensasi yang adil serta memberikan peluang

pengembangan karier bagi karyawan. Tentu saja hubungan antara perusahaan

dengan karyawan ini harus didasarkan pada prinsip hubungan yang saling

122Daniel Prakosa, “CSR for Better a Learning Forum Series” Disampaikan pada Seminar IBL Resourc Center For Corporate Citizen Ship, di Hotel Grand Angkasa, Tanggal 31 Agustus 2007.

Universita Sumatera Utara

Page 20: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

menguntungkan (mutually beneficial). Artinya perusahaan harus memberikan

kompensasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, namun di lain pihak

karyawan pun dituntut untuk memberikan kontribusi yang maksimal bagi

kemajuan perusahaan.123

Maksudnya tanggung jawab sosial ini berkaitan dengan peran perusahaan

sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan

kesejahteraan karyawan dan kompetensi masyarakat, serta memelihara

lingkungan bagi kepentingan generasi mendatang. Pajak diperoleh dari

keuntungan yang diperoleh perusahaan. Oleh karenanya perusahaan harus

dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga mampu meraih laba yang maksimal.

Demi kelancaran aktivitas perusahaan dalam usaha mencapai tujuannya,

perusahaan membutuhkan banyak tenaga kerja. Seiring dengan tumbuh

kembangnya perusahaan, kebutuhan akan tenaga kerja ini akan mengalami

peningkatan. Perusahaan berkewajiban untuk ikut berpartisipasi menyediakan

lapangan kerja bagi masyarakat. Lapangan kerja akan semakin banyak tersedia

mana kala perusahaan tumbuh dan berkembang. Itu sebabnya perusahaan

berkewajiban untuk selalu mencari peluang-peluang baru bagi pertumbuhan,

dengan tetap mempertimbangkan faktor keuntungan dan tingkat pengembalian

finansial yang optimal.

Perusahaan juga memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam usaha-

usaha untuk meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, baik yang

123A.B. Susanto, Op.Cit. hal. 22-23.

Universita Sumatera Utara

Page 21: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

berkaitan dengan perusahaan maupun yang tidak berkaitan dengan kegiatan

perusahaan. Perusahaan juga bertanggung jawab untuk memelihara kualitas

lingkungan tempat mereka beroperasi demi peningkatan kualitas hidup

masyarakat dalam jangka panjang, baik untuk generasi saat ini maupun untuk

generasi penerus.124

Konsep tanggung jawab perusahaan mencakup aspek ekonomi, sosial dan

lingkungan (triple bottom line). Namun mempunyai tujuan yang sama mengarah

pada komitmen perusahaan terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan dalam

upaya meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan.

Jika ditarik pada berbagai pengertian di atas maka CSR merupakan

komitmen perusahaan terhadap kepentingan stakeholders dalam arti luas dari

sekedar kepentingan perusahaan belaka. Dengan kata lain, meskipun secara

moral adalah baik bahwa perusahaan maupun penanam modal mengejar

keuntungan, bukan berarti perusahaan ataupun penanam modal dibenarkan

mencapai keuntungan dengan mengorbankan kepentingan - kepentingan pihak

lain yang terkait.

Dengan adanya ketentuan CSR sebagai sebuah kewajiban dapat merubah

pandangan maupun perilaku dari pelaku usaha, sehingga CSR tidak lagi

dimaknai sekedar tuntutan moral, tetapi diyakinkan sebagai kewajiban

perusahaan yang harus dilaksanakan.

124Ibid.,hal, 24-25.

