25
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi secara tatap muka yang dilakukan oleh dua orang atau lebih (Cangara 1998). Sedangkan menurut Enjang, (2009) definisi umum dari komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap orang tersebut menangkap reaksi lawan bicara secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi secara langsung dan bertatap muka, sehingga timbul timbal balik secara langsung pula baik secara verbal maupun non-verbal. Komunikasi interpersonal antara komunikator dan komunikan sudah berinteraksi dan saling mempengaruhi sebagai dukungan sosial. Komunikasi interpersonal ini dapat digambarkan lewat skema berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi secara tatap muka yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih (Cangara 1998). Sedangkan menurut Enjang,

(2009) definisi umum dari komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang

dilakukan orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap orang

tersebut menangkap reaksi lawan bicara secara langsung, baik secara verbal

maupun non verbal.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian

informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi secara

langsung dan bertatap muka, sehingga timbul timbal balik secara langsung pula

baik secara verbal maupun non-verbal.

Komunikasi interpersonal antara komunikator dan komunikan sudah

berinteraksi dan saling mempengaruhi sebagai dukungan sosial. Komunikasi

interpersonal ini dapat digambarkan lewat skema berikut:

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

8

Komunikator Umpan balik Komunikan

Gambar 2.1 Skema Komunikasi Interpersonal

Keterangan skema:

Dalam skema diatas, lingkaran paling luar dengan garis putus-putus

menggambarkan konteks komunikasi tempat elemen-elemen serta ruang lingkup

pengalaman beroperasi. Perhatikan sumber dan penerima, maka dilingkari oleh

dua lingkaran yang berhimpitan (overlap)1. Pada gambar lingkaran yang paling

luar maupun kedua lingkaran ruang lingkup pengalaman digambarkan dengan

garis-garis terputus, artinya bahwa konteks komunikasi maupun ruang lingkup

pengalaman adalah hal-hal yang selalu berubah tidak dengan adanya

overlopping of interest ini, komunikasi interpersonal menjadi efektif (Mudjiono

2009).

2.1.1 Tujuan Komunikasi Interpersonal

Arni (2005) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai

beberapa tujuan, yaitu:

a. Menemukan diri sendiri

1Kedua lingkaran dengan garis-garis terputus yang berhimpitan tersebut menggambarkan baik

penerima maupun komunikator mempunyai ruang lingkup tertentu yang sama(Mudjiono,

2009).

Efek

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

9

Bila kita terlibat dalam komunikasi interpersonal, kita akan

belajar banyak hal tentang diri kita maupun orang lain dan

memberikan kesempatan kepada diri kita untuk berbicara

tentang apa yang kita sukai atau mengenai diri kita maupun

orang lain.

b. Menemukan dunia luar

Dengan komunikasi interpersonal kita akan berbagi informasi

yang kita peroleh dari orang lain yang mana hal itu bisa

menjadikan suatu bahan diskusi dan akhirnya dipelajari atau

didalami. Sehingga kita dapat lebih memahami diri kita dan

orang lain saat berkomunikasi dengan kita.

c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

Komunikasi interpersonal untuk membentuk dan memelihara

atau menjaga hubungan kita dengan orang lain.

d. Berubah sikap dan tingkah laku

Untuk mempengaruhi orang lain secara tidak langsung untuk

mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dan percaya bahwa

sesuatu itu benar atau salah.

e. Untuk bermain dan kesenangan

Berbicara dengan teman mengenai aktivitas menyenangkan

yang telah kita lakukan. Dengan melakukan komunikasi

interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

10

yang penting dalam pikiran yang memerlukan ketenangan dari

semua kejenuhan di lingkungan kita.

f. Untuk membantu

Para ahli kejiwaan, psikolog klinis dan terapi menggunakan

komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka

untuk membantu kliennya. Kita juga berfungsi membantu orang

lain untuk mengenali diri mereka dalam interaksi komunikasi

interpersonal.

Dapat disimpulkan bahwa ketika individu melakukan komunikasi interpersonal,

setiap individu dapat mempunyai tujuan yang berbeda-beda disadari maupun tidak

disadari, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

2.1.2 Fungsi Komunikasi Interpersonal

Tanpa kita sadari, keberadaan komunikasi interpersonal telah berperan aktif

dalam kehidupan, bahkan tidak sedikit yang melakukan praktik komunikasi

interpersonal ini. Widjaja (2000) mengemukakan beberapa fungsi komunikasi

interpersonal sebagai berikut :

a. Informasi

Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar,

fakta dan pesan opini dan komentar yang dibutuhkan.

b. Sosialisasi (pemasyarakatan)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

11

Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap

dan bertindak sebagai masyarakat yang efektif.

c. Motivasi

Mendorong orang untuk menentukan pilihannya dan keinginannya,

mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama

yang ingin dicapai.

d. Perdebatan dan diskusi

Sebagai sarana untuk saling bertukar fakta yang diperlukan untuk

memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat

mengenai masalah publik.

e. Pendidikan

Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong pengembangan

intelektual.

f. Memajukan kebudayaan

Penyebaran hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan

warisan budaya masa lalu.

g. Hiburan

Penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan image dari drama, tari, kesenian

dan lain-lain untuk rekreasi, kesenangan kelompok dan individu.

h. Integrasi

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

12

Sebagai sarana kesempatan bagi bangsa, kelompok dan individu untuk

memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling

mengenal, mengerti dan menghargai kondisi atau pandangan dan keinginan

orang lain.

2.1.3 Unsur-unsur Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal terdapat beberapa unsur penting, yang mana

unsur itu tidak dapat dipisahkan selama proses komunikasi interpersonal

berlangsung. Unsur-unsur tersebut menurut Cangara (1998) dalam bukunya

Pengantar Ilmu Komunikasi adalah:

a. Sumber (komunikator), semua peristiwa komunikasi akan melibatkan

sumber yang terdiri perorangan, kelompok ataupun lembaga yang

berfungsi sebagai pembuat (pengirim) informasi. Sumber yang dimaksud

disini adalah pengirim pesan, komunikator atau bisa disebut dengan

source, sender atau encoder.

b. Pesan, adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima,

pesan dapat disampaikan secara tatap muka atau melalui media

komunikasi lainnya. Pesan tersebut bisa berisi tentang ilmu, informasi,

pengetahuan, nasihat atau propaganda.

c. Media, adalah alat yang bermacam-macam bentuknya baik secara

langsung ataupun tidak, digunakan untuk memindahkan pesan dari

sumber kepada penerima.

d. Penerima, adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh

sumber pengirim pesan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

13

e. Pengaruh atau efek, adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dilakukan dan dirasakan oleh penerima pesan sebelum dan sesudah

menerima pesan. Tingkah laku seseorang, sikap seseorang, pengetahuan

seseorang bisa terjadi karena suatu pengaruh.

f. Tanggapan balik adalah pesan yang dikirim kembali oleh penerima

kepada pengirim.

g. Lingkungan adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi

jalannya komunikasi yaitu lingkungan psikologis, lingkungan fisik,

lingkungan sosial-budaya dan dimensi waktu.

2.1.4 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal bersifat dialogis2, sehingga pada saat itu juga

komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan dari komunikan, dan

mengetahui berhasil atau tidaknya komunikasinya dan apakah komunikasinya

positif atau negatif (Cangara 1998). Komunikator dapat memberi kesempatan

kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya apabila komunikasinya tidak

berhasil.

Menurut Kumar dalam Wiryanto (2005) bahwa ciri-ciri komunikasi

interpersonal yang efektif yaitu sebagai berikut:

a. Keterbukaan (openess), yaitu kemauan menanggapi seseorang dengan

senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan

interpersonal;

2Dalam arti arus balik antara komunikator dengan komunikan terjadi langsung (Cangara, 1998).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

14

b. Empati (empathy), yaitu individu mampu merasakan apa yang dirasakan

orang lain.

c. Dukungan (supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk

mendukung suatu komunikasi berlangsung secara efektif.

d. Rasa positif (positivenes), seseorang harus memiliki perasaan positif

terhadap dirinya, mampu mendorong orang lain lebih aktif

berpartisipasi dalam suatu proses komunikasi interpersonal, dan

menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

e. Kesetaraan atau kesamaan (equality), yaitu pengakuan bahwa kedua

belah pihak secara diam-diam mampu menghargai, berguna, dan

mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Berdasarkan paparan diatas mengenai ciri-ciri komunikasi interpersonal, dapat

disimpulkan bahwa keterbukaan (opennes), empati (empathy), sikap mendukung

(supportivenes), rasa positif (positivenes) dan kesetaraan (equality) dibutuhkan

dalam proses komunikasi interpersonal agar komunikasi berjalan dengan efektif.

2.1.5 Pentingnya Komunikasi Interpersonal

Sebagai makhluk sosial, komunikasi interpersonal sangat penting

bagi diri kita. Berikut beberapa peranan yang diberikan oleh komunikasi

interpersonal menurut Jhonson dalam (Supratiknya 1995) :

a. Komunikasi interpersonal membantu perkembangan intelektual

dan sosial kita;

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

15

b. Lewat komunikasi dengan orang lain, maka identitas dan jati diri

kita akan terbentuk;

c. Jika kita ingin menguji realitas yang ada disekeliling kita serta

menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki

tentang dunia disekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan

orang lain tentang realitas yang sama;

d. Kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain juga

memiliki pengaruh yang cukup besar untuk kesehatan mental,

terutama dengan orang-orang yang merupakan tokoh signifikan

dalam hidup kita.

Jadi, secara tidak langsung dengan berkomunikasi kita akan mengenali jati diri

kita maupun orang lain. Komunikasi juga memberikan berbagai informasi

yang dapat membantu individu untuk belajar dan mengembangkan

kemampuan intelektualnya. Kondisi mental seseorang juga dipengaruhi oleh

kualitas komunikasinya. Oleh karena itu sebagai makhluk sosial, komunikasi

interpersonal merupakan hal yang penting bagi tiap individu.

2.2 Faktor-Faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal dalam

Komunikasi Interpersonal

Rakhmat (2007) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi terbentuknya

pola komunikasi dalam hubungan interpersonal.

1. Percaya (trust)

Kepercayaan mampu menentukan efektifitas komunikasi dan dapat

meningkatkan kadar komunikasi interpersonal yang terbentuk.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

16

2. Sikap Supportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam

komunikasi. Faktor-faktor personal yang dapat mempengaruhi komunikasi

menjadi defensif yaitu ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah,

pengalaman defensif atau faktor- faktor situasional.

3. Sikap Terbuka

Sikap terbuka memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menumbuhkan

komunikasi interpersonal yang efektif. Dogmatisme adalah lawan dari sikap

terbuka. Dogmatisme atau sikap tertutup harus digantikan dengan sikap

terbuka, agar komunikasi interpersonal yang dilakukan mampu melahirkan

hubungan yang efektif.

2.2.1 Keterbukaan Diri

Keterbukaan diri merupakan tindakan untuk mengungkapkan tentang

bagaimana kita berinteraksi dengan orang terhadap situasi yang terjadi saat ini,

memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan. Menurut Devito (1997)

keterbukaan diri adalah suatu bentuk komunikasi dimana seseorang

menyampaikan informasi tentang dirinya yang biasanya disimpan, proses

keterbukaan diri setidaknya membutuhkan dua orang. Wrightsman dalam

Dayakisni (2009) menyebutkan bahwa keterbukaan diri adalah suatu proses

menghadirkan diri yang terwujud dalam kegiatan membagi informasi,

perasaan, dengan orang lain. Sedangkan pengertian komunikasi interpersonal

menurut Papu (2002) dapat diartikan sebagai pemberian informasi tentang diri

sendiri kepada orang lain. Pemberian informasi yang dimaksud dapat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

17

mencakup berbagai hal seperti pengalaman hidup, pendapat, perasaan,

emosidan lain sebagainya. Keterbukaan diri harus dilandasi dengan kejujuran

dan keterbukaan dalam memberikan informasi atau dengan kata lain, apa yang

disampaikan kepada orang lain bukan merupakan suatu topeng pribadi atau

kebohongan belaka atau hanya menampilkan sisi yang baik saja.

