Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan referensi berikut ini disajikan beberapa penelitian seblumnya
yang memiliki kaitan dengan penelitian, yaitu terkait dengan gaya kepemimpinan
dan budaya organisasi terhadap kinerja diantaranya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Penelitian
Terdahulu
Keterangan
1. Judul
Penelitian
Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya
Organisasi terhadap Kinerja Karywan Kantor BPJS
Ketenagakerjaan Kota Tasikmalaya
Peneliti Heri Herdiana (2016)
Alat
Analisis
Alat analisis yang digunkan analisis jalur (Path
Analisis)
Hasil
Penelitian
- Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
bepengaruh secara simultan terhadap kinerja
karyawan
- Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan.
2. Judul
Penelitian
Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya
Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada
Seketariat Derah Kabupaten Temanggung.
Peneliti Ester Dwi Warni (2014)
Alat
Analisis
- Analisis linier berganda.
- Uji F, Uji T
Hasil
Penelitian
- Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan di Seketariat Daerah
Kabupaten Temanggung.
- Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
kinerja Karyawan Seketariat Daerah Kabupaten
Temanggung.
3. Judul
Penelitian
Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi
Terhadap Kinerja Karyawan PT.Bank Negara
Indonesia (Regional Sales Manado)
13
Lanjutan tabel 2.1
No Penelitian
Terdahulu
Keterangan
Peneliti Bryan Johannes Tampi (2014)
Alat Analisis - Analisis linier berganda
- Uji t dan Uji F
Hasil
Penelitian
- secara parsial gaya kepemimpinan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan.
- secara simultan gaya kepemimpinan dan
motivasi berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja karyawan.
4. Judul
Penelitian
Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja
Karyawan pada Hotel Travellers Suites Medan
Peneliti Lasri Bakara & Sukiswo (2015)
Alat Analisis - Regresi Linier Sederhana
- Uji Parsial t
Hasil
Penelitian
Gaya Kepemimpinan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan Hotel
Travellers Suite Medan.
5. Judul
Penelitian
Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja
Karyawan dan Kepuasan Kerja Karyawan pada
Terminal Penumpang Umum di Surabaya.
Peneliti Soedjono (2005)
Alat Analisis - Analisis Structural Equation Modelling (SEM)
Hasil
Penelitian
- Budaya Organisasi berpengaruh signifikan dan
positif terhadap kinerja Karyawan.
- Budaya organisasi melalui kinerja Karyawan,
tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja
karyawan.
6. Judul
Penelitian
Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Pegawai Pada PT.PLN (PERSERO) Wilayah
SULSERABAR.
Peneliti Parmitasari, Abdullah, & Nirwana ( 2017)
Alat Analisis
- Regresi Linier berganda
- Uji Hipotesis
- Uji T
Hasil
Penelitian
Variabel Budaya Organisasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja pegawai.
Sumber : Penelitian Terdahulu
14
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2.1 diatas, penulis menemukan
persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini.
Beberapa acuan jurnal terdahulu peneliti saat ini akan membandingkan,
membuktikan dan melanjutkan hasil dari penelitian yang sudah dilakukan
terdahulu. Terdapat kesamaan variabel bebas dan variabel terikat yang
diangkat dalam penelitian saat ini yaitu gaya kepemimpinan dan budaya
organisasi serta kinerja pegawai. Penelitian (Warni, 2014), (Bakara &
Sukiswo, 2015), (Parmitasari dkk., 2017) , dan (Tampi, 2014) dengan peneliti
sama-sama menggunakan alat analisis linier berganda, namun berbeda dengan
penelitian yang dilakukan (Herdiana, 2016) dan (Soedjono, 2005) dimana
penelitian tersebut menggunakan alat analisis jalur (Path Analisis) dan SEM
(Structural Equation Modelling).
Perbedaan yang terdapat dalam penelitian saat ini dan peneliti
terdahulu diantarannya adalah Objek penelitian, lokasi, dan sampel. Peneliti
mengambil objek penelitian pada kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tuban
serta indikator yang digunkaan dalam setiap masing-masing variabel
penelitian. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 65
pegawai dan menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Dalam hal ini
posisi peneliti sebagai peneliti lain yang memanfaatkan hasil penelitian
sebelumnya untuk dijadikan sebagai bahan refrensi atau acuan dalam
pengerjaan penelitian ini.
