Upload
others
View
14
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Obat Gosok (Linimentum)
Linimentum umumnya adalah sediaan cair atau kental, mengandung
analgetikum dan zat yang mempunyai sifat rubefacient melemaskan otot atau
menghangatkan, digunakan sebagai obat luar. Linimentum analgetik dan
linimentum yang melemaskan otot digunakan dengan cara mengoleskan pada
kulit menggunakan kain flannel panas atau bahan lain yang cocok. Linimentum
yang menghangatkan digunakan pada kulit dengan cara mengoleskan sambil
memijat dan mengurut (Anief, 2008:75).
Linimentum dengan pembawa alkohol atau hidroalkohol berguna dalam
hal rubefasien, linimentum berlemak umumnya digunakan untuk
mengurut/memijit. Linimentum berlemak kurang menimbulkan iritasi pada
kulit dibanding linimentum beralkohol. Karena itu pembawa linimentum harus
dipilih berdasarkan macam kerja yang diinginkan (rubefacient, menghilangkan
iritasi atau hanya untuk pijit) dan juga berdasarkan pada kemampuan larutnya
komponen–komponen yang diinginkan dalam berbagai macam pelarut. Untuk
linimentum berlemak, pelarut dapat berupa minyak padat seperti minyak
almond, minyak kacang, minyak sesami, minyak biji kapas atau bahan-bahan
yang mudah menguap. Semua linimentum harus menggunakan label yang
menerangkan bahwa linimentum, hanya sesuai untuk pemakaian luar dan tidak
boleh untuk pemakaian dalam. Linimentum harus disimpan dalam wadah
tertutup. Linimentum dibuat dalam cara yang sama dengan membuat larutan
emulsi atau suspensi tergantung pada keadaan kasusnya (Ansel, 2005:532).
Berdasarkan Formularium Indonesia, 1972 : 74 terdapat berbagai formula
linimentum sebagai berikut:
1. Linimentum Ammoniae (Obat Gosok Amonia)
Asam Olenik kasar 1
Minyak Wijen 1
Amonia 79
Campur 20
7
2. Linimentum Capsici Dompositom (Obat Gosok Cabe)
Minyak kayu putih 3
Kamfer 3
Tingtur cabe 100
Amonia 10% 50
Chloroform 100
Etanol 50% 500
3. Linimentum Benzyli Benzoatis (Obat Gosok Benzilbenzoat)
Benzilbenzoat 15
Paraffin cair 5
Asam stearat 10
Span 60 75
Tween 60 3
Air 60
Nipagin 10/00
Berdasarkan Formularium Nasional, 1978 : 194 formulasi dasar obat
gosok (linimentum) adalah sebagai berikut:
Tiap 100 ml mengandung:
Metylis Salicylas 25 ml
Mentholum 4 g
Oleum Eucalypti 10 ml
Oleum Arachidis hingga 100 ml
Menurut Anief (2008) cara pembuatan linimentum adalah sebagai berikut:
a. Linimentum Calcis
Dibuat dengan menggojok oleum lini dan solutio calcii hydroxydum sama
banyak, asam lemak yang bebas dari oleum lini akan membentuk sabun
calcium yang berfungsi sebagai emulgator. Tipe emulsi yang terjadi adalah air
dalam minyak. Obat-obat yang ditambahkan bila larut dalam minyak dilarutkan
dulu dalam minyak dengan digerus.
8
b. Ammoniae Linimentum
Dibuat dengan menggojok oleum sesami yang telah ditambahi dengan acidum
oleinicum dengan ammonia dalam botol. Tipe emulsi yang terjadi adalah
minyak dalam air, karena sabun yang terjadi sebagai emulgator adalah sabun
amonia suatu sabun monovalen.
