If you can't read please download the document
Upload
phamdung
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Konsep Tentang Program Kemitraan
2.1.1. Pengertian Program
Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di
dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan
mengenai :
1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai;
2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan;
3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui;
4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan;
5. Strategi pelaksanaan.
Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah
untuk dioperasikan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan.
Program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik
tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai
program atau tidak yaitu :
1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya melaksanakan atau sebagai
pelaku program;
2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang juga
diidentifikasikan melalui anggaran;
Universitas Sumatera Utara
18
3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui
oleh publik.
Menurut Jones (1996) program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada
model teoritis yang jelas, yakni sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan
memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap
bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik.
2.1.2 Pengertian Kemitraan
UU No 9 Tahun 1995 menyatakan kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dengan
usaha menengah atau dengan usahabesar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah
atauusaha besar dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dansaling
menguntungkan.
.Pembinaan dan pengembangan UKM, Koperasi dan Pertanian olehBUMN dapat berupa pinjaman
modal, penjaminan dan investasi dan ataupembinaan teknis dalam bentuk hibah khusus untuk membiayai
pendidikandan latihan, pemagangan, promosi, pengkajian dan penelitian.
Prinsip dan Dasar Kemitraan :
1. Saling membutuhkan
2. Saling mendukung dan menguatkan
3. Saling menguntungkan
Dasar :
1. Adanya kebutuhan yang dirasakan oleh pihak yng akan bermitra
Universitas Sumatera Utara
19
2. Adanya persoalan intern dan ekstern usaha yang dihadapi dalammengembangkan usaha. Kegiatan
yang dijalankan dapat memberikan manfaat yang nyata yang bersifat Mutual benefit (sama sama
diuntungkan) bagi pihak -pihak yang bermitra
Manfaat Kemitraan :
a. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat
b. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan
c. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan uasaha kecil
d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional serta memperluas
kesempatan kerja (http://www.scribd.com/doc/68155919/Pengertian-Kemitraan, 31
Mei 2014).
2.1.3 Pengertian Program Kemitraan
Program Kemitraan adalah program pemberdayaan dan peningkatan ekonomi
masyarakat, melalui pemberian pinjaman kemitraan untuk modal kerja dan investasi. Selain
itu melalui Program Kemitraan, Perusahaan juga memberikan bantuan pembinaan berupa
bantuan pelatihan manajemen usaha, bantuan pemasaran (promosi/pameran) dan lain-lain.
Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kompetensi usaha mikro dan kecil
(UMK) yang dijalankan masyarakat, sehingga menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
Melalui program ini maka setiap UMK yang telah berkembang diharapkan juga bisa
menyerap tenaga kerja dari masyarakat lokal, sehingga mereka mendapatkan penghasilan.
Dengan demikian masyarakat sekitar yang tidak bisa bekerja di lingkungan perusahaan, tetap
Universitas Sumatera Utara
20
bisa merasakan manfaat dari kehadiran perusahaan (http://www.angkasapura1.co.id/pkbl/, 31
Mei 2014)
Kemitraan merupakan program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dalam
bentuk pinjaman baik modal usaha maupun pembelian perangkat penunjang produksi agar
usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri. Program kemitraan diberikan dalam bentuk
pinjaman untuk pembiayaan, modal kerja, pinjaman khusus yang biasanya bersifat jangka
pendek dan hibah untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi
serta penelitian melalui pemanfaatan dana dari bagian lana BUMN. (PEDOMAN
AKUNTANSI PKBL)
Pemerintah mengemas keterlibatan BUMN sebagai upaya pemerintah dalam rangka
memperkuat program kemitraan, melalui Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-
05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil
dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Dimana pasal 2 nya menegaskan sebagai berikut :
(1) Persero dan Perum wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan
ini;
(2) Persero Terbuka dapat melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan dengan berpedoman pada peraturan ini yang ditetapkan berdasarkan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Sedangkan mengenai sumber dananya ditegaskan dalam Pasal 9 yaitu :
(1) Dana Program Kemitraan bersumber dari :
Universitas Sumatera Utara
21
a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2%;
b. Jasa administrasi pinjaman/margin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa
giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional;
c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN, jika ada.
(1) Dana Program Bina Lingkungan (BL) bersumber dari :
a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2%;
b. Hasil bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program BL.
Pasal 11 Peraturan Menteri Negara BUMN menegaskan bahwa Dana Program
Kemitraan diberikan dalam bentuk :
a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aktiva tetap dalam
rangka meningkatkan produksi dan penjualan;
b. Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan Mitra
Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka
memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan.
c. Beban permintaan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi,
dan lain-lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta
untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan.
2. Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal 20% dari dana
Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan.
Sedangkan ruang lingkup bantuan program BL sebagai berikut :
a. Bantuan korban bencana alam;
b. Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan;
c. Bantuan untuk peningkatan kesehatan;
d. Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum;
Universitas Sumatera Utara
22
e. Bantuan sarana ibadah dan bantuan pelestarian alam (Azheri, 2012:134-136).
2.1.4 Program Kemitraan PTPN III
Pembinaan usaha kecil oleh BUMN dilaksanakan sejak terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan
Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero).
Keputusan Menteri Keuangan No : 316/KMK/016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang
Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN. Maka PTPN III membentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
Upaya yang dilakukan oleh PKBL PTPN III terhadap mitra binaan bersifat pembinaan
yang dilakukan di sekitar wilayah kerja PTPN III.
2.1.4.1 Dasar Hukum :
Program Kemitraan PTPN III dilaksanakan berdasarkan :
a. Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP -100/MBU/2002 Tanggal 4 Juni 2002
b. Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP -236/MBU/2003 Tanggal 17 Juni
2003
c. Surat Edaran Menteri BUMN Nomor : SE.433/MBU/2003 Tanggal 16 September
2003
d. Peraturan Menteri BUMN Nomor : PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007.
Universitas Sumatera Utara
23
2.1.4.2.Kebijakan Direksi :
Kebijakan direksi dalam melaksanakan Program Kemitraan PTPN III adalah sebagai berikut :
a. Guna efektivitas pengelolaan program kemitraan Direksi PTPN III melalui Surat
Keputusan Nomor : III.12/KPTS/03/2007 Tanggal 3 April 2007 tentang struktur
organisasi, sasaran tugas organisasi dan proses bisnis PTPN III telah membentuk
suatu bagian yang khusus mengelola kegiatan pembinaan tersebut yaitu bagian
kemitraan.
b. Mekanisme dan prosedur penyaluran dana program kemitraan tertuang dalam
Instruksi Kerja (IK) Nomor : 3.10, 02/01 tentang program kemitraan.
c. Pelaksanaan Program :
Operasional pelaksanaan tugas pada bagian ini dipimpin oleh seorang Kepala
bagian dan dibantu dua Urusan yaitu : Urusan Perencanaan dan Pembinaan,
Urusan Administrasi Keuangan dan Umum
Penghimpunan dana dan pengeluaran dana dicatat serta dibukukan
berdasarkan Cash Basis.
Sistem pembukuan dilaksanakan berdasarkan prinsip Akuntansi yang lazim
dan diberlakukan khusus berdasarkan pedoman-pedoman yang ditetapkan oleh
Departemen Keuangan republik Indonesia dan Menteri negara
BUMN.(PTPN3, 2014).
Universitas Sumatera Utara
24
2.1.4.3. Jenis/Usaha Kegiatan
Program Kemitraan bertujuan untuk memberdayakan dan mengembangkan potensi
ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya dengan memanfaatkan
Program Kemitraan. Bentuk Program Kemitraan yang dilakukan berupa :
a. Penyaluran pinjaman lunak bergulir untuk modal kerja investasi para usaha kecil
dan koperasi (mitra binaan) yang tersebar di 14 wilayah Kabupaten/Kota dalam
propinsi Sumatera Utara. Penyaluran kredit lunak bergulir dengan tingkat suku
bunga 6% per tahun dari limit pinjaman (sesuai peraturan Meneg BUMN No :
Per.05/MBU/07 tanggal 27 April 2007).
b. Pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan lain-lain yang
menyangkut produktivitas. Mitra binaan serta untuk penelitian yang berkaitan
dengan Program Kemitraan.(PTPN3, 2014).