15
B. Tinjauan Teori
1. Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Bangun (2012:231) menyatakan bahwa kinerja adalah
pencapaian hasil kerja seseorang berdasarkan persyaratan-persyaratan
pekerjaan (job requirment) sebagai suatu pekerjaan yang mempunyai
persyaratan tertentu untuk mendapatkan tujuan perusahaan demi
kemajuan perusahaannya. Menurut Mangkunegara (2000:67) kinerja
adalah hasil pencapaian kerja seseorang pegawai secara kualitas dan
kuantitas dalam melaksankaan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.
Menurut Wirawan (2013:732) menjelaskaan bahwa konsep
kinerja memiliki singkatan dari kinetika energy kerja Performance ,
kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh seseorang pelaku pekerja
berdasarkan fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan
maupun profesi yang dilakukannya. Kinerja digunakan sebagai
patokan perusahaan atau organisasi mengenai pengeluaran, fungsi-
fungsi manajemen, dan output dari perusahaan.
Dari pernyataan pendapat diatas peneliti mengambil
kesimpulan bahwa kinerja adalah hasil kerja seseorang secara kualitas
dan kuantitas dalam waktu tertentu yang sesuai dengan batasan
standar yang sudah ditetapkan oleh perusahaan atau organisasi, dalam
rangka melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
16
telah dibebankan kepadanya sehingga kinerja pegawai akan dievaluasi
apakah dalam melaksanakan pekerjannya mereka dapat memenuhi
standart kerjanya atau tidak.
b. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Hasibuan (2006:94) menjelaskana bahwa ada 3 faktor
penting pada kinerja yang dilakukan oleh seorang pekerja yaitu, minat
dan kemampuan pekerja, penerimaan atas penjelasan delegasi tugas
dan peran serta tingkat motivasi yang dimiliki seorang pekerja.
Kinerja suatu organisasi dipengaruhi yang datangnya dari dalam
organisasi (faktor internal) maupun dari luar organisasi (faktor
eksternal) yang mengarah pada persoalan kualitas para pegawai yang
dimiliki suatu organisasi, dan ada yang mempersoalkan mekanisme
kerja, budaya orgnisasi, dan sikap pada kepemimpinan yang terjadi
pada suatu organisasi.
Menurut Mahmudi (2005:21) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan, sebagai berikut:
1) Faktor Individu, meliputi: pengetahuan, keterampilan, kemampuan,
motivasi, dan komitmen yang wajib dimiliki oleh setiap individu.
2) Faktor kepemimpinan, meliputi: seberapa besar seorang pemimpin
dapat memberikan semangat dan dorongan, arahan, serta dukungan
yang diberikan kepada pegawai.
17
3) Faktor Tim, meliputi : seberapa besar pengaruh yang diberikan
kepada tim sehingga terciptannya tim kerja yang kompak pada
sebuah organisasi.
4) Budaya, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur
yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap
sesama anggota tim, dan kekompakan tim.
5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi : tekanan target kerja
yang menantang dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.
c. Indikator Kinerja
Standart pekerjaan dapat dijadikan dasar penilaian pekerjaan
agar memudahkan penilaian kinerja pada setiap pekerjaan. Standart
pekerjaan harus dapat diukur dan dipahami secara jelas. Menurut
Bangun (2012:234) ukuran-ukuran yang dapat digunakan dalam
mengukur kinerja adalah sebagai berikut :
1) Kualitas Kerja
Kualitas kerja adalah suatu hasil yang bisa diukur dari
tingkat efisiensi dan efektivitas seorang karyawan dalam
melakukan suatu pekerjaan yang didukung oleh sumber daya
lainnya dalam mencapai tujuan umum perusahaan.
2) Kuantitas Kerja
Kuantitas kerja adalah jumlah kerja yang dihasilkan oleh
individu atau kelompok dalam satu periode tertentu yang dapat
18
dilihat dari hasil terpenuhnya target dalam melaksanakan tugas
sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan.
3) Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu adalah tingkat efektivitas diselesaikan
pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi
dengan hasil output atau jenis pekerjaan tertentu yang
diselesaikan tepat waktu.