B. Lada Hitam dan Cabai Merah
1. Lada Hitam
Gambar 2.1 Tanaman Lada Hitam Gambar 2.2 Lada Hitam
(Dokumen Pribadi)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper nigrum L. (Marjoni, 2017:110)
9
b. Morfologi
Buah lada hitam berbentuk hampir bulat, warna coklat kelabu sampai hitam
kecoklatan, garis tengah 2,5-6 mm, permukaan berkeriput kasar, dalam, serupa
jala, pada ujung buah terdapat sisa dari kepala putik yang tidak bertangkai,
pada irisan membujur tampak perikarp yang tipis, sempit dan berwarna gelap
menyelubungi inti biji yang putih dari biji tunggal, perikarp melekat erat pada
biji, hampir seluruh inti biji terdiri dari perisperm: bagian tengah dan ujung
perisperm berongga, bagian ujung perisperm menyelubungi endosperm yang
kecil, embrio sangat kecil, terbenam dalam endosperm (Depkes RI, 1980:105).
c. Kandungan
Minyak atsiri lada hitam mengandung felandren, dipenten, kariopilen,
enthoksilin, limonene, alkaloida, piperina dan kavisina (Depkes RI,1980:108).
Lada hitam mengandung suatu zat kristalin yang dinamakan piperin dengan
hidrolisis menghasilkan alkaloid-alkaloid piperilin dan asam piperin, selian itu
mengandung minyak atsiri dan resin (Tjitrosoepomo, 2005:142).
Piperin adalah senyawa alkaloid yang paling banyak terkandung dalam lada
hitam dan diketahui berkhasiat sebagai obat analgesik, antipiretik,
antiinflamasi, antibakteri serta memperlancar proses pencernaan (Meghwal dan
Goswami, 2012:5).
d. Manfaat
Manfaat lada hitam yaitu karminativ, iritasi lokal (Depkes RI, 1980:108).
Kandungan piperin pada lada hitam memiliki banyak manfaat seperti
kharminativa, iritasi lokal, melancarkan menstruasi, asma dan perut kembung
(Marjoni, 2017:111).
Buah lada hitam sering dimanfaatkan untuk mengobati diare, antiinflamasi,
antitiroid, hepatoprotektan, dan perut mulas. Di Afrika Barat, buah lada hitam
digunakan untuk mengobati bronkhitis, gastritis, rematik, dan sebagai agen
antivirus (Ahmad et al, 2012:1945-1946).
10
2. Cabai Merah
Gambar 2.3 Tanaman Cabai Merah Gambar 2.4 Cabai Merah
(Dokumen Pribadi)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L. (Cronquist,1981 dalam Sutrisni,2016:6)
b. Morfologi
Cabai merah adalah tanaman terna yang tegak, berumur pendek atau panjang,
batang dengan cabang-cabang banyak, mencapai tinggi 1-2,5 m. Daun tersebar
atau 2-3 daun yang tak sama besar bergerombol, bangun bulat telur memanjang
atau jorong-bangun lanset, pangkal meruncing lancip, ujung runcing. Bunga
bergelantungan, kelopak bunga lonceng, tidak berambut, bergigi 5, tetap tidak
gugur (Tjitrosoepomo, 2005:340).
Buah berbentuk kerucut atau bulat panjang dengan ujung meruncing, lurus atau
bengkok, panjang 3-5 cm sampai 10 cm lebar 0,5 cm sampai 2 cm, permukaan
11
licin mengkilap, buah berongga, bagian ujung beruang 1 sedang bagian
pangkal beruang 2 atau 3, warna merah, coklat kemerahan atau jingga, jarang
berwarna kuning. Biji banyak, relatif besar, berbentuk bundar atau segitiga
pipih, warna kuning muda sampai kuning jingga, terlepas atau melekat pada
plasenta (Depkes RI, 1979:38-40).
c. Kandungan
Cabai merah merupakan tanaman yang mempunyai banyak kandungan. Dari
tumbuhan ini digunakan biji dari buahnya yang sudah masak yang disebut
fructus capsici yang sudah masak atau belum untuk pembuatan sambel atau
memberi rasa pedas pada beberapa masakan. Buah yang masak itu dapat juga
dikeringkan, merupakan bahan yang mengandung capcaisin (capsacutin),
alkaloid yang mudah menguap, vitamin C, resin, minyak lemak, dan lain-lain
(Tjitrosoepomo, 2005:340). Capsaicin merupakan zat yang menimbulkan rasa
pedas, terdapat pada biji dan plasenta buah cabai merah (Prajnanta, 1999 dalam
Sutrisni, 2016:8). Kandungan kapsaicinoid dipengaruhi oleh usia buah cabai,
dengan kandungan paling tinggi dicapai saat buah sudah tua akan tetapi belum
masak yang ditandai dengan perubahan warna dari hijau atau kuning pucat ke
merah saat memasuki usia 50 hari (Sukrasno, 1997:31).
d. Manfaat
Selain mempunyai banyak kandungan, buah cabai merah ini juga mempunyai
banyak manfaat terutama sebagai bumbu masakan untuk memberikan sensasi
pedas. Selain itu, buah tanaman ini juga berkhasiat sebagai stimulans, obat
sakit perut, dan perlawanan gatal-gatal (Tjitrosoepomo, 2005:340). Kandungan
capsaicin pada cabai merah memiliki efek farmakologis dalam saluran
pencernaan, penurun berat badan dan sebagai analgesik. Ketika diterapkan
secara lokal pada kulit, capsaicin akan menghasilkan sensasi rasa panas
(Escogido el all, 2011:1261).
Capsaicin juga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan obat gosok antirematik
dalam bentuk krim maupun dalam bentuk koyo cabai. Selain itu capsaicin juga
mengandung zat mucokinetik, yaitu zat yang mampu mengatur, mengurangi,
12
atau mengeluarkan lendir dari paru-paru. Oleh karena itu, cabai merah sangat
membantu bagi penderita bronkhitis, mencegah influenza, sinusitis, demam,
dan asma dalam proses pengeluaran lendir (Sutrisni, 2016:8).
C. Minyak Lada Hitam dan Biji Cabai Merah
1. Minyak Lada Hitam
Gambar 2.5 Minyak Lada Hitam
(Dokumen Pribadi)
Gamber 2.6 Struktur Piperin
(Mhaske et all, 2018:2)
Minyak atsiri merupakan bagian kecil dari material tanaman yang
memberikan aroma khas dan memberikan rasa dan bau yang sangat berkaitan
erat dengan tanaman itu sendiri. Minyak atsiri adalah minyak yang
merupakan campuran dari 90% hidrokarbon dan 10% terpene teroksigenasi
dan senyawa aromatik. Fraksi hidrokarbon terdiri dari monoterpene (70-80%)
dan sesquiterpene (20-30%) yang memunculkan rasa yang diinginkan dari
lada. Meskipun terpene teroksigenasi adalah bagian terkecil dari minyak
atsiri, tetapi mereka berkontribusi terhadap aroma khas dari minyak lada.
Minyak atsiri lada hitam dengan rumus molekul C17H19NO3 telah banyak
13
digunakan dalam parfum, industri makanan dan minuman, serta untuk
menghangatkan dan memberikan energi untuk menyembuhkan infeksi saluran
pernapasan dan untuk meredakan sakit otot dan nyeri. Minyak lada dapat
disimpan lebih mudah dan aman daripada bubuk lada (Kumoro dkk, 2009:9).
2. Identifikasi Minyak Lada Hitam
Lada hitam bersifat pedas dan beraroma sangat khas. Salah satu
kandungan kimia yang terdapat dalam lada hitam adalah minyak atsiri.
Kebutuhan minyak atsiri dunia setiap tahun semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya perkembangan industri modern seperti industri parfum,
kosmetik, makanan, aroma terapi dan obat-obatan (Feriyanto dkk, 2013:93).
Isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan berbagai macam metode
seperti penyulingan dengan uap langsung, pengepresan, ekstraksi dengan
pelarut menguap, ekstraksi dengan lemak padat. Namun, sebagian besar
minyak atsiri diperoleh melalui metode penyulingan air (hidrodistilasi)
(Lutony dan Rahmayati, 1994 dalam Anggraini dkk, 2018:124).
Untuk mendapatkan minyak atsiri yang memenuhi persyaratan dan mutu
yang baik, minyak atsiri harus diidentifikasi dengan cara umum maupun
khusus.
Menurut Syamsuni (2006:279) identifikasi minyak atsiri secara umum
meliputi:
1. Teteskan 1 tetes minyak atsiri di atas air, permukaan air tidak keruh.
2. Pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh dengan cara
penyulingan uap, tidak terjadi noda transparan.
3. Kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl jenuh dalam volume sama,
biarkan memisah, volume air tidak boleh bertambah.
