28
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian-Pengertian 2.1.1 Etnis Jawa Etnis Jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Setidaknya 41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. Sebelumnya suku Jawa berjumlah 47,05% pada tahun 1930 yang diadakan oleh pemerintahan kolonial Belanda pada waktu itu. Penurunan ini terjadi karena banyaknya orang Jawa yang menjadi bagian dari etnis setempat di beberapa daerah di Indonesia. Selain di ketiga provinsi tersebut, suku Jawa banyak bermukim di Lampung, Jakarta, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Banten dan Kalimantan Timur. Di Jawa Barat mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti Suku Osing, Orang Samin, Suku Tengger, dan lain-lain. Selain itu, suku Jawa ada pula yang berada di negara Suriname, Amerika Selatan karena pada masa kolonial Belanda suku ini dibawa ke sana sebagai pekerja dan kini suku Jawa di sana dikenal sebagai Jawa Suriname. 2.1.2 Bahasa Jawa Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Dalam sebuah survei yang diadakan majalah tempo pada awal dasarwarsa 1990-an, kurang lebih hanya 42% orang Jawa yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar 28%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian-Pengertian 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/40877/3/BAB II.pdf · 2.2 Etnis Banjar Suku Banjar adalah suku bangsa yang menempati wilayah Kalimanta

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian-Pengertian

2.1.1 Etnis Jawa

Etnis Jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal

dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Setidaknya

41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. Sebelumnya suku Jawa

berjumlah 47,05% pada tahun 1930 yang diadakan oleh pemerintahan kolonial

Belanda pada waktu itu. Penurunan ini terjadi karena banyaknya orang Jawa yang

menjadi bagian dari etnis setempat di beberapa daerah di Indonesia. Selain di

ketiga provinsi tersebut, suku Jawa banyak bermukim di Lampung, Jakarta,

Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Banten dan Kalimantan Timur. Di Jawa

Barat mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon,

dan Kota Cirebon. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti Suku Osing, Orang

Samin, Suku Tengger, dan lain-lain. Selain itu, suku Jawa ada pula yang berada di

negara Suriname, Amerika Selatan karena pada masa kolonial Belanda suku ini

dibawa ke sana sebagai pekerja dan kini suku Jawa di sana dikenal sebagai Jawa

Suriname.

2.1.2 Bahasa Jawa

Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa dalam

bertutur sehari-hari. Dalam sebuah survei yang diadakan majalah tempo pada awal

dasarwarsa 1990-an, kurang lebih hanya 42% orang Jawa yang

menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar 28%

8

menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan selebihnya hanya

menggunakan bahasa Jawa saja.

Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosakata dan intonasi berdasarkan

hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-

ungguh. Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya

Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di

masyarakat.

2.1.3 Budaya Jawa

Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh

masyarakat Jawa khususnya di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Budaya Jawa

secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa

Tengah-DIY dan budaya Jawa Timur. Budaya Jawa mengutamakan

keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam kehidupan sehari hari. Budaya

Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Budaya Jawa selain

terdapat di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur terdapat juga di daerah perantauan

orang Jawa yaitu di Jakarta, Sumatera dan Suriname.

Bahkan budaya Jawa termasuk salah satu budaya di Indonesia yang paling

banyak diminati di luar negeri. Beberapa budaya Jawa yang diminati di luar negeri

adalah Wayang Kulit, Keris, Batik dan Gamelan. Di Malaysia dan Filipina dikenal

istilah keris karena pengaruh Majapahit. LSM Kampung Halaman dari

Yogyakarta yang menggunakan wayang remaja adalah LSM Asia pertama yang

menerima penghargaan seni dari AS tahun 2011. Gamelan Jawa menjadi pelajaran

wajib di Amerika Serikat, Singapura dan Selandia Baru. Gamelan Jawa rutin

9

digelar di AS-Eropa atas permintaan warga AS-Eropa. Sastra Jawa

Negarakretagama menjadi satu satunya karya sastra Indonesia yang diakui

UNESCO sebagai Memori Dunia. Menurut Guru Besar Arkeologi Asia

Tenggara National University of Singapore John N.

Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura

bahkan Thailand yang dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan,

candi, patung dan seni. Budaya Jawa termasuk unik karena membagi tingkat

bahasa Jawa menjadi beberapa tingkat yaitu Ngoko, Madya Krama.

2.2 Etnis Banjar

Suku Banjar adalah suku bangsa yang menempati wilayah Kalimanta

Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur.

Populasi Suku Banjar dengan jumlah besar juga dapat ditemui di wilayah Riau,

Jambi, Sumatera Utara dan Semenanjung Malaysia, karena migrasi Orang Banjar

pada abad ke-19 ke Kepulauan Melayu.