2. Gaya Kepemimpinan
a. Pengertian gaya kepemimpinan
Menurut Yukl (2009:3) kepemimpinan adalah kemampuan
individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain
mampu memberikan kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan
organisasi. Menurut Thoha (2013:51) gaya kepemimpinaan
merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat
orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti
yang dia lihat.
Dari pengertian diatas dapat dismpulkan bahwa gaya
kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang leader
yang mampu mengarahkan, mempengaruhi, dan mengendalikan bawahan
atau anggotanya untuk bisa melakukan sesuatu pekerjaan dalam mencapai
suatu tujuan tertentu yang sudah direncanakan.
19
b. Teori Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan mengacu pada kecenderungan perilaku dan
tindakan yang dipegang oleh pimpinan. Hal ini mengarah pada gaya
kepemimpinan individu dan bagaimana hal itu berdampak pada
anggotanya. Menurut Yukl (2009:13-14) mengungkapkan tiga pendekatan
pada karakter kepemimpinan yaitu :
1) Pendekatan ciri (The Characterictic Theory)
Pendekatan ciri menekakan pada sifat pemimpin seperti
kepribadian, motivasi, nilai, dn ketrampilan yang menetukan
efektivitas pemimpin, asumsi yang digunakan beberapa orang
memepunyai bakat memimpin yang tercemin dari ciri tertentu
yang tidak dimiliki oleh orang lain. Pendekatan ciri berusaha
menemukan berbagai ciri menjamin keberhasilan pemimpin.
2) Pendekatan perilaku (Behavioral Theories approach)
Behavioral approach merupakan pendekatan yang
berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan
pemimpin yang bersangkutan, dimana sikap dan gaya yang
diterapkannya itu tampak dalam kegiatan sehari-hari. Adapun
yang termasuk dalam pendekatan perilaku kepemimpinan :
1) Studi-studi Kepemimpinan Ohio State
Menurut Yukl (2009:62), Penelitian dari Ohio State
University telah mendominasi dan menjadi sasaran utama
pada sebuah penelitian tentang perilaku kepemipinan yang
20
efektif. Analisis faktor dari beberapa jawaban kuisioner yang
memberi indikasi bahwa para bawahan memandang perilaku
atasannya pertama-tama dalam kaitannya dengan dua dimensi
atau yang sering disebut dengan “Consideration” dan
“Initiating Structure”. Keduanya adalah kategori yang
memiliki artian luas mengenai jenis-jenis perilaku yang
spesifik.
Consideration memiliki arti pada hubungan
interpersonal dengan karakteristik pemimpin yang
menunjukkan sikap bersahabat, selalu mendukung dan
berusaha untuk memnuhi apa yang menjadi kebutuhan
bawahannya untuk mencapai tujuan bersama.
Initiating Structure (Membentuk struktur) adalah
Pemimpin mengorganisasikan dan mengidentifikasi
hubungan - hubungan didalam kelompok, cenderung
membuat pola organisasi dengan membagi tanggung jawab
dan peran antara pemimpin dan bawahannya.
2) Studi Universitas Michigan
Kepemimpinan yang dilakukan pada pusat riset
Universitas of Michigan, dengan sasaran: karateristik
perilaku kepemimpinan yang tampaknya dikaitkan dengan
ukuran keefektifan kinerja. Menurut Yukl (2009:65) Ada dua
gaya kepemimpinan yang berbeda job-centered pemimpin
akan berorientasi pada pekerjaan/tugas menerpakan
21
pengawasan sehingga bawahan melakukan tugasnya dengan
menggunakan prosedur yang telah ditentukan.
employee centered yang berorientasi pada karyawan,
yaitu mendelegasikan pengambilan keputusan pada bawahan
dan membantu pengikutnya dalam memuaskan kebutuhannya
dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang sportif.