Identifikasi minyak lada hitam secara khusus dapat dilakukan dengan
identifikasi warna, berat jenis dan kelarutan dalam etanol (Anggraini dkk,
2018:125).
14
a. Identifikasi warna
Minyak atsiri dari distilasi lada hitam yang diperoleh dipipet sebanyak 10
ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, hindari adanya gelembung udara.
Tabung reaksi berisi sampel disandarkan pada kertas berwarna putih.
Warnanya diamati dengan mata langsung, jarak pengamatan antara mata
dan contoh 30 cm (SNI 06-2388-2006:2). Warna merupakan salah satu
parameter kualitas minyak atsiri. Standar minyak atsiri lada hitam
Indonesia warnanya adalah yang tidak berwarna, kuning, hijau dan biru
(ISO 3061:2008:1).
b. Berat jenis
Piknometer dicuci dan dibersihkan, kemudian dibilas berturut-turut dengan
etanol dan dietil eter. Bagian dalam piknometer tersebut dikeringkan
dengan arus udara kering dan ditutup. Piknometer dibiarkan di dalam
lemari timbangan selama 30 menit dan ditimbang. Piknometer diisi dengan
air suling yang telah dididihkan dan dibiarkan pada suhu ruang, sambil
menghindari adanya gelembung-gelembung udara. Kemudian piknometer
dicelupkan ke dalam penangas air pada suhu ruang selama 30 menit dan
dikeringkan piknometer. Piknometer dibiarkan dalam lemari timbangan
selama 30 menit, ditimbang dengan isinya.
Piknometer tersebut dikosongkan, dicuci dengan etanol dan dietil eter,
dikeringkan dengan arus udara kering. Piknometer diisi dengan contoh
minyak dan dihindari adanya gelembung udara. Piknometer dicelupkan
kembali ke dalam penangas air pada suhu ruang selama 30 menit. Sisipkan
tutupnya dan dikeringkan piknometer tersebut. Piknometer ditimbang
selama 30 menit hingga diperoleh berat konstan (SNI 06-2388-2006:2-3).
Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu
dan kemurnian minyak atsiri dengan standar yang ditetapkan yaitu 0,861
sampai 0,885 (ISO 3061:2008:1).
15
c. Indeks bias
Air dialirkan melalui refraktometer hingga temperatur sesuai dengan
pembacaan. Temperatur tidak boleh berbeda lebih dari ± 2˚C dari
temperatur referensi dan harus dipertahankan dengan toleransi ± 0,2˚C.
Sebelum minyak ditaruh di dalam alat, minyak tersebut harus berada pada
temperatur yang sama dengan temperatur dimana pengukuran akan
dilakukan yaitu temperatur 20˚C. Kemudian pembacaan dilakukan pada
saat temperatur sudah stabil (SNI 06-2388-2006:3-4). Standar minyak
atsiri lada hitam Indonesia yang mensyaratkan 1,480 sampai 1,493 (ISO
3061:2008:2).
d. Putaran optik
Sumber cahaya dinyalakan dan ditunggu sampai diperoleh kilauan yang
penuh. Tabung polarimeter diisi dengan sampel minyak yang sebelumnya
telah ditepatkan pada temperatur 20˚C, diusahakan agar gelembung-
gelembung udara tidak terdapat di dalam tabung polarimeter. Tabung
diletakkan di dalam polarimeter dan dibaca putaran optik dekstro (+) atau
levo (-) dari minyak, pada skala yang terdapat pada alat. Temperatur
sampel dalam tabung diukur dan dipastikan pada 20˚C ± 1˚C
menggunakan termometer yang disisipkan pada lubang di tengah-tengah
polarimeter. Hasil rata-rata dari sedikitnya tiga pembacaan dicatat, masing-
masing pembacaan harus sesuai di sekitar 0,08˚ (SNI 06-2388-2006:7).
Standar minyak atsiri lada hitam Indonesia yang mensyaratkan (-17°)
sampai (-6°) (ISO 3061:2008:2).
e. Kelarutan dalam etanol
Minyak atsiri sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 3 ml etanol 95% setetes demi setetes lalu dikocok. Setelah itu
dilihat kelarutan minyak atsiri dalam etanol (SNI 06-2388-2006:4). Hasil
kelarutan dalam etanol harus memenuhi standar yang ditetapkan dengan
mensyaratkan 1 ml minyak atsiri dalam 3 ml alkohol 95% (ISO
3061:2008:2).