Berdasarkan sensus penduduk 2010 orang Banjar berjumlah 4,1 juta jiwa.

Sekitar 2,7 juta orang Banjar tinggal di Kalimantan Selatan dan 1 juta orang

Banjar tinggal di wilayah Kalimantan lainnya serta 500 ribu orang Banjar lainnya

tinggal di luar Kalimantan.

Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yang merupakan

pembauran masyarakat beberapa daerah aliran sungai yaitu DAS Bahan, DAS

Barito, DAS Martapura dan DAS Tabanio. Dari daerah pusat budayanya ini suku

Banjar sejak berabad-abad yang lalu bergerak secara meluas melakukan migrasi

10

secara sentrifugal atau secara lompat katak ke berbagai daerah di Nusantara

hingga ke Madagaskar.

2.2.2 Bahasa Banjar

Bahasa Banjar adalah sebuah bahasa Austronesia dari rumpun bahasa

Melayik yang dipertuturkan oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan, Indonesia,

sebagai bahasa ibu. Bahasa Banjar termasuk kelompok Bahasa Melayu Lokal

Borneo Timur. Bahasa Banjar termasuk dalam daftar bahasa dominan di

Indonesia.

Di tanah asalnya di Kalimantan Selatan, bahasa Banjar yang merupakan

bahasa sastra lisan terbagi menjadi dua dialek besar yaitu Banjar Kuala dan Banjar

Hulu. Sebelum dikenal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, pada zaman

dahulu apabila berpidato, menulis atau mengarang orang Banjar

menggunakan bahasa Melayu Banjar dengan menggunakan aksara Arab. Tulisan

atau huruf yang digunakan umumnya huruf atau tulisan Arab gundul dengan

bahasa tulis bahasa Melayu (versi Banjar). Semua naskah kuno yang ditulis

dengan tangan seperti puisi, Syair Siti Zubaidah, syair Tajul Muluk, syair Burung

Karuang, dan bahkan Hikayat Banjar dan Tutur Candi menggunakan huruf Arab

berbahasa Melayu (versi Banjar).

Bahasa Banjar dihipotesiskan sebagai bahasa Melayik, seperti halnya

bahasa Minangkabau, bahasa Betawi, bahasa Iban, dan lain-lain. Karena

kedudukannya sebagai lingua franca, pemakai bahasa Banjar lebih banyak

daripada jumlah suku Banjar itu sendiri. Selain di Kalimantan Selatan, Bahasa

Banjar yang semula sebagai bahasa suku bangsa juga menjadi lingua franca di

11

daerah lainnya, yakni Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur serta di daerah

Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, sebagai bahasa penghubung antar suku. Di

Kalimantan Tengah, tingkat pemertahanan bahasa Banjar cukup tinggi tidak

sekadar bertahan di komunitasnya sendiri, bahkan menggeser (shifting) bahasa-

bahasa orang Dayak. Penyebaran bahasa Banjar sebagai lingua franca ke luar dari

tanah asalnya memunculkan varian Bahasa Banjar versi lokal yang merupakan

interaksi bahasa Banjar dengan bahasa yang ada di sekitarnya misalnya bahasa

Samarinda, bahasa Kumai dan lain-lain.

2.3 Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang

kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau

perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalaui media

(Efendy, 2003:5). Pengertian Komunikasi menurut Rogers dan D Lawrence

komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau

melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya

akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2003:19). Dari

pengertian di atas, komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan

diantara dua orang atau lebih dengan bertukar pikiran yang dapat menimbulkan

efek berupa tingkah laku yang dilakukan dengan media-media tertentu.

2.3.1 Proses Komunikasi

Proses komunikasi dimulai dari pikiran orang yang akan menyampaikan

pesan atau informasi. Apa yang dipikirkan itu kemudian dilambangkan (simbol),

baik berupa ucapan ataupun isyarat gambar. Proses selanjutnya dengan melalui

12

transmisi berupa media dan perantara atau channel misalnya telepon, surat, secara

lisan, dan lain-lain, maka pesan yang disampaikan tiba pada si penerima. Dalam

diri penerima, pertama-tama ia menerima pesan, kemudian mencoba menafsirkan

pesan (dekode) dan akhirnya memahami isi pesan. Merupakan umpan balik (feed

back). Apabila terjadi perubahan dari diri penerima pesan, berarti komunikasi itu

berhasil. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan unsur-unsur yang ada dalam

proses komunikasi yaitu source atau sumber, communicator sebagai penyampai

pesan, message (pesan), channel (saluran atau media), communican sebagai

penerima pesan, dan efek sebagai hasil (Widjaja, 2000: 92-93).