3) Pendekatan Situasional
Pendekatan situasional menekankan pentingnya faktor
kontekstual yang mempengaruhi proses kepemimpinan. Variabel
situasional yang penting adalah pendekatan kepemimpinan yang
mendorong pemimpin memahami perilakunya sendiri dengan
kondisi situasi. beberapa model kepemimpinan pendekatan
situasional yaitu :
a) Model kontigensi kepemimpinan dari fiedler (Fiedler
Contigency Model), yaitu model kepemimpinan yang
mengembangkan dan memberikan postulat bahwa kinerja
kelompok bergantung pada interaksi antar gaya
kepemimpinan dan keuntungan situasional yang terdiri dari
tiga faktor yang menentukan tingkat keuntungan situasioanal
dari seorang pemimpin yaitu : Hubungan pemimpin dan
pengikuy, struktur tugas dan kekuatan posisi.
22
b) Teori Situasional Hersey dan Blanchard
Dimana situasional hersey dan blancard memusatkan
perhatian pada para pengikutny. kepemimpinan yang berhasil
dicapai dengan memilih gaya kepemimpinan yang tepat.
Teori ini menggunakan penelitian Ohio State University
untuk mengembangkan empat gaya kepemimpinan yang di
pakai yaitu : mengarahkan (telling), menjual (selling),
menggalang partisipasi (participating), dan mendelegasikan
(delegating).
c) Teori Jalur-Tujuan Robert House (House’s Path Goal
Theory)
teori perilaku seorang pemimpin yang dapat diterima baik
oleh bawahan sejauh mereka pandang sebagai suatu sumber
dari atau kepuasan segera atau kepuasan masa depan.
Pengembangan teori ini memiliki 4 gaya perilaku yang terdiri
dari : direktif, suportif, partisipatif, dan berorientasi
pencapaian. Sedangkan tiga sikap bawahan yang terdiri dari :
kepuasan kerja, penerimaan terhadap pemimpin, dan harapan
mengenai hubungan kinerja.
c. Macam-macam gaya Kepemimpinan
Tingkat keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi
anggotannya banyak dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang tepat
dalam memimpin para pengikutnya. Wirawan (2013:380)
23
mengemukakan ada 5 tipe kepemimpinan diakui keberadaannya
secara luas adalah sebagai berikut :
1) Tipe otokratik
Dalam konteks gaya kepemimpinan ini pemimpin mempunyai
kekuasaan penuh sedangkan para pengikutnya tidak mempunyai
kebebasan untuk menggunakan kekuasaannya, semua pembuatan
keputusan kebijakan dan pelaksanaan aktivitas operasional
sepenuhnya dilakukan oleh pemimpin.
2) Tipe Kendali Bebas atau Laissez Faire
Tipe kepemimpinan Laissez Faire atau sering disebut dengan tipe
kepemimpinan terima beres, buakan berarti tipe kepemimpinan ini
tanpa adanya pemimpin, melainkan pemimpin tetap ada dan
diperlukan akan tetapi peranannya minimal. Gaya kepemimpinan
seperti ini banyak diterapkan pada lembaga teknologi tinggi (high-
tech organization).
3) Tipe Paternalistik
Gaya kepemimpinan paternalistik keberadaan pemimpin di dalam
suatu oraganisasi akan dianggap sebagai orang tua dan pengikut
sebagai anak-anak yang perlu dibimbing ke arah kedewasaan.
Hubungan antara pemimpin dapat dalam bentuk mentor dan
protege. Terjadinya komunikasi dua arah, dari atas memberikan
petunjuk dan dari bawah menanyakan apa yang harus dilakukan,
bagaimana dan kapan melakukannya.
24
4) Tipe Partisipatif
Gaya kepemimpinan partisipatif merupakan gaya yang terletak di
tengah-tengah dimana jumlah kekuasaan dan kebebasan untuk
mengunakan kekuasaan pemimpin dan para pengikut sama besar.
pemimpin dan para pengikutnya harus berpatisipasi secara aktif
dalam menyususn, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
5) Tipe Demokratik
Tipe demokratik adalah jumlah kekuasaan dan kebebasan untuk
menggunakannya para pengikut lebih besar daripada pemimpin
mereka. Pemimpin tidak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan
para pengikutnya sama halnya pembuatan keputusan mengenai
visi, misi, strategi, tujuan dilakukan oleh para pengikut dibantu
dengan pemimpin.