16
3. Minyak Biji Cabai Merah
Gambar 2.7 Minyak Biji Cabai Merah
(Dokumen Pribadi)
Gambar 2.8 Struktur Capsaicin
(Sari, 2009:15)
Cabai merah mengandung komponen minyak menguap (volatile oil),
minyak menguap yang biasa disebut minyak atsiri merupakan komponen
pemberi bau yang khas. Rasa pedas yang utama pada biji cabai merah
disebabkan oleh adanya senyawa capsaicin. Capsaicin adalah senyawa
alkaloid yang stabil dengan rumus molekul C18H27NO3 , tidak terpengaruh
oleh suhu dingin dan panas, tidak memiliki bau, rasa dan warna (Todd dkk.,
1977 dalam Thaib dkk, 2015:72).
4. Identifikasi Minyak Biji Cabai Merah
Penetapan kadar minyak atsiri simplisia biji cabai merah dilakukan dengan
metode destilasi air karena sampel yang digunakan berupa simplisia kering.
Ekstrak minyak atsiri yang didapat kemudian diuji organoleptiknya dengan
uji makroskopis yang bertujuan untuk mengetahui standar minyak atsirinya
(Wahyuni dkk, 2016:65).
17
Menurut Syamsuni (2006:279) identifikasi minyak atsiri secara umum
meliputi:
1. Teteskan 1 tetes minyak atsiri di atas air, permukaan air tidak keruh.
2. Pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh dengan cara
penyulingan uap, tidak terjadi noda transparan.
3. Kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl jenuh dalam volume sama,
biarkan memisah, volume air tidak boleh bertambah.
Pada uji organoleptik dan makroskopis minyak atsiri biji cabai merah
meliputi warna, bau, rasa, dan bentuk (Wahyuni dkk, 2018:65-66).
a. Warna
Untuk warna minyak atsiri biji cabai merah pada dasarnya dalam keadaan
segar dan murni tanpa pencemaran, minyak atsiri tidak berwarna. Namun
pada penyimpanan minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin
yang akan merubah warnanya menjadi lebih gelap. Untuk mencegah
terjadinya perubahan warna minyak atsiri harus terlindung dari cahaya dan
disimpan dalam botol yang berwarna gelap. Penggunaan bahan pada
proses penyulingan juga mempengaruhi perubahan warna pada minyak
yang dihasilkan. Pada prinsipnya alat penyulingan sebaiknya terbuat dari
stainless steel, sedangkan pada penelitian bahan alat penyulingan terbuat
dari bahan gelas/kaca (Kardinan, 2003 dalam Wahyuni dkk, 2018:66).
b. Bau
Ekstrak mempunyai bau khas biji cabai merah, hal ini menunjukkan
adanya minyak atsiri yang terekstraksi. Hal ini telah sesuai dengan syarat
bahwa minyak atsiri memiliki bau yang sesuai dengan zat berbau yang
terkandung pada bagian tanaman asalnya (Syamsuni, 2006:282).
c. Rasa
Rasa dari ekstrak simplisia biji cabai merah adalah pedas. Sifat yang
menonjol dari minyak atsiri diantaranya adalah mempunyai rasa yang
18
tajam dan sama seperti simplisia atau tergantung dari komponen
penyusunnya (Syamsuni, 2006:279).
d. Bentuk
Minyak atsiri yang didapat dari hasil destilasi simplisia biji cabai merah
berbentuk cairan. Dalam Encyclopedia of Chemical Technology
menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada
umumnya berwujud cairan yang diperoleh dari bagian tanaman dengan
cara penyulingan uap (Sastrohamidjojo, 2004:2).