2.1.4.4. Bentuk Program Kemitraan
2.1.4.4.1. Penyaluran Pinjaman
Pinjaman yang di salurkan melalui program kemitraan diarahkan kepada usaha kecil
yang secara teknis perbankan belum memenuhi persyaratan untuk memperoleh pinjaman
(sebelum bankable). Dalam satu tahun, penyaluran dana dalam program kemitraan ini di bagi
dalam 4 (empat) periode triwulan, yang biasanya di lakukan dalam bulan Maret, Juni,
September, dan Desember. Kegiatan-kegiatan yang di laksanakan dalam rangka penyaluran
pinjaman tersebut adalah sebagai berikut :
A. Pinjaman dan Evaluasi Proposal
Universitas Sumatera Utara
25
Calon mitra binaan yang ingin mendapatkan pinjaman program kemitraan untuk
pengembangan usahanya, harus menyampaikan proposal kepada BUMN pembina atau
BUMN penyalur atau lembaga penyalur yang membuat sekurang-kurangnya data sebagai
berikut :
1. Mengajukan Proposal permohonan bantuan pinjaman yang memuat :
a) Data pribadi sesuai Kartu Tanda Penduduk (KTP).
b) Data Usaha (Bentuk Usaha, alamat Usaha lengkap RT/RW, Desa/Kelurahan,
Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, Mulai Mendirikan Usaha, Jumlah Tenaga
Kerja).
c) Data Keuangan meliputi Laporan keuangan/Catatan keuangan 3 bulan terakhir,
rencana Penggunaan dana Pinjaman.
2. Melampirkan :
a) Fotocopy (FC) KTP Suami/Istri atau identitas lainnya.
b) FC Kartu Keluarga
c) Pas Photo ukuran 3x4 Keterangan Serba Guna dari Kelurahan.
d) Gambar/denah Lokasi Usaha.
e) FC Rekening Bank/Buku Tabungan.
f) Laporan Keuangan Praktis (diisi pada formulir aplikasi).
g) Surat pernyataan tidak sedang mendapatkan pinjaman dari BUMN/perusahaan
lain.
3. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan/beban dan neraca
atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha); dan
4. Rencana usaha dan kebutuhan data.
Universitas Sumatera Utara
26
Bagi calon mitra binaan yang sudah memberikan proposal kepada BUMN Pembina
atau BUMN Penyalur harus mengetahui jangka waktu pinjaman, jadwal angsuran pokok dan
jasa administrasi pinjaman.
Syarat-syarat penerima pinjaman yaitu :
a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha) atau,
b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 miliar
c) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi langsung maupun tidak langsung dengan usaha
menengah atau besar.
d) Berbentuk badan usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
e) Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 tahun serta mempunyai potensi dan
prospek usaha untuk dikembangkan.
f) Belum pernah dan tidak sedang mendapatkan bantuan pembinaan dari BUMN dan
institusi sejenis yang lain.
B.
Apabila proposal dari calon mitra binaan telah di setujui maka unit PKBL
menyalurkan pinjaman kepada mitra binaan. Penyaluran pinjaman tersebut dituangkan dalam
satu surat perjanjian/kontrak yang sekurang-kurangnya memuat :
Penyaluran Pinjaman
Universitas Sumatera Utara
27
1. Nama dan alamat BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau lembaga penyalur
dan mitra binaan
2. Hak dan Kewajiban BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau lembaga
penyalur dan Mitra Binaan :
a) Mitra Binaan mempunyai kewajiban sebagai berikut :
1) Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui
oleh BUMN Pembina.
2) Menyelenggarakan pencatatan/pembukuan dengan tertib.
3) Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati.
4) Menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulan kepada
BUMN Pembina.
a. Sektor usaha yang dapat diberikan bantuan pinjaman adalah industri,
jasa, perdagangan, peternakan, perikanan, pertanian, perkebunan dan
jasa lainnya.
b. Jumlah pinjaman dan peruntukannya.
c. Bunga pinjaman :
No Jumlah Pinjaman yang di Berikan Jasa Administrasi/Tahun
1 s/d Rp 10.000.000 6%
2 >Rp. 10.000.000 s/d Rp.30.000.000 6%
3 >Rp. 30.000.000 s/d Rp. 50.000.000 6%
4 >Rp. 50.000.000 6%
Universitas Sumatera Utara
28
Besarnya jasa administrasi pinjaman dana program kemitraan per tahun sebesar 6%
dari limit pinjaman atau administrasi lain oleh Menteri (PER MEN-05 BAB IV pasal 12 ayat
(3)).
C.
Setelah pinjaman di salurkan, maka BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau
lembaga penyalur monitor pemenuhan kewajiban mitra binaan. Apabila terdapat pembayaran
yang belum di ketahui, maka pembayaran tersebut di akui sebagai hutang sampai dengan
diketahuinya mitra binaan yang melakukan pembayaran.
Monitoring, Penagihan Pinjaman dan Penyelesaian Piutang Bermasalah MitraBinaan
Pinjaman dana program kemitraan di nilai kualitasnya berdasarkan pada
ketetapan waktu pembayaran kembali pokok pinjaman dan jasa administrasinya pinjaman
dari mitra binaan. Penggolongan kualitas pinjaman, sesuai ketentuan yang berlaku adalah
sebagai berikut :
1. Lancar
Apabila pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasinya pinjaman di
lakukan tepat waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan
atau jasa administrasi pinjaman selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari dari
tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah
disetujui bersama.
2. Kurang Lancar
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau jasa
administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 hari dan belum melampaui 180
Universitas Sumatera Utara
29
(seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayarab angsuran,
sesuai dengan perjanjian yang telah di sepakati bersama.
3. Diragukan
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau jasa
administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 hari dan belum melampaui 270
(dua ratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai
dengan perjanjian yang di setujui bersama.
4. Macet
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi
pinjaman yang telah melampaui 270 hari pada tanggal jatuh tempo pembayaran
angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah di setujui bersama.(PEDOMAN
AKUNTANSI PKBL).
2.1.4.4.2. Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan
Dana pembinaan kemitraan yang di salurkan melalui program kemitraan di tujukan
kepada mitra binaan yang telah dan masih terdaftar dalam program kemitraan. Dengan kata
lain, dana ini hanya dapat di berikan kepada dan untuk kepentingan mitra binaan. Dana
pembinaan kemitraan di salurkan melalui beberapa program yang di susun untuk membantu
mitra binaan dalam rangka mengembangkan usahanya yaitu dengan hibah.
A. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SERTA PEMAGANGAN.
a. Meningkatkan keterampilan manajerial dan teknik produksi/pengolahan.
Universitas Sumatera Utara
30
b. Meningkatkan pengendalian mutu produksi.
c. Meningkatkan pemenuhan standarisasi teknologi.
d. Meningkatkan rancang bangun dan perekayasaan.
B. PEMASARAN PRODUK MITRA BINAAN.
a. Membantu penjualan produk mitra binaan.
b. Membantu mempromosikan produk mitra binaan melalui kegiatan pameran
maupun penyediaan ruang pameran.
Oleh karena itu, atas dana pembinaan kemitraan tersebut mitra binaan tidak menerima
dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk program-program yang telah di susun.
Kegiatan yang di biayai melalui dana pembinaan kemitraan tersebut di tangani oleh BUMN
Pembina yang dalam pelaksanaannya dapat menyertakan pihak luar sebagai pelaksana
kegiatan, misalnya dalam hal penyediaan pemateri pelatihan, penyelenggara kegiatan
pameran, dan sebagainya. (PEDOMAN AKUNTANSI PKBL).
2.2.Pengertian Sosial Ekonomi
Pengertian sosial ekonomi tidak dapat dibahas secara bersamaan, kedua kata ini dalam
pengertiannya selalu di bahas secara tersendiri. Istilah sosial (social dalam bahasa inggris)
dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda-beda, misalnya istilah sosial dalam sosialisme
dengan istilah departemen sosial, jelas kedua-duanya menunjukkan makna yang sangat jauh
berbeda. Menurut Soekanto (1986) apabila istilah sosial pada ilmu sosial menunjuk pada
objeknya, yaitu masyarakat. Sosialismesuatu ideologi yang berpokok pada prinsip pemikiran
umum atas alat produksi dan jasa-jasa dalam bidang ekonomi. (Fairchild, 1964)
Universitas Sumatera Utara
31
Menurut Supardan (2009) bahwa istilah sosial pada departemen sosial, menunjukkan
pada kegiatan-kegiatan di lapangan sosial. Artinya kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk
mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat dalam bidang kesejahteraan, seperti
tuna karya, tuna susila, tuna wisma, orang jompo, anak yatim piatu, dan lain-lain. Selain itu
Soekanto (1991) mengemukakan bahwa istilah sosial pun berkenaan dengan pelaku
interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial.
Ekonomi atau economic dalam banyak literatur ekonomi disebutkan berasal dari
bahasa Yunani yaitu Oikos atau Oiku dan Nomos yang berarti peraturan rumah tangga.
Dengan kata lain pengertian ekonomi adalah semua yang menyangkut hal-hal yang
berhubungan dengan perkehidupan dalam rumah tangga, tentu saja yang dimaksud dan dalam
perkembangannya kata rumah tangga bukan hanya sekedar menunjuk pada satu keluarga
yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anaknya, melainkan juga rumah tangga yang lebih luas
yaitu rumah tangga bangsa, negara, dan dunia.