d. Indikator gaya kepemimpinan
Teori yang menyatakan bahwa ada dua dimensi perilaku
kepemimpinan yang dilakukan oleh para peneliti dari University of
Michigan. Pandangan tentang kedua perilaku kepemimpinan terhadap
pegawai, banyak yang menidentifikasi adanya dua gaya
kepemimpinan denga teori perilaku kepemimpinan (Behavioral
Theories Of Leadership) mengenai teori yang dilakukan oleh
universitas Michigan menurut Wahjono (2012:270) yaitu :
1) Orientasi Tugas, dimana sikap pemimpin pada berorientasi tugas
memiliki sikap mengarahkan, mengawasi bawahan untuk
25
menjamin bahwa tugas yang diberikan dilaksanakan dengan baik
sesuai dengan yang diintruksikan.
a) Memberikan Petunjuk
b) Pengawasan pada Pekerjaan
c) Menekankan pada pelaksanaan tugas
2) Orientasi Hubungan, merupakan sikap pemimpin yang mencoba
lebih dekat dengan anggotanya dengan memberikan motivasi,
karyawan di dorong untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan
memberikan kesempatan kepada anggotannya dalam pembuatan
keputusan, serta menciptakan hubungan baik dan percaya kepada
bawahan.
a) Memberikan motivasi
b) Keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan
c) Sifat percaya kepada bawahan
e. Fungsi Gaya Kepemimpinan
Menurut (Wirawan, 2014) seorang pemimpin yang sangat
diharapkan pada suatu organisasi secara umum kepemimpinan
memiliki pola dasar yang sama dan dapat berperan sebagai berikut :
1) Menciptakan Visi
Pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk menciptakan
visi. Terciptanya visi yang dibuat pemimpin akan menciptakan
jembatan penting untuk menyebrang dari masa kini ke masa yang
26
akan datang sehingga para pengikut akan tergerak untuk
menciptakan suatu perubahan ke arah masa depan yang baik.
2) Menciptakan Sinergi
Seorang pemimpin memiliki tugas penting untuk
mempersatukan, membangun, dan memastikan hubungan kerjasama
yang produktif. Pemimpin juga wajib memberikan konstribusinya
untuk mencapai tujuan orgnisasi yang akan dicapai.
3) Menciptakan Perubahan
Seorang pemimpin sebagai agen perubahan pada lingkungan
internal dan menciptakan perubahan secara terus-menerus.
Sehingga pemimpin diindikasikan sebgai orang yang cerdik dan
mampu menciptakan terobosan (breakthrough) meninggalkan
masa lalu menuju masa depan yang lebih baik.
4) Mengembangkan Budaya Organisasi
Visi pemimpin hanya dapat terealisasi jika para pengikut
berpikir, bersikap dan berperilaku tertentu, mempunyai
kemampuan dan kemauan bergerak untuk merealisasikan visi.
Peran pemimpin dalam mengembangkan budaya organisasi perlu
dilakukan karena dalam hal ini sistem sosial atau organisasi yang
dipimpin dan beranggotakan para pengikut akan meniru sikap dan
perilaku apa yang dilakukan oleh pimpinannya.
27
5) Memotivasi Para Pengikut
Kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin sebagian besar
teori kepemimpinan menyatakan bahwa fungsi dan tugas
pemimpin adalah memotivasi diri sendiri dan para pengikutnya.
Memotivasi para pengikut merupakan upaya yang memerlukan
pemikiran sistematis dan bagaimana cara pemimpin memberikan
motivasi kepada pengikut atau pegawai.
3. Budaya Organisasi
a. Pengertian Budaya Organisasi
Menurut Robbins & Judge (2015:355) suatu sistem
seperangkat karakteristik utama yang dianut bersama oleh anggota-
anggota yang membedakan organisasi itu dengan organisasi-
organisasi lain. Menurut Kreitner dan Kinicki (2005:79), budaya
organisasi adalah suatu wujud anggapan yang dimiliki dan diterima
secara implisit kelompok kemudian menentukan bagaimana kelompok
tersebut merasakan dan bereaksi terhadap lingkungan yang beraneka
ragam.
Budaya yang kuat akan mengikat anggota kelompok orgnisasi
menjadi kesatuan pandangan dan menciptakan keseragaman etika
berperilaku sehingga akan merasakan manfaat dan kontribusi bagi
efektivitas dalam organisasi. Budaya organisasi yang kuat maka akan
menciptakan suatu kondisi lingkungan yang kondusif dan juga dapat
meningkatkan kualitas pekerjaan yang berkelanjutan.
28
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas maka penulis
menarik kesimpulan bahwa budaya organisai merupakan falsafah,
ideology, nilai-nilai, anggapan, keyakinan, dan norma-norma yang
dimiliki bersama. Sebuah cara mengenali bagaimana orang-orang
berperilaku dalam organisasi dan melakukan suatu hal apa yang
dilakukannya dan membedakan ciri budaya organisasi tersebut dari
organisasi-organisasi lainnya. Selain itu, budaya organisasi bertujuan
untuk membentuk perilaku seseorang sehari-hari pada instansi
pemerintahan daerah dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan.
b. Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Robbins dalam (Wibowo, 2010:51) fungsi budaya
organisasi sebagai berikut :
1) Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi
dengan organisasi lain.
2) Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota
organisasi.
3) Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang
lebih luas daripada kepentingan diri seseorang.
4) Meningkatkan stabilitas sistem sosial. Budaya adalah perekat sosial
yang membantu menghimpun organisasi bersama dengan
memberikan standart yang cocok atas apa yang dilakukan
karayawan.
29
5) Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang
memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.
Budaya merupakan perekat sosial yang membantu
mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standart-standart
yang tepat mengenai apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleg
para anggota organisasi. Sebagai mekanisme pembuat makna dan
mekanisme pengendali yang memandu dan membentuk sikap dan
perilaku para anggota organisasi. Schein mengemukakan fungsi
budaya organisasi dalam tiga fase yaitu :
1) Fase awal merupakan tahap pertumbuhan suatu organisasi. Pada
tahap ini, fungsi budaya organisasi terletak pada pembeda, baik
terhadap lingkungan maupun terhadap kelompok atau organisasi
lain.
2) Fase pertengahan hidup organisasi. Pada fase ini budaya organisasi
berfungsi sebagai integrator karena munculnya sub-sub budaya
baru, sebagai penyelamat krisis identitas dan membuka kesempatan
untuk mengarahkan perubahan budaya organisasi.
3) Fase dewasa. fase ini, budaya organisasi dapat berfungsi sebagi
penghambat dalam berinovasi karena berorientasi pada kebesaran
dan kemapaman masa lalu dan menjadi sumber nilai untuk berpuas
diri.
Dilihat dari penjelasan fungsi diatas, maka fungsi budaya
organisasi memiliki fungsi perekat sosial dalam mempersatukan
30
anggota-anggota dalam mencapai tujuan awal organisasi berupa nilai-
nilai dan juga pula sebagai control perilaku karyawan/pegawai.
c. Indikator Budaya Organisasi
Budaya organisasi menunjukkan ciri-ciri, sifat, karakteristik
tertentu yang menunjukkan kesamaaannya. Karakteristik yang
digunakan oleh para ahli mengenai budaya organisasi sangat
bervariasi. Hal ini menunjukkan beragamnya ciri, sifat dan elemen
yang ada pada budaya organisasi. Robbins & Judge (2015:355) yang
menyatakan riset baru pada budaya organisasi dengan mengemukakan
7 (tujuh) karakteristik budaya organisasi , yaitu :
1) Inovasi dan pengambilan resiko, yaitu sejauh mana tingkat
organisasi mendorong para karyawan lebih bersikap inovatif dan
berani mengambil resiko. Selain itu bagaimana organisasi tersebut
memberikan apresiasi tindakan karyawan dalam pengambilan
resiko serta membangkitkan ide karyawan.
2) Perhatian terhadap hal detail, sejauh mana organisasi
mengharapkan kepada karyawan lebih memperlihatkan ketepatan,
ketelitian, dan perhatian pada hal detail. Tujuan ini pada dasarnya
adalah untuk menciptakan dan mempertahankan kualitas karyawan
pada fokus dan ketelitian yang dilakukan.
3) Orientasi hasil, yaitu pemimpin menitikberatkan pada perolehan
atau hasil dan bukan pada teknik dan proses yang digunakan untuk
mencapainnya.
31
4) Orientasi terhadap individu, yaitu sejauh mana pengambilan
keputusan mempertimbangkan memperhitungkan efek dari hasil
kerja karyawan/pegawai didalam organisasi tersebut.
5) Orientasi Tim, yaitu sejauh mana kegiatan kerja organisasi
dilaksanakan dalam tim-tim kerja, bukan pada individu-individu.
Mendapatkan hasil kinerja yang baik pada organisasi, karyawan
mampu berkomunikasi secara terbuka dan dengan jujur,
mengahadapi perbedaan dan memecahkan konflik kebaikan tim.
6) Agresivitas, yaitu tingkat karyawan/pegawai akan menjadi lebih
agresif dan kompetitif, bukan dengan besantai.
7) Stabilitas, yaitu tingkat aktivitas organisasi menekankan
dipertahankannya status quo yang kontras dengan pertumbuhannya
dan inovasi.
C. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja
Pentingnya kepemimpinan dalam organisasi memiliki peran
startegis pada usaha mencapai tujuan organisasi sesuai visi-misi
organisasi. Menurut Martoyo (1990:147) Fungsi dari gaya kepemimpinan
pada dasarnya merupakan strategi mengefektifkan suatu organisasi
sebagai teknik mempengaruhi sikap anggota organisasi agar pelaksanaan
kegiatan dapat tercapai dan berpengaruh pada kinerja karyawan.
Kepemimpinan yang efektif yaitu kepemimpinan yang dapat
meningkatkan kinerja pegawai, sehingga kepemimpinan yang terdapat
32
dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam
keberhasilan organisasi terutama terlihat dalam kinerja para pegawainya
(Siagian,2002) dalam (Ester,2014). Pada uraian tersebut maka terdapat
hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja yang bersumber
dari beberapa teori dan penelitian terdahulu. sehingga dapat ditarik
kesimpulan gaya kepemimpinan yang diambil oleh seorang pemimpin
akan sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan/pegawai dalam
mengelola bawahannya sehingga dapat terkontrol dan mampu
meningkatkan kinerja mereka pada saat melaksanakan tugas.
2. Hubungan Budaya Organisasi dengan Kinerja
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendorong kinerja adalah
dengan memperhatikana budaya yang melekat pada organisasi tersebut,
budaya organisasi yang terbina dengan baik dan memberikan pengaruh
positif terhadap kinerja pegawai. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibowo
(2010:363) Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai suatu tujuan
tertentu melalui kinerja Sumber Daya Manusia yang ada dalam
organisasi, namun kinerja pegawai ditentukan oleh budaya organisasi
karena kemampuan menciptakan suatu organisasi dengan budaya yang
mampu mendorong kinerja.
Moelyono (2003) dalam Soedjono (2005) semakin baik kualitas
faktor-faktor yang terdapat dalam budaya organisasi, semakin baik
kinerja organisasi. Perilaku pegawai yang sesuai dengan budaya
organisasinya akan berdampak baik pada peningkatan kinerja mereka.
33
Organisasi menetapkan budaya demi mewujudkan visi, misi organisasi
dan menciptakan kompetensi pegawai yang berkinerja tinggi.
3. Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Kinerja
Mahmudi (2005:21) mengatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh
faktor individu, faktor kepemimpinan, faktor tim, budaya, dan faktor
kontekstual. Pendapat lain menurut Wibowo (2010:311) mengatakan
bahwa hubungan gaya kepemimpinan dan budaya organisasi tidak dapat
dipisahkan karena budaya organisasi tumbuh dan berkembang bersama
pendiri dan pemimpin organisasi yang kuat, dimana perkembangan
organisasi tergantung pada kemampuan seorang peimpin. Perlu diketahui
bahwa setiap organisasi akan berusaha meningkatkan kinerja pegawainya
demi tercapainnya tujuan yang telah ditetapakan oleh organisasi
diantaranya meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari organisasi di
dalam menjalankan kegiatan dan pekerjaan yang telah direncanakan dan
diprogramkan.
D. Kerangka Pikir
Pada sebuah organisasi ataupun perusahaan, sumber daya manusia
merupakan salah satu faktor penggerak utama pada pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan oleh instansi atau perusahaan. Tanpa dukungan dari sumber
daya manusia yang mampu bekerja dengan baik, perusahaan akan sulit
mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan oleh
34
atasan. Kinerja memiliki fungsi tidak berdiri sendiri, yaitu berhubungan
langsung dengan kepemimpinan dan budaya organisasi.