2.3.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang

menyampaikan pesan kepada orang lain untuk tujuan tertentu, artinya komunikasi

hanya biasa terjadi kalau didukung oleh adanya :

2.3.2.1 Komunikator

Sumber atau komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan.

Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya. Dalam hal ini yang

perlu diperhatikan adalah yang terkait dengan kredibilitas yang dimiliki oleh

sumber, baik itu yang terkait dengan kepercayaan baru, lama, sementara dan lain

sebagainya (Muslimin, 2010: 16).

2.3.2.2 Pesan

Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh

komunikator. Pesan idealnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di

dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat

13

disampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan

apa yang menjadi tujuan akhir dari komunikasi (Muslimin, 2010: 19).

2.3.2.3 Media atau Saluran

Saluran komunikasi merupakan alat yang digunakan dalam menyampaikan

pesan yang dapat diterima melalui panca indera atau menggunakan media lainnya.

Media atau saluran yang merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan

pesan komunikator kepada penerima. Media dalam komunikasi massa dapat

dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak

seperti halnya surat kabar, majalah, buku, liflet, brosur, billboard, stiker, bulletin,

hand out, poster, spanduk dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain

radio, film televisi, video, komputer, elektronik board, audio cassette dan

semacamnya (Muslimin, 2010: 23-25).

2.3.2.4 Komunikan

Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yakni

personal, kelompok dan massa. Atau dengan perkataan lain dan segi sasarannya

maka komunkasi dapat berupa

a. Komunikasi personal (orang seseorang)

Komunikasi personal, merupakan komunikasi yang ditujukan kepada

sasaran yang tunggal, bentuknya komunikasi ini di antaranya dapat berupa

ajang sana, tukar pikiran dan sebagainya.

14

b. Komunikasi kelompok

Komunikasi kelompok merupakan bentuk komunikasi yang ditujukan

kepada kelompok tertentu.

c. Komunikasi massa

Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang ditujukan kepada

massa atau komunikasi yang menggunakan media massa.

Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena ialah

yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh

penerima, maka tentunya akan menimbulkan berbagai macam masalah yang

seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran

(Muslimin, 2010: 25-27).

2.3.2.5 Effect (Hasil)

Effect adalah hasil akhir dan suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku

orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah

laku orang lain itu sesuai, maka berarti komunikasi berhasil demikian pula

sebaliknya. Prosuder mencapai efek yang dikehendaki. Hal ini dapat dilakukan

dengan cara memberi penekanan pada aspek Attention (perhatian), Interest (rasa

tertarik/kepentingan), Disere (keinginan), dan aspek Desission (keputusan). Aspek

action (tindakan) merupakan pengaruh atau efek dari perbedaan antara apa yang

dipikirkan dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima

pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku

seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan sebagai perubahan atau

15

penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai

akibat penerimaan pesan (Muslimin, 2010: 28-29).

2.3.2.6 Feedback (Tanggapan Balik)

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik atau tanggapan balik

sebenarnya adalah salah satu bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari

penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain

seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya

sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim atau alat yang

digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai

ke tujuan. Hal-hal seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber

(Muslimin, 2010: 30).

2.3.2.7 Noise (Gangguan)

Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai

akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang

disampaikan oleh komunikator kepadanya. Gangguan atau noise adalah segala

sesuatu yang mengubah informasi yang disampaikan kepada penerima atau

mengalihkannya dari penerimaan tersebut. Ada dua macam gangguan dalam unsur

komunikasi, yaitu gangguan teknis dan gangguan semantik, gangguan teknis

contohnya orang yang mengalami kesulitan bicara atau bicaranya hanya komat-

kamit. gangguan semantik adalah bila penerima memberi arti yang berlainan atas

sinyal yang disampaikan oleh pengirim (Pujileksono, 2014:35).

16

2.3.2.8 Lingkungan

Situasi atau faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya

komunikasi. Faktor ini dapat di golongkan menjadi empat macam, yakni

lingkungan fisik (kebisingan sampai bau-bauan), lingkungan sosial-budaya (adat

istiadat, latar belakang budaya, status sosial), lingkungan psikologis (persepsi,

motivasi), dan dimensi waktu (Muslimin, 2010: 30-31).

2.3.3 Fungsi Komunikasi

Menurut William I. Gorden (Deddy Mulyana, 2013:5), ada empat

fungsi komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya

mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri

kita, akultualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh

kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat

komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat

(keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan

negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.

2. Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain,

namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk

menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut

17

dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang,

peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat

disampaikan lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku nonverbal.

3. Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu

komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan

sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari

upacara upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun (nyanyi Happy Birthday dan

pemotongan kue), pertunangan (melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan

(ijab-qabul, sungkem kepada orang tua, sawer, dan sebagainya), ulang tahun

perkawinan, hingga upacara kematian. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan

kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku simbolik.

4. Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum:

menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan

mengubah perilaku atau menggerakan tindakan, dan juga menghibur. Bila

diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat

persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to

inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan

pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya

akurat dan layak diketahui.

18

2.3.4 Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Dalam kebanyakan peristiwa komunikasi yang berlangsung, hampir selalu

melibatkan penggunaan lambang-lambang verbal dan non verbal secara bersama-

sama. Keduanya, bahasa verbal dan non verbal, memiliki sifat yang holistik

(masing-masing tidak dapat dipisahkan). Dalam banyak tindakan komunikasi,

bahasa non verbal juga dapat berfungsi kontradiktif, pengulangan, bahkan

pengganti ungkapan-ungkapan verbal, misalnya ketika seseorang mengatakan

terima kasih (bahasa verbal) maka orang tersebut akan melengkapinya dengan

tersenyum (bahasa non verbal), sesorang setuju dengan pesan yang disampaikan

orang lain dengan anggukan kepala (bahasa non verbal). Dua komunikasi tersebut

merupakan contoh bahwa verbal dan non verbal bekerja bersama-sama dalam

menciptakan makna suatu perilaku komunikasi.

1. Komunikasi Verbal

Symbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang

menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang

kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-

usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain

secara lisan (Mulyana, 2001). Bahasa verbal adalah sarana utama untuk

menyatakan pikiran, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-

kata yang mempresentasikan sebagai aspek realitas individual kita.

Adapun macam bahasa verbal yang digunakan adalah :

1. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang digunakan sebagai

bahasa persatuan Indonesia yang dipakai untuk memperlancar hubungan

19

komunikasi dan merupakan lambang kebangsaan bangsa Indonesia (Buku

Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan & Kebudayaan).

2. Bahasa daerah adalah bahsa yang digunakan pada suatu daerah tertentu

dan memiliki ciri khas tertentu di bidang kosa kata, peristilahan, struktur

kalimat dan ejaannya. Bahasa daerah merupakan lambang kebangsaan

daerah yang bersangkutan (Buku Bahasa Indonesia Departemen

Pendidikan & Kebudayaan).

3. Bahasa gaul Budayawan Gunawan moehammad (Malaky, 2003)

mengatakan bahwa bahasa gaul adalah bahasa yang pada mulanya adalah

bahasa sandi yang dipakai penjahat untuk berkomunikasi agar tidak

diketahui oleh pihak berwajib di era tahun 1960-an dan sekarang

berkembang dikalangan anak muda dengan gaya serta kosakata bahasa

yang hanya bisa dipahami oleh kelompok pemuda tertentu yang sudah

menyepakati (Arbitrer) kata-kata yang dipakai seperti contoh bahasa gaul

kelompok anak muda kendari “Nisi Ko Ludu” yang berarti “Sini Ko Dulu”

dan Uka Gila Dinama” yang berarti kau lagi dimana.

2. Komunikasi Non Verbal

Istilah non verbal biasanya di gunakan untuk melukiskan semua

peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis, pada saat yang

sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku non

verbal ini ditafsirkan melalui symbol-symbol verbal. Larry dan Richard

(Mulyana, 2001) membagai non verbal menjadi dua kategori besar yaitu :

20

1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur

tubuh, eskpresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan dan peribahasa.

2. Ruang, waktu dan diam.

Devito (1997) mengemukkan bahwa pesan-pesan non verbal mempunyai

ciri-ciri umum, yaitu :

1. Perilaku komunikasi bersifat komunikatif, yaitu dalam situasi interaksi,

perilaku demikian selalu mengkomunikasikan sesuatu.

2. Komunikasi non verbal terjadi dalam suatu konteks yang membantu

menentukan makna dari setiap perilaku non verbal.

3. Pesan non verbal biasanya berbentuk paket, pesan-pesan non verbal

saling memperkuat ada kalanya pesan-pesan ini saling bertentangan.

4. Pesan non verbal sangat dipercaya, umumnya bila pesan verbal saling

bertentangan, kita mempercayai pesan non verbal.

5. Komunikasi non verbal di kendalikan oleh aturan.

6. Komunikasi non verbal seringkali bersifat metakomunikasi, pesan non

verbal seringkali berfungsi untuk mengkomentari pesan-pesan lain baik

verbal maupun non verbal.

2.3.5 Hambatan Komunikasi

Menurut Prof. Drs. H.A.W Widjaja (Ilmu Komunikasi Pengantar Studi,

2000:100) Hambatan komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada

sesuatu yang tidak beres. Hambatan komunikasi menunjukkan adanya masalah

21

yang lebih dalam. Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim

(komunikator), transmisi, dan penerima. Hambatan dalam komunikasi antara lain:

1. Kurangnya perencanaan dalam komunikasi (tidak dipersiapkan lebih

dahulu).

2. Perbedaan persepsi.

3. Perbedaan harapan.

4. Kondisi fisik atau mental yang kurang baik.

5. Pesan yang tidak jelas.

6. Prasangka yang buruk.

7. Transmisi yang kurang baik.

8. Penilaian/evaluasi yang prematur.

9. Tidak ada kepercayaan.

10. Ada ancaman.

11. Perbedaan status, pengetahuan, bahasa.

12. Distori (kesalahan informasi).

2.3.10 Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antarbudaya sendiri atau yang biasa disebut Intercultural

Communication bukanlah suatu hal yang baru. Sejak manusia yang berbeda

budaya dan kebiasaan di bumi ini mengadakan hubungan, maka komunikasi

22

antarbudaya akan terus berlangsung. Dalam komunikasi manusia selalu

dipengaruhi oleh budayanya, budaya bertanggung jawab atas semua perilaku dan

makna yang dilakukan oleh si pelaku.

Untuk memahami komunikasi antarbudaya perlu terlebih dahulu

memahami kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat (Koentjaningrat, 2009:144)

menyatakan bahwa “kebudayaan merupakan dari kelakuan dan hasil perilaku

manusia, tata kelakuan manusia, yang harus didapatkan dengan belajar dan

semaunya itu tersusun dalam kehidupan masyarakat.

Menurut para ahli seperti Andera L. Rich, (Alo Liliweri, 2002:12)

mengatakan bahwa komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya,

misalnya antar suku bangsa, antar etnis dan ras, serta antar kelas sosial.

Sedangkan menurut Charley H. Dood mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya

meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi,

antar pribadi dan kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar belakang

kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta (Dood,

1991:5).

Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi antarbudaya diatas, dapat

disimpulkan bahwa proses komunikasi antarbudaya merupakan interaksi pribadi

dan komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh beberapa orang memiliki latar

belakang budaya yang berbeda. Akibatnya interaksi dan komunikasi yang sedang

dilakukan itu membutuhkan tingkat keamanan dan sopan santun tertentu, serta

pengalaman tentang sebuah atau lebih aspek tertentu terhadap lawan bicara.

23

2.3.11 Unsur-Unsur Kebudayaan

Koentjaraningrat (Koentjaraningrat, 2009:164) menyatakan ada tujuh

unsur kebudayaan yang dapat disebut sebagai isi pokok dari setiap kebudayaan di

dunia atau kebudayaan pranata menyeluruh cultural universal dalam sistem nilai,

yaitu:

1. Bahasa, berupa bahasa lisan yang disampaikan secara verbal maupun

berupa tulisan.

2. Sistem pengetahuan, berupa pengetahuan mengenai sesuatu hal, misalnya

ilmu perbintangan untuk mengetahui iklim yang akan terjadi.

3. Organisasi sosial atau sistem kemasyarakatan misalnya berupa

kekerabatan, hukum dan sebagainya.

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi, seperti pakaian, perumahan,

peralatan rumah tangga, senjata, alat-alat transportasi dan sebagainya.

5. Sistem mata pencaharian hidup seperti pertanian, peternakan, sistem

produksi dan sebagainya.

6. Sistem religi atau keyakinan atau agama seperti Tuhan, surga, neraka,

dewa, roh halus, upacara keagamaan dan sebagainya.

7. Kesenian berupa seni suara, seni rupa, seni musik, seni tari, seni patung

dan sebagainya.

24

2.3.12 Teori A-B-X

Pendekatan Newcomb terhadap komunikasi bersifat priskologis, berkaitan

dengan interaksi manusia yang cenderung kepada terbentuknya jaringan

kelompok. Model dari Newcom dapat membantu ahli komunikasi kelompok

dalam menjelaskan dan memperkirakan tingkah laku kelompok yang

beranggotakan 2 orang. Teori ini memusatkan perhatian pada pola hubungan yang

ada di antara 2 individu dalam berinteraksi dan pada objek yang memperngaruhi

interaksi di antara mereka. Sistem A-B-X dari Newcomb memperluas teori

hubungan antar pribadi dari heider sampai kepada interaksi yang terjadi di antara

anggota dari kelompok yang hanya terdiri dari 2 orang. Model dari Newcomb

melibatkan tiga unsur, yaitu A dan B yang mewakili 2 orang individu yang

berinteraksi dan X sebagai objek pembicaran menurut Newcomb, tingkah laku

komunikasi terbuka anata A dan B dapat diterangkan melalui kebutuhan mereka

untuk mencapai keseimbangan atau keadaan simetris antara satu sama lain dan

juga terhadap X. komunikasi terjadi karena A harus berorientasi terhadap B dan

X, serta B harus berorientasi terhadap A dan X. untuk mencari keadaan yang

simetris, A berusaha untuk melengkapi dirinya dengan informasi tentang orientasi

B terhadap X, dan ini dapat dilakukan melalui interaksi A mungkin terdorong

untuk mempengaruhi atau mengubah orientasi B terhadap X. jika A menemukan

keadaan tidak seimbang diantara mereka. B dengan sendirinya juga akan

mempunyai dorongan yang sama terhadap orientasi A. Besarnya pengaruh akan

ditanamkan A dan B terhadap satu sama lain serta kemungkinan usaha masing-

masing dalam meningkatkan keadaan simetris melalui tindakan komunikasi akan

meningkat keadaan simetris melalui tindakan komunikasi akan meningkatkan

25

keadaan simetris melalui tindakan komunikasi akan meningkat pada saat daya

Tarik dan intensitas sikap terhadap X meningkat. Dengan demikian, pada model

ini komunikasi merupakan cara yang bisa dan efektif bagi orang yang

mengorientasikan dirinya terhadap lingkungan.

2.4 Basis Teori yang Digunakan

2.4.1 Teori Pertukaran Sosial

Exchange theory, mendasarkan dirinya pada pergaulan manusia dimana

terdapat kecenderungan yang kuat, bahwa kepuasaan dan kekecewaan bersumber

pada pihak lain terhadap dirinya sendiri, seseorang akan berinteraksi dengan pihak

lain, karena hal tersebut dianggap menguntungkan sehingga ia mendapatkan suatu

imbalan. Sudah tentu jika proses-proses tersebut tidak selalu menguntungkan

namun terkadang juga merasa rugi atau kecewa. Keuntungan dari hubungan

tersebut adanya selisih dari imbalan dan biaya, maka teori ini sering disebut “teori

pilihan rasional”. Dua tokoh yang terkenal dari teori ini adalah Homans dan Blau.

Homans mengajukan proposisinya sebagai berikut:

a. Semakin tinggi ganjaran atau reward yang diperoleh atau yang akan

diperoleh, semakin besar kemungkinan suatu tingkah laku akan diulang.

b. Demikian juga sebaliknya, semakin tinggi biaya atau ancaman hukuman

(punishment) yang akan diperoleh semakin kecil kemungkinan tingkah

laku serupa akan diulang.

26

Homans percaya bahwa proses pertukaran dapat dijelaskan lewat

pernyataan proposisional yang berhubungan dan berasal dari psikologi

Skinnerian. Proposisi itu adalah:

1. Proposisi Sukses

Dalam setiap tindakan semakin sering suatu tindakan tertentu

memperoleh ganjaran, maka kian kerap ia akan melakukan tindakan itu

(Homans 1974; 16 dalam polama 1987:61).

Human menyatakan bahwa bila mana seseorang berhasil memperoleh

ganjaran (atau mehindari hukuman) maka ia akan cenderung untuk

mengulangi tindakan tersebut. Secara umum, perilaku yang selaras

dengan proposisi sukses meliputi tiga tahap antara lain: tindakan

seseorang, hasil yang diberikan, dan pengulangan tindakan asli atau

minimal tindakan yang dalam beberapa hal menyerupai tindakan asli.

2. Proposisi Stimulus

Jika dimasa lalu terjadinya stimulus dan yang khusus, atau seperangkat

stimuli, merupakan peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh

ganjaran, maka semakin mirip stimuli sekarang ini dengan yang lalu

itu, akan semakin mungkin sesorang melakukan tindakan serupa atau

yang agak sama (Homans 1974).

Proposisi stimulus mengetengahkan objek atau tindakan yang

memperoleh ganjaran yang diinginkan. Contohnya mahasiswa yang

menginginkan nilai baik dimasa lalu dia memperoleh ganjaran berupa

27

nilai baik dan pentingnya belajar sebagai stimulus yang melahirkan

hasil yang diinginkan.

Mahasiswa lebih memilih stimulus belajar dua hari sebelum ujian dan

belajar secara individual dari pada stimulus lain yang berasal dari

belajar secara kelompok.

3. Proposisi Nilai

Semakin tinggi suatu tindakan, maka kian senang seseorang

melakukan tindakan itu (Homans, 1974).

Proposisis ini khusus berhubungan dengan ganjaran atau hukuman

yang merupakan hasil tindakan. Proposisi nilai mengetengahkan

tingkat dimana orang menginginkan ganjaran yang diberikan stimulus.

4. Proposisi Deprivasi-Satiasi

Semakin sering dimasa yang baru berlalu seseorang menerima suatu

ganjaran tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut

peningkatan suatu unit ganjaran itu (Homans 1974).

Proposisi deprivasi-satiasi selanjutnya menyempurnakan kondisi-

kondisi dimana penampilan suatu tindakan tertentu terjadi.

Proposisi ini merupakan menurunnya nilai karena kejenuhan: seorang

anak yang diberi uang seribu rupiah selama bertahun-tahun diberi uang

dengan jumlah yang sama maka anak itu akan jenuh dan uang seribu

itu menjadi berkurang nilainya.

28

5. Proposisi Restu Agresi

Bila tindakan sesorang tidak memperoleh ganjaran yang

diharapkannya, atau menerima hukuman yang tidak diingikan, maka

dia akan marah, dia menjadi sangat cenderung menunjukkan perilaku

agresif, dan hasil perilaku demikian menjadi lebih bernilai baginya.

Bilamana tindakan seseorang memperoleh ganjaran yang

diharapkannya, khusus ganjaran yang lebih besar dari yang

diperkirakan, atau tidak memperoleh hukuman yang diharapkannya,

maka dia akan merasa senang; dia akan lebih mungkin melaksanakan

perilaku yang disenangi, dan hasil perilaku yang demikian akan

menjadi bernilai harganya (Homans, 1974).

Proposisi ini merupakan proposisi konflik Homans. Jika sesuatu tidak

sesuai dengan yang diharapkan maka akan marah dan melakukan

perlawanan.

6. Proposisi Rasionalitas

Ketika memilih tindakan alternatif, seseorang akan memilih tindakan

sebagaimana dipersepsikan kala itu, yang jika hasilnya dikalikan

probabilitas keberhasilan adalah lebih besar (Homans, 1974).

Pada dasarnya, orang menelaah dan melakukan kalkulasi atas berbagai

tindakan alternatif yang tersedia baginya. Mereka membandingkan

jumlah imbalan yang diasosiasikan dengan setiap tindakan. Mereka

pun mengkalkulasikan kecenderungan bahwa mereka benar-benar akan

menerima imbalan. Imbalan yang bernilai tinggi akan hilang nilainya

29

jika sesorang menganggap bahwa itu semua dipandang sangat

mungkin diperoleh jadi terjadi interaksi antara nilai imbalan dengan

kecenderungan diperolehnya imbalan. Imbalan yang paling tidak

diinginkan adalah imbalan yang paling tidak bernilai dan cenderung

tidak mungkin diperoleh.

Proposisi rasionalitas menunjukkan pengaruh teori pilihan rasional

pendekatan Homans. Homans mengaitakan proposisi rasionalitas

dengan keberhasilan, stimulus dan proposisi nilai. Proposisi

rasionalitas mengatakan pada kita bahwa benar tidaknya orang

melakukan tindakan tergantung pada persepsi mereka tentang

probalitas sukses. Homans beragumen bahwa persepsi apakah peluang

sukses tinggi atau rendah ditentukan oleh sukses dimasa lalu dan

kemiripan dengan situasi masa kini dengan situasi sukses dimasa lalu.

Konsep-konsep dalam teori pertukaran sosial Jeorge Homans

a. Pertukaran Sosial

Pertukaran sosial adalah suatu hubungan sosial dalam masyarakat

antara satu orang dengan orang lainnya dan dalam hubungan sosial

terdapat ganjaran dan imbalan yang saling mempengaruhi. Jadi

orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan

sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.

b. Tindakan Perilaku Sosial

30

Yang dimaksudkan homans adalah tindakan yang berkenaan

dengan suatu kemauan yang mengakibatkan adanya suatu ganjaran

dan hukuman dari orang lain (Homans dalam Irving M Zeitlin,

1995;97).

c. Pertukaran Yang Adil

Pertukaran yang adil menurut Homans adalah pertukaran itu saling

dapat menguntungkan atau sepanjang dianggap saling

menguntungkan oleh kedua belah pihak (Homans dalam Irving M

Zeitlin, 1995;97).

d. Kegiatan

Kegiatan adalah perilaku aktual yang digambarkan pada tingkat

yang sangat konkrit. Sebagian dari gambaran mengenai kelompok

apa saja harus meliputi catatan mengenai kegiatan-kegiatan para

anggotannya saja. Individu-individu dan kelompok-kelompok

dapat dibandingkan menurut persamaan dan perbedaan dalam

kegiatan-kegiatan mereka dan dalam tingkat penampilan dari

berbagai keinginan itu (Homansdalam Doyle Paul Johnson, 1986;

61).

e. Interaksi

Interaksi adalah kegiatan apa saja yang merangsang atau

dirangsang oleh kegiatan orang lain. Individu-individu atau

kelompok-kelompok dapat dibandingkan menurut frekuensi

31

interaksi, menurut siapa yang mulai interaksi dengan siapa,

menurut saluran-saluran dimana interaksi itu terjadi dan seterusnya

(Homans dalam Doyle Paul Johnson, 1986;61).

f. Perasaan

Perasaan adalah suatu tanda yang bersifat eksternal atau yang

bersifat perilaku yang menunjukkan suatu keadaan internal. Tanda-

tanda seperti keadaan internal yang ditunjukkan dapat bermacam-

macam. Keadaan-keadaan fisiologis seperti kelaparan atau

keletihan, reaksi emosional yang positif atau negatif terhadap suatu

peristiwa suatu stimulus, perasaan suka atau tidak suka terhadap

seseorang kawan anggota kelompok, jenis-jenis keadaan fisiologis

internal psikologis atau emosional ini, dan banyak lagi lainnya

dimasukkan dalam satu kelompok umum yakni perasaan,

sepanjang keadaan internal ini dimanifestasikan dalam suatu tipe

perilaku yang dapat diamati (Homans dalam Doyle Paul Johnson,

1986;61-62).

g. Kebiasaan

Kebiasaan menunjuk pada kegiatan-kegiatan dan pola-pola

interaksi yang diulang-ulang (Homans dalam Doyle Paul Johnson,

1986;63).

h. Norma

32

Norma adalah suatu kegiatan atau pola interaksi yang diharapkan

untuk diikuti oleh anggota kelompok, dengan perasaan positif yang

dinyatakan kepada mereka yang mengikutinya dan perasaan negatif

terhadap mereka yang tidak mengikutinya (Homans dama Doyle

Paul Johnson, 1986;63).

i. Deprivasi

Deprivasi adalah jangka waktu sejak seseorang itu menerima suatu

reward tertentu (Homans dalam Doyle Paul Johnson, 1986;66).

j. Kepuasan

Kepuasan adalah kuantitas dari reward yang cukup besar

memuaskan seseorang belum lama berselang, sehingga

penghargaan itu untuk sementara waktu tidak diinginkan lagi

(Homans dalam Doyle Paul Johnson, 1986;66).

k. Ganjaran

Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh

seseorang dari suatu hubungan.

l. Imbalan (reward)

Ganjaran (reward) adalah segala hal yang diperoleh melalui

adanya pengorbanan.

33

2.5 Penelitian Terdahulu

Siti Amanah yang berjudul Pola Komunikasi dan Proses Akulturasi

Mahasiswa Asing di Stain Kediri. Hasil penelitiannya adalah dapat disimpulkan

bahwa secara umum pola komunikasi yang terjadi antara mahasiswa Thailand

dengan orang lain di lingkungan baru yakni di Kediri merupakan komunikasi

yang kompleks karena banyak orang yang terlibat dan banyak yang

berkepentingan dalam komunikasi tersebut seperti dengan orang-orang di

sekitarnnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pola komunikasi yang

diterapkan yang memudahkan proses adaptasi dan akulturasi terhadap budaya

Indonesia di lingkungan STAIN Kediri adalah komunikasi interpersonal dengan

teman-teman senegara, teman-teman kampus, dan warga sekitar Dengan metode

yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, kemudian dihubungkan

dengan kerangka teori yaitu teori relationship teori pengertian dan pengungkapan

diri. Berbeda dengan Siti Amanah yaitu peneliti ingin meneliti bagaimana proses

akulturasi budaya etnis mahasiswa Jawa dan Banjar. Peneliti ingin menjelaskan

bagaimana pola komunikasi dalam proses akulturasi budaya antar etnis Jawa dan

Banjar. Yang membedakan dari penelitian ini berupa subjek mahasiswa etnis Jawa

dan Banjar. Persamaannya yaitu sama-sama menggunakan metode penelitian

deskriptif kualitatif.

2.6 Fokus Penelitian

Adapun fokus dalam penelitian ini adalah pola komunikasi dalam proses

akulturasi budaya antar etnis Jawa dan Banjar yang dimaksud adalah pertukaran

pesan antara mahasiswa asal Banjar dengan mahasiswa yang berasal dari Jawa

34

dalam melakukan pergaulan terutama yang terkait dengan adaptasi dan teknik

komunikasi yang dilakukan dengan tetap berupaya mempertahankan identitas

budaya masing-masing.