Definisi sosial pada dasarnya bisa diartikan sebagai kemasyarakatan. Dapat juga
diartikan sebagai suatu keadaan yang menghadirkan orang lain dalam kehidupan manusia.
Kehadiran orang lain itu bisa bersifat nyata maupun tidak. Kehadiran manusia secara nyata
bisa dirasakan baik melalui audio dan visual. Sedangkan untuk kehadiran manusia tidak nyata
bisa berupa imajinasi, kenangan, khayalan, dan lain sebagainya. Definisi sosial ini terkait
pada hubungan-hubungan manusia dengan lingkungan masyarakat, manusia dengan manusia
lainnya, manusia dengan kelompoknya, dan manusia dengan organisasi yang diikutinya. Hal
ini juga berkaitan langsung dengan istilah bahwa manusia merupakan makhluk sosial di muka
bumi. Karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan pasti akan selalu membutuhkan orang lain
dalam keidupannya sehari-hari (www.anneahira.com, 8 Juni 2014)
Universitas Sumatera Utara
32
Mengacu pada United Nation (dalam Siagian, 2012)maka penulis menyimpulkan
bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
masyarakat antara lain kesehatan, konsumsi bahan makanan dan gizi, pendidikan,perumahan,
sandang, rekreasi, jaminan sosial dan kebebasan manusia. Kehidupan sosial ekonomi harus di
pandang sebagai sistem (sistem sosial), yaitu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur
yang saling berhubungan dalam satu kesatuan.
A. Kesehatan
Dalam Undang-undang yang dimaksud dengan kesehatan
1. adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
3. Tenagakesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.
5. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa, yang berarti
memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan,
lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya
Universitas Sumatera Utara
33
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya
derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah
dan swasta bersama-sama.
Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara
umum dan secara khusus. Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain:
1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada
kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan
institusipemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam
atau wabah penyakit menular.
Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau
pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa:.
1. Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara
luas oleh masyarakat.
3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran Bahan bakar minyak, batubara, kebakaran
hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan
menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem.
4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan,
industri, rumah sakit, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
34
5. Kontrolterhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara
memutuskan rantai penularan penyakitnya.
6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.
8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi programkesehatan
lingkungan
Untuk jangka panjang pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk tercapainya
tujuan utama sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan.
2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
3. Peningkatan status gizi masyarakat.
4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin diterimanya norma keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera.
Dasar-dasar pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Semua warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar dapat
bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
2. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan mempertinggi
derajat kesehatan rakyat.
3. Penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara serasi
dan seimbangoleh pemerintah dan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
35
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan, 27 Oktober 2014)
A. Konsumsi Bahan Makanan
Makanan adalah sumber energi satu-satunya bagi manusia. Karena jumlah penduduk
yang terus berkembang, maka jumlah produksi makanan pun harus terus bertambah melebihi
jumlah penduduk ini, apabila kecukupan pangan harus tercapai. Seperti telah dikemukakan
terdahulu, permasalahan yang timbul dapat diakibatkan kualitas dan kuantitas bahan pangan.
Hal ini tidak boleh terjadi atau tidak dikehendaki karena orang makan itu sebetulnya
bermaksud menjadi karenanya. Dengan demikian sanitasi makanan menjadi sangat penting.
Menurut Slamet (2009) makanan tidak saja bermanfaat bagi manusia, tetapi juga
sangat baik untuk pertumbuhan mikroba yang patogen. Oleh karenanya, untuk mendapat
keuntungan yang maksimum dari makanan, perlu dijaga sanitasi makanan. Gangguan
kesehatan yang dapat terjadi akibat makanan dapat dikelompokkan menjadi (i) keracunan
makanan, dan (ii) penyakit bawaan makanan.
B. Pendidikan
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.
Universitas Sumatera Utara
36
Dengan kata lain, esensi pendidikan (usaha sadar) megandung makna suatu proses
transaksional yang intensional, terjadi dilingkungan (sosial budaya) berstruktur yang disebut
sekolah atau sejenisnya. Pendidikan sebagai salah satu bagian penting dari proses
pembangunan nasional merupakan salah satu sumber penentu dalam pertumbuhan ekonomi
suatu negara.
C. Perumahan
Dalam undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan pemumikan,
perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Bagi sebuah
lingkungan perkotaan, kehadiran lingkungan perumahan sangatlah penting dan berarti karena
bagian terbesar pembentuk struktur munculnya permasalahan pada suatu pemukiman akan
menimbulkan dampak langsung terhadap permasalahan perkotaan secara menyeluruh.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa baik atau buruknya sistem perkotaan dipengaruhi
oleh baik buruknya lingkungan pemukiman.
Apabila dilihat secara makro, dalam melakukan pembangunan, khususnya
pembangunan perumahan dan pemukiman, seharusnya dilakukan sinkronisasi antara dua
sistem, yaitu perkotaan dan pedesaan.Hal ini harusnya diupayakan guna menghindari
terjadinya over load (kelebihan beban) pada lingkungan perumahan dalam wilayah perkotaan
yang dapat menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi wilayah perkotaan
maupun wilayah dibelakangnya (hinterland) yang biasanya adalah suatu wilayah
pedesaan.Oleh karena itu perencanaan sebuah perumahan memegang peranan yang sangat
penting dalam pengendalian laju pembangunan. Perencanaan itu harus dilakukan, dimulai
Universitas Sumatera Utara
37
dari perencanaan rumah-rumah hingga perencanaan lingkungan pemukiman dan ruang
perkotaan, bahkan hingga skenario wilayahnya. (Sastra, 2006).
Pada subjek permasalahannya supply perumahan, aspek utama yang terkait mulai dari
studi btentang perumahan nasional, pemerintah, institusi pendidikan sampai kepada peraturan
properti yang membentuk pola pengembangan lahan supply perumahan pada tingkat daerah.
Jadi unttuk mempelajari perumahan dan pemukiman secara efektif, termasuklah mempelajari
analisis mayor sektor dari perekonomian nasional, perubahan demografi, migrasi dan
kebebasan sosial, dengan kata lain menyentuh semua aspek dalam lingkungan hidup dan
lingkungan pekerjaan. (Dwira, 2008).
D. Sandang
Wikipedia (2014) menyatakan sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia
sebagai makhluk berbudaya. Pada awalnya manusia memanfaatkan pakaian dari kulit kayu
dan hewan yang tersedia di alam. Kemudian manusia mengembangkan teknologi pemintal
kapas menjadi benang untuk ditenun bahan pakaian. Pakaian berfungsi sebagai pelindung
dari panas dan dingin. Lama kelamaan fungsi pakaian berubah, yakni untuk memberi
kenyamanan sesuai dengan jenis-jenis kebutuhan seperti pakaian kerja, pakaian rumah untuk
tidur dan sebagainya. ((http://id.wikipedia.org/wiki/, 27 Oktober 2014)
E. Rekreasi
Kata rekreasi berasal dari bahasa Latin, re-creare, yang secara harfiah berarti
membuat ulang. Secara umum pengertian rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk
Universitas Sumatera Utara
38
penyegaran kembali rohani dan jasmani seseorang. Rekreasi adalah sebuah kegiatan yang
dilakukan seseorang selain pekerjaan. Kegiatan yang umum dilakukan untuk melakukan
rekreasi adalah pariwisata, olahraga, permainan, dan hobi. Kegiatan rekreasi umumnya
dilakukan pada akhir pekan. Banyak ahli memberikan pandangan bahwa aktivitas rekreasi
adalah kegiatan untuk mengisi waktu senggang. Namun, kegiatan rekreasi dapat pula
memenuhi salah satu pengertian penggunaan berharga dari waktu luang. Dalam pengertian
rekreasi ini, kegiatan dipilih oleh seseorang sebagai fungsi memperbaharui ulang kondisi fisik
dan jiwa, sehingga rekreasi tidak berarti hanya membuang-buang waktu atau membbunuh
waktu.
Jay B. Nash memberikan gambaran bahwa aktivitas rekreasi adalah pelengkap dari
kerja, oleh karena itu rekreasi adalah kebutuhan semua orang. Dengan demikian, penekanan
dari aktivitas rekreasi adalah dalam nuansa menciptakan kembali (recreation) orang
tersebut, ada upaya revitalisasi jiwa dan tubuh yang terwujud karena menjauh dari kegiatan
rutin dan kondisi yang menekan dalam kehidupan sehari-hari. Landasan kependidikan dari
rekreasi karenanya kini diangkat kembali, sehingga sering diistilahkan dengan pendidikan
relreasi, tujuan utamanya adalah mendidik orang dalam bagaimana memanfaatkan waktu
senggang mereka. (htpp://www.pengertianahli.com,11 Juni 2014).
F. Lingkungan
Bagi manusia lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya, baik berupa
benda hidup maupun benda mati, benda nyata maupun abstrak, termasuk manusia lainnya,
serta suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen tersebut.
Lingkungan itu sangat luas, oleh karenanya seringkali dikelompokkan untuk mempermudah
Universitas Sumatera Utara
39
pemahamannya. Tergantung kebutuhan, lingkungan dapat diklasifikasilan dengan berbagai
cara sebagai berikut :
1. Lingkungan yang hidup (biotis) dan lingkungan tidak hidup (abiotis).
2. Lingkungan alamiah, dan lingkungan bantuan (manusia).
3. Lingkungan prenatal dan lingkungan psikososial.
4. Lingkungan biosfisis dan lingkungan psikososial.
5. Lingkungan air (hydrosfir), lingkungan udara (atmosfir), lingkungan tanah
(litosfir), lingkungan biologis (biosfir). Dan lingkungan sosial (sosiosfir).
6. Kombinasi dari klasifikasi-klasifikasi tersebut.
Bagaimanapun lingkungan itu dikelompokkan, pada prinsipnya lingkungan
(air,udara,tanah,sosial dan lain-lain) tidak dapat dipisah-pisahkan, karena tidak
mempunyai batas yang nyata dan merupakan suatu kesatuan ekosistem (Slamet,
2009).
G. Kebebasan Manusia
Pemikiran mengenai kebebasan manusia muncul seiring dengan pemikiran tentang
peranan manusia di dunia, bahwa tidak sepenuhnya keberadaan manusia di dunia ditentukan
oleh kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi. Manusia di dunia mempunyai peranan dalam
membangun kehidupannya. Aktualisasi yang selalu dilakukan menimbulkan sebuah
kesadaran akan dirinya dengan kemampuannya, dan kesadaran akan dunia dan lingkungan
yang ada disekitarnya. Pada kondisi seperti itu, manusia menyadari kebebasannya ketika ia
mewujudkan peranannya dalam sebuah perbuatan-perbuatan yang bersifat menguasai dunia
dan menakhlukkan dunia. Maka dapat dimengerti bahwa kesadaran penuh akan kebebasan
Universitas Sumatera Utara
40
manusia hanya dapat timbul setelah kebebasan itu dapat diwujudkan dalam tindakan
penguasaan dunia.
Istilah kebebasan dari segi etimologi adalah kata sifat berasal dari kata bebas, yang
berarti merdeka, tak terkendali. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata bebas
mempunyai arti lepas sama sekali, dalam arti tidak terhalang, tidak terganggu, sehingga dapat
bergerak, berbicara, berbuat, tiap-tiap anggota dapat mengungkapkan pendapatnya. Secara
etimologi makna kebebasan, tidak dapat dipastikan artinya. Kata bebas menggambarkan pada
suatu kondisi yang memungkinkan seseorang tidak terikat pada sesuatu hal yang lain, lepas
dari kewajiban atau tuntutan yang lain, murni dilakukan oleh dirinya sendiri. Seseorang lebih
cenderung menyatakan ia bebas untuk, daripada menyatakan ia bebas dari sesuatu.
Dalam konteks kebebasan manusia, berarti ketiadapaksaan. Ada beberapa macam kebebasan
dan paksaan, yaitu kebebasan fisik dan kebebasan moral, paksaan fisik dan paksaan moral.
Kebebasan fisik berarti tiadanya paksaan fisik, sedangkan kebebasan moral adalah
ketiadapaksaan moral atau hukum. Ketika seseorang merasa tertekan pada kondisi
psikologisnya ia belum merasakan kebebasannya, karena kebebasan psikologis adalah
ketiadapaksaan psikologis. Suatu paksaan psikologis dapat berupa kecenderungan
kecenderungan yang memaksa seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu atau
sebaliknya membuatnya tidak mungkin melakukan beberapa kegiatan tertentu.
Istilah kebebasan manusia menggambarkan seseorang tidak mendapat paksaan,
tuntutan, ataupun kewajiban dan tanggungjawab, akan tetapi dengan adanya kebebasaan
seseorang dapat merasakan makna keberadaannya selaku sebagai manusia. Manusia di dunia
mempunyai sebuah tujuan. Tujuan dari hidup manusia adalah meraih sebuah kebahagiaan,
sedangkan kebahagian tidak dapat dicapai ketika sesorang tidak mengaktualisasikan dalam
sebuah tindakan, dalam bentuk kebebasan manusia. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan
seseorang, bahwa seseorang yang arif bijaksana, berfikir sendiri, berbicara berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
41
pemahamannya sendiri dan menyatakan apa yang dikatakan olehnya dan juga ia mengetahui
mengapa ia menyatakannya, dengan dibandingkan dengan seseorang yang dangkal
pemikirannya, yang selalu ikut-ikutan dan hanya mengulangi apa yang dikatakan orang lain.
Kebebasan manusia akan berhadapan pada suatu batas. Hal ini yang kemudian mengharuskan
seseorang untuk memutuskan sebuah pilihan. Pada saat manusia memilih atau jatuhnya
keputusan munculah keakuan manusia, karena pada dasarnya manusia merealisir diri
secara otonom sejak pertama ia meng-aku-i dirinya sendiri. Ia menerima faktisitasnya sendiri
dan menjadi dirinya sendiri dengan keunikannya. Ia bersifat otonom dan berdikari.
Kebebasan manusia merupakan suatu kemampuan untuk memberikan arti dan arah
kepada hidup dan karyanya, kemampuan untuk menerima atau menolak kemungkinan-
kemungkinan dan nilai-nilai yang terus menerus ditawarkan kepadanya. Ada dua hal yang
berpengaruh dalam diri manusia, yang ini nantinya mempengaruhi kebebasan manusia
otodeterminisme. Pertama, dalam menentukan pilihan manusia ditentukan oleh faktor-
faktor diluar kemampuannya sendiri, seperti halnya pembauran kondisi sosialnya, sedang
pada satu sisi manusia secara otonom juga ikut menentukan tindakannya.John S. Mill
mengelompokkan kebebasan. Pertama kebebasan yang mencakup bidang kekuasaan batiniah,
kesadaran yang menuntut kebebasan suara hati dalam arti yang paling luas, yaitu Kebebasan
dalam berfikir dan merasakan, kebebasan mutlak berpendapat dan sentimen untuk segala hal
yang praktis atau spekulatif, yang ilmiah, moral ataupun teologis. Kebebasan untuk
mengungkapkan dan mengumumkan pendapatnya. Kedua adalah kebebasan yang terkait
dengan kekuasaan individu dan yang ketiga adalah kebebasaan yang sifatnya berhubungan
dengan orang lain. Dari ketiga kategori kebebasan John S. Mill kebebasan individu yang
dialami seseorang mengimplikasikan adanya sebuah pertanggungjawaban, karena pada
dasarnya individu tidak terlepas dari hubungan sosial kemasyarakatannya. Persoalan
kebebasan manusia dalam pandangan Karl Marx, adalah bagaimana manusia mampu
Universitas Sumatera Utara
42
menciptakan dirinya sendiri sebagai majikannya. Artinya bagaimana manusia sebagai
individu yang mempunyai totalitas untuk mampu melakukan secara total hubungan dengan
dunia, mampu melihat, mendengar, berfikir dan berkehendak.
(http://www.referensimakalah.com, 27 Oktober 2014)
2.3. Uraian Pengertian BUMN
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam
perekonomian nasional di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian
nasional, BUMN ikut berperan menghasilkan barang/jasa yang diperlukan dalam rangka
mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Peran BUMN dirasakan semakin
penting sebagai pelopor dan perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati oleh
swasta. Disamping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan
publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan turut membantu pembangunan
usaha kecil atau koperasi. BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang
signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, deviden dan hasil privatisasi.
Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kegiatan usaha pada hampir
seluruh sektor perekonomian seperti pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan,
manufaktur, pertambangan keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi, listrik, industri
dan perdagangan serta konstruksi.Sebagai institusi bisnis BUMN dituntut untuk dapat
menghasilkan laba sebagaimana layaknya perusahaan-perusahaan bisnis lainnya. Namun
disis lain, pada saat yang bersamaan BUMN di tuntut untuk berfungsi sebagai alat
pembangunan nasional dan berperan sebagai institusi sosial (public). Peran sosial ini
mengisyaratkan bukan saja pemilikan dan pengawasannya oleh publik tetapi juga
menggambarkan konsep mengenai public purpose(sasarannya adalah masyarakat) dan public
Universitas Sumatera Utara
43
interest(orientasinya pada kepentingan masyarakat). Dengan demikian disadari bahwa posisi
perusahaan-perusahaan BUMN ini ibarat memiliki dua sisi mata uang. Disatu sisi berperan
sebagai institute bisnis dan sisi lainnya berperan sebagai institute sosial karena merupakan
alat negara.
Undang-Undang No. 19 tahun 2003 yang merupakan ketentuan perundangan terbaru
menyatakan, mengenai BUMN dikenal dua bentuk badan usaha milik negara yaitu Usaha
Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum). Persero adalah BUMN yang berbentuk
perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit
51% sahamnya dimiliki negara yang tujuan utamanya mencari keuntungan. Sedangkan
perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham,
yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa sekaligus
mengejar keuntungan.
Praktek tanggung jawab sosial oleh BUMN sungguh menarik untuk dikaji. Salah
satunya disebabkan oleh faktor pembeda dibandingkan dengan perusahaan non BUMN yang
secara normatif mendukung kegiatan kedermawanan sosial. Faktor pembeda itu adalah
terdapatnya instrumen pemaksa berupa kebijakan pemerintah. Melalui instrumen yang
bersifat imperatifini suka atau tidak suka, mau ataupun tidak mau, implementasi CSR
merupakan hal yang mandatory bagi BUMN. Bahkan sangat dimungkinkan bahwa potensi
pemberian donasi sosial perusahaan-perusahaan BUMN lebih besar dibandingkan perusahaan
swasta.
Peran sosial BUMN antara lain dituangkan melalui keputusan menteri BUMN Nomor
: Kep-236/MBU/2003. Keputusan yang dikeluarkan oleh menteri negara BUMN pada 17 Juni
2003 ini pada prinsipnya mengikat BUMN untuk menyelenggarakan program kemitraan dan
program bina lingkungan atau bisa disingkat dengan istilah PKBL.
Universitas Sumatera Utara
44
Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil
dalam bentuk pinjaman baik modal usaha maupun pembelian perangkat penunjang produksi
agar usaha kecil menjadi tanggung dan mandiri. Program kemitraan diberikan dalam bentuk
pinjaman untuk pembiayaan, modal kerja, pinjaman khusus yang biasanya bersifat jangka
pendek dan hibah untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi
serta penelitian. Yang jelas program ini menjadi sangat penting dalam konteks hubungan
antara BUMN dengan masyarakat. Sebab melalui skema program ini perusahaan BUMN
membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan masyarakat yang ada
disekitarnya.
Selain mengalokasikan dana tersendiri dan membentuk unit tersendiri untuk
melaksanakan program kemitraan dan bina lingkungan ini, hampir semua BUMN juga masih
mengalokasikan kontribusinya kepada masyarakat melalui departemen atau unit-unit lain,
baik unit struktural maupun unit non struktural. Tentu, dengan tambahan budgetnya masing-
masing. Semisal yang terjadi di PT Petrokimia Gresik, selain yang digelar oleh biro KBL
aktifitas tersebut juga dilakukan oleh Biro Humas, Biro Umum dan Sekretariat, Biro
Personalia, Biro Diklat, Biro Pemasaran, Biro Keamanan, Serikat Karyawan Petro Kimia
Gresik, Masjid Nurul Jannah Petro Kimia Gresik, BTM Nurul Jannah Petro Kimia Gresik dan
unit-unit lainnya.
2.4.Uraian Pengertian Persero
Persero adalah salah satu Badan Usaha yang dikelola oleh negara atau daerah.
Berbeda dengan Perum atau Perjan. Tujuan didirikannya persero yang pertama adalah
mencari keuntungan dan yang kedua memberi pelayanan kepada umum. Modal pendiriannya
Universitas Sumatera Utara
45
berasal sebagian atau seluruhnya dari kekayaan negara yang dipisahkan berupa saham-
saham.
Persero dipimpin oleh direksi. Sedangkan pegawainya berstatus sebagai pegawai
swasta. Badan usaha ditulis PT (nama perusahaan) (persero). Perusahaan ini tidak
memperoleh fasilitas negara. Jadi dari uraian diatas, ciri-ciri persero adalah :
a. Tujuan utamanya mencari laba (komersial).
b. Modal sebagian atau seluruhnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan
yang berupa saham-saham.
c. Dipimpin oleh direksi.
d. Pegawainya berstatus sebagai pegawai swasta.
e. Badan usahanya ditulis PT (nama perusahaan) (persero)
f. Tidak memperoleh fasilitas negara.
(http://id.wikipedia.org, 11 Juni 2014)
2.5. Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Definisi CSR menurut The World Business Council For Sustainable Development
(WBCSD) adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi
secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan
kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas
dan masyarakat secara lebih luas. Menurut widjaja (dalam Siagian, 2008) merumuskan
definisi tanggung jawab sosial perusahaan sebagai suatu kewajiban perusahaan untuk
merumuskan kebijakan, mengambil keputusan, dan melaksanakan tindakan yang memberikan
manfaat bagi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
46
Menurut Untung (2009), CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan
tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian
aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.
Wibisono (2007) menyatakan bahwa memang tidak bisa dipungkiri adanya anggapan
bahwa tanggung jawab sosial bukanlah aktifitas utama bagi pelaku bisnis. Fokus utama bisnis
adalah mendongkraklaba. Tapi tak sedikit kemudan yang mengakui perlunya tanggung jawab
sosial itu. Namun, sifatnya hanya instrumental. Maksudya, tanggung jawab sosial perusahaan
sebagai tujuan utama. Anggapan ini membawa perusahaan hanya sekadar sarana untuk
menggapai maksimalisasi profit sebagai tujuan utama. Anggapan ini membawa perusahaan
melihat tanggung jawab sosial sebagai aktifitas yang termasuk pada Jantung Hati kegiatan
bisnis, ironisnya dengan berbagai alasan, barangkali penganut aliran inilah yang dominan saat
ini.
Keberadaan perusahaan idealnya bermanfaat untuk masyarakat sekitar. Bahwa prinsip
dasar CSR adalah pemberdayaan masyarakat setempat yang notabene miskin agar terbebas
dari kemiskinan. Maka dari itu selain memberdayakan masyarakat, dari sisi perusahaan jelas
agar operasional berjalan lancar tanpa gangguan. Jika hubungan antara perusahaan dan
masyarakat tidak mesra, bisa dipastikan ada masalah. Pelaksanaan program CSR belum
sepenuhnya diterima oleh masyarakat. Itu disebabkan oleh minimnya perhatian perusahaan
terhadap pelaksanaan CSR. Dari uraian tersebut, tampak bahwa manfaat CSR bagi
perusahaan antara lain :
a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek (brand) perusahaan.
b. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.
c. Mereduksi risiko bisnis perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
47
d. Melebarkan akses sumberdaya bagi operasional usaha.
e. Membuka peluang pasar yang lebih luas.
f. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah.
g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
h. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
i. Meningkatkan semangat dengan regulator.
j. Meningkatkan semangat dan produktifitas karyawan.
k. Peluang mendapatkan penghargaan (Untung, 2009).
Kesukarelaan dalam konsep CSR bukan dipahami sebagai bisa memilih untuk
menjalankan atau tidak menjalankan, melainkan justru bagaimana menjalankan tanggung
jawab sosial itu di luar yang di atur dalam regulasi. Perencanaan CSR yang strategis akan
mampu menjadikan program ini sebagai investasi sosial untuk memperdayakan masyarakat,
agar mereka mampu seutuhnya menopang kehidupan ekonomi dan sosial secara mandiri,
bertahap dan berkelanjutan. Kontribusi CSR adalah kontribusi berkesinambungan terhadap
pembangunan ekonomi berkelanjutan, yaitu bekerja sama dengan karyawan, keluarga
mereka, kontribusi lokal, dan masyarakat luas untuk memperbaiki kualitas hidup dengan
cara-cara yang dapat di terima oleh bisnis dan juga pembangunan itu sendiri adalah nilai
dasar CSR.
Untung (2009) menyatakan bahwa terdapat tiga pilar untuk merangsang pertumbuhan
CSR yang mampu mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan, pertama, mencari
bentuk CSR yang refektif untuk mencapai tujuan yang di harapkan dengan memperhatikan
unsur lokalitas. Kedua, mengkalkulasi kapasitas sumberdaya manusia dan institusi untuk
merangsang pelaksanaan CSR. Ketiga, peraturan serta kode etik dalam dunia usaha. Pada
Universitas Sumatera Utara
48
akhirnya tiga pilar ini tidak mampu bekerja baik tanpa dukungan sektor publik untuk
menjamin pelaksanaan CSR oleh perusahaan sejalan dan seiring dengan strategi
pengembangan dan pembangunan sektor publik.
2.6. Konsep Good Corporate Governance (Pengelolaan Perusahaan yang Baik)
Konsep Good Corporate Governance antara lain menegaskan bahwa dalam
melakukan aktivitas ekonominya, perusahaan tidak hanya memiliki kewajiban ekonomi dan
hukum, tetapi segala aktivitas ekonominya harus pula didasarkan pada etika. Berdasarkan
pemikiran tersebut maka sekarang ini berkembang konsep etika perusahaan yang juga sering
dinamakan dengan etika bisnis. Konspe etika perusahaan oleh banyak pihak diperjuangkan
sebagai suatu panduan perilaku bagi pelaku usaha.Dalam perjuangannya, maka para
penggagas konsep etika perusahaan sangat mengharapkan para pelaku usaha kiranya dapat
dipandu untuk menjadi pelaku ekonomi yang bijaksana. Ukuran bijaksana menurut para
penggagas konsep Good Corporate Governance adalah bahwa para pelaku usaha dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang uruk, mana yang boleh dan mana yang tidak
boleh dilakukan dalam aktivitas ekonominya.
Gagasan perlunya penerapan Good Corporate Governance diilhami oleh kajian
tentang dampak dari sepak terjang para pelaku usaha yang sesunggunya muncul sebagai
jawaban terhadap persaingan yang makin ketat dalam dunia usaha. Harus diakui bahwa
persaingan di antara perusahaan-perusahaan makin ketat. Oleh karena itu seluruh elemen dari
suatu perusahaan harus dikerahkan dan diarahkan untuk mendukung perusahaan dalam
rangka pencapaian keuntungan sebesar-besarnya demi kebaikan perusahaan itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
49
Daniri (2006) menyatakan bahwa akibat dari persaingan yang makin ketat tersebut,
tentu sangat berpeluang bagi terjadinya pelanggaran asas-asas etika umum atau kaidah-kaidah
dasar moral, meliputi asas kewajiban untuk berlaku baik, asas kewajiban tidak melakukan
hal-hal yang dapat mengakibatkan kerusakan, asas menghormati martabat manusia dan asas
untuk berlaku adil.Dalam upaya mencegah pelanggaran terhadap asas-asas etika umum atau
kaidah-kaidah dasar moral tersebut, tentu diperlukan pengelolaan perusahaan yang baik.
Dengan perkataan lain, asas-asas yang dikembangkan dan dilaksanakan dalam pengelolaan
perusahaan yang baik merupakan rujukan bagi perilaku para pelaku usaha. Agar harapan
yang baik ini dapat terjadi maka konsep Good Corporate Governance dengan segala asas-
asasnya mestinya dimasukkan dalam kebijakan perusahaan dan implementasinya.Dalam
sepuluh tahun terakhir ini, konsep pengelolaan perusahaan yang baik telah berkembang
menjadi suatu gerakan yang sangat kerap dan senantiasa hangat diperbincangkan. Kenyataan
menunjukkan bahwa berbagai organisasi internasional, seperti IMF, Bank Dunia, APEC,
OECD, dan ADB semakin menggema dan keras dalam upaya mengkampanyekan
implementasi konsep pengelolaan perusahaan yang baik di perusahaan (Lembaga
Administrasi Negara,2004).
Dorongan yang terus-menerus bagi para pelaku usaha untuk mengimplementasikan
asas pengelolaan perusahaan yang baik di perusahaannya diasumsikan dilatarbelakangi oleh
berbagai masalah, seperti krisis keuangan yang terjadi di berbagai kawasan, antara lain
Mexico (1995) dan Thailand(1997) yang selanjutnya berkembang dan menjelma menjadi
krisis finansial Asia. Banyak pihak menilai bahwa krisis keuangan ini terjadi sebagai dampak
dari lemah atau buruknya implementasi asas pengelolaan perusahaan yang baik
(Tjager,2003).
Variabel lain yang ikut memberikan kontribusi atas peningkatan dorongan untuk
implementasi asas pengelolaan perusahaan yang baik di perusahaan adalah perkembangan
Universitas Sumatera Utara
50
industri pasar modal. Harus diakui pasar modal membuka peluang terjadinya berbagai bentuk
ketidakjujuran keuangan, berbagai kebijakan dan tindakan yang merugikan pemegang saham
dan seluruh pemangku kepentingan dan sebagainya. Akibatnya, banyak pihak menyatakan
bahwa fenomena yang oleh pelaku pasar modal menganggapnya sebagai gambaran dari fakta
sesungguhnya tidak menggambarkan dunia nyata.Tuntutan penerapan asas pengelolaan
perusahaan yang baik dalam praktik perusahaan serta perkembangan selanjutnya juga terkait
dengan aktivitas ekonomi para pemangsa yang saling bermusuhan. Keadaan tersebut makin
menuntut peningkatan implementasi asas check and balance di tingkat ekskutif perusahaan.
Lebih dari itu, tuntutan akuntabilitas yang semakin berkembang dalam pasar audit ikut
mendesak implementasi asas pengelolaan perusahaan yang baik pada perusahaan-
perusahaan.Akibat dari berbagai variabel yang memberikan dorongan pengelolaan
perusahaan yang baik, maka konsep pengelolaan perusahaan yang baik semakin berkembang
dari yang sebelumnya sebagai isu yang kurang diperhatikan menjadi isu utama dan
diperhatikan banyak pihak (Wibisono,2007).
Harus diakui bahwa hingga sekarang ini belum terdapat definisi atau batasan arti
berkenaan dengan konsep pengelolaan perusahaan yang baik. Dari berbagai literatur yang ada
antara lain dapat dirumuskan bahwa asas pengelolaan perusahaan yang baik adalah suatu
sistem dan sejumlah hukum yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang
berkepentingan, terutama dalam arti sempit, yaitu hubungan antara pemegang saham dengan
dewan komisaris serta dewan ekskutif perusahaan demi tercapainya tujuan dari perusahaan.
Sedangkan dalam arti luas, asas pengelolaan perusahaan yang baik mengatur hubungan antara
seluruh pemegang kepentingan, sehingga kepentingan seluruh mereka tersebut dapat
diwujudkan secara proporsional. Implementasi asas pengelolaan perusahaan yang baik dalam
perusahaan juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan mendasar
dalam perumusan dan implementasi strategi perusahaan. Di samping itu juga diharapkan
Universitas Sumatera Utara
51
dapat segera memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah terjadi selama ini, sehingga
dampak dari kesalahan itu tidak menggerogoti perusahaan dan berbagai pihak yang
berkepentingan.
Lebih rinci lagi, terdapat lima prinsip pengelolaan perusahaan yang baik oleh para
pelaku usaha dapat dijadikan sebagai acuan, yaitu :
1. Prinsip Keterbukaan (Transparency)
Prinsip ini menuntut keterbukaan atas informasi. Dalam kaitan ini, maka seluruh
perusahaan dituntut memiliki kerelaan dan kemampuan, memberikan informasi yang
lengkap, benar atau akurat dan tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan.
2. Prinsip Akuntabilitas (Accountability)
Prinsip ini menuntut perwujudan atas kejelasan berkenaan dengan fungsi, susunan,
sistem dan tanggung jawab tiap-tiap bagian yang ada dalam suatu perusahaan. Melalui
implementasi asas ini akan mampu diwujudkan kejelasan fungsi, hak, kewajiban dan
kekuasaan serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan
eksekutif perusahaan.
3. Prinsip Pertanggungjawaban (Responsbility)
Prinsip ini menegaskan bahwa perusahaan harus memiliki kepatuhan terhadap hukum
atau peraturan perundang-undangan yang sah atau berlaku sah, seperti kepatuhan atas hukum
yang perpajakan, hukum yang berkenaan dengan hubungan antara pelaku-pelaku industri dan
para pekerjanya, hukum berkenaan dengan kesehatan dan keselamatan kerja, hukum yang
berkenaan dengan perlindungan terhadap lingkungan, hukum yang berkenaan dengan
pemeliharaan hubungan yang harmonis dan saling mendukung antara pelaku-pelaku usaha
dan masyarakat dan lain-lain. Dengan demikian implementasi prinsip ini akan menyadarkan
para pelaku usaha bahwa dalam tiap-tiap operasional perusahaannya, mereka bukan hanya
Universitas Sumatera Utara
52
bertanggung jawabn kepada pemegang saham atau pemilik perusahaan, tetapi juga memiliki
tanggung jawab kepada seluruh pemangku kepentingan.
4. Prinsip kemandirian (Independency)
Prinsip ini menegaskan perlunya pengelolaan perusahaan secara profesional tanpa
adanya benturan-benturan kepentingan ataupun tekanan dan campur tangan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan berbagai hukum yang sah. Dengan demikian
profesionalisasi pengelolaan perusahaan merupakan harga mati, dan berbagai variabel yang
menghalanginya harus dihindarkan.
5. Prinsip Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)
Prinsip ini menuntut, bahwa dalam semua aktivitas ekonominya perusahaan harus
menghormati nilai-nilai keadilan, kepatutan atau kewajaran dalam memenuhi hak setiap
pemangku kepentingan dengan segala kepentingan masing-masing (Hasmadillah,2005).
Jika kita kaji secara lebih dalam berkenaan dengan prinsip-prinsip dalam pengelolaan
perusahaan yang baik, dapatlah kiranya kita pahami kaitan yang sangat erat antara
pengellolaan perusahaan yang baik dengan program tanggung jawab sosial perusahaan.
Secara lebih rinci dapat dipahami, bahwa dari lima prinsip yang dikembangkan dalam
pengelolaan perusahaan yang baik, dua diantaranya, yaitu prinsip pertanggungjawaban dan
prinsip keadilan, kepatutan atau kewajaran sangat erat kaitannya dengan konsep tanggung
jawab sosial perusahaan. Disebut demikian karena keduanya menuntut perusahaan untuk
senantiasa menyadari bahwa aktivitas ekonomi mereka sering mengakibatkan pihak di luar
perusahaan itu.Dampak negatif tersebut harus ditanggung oleh berbagai pemegang
kepentingan. Sebagai contoh, sebaik apapun teknologi yang digunakan oleh pabrik industri
bahan kimia, berbagai bentuk pencemaran pasti akan terjadi, dimana masyarakat setempat
Universitas Sumatera Utara
53
akan menanggung dampaknya. Oleh karena itu, wajarlah jika pelaku usaha juga
memperhatikan kepentingan dan manfaat atas kehadiran perusahaan itu bagi semua
pemegang kepentingan, terutama masyarakat setempat.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, penulis dapat menyimpulkan bahwa
implementasi tanggung jawab sosial perusahaan sekaligus merupakan implementasi prinsip-
prinsip yang dikembangkan dalam konsep pengelolaan perusahaan yang baik, demikian juga
sebaliknya. Kedua konsep ini sama-sama memandu pelaku usaha sebagai pihak yang
bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan. Lebih jauh lagi, pelaku usaha harus
tampil sebagai warga negara yang baik, yang sebenarnya merupakan tuntutan dari etika
perusahaan.
2.7. Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Payne (dalam Adi, 1997), suatu
pemberdayaan pada intinya ditujukan guna membantu klien untuk memperoleh daya untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan
diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan
tindakan. Hal ini di lakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya.
Shardlow (dalam Adi, 1998) menyatakan bahwa berbagai pengertian yang ada
mengenai pemberdayaan, pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, atau pun
komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Dalam kesimpulannya, shardlow
menggambarkan bahwa pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan
Universitas Sumatera Utara
54
gagasan Biestek (1961) yang di kenal di bidang pendidikan ilmu kesejahteraan dengan nama
self determination. Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa
yang harus ia lakukan dalam kaitannya dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi
sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari
depannya.Maka dapat di ambil kesimpulan bahwa pemberdayaan itu bukan hanya suatu
interpretasi, tapi bisa lebih dari suatu interprestasi (Multiple Interpretation), dimana
interprestasi yang satu dengan yang lainnya belum tentu sama. (Adi, 2008).
Horgan (dalam Adi, 2000 ) menggambarkan proses pemberdayaan yang
berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu :
1. menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan
(recall depowering/empowerment),
2. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (identify one problem or project),
3. Megidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan (identify
usuful power bases),
4. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimpementasikannya (develop and
impement action plans).
2.8. Teori Tanggung Jawab Sosial (Social Responsbility Theory)
Pada saat mendengar dan/atau membaca terminologi Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Corporate Social Responsbility/CSR) persepsi yang muncul adalah suatu
tanggung jawab perusahaan yang bersifat sukarela (voluntary) dan tidak ada sanksi yang
bersifat memaksa bagi para pihak yang tidak melaksanakannya. CSR terfokus pada aktivitas
perusahaan yang dituangkan dalam berbagai aktivitas sosial, seperti kedermawanan
Universitas Sumatera Utara
55
(philanthropy), kemurahan hati (charity), bantuan terhadap bencana alam, dan kegiatan sosial
lainnya. Dengan kata lain CSR tersebut tidak lebih dari morality saja, padahal CSR itu
tidak sesederhana makna yang timbul dari persepsi yang terbentuk dalam mainstream pelaku
usaha selama ini.Pada dasarnya konsepsi terhadap tanggung jawab sosial tidak jauh berbeda
dengan konsep tanggung jawab pada umumnya. Perbedaan hanya terletak pada sudut
pandangnya saja. Teori tanggung jawab lebih menekankan pada makna tanggung jawab yang
lahir dari ketentuan peraturan perundang-undangan, sehingga teori tanggung jawab lebih
dimaknai dalam arti liability. Sedangkan teori tanggung jawab social (social responsbility
theory) sendiri lahir dari kebebasan positif yang menekankan tanggung jawab dalam makna
responsbility. Filosofi utama dari teori tanggung jawab sosial sungguh radikal, karena
membatasi kebebasan dalam makna positif. Tapi dalam praktiknya teori ini sangat familiar,
karena responsbility sendiri berarti keadaan yang dapat dipertanggungjawabkan, di mana
keadaan yang dipertanggungjawabkan itu membutuhkan campur tangan negara, sebagaimana
yang ditunjukkan dalam sejarah kaum libertarian.
AG. Eka Wenast Wuryana dalam tulisannya tentang teori tanggung jawab sosial
menegaskan bahwa kebebasan positif adalah poros konseptual tempat berkembangnya
tanggung jawab sosial. Tulisan ini sendiri didasarkan pada pemikiran Zechariah Chafee
dalam bukunya yang berjudul Goverment and Mass Communication yang diterbitkan pada
tahun 1947, di mana Chafee menjelaskan bahwa implikasi hukum dari kebebasan positif
dengan menggambarkan pada penekannya terhadap hak-hak dan kecurigaannya terhadap
tindakan pemerintah dalam konteks tradisi liberal. Selain itu, Eka Wernast juga mengutip
tulisan Roberto Mangabeira Unger yang menyatakan bahwa dalam masyarakat pasca-
liberal, organisasi-organisasi swasta semakin diakui dan dipandang sebagai lembaga yang
memiliki kekuasaan, padahal menurut doktrin tradisional kekuasaan dipandang sebagai hak
Universitas Sumatera Utara
56
prerogatif pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan memiliki tanggung jawab utama untuk
menentukan dan menerapkan standar tanggung jawab sosial, tapi prosesnya harus sistematis
dan sejalan dengan usaha-usaha masyarakat, konsumen, dan pemerintah.
Azheri (2012) menyatakan bahwa bila dikaitkan teori tanggung jawab sosial dengan
aktivitas perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa tanggung jawab sosial lebih menekankan
pada keperdulian terhadap kepentingan stakeholders dalam arti luas dari pada sekadar
kepentingan perusahaan belaka. Dengan demikian, konsep tanggung jawab sosial lebih
menekankan pada tanggung jawab perusahaan atas tindakan dan kegiatan usahanya yang
berdampak pada orang-orang tertentu, masyarakat, dan lingkungan di mana perusahaan
tersebut melakukan aktivitas usahanya. Secara negatif hal ini bermakna bahwa perusahaan
harus menjalankan aktivitas usahanya sedemikian rupa sehingga tidak berdampak negatif
pada pihak-pihak tertentu dalam masyarakat. Sedangkan secara positif hal ini mengandung
makna bahwa perusahaan harus menjalankan kegiatannya sedemikian rupa, sehingga dapat
mewujudkan masyarakat yang lebih baik dan sejahtera. Dan untuk itu harus ada regulasi
sebagai acuan penerapan CSR.
2.9 Kerangka Pemikiran
Tanggung jawab sosial kini menjadi perhatian utama perusahaan dalam menerapkan
Good Corporate Governance. Perusahaan tidak berdiri di ruang steril akan tetapi berdiri di
atas pertemuan sejumlah kepentingan, seperti kepentingan bisnis perusahaan itu sendiri serta
yang paling utama kepentingan lingkungan dan sosial masyarakat sekitar. Hal ini mendorong
pemerintah melalui UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN agar mendorong perusahaan-
perusahaan BUMN menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan
Universitas Sumatera Utara
57
melalui program kemitraan. PTPN III merupakan salah satu BUMN yang menjalankan
tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan melalui Program Kemitraan.
Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil
dalam bentuk pinjaman baik untuk modal usaha maupun pembelian perangkat penunjang
produksi agar usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri. Program kemitraan di berikan dalam
bentuk pinjaman untuk pembiayan, modal usaha, pinjaman khusus yang biasanya bersifat
jangka pendek dan hibah untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran,
promosi serta penelitian melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.Bentuk Program
Kemitraan yang dilakukan berupa penyaluran pinjaman lunak bergulir untuk modal kerja
investasi para usaha kecil dan koperasi (mitra binaan). Penyaluran kredit lunak bergulir
dengan tingkat suku bunga 6% per tahun dari limit pinjaman (sesuai peraturan Menteri neg-
ara BUMN No : Per.05/MBU/07 tanggal 27 April 2007). Dana pembinaan kemitraan yang di
salurkan melalui program kemitraan di tujukan kepada mitra binaan yang telah dan masih
terdaftar dalam program kemitraan. Penyalurannya diberikan dengan pelatihan serta
pemagangan yang nantinya akan bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan manajerial
dan teknik produksi/pengolahan, meningkatkan pengendalian mutu produksi, meningkatkan
pemenuhan standarisasi teknologi, meningkatkan rancang bangun dan perekayasaan.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan seperti apakah dampak program kemitraan
PTPN III dapat menunjang sosial ekonomi mitra binaan melalui bantuan pinjaman lunak
untuk modal usaha kecil. Diharapkan melalui program kemitraan ini dapat menjembatani
hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat pada umumnya dan mitra
binaan pada khususnya.Untuk memudahkan dan mengarahkan penelitian ini maka penulis
menyusun skema kerangka pemikiran yang di sajikan pada gambar.1.1.
Universitas Sumatera Utara
58
2.10.Hipotesis
Secara etimologi istilah hipotesis berasal dari bahasa latin, yang terdiri dari dua kata,
yaitu hipo yang berarti sementara dan these yang berarti pernyataan. Dengan demikian secara
sederhana hipotesis dapat di artikan sebagai pernyataan sementara. Kerlinger (dalam siagian,
2011) mengemukakan bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan sementara yang menyatakan
hubungan antara dua atau lebih variabel. Hipotesis harus dirumuskan dalam bentuk
pernyataan.
Menurut Siagian (2011) hipotesis yang baik harus menyatakan hubungan yang jelas
dan tegas antara dua atau lebih variabel dan juga membenarkan, bahkan memerlukan
pengujian atas kebenaran pernyataan yang dirumuskan. Maka dapatlah kita simpulkan bahwa
hipotesis adalah suatu pernyataan yang menegaskan hubungan antara dua atau lebih variabel
dimana pernyataan tersebut merupakan jawaban yang bersifat sementara atas masalah
Program Kemitraan :
1. Penyaluran kredit lunak bergulir dengan tingkat suku bunga 6%
2. Pendidikan 3. pelatihan 4. pemagangan 5. pemasaran
Sosial Ekonomi Mitra Binaan :
1. Kesehatan 2. Konsumsi Bahan
Makanan 3. Pendidikan 4. Perumahan 5. Sandang 6. Rekreasi 7. Lingkungan 8. Kebebasan Manusia
Universitas Sumatera Utara
59
penelitian. Selain itu hipotesis adalah arahan sementara untuk menjelaskan fenomena yang
diteliti.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada pengaruh program kemitraan terhadap sosial ekonomi warga binaan PTPN III
Sub Area Medan
Ho : Tidak ada pengaruh program kemitraan terhadap sosial ekonomi warga binaan PTPN
III Sub Area Medan
2.11. Definisi Konsep dan Operasional
2.11.1. Definisi Konsep
Menurut Siagian (2011) konsep adalah proses dan upaya penegasan dan pembatasan
makna konsep dalam suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna
konsep yang di jadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan
membatasi konsep-konsep yang di teliti.Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring para
pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep sesuai dengan yang di inginkan dan di
maksudkan oleh peneliti, jadi definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu
konsep yang di anut dalam suatu penelitian. Untuk lebih memahami pengertian mengenai
konsep-konsep yang akan di gunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan
sebagai berikut :
1. Pengaruh dalam penelitian ini didefinisikan sebagai hubungan sebab akibat yang
ditimbulkan oleh dua hal sehingga pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu
yang dapat menyebabkan sesuatu terjadi .
Universitas Sumatera Utara
60
2. Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil
agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN
3. Sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kondisi dimana masyarakat sendiri
yang menjadi penentu dan peran yang dimilikinya dalam kehidupan bersama yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan antara lain kesehatan, konsumsi bahan
makanan dan gizi, pendidikan, perumahan, sandang, rekreasi, jaminan sosial dan
kebebasan manusia.
4. Mitra binaan adalah orang yang memiliki usaha kecil yang mendapat pinjaman
dari program kemitraan.
2.11.2. Definisi Operasional
Menurut Siagian (2011) operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan definisi
konsep. Jika perumusan definisi konsep di tujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman
tentang konsep-konsep, baik berupa objek, pariwisata maupun fenomena yang di teliti, maka
perumusan operasional ditujukan dalam upaya transformasi konsep kedunia nyata sehingga
konsep-konsep penelitian dapat diobservasi.
Adapun yang menjadi definisi operasional dalam pengaruh program kemitraan
terhadap sosial ekonomi warga binaan PTPN III Sub Area Medan setelah mendapat program
tersebut dapat diukur melalui indikator sebagai berikut :
a. Variabel bebas (X).
Universitas Sumatera Utara
61
Secara sederhana variabel bebas independent variabel dapat didefinisikan sebagai
variabel atau kelompok atribut yang mempengaruhi atau memberikan akibat terhadap
variabel atau kelompok atribut lain. Ada kaanya variabel bebas itu disebut dengan variabel
pengaruh. Biasanya untuk variabel bebas diberikan simbol x, sehingga sering disebut
variabel x (Siagian, 2011). Variabel bebas (x) dalam penelitian ini adalah program kemitraan.
Indikatornya adalah :
1. Penyaluran pinjaman
Melalui penyaluran pinjaman yang diberikan PTPN III untuk modal usaha yang
kebanyakan mitra binaannya adalah usaha kecil, bertujuan agar menjadi usaha yang
tangguh dan mandiri serta meningkatkan pendapatan usahanya.
2. Pembinaan kemitraan
Pembinaan yang diberikan PTPN III kepada mitra binaannya bertujuan untuk menambah
wawasan, meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan di bidang kewirausahaannya
sehingga dapat meningkatkan pula keterampilan manajerial, diharapkan dapat
meningkatkan produksi usaha mitra binaan.
b. Variabel bebas (Y)
Variabel terikat dependent variabel secara sederhana dapat diartikan sebagai variabel
yang dipengaruhi oleh variabel lain. Melihat kedudukannya, maka variabel terikat sering
juga disebut variabel terpengaruh. Biasanya untuk variabel terikat ini diberi notasi y.
Sehingga disebut sebagai variabel y (Siagian, 2011). Variabel terkait (y) dalam penelitian
ini adalah sosial ekonomi mitra binaan. Pendekatan indikator sosial ekonomi dalam
Universitas Sumatera Utara
62
penelitian ini melalui pendekatan konsumsi atau kebutuhan dasar manusia yang dikaitkan
dengan usaha mitra binaan yang dijalankan.Indikatornya adalah :
1. Kesehatan : Kemampuan untuk memberikan jaminan kesehatan terhadap keluarga,
indikatornya adalah kemampuan untuk membeli obat-obatan dan kemampuan untuk
berobat ke rumah sakit, puskesmas, maupun pengobatan tradisional.
2. Konsumsi bahan makanan : Kebutuhan tubuh akan asupan karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral, indikator yang dipakai adalah kecukupan kebutuhan pangan dan
rata-rata konsumsi mitra binaan.
3. Pendidikan : Kualitas pendidikan anak dilihat dari kemampuan serta akses untuk
mengenyam dan memperoleh proses pendidikan sekolah, penyelenggara pendidikan
sampai jenjang pendidikan tinggi dengan ukuran kemampuan menyekolahkan anak.
4. Perumahan : Bangunan maupun hunian yang dijadikan tempat tinggal dalam jangka
waktu tertentu sebagai tempat beristirahat dan berkumpulnya keluarga, indikatornya
adalah milik sendiri atau rumah kontrakan.
5. Sandang : Kebutuhan pakaian dilihat dari kemampuan membeli pakaian, indikatornya
adalah waktu membeli pakaian dan rentan waktunya
6. Rekreasi :Kegiatan untuk penyegaran kembali, beristirahat dari aktifitas rutin yang
dikerjakan setiap hari untuk mengisi waktu senggang, indikatornya adalah rentan
waktu pergi berlibur selama setahun.
Universitas Sumatera Utara
63
7. Lingkungan : Tempat tinggal yang tepat tentunya akan mendukung kesejahteraan
masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut dan sebaliknya, indikator yang dipakai
adalah rasa aman, nyaman dan akses lingkungan.
8. Kebebasan Manusia :Dalam menentukan pilihan manusia ditentukan oleh faktor-faktor
diluar kemampuannya sendiri, seperti halnya pembauran kondisi sosialnya, sedang
pada satu sisi manusia secara otonom juga ikut menentukan tindakannya. Indikator
yang dipakai adalah kebebasan menjalankan usaha, interaksi antara manusia,
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara