Upload
dinhbao
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Suharno (2017) menyatakan penerapan e-filling berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepatuhan pelaporan surat pemberitahuan tahunan Wajib
Pajak orang pribadi di KPP Pratama Surakarta, sehingga H1 yang menyatakan
Penerapan e-filling berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan
pelaporan surat pemberitahuan tahunan Wajib Pajak orang pribadi di KPP
Pratama Surakarta terbukti kebenarannya.
Putu dan Made (2017) menyatakan penerapan e-Registration, penerapan e-
Filling, penerapan e-SPT, dan penerapan e-Billing berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sedangkan hasil
penelitian secara simultan menunjukkan bahwa penerapan seluruh e-system
berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
Agustiningsih (2016) menyatakan bahwa penerapan e-filling berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan nilai koefisien
determinasi 0,454. Tingkat pemahaman pajak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak dengan koefisien determinasi 0,444. Kesadaran
wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
dengan nilai koefisien determinasi 0,621. Penerapan e-filling, tingkat pemahaman
perpajakan dan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
9
kepatuhan wajib pajak dengan nilai F hitung lebih besar dari F tabel yaitu
59,820>3,94.
Jati dan Kiswara (2016) menyatakan bahwa penerapan sistem e-filing
berpengaruh signifikan terhadap peran AR, penerapan sistem e-filing berpengaruh
signifikan terhadap pencitraan otoritas pajak, peran AR berpengaruh signifikan
terhadap pencitraan otoritas pajak, penerapan sistem e-filing berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, pencitraan otoritas pajak berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, peran AR berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak.
Widilestariningtyas (2015) menyatakan bahwa penerapan e-filling dan
kesadaran Wajib Pajak berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak pada KPP
Pratama Bandung Karaes. Sedangkan penelitian yang dilakukan Susmita dan
Supadmi (2016) menyatakan bahwa penerapan e-filing berpengaruh positif pada
kepatuhan wajib pajak. Penerapan e-filing yang baik diharapkan dapat membuat
wajib pajak puas terhadap pelayanan yang diberikan sehingga dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Nidya (2015) menyatakan bahwa penerapan program e-filing memberikan
banyak manfaat baik pada Wajib Pajak maupun aparatur Kantor Pelayanan Pajak
Pratama. Penerapan e-filling pada KPP Pratama Gresik Utara telah sesuai dengan
tata cara pendaftaran berdasarkan peraturan perpajakan. Meskipun begitu,
realisasi pelaporan SPT Tahunan PPh belum berjalan maksimal karena masih ada
beberapa kelamahan dari penerapan e-filing yang menjadi kendala bagi Wajib
Pajak maupun aparatur KPP Pratama Gresik Utara. Penelitian sejenis lainnya
10
mempunyai hasil yang berbeda, yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh
Suherman dan Almunawwaroh (2015), menyatakan bahwa penerapan e-filing
tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam penyampaian SPT
Tahunan pada KPP Pratam Kota Tasikmalaya. Sementara hasil penelitian Rahayu
dan Lingga (2009) menyatakan bahwa sistem administrasi perpajakan modern
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap wajib pajak. Wajib pajak menolak
karena belum paham dengan sistem e-filing atau tidak ingin mengaplikasi sistem
e-filing.
Berdasarkan penjelasan mengenai beberapa penelitian di atas dapat
disimpulkan bahwa variabel e-filing masih memiliki hasil yang berbeda-beda
terhadap variabel kepatuhan wajib pajak. Untuk itu peneliti ingin meneliti kembali
bagaimana penerapan e-filing terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada
KPP Pratama Kota Ende.
2.2 Teori Dan Kajian Pustaka
2.2.1 Teori Atribusi (Attribution Theory)
Teori atribusi yang dikembangkan oleh Heider (1958) merupakan teori
yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Teori ini menjelaskan tentang
bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya
sendiri yang akan ditentukan apakah dari internal misalnya sifat, karakter,
sikap, dan lain-lain ataupun eksternal misalnya tekanan situasi atau keadaan
tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap perilaku individu. Heider
(1958) menyatakan bahwa kekuatan internal (atribut personal seperti
kemampuan, usaha dan kelelahan) dan kekuatan eksternal (atribut lingkungan
11
seperti aturan dan cuaca) itu bersama-sama menentukan perilaku manusia.
Pernyataan ini menekankan bahwa merasakan secara tidak langsung adalah
determinan paling penting untuk perilaku. Atribusi internal maupun eksternal
telah dinyatakan dapat mempengaruhi terhadap evaluasi kinerja individu,
misalnya dalam menentukan bagaimana cara atasan memperlakukan
bawahannya, dan mempengaruhi sikap dan kepuasaan individu terhadap kerja.
Orang akan berbeda perilakunya jika mereka lebih merasakan atribut
internalnya dari pada atribut eksternalnya. Perilaku kepatuhan wajib pajak
sesuai dengan teori atribusi dapat ditentukan dari kekuatan internal berupa
pemahaman akan peraturan perpajakan yang ada di Indonesia dan kekuatan
eksternal yang dapat dilihat dari berbagai fasilitas kemudahan dan
kenyamanan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam melayani
wajib pajak, salah satunya dengan menerapkan sistem e-filing.
2.2.2 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)
Teori kepatuhan (compliance theory) merupakan teori yang menjelaskan
suatu kondisi dimana seseorang taat terhadap perintah atau aturan yang
diberikan (Heider, 1958). Kepatuhan Wajib Pajak merupakan perilaku yang
didasarkan pada kesadaran seorang Wajib Pajak terhadap kewajiban
perpajakannya dengan tetap berlandaskan pada peraturan perundang-undangan
yang telah ditetapkan. Teori kepatuhan mendorong seseorang untuk lebih
mematuhi peraturan yang berlaku. Teori kepatuhan sejalan dengan kepatuhan
wajib pajak dimana dengan adanya peraturan perundang-undangan perpajakan
mampu mendorong kesadaran wajib pajak untuk mematuhi peraturan tersebut.
12
Kesadaran untuk mematuhi peraturan merupakan bagian dari motivasi
instrinsik yaitu motivasi yang datangnya dalam diri individu itu sendiri dan
motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu, seperti
dorongan dari aparat pajak untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan. Salah
satu cara yang dilakukan pemerintah Direktorat Jenderal Pajak dengan
melakukan reformasi modernisasi sistem administrasi perpajakan berupa
perbaikan pelayanan bagi Wajib Pajak melalui pelayanan salah satu dengan
meluncurkan produk sistem e-filing.
2.2.3 Pajak
Definisi pajak menurut Undang-Undang No. 16. Tahun 2009 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Kementrian Keuangan Republik
Indonesia DJP (2013:2), yaitu “pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat”.
Pajak mempunyai beberapa fungsi seperti yang diungkapkan oleh Abdul
Rahman (2010, 21-22), yaitu:
13
a. Fungsi Anggaran; sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungi
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Biaya tersebut
digunakan untuk menjalankan tugas rutin negara dan untuk melaksanakan
pembangunan.
b. Fungsi Mengatur; melalui kebijaksanaan pajak, pemerintah dapat
mengatur pertumbuhan ekonomi. Dengan fungsi mengatur, pajak dapat
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
c. Fungsi stabilitas; pemerintah memiliki dana yang berasal dari pajak untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga inflasi dapat dikendalikan.
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan; pajak yang sudah dipungut oleh negara
dari masyarakat akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan
umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat
membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat.
2.2.4 Kepatuhan Wajib Pajak
a. Wajib Pajak
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang ditentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan yaitu memungut atau memotong pajak tertentu
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan
(rahman, 2010). (Dara, 2016) menyatakan bahwa wajib pajka adalah orang
pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajkan sesuai dengan ketentuan
14
peraturan perundang-undangan perpajakan. Pengertian Wajib Pajak menurut
UU No 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
berbunyi: “Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.”
Menurut Mardiasmo (2011: 56) Wajib Pajak memiliki beberapa kewajiban
yang harus dipenuhi yaitu:
1) Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.
Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang
berada di wilayah tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak,
kemudian akan diperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). NPWP
tersebut yang kemudian digunakan sebagai identitas bagi Wajib Pajak.
Pendaftaran NPWP dapat dilakukan secara online melalui e-register.
2) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Wajib Pajak yang merupakan pengusaha yang dikenakan PPN wajib
melaporkan usahanya untuk kemudian dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP) kepada KPP. Pengukuhan sebagai PKP juga dapat dilakukan
secara online melalui e-register.
3) Menghitung pajak terutang.
Memperhitungkan pajak yang sudah dipotong oleh pihak lain, membayar,
dan melaporkan sendiri pajak dengan benar. Sistem perpajakan di Indonesia
15
menganut self assessment system, sehingga Wajib Pajak diharuskan
melakukan penghitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak dengan sendiri.
4) Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukkan ke
Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.
SPT merupakan surat yang digunakan Wajib Pajak untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran objek pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan. waktu maksimal yang telah ditentukan untuk
melaporkan SPT ke Kantor Pajak adalah tiga bulan setelah akhir tahun pajak
untuk SPT PPh tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi dan empat bulan setelah
akhir tahun pajak untuk SPT PPh tahunan Wajib Pajak Badan.
5) Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan.
Pencatatan merupakan kumpulan data mengenai peredaran dan/atau
penghasilan bruto yang digunakan untuk penghitungan jumlah pajak yang
terutang. Pembukuan adalah pencatatan yang dilakukan secara teratur yang
berupa data dan informasi keuangan serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan meliputi neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak
tersebut.
6) Apabila diperiksa Wajib Pajak diwajibkan,
Memperlihatkan laporan pembukuan atau catatan, dan dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak. Memberikan
16
kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang diperlukan dan yang
dapat memperlancar pemeriksaan.
7) Apabila ketika mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen
serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak.
b. Kepatuhan
Kepatuhan perpajakan didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib
pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya (Nurmantu, 2006).Jadi, Kepatuhan Wajib Pajak adalah keadaan
dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan
hak perpajakannya, kewajiban perpajakan meliputi mendaftarkan diri,
menghitung dan membayar pajak terutang, membayar tunggakan dan
menyetorkan kembali surat pemberitahuan. Menurut Pratama (2012) wajib pajak
patuh adalah wajib pajak yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai
wajib pajak yang memenuhi kriteria tertentu yang dapat diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak. Setiap tahun pada akhir bulan Januari
dilakukan penetapan wajib pajak patuh. Berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 tentang Wajib Pajak dengan Kriteria
Tertentu dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran
Pajak, Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang selanjutnya disebut sebagai
Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
17
1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda
pembayaran pajak.
3. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut
4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana dibidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu lima (5) tahun terakhir.
Ukuran tingkat kepatuhan wajib pajak paling utama diketahui dari apakah
wajib pajak telah menyampaikan SPTnya atau belum, baik itu SPT Tahunan
maupun SPT Masa. Hal ini menjadi ukuran paling penting karena dengan telah
disampaikannya SPT oleh wajib pajak berarti wajib pajak telah melaksanakan
pembayaran pajak sesuai dengan undang-undang.
2.2.5 E-Filling
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-88/PJ/2004
tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan secara Elektronik dalam pasal 1,
Direktur Jenderal Pajak memutuskan bahwa “Wajib Pajak dapat menyampaikan
Surat Pemberitahuan secara elektronik melalui perusahaan penyedia jasa aplikasi
(Apllication Service Provider) yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.”E-
filling sebagai suatu layanan penyampaian SPT secara elektronik baik untuk
Orang Pribadi maupun Badan melalui internet pada website Direktorat Jenderal
18
Pajak atau penyedia jasa aplikasi kepada Kantor Pajak dengan memanfaatkan
internet, sehingga Wajib Pajak tidak perlu mencetak semua formulir laporan dan
menunggu tanda terima secara manual. Dengan diterapkannya sistem e-filling
diharapkan dapat memudahkan dan mempercepat Wajib Pajak dalam
penyampaian SPT karena Wajib Pajak tidak perlu datang ke Kantor Pelayanan
Pajak untuk pengiriman data SPT.
Berikut ini proses untuk melakukan e-filling dan tata cara penyampaian SPT
Tahunan secara e-filling:
1. Mengajukan permohonan Eletronik Filling Identification Number (e FIN)
secara tertulis. E-FIN merupakan nomor identitas Wajib Pajak bagi
pengguna e-filling. Pengajuan permohonan e-FIN dapat dilakukan melalui
situs DJP atau KPP terdekat.
2. Mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak e-filling paling lambat 30 hari
setelah diterbitkannya e-FIN. Setelah mendaftarkan diri, Wajib Pajak akan
memperoleh username dan password, tautan aktivitas akun e-filling
melalui e-mail yang telah didaftarkan oleh Wajib Pajak, dan digital
certificate yang berfungsi sebagai pengaman data Wajib Pajak dalam
setiap proses e-filling.
3. Menyampaikan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi melalui
situs DJP dengan cara:
4. Mengisi e-SPT pada aplikasi e-filling di situs DJP. E-SPT adalah Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) dalam bentuk formulir elektronik
(Compact Disk) yang merupakan pengganti lembar manual SPT.
19
5. Meminta kode verifikasi untuk pengiriman e-SPT, yang akan dikirimkan
melalui email atau SMS.
6. Mengirim SPT secara online dengan mengisikan kode verifikasi.
Notifikasi status e-SPT akan diberikan kepada Wajib Pajak melalui email.
Bukti Penerimaan ESPT terdiri dari NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak),
tanggal transaksi, jam transaksi, Nomor Transaksi Penyampaian SPT
(NTPS), Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA), nama Penyedia Jasa
Aplikasi (ASP).
2.3 Pengembangan Hipotesis
Melalui Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-88/PJ/2004 pada
bulan Mei tahun 2004 secara resmi diluncurkan produk e-filling. E-filling
merupakan layanan pengisian dan penyampaian Surat Pemberitahuan Wajib Pajak
yang dilakukan secara elektronik melalui sistem online yang real time kepada
Direktorat Jenderal Pajak melalui internet pada website Direktorat Jenderal Pajak
atau melalui Penyedia Jasa Aplikasi yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal
Pajak.
Pratami et al (2017), dalam penelitiannya tentang Pengaruh Penerapan e-
sistem Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam
Membayar Pajak Pada KPP Pratama Singaraja. Hasil penelitiannya menyatakan
bahwa terdapat pengaruh secara parsial dan signifikan antara variabel penerapan
e-filling terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini berarti semakin baik
penerapan e-filling maka kepatuhan pajak akan meningkat. (Amalia, 2016), dalam
penelitiannya tentang Pengaruh Penerapan e-Filling Terhadap Tingkat Kepatuhan
20
Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
dengan Pelayanan Account Representative sebagai Variabel Intervening di Kota
Palembang. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa penerapan sistem e-Filing
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Meningkatnya kebutuhan
wajib pajak, kemudian didukung oleh perkembangan teknologi informasi yang
pesat, berimbas pada seringnya penggunaan sistem e-Filing untuk memudahkan
pembayaran dan pelaporan pajak. Semakin meningkat penggunaan sistem e-Filing
oleh wajib pajak orang pribadi, semakin meningkat pula kepatuhan wajib pajak.
H1: Penerapan Sistem E-Filling berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Kota Ende.
Sistem e-filling merupakan layanan pengisian dan penyampaian Surat
Pemberitahuan Wajib Pajak secara elektronik kepada Direktorat Jenderal Pajak
yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi Wajib Pajak
dalam penyampaian Surat Pemberitahuannya dengan memanfaatkan jaringan
komunikasi internet. Untuk dapat menggunakan sistem tersebut, Wajib Pajak
dituntut untuk mengerti atau paham terhadap internet yaitu mengetahui bagaimana
cara mengoperasikan internet. Apabila Wajib Pajak tidak dapat mengoperasikan
internet, penerapan sistem tersebut tidak berpengaruh apa-apa terhadap kenyaman
dan kemudahan dalam penyampaian SPT kepada kantor pajak yang diharapkan
dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.