Dari beberapa pengertian keterbukaan diri, dapat diartikan bahwa

keterbukaan diri adalah proses pengungkapkan informasi diri kepada orang

lain. Hal yang diungkapkan berhubungan dengan informasi yang bersifat

personal, perasaan, sikap dan pendapat tanpa ada hal yang ditutupi.

2.2.1.1 Karakteristik Keterbukaan Diri

De Vito (1997) mengemukakan bahwa keterbukaan diri mempunyai

beberapa karakteristik umum antara lain:

a. Keterbukaan diri adalah suatu tipe komunikasi tentang

informasi diri yang pada umumnya tersimpan dan

dikomunikasikan kepada orang lain.

b. Keterbukaan diri adalah penyampaian informasi tentang diri

sendiri yang sebelumnya tidak diketahui oleh orang lain.

c. Keterbukaan diri adalah penyampaian pikiran, perasaan dan

sikap tentang diri sendiri kepada orang lain.

d. Keterbukaan diri dapat bersifat informasi secara khusus yang

bersifat rahasia dan diungkapkan kepada orang lain secara

pribadi yang tidak semua orang ketahui.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

18

e. Keterbukaan diri melibatkan individu lain, oleh karena itu

keterbukaan diri merupakan informasi yang harus diterima dan

dimengerti oleh individu lain.

2.2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterbukaan Diri

Faktor yang mempengaruhi keterbukaan diri menurut Joseph A. De

Vito (1997) adalah sebagai berikut :

a. Efek Diadik

Keterbukaan diri bersifat timbal balik. Keterbukaan antara kita dan

lawan komunikasi akan membuat interaksi bisa berlangsung dengan

baik. Keterbukaan diri yang kita lakukan akan mendorong lawan

komunikasi kita dalam berinteraksi di antara dua orang untuk

membuka diri juga, inilah yang dinamakan efek diadik.

b. Ukuran Khalayak

Keterbukaan diri itu merupakan salah satu karakteristik dari

komunikasi interpersonal. Oleh karena itu, keterbukaaan diri lebih

besar kemungkinannya terjadi dalam komunikasi dengan khalayak

kecil, misalnya dalam komunikasi antar pribadi atau komunikasi

kelompok kecil. Apabila khalayak komunikasi itu besar jumlahnya

maka kita akan sulit mengontrol dan menerima umpan balik dari

lawan komunikasi kita. Ketika lawan komunikasi kita melakukan

keterbukaan diri dan memberikan respon yang baik terhadap

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

19

keterbukaan diri kita, maka proses komunikasi yang menyingkapkan

diri kita akan terus berlangsung.

c. Topik Bahasan

Pada awal percakapan dengan lawan komunikasi yang baru, seseorang

akan membicarakan hal yang umum. Semakin akrab seseorang maka

topik pembicaraan akan semakin mendalam.

d. Valensi

Valensi terkait dengan sifat positif atau negatif keterbukaan diri. Pada

umumnya, manusia cenderung lebih menyukai valensi positif atau

keterbukaan diri positif dibandingkan dengan keterbukaan diri

negatif, hal tersebut dikarenakan lawan komunikasi kita tidak akrab

dengan kita. Namun, apabila lawan komunikasi kita adalah orang

yang sudah akrab maka keterbukaan diri negatif bisa saja dilakukan.

e. Jenis Kelamin

Jenis kelamin mempengaruhi proses komunikasi keterbukaan diri, hal

itu dibuktikan dengan beberapa penelitian menunjukkan bahwa

wanita lebih terbuka dibandingkan dengan pria. Bukan berarti pria

juga tidak melakukan keterbukaan diri. Bedanya, wanita akan

mengungkapkan dirinya pada orang yang dia sukai sedangkan pria

mengungkapkan dirinya pada orang yang dipercayai.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

20

f. Ras, Nasionalitas, dan Usia

Adanya ras-ras tertentu yang lebih sering melakukan keterbukaan diri

dibandingkan dengan ras lainnya. Misalnya kulit putih Amerika lebih

sering melakukan keterbukaan diri dibandingkan dengan orang

Negro. Begitu juga dengan usia, keterbukaan diri lebih banyak

dilakukan oleh orang yang berusia antara 17-50 tahun dibandingkan

dengan orang yang lebih muda atau lebih tua.

g. Mitra dalam Hubungan

Mitra dalam hubungan akan menentukan keterbukaan diri kita.

Keterbukaan diri akan kita lakukan kepada mereka yang kita anggap

sebagai orang yang dekat misalnya suami/istri, teman dekat atau

sesama anggota keluarga. Di samping itu, kita juga akan melihat

bagaimana respon mereka. Apabila kita melihat respon mereka hangat

dan penuh perhatian maka kita akan melakukan keterbukaan diri,

apabila sebaliknya yang terjadi maka kita akan lebih memilih untuk

menutup diri.

2.3.1.2 Tingkatan Keterbukaan Diri

Tingkatan-tingkatan keterbukaan diri pada komunikasi menurut John

Powell dalam Dayakisni (2009) yaitu:

a. Basa-basi

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

21

Basa basi merupakan tingkat keterbukaan diri yang paling lemah,

walaupun terdapat keterbukaan diantara individu, tetapi tidak terjadi

hubungan antar pribadi.

b. Membicarakan orang lain

Ketika kita berkomunikasi dengan seseorang namun yang dibahas

hanyalah tentang orang lain atau hal-hal diluar dirinya. Walaupun pada

tingkat ini isi komunikasi lebih mendalam tetapi pada tingkat ini

seseorang tidak mengungkapkan dirinya.

c. Menyatakan gagasan atau pendapat

Pada tahapan ini hubungan sudah mulai dijalin erat, dimana seseorang

mulai mengungkapkan dirinya kepada orang lain, walaupun hanya

sebatas pendapat mengenai hal-hal tertentu saja.

d. Perasaan

Tiap individu dapat memiliki pendapat yang sama tetapi perasaan atau

emosi individu dapat berbeda-beda. Apabila seseorang ingin

mendapatkan pertemanan antar pribadi yang sungguh-sungguh, maka

harus didasari dengan hubungan yang jujur, terbuka dan menyatakan

perasaan-perasaan yang mendalam.

e. Hubungan puncak

Ketika keterbukaan diri telah dilakukan secara mendalam, seseorang

yang menjalin hubungan antar pribadi dapat merasakan apa yang dialami

oleh individu lainnya. Persahabatan yang mendalam dan sejati harus

didasari dengan keterbukaan diri dan kejujuran yang mutlak.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

22

2.3.1.4 Aspek-Aspek Keterbukaan Diri

De Vito (1997) menyebutkan bahwa terdapat lima (5) dimensi di dalam

keterbukaan diri, yaitu

a. Amount, yaitu kuantitas dari keterbukaan diri dapat diukur dengan

mengetahui frekuensi dengan siapa individu mengungkapkan diri

dan durasi dari pesan keterbukaan diri atau waktu yang diperlukan

untuk mengutarakan statemen keterbukaan diri individu tersebut

terhadap orang lain.

b. Valence keterbukaan diri, valensi merupakan hal yang positif atau

negatif dari penyingkapan diri. Individu dapat menyingkapkan diri

mengenai hal-hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan

mengenai dirinya, memuji hal-hal yang ada dalam dirinya atau

menjelek-jelekkan diri individu sendiri. Faktor nilai juga

mempengaruhi sifat dasar dan tingkat dari keterbukaan diri.

c. Accuracy / Honesty, yakni ketepatan dan kejujuran individu dalam

mengungkapkan diri. Ketepatan dari keterbukaan diri individu

dibatasi oleh tingkat dimana individu mengetahui dirinya sendiri.

Keterbukaan diri dapat berbeda dalam hal kejujuran. Individu

dapat saja jujur secara total atau dilebih-lebihkan, melewatkan

bagian penting atau berbohong.

d. Intention, yaitu seluas apa individu mengungkapkan tentang apa

yang ingin diungkapkan, seberapa besar kesadaran individu untuk

mengontrol informasi-informasi yang akan dikatakan pada orang

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

23

lain.

e. Keakraban / Intimacy, yaitu individu dapat mengungkapkan detail

yang paling intim dari hidupnya, hal-hal yang dirasa sebagai

periperal atau impersonal atau hal yang hanya bohong.

2.4 Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu dan

terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu perguruan tinggi yang terdiri

dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas menurut Hartaji

(2009). Definisi mahasiswa menurut pendapat lain mengatakan bahwa mahasiswa

dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat

perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat

dengan perguruan tinggi . Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan

Tinggi.

Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi,

kecerdasan dalam berpikir dan bertindak. Berpikir kritis sekaligus bertindak

dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri

setiap mahasiswa. Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan

yang usianya 18 sampai 25 tahun. Menurut (Hartaji 2009) tahap ini dapat

digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat

dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini adalah

pemantapan pendirian hidup. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa mahasiswa adalah seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

24

terdaftar dan menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik,

politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Sedangkan dalam penelitian

ini, subyek yang digunakan ialah mahasiswa yang tercatat sebagai mahasiswa aktif.

2.4.1 Karakteristik Perkembangan Mahasiswa

Seperti halnya transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah

pertama yang melibatkan perubahan dan kemungkinan stres, begitu pula

masa transisi dari sekolah menengah atas menuju universitas. Terdapat

perubahan yang sama dalam dua transisi ini dalam banyak hal. Transisi ini

melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah yang lebih besar dan

tidak bersifat pribadi, seperti interaksi dengan kelompok sebaya dari daerah

yang lebih beragam dan peningkatan perhatian pada prestasi dan

penilaiannya (Santrock 2002). Perguruan tinggi menjadi masa

dimanaseseorangdapatmelakukan penemuan intelektual dan pertumbuhan

kepribadian. Respon mahasiswa akan berubah terhadap kurikulum yang

menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti mahasiswa lain yang

berbeda dalam soal pandangan dan nilai, terhadap kultur mahasiswa yang

berbeda dengan kultur pada umumnya, dan terhadap anggota fakultas

yang memberikan model baru. Pilihan perguruan tinggi dapat mewakili

pengejaran terhadap hasrat yang menggebu atau awal dari karir masa

depan (Papalia 2008). Karakteristik mahasiswa dilihat dari

perkembangannya dapat diuraikan menjadi dua jenis yaitu perkembangan

mahasiswa remaja lanjut dan remaja dewasa.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

25

2.4.2 Ciri-ciri Perkembangan Mahasiswa Remaja Lanjut

Menurut Gunarsa, S. D, & Gunarsa (2001) ciri-ciri dari perkembangan

mahasiswa yang remaja lanjut atau remaja akhir (usia 18 sampai 21 tahun)

dapat dilihat dalam tugas-tugas perkembangan yaitu :

a. Menerima keadaan fisiknya

Perubahan fisiologis dan organis yang sedemikian hebat pada

tahun-tahun sebelumnya, pada masa remaja akhir seseorang yang

menghadapi hal tersebut akan merasa sudah lebih tenang.

Kekecewaan karena kondisi fisik tertentu tidak lagi mengganggu dan

akan mulai menerima keadaannya.

b. Memperoleh kebebasan emosional

Seseorang mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya

dengan sikap yang sesuai dengan lingkungan dan kebebasan

emosionalnya.

c. Mampu bergaul

Mulai mengembangkan kemampuan untuk melakukan hubungan

sosial baik dengan teman sebaya maupun orang lain yang berbeda

tingkat kematangan sosialnya.

d. Menemukan model untuk identifikasi

Dalam proses ke arah kematangan pribadi, tokoh identifikasi sering

kali menjadi faktor penting, tanpa tokoh identifikasi maka akan

timbul kekaburan model yang ingin ditiru dan memberikan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

26

pengarahan bagaimana bertingkah laku dan bersikap sebaik-

baiknya.

e. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri

Kekurangan dan kegagalan yang bersumber pada keadaan

kemampuan tidak lagi mengganggu kepribadian dan menghambat

prestasi yang ingin dicapai.

f. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma

Menyesukaian penilaian pribadi yang disesuaikan dengan nilai-nilai

umum (positif) yang berlaku dilingkungannya.

g. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan

Dunia remaja mulai ditinggalkan dimana ia mampu mengurus

dan menentukan sendiri. Dapat dikatakan masa ini ialah masa

persiapan ke arah tahapan perkembangan berikutnya yakni masa

dewasa muda.

Apabila telah selesai masa remaja ini, masa selanjutnya ialah jenjang

kedewasaan sebagai fase perkembangan seseorang yang telah memiliki bentuk

kepribadian tersendiri.

2.4.3 Ciri-ciri Perkembangan Mahasiswa Dewasa

Menurut Langeveld dalam Ahmadi, A dan Sholeh (1991) ciri-ciri

kedewasaan seseorang antara lain :

a. Dapat berdiri sendiri dalam kehidupannya tanpa merepotkan orang

lain atau meminta bantuan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

27

b. Dapat bertanggung jawab akan dirinya sendiri dalam arti sebenarnya

terutama moral

c. Memiliki sifat-sifat yang konstruktif terhadap masyarakat dimana ia

berada.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik mahasiswa

ialah pada penampilan fisik tidak lagi mengganggu aktifitas dikampus, mulai

memiliki intelektualitas yang tinggi dan kecerdasan berpikir yang matang untuk

masa depannya, memiliki kebebasan emosional untuk memiliki pergaulan dan

menentukan kepribadiannya. Mahasiswa juga harus meningkatkan prestasi

dikampus, memiliki tanggung jawab dan kemandirian dalam menyelesaikan tugas-

tugas kuliah, serta mulai memikirkan nilai dan norma-norma di lingkungan

kampus maupun di lingkungan masyarakat dimana dia berada.

2.5 Klub Malam

Klub malam adalah suatu tempat hiburan yang dibuka hanya pada malam

hari. Klub malam menyajikan berbagai suasana dan penyuguhan yang berbeda-

beda dan akan membuat seseorang yang datang akan mendapatkan kesenangan

tertentu. Tempat ini menyuguhkan musik yang dimainkan oleh DJ (disc jockey)

melalui system PA (play audio) yang memiliki berbagai macam jenis genre musik

yaitu techno, house, trance, dubstep, drum and bass, UK garage, hard dance,

moombahton, breakbeat dan downtempo.

Klub malam sudah sangat identik dengan kehidupan masyarakat

metropolitan. Tidak hanya menjadi bagian dari gaya hidup, tetapi juga menjadi

sarana bersosialisasi dengan orang alin. Istilah dugem di kehidupan malam menjadi

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

28

sangat terkenal di Indonesia seiring dengan kebutuhan para eksmud (eksekutif

muda) untuk menyeimbangkan diri dari tumpukan emosi dan rutinitas pekerjaan di

kantor dan bisnis yang dikelolanya sendiri (Achmad, 2018).

Mayoritas para clubbing (aktivitas pengunjung klub malam) adalah generasi

muda yang memiliki status sosial ekonomi yang cukup baik. Hal tersebut terlihat

dari kebutuhan-kebutuhan material yang menopang aktivitas Clubbing yang jelas

membutuhkan dana ekstra. Mulai dari pemilihan pakaian yang bermerek, properti,

kendaraan, hingga perangkat clubbing itu sendiri (Andy 2007).

Tidak semua orang yang datang ke klub malam adalah clubbers sejati atau

pengunjung setia. Biasanya ada diantaranya yang hanya ikut-ikutan teman, hanya

ingin tahu atau hanya ingin sekedar melepas kepenatan sementara. Jika

diperhatikan, masing-masing pengunjung klub malam memiliki ciri, tingkah laku

atau karakter tersendiri saat berada di dalam klub malam.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu rujukan penulis dalam

melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan

dalam mengkaji penelitian. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan

penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun peneliti

menjadikan beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian

pada penelitian peneliti.

Peneliti menggunakan beberapa rujukan penelitian terdahulu yaitu pada

penelitian Dewi Wahyanti Gangga pada tahun 2015 mahasiswa Ilmu Komunikasi

Universitas Muhammadiyah Malang yang berjudul “Keterbukaan dalam Relasi

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

29

Antarpersonal untuk Menghindari Konflik dalam Persahabatan”. Dalam Relasi

Antarpersonal Untuk Menghindari Konflik Dalam Persahabatan” (Studi

deskriptif terhadap siswa SMK Islam Batu Jawa Timur). Membuktikan dan

mendapatakan hasil bahwa Pengelola Wisata Pantai Kutang memiliki beberapa

hambatan. Namun dengan menggunakan strategi yang berdasar pada SWOT,

beberapa hambatan yang ada telah terselesaikan.

Penelitian yang dilakukan Dewi Wahyanti Gangga dan penelitian yang akan

dilakukan peneliti sama-sama mengkaji tentang Keterbukaan. Namun

perbedaannya adalah jika subjek Dewi Wahyanti Gangga adalah siswa SMK Islam

Batu Jawa Timur, sedang subjek peneliti adalah mahasiswa pengunjung klub

malam Backroom by Triangle Malang.

Kemudian rujukan yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Nur

Yumalia Hayuningtyas pada tahun 2017 yang berjudul “Memahami Keterbukaan

Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak dalam Penggunaan

Smartphone untuk Pacaran”. Hasil penelitian ini yaitu bahwa tidak semua anak

terbuka ketika menceritakan tentang hubungan pacaran yang sedang mereka jalani

dan orang tua secara aktif berkomunikasi kepada anak-anak mereka untuk

mengetahui apa saja aktivitas anak diluar rumah, bahkan tentang kehidupan

pribadinya.

Alasan memilih penelitian ini sebagai rujukan karena memiliki kesamaan

yaitu keterbukaan komunikasi interpersonal. Dalam penelitian terdahulu ini yang

berbeda memfokuskan terhadap orang tua dan anak dalam penggunaan smartphone

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

30

untuk pacaran. Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah bagaimana

keterbukaan mahasiswa pengunjung klub malam Backroom by Triangle di Kota

Malang.

2.7 Fokus Penelitian

Masalah pada penelitian kualitatif bertumpu pada suatu fokus. Dalam

penelitian ini, peneliti hanya berfokus pada keterbukaan interpersonal yang terjadi

di pengunjung klub malam Backroom by Triangle Malang. Adapun yang peneliti

maksud dari keterbukaan interpersonal beserta unsur dan pihak yang terlibat dalam

komunikasi.

Dalam hal ini komunikan yang peneliti maksud adalah peneliti, sedangkan

yang bertindak sebagai komunikator adalah mahasiswa pengunjung klub malam

Backroom by Triangle Malang. Pesan yang diharapkan peneliti adalah keterbukaan

komunikasi personal komunikator dalam mengunjungi klub malam Backroom by

Triangle Malang. Ketika proses penyampaian pesan berlangsung, umpan balik

terjadi secara seketika (immediate feedback), komunikan (peneliti) diharap mampu

memberikan tanggapan yang positif atau tanggapan yang menyenangkan agar

komunikator (mahasiswa pengunjung Backroom by Triangle) merasa percaya,

suportif dan terbuka sehingga komunikasi berjalan dengan baik dan lancar. Dengan

komunikasi interpersonal yang berjalan dengan baik, komunikan (peneliti) akan

mendapatkan penambahan pengetahuan baru atau bisa disebut dengan efek

kognitif. Media dalam proses penyampaian komunikasi interpersonal akan

berlangsung secara tatap muka, sehingga komunikator dan komunikan dapat

melihat secara langsung bagaimana feedback dari kedua belah pihak.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal

31