Universita Sumatera Utara

Page 22: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Kesadaran ini memberikan makna bahwa perusahaan bukan lagi sebagai

entitas yang mementingkan diri sendiri, alienasi dan atau eksklusif dari

lingkungan masyarakat, melainkan sebuah entitas usaha yang wajib melakukan

adaptasi kultural dengan lingkungan sosial. Tidak berkelebihan jika ke depan

CSR harus dimaknai bukan lagi hanya sekedar responsibility karena bersifat

voluntary, tetapi harus dilakukan sebagai mandatory dalam makna liability125

karena disertai dengan sanksi.126

Menyikapi kondisi yang ada tersebut, bahwa hukum sebagai produk

kebijakan politik tidak selamanya merupakan conditio sine qua non bagi tujuan

yang hendak dicapai. Hal ini menunjukkan hukum mempunyai batas-batas

kemampuan tertentu untuk mengakomodasi nilai-nilai yang tumbuh dan hidup

dalam komunitas masyarakat, oleh karena itu Roscoe Pound menyatakan bahwa

tugas hukum yang utama adalah ”social engineering”. Dalam doktrin ini

dikatakan bahwa hukum harus dikembangkan sesuai dengan perubahan-

perubahan nilai sosial. Untuk itu sebaiknya diadakan rumusan-rumusan

kepentingan yang ada dalam masyarakat yaitu kepentingan pribadi, masyarakat

dan umum.

127

125Arti dari prinsip strict liability adalah adanya tanggung jawab mutlak. Prinsip tanggung jawab mutlak (strictliability) merupakan gagasan yang disampaikan dalam UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup kemudian dipertegas di UU No. 32 tahun 2009 pasal 88 yang bunyinya “Setiap orang yang tindakannya, usahanya atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan atau mengelola limbah B3, atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan”

126Ibid 127Ibid

Universita Sumatera Utara

Page 23: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Konteks CSR dalam hal ini ada kewajiban bertanggung jawab atas perintah

undang-undang, dan memperbaiki atau sebaliknya memberi ganti rugi atas

kerusakan apa pun yang telah ditimbulkan. Tanggung jawab hukum lebih

menekankan pada kesesuaian sikap lahiriah dengan aturan, meskipun tindakan

tersebut secara obyektif tidak salah, barangkali baik dan sesuai dengan

pandangan moral dan nilai-nilai budaya masyarakat. Namun demikian

kesesuaian saja tidak dapat dijadikan dasar untuk menarik suatu kesimpulan

karena tidak tahu motivasi atau maksud yang mendasarinya.

Bila dikaitkan dengan teori tanggung jawab sosial dengan aktivitas

perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa tanggung jawab sosial lebih

menekankan pada kepedulian perusahaan terhadap kepentingan stakeholders

dalam arti luas dari pada kepedulian perusahaan terhadap kepentingan

perusahaan belaka. Dengan demikian konsep tanggung jawab sosial lebih

menekankan pada tanggung jawab perusahaan atas tindakan dan kegiatan

usahanya yang berdampak pada orang-orang tertentu, masyarakat dan

lingkungan di mana perusahaan-perusahaan melakukan aktivitas usahanya

sedemikian rupa, sehingga tidak berdampak negatif pada pihak-pihak tertentu

dalam masyarakat.Sedangkan secara positif hal ini mengandung makna bahwa

perusahaan harus menjalankan kegiatannya sedemikian rupa, sehingga dapat

mewujudkan masyarakat yang lebih baik dan sejahtera.

Universita Sumatera Utara

Page 24: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

D. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Dalam Pendekatan

Praktis Operasional

Philip Kotler, pakar ternama di bidang international marketing, dan Nancy

Lee, Presiden Social Marketing Services Inc, menyatakan adanya pergeseran

(shift) dalam pendekatan perusahaan dalam melaksanakan CSR. Semula CSR

dilaksanakan dalam kerangka pendekatan tradisional, dengan anggapan

implementasi CSR dipandang sebagai beban semata, kini sudah timbul

kesadaran dimana pelaksanaan CSR merupakan bagian yang menyatu dalam

strategi bisnis suatu perusahaan. Dalam pendekatan baru ini implementasi CSR

justru mendukung tujuan-tujuan bisnis inti.128

Tanggung jawab ekonomi sebagai landasan CSR merujuk pada fungsi

utama bisnis sebagai produsen barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen,

dengan menghasilkan laba yang dapat diterima, artinya laba yang dihasilkan

harus sejalan dengan aturan dasar masyarakat. Tanpa laba perusahaan tidak akan

eksis, tidak dapat memberi kontribusi apapun kepada masyarakat. Masalah

tanggung jawab merupakan hal yang dianggap paling krusial, karena tanpa

adanya kelangsungan finansial tanggung jawab hal yang lain menjadi hal yang

meragukan.

Tanggung jawab hukum sering dihubungkan dengan tanggung jawab etika,

melebarkan tanggung jawab hukum dan mengharapkan para usahawan untuk

menjalankan fungsinya setingkat di atas hukum. Perusahaan harus mematuhi

128http://www.google.co.id/, diakses tertanggal 7 Desember 2010

Universita Sumatera Utara

Page 25: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

hukum yang berlaku sebagai representasi dari rule of the game. Aturan yang

dimaksud di sini adalah peraturan umum tentang dunia usaha seperti aturan

tentang perburuhan, anti monopoli, lingkungan hidup dan sebagainya. Etika

bisnis mencakup cara organisasi bisnis menjalankan kewajiban hukum dan etika.

Tanggung jawab etis mencakup tanggung jawab secara umum, karena tidak

semua harapan masyarakat dirumuskan dalam hukum. Etika bukan hanya sesuai

dengan hukum, namun juga dapat diterima secara moral. Tanggung jawab sosial

juga harus tercermin dari perilaku etis perusahaan. Perusahaan diharapkan

masyarakat agar menghargai nilai-nilai budaya lokal, berperilaku baik, dan

memahami kondisi nyata masyarakat di sekitar operasinya, misalnya ditunjukkan

dengan berusaha mengakomodasi harapan masyarakat meskipun sebenarnya

tidak diwajibkan oleh hukum.

Tanggung jawab berperikemanusiaan (filantropis) merupakan tanggung

jawab terhadap sesama mencakup peran aktif perusahaan dalam memajukan

kesejahteraan manusia. Tanggung jawab ini mengharuskan perusahaan untuk

berkontribusi terhadap komunitasnya yaitu meningkatkan kualitas hidup.

Jika dikaitkan prinsip tanggung jawab perusahan dengan prinsip tanggung

jawab mutlak (strict liability). Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability)

inilah salah satu solusi untuk menyelesaikan berbagai kesalahan baik

kesengajaan ataupun kelalaian dari perusahaan lingkungan hidup. Prinsip

tanggung jawab mutlak (strict liability) merupakan prinsip yang sederhana dan

pembuktian yang mudah menyebabkan sangat terkait dengan Undang-Undang

Universita Sumatera Utara

Page 26: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Perseroan Terbatas dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 74 ayat (3), bahwa perseroan yang tidak

melaksanakan kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan dikenakan

sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dengan demikian dapat

dipahami tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan merupakan

tanggung jawab mutlak (strict liability) perusahaan.

Perekonomian nasional Indonesia, diselenggarakan berdasarkan atas

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional perlu didukung oleh

kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan masyarakat.

Filosofi perekonomian nasional tersebut sejalan dengan konsep tanggung

jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Dalam CSR, perusahaan tidak

diharapkan pada tanggung jawab yang hanya berpijak pada single buttom line,

yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi

keuangannya saja. Tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple

bottom lines, selain aspek finansial juga sosial dan lingkungan. Kondisi

keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara

berkelanjutan (sustainable), tetapi juga harus memperhatikan dimensi sosial dan

Universita Sumatera Utara

Page 27: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar

terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup.129

CSR sejalan dengan tanggung jawab perusahaan yang mencakup empat

jenjang terintegral, yaitu ekonomis, hukum, etis dan filantropis. Tanggung jawab

ekonomis berarti perusahaan perlu menghasilkan laba sebagai foundation untuk

dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya. Namun dalam tujuan

mencari laba, sebuah perusahaan juga harus bertanggung jawab secara hukum

dengan mentaati ketentuan hukum yang berlaku. Secara etis perusahaan juga

bertanggung jawab untuk mempraktekkan hal-hal yang baik dan benar sesuai

dengan nilai-nilai, etika, dan norma - norma kemasyarakatan. Tanggung jawab

filantropis berarti perusahaan harus memberikan kontribusi bagi peningkatan

kualitas hidup masyarakat sejalan dengan operasi bisnisnya.

130

Perusahaan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara

terus menerus dengan terang-terangan untuk memperoleh keuntungan

(maksudnya keuntungan ekonomi).

131Tujuan mencari laba atau mencari untung

(profit oriented) merupakan tujuan umum didirikannya perusahaan. Sebagai

ilustrasi di negara-negara barat, misalnya Amerika Serikat, Kanada, bahwa The

Profit Motive dari perusahaan merupakan kunci dari kebebasan ekonomi.132

129Untung Hendrik Budi, Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 17.

130Martono Aggusti, Op. Cit.hal. 83. 131Sri Redjeki Hartono, Penggabungan Perusahaan, Majalah Masalah-Masalah Hukum

Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Nomor 4, Tahun XVI, 1986, hal. 4. 132Steven S. Alexander, dalam Habib Adjie, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan

Tanggung Jawab Sosial Perseroan Terbatas, (Bandung: Mandar Maju, 2008), hal. 56-57.

Universita Sumatera Utara

Page 28: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Tujuan khusus didirikannya perusahaan, atau dengan kata lain harus

ditegaskan jenis-jenis usaha yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini perlu

dilakukan agar perusahaan tidak melakukan kegiatan usaha yang menyimpang

dari jenis usaha yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga apabila ada

penyimpangan baik pemerintah maupun masyarakat dapat mengajukan keberatan

(sebagai pengawasan dari masyarakat) supaya perusahaan melakukan jenis usaha

yang telah ditentukan sebelumnya.

Perusahaan dalam rangka mencapai tujuan umum dan tujuan khusus

tersebut adalah dengan melakukan berbagai jenis usaha yang telah ditentukan,

dengan cara yang bagaimana perusahaan dapat mencapai tujuannya atau dengan

kata lain bagaimanakah tujuan-tujuan perusahaan dapat direalisasikan. Di

Indonesia cara dan bagaimana perusahaan dapat mencapai tujuan tadi tidak

diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan, untuk mencapai tujuan

tersebut biasanya diserahkan kepada kebijakan-kebijakan organ perusahaan

artinya perusahaan mempunyai kebebasan untuk melakukan kegiatan dalam

rangka mencapai tujuan perusahaan selama tidak bertentangan dengan hukum,

kesusilaan dan norma-norma kehidupan masyarakat dan etika bisnis.133

Perolehan keuntungan secara ekonomi yang diraih oleh perusahaan,

sebenarnya tersimpul tujuan lain dengan memanfaatkan keuntungan tersebut

seperti:

a. Kelangsungan hidup (survival),

133 Habib Adjie, Op. Cit.hal. 57-58.

Universita Sumatera Utara

Page 29: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

b. Pertumbuhan perusahaan,

c. Prestige,

d. Kesejahteraan anggota,

e. Kesejahteraan masyarakat.134

Perusahaan harus mempunyai tanggung jawab sosial (kesejahteraan

masyarakat), hal ini dilandasi oleh suatu kenyataan yang tidak akan terbantah

dengan maraknya dunia bisnis, dengan berbagai persaingan yang sehat dengan

yang tidak sehat hampir sebanding, dan pada akhirnya hanya perusahaan yang

memperhatikan kebutuhan, keinginan masyarakat akan dapat bertahan, karena

masyarakat sekarang kecenderungan membutuhkan produk budaya yang

bermutu.

Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha harus

merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi

usahanya. Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh

karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat.

Perusahaan mesti menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan

lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau

upaya timbal balik atas penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi

oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksplorasif, di samping

sebagai kompensasi sosial karena timbulnya ketidaknyamanan pada masyarakat.

134Basu Swastha, DH. Ibnu Sukatjo W, Pengantar Bisnis Modern, (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern), (Yogyakarta: Liberty,1993), hal. 18-19.

Universita Sumatera Utara

Page 30: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang

bersifat simbiosis mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat,

setidaknya licence to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk

memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga bisa tercipta

harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan.

Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk

meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu berasal

akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural

dan ekonomis ytang timbul antara masyarkat dengan komponen perusahaan.135

Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap

kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam

perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi-

tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung

jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Profit sendiri

pada hakikatnya merupakan tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk

menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan aktivitas yang dapat

ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan

produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan mempunyai

keunggulan kompetitif yang dapat memberikan nilai tambah semaksimal

mungkin. Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki

manajemen kerja melalui penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang

135Wibisono Yusuf, Op. Cit. hal. 71.

Universita Sumatera Utara

Page 31: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Termasuk juga

menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah

mungkin.136

Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu

stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sekitar

sangat diperlukan bagi keberadaan kelangsungan hidup, dan perkembangan

perusahaan, maka sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan mayarakat

lingkungan perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat

sebesar-besarnya kepada masyarakat.

137

Menghadapi kondisi tersebut, saatnya perusahaan melihat serius pengaruh

dimensi sosial dari setiap aktivitas bisnisnya, karena aspek tersebut bukanlah

pilihan yang terpisah, melainkan berjalan beriringan untuk meningkatkan

keberlanjutan operasi perusahaan. Untuk memperkokoh komitmen dalam

tanggung jawab sosial dan lingkungan, perusahaan memang perlu memiliki

pandangan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah investasi masa

depan. Artinya tanggung jawab sosial dan lingkungan bukan lagi dilihat sebagai

sentra biaya (cost centre), melainkan sentra laba (profit centre) di masa

mendatang. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbal

baliknya masyarakat juga akan ikut menjaga eksistensi perusahaan.

138

136Freeman.R.E. Strategic Management: a Stakeholder Approach, MA, Pitman, 1984, hal. 46.

137Ibid. hal.33. 138Ibid, hal.34.

Universita Sumatera Utara

Page 32: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Secara umum Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas telah mengakomodir ke empat jenjang (ekonomis, hukum, etis dan

filantropis) tanggung jawab perusahaan tersebut. Keunikan Undang-Undang

Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dibandingkan undang-undang

sebelumnya yakni Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 1 Tahun 1995,

adalah Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 ini telah

mengolaborasi keempat jenjang tanggung jawab perusahaan tersebut dalam Pasal

74 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan, sehingga terlihat adanya

kompromi antara tanggung jawab hukum, etis dan filantropis dari perseroan

terbatas. Di satu sisi tanggung jawab sosial dan lingkungan ditetapkan sebagai

kewajiban hukum, namun di sisi lain pelaksanaannya memperhatikan kepatutan

dan kewajaran dengan standar yang tidak jelas, sehingga kewajiban hukum atas

tanggung jawab sosial dan lingkungan bertumpang tindih dengan sifat

filantropisnya atau kedermawanannya.139

Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007

mengatur tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam perspektif yang sempit,

yakni hanya mengatur tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagai tanggung

jawab hukum perseroan terbatas yang wajib dianggarkan dan diperhitungkan

sebagai biaya. Dengan kata lain, Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas

Nomor 40 Tahun 2007 lebih fokus pada tanggung jawab sosial dan lingkungan

sebagai input financial dalam bentuk sejumlah uang yang wajib dianggarkan

139Martono Aggusti, Op. Cit. hal. 83.

Universita Sumatera Utara

Page 33: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

perseroan terbatas saja. Idealnya, secara etis tanggung jawab perusahaan

terhadap lingkungan dan masyarakat tidak sekedar menganggarkan sejumlah

dana tanggung jawab sosial dan lingkungan tetapi juga meliputi tanggung jawab

terkait upaya peningkatan tingkat kesejahteraan, stakeholder secara umum dan

tanggung jawab untuk menjamin efektifitas penggunaan atau pemanfaatan dana

tanggung jawab sosial dan lingkungan.140

Baik buruknya amanat Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40

Tahun 2007 yang mewajibkan perseroan menganggarkan dana pelaksanaan

tanggung jawab sosial dan lingkungan, bergantung pada aturan pelaksanaan

yang disusun oleh Pemerintah dalam PP No.47 tahun 2012 yang menyatakan

bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan oleh direksi

berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah mendapat persetujuan

dewan komisaris atau rapat umum pemegang saham sesuai dengan anggaran

dasar perseroan. Rencana kerja tahunan perseroan tersebut membuat rencana

kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tanggung jawab

sosial dan lingkungan.

Hal ini bermakna bahwa pelaksanaan CSR diatur oleh internal perusahaan

dengan demikian perusahaan harus tetap melaksanakan kewajiban CSR yang

realisasi dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran Perseroan. Perusahaan

harus memuat anggaran biaya CSR dalam RKAP dan besarnya jumlah anggaran

ditetapkan oleh perusahaan. Jumlah anggaran CSR perusahaan tidak dipaksakan

140Ibid. hal. 83-84.

Universita Sumatera Utara

Page 34: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

dikarenakan peraturan pelaksana membuat negara tidak mempunyai kekuasaan

untuk memaksa perusahaan memasukkan jumlah tertentu anggaran CSR dalam

daftar anggarannya.

CSR perlu dipahami sebagai komitmen bisnis untuk melakukan

kegiatannya secara beretika dan berkontribusi pada pembangunan yang

berkelanjutan, melalui kerjasama dengan para pemangku kepentingan. CSR

harus dilaksanakan dengan menyadari bahwa perusahaan memiliki kewajiban

moral untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat disekitarnya. Pelaksanaan

CSR harus berjalan walaupun tidak ada undang undang yang mengaturnya.

Karena CSR merupakan beban moral perusahaan terhadap stakeholdersnya.

Sehingga harus ada kesepakatan bersama dalam mengimplementasikan tanggung

jawab sosial dan lingkungan tersebut. Jika hanya sebatas tanggung jawab

lingkungan misalnya, hal itu sudah diatur dengan lebih lengkap dalam undang-

undang lingkungan hidup dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang

Lingkungan Hidup (sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) dan

peraturan pelaksanaannya.141

Tanggung jawab sosial dan lingkungan semestinya tidak saja dipandang

dalam satu perspektif saja, yakni kewajiban perusahaan menganggarkan dana

tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jika CSR sudah ditetapkan oleh hukum

sebagai sebuah kewajiban hukum yang memaksa (mandatory), maka sudah

141Ibid. hal. 16.

Universita Sumatera Utara

Page 35: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

semestinya dibalik kewajiban tersebut perusahaan yang wajib tanggung jawab

sosial dan lingkungan sebagai subjek hukum juga memiliki sejumlah hak. Jika

kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan tanpa disertai hak, maka

tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut tidak ubahnya seperti kewajiban

moral atau kewajiban pajak.142

Pelaksanaan kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan yang

diimbangi hak-hak perusahaan penting untuk menjaga keseimbangan fungsi

perusahaan di tengah masyarakat. Tanggung jawab sosial dan lingkungan

seharusnya justru menjadikan perusahaan menjadi lebih baik dengan reputasi

yang lebih baik dan kesempatan berkembang yang lebih besar. Jika tanggung

jawab sosial dan lingkungan semata-mata menjadi beban, tanpa hak yang

memadai, maka perusahaan dapat mengalami kesulitan. Dalam keadaan ini mata

rantai sistem ekonomi akan terputus, yang akhirnya akan menyulitkan seluruh

masyarakat.

143

Oleh karena itu, untuk mengimbangi tanggung jawab sosial dan

lingkungan, regulasi perlu menetapkan hak-hak perseroan terbatas untuk dapat

berkembang, terutama hak berupa insentif hak-hak diantaranya mendapatkan

kenyamanan berinvestasi dengan tingkat kepastian hukum yang tinggi. Bahkan

bila perlu dengan insentif tertentu, sehingga perusahaan dapat memprediksi

bisnis ke depan terhadap modal yang telah atau akan ditanamkan, sehingga

142 Martono Aggusti, Op. Cit.hal. 89. 143Ibid. hal. 89.

Universita Sumatera Utara

Page 36: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

bisnis dapat berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Pelayanan cepat,

kepastian hukum, stabilitas hukum dan hukum yang bersifat adil, serta kondisi

pengembangan dunia usaha yang lebih baik berdasarkan prinsip keterbukaan,

keadilan, akuntabilitas dan pertanggung jawaban yang merupakan perwujudan

dan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) di antara

pihak pemerintah, perusahaan dan masyarakat.144

Pada umumnya, perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam

menerapkan CSR menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut:

145

1. Tahapan perencanaan

Perencanaan terdiri dari 3 (tiga) langkah utama yaitu Awareness building,

CSR Assessement, dan CSR Manual building. Pertama, Awareness building

merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai pentingnya

arti CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dilakukan antara lain melalui

seminar, loka karya, diskusi dan lain-lain. Kedua, CSR Assessement

merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentiflkasi

144Lihat Ford R. Ford et.al dalam Martono Anggusti, Op. Cit. hal. 89-90. 145Ibid. Hal, 121-125, bahwa implementasi program CSR tersebut dapat dikelola

berdasarkan pola sebagai berikut: 1. Program sentralisasi Perusahaan sebagai pelaksana/penyelenggara utama kegiatan, tempat dan kegiatan berlangsung di areal perusahaan. Pelaksanaan kegiatan dapat bekerja sama dengan pihak lain misalnya event organizer atau institusi lainnya sejauh memiliki kesamaan visi dan tujuan. 2. Program desentralisasi Kegiatan dilaksanakan di luar area perusahaan. Perusahaan berperan sebagai pendukung kegiatan tersebut baik dalam bentuk bantuan dana, material maupun sponsorship. 3. Program kombinasi Pola ini dapat dilakukan terutama untuk program-program pemberdayaan masyarakat, di mana inisiatif, pendanaan maupun pelaksanaan kegiatan dilakukan secara partisipatoris dengan beneficiaries

Universita Sumatera Utara

Page 37: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-

langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif

bagi penerapan CSR secara efektif. Ketiga, CSR Manual building merupakan

pedoman implementasi dari hasil assessment yang telah dilakukan146

2. Tahapan implementasi

. Upaya

yang mesti dilakukan antara lain melalui benchmarking (mempelajari

program CSR dari perusahaan lain yang dinilai lebih sukses dalam

implementasi program ini), menggali dari referensi atau bagi perusahaan

yang menginginkan langkah instan, penyusunan manual ini dapat dilakukan

dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan.

Penyusunan manual CSR dibuat sebagai acuan, pedoman dan panduan dalam

pengelolaan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh

perusahaan.

Tahap implementasi ini terdiri atas 3 (tiga) langkah utama yakni sosialisasi,

pelaksanaan dan internalisasi. Pertama, Sosialisasi diperlukan untuk

memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek

yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman

penerapan CSR dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan penuh seluruh

komponen perusahaan. Kedua, pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada

dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada, berdasarkan

roadmap yang telah disusun. Ketiga, internalisasi adalah tahap jangka

146Ibid,

Universita Sumatera Utara

Page 38: BAB II TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

panjang mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam

seluruh proses bisnis perusahaan seperti melalui sistem manajemen kinerja.

3. Tahapan Evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari

waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi

dilakukan untuk pengambilan keputusan selanjutnya. Evaluasi juga bisa

dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit

implementasi atas praktek CSR yang telah dilakukan.

4. Tahapan pelaporan

Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk

keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan

informasi material yang relevan mengenai perusahaan. Oleh karena itu,

selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder yang

memerlukan.

Perusahaan bebas menentukan bentuk atau format reporting yang

dibuatnya karena memang belum ada standar baku yang diberlakukan. Misalnya,

perusahaan dapat membuat laporan CSR sebagai bagian tersendiri dalam annual

report. Bagian yang terpenting adalah kecukupan informasi tentang apa yang

telah dilakukan perusahaan atas tanggung jawab sosialnya, Bentuk laporan bisa

bersifat kualitatif, kuantitatif atau gabungan antara keduanya.

Universita Sumatera Utara