16
6 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu Veronica (2015) melakukan penelitian tentang kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Penelitian tersebut dilakukan di KPP Pratama Senapelan Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan analisis linier berganda untuk analisisnya dengan menggunakan 100 sampel dan menggunakan convenience sampling untuk teknik pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukkan variabel sosialisasi tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, sedangkan variabel pelayanan fiskus, pengetahuan pajak, persepsi pengetahuan korupsi dan sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Caroko dkk.(2015) dengan penelitiannya tentang motivasi membayar pajak. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling insidental dengan jumlah responden sebanyak 100. Analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan semua variabel yaitu pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan pajak dan sanksi pajak berpengaruh terhadap motivasi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak. Murti dkk.(2014) meneliti dengan tema yang sama yaitu kepatuhan Wajib Pajak Orang pribadi di Kota Medan. Penelitian tersebut menggunakan linier berganda. Sampel yang digunakan sebanyak 100 sampel dengan teknik perolehan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

6

BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Penelitian Terdahulu

Veronica (2015) melakukan penelitian tentang kepatuhan Wajib Pajak

Orang Pribadi. Penelitian tersebut dilakukan di KPP Pratama Senapelan

Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan analisis linier berganda untuk analisisnya

dengan menggunakan 100 sampel dan menggunakan convenience sampling untuk

teknik pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukkan variabel sosialisasi

tidak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi,

sedangkan variabel pelayanan fiskus, pengetahuan pajak, persepsi pengetahuan

korupsi dan sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak

Orang Pribadi.

Caroko dkk.(2015) dengan penelitiannya tentang motivasi membayar pajak.

Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling insidental dengan jumlah

responden sebanyak 100. Analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan semua variabel yaitu pengetahuan perpajakan,

kualitas pelayanan pajak dan sanksi pajak berpengaruh terhadap motivasi Wajib

Pajak Orang Pribadi dalam membayar pajak.

Murti dkk.(2014) meneliti dengan tema yang sama yaitu kepatuhan Wajib

Pajak Orang pribadi di Kota Medan. Penelitian tersebut menggunakan linier

berganda. Sampel yang digunakan sebanyak 100 sampel dengan teknik perolehan

sampel menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

Page 2: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

7

semua variabel yaitu pelayanan fiskus dan pengetahuan perpajakan berpengaruh

terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Winerungan (2013) dengan topik yang sama yaitu kepatuhan Wajib Pajak.

Sampel yang digunakan sebanyak 50 sampel dengan metode random sampling.

Analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil menunjukkan

sosialisasi, pelayanan fiskus dan sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap

kepatuhan Wajib Pajak.

B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

melalui pengamatan dan pengalaman langsung yang dilakukannya (Bandura, 1977

dalam Robbins,1996)

Menurut Bandura (1997) dalam Robbins (1996), proses pembelajaran sosial

meliputi:

a. Proses perhatian (attention)

Dalam proses pembelajaran orang akan menaruh perhatian kepada

seseorang yang kemudian dijadikannya sebagai model. Model akan

dijadikannya sebagai contoh.

b. Proses penahanan

Proses penahanan ini adalah proses dimana orang akan mengingat tindakan

yang dilakukan oleh model setelah model jarang tersedia.

Page 3: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

8

c. Proses motorik

Proses motorik yaitu proses yang mengubah dari hasil pengamatan yang

telah dilakukan seseorang menjadi perbuatan.

d. Proses penguatan

Proses penguatan adalah proses dimana individu disediakan rangsangan

untuk berperilaku sesuai dengan model.

Teori ini sesuai untuk menjelaskan perilaku Wajib Pajak dalam memenuhi

kewajibannya. Wajib Pajak akan taat atau patuh melaksanakan kewajibannya,jika

melalui pengamatan yang telah dirasakan atau pengalaman langsungnya.

2. Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pajak adalah

kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan atau balasan secara langsung yang digunakan untuk keperluan negara.

Widyaningsih (2011:2) menjelaskan bahwa pajak adalah iuran rakyat atau warga

negara kepada negara berdasarkan Undang-Undang sehingga dapat dipaksakan

dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Pajak yang dipungut

pemerintah kepada warga negara memang bersifat memaksa, warga negara yang

membayar pajak juga tidak mendapat balasan langsung atas pajak yang

dibayarkan. Warga negara akan merasakan pajak yang dibayarnya dengan adanya

pembangunan yang dilakukan pemerintah.

Menurut Rahman (2010:30) subjek pajak adalah orang yang dituju oleh UU

untuk dikenakan pajak. Subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang

Page 4: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

9

diperolehnya dalam tahun pajak. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

yang dimaksud objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik berasal

dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi

atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak, dengan nama dan dalam bentuk

apapun. Adapun menurut Rahman (2010:30) objek pajak adalah sasaran

pengenaan pajak dan dasar untuk menghitung pajak terutang.

Kewajiban Wajib Pajak diantaranya adalah :

a. Kewajiban untuk mendaftarkan diri.

Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri ke kantor pajak untuk

mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

b. Kewajiban untuk menghitung, memotong, memungut, melaporkan dan

membayar pajak yang terutang.

c. Kewajiban untuk menunjukkan ataupun meminjamkan dokumen-

dokumen yang diminta oleh petugas pemeriksa ketika diadakan

pemeriksaan. Wajib pajak juga wajib untuk memenuhi panggilan

pemeriksaan.

d. Kewajiban memberikan data yang diminta terkait perpajakan yang

sesuai dengan peraturan perpajakan.

Wajib Pajak dalam pelaksanaan kewajibannya diberikan beberapa hak

yaitu :

a. Hak atas kelebihan bayar pajak.

b. Hak kerahasiaan bagi Wajib Pajak.

Page 5: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

10

c. Hak untuk pengangsuran atau penundaan pembayaran.

d. Hak untuk penundaan pelaporan SPT tahunan.

e. Hak untuk pengurangan PPh pasal 25 .

f. Hak untuk pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.

g. Hak untuk pembebasan pajak.

h. Hak pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.

i. Hak untuk mendapatkan pajak ditanggung pemerintah.

j. Hak untuk mendapat insentif perpajakan.

3. Sosialisasi Perpajakan

Sosialisasi perpajakan merupakan kegiatan untuk lebih memberdayakan

Wajib Pajak melalui pengertian, informasi, dan pembinaan yang dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Pajak supaya Wajib Pajak lebih memahami segala hal

mengenai perpajakan yang sesuai dengan Undang-Undang perpajakan yang

berlaku (Purba,2016). Menurut (Purba, 2016) sosialisasi pajak dilakukan dalam

rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman Wajib Pajak tentang

peraturan perpajakan . Kegiatan sosialisasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

dengan sosialisasi langsung dan sosialisasi tidak langsung (Herryanto dan

Toly,2013). Bentuk sosilisasi langsung diantaranya dalam bentuk seminar

sedangkan sosialisasi tidak langsung dapat melalui siaran televisi dan radio.

Menurut Winerungan (2013) strategi sosialisasi perpajakan meliputi:

a. Publikasi (publication).

b. Kegiatan (event) misalnya kegiatan olahraga.

c. Pemberitaan (news).

Page 6: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

11

d. Keterlibatan komunitas.

e. Pencantuman identitas.

f. Pendekatan pribadi.

4. Pelayanan

Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan

segala kebutuhan yang diperlukan seseorang). Jadi, pelayanan fiskus diartikan

sebagai cara yang dilakukan petugas pajak dalam membantu, mengurus, atau

menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang yang dalam hal ini

adalah Wajib Pajak (Jatmiko, 2006). Untuk mengetahui bagaimana pelayanan

terbaik yang seharusnya dilakukan oleh fiskus kepada Wajib Pajak, diperlukan

juga pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai Fiskus (Veronica, 2015).

Pelayanan yang baik akan meningkatkan kepuasan Wajib Pajak.

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-27/PJ/2016

tentang standar pelayanan di Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) Kantor Pelayanan

menetapkan sebagai berikut:

Standar pelayanan yang diselenggarakan di Tempat Pelayanan Terpadu

(TPT):

a. Standar pengelolaan pelayanan meliputi:

1) Pengaturan ruang lingkup pelayanan

Pengaturan yang dimaksud adalah pelayanan yang dilakukan di

loket TPT, Help Desk dan Layanan Mandiri

2) Pengaturan jam pelayanan

Ketentuan dalam jam pelayanan dijabarkan sebagai berikut:

Page 7: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

12

a) Jam pelayanan di TPT pukul 08.00 - 16.00 waktu setempat

b) Setiap petugas di TPT wajib melayani Wajib Pajak pada jam

pelayanan

c) Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan jam pelayanan dan

waktu pengambilan nomor antrean selain yang dimaksud

dalam poin I

d) Pemberian layanan di TPT tetap dilaksanakan pada jam

istirahat

e) Dalam hal pelayanan pada hari Jumat, Kepala KPP dapat

mengatur jam istirahat sesuai dengan situasi dan kondisi di unit

kerjanya; dan/atau

f) Dalam hal pelayanan pada hari keagamaan, Kepala Kantor

Wilayah DJP dapat mengatur jam pelayanan sesuai dengan

situasi dan kondisi di wilayah kerjanya

3) Pengaturan sistem antrean meliputi:

a) Sistem antrean di TPT dibagi menjadi:

1) Antrean pelayanan di Help Desk.

2) Antrean pelayanan di Loket TPT, meliputi:

a) Antrean untuk penerimaan surat/permohonan; dan

b) Antrean untuk Nomor Pokok Wajib Pajak/Pengusaha

Kena Pajak.

II. Petugas TPT harus memberikan layanan kepada Wajib Pajak

dan/ atau masyarakat sampai dengan antrean terakhir.

Page 8: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

13

4) Mekanisme pelayanan saat terjadinya gangguan teknis dan atau

keadaan darurat.

I. Terjadi gangguan teknis maka:

1) Petugas TPT memberitahukan secara lisan kepada Wajib

Pajak dan/atau masyarakat yang datang ke TPT dan membuat

pengumuman tertulis tentang pemberitahuan adanya

Gangguan Teknis

2) Petugas TPT menerima setiap permohonan yang memenuhi

syarat ketentuan dan memproses permohonan tersebut secara

manual serta menerbitkan bukti penerimaan yang

penomorannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku;

dan

3) Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan

(SPT) dalam bentuk elektronik (e-SPT) dan/atau

membutuhkan layanan elektronik lainnya, maka SPT dan

layanan tersebut diproses setelah sistem aplikasi berfungsi

kembali.

II Terjadi keadaan darurat maka:

1) petugas TPT memberitahukan secara lisan atau membuat

pengumuman secara tertulis tentang terjadinya keadaan

darurat

Page 9: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

14

2) KPP dapat mencari tempat lain atau baru sebagai alternatif

untuk tempat pelayanan baru dan segera membuat

pengumuman resmi mengenai perpindahan alamat tersebut

b. Standar sumber daya manusia meliputi:

1) Pengaturan jumlah petugas

Petugas yang melaksanakan pelayanan di TPT terdiri dari:

I). Petugas Inti yang meliputi: koordinator harian, petugas help

desk dan petugas loket TPT

II).Pendukung yang meliputi: pengarah layanan, resepsionis,

petugas keamanan atau satpam dan petugas kebersihan

2) Persyaratan petugas

Petugas pelayanan harus memenuhi syarat yaitu tingkat pendidikan,

usia, jabatan dan kompetensi.

3) Alokasi jumlah petugas

Jumlah petugas yang dialokasikan tiap KPP berbeda tergantung

kebutuhan KPP tersebut.

4) Standar berpakaian dan berperilaku

Standar berpakaian dan berperilaku diatur sendiri dalam peraturan

lain.

c. Standar fasilitas meliputi:

1) Standar pengaturan fasilitas di area TPT

2) Standar fasilitas yang tersedia di area TPT

Area TPT terdiri dari:

Page 10: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

15

a) Area tunggu yaitu area atau tempat wajib pajak dan masyarakat

menunggu layanan

b) Area layanan mandiri adalah tempat dimana wajib pajak

memperoleh layanan secara mandiri

c) Area help desk yaitu tempat dimana dapat memperoleh informasi

atau konsultasi

d) Area loket TPT yaitu tempat Wajib Pajak menyampaikan surat atau

permohonan perpajakan

e) Area lainnya yaitu tempat selain area atau tempat tunggu, area

layanan, area help desk dan loket TPT.

Area TPT harus selalu dalam keadaan bersih dan rapi. Petugas dan

wajib pajak harus senantiasa menjaga kebersihan di area TPT. Fasilitas

TPT juga harus dijaga akan kebersihannya agar tetap berfungsi dengan

baik.

d. Standar pengawasan meliputi:

1) Penanggung jawab kegiatan

2) Aspek pelayanan yang diawasi

3) Tata cara pengawasan

4) Sanksi

Upaya perbaikan pelayanan dilakukan dengan modernisasi sistem

adminstrasi perpajakan agar pelayanan menjadi cepat dan efisien. Menurut

Fauziati dan Syahri (2016) efektivitas adalah suatu pengukuran seberapa jauh

target (kualitas, kuantitas dan waktu) yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Page 11: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

16

Pelayanan sistem adminstrasi perpajakan yang diberikan kepada Wajib Pajak

adalah sistem yang berbasis online. Sistem ini akan memberikan kemudahan

kepada Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Menurut

Widayati dan Nurlis (2010) hal-hal yang mengindikasikan efektivitas sistem

adminstrasi perpajakan adalah:

1. Adanya sistem pelaporan melalui e-SPT dan e-filing. Wajib pajak dapat

melaporkan pajak secara lebih mudah dan cepat. Aplikasi e-SPT adalah

aplikasi buatan Dirjen Pajak untuk memudahkan Wajib Pajak dalam

pelaporan SPT, sedangkan e-filing merupakan cara penyampaian SPT

secara elektronik yang dilakukan secara online pada website Dirjen

Pajak.

2. Pembayaran melalui e-banking yang memudahkan Wajib Pajak dapat

melakukan pembayaran dimana saja dan kapan saja.

3. Penyampaian SPT melalui drop box yang dapat dilakukan di berbagai

tempat, tidak harus di KPP tempat Wajib Pajak terdaftar

4. Peraturan perpajakan dapat diakses secara lebih cepat melalui internet,

tanpa harus menunggu adanya pemberitahuan dari KPP.

5. Pendaftaran NPWP yang dapat dilakukan secara online.

5. Sanksi Perpajakan

Sanksi merupakan cara yang dilakukan pemerintah agar Wajib Pajak tidak

melakukan pelanggaran atau kecurangan dalam membayar pajak (Caroko dkk,

2015). Bisa juga sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif). Tujuan

pencegahan agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan yang berlaku.

Page 12: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

17

Pengenaan sanksi pajak kepada Wajib Pajak dapat meningkatkan kepatuhan

Wajib Pajak itu sendiri. Menurut Mardiasmo (2009) sanksi pajak ada 2 macam

yaitu :

a. Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi adalah pengenaan denda, bunga atau

kenaikan atas ketidakpatuhan yang dilakukan Wajib Pajak dalam

menjalankan kewajiban administrasi perpajakan. Sanksi administrasi

bukan sebagai penghukum. Sanksi bertujuan mengingatkan Wajib

Pajak agar lebih teliti dan berhati-hati dalam menjalankan

kewajibannya. Sanksi administrasi di bagi menjadi 3,yaitu :

1) Sanksi Administrasi berupa denda

2) Sanksi administrasi berupa bunga

3) Sanksi administrasi berupa kenaikan.

b. Sanksi Pidana

Bidang perpajakan, mengenal istilah kealpaan, yaitu tidak

sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan kewajiban

perpajakan sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan

negara. Tindak kejahatan adalah tindakan dengan sengaja tidak

mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat menimbulkan

kerugian pada pendapatan negara.

Sanksi pajak yang berlaku tetap ada pengecualian jika:

1) Wajib Pajak orang pribadi telah meninggal dunia

Page 13: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

18

2) Wajib Pajak orang pribadi sudah tidak melakukan kegiatan usaha

atau pekerjaan bebas

3) Bentuk usaha tetap tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia

4) Wajib Pajak badan tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi belum

di bubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

5) Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi

6) Wajib Pajak terkena bencana atau musibah, yang ketentuannya diatur

sendiri.

7) Wajib Pajak lain di atur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan.

6. Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Mangoting dan Sadjiarto (2013) kepatuhan pajak adalah keadaan

atau kondisi saat Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan dan melaksanakan

hak perpajakannya yang sesuai dengan undang-undang perpajakan. Kepatuhan

Wajib Pajak diartikan sebagai memasukkan dan melaporkan informasi yang

diperlukan, mengisi secara benar jumlah pajak yang terutang dan membayarnya

pada waktunya tanpa tindakan pemaksaan. Menurut Faizin dkk.(2016) kepatuhan

Wajib Pajak secara terminologi berarti taat, patuh dan disiplin terhadap perintah

atau aturan, dapat dikatakan Wajib Pajak patuh jika Wajib Pajak tersebut taat atau

disiplin dalam memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai

dengan undang-udang yang berlaku. Dikatakan patuh juga apabila tidak

melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan.

Page 14: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

19

Kepatuhan Wajib Pajak merupakan rasa bersalah dan rasa malu dari setiap

persepsi Wajib Pajak atas kewajaran dan keadilan yang mereka tanggung, dan

pengaruh kepuasan dari pemerintah (Ardiyansyah dkk.,2016). Kepatuhan Wajib

Pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan Indonesia menganut

sistem Self Assessment di mana dalam prosesnya pemerintah memberikan

kepercayaan sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memotong,

membayar dan melapor kewajibannya (Tryana, 2013). Sistem self assessment

dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini dikarenakan Wajib

Pajak melakukan kewajibannya sendiri.

Tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang tinggi akan memberikan dampak

positif bagi penerimaan pajak. Semakin tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak,

maka semakin besar pula penerimaan pajak. Penerimaan pajak yang besar akan

memudahkan pemerintah untuk melakukan pembangunan nasional. Pembangunan

nasional yang dilakukan akan dirasakan kembali oleh rakyat.

C. Perumusan Hipotesis

1. Sosialisasi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Winerungan (2013) menjelaskan bahwa sosialisasi yang diberikan kepada

warga negara atau masyarakat dimaksudkan untuk memberikan pengertian dan

pemahaman akan pentingnya membayar pajak. Sosialisasi akan menjadikan

masyarakat paham tentang manfaat membayar pajak serta sanksi jika tidak

membayar pajak, sehingga dengan demikian sosialisasi dapat berpengaruh untuk

menambah jumlah Wajib Pajak dan dapat menimbulkan kepatuhan dari Wajib

Pajak. Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan masyarakat pada akhirnya

Page 15: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

20

menjadi masyarakat yang taat dan patuh dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya yang sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku (Purba 2016).

Purba (2016) dan Faizin (2016) dalam penelitiannya menyatakan penyuluhan atau

sosialisasi berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan

uraian tersebut maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut:

H1: Sosialisasi berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

2. Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Pelayanan merupakan cara membantu, mengurus segala kebutuhan

seseorang. Pelayanan yang baik ditunjukkan dengan adanya rasa kepuasan oleh

Wajib Pajak. Pelayanan akan mendorong atau meningkatkan kepatuhan Wajib

Pajak dalam melaksanakan kewajibannya (Purba, 2016). Kualitas pelayanan yang

diberikan Kantor Pelayanan Pajak yang sudah baik maka hal tersebut dapat

memberikan persepsi positif terhadap pajak yang diharapkan dapat meningkatkan

motivasi Wajib Pajak dalam membayar pajak (Caroko dkk,2015). Kualitas

petugas fiskus juga akan mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak. Pelayanan yang

diberikan oleh fiskus selama proses perpajakan berkaitan dengan sikap Wajib

Pajak (Murti dkk.,2014). Jika pelayanan yang diberikan sudah baik dan maksimal

maka Wajib Pajak akan merasa terbantu dan puas akan pelayanan yang diberikan,

hal ini akan berdampak pada kepatuhan Wajib Pajak. Menurut Veronica (2015)

pelayanan fiskus yang baik dan maksimal akan memberikan kenyamanan bagi

Wajib Pajak. Ardiyansyah dkk.(2016) menyatakan pelayanan berpengaruh

terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti

membuat hipotesis sebagai berikut:

Page 16: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian …eprints.umm.ac.id/38888/3/BAB II.pdf1. Teori Pembelajaran Sosial Teori pembelajaran sosial menjelaskan bahwa seseorang dapat belajar

21

H2: Pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

3 Sanksi

Wajib Pajak akan mematuhi kewajibannya apabila memandang sanksi pajak

akan merugikannya. Pratiwi (2016) dan Warouw (2015) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa sanksi berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Adanya sanksi tersebut akan mendorong meningkatnya kepatuhan perpajakan.

Sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak (Fuadi

dan Mangoting,2013). Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti membuat

hipotesis sebagai berikut:

H3: Sanksi berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

4. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan pengembangan hipotesis, variabel-variabel yang berhubungan

dengan kepatuhan wajib pajak maka dapat digambarkan dalam suatu model

seperti berikut:

Pelayanan

(X2)

Sosialisasi

(X1)

Sanksi

(X3)

Kepatuhan Wajib

Pajak

(Y)