D. Formulasi Obat Gosok (Linimentum)
1. Formulasi Obat Gosok (Linimentum)
Berdasarkan Formularium Nasional, 1978 : 194 formulasi dasar obat
gosok (linimentum) adalah sebagai berikut:
Tiap 100 ml mengandung:
Metylis Salicylas 25 ml
Mentholum 4 g
Oleum Eucalypti 10 ml
Oleum Arachidis hingga 100 ml
2. Bahan Obat Gosok (Linimentum)
a. Metylis Salicylas
Gambar 2.9 Stuktur Metylis Salicylas
(Depkes RI, 1995:551)
Metylis salicylas dengan rumus molekul C8H8O3 diperoleh secara sintetik
atau diperoleh dari maserasi dan dilanjutkan dengan destilasi uap daun
Gautheria procumbens Linne. Methylis salicylas berbentuk cairan, tidak
COOCH3
OH
19
berwarna, kekuningan atau kemerahan, berbau khas dan rasa seperti
gandapura. Mendidih antara 219˚ dan 224˚ disertai peruraian. Kelarutan sukar
larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam asam asetat glasial (Depkes RI,
1995:551). Metylis salicylas berkhasiat sebagai antiiritan (Depkes RI,
1979:379).
b. Mentholum
Gambar 2.10 Stuktur Mentholum
(Depkes RI, 1995:529)
Mentholum dengan rumus molekul C10H20O merupakan hablur heksagonal
atau serbuk hablur, tidak berwarna, biasanya berbentuk jarum, atau massa
yang melebur, bau enak seperti minyak permen. Kelarutan sukar larut dalam
air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter, dan dalam
heksana, mudah larut dalam asam asetat glasial, dalam minyak mineral, dan
dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri (Depkes RI, 1995:529).
Kegunaan sebagai korigen dan anti-iritan (Depkes RI, 1979:362).
c. Oleum Eucalypti
Gamber 2.11 Struktur Sineol
(Irvan dkk, 2015:53)
20
Oleum eucalypti merupakan minyak atsiri yang mengandung sineol C10H19O
tidak kurang dari 70,0% diperoleh dengan destilasi uap dan rektifikasi dari
daun segar atau ujung cabang dari berbagai spesies Eucaluptus. Oleum
eucalypti berbentuk cairan tidak berwarna atau kuning pucat, bau aromatis
seperti kamfer, rasa menusuk seperti kamfer diikuti rasa dingin (Depkes RI,
1995:627).
d. Oleum Arachidis
Gambar 2.12 Struktur Asam Oleat
(Ghozali dkk, 2018:65)
Oleum arachidis merupakan minyak lemak yang telah dimurnikan, diperoleh
dengan pemerasan biji Arachis hpyogeae yang berupa cairan berwarna kuning
pucat, bau lemah, rasa tawar yang dapat digunakan sebagai pengganti minyak
zaitun (Depkes RI, 1979:452). Minyak kacang tanah mengandung 41.3-
67.4% asam oleat dengan rumus molekul C18H34O2 dan 13.9-35.4% asam
linoleat dengan rumus molekul C18H30O2 (Suryani dkk, 2016).
E. Evaluasi Mutu Obat Gosok (Linimentum)
Beberapa pengujian yang dilakukan dalam proses evaluasi mutu obat
gosok (linimentum) antara lain uji organoleptik, uji pH, uji homogenitas, uji
volume terpindahkan, uji viskositas, dan uji kesukaan.
1. Uji Organoleptik
Uji organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan alat
indera manusia sebagai alat ukur terhadap penelitian suatu produk. Indera
manusia adalah instrumen yang digunakan dalam analisis sensor, terdiri dari
indera penglihatan, penciuman, pencicipan, peradaban, dan pendengaran.
Penilaian kualitas sensorik produk bisa dilakukan dengan melihat bentuk,
21
ukuran, kejernihan, kekeruhan, warna, dan sifat-sifat permukaan dengan
indera penglihatan (Setyaningsih dkk, 2010:7-8)
Bau atau aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk
diklasifikasikan dan diperjelas karena ragamnya yang begitu besar.
Penciuman dapat dilakukan terhadap produk secara langsung (Setyaningsih
dkk, 2010:9).
Indera peraba terdapat pada hampir semua permukaan tubuh, beberapa
bagian seperti rongga mulut, bibir, dan tangan lebih peka terhadap sentuhan.
Untuk menilai tekstur suatu produk dapat dilakukan perabaan menggunakan
ujung jari tangan. Biasanya bahan yang akan dinilai diletakkan antara
permukaan ibu jari, telunjuk, atau jari tengah. Penilaian dilakukan dengan
menggosok-gosokkan jari tersebut ke bahan yang diuji diantara kedua jari
(Setyaningsih dkk, 2010:11).
2. Uji pH
pH kulit normal manusia berkisar antara 4,5 – 6,5. Semakin asam suatu
bahan yang mengenai kulit dapat mengakibatkan kulit menjadi kering, pecah-
pecah, dan mudah terkena infeksi. Maka pengukuran pH pada suatu sediaan
diperlukan (Tranggono dan Latifah, 2007:21). Evaluasi pH dilakukan dengan
menggunakan alat bernama pH meter.
3. Uji Homogenitas
Sediaan diamati secara subjektif dengan cara mengoleskan sedikit obat
gosok (linimentum) di atas kaca objek dan dan diamati susunan partikel yang
terbentuk atau ketidakhomogenan partikel terdispersi dalam obat gosok
(linimentum) yang terlihat pada kaca objek (Depkes RI, 1979:33).
4. Uji Volume Terpindahkan
Uji ini dilakukan dengan sebagai jaminan bahwa sediaan yang dikemas
dalam wadah, jika dipindahkan dari wadah aslinya, akan memberikan volume
sediaan seperti yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995:1089).
22
5. Uji Viskositas
Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang
diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan
datar melewati permukaan datar lain dalam kondisi mapan tertentu bila ruang
diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan
kekentalannya. Metode yang umum digunakan untuk pengukuran kekentalan
meliputi penetapan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah volume tertentu
cairan untuk mengalir melalui kapiler. Banyak jenis viskometer tabung
kapiler telah dirancang, viskometer Ostwald adalah yang paling sering
digunakan (Depkes RI, 1995:1037-1038).
6. Uji Kesukaan
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis diminta tanggapan
pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Mereka juga
mengemukakan tingkat kesukaanya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut
skala hedonik. Tingkatan kesukaan meliputi “suka”, “tidak suka” atau
“netral” (Setyaningsih dkk, 2010:59).
23
Sediaan Obat
Gososk
(Linimentum)
Lada hitam dan
Cabai merah
Minyak lada
hitam dan biji
cabai merah
Formulasi dan pembuatan obat gosok
(linimentum) minyak lada hitam (Piper
nigrum L.) dan minyak biji cabai
merah (Capsicum annuum L.)
Evaluasi Mutu Obat Gosok
1. Uji Organoleptik (Setyaningsih dkk,
2010)
2. Uji pH (Tranggono dan Latifah, 2007)
3. Uji Homogenitas (Depkes RI, 1979)
4. Uji Volume Terpindahkan (Depkes RI,
1995)
5. Uji Viskositas (Depkes RI, 1995)
6. Uji Kesukaan (Setyaningsih dkk,
2010)
Formulasi Obat Gosok
(FORNAS, 1978:194)
Tiap 100 ml mengandung:
Metylis Salicylas 25 ml
Mentholum 4 g
Oleum Eucalypti 10 ml
Oleum Arachidis hingga 100 ml
F. Kerangka Teori
Gambar 2.13 Kerangka Teori
Pemanfaatan Bahan
Alam
24
G. Kerangka Konsep
Gambar 2.14 Kerangka Konsep
H. Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional
No Variabel
Penelitian
Definisi Cara ukur Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
1 Variabel bebas :
Obat gosok
(linimentum)
minyak lada
hitam (Piper
nigrum L.),
minyak biji cabai
merah (Capsicum
annuum L.), dan
metil salisilat.
Konsentrasi
minyak lada
hitam, minyak
biji cabai merah
dan metil
salisilat yang
diformulasikan
dalam obat
gosok
(linimentum)
Mengukur
minyak lada
hitam, minyak
biji cabai merah
menggunakan
gelas ukur,
kemudian
ditambahkan ke
dalam formula
obat gosok
(linimentum)
Formula
Nasional
Empat
formula obat
gosok
(linimentum)
a. F0 :
Metil
salisilat
25%
b. F1 :
Minyak
lada hitam
25%
c. F2 :
Minyak
biji cabai
merah
25%
d. F3 :
Minyak
lada hitam
12,5%
dan
minyak biji
cabai
merah
12,5%
Rasio
Evaluasi Mutu Obat Gosok
(Linimentum)
1. Uji Organoleptik
2. Uji pH
3. Uji Homogenitas
4. Uji Volume
Terpindahkan
5. Uji Viskositas
6. Uji Kesukaan
Formulasi Linimentum :
1. Minyak lada hitam 25% (F1)
2. Minyak biji cabai merah 25% (F2)
3. Minyak lada hitam 12,5%
dengan minyak biji cabai merah
12,5% (F3)
4. Metil salisilat 25% (F0)
25
2 Variabel terikat:
a.Uji
Organoleptik
1) Warna
Sensasi sistem
visual panelis
terhadap
formulasi obat
gosok
(linimentum)
minyak lada
hitam dan
minyak biji
cabai merah
meliputi,
terbentuknya
warna kuning
muda, kuning,
kuning tua,
kuning
kemerahan, dan
merah
kecoklatan
Melihat warna
dari obat gosok
(linimentum)
yang telah
dibuat
Checklist
1= Kuning
muda
2=Kuning
3=Kuning tua
4=Kuning
kemerahan
5=Merah
kecoklatan
Nominal
2) Bau Penciuman
panelis berupa
terciptanya bau
khas terhadap
formulasi obat
gosok
(linimentum)
minyak lada
hitam dan
minyak biji
cabai merah
Mencium bau
obat gosok
(linimentum)
yang telah
dibuat
Checklist
1= Bau khas
gandapura
2= Bau khas
lada hitam
3= Bau khas
biji cabai
merah
Nominal
3) Tekstur Unsur rupa yang
menunjukkan
rasa permukaan
bahan yang
diujikan ke
panelis terhadap
formulasi obat
gosok
(linimentum)
minyak lada
hitam dan
minyak biji
cabai merah
Merasakan
tekstur dari obat
gosok
(linimentum)
yang telah
dibuat
Checklist 1= Encer
2= Kental
Nominal
b. Uji pH Besarnya nilai
keasaman atau
kebasaan
terhadap
formulasi obat
gosok
(linimentum)
minyak lada
hitam dan
Melihat nilai pH
obat gosok
(linimentum)
dengan alat pH
meter digital
pH meter
digital
Nilai pH
(dalam angka)
Rasio
26
minyak biji
cabai merah
c. Uji
Homogenitas
Susunan yang
homogen dan
tidak terlihat
adanya butir-
butir kasar pada
obat gosok
(linimentum)
minyak lada
hitam dan
minyak biji
cabai merah
pada kaca objek
Meneteskan 3-4
tetes sediaan
obat gososk
(linimentum)
pada kaca objek
lalu ditutup
kembali dengan
kaca objek lain.
Checklist
1 = homogen
2= tidak
homogen
Ordinal
d. Uji Volume
Terpindahkan
Penuangan pada
gelas ukur untuk
melihat apakah
sesuai dengan
volume yang
diminta atau
tidak pada obat
gosok
(linimentum)
minyak lada
hitam dan
minyak biji
cabai merah
Menuangkan
sediaan obat
gosok
(linimentum)
pada gelas ukur
untuk
mengetahui
apakah sesuai
dengan volume
yang diinginkan
atau tidak.
Gelas
ukur
Nilai hasil
pengukuran
volume pada
gelas ukur
(dalam angka)
Rasio
e. Uji Viskositas Ukuran
kekentalan suatu
sediaan terhadap
formulasi obat
gosok
(linimentum)
minyak lada
hitam dan
minyak biji
cabai merah
Mengukur nilai
viskositas obat
gosok
(linimentum)
dengan alat
viskometer
Ostwald.
Visko-
meter
Ostwald
Nilai pada
viskometer
(dalam angka)
Rasio
f. Uji Kesukaan Penilaian
mengenai
kesukaan atau
sebaliknya
(ketidaksukaan)
terhadap
formulasi obat
gosok
(linimentum)
minyak lada
hitam dan
minyak biji
cabai merah
Menilai suka
atau tidak suka
terhadap sediaan
obat gosok
(linimentum)
yang telah
dibuat
Checklist
1= suka
2= tidak
suka
3= netral
Ordinal