Mangkunegara (2000:67) Kinerja adalah hasil pencapaian kerja seorang
pegawai secara kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Indikator yang digunakan
menurut Bangun (2012:234) dengan Indikator untuk mengukur kinerja yaitu
Kualitas kerja , Kuantitas kerja , dan Ketepatan Waktu.
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang
lain seperti yang dilihat (Thoha, 2013:51). Indikator yang digunakan untuk
mengetahui gaya kepemimpinan pendapat Wahjono (2012:270) dengan
identifikasi dua gaya kepemimpinan teori perilaku (Behavioral Theories Of
Leadership) orientasi Tugas dan orientasi Hubungan.
Menurut Robbins dan Judge (2015:355), budaya organisasi adalah sistem
seperangkat karakteristik utama yang dianut bersama oleh anggota-anggota
yang membedakan oragnisasi itu dengan organisasi-organisasi lain.
Karakteristik budaya organisasi meliputi Inovasi dan pengambilan resiko,
perhatian terhadap hal detail, orientasi hasil, orientasi terhadap orang,
orientasi tim, agresivitas, dan stabilitas.
35
H2
H1
H3
Gambar 2.1
Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
Terhadap Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tuban
E. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu maslaah yang dihadapi
dan perlu diuji kebenarannya dengan data yang lebih lengkap dan menunjang
(Sugiyono,2014:132). Berdasarkan rumusan penelitian ini dan landasan
penelitian terdahulu , maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
Kepemimpinan yang efektif yaitu kepemimpinan yang dapat
meningkatkan kinerja kinerja pegawai, sehingga kepemimpinan yang terdapat
dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam
Gaya Kepemimpinan (X1)
1. Memberikan petunjuk (X1,1)
2. Pengawasan (X1,2)
3. Menekankan pada pelaksanaan
tugas (X1,3)
4. Memberikan motivasi (X1,4)
5. Keterlibatan bawahan
pengambilan keputusan (X1,5)
6. Sifat percaya pada bawahan (X1,6)
Kinerja (Y)
1. Kualitas (Y1,1)
2. Kuantitas (Y1,2)
3. Ketepatan Waktu
(Y1,3)
Budaya Organisasi (X2)
1. Inovasi dan pengambilan resiko
(X2,1)
2. Perhatian terhadap detail (X2,2)
3. Orientasi terhadap hasil (X2,3)
4. Orientasi terhadap Individu (X2,4)
5. Orientasi Tim (X2,5)
6. Agresivitas (X2,6)
7. Stabilitas (X2,7)
36
keberhasilan organisasi terutama terlihat dalam kinerja para pegawainya
(Siagian,2002) dalam (Ester,2014). Gaya kepemimpinan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Herdiana, 2016), (Warni, 2014), (Tampi, 2014), dan (Bakara & Sukiswo,
2015).
H1 : Gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja
pegawai.
Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai sutu tujuan tertentu melalui
kinerja Sumber Daya Manusia yang ada dalam organisasi, namun kinerja
pegawai ditentukan oleh budaya organisasi karena kemampuan menciptakan
suatu organisasi dengan budaya yang mampu mendorong kinerja (Wibowo
2010:363). Budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Soedjono, 2005) dan
(Parmitasari dkk., 2017).
H2 : Budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
pegawai.
Mahmudi (2005:21) mengatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh
faktor individu, faktor kepemimpinan, faktor tim, budaya, dan faktor
kontekstual. Wibowo (2010:311) mengatakan bahwa hubungan gaya
kepemimpinan dan budaya organisasi tidak dapat dipisahkan karena budaya
organisasi tumbuh dan berkembang bersama pendiri dan pemimpin organisasi
yang kuat, dimna perkembangan organisasi tergantung pada kemampuan
seorang peimpin. Gaya kepemimpinan dan budaya organisasi secara simultan
37
berpengaruh signifikan terhadap kinerja, susai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Herdiana, 2016) dan (Warni, 2014).
H3 : Gaya kepemimpinan dan budaya organisasi secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai.