30
11 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan Suatu lembaga pendidikan, baik itu formal maupun non formal hendaknya memiliki suatu manajemen yang baik yang biasa disebut dengan istilah manajemen pendidikan. Dalam suatu proses, pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: dana, fasilitas, lingkungan sekolah, kurikulum, guru, peserta didik dan lain-lain. Semua faktor tersebut saling berkaitan antara satu faktor dengan faktor yang lainnya. Manajemen pendidikan pada dasarnya adalah alat-alat yang diperlukan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan. Unsur manajemen dalam pendidikan merupakan penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam bidang pendidikan. Manajemen pendidikan merupakan rangkaian proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan yang dikaitkan dengan bidang pendidikan. Tilaar (2003:270), berpendapat bahwa manajemen pendidikan adalah penerapan prinsip- prinsip manajemen dalam mengelola pendidikan agar efektif dan efisien sehingga output dari organisasi pendidikan mempuyai mutu yang tinggi. Manajemen pendidikan sebagai seluruh proses kegiatan bersama dan dalam bidang pendidikan dengan memanfaatkan semua fasilitas yang ada, baik personal, material, maupun spiritual untuk

BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan...11 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan Suatu lembaga pendidikan, baik itu formal maupun non formal hendaknya memiliki suatu

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 11

    BAB II

    TELAAH PUSTAKA

    2.1 Manajemen Pendidikan

    Suatu lembaga pendidikan, baik itu formal

    maupun non formal hendaknya memiliki suatu

    manajemen yang baik yang biasa disebut dengan

    istilah manajemen pendidikan. Dalam suatu proses,

    pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    diantaranya: dana, fasilitas, lingkungan sekolah,

    kurikulum, guru, peserta didik dan lain-lain. Semua

    faktor tersebut saling berkaitan antara satu faktor

    dengan faktor yang lainnya.

    Manajemen pendidikan pada dasarnya adalah

    alat-alat yang diperlukan dalam usaha mencapai

    tujuan pendidikan. Unsur manajemen dalam

    pendidikan merupakan penerapan prinsip-prinsip

    manajemen dalam bidang pendidikan. Manajemen

    pendidikan merupakan rangkaian proses yang

    terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,

    penggerakkan, dan pengawasan yang dikaitkan

    dengan bidang pendidikan.

    Tilaar (2003:270), berpendapat bahwa

    manajemen pendidikan adalah penerapan prinsip-

    prinsip manajemen dalam mengelola pendidikan

    agar efektif dan efisien sehingga output dari

    organisasi pendidikan mempuyai mutu yang tinggi.

    Manajemen pendidikan sebagai seluruh proses

    kegiatan bersama dan dalam bidang pendidikan

    dengan memanfaatkan semua fasilitas yang ada,

    baik personal, material, maupun spiritual untuk

  • 12

    mencapai tujuan pendidikan. Manajemen dalam

    lingkungan pendidikan adalah mendayagunakan

    berbagai sumber (manusia, sarana dan prasarana,

    serta media pendidikan lainnya) secara optimal,

    relevan, efektif dan efisien guna menunjang

    pencapaian tujuan pendidikan.

    Unsur-unsur manajemen dalam pendidikan

    pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan unsur

    manajemen pada umumnya. Tony Bush (2000:4),

    memberikan pengertian manajemen pendidikan

    sebagai berikut: “Educational management is a field

    of study and practice concerned with the operation of

    educational organizations.” Manajemen pendidikan

    adalah studi lapangan dan praktek yang bersamaan

    dengan operasional organisasi pendidikan.

    Menurut B. Suryobroto (2004:16)

    manajemen pendidikan mempunyai pengertian

    kerjasama untuk mencapai suatu tujuan

    pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dari yang

    sederhana sifatnya sampai dengan yang kompleks,

    tergantung dari ruang lingkup dan tingkat

    pendidikan yang dimaksud. Apabila tujuan itu

    kompleks maka cara pencapaiannya menjadi

    kompleks juga, sehingga dalam mencapai tujuannya

    tidak dapat diselesaikan sendiri, tetapi harus

    melalui kerjasama dengan pihak lain.

    Manajemen pendidikan merupakan

    penerapan dari prinsip manajemen pada umumnya,

    bahwa ciri manajemen pendidikan dapat dilihat dari

    tujuan, proses dan orientasinya. Berdasarkan

    tujuannya, manajemen pendidikan senantiasa harus

  • 13

    bermuara pada tujuan pendidikan, yaitu

    pengembangan kepribadian dan kemampuan

    mengaktualisasikan potensi peserta didik. Berdasar

    prosesnya manajemen pendidikan harus dilandasi

    sifat edukatif yang berkenaan dengan unsur

    manusia yang tidak semata-mata dilandasi prinsip

    efektivitas dan efisiensi melainkan juga harus

    dilandasi dengan prinsip mendidik. Berdasar

    orientasinya, manajemen pendidikan diorientasikan

    atau dipusatkan kepada peserta didik.

    Berdasarkan pengertian tersebut, penulis

    menyimpulkan bahwa manajemen pendidikan

    adalah suatu usaha yang dilakukan secara

    bersama-sama oleh orang-orang yang berada dalam

    organisasi pendidikan (sekolah) dan orang-orang

    yang terlibat di dalam dunia pendidikan, dalam hal

    ini para stake holder pendidikan dan dengan cara

    memberdayakan segala potensi-potensi dan sumber-

    sumber yang ada melalui proses perencanaan,

    pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan

    dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang

    telah ditetapkan. Dalam konteks penelitian ini, yang

    dimaksud dengan manajemen pendidikan diartikan

    sama dengan administrasi pendidikan dan

    pengertiannya dibatasi pada manajemen sekolah

    atau administrasi sekolah, yaitu administrasi

    pendidikan dalam arti sempit. Dengan kata lain

    implementasi menejemen pendidikan merupakan

    optimalisasi sumber daya yang berkenaan dengan

    pemberdayaan sekolah beserta lingkungannya

    dalam rangka tercapainya tujuan sekolah secara

  • 14

    efektif dan efesien. Keberhasilan akan terlihat jika

    tujuan yang telah ditetapkan lebih banyak tercapai

    secara efektif dan efesien.

    2.1.1. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan

    Pada dasarnya sebagaimana yang diuraikan

    sebelumnya, manajemen pendidikan adalah alat-alat

    untuk mencapai tujuan pendidikan melalui

    pengelolaan atau pengaturan dalam bidang

    pendidikan, sedangkan bidang garapan manajemen

    pendidikan itu meliputi semua kegiatan yang

    merupakan sarana penunjang proses belajar

    mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

    yang telah ditetapkan. Substansi yang menjadi

    garapan manajemen pendidikan menurut Husaini

    Usman (2006:11), sebagai proses atau disebut juga

    sebagai fungsi manajemen pendidikan adalah:

    a. perencanaan;

    b. pengorganisasian;

    c. pengarahan (motivasi, kepemimpinan,

    pengambilan keputusan, komunikasi, koordinasi

    dan negoisasi, serta pengembangan organisasi);

    d. pengendalian meliputi pemantauan (monitoring),

    penilaian, dan pelaporan. Monitoring dan

    evaluasi sering disingkat ME atau Monev.

    Contoh 1, sumber daya manusia dapat dibatasi

    pada ruang lingkup perencanaannya saja atau

    pengorganisasiannya atau pengarahannya atau

    pengendaliannya. Demikian pula untuk sumber

    daya pendidikan lainnya.

  • 15

    Sejalan dengan ruang lingkup manajemen

    pendidikan yang diuraikan oleh Husaini Usman di

    atas, penulis akan membandingkannya dengan

    pendapat-pendapat para ahli yang menyebutkannya

    dengan istilah bidang garapan manajemen

    pendidikan. Menurut Mulyasa (2002:20), fungsi

    manajemen sekolah merupakan kegiatan kelompok

    orang yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

    pengawasan dan pembinaan. Dalam

    implementasinya merupakan suatu proses yang

    saling berkesinambungan.

    Danim (2010:46), mendiskripsikan bahwa

    manajemen sekolah merupakan kegiatan kelompok

    orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah

    ditetapkan dengan mengembangkan sumber daya

    sekolah melalui reformasi kemandirian tata kelola

    keuangan sekolah, pemberdayaan masyarakat,

    penyediaan sarana prasarana pembelajaran,

    penentuan substansi kurikulum sekolah dan

    muatan lokal.

    Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di

    atas mengenai bidang garapan manajemen

    pendidikan maka dapat disepakati bahwa, dalam

    penelitian ini bidang garapan manajemen

    pendidikan sebagai aspek statis yang meliputi

    manajemen atau administrasi murid, manajemen

    kurikulum, manajemen personalia, manajemen

    sarana, manajemen keuangan, manajemen

    tatalaksana, manajemen organisasi lembaga

    pendidikan, dan humas pendidikan atau sekolah.

    Bidang garapan manajemen pendidikan ini

  • 16

    merupakan kajian yang akan digunakan untuk

    meneliti mengenai manajemen pengelolaan

    pendidikan formal yang dikelola oleh Yayasan

    Pondok pesantren Al Ulya, yang terdiri dari Sekolah

    Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah

    Kejuruan (SMK) Al Ulya.

    2.2. Sistem Pendidikan Pesantren

    Unsur-unsur suatu sistem pendidikan selain

    terdiri atas para pelaku yang merupakan unsur

    organik, juga terdiri atas unsur-unsur anorganik

    lainnya, berupa: dana, sarana dan alat-alat

    pendidikan lainnya; baik perangkat keras maupun

    perangkat lunak. Hubungan antara nilai-nilai dan

    unsur-unsur dalam suatu sistem pendidikan

    merupakan satu kesatuan yang tak dapat

    dipisahkan satu dari yang lain, bagaikan ”gula

    dengan manisnya”.

    Pengembangan sistem pondok pesantren yang

    dimaksud di sini adalah sistem pendidikan terpadu,

    yaitu lembaga pendidikan pondok pesantren yang

    memiliki kondisi obyektif riil yang secara kultural

    dan kelembagaannya terintegrasi dengan sistem

    sekolah atau madrasah yang berada di lingkungan

    pesantren. Jadi sistem pendidikan pesantren adalah

    segenap komponen pendidikan yang bekerja

    bersama-sama dalam rangka mencapai tujuan

    pesantren tersebut.

  • 17

    2.2.1. Unsur-unsur Pesantren

    Secara tradisi, sebuah institusi pendidikan

    Islam dapat disebut "pesantren" kalau ia memiliki

    elemen-elemen utama yang lazim dikenal di dunia

    pesantren bahwa pondok, masjid, santri, pengajaran

    kitab-kitab Islam klasik dan kyai merupakan lima

    elemen dasar dari tradisi pesantren. Sebuah

    pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama

    pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya

    tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan

    seorang Guru yang lebih dikenal dengan sebutan

    ”kyai”. Pondok merupakan unsur yang penting dari

    sebuah pesantren. Istilah ”pondok” diambil dari

    bahasa Arab ”funduq”, yang artinya ruang tidur.

    Dalam dunia pesantren, pondok merupakan unsur

    penting karena fungsinya sebagai tempat tinggal

    atau asrama santri, sekaligus untuk membedakan

    apakah lembaga tersebut layak dinamakan

    pesantren atau tidak.

    Selanjutnya unsur yang kedua dari sebuah

    pesantren adalah masjid. Masjid merupakan tempat

    yang sentral bagi sebuah pesantren. Pada pesantren

    tertentu, masjid tidak hanya digunakan sebagai

    tempat beribadah, akan tetapi juga digunakan

    untuk kegiatan pengajian. Di lingkungan pesantren,

    masjid memang bukan satu-satunya bangunan,

    karena di sekitarnya masih ada atau banyak lagi

    bangunan yang lain. Misalnya; gedung sekolah,

    koperasi santri, dan bangunan lainnya.

    Santri juga merupakan elemen penting dalam

    pesantren. Apalah jadinya, jika sebuah pesantren

  • 18

    tidak memiliki santri. Menurut tradisi pesantren,

    santri dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (a)

    santri mukim; murid-murid yang datangnya berasal

    dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren, (b)

    santri kalong; murid-murid yang berasal dari desa-

    desa atau daerah sekeliling pesantren dan biasanya

    tidak menetap di pesantren.

    Pengajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning)

    merupakan inti dari kegiatan keagamaan di

    pesantren. Pada umumnya kepandaian seorang

    santri diukur dari kemampuannya membaca dan

    menjelaskan isi kandungan dari kitab kuning, oleh

    karena itu agar bisa membaca dan memahami suatu

    kitab dengan benar, seorang santri dituntut terlebih

    dahulu untuk mempelajari dan mengerti dengan

    baik ilmu-ilmu alat (pendukungnya) seperti nahwu,

    sharaf, balaghah, ma’ani, bayan dan lain

    sebagainya.

    Adapun unsur yang terakhir dari pesantren

    adalah kyai, walaupun dalam pembahasan ini kyai

    ditempatkan pada urutan akhir, akan tetapi

    keberadaan seorang kyai dalam pesantren adalah

    laksana jantung bagi kehidupan manusia. Begitu

    pentingnya kedudukan kyai, karena biasanya

    seorang kyai adalah perintis, pendiri, pengelola,

    pengasuh, pemimpin dan terkadang juga pemilik

    tunggal sebuah pesantren. Itulah sebabnya, banyak

    pesantren akhirnya bubar, lantaran ditinggal wafat

    oleh kyainya, sementara dia tidak memiliki

    keturunan yang dapat meneruskan pesantren.

  • 19

    2.2.2. Tipologi Pesantren

    Sulthon Masthud mengatakan (2004:5), sejak

    tahun 1970-an bentuk-bentuk pendidikan yang

    diselenggarakan di pesantren sudah sangat

    bervariasi. Bentuk-bentuk pendidikan dapat

    diklasifikasikan menjadi empat tipe, yakni: (1)

    pesantren yang menyelenggarakan pendidikan

    formal dengan menerapkan kurikulum nasional,

    baik yang hanya memiliki sekolah keagamaan (MI,

    MTs, MA dan PT Agama Islam) maupun yang juga

    memiliki sekolah umum (SD, SMP, SMU dan PT

    Umum), seperti Pesantren Tebuireng Jombang dan

    Pesantren Syafi’iyyah Jakarta; (2) pesantren yang

    menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam

    bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu

    umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional,

    Seperti Pesantren Gontor Ponorogo dan Darul

    Rahman Jakarta; (3) pesantren yang hanya

    mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk

    Madrasah Diniyah (MD), seperti Pesantren Lirboyo

    Kediri dan Pesantren Tegalrejo Magelang; dan (4)

    pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat

    pengajian.

    Pesantren di Indonesia mempunyai beberapa

    tipe. Menurut Ditjen Bimbaga Islam Depag RI,

    Kafrawi dan Wardi, Bahtiar (2000:21), pesantren

    mempunyai tiga tipe, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C.

    Pesantren tipe A adalah pesantren yang sangat

    sederhana, di mana santri belajar tinggal bersama

    kyai, materi pelajarannya ditentukan kyai dan

    belum berbentuk madrasah. Pesantren tipe B yakni

  • 20

    pesantren yang sudah mempunyai madrasah dan

    kurikulum tertentu dan pengajaran dari kyai pada

    waktu-waktu yang ditentukan dan santri bertempat

    tinggal di tempat tersebut. Kemudian pesantren tipe

    C yaitu pesantren yang hanya semata-mata sebagai

    asrama. Para santri belajar di madrasah-madrasah

    atau sekolah-sekolah umum, dan kyai sebagai

    pengawas dan pembinaan mental.

    Maksum Mochtar (2004:198), mengemukakan

    5 model pendidikan pesantren, yaitu: pertama,

    model pendidikan yang diambil dari pesantren

    Tebuireng Jombang Jawa Timur, dimana selain

    menggunakan sistem pengajian dengan metode

    utawi iki iku dalam forum sorogan, bandongan dan

    mudzakarah, juga mengembangkan kurikulum

    modern pada program-program pendidikan

    madrasah dan sekolahnya. Kedua, model pendidikan

    yang merujuk pada pesantren Maslakul Huda,

    Kajen, Pati, Jawa Tengah, dimana selain tetap

    mempertahankan tradisi pesantren klasik juga

    merekayasa pendidikan madrasahnya sedemikian

    rupa sehingga menambah bobot pendidikan

    pesantren. Ketiga, model pendidikan yang diambil

    dari pesantren modern Darussalam Gontor Ponorogo

    Jawa Timur, dimana muatan pendidikannya

    dikembangkan sendiri sejalan dengan pemikiran

    para pendirinya dalam mengantisipasi kehidupan

    modern, yakni dengan menekankan penguasaan

    bahasa Arab dan Inggris. Keempat, model

    pendidikan yang merujuk pada pesantren

    Darunnajah di Jakarta atau As-Salam di Surakarta,

  • 21

    dimana kerangka yang dikembangkannya berwujud

    pesantren dengan menyediakan kompleks

    pemondokan yang memadai, sedangkan muatan

    pendidikannya bertolak dari kurikulum pendidikan

    madrasah atau sekolah formal. Kelima, model

    pendidikan yang dikembangkan lembaga-lembaga

    pendidikan elit dengan wujud sekolah tetapi dimodel

    dalam bentuk pesantren (boarding school) atau

    sekolah berasrama. Dengan sendirinya pula,

    kurikulum pendidikan mengacu pada progam formal

    karena memang mempersiapkan lulusannya untuk

    memasuki dunia pendidikan formal yang lebih

    tinggi.

    2.3. Menejemen Sekolah Berbasis pondok

    Pesantren

    Dalam prinsip ajaran Islam segala sesuatu tak

    boleh dilakukan secara asal-asalan melainkan harus

    dilakukan secara rapi benar tertib dan teratur dan

    proses-proses juga harus diikuti dengan tertib.

    Dalam sebuah riwayat Rasulullah saw bersabda:

    yang artinya: “Sesungguh Allah sangat mencintai

    orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan

    dilakukan secara Itqan (tepat terarah jelas dan

    tuntas)” (HR Thabrani). Sebenar manajemen dalam

    arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan

    baik tepat dan tuntas merupakan hal yang

    disyariatkan dalam ajaran Islam sebab dalam Islam

    arah gayah (tujuan) yang jelas landasan yang kokoh

    dan kaifiyah yang benar merupakan amal perbuatan

    yang dicintai Allah swt.

  • 22

    Setiap organisasi termasuk pendidikan pondok

    pesantren memiliki aktivitas-aktivitas pekerjaan

    tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

    Salah satu aktivitas tersebut adalah manajemen.

    Dengan pengetahuan manajemen pengelola pondok

    pesantren bisa mengangkat dan menerapkan prinsip-

    prinsip dasar serta ilmu yang ada di dalam Al-Qur’an

    dan Hadis kedalam kembaga tersebut. Manajemen

    sebagai ilmu yang baru dikenal pada pertengahan

    abad ke-19 dewasa ini sangat populer bahkan

    dianggap sebagai kunci keberhasilan pengelola

    perusahaan atau lembaga pendidikan tak terkecuali

    lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren

    maka hanya dengan manajemen lembaga pendidikan

    pesantren diharapkan dapat berkembang sesuai

    harapan karena itu manajemen merupakan sebuah

    niscaya bagi lembaga pendidikan Islam atau

    pesantren untuk mengembangkan lembaga ke arah

    yang lebih baik.

    Abudin Nata (2003:43), menyebutkan dewasa

    ini pendidikan islam terus dihadapkan pada berbagai

    problema yang kian kompleks karena itu upaya

    berbenah diri melalui penataan SDM peningkatan

    kompetensi dan penguatan institusi mutlak harus

    dilakukan dan semua itu mustahil tanpa manajemen

    yang profesional.

    Seperti diketahui bahwa sebagai sebuah sistem

    pendidikan Islam mengandung berbagai komponen

    yang saling berkaitan satu sama lain komponen

    tersebut meliputi landasan tujuan kurikulum

    kompetensi dan profesionalisme guru pola hubungan

  • 23

    guru dan murid metodologi pembelajaran sarana

    prasarana evaluasi pembiayaan dan lain sebagainya.

    Berbagai komponen ini karena dilakukan tanpa

    perencanaan konsep yang matang-seringkali berjalan

    apa adanya alami dan tradisional akibat mutu

    pendidikan Islam acapkali menunjukkan keadaan

    yang kurang membanggakan.

    Al-Qur’an dan Hadits yang notabene

    merupakan landasan dan dasar pendidikan Islam

    saat ini belum benar-benar digunakan sebagaimana

    mestinya. Hal ini diakibatkan oleh minim pakar di

    Indonesia yang secara khusus mendalami

    pemahaman kedua sumber tersebut dalam perspektif

    pendidikan Islam. Ummat Islam belum banyak

    mengetahui tentang isi kandungan Al-Quran dan Al-

    Sunnah yang berhubungan dengan pendidikan

    secara baik. Akibat proses pendidikan Islam belum

    berjalan diatas landasan dan dasar ajaran Islam itu

    sendiri.

    Sebagai konsekwensi visi dan misi pendidikan

    Islam juga masih belum berhasil dirumuskan secara

    baik dan universal. Tujuan pendidikan Islam juga

    seringkali diorientasikan untuk menghasilkan

    manusia siap pakai bukan siap hidup menguasai

    ilmu Islam saja bukan berkarekter islami dan visi

    diarahkan untuk mewujudkan manusia yang shalih

    dalam arti ritual ukhrowi belum sosial dunia Akibat

    lulusan pendidikan Islam hanya memiliki

    kesempatan dan peluang yang terbatas mereka

    kurang mampu bersaing dan tak mampu berebut

    peluang dan kesempatan dalam ruang yang lebih

  • 24

    kompleks. Konsekwensi lebih lanjut lulusan

    pendidikan Islam semakin terpinggirkan dan tak

    berdaya ini merupakan masalah besar yang perlu

    segera diatasi lebih-lebih dalam dunia persaingan

    yang kian kompetitif dan mengglobal. Problema ini

    kian diperparah oleh tak tersedia tenaga pendidik

    Islam yang profesional yaitu tenaga pendidik yang

    selain menguasai materi ilmu yang diajarkan secara

    baik dan benar juga harus mampu mengajarkan

    secara efektif dan efisien kepada para siswa serta

    harus pula memiliki idealisme.

    Manajemen yang dimaksud disini adalah

    kegiatan seseorang dalam mengatur organisasi

    lembaga atau perusahaan yang bersifat manusia

    maupun non manusia sehingga tujuan organisasi

    sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien.

    Bertolak dari rumusan ini terdapat beberapa unsur

    yang inheren dalam manajemen antara lain:

    1. Unsur proses arti seorang manejer dalam

    menjalankan tugas manajerial harus mengikuti

    prinsip graduasi yang berkelanjutan.

    2. Unsur penataan arti dalam proses manajemen

    prinsip utama adalah semangat mengelola

    mengatur dan menata.

    3. Unsur implementasi arti setelah diatur dan ditata

    dengan baik perlu dilaksanakan secara

    profesional.

    4. Unsur kompetensi. Arti sumber-sumber potensial

    yang dilibatkan baik yang bersifat manusia

    maupun non manusia mesti berdasarkan

    kompetensi profesionalitas dan kualitasnya.

  • 25

    5. Unsur tujuan yang harus dicapai tujuan yang

    ada harus disepakati oleh keseluruhan anggota

    organisasi. Hal ini agar semua sumber daya

    manusia mempunyai tujuan yang sama dan

    selalu berusaha untuk mensukseskannya.

    Dengan demikian tujuan yang ada dapat

    dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan

    aktivitas dalam organisasi.

    6. Unsur efektifitas dan efisiensi. Arti tujuan yang

    ditetapkan diusahakan tercapai secara efektif dan

    efisien.

    Manajemen Pendidikan Pesantren adalah

    aktivitas memadukan sumber-sumber Pendidikan

    Pesantren agar terpusat dalam usaha untuk

    mencapai tujuan Pendidikan Pesantren yang telah

    ditentukan sebelum, dengan kata lain manajemen

    Pendidikan merupakan mobilisasi segala

    sumberdaya Pendidikan Pesantren untuk mencapai

    tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

    Maka manajemen Pendidikan Pesantren

    hakekat adalah suatu proses penataan dan

    pengelolaan lembaga Pendidikan Pesantren yang

    melibatkan sumber daya manusia dan non manusia

    dalam menggerakkan mencapai tujuan Pendidikan

    Pesantren secara efektif dan efisien.”. Yang disebut

    “efektif dan efisien” adalah pengelolaan yang

    berhasil mencapai sasaran dengan sempurna cepat

    tepat dan selamat. Sedangkan yang “tak efektif”

    adalah pengelolaan yang tak berhasil memenuhi

    tujuan karena ada mis-manajemen maka

    manajemen yang tak efisien adalah manajemen

  • 26

    yang berhasil mencapai tujuan tetapi melalui

    penghamburan baik, tenaga, waktu maupun

    biaya.

    Seorang manajer tak hanya memanfaatkan

    tenaga bawahan yang sudah ahli atau trampil demi

    kelancaran organisasi yang dia pimpin saja tetapi

    juga memberikan kesempatan pada bawahan agar

    mereka dapat meningkatkan keahlian atau

    ketrampilannya. Manajer pendidikan pesantren

    pada umum hanya tahu apa tugas mereka agar

    proses pendidikan dapat berlangsung konstan

    tetapi acapkali mereka kurang mampu

    mengantisipasi secara akurat perubahan yang bakal

    terjadi di masyarakat pada umum dan dalam dunia

    pendidikan Islam khususnya. Akibat mereka hanya

    tenggelam dalam tugas-tugas rutin organisasi

    keseharian tetapi sangat sulit melakukan inovasi

    progresif dan memungkinkan dicapai tujuan

    organisasi secara lebih improve dan

    membanggakan.

    Dalam tiap perjalanan sebuah lembaga itu tak

    terlepas yang nama aktivitas managemen karena

    tiap lembaga organisasi dan termasuk pondok

    pesantren selalu berkaitan dengan usaha-usaha

    mengembangkan dan memimpin suatu tim kerja

    sama atau kelompok orang dalam satu kesatuan

    dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

    Semua ini untuk mencapai suatu tujuan tertentu

    dalam organisasi yang ditetapkan sebelumnya.

    Maka dari pada itu keterkaitan managemen dan

    memimpin tidaklah salah jika kemudian orang

  • 27

    menyatakan bahwa managemen sangat terkait erat

    dengan persoalan kepemimpinan. Karena

    managemen dari segi etimologi yang berasal dari

    sebuah kata manage atau manus (latin) yang berarti

    memimpin menangani mengatur dan membimbing.

    Dengan demikian pengertian managemen dapat

    diartikan sebagai sebuah proses khas yang terdiri

    dari tindakan-tindakan; perencanaan,

    pengorganisasian, penggiatan dan juga

    pengawasan. Ini semua juga dilakukan untuk

    menentukan atau juga untuk mencapai sasaran

    yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber

    daya manusia serta sumber-sumber lainnya.

    Dari pengertian tersebut dapat diketahui

    bahwa managemen adalah ilmu aplikatif dimana

    jika dijabarkan menjadi sebuah proses tindakan

    meliputi beberapa hal: Pleaning, organizing,

    actuating, controling. Berdasarkan empat hirarki

    tersebut managemen dapat bergerak tentu hal itu

    juga bergantung tingkat kepemimpinan seorang

    manager.

    Maka berdasarkan dari definisi di atas baik

    secara etimologi dan termenologi berbicara

    managemen pendidikan pondok pesantren atau bisa

    disebut mengolah konsep apapun tentang pesantren

    sebenarnya bukanlah pekerjaan mudah. Terlebih

    dahulu ada kenyataan bahwa tak ada konsep yang

    mutlak rasional dan paling afdhol diterapkan di

    pesantren. Baik sejarah pertumbuhan yang unik

    maupun karena tertinggal pesantren dari lembaga-

    lembaga kemasyarakatan lain dalam melakukan

  • 28

    kegiatan-kegiatan teknis pesantren belum mampu

    mengolah apalagi dalam soal melaksanakan konsep

    yang disusun berdasarkan pertimbangan rasional.

    Kendati bersifat gradual dalam beberapa tahun

    terakhir di lembaga pendidikan pesantren telah

    dilakukan berbagai pembaharuan di bidang

    manajemen sebagai jawaban atas tuntutan

    demokratisasi global salah satu bentuk adalah

    model manajemen demokratis yang berbasis

    kultural dari oleh dan untuk peserta didik (DOUP)

    dalam konteks ini terjadi rekonstruksi dari yang top

    down menjadi button up dari yang doktrimal

    menjadi demokratik dari yang menyeramkan

    menjadi menyenangkan.

    Konsederasi yang dapat digunakan bagi model

    manajemen demokratis adalah bahwa tiap manusia

    dan masyarakat diciptakan dalam keadaan merdeka

    karena itu kemerdekaan adalah hak tiap manusia

    dan kemerdekaan sejati itu adalah terbebas rakyat

    dari berbagai bentuk ketidakberdayaan disegala

    bidang termasuk pendidikan. Karena itu agenda

    utama manajemen demokratis dalam pendidikan

    islam adalah semangat pembebasan kaum

    muslimin dari belenggu ideologi dan relasi

    kekuasaan yang menghambat mencapai

    perkembangan harkat dan martabat kemanusiaan

    maka manajemen demokratis dalam pendidikan

    islam sejati diarahkan pada proses aksi dimana

    kelompok sosial kelas bawah mengontrol ilmu

    pengetahuan dan membangun daya melalui

    pendidikan penelitian dan tindakan social kritis.

  • 29

    Dari sisi managemen kelembagaan di pesantren

    saat ini telah terjadi perubahan mendasar yakni

    dari kepeminpinan yang sentralistik hirarkis dan

    cenderung singgle fighter berubah menjadi model

    managemen kolektif seperti model yayasan.

    Sejati manajemen berhubungan erat degan

    usaha untuk tujuan tertentu dengan jalan

    menggunakan berbagai sumber daya yang tersedia

    dalam organisasi atau lembaga pendidikan Islam

    dengan cara yang sebaik mungkin. Manajemen

    bukan hanya mengatur tempat melainkan juga

    mengatur orang per orang dalam mengatur orang

    tentu diperlukan seni atau kiat agar tiap orang yang

    bekerja dapat menikmati pekerjaan mereka.

    Perencanaan pendidikan islam adalah proses

    mempersiapkan secara sistematis kegiatan kegiatan

    yang akan dikerjakan pada waktu yang akan datang

    untuk mencapai sasaran atau tujuan pendidikan

    islam yang telah dirumuskan dan ditetapkan

    sebelumnya. Dalam Islam keharusan membuat

    perencanaan yang teliti sebelum melakukan

    tindakan banyak disinyalir dalam teks suci baik

    secara langsung maupun secara sindiran (kinayah)

    misal dalam islam diajarkan bahwa upaya

    penegakan yang ma’ruf dan pencegahan yang

    munkar membutuhkan sebuah perencanaan dan

    strategi yang baik sebab bisa jadi kebenaran yang

    tak terorganisir dan terencana akan dikalahkan

    oleh kebatilan yang terorganisir dan terencana.

    Meskipun Alqur’an menyatakan yang benar pasti

    mengalahkan yang bathil (al Isra’:81). Namun Allah

  • 30

    lebih mencintai dan meridhoi kebenaran yang

    diperjuangkan dalam sebuah barisan yang rapi

    terencana dan teratur (asshaff:4). Setelah

    perencanaan dilanjutkan dengan pengorganisasian

    yakni proses penataan pengelompokan dan

    pendistribusian tugas tanggung jawab dan

    wewenang kepada semua perangkat yang dimiliki

    menjadi kolektifitas yang dapat digerakkan sebagai

    satu kesatuan team work dalam mencapai tujuan

    yang telah ditentukan secara efektif dan efesien.

    Dalam Qs. (6:132), ditegaskan bahwa “Setiap orang

    mempunyai tingkatan menurut pekerjaan masing-

    masing” Sewaktu Rasulullah membentuk atribut-

    aribut negara dalam kedudukan beliau sebagai

    pemegang kekuasaan tertinggi beliau membentuk

    organisasi yang didalam terlibat para sahabat beliau

    yang beliau tempatkan pada kedudukan menurut

    kecakapan dan ilmu masing-masing. Tidak dapat

    dipungkiri bahwa Rasulullah adalah seorang

    organisatoris ulung administrator yang jenius dan

    pendidik yang baik yang menjadi panutan karena

    itu beliau disebut sebagai panutan yang baik

    (uswatun hasanah).

    Setelah planning dan organizing dalam siklus

    manajemen pendidikan Islam dilanjutkan dengan

    actuating yakni proses menggerakkan atau

    merangsang anggota anggota kelompok untuk

    melaksanakan tugas mereka masing masing dengan

    kemauan baik dan antusias.

    Fungsi Actuating berhubungan erat dengan

    sumber daya manusia oleh karena itu seorang

  • 31

    pemimpin pendidikan Islam dalam membina

    kerjasama mengarahkan dan mendorong

    kegairahan kerja para bawahan perlu memahami

    seperangkat faktor-faktor manusia tersebut karena

    itu actuating bukan hanya kata-kata manis dan

    basa-basi tetapi merupakan pemahaman radik akan

    berbagai kemampuan kesanggupan keadaan

    motivasi dan kebutuhan orang lain yang dengan itu

    dijadikan sebagai sarana penggerak mereka dalam

    bekerja secara bersama-sama sebagai taemwork.

    Siklus terakhir adalah controlling yakni proses

    pengawasan dan pemantauan terhadap tugas yang

    dilaksanakan sekaligus memberikan penilaian

    evaluasi dan perbaikan sehingga pelaksanaan tugas

    kembali sesuai dengan rencana yang telah

    ditetapkan. Fungsi pengawasan merupakan upaya

    penyesuaian antara rencana yang telah disusun

    dengan pelaksanaan dilapangan untuk mengetahui

    hasil yang dicapai benar-benar sesuai dengan

    rencana yang telah disusun diperlukan informasi

    tentang tingkat pencapaian hasil. Informasi ini

    dapat diperoleh melalui komunikasi dengan

    bawahan khusus laporan dari bawahan atau

    observasi langsung. Apabila hasil tak sesuai dengan

    standar yang ditentukan pimpinan dapat meminta

    informasi tentang masalah yang dihadapi. Dengan

    demikian tindakan perbaikan dapat disesuaikan

    dengan sumber masalah. Di samping itu untuk

    menghindari kesalahpahaman tentang arti maksud

    dan tujuan pengawasan antara pengawas dengan

    yang diawasi perlu dipelihara jalur komunikasi yang

  • 32

    efektif dan bermakna dalam arti bebas dari

    prasangka negatif dan dilakukan secara

    berdayaguna dan berhasilguna al hasil tujuan

    pengawasan pendidikan Islam haruslah konstruktif

    yakni benar-benar untuk memperbaiki

    meningkatkan efektifitas dan efisiensi.

    2.4. Implementasi Manajemen Sekolah Berbasis

    Pondok Pesantren

    1) Sistem pondok pesantren adalah sarana yang

    bertugas sebagai perangkat organisasi yang

    diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang

    berlangsung dalam pondok pesantren.

    2) Konsep pengembangan manajemen pondok

    pesantren harus lebih akomodatif terhadap

    perubahan yang serba cepat dalam era global saat

    ini. Oleh karena itu idealisme”lillahi ta’ala” tersebut

    harus dilapisi dengan profesionalisme yang

    memadai, sehingga dapat menghasilkan kombinasi

    yang ideal dan utuh yaitu idealisme-

    profesionalisme.

    3) Menciptakan model pendidikan modern yang tidak

    lain terpaku pada sistem pengajaran klasik

    (wetonan, bandongan) dan materi kitab-kitab

    kuning. Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari

    teknik pengajaran, materi pelajaran, sarana dan

    prasarananya didesain berdasarkan sistem

    pendidikan modern.

    4) Misi pesantren yang sesuai dengan filosofis

    pendidikan Islam dan yang sudah dijelaskan diatas.

    5) Kurikulumnya, Sistem Pengajarannya dan Sistem

    pembiayaannya.

  • 33

    6) Pada esensinya dakwah yang di lakukan kiai

    sebagai medium transformasi sosial melalui

    pendekatan keagamaan. Pada esensinya dakwah

    yang dilakukan kiai sebagai medium transformasi

    sosial keagamaan itu di orientasikan kepada output

    dan input pemberdayaaan salah satunya aspek

    kongnitif masyarakat.

    1. Output yang diharapkan

    Output pondok pesantren harus memiliki

    prestasi pondok pesantren yang dihasilkan oleh

    proses pendidikan dan pembelajaran serta

    manajemen di pondok pesantren.

    Output pondok pesantren dikelompokan menjadi

    empat macam:

    a. Output berupa prestasi penggetahuan

    akademik keagamaan.

    b. Output berupa prestasi penggetahuan

    akademik umum.

    c. Output berupa prestasi keterampilan atau

    kecakapan hidup.

    d. Output berupa prestasi dalam bidang non

    akademik.

    2. Input podok pesantren

    Karakteristik dari pondok pesantren yang

    efektif diantaranya adalah memiliki input dengan

    karakteristik sebagai berikut.

    a. Adanya kebijakan, tujuan dan sasaran mutu

    yang jelas

    b. Sumber daya tersedia dan siap.

    c. Staf yang kopeten, berdedikasi tinggi dan

    berakhlakul karimah.

  • 34

    d. Memiliki harapan prestasi yang tinggi.

    e. Focus pada pelanggan khususnya para

    santri.

    f. Adanya input manajemen yang memadai

    untuk menjalankan roda pondok pesantren.

    2.5. Pendekatan

    Manajemen di dalam sebuah organisasi

    sangat diperlukan, tidak terkecuali pada

    sebuah lembaga pendidikan, karena memang

    diantara keduanya memiliki hubungan yang

    erat. Dikatakan pula bahwa manajemen

    sebagai sub sistem kunci dalam suatu

    organisasi dan merupakan kekuatan vital yang

    menghubungkan sub sistem lainnya. Adapun

    pendekatan penelitian ini adalah menggunakan

    pendekatan kualitatif yang mengacu pada teori

    manajemen pendidikan formal dan manajemen

    pendidikan pesantren. Hal ini dilakukan agar

    dalam menganalisis data dan informasi terkait

    penelitian yang dilakukan tidak keluar dari

    kaidah.

    Tanshzil (2003:3), menjelaskan bahwa

    lembaga pendidikan yang ber basis pesantren

    model pembinaannya sarat dengan pendidikan

    nilai-nilai luhur agama. Usman (2011:45),

    berpendapat bahwa peningkatan mutu

    pendidikan tidak hanya dilihat dari hasil

    belajar atau bahkan hasil ujian saja namun

    dimulai dari input, proses, output dan

    outcomenya. Syukur (2011:51), menambahkan

  • 35

    bahwa sekolah secara keseluruhan akan

    mencapai tujuan yang optimal bukan hanya

    prestasi siswa melainkan juga prestasi

    sekolahannya. Prestasi yang dimaksud

    diperlukan sebagai upaya menciptakan situasi

    pendidikan di sekolah dengan pengintegrasian,

    penyelerasan dan penyederhanaan

    pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah sesuai

    dengan tugas pokok dan fungsinya. Dengan

    mengoptimalisasikan penggunaan sarana

    prasarana, profesionalisme pendidik yang

    mendukung upaya peningkatan kualitas proses

    pembelajaran yang kondusif. Sehingga tercipta

    iklim budaya pembelajaran yang sarat dengan

    nilai-nilai karakter luhur pendidikan.

    Suharto (2011:15), mengemukaan bahwa

    pendidikan dilingkungan pesantren

    menciptakan dan mengembangkan kepribadian

    peserta didik yang beriman dan berakhlaq

    mulia dan bermanfaat bagi masyarakat. Selain

    itu pesantren harus menjadi pusat penguasaan

    ilmu pengetahuan dan tehnologi juga

    penanaman, pemahaman, pengamalan ajaran

    agama. Frieda (2013:9), menjelaskan, bahwa

    semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki

    seseorang, mampu mengendalikan kesadaran

    emosi dirinya sendiri dan orang lain, serta

    mampu mengendalikan kemampuan tersebut

    untuk mencapai hasil yang diharapkan.

    Merujuk beberapa pendapat yang

    menyatakan bahwa pendidikan berbasis

  • 36

    pesantren dapat membentuk siapa saja yang

    belajar dan diharapkan menjadi cikal bakal

    peserta didik yang unggul dengan penguatan

    nilai keagamaan serta akhlaq, berilmu

    pengetahuan, trampil serta mandiri dan

    mampu bersaing di era modern. Secara

    bertahap pendidikan berbasis pesantren dapat

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    Implementasi menejemen sekolah berbasis

    pesantren tidak hanya dituntut sebagai

    transfer ilmu akan tetapi juga mentransfer

    nilai-nilai luhur pendidikan dan pengamalan

    agama.

    2.6. Indikator Peningkatan Manajemen Sekolah

    berbasis Pesantren

    Direktorat Jenderal Pembinaan SMP,

    SMK (2012:14), menyatakan bahwa

    pemenuhan standar pengelolaan dalam proses

    pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan

    implementasi manajemen yang diterapkan

    yang terdapat dilembaga tersebut. Usman

    (2006:629), menjelaskan bahwa indikator

    implementasi manajemen sekolah akan

    berhasil apabila memiliki kemandirian, adanya

    kemitraan, partisipasi masyarakat,

    keterbukaan yang bertanggungjawab, dan

    akuntabilitas yang dapat

    dipertanggungjawabkan. Dalam era mutu

    (Depdikbud:231), disebutkan bahwa indikator

    manajemen sekolah akan tampak pada aspek

  • 37

    manajemen kegiatan pembelajarannya dan

    partisipasi masyarakat.

    Merujuk pada urain diatas maka

    indikator peningkatan implementasi

    manajemen sekolah pendidikan merupakan

    tranparansi manajemen, kepercayaan kegiatan

    sekolah diperlukan daya dukung sarana

    prasarana proses pendidikan yang memadai.

    Implementasinya mengacu pada standar

    pengelolaan pendidikan antara lain

    ketersediaan rencana kerja, dan rencana

    anggaran kerja yang disahkan oleh komite,

    pengasuh pesantren beserta kepala sekolah.

    Proses kegiatan belajar mengajar yang lebih

    aktif di dalam kelas, guru lebih bervariasi

    menggunakan metode mengajarnya. Peran

    serta masyarakat meliputi pertemuan orang

    tua dan komite yang lebih berkualitas,

    komunikasi pihak sekolah, pesantren dan

    komite selalu bersinergi serta keterlibatan

    tokoh masyarakat lebih intensif.

    2.7. Kerangka berpikir

    Implementasi manajemen sekolah

    berbasis pesantren akan berhasil apabila

    diantara alumni dapat berkiprah dimasyarakat

    dan juga dapat melanjutkan ke jenjang yang

    lebih tinggi. Selain mutu kepribadian peserta

    didik yang beradab tampak kepercayaan diri,

    kemandirian, disiplin, terampil, memilki

    spiritual yang baik dan memadai dan dapat

  • 38

    bertanggungjawab sebagaimana tertuang

    dalam tujuan pendidikan nasional.

    Hasil pendidikan disekolah dapat

    ditentukan oleh upaya memberikan wahana

    dalam mengembangkan potensi peserta didik.

    Kemampuan para pendidik dan tenaga

    kependidikan, dengan menggunakan sarana

    prasarana yang optimal dan dapat

    mewujudkan situasi dan kondisi lingkungan

    sekolah serta pesantren yang kondusif dan

    proses pembelajaran yang nyaman. Syukur

    (2011:92), menjelaskan bahwa pesrta didik

    dapat belajar dengan nyaman, dengan

    membuat wahana terbaik sebagai tempat

    pembelajaran. Upaya menejemen sekolah

    membuat peserta didik dapat belajar dengan

    nyaman yang menghasilkasn pendidikan yang

    berkarakter.

    Gambar kerangka dasar pemikiran

    Profesionalitas

    pendidik

    IMPLEMENTASI MENEJEMEN

    HASIL

    Perencanaan

    Pelaksanaan

    Pengawasan

    Potensi peserta

    didik

    Sarana prasarana

    Iklim yg

    kondusif

    Sekolah lebih

    berprestasi,

    diminati

    masyarakat dan

    berkarakter

    keimana

    PROSES

  • 39

    2.8. Kajian Riset terdahulu

    Sejalan dengan permasalahan dalam

    implementasi manajemen pendidikan formal

    berbasis pesantren, Ummu Hanik (2013),

    Manajemen Pengembangan Pendidikan Formal

    Pesantren Sabilil Muttaqin (PSM) Takeran Magetan

    Jawa Timur, di dalamnya membahas upaya PSM

    dalam mempertahankan keberadaannya sebagai

    sebuah lembaga pendidikan, menjelaskan model

    manajemen yang dikembangkan PSM serta model

    manajemen yang dipakai PSM dalam

    mengembangkan pendidikan formalnya. Hasil

    penelitian model pendidikan yang dikembangkan

    PSM adalah model pendidikan yang memadukan

    antara pendidikan pesantren dengan pendidikan

    formal, dengan berlandaskan Risalah Qoidah yang

    terdiri atas 9 qoidah dan nasehat luhur dari para

    pemimpin pesantren. Dalam mengembangkan

    pendidikan formalnya, PSM menggunakan model

    manajemen yang berdasarkan sasaran (MBS) atau

    management by Objectives (MBO).

    Dalam penelitian Musarofah (2011) Manajemen

    Pendidikan Berbasis Masyarakat: Tinjauan Historis

    atas Pemberdayaan dan Pengembangan Pendidikan

    Pesantren di Pondok Pesantren At-Tanwir

    Bojonegoro, bahwa dalam penyelenggaraan

    pendidikan berbasis masyarakat di pesantren

  • 40

    tersebut, adanya keterikatan secara informal antara

    masyarakat dengan pesantren dalam bentuk

    partisipasi tradisional dan ikatan emosional,

    sehingga mempengaruhi pola hubungan perorangan

    yang diakibatkan oleh perbedaan strata yang ada di

    masyarakat. Dalam penelitiannya Musarofah tidak

    banyak mengungkap output, karena keterbatasan

    waktu penelitiannya.

    Kemudian buku yang ditulis oleh Ainurrafiq

    Dawam dan Ahmad Ta’arifin yang berjudul

    Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren. Di

    dalamnya membahas tentang bagaimana penerapan

    kurikulum madrasah yang bernaung di bawah

    pesantren, pola kepemimpinan, pemberdayaan

    sumber daya manusia, cara mengorganisir siswa

    agar tidak berbenturan dengan kegiatan santri, dan

    hal-hal lain yang selama ini menjadi masalah

    madrasah yang menginduk pesantren.

    Berdasar uraian diatas maka dianggap perlu

    diadakan penelitian lebih lanjut implementasi

    menejemen sekolah berbasis pondok pesantren di

    SMP NU 06 Kedungsuren - Kaliwungu - Kendal.