Upload
hoangdat
View
225
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Pada penelitian yang sudah dilakukan oleh Sadeeqa yang mengukur
pengetahuan, sikap, dan persepsi obat-obatan halal di kalangan praktisi medis
umum diperoleh hasil total 154 (94,5%). Penelitian Sadeeqa merupakan
indikator bahwa, pengetahuan, sikap dan persepsi tentang halal / haram status
obat-obatan, di kalangan apoteker baik, di mana 95,5%, 96%, dan 99% dari
responden mencetak masing-masing diatas 50%.
Persamaan pada penelitian milik Sadeeqa dengan penelitian berjudul
Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Persepi Tenaga Kesehatan terhadap
Kehalalan Obat di Rumah Sakit Kabupaten Banyumas yaitu menggunakan
pendekatan cross sectional dimana pengambilan sampel hanya dilakukan
sekali waktu atau satu saat. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan kuesioner. Kedua penelitian dilakukan di rumah sakit.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah pada
penelitian sebelumnya termasuk penelitian analitik dan membahas hubungan
dari pengetahuan, sikap, dan persepsi responden. Sedangkan pada penelitian
ini termasuk jenis penelitian deskriptif yang hanya akan mendeskriptifkan
tanpa membahas hubungan antara pengetahuan, sikap, dan persepsi responden.
Analisis yang digunakan pada penelitian sebelumnya berlanjut pada analisis
bivariate sedangkan pada penelitian ini hanya sampai analisis univariate.
Pada penelitian kali ini akan dilakukan pengukuran terhadap
pengetahuan, sikap, dan persepsi tenaga kesehatan yang bekerja di Kabupaten
Banyumas terhadap kehalalan obat. Penelitian akan dilakukan di Rumah Sakit
yang tersebar di Kabupaten Banyumas dengan perhitungan sampel yang sudah
ditetapkan. Responden akan diminta untuk mengisi kuesioner yang bersisi
pertanyaan terkait pengetahuan, sikap, dan persepsi terhadap kehalalan obat
mengacu pada jurnal Assessment of knowledge, attitude, and perception
among hospital pharmacist regarding Halal pharmaceuticals.
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
5
B. Landasan Teori
1. Obat
Pengertian obat
Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, bahwa
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia. Dalam pengertian umum, obat adalah suatu substansi yang
melalui efek kimianya membawa perubahan dalam fungsi biologi
(Katzung, 2002).Defenisi menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang
digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati
atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.
Obat memiliki sifat khusus yang berbeda-beda agar dapat bekerja
dengan baik. Sifat fisik obat, dapat berupa benda padat pada temperatur
kamar ataupun bentuk gas namun dapat berbeda dalam penanganannya
berkaitan dengan pH kompartemen tubuh dan derajat ionisasi obat
tersebut. Setiap obat berinteraksi dengan reseptor berdasarkan kekuatan
atau ikatan kimia. Selain itu, desain obat yang rasional berarti mampu
memperkirakan struktur molekular yang tepat berdasarkan jenis reseptor
biologisnya (Katzung, 2007).
Penggolongan Obat
a. Menurut Kegunaan Obat
Obatdapat digunakan untuk menyembuhkan (terapeutik),
pencegahan (profilaktik), dan diagnosis (diagnostik).
b. Menurut Cara Penggunaan Obat
Berdasarkan cara penggunaan obat dapat diklasifikasikan
menjadi:`
1) Medicantum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui oral,
beretiket putih.
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
6
2) Medicantum ad usum externum (pemakaian luar) melalui
implantasi, injeksi, membran mukosa, rektal, vaginal, nasal,
opthamic, aurical, collutio/gargarisma/gargle, beretiket biru.
c. Menurut Undang-Undang
Menurut (Syamsuni, 2006) penggolongan obat berdasarkan
keamanan dan peredaraanya menurut Permenkes No. 725a Tahun 1989
yaitu:
1) Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas dan tidak
membahayakan pasien dalam batas dosis yang dianjurkan dengan
logo bertanda lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi hitam.
2) Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang termasuk dalam obat keras
yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dengan logo bertanda
lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam diseratai dengan
tanda peringatan.
3) Obat Keras
Obat keras adalah obat yang memiliki dosis maksimum yang
tercantum dalam daftar obat keras dengan logo bertanda lingkaran
berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dan terdapat
huruf “K” di tengah menyentuh garis tepi.
4) Psikotropika
Psikotropika adalah obat yang termasuk dalam golongan obat keras
yang dapat mempengaruhi proses perilaku dan mental
seseorang.Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika, psikotropika dibagi menjadi :
a. Golongan I, contohnya brolamfetamina dan etriptamina.
b. Golongan II, contohnya metamfetamina dan fenetilina.
c. Golongan III, contohnya amobarbital dan pentobarbital.
d. Golongan IV, contohnya diazepam dan lorazepam.
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
7
5) Narkotika
Narkotika adalah obat yang diperlukan dalam pengobatan dan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta dapat menimbulkan
ketagihan dan ketergantungan yang sangat merugikan bagi
seseorang. Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika, narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
a. Golongan I, contohnya kokain dan tanaman ganja.
b. Golongan II, contohnya difenoksilat dan morfin.
c. Golongan III, contohnya dekstropropoksifena dan kodein
(Anonim, 2009).
d. Berdasarkan Tempat atau Lokasi Pemakaiaannya
1) Obat Dalam, misalnya obat-obat peroral. Contoh: antibiotik,
acetaminophen
2) Obat Topikal, untuk pemakaian luar badan. Contoh sulfur,
antibiotik (Anief,1994).
e. Berdasarkan Cara Pemberiannya
1) Oral, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui mulut, Contoh:
serbuk, kapsul, tablet sirup.
2) Parektal, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui
rectal. Contoh supositoria, laksatif.
3) Sublingual, dari bawah lidah, kemudian melalui selaputlender dan
masuk ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat. Untuk penderita
tekanan darah tinggi, Contoh: tablet hisap, hormone.
4) Parenteral, obat suntik melaui kulit masuk ke darah. Ada yang
diberikan secara intravena, subkutan, intramuscular, intrakardial.
5) Langsung ke organ, contoh intrakardial.
6) Melalui selaput perut, intraperitoneal (Anief, 1994).
f. Berdasarkan Efek yang Ditimbulkannya
1) Sistemik: masuk ke dalam system peredaran darah, diberikan
secara oral
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
8
2) Lokal : pada tempat-tempat tertentu yang diinginkan, misalnya
pada kulit, telinga, mata (Anief, 1994).
g. Berdasarkan Penamaannya
Menurut Widodo (2004), penamaan dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Nama Kimia, yaitu nama asli senyawa kimia obat.
2) Nama Generik (unbranded name), yaitu nama yang lebih mudah
yang disepakati sebagai nama obat dari suatu nama kimia.
3) Nama Dagang atau Merek, yaitu nama yang diberikan oleh
masing-masing produsen obat. Obat bermerek disebut juga dengan
obat paten.
Bahan Baku Obat
Bahan baku adalah semua bahan, baik yang berkhasiat (zat aktif)
maupun tidak berkhasiat (zat Nonaktif/eksipien), yang berubah maupun
tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun tidak
tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk ruahan
(Siregar, 2010).
Menurut Dirjen POM (2006), bahan (zat) aktif adalah setiap bahan
atau campuran bahan yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan
farmasi dan apabila digunakan dalam pembuatan obat menjadi zat aktif
obat tersebut. Dalam pengertian lain, bahan (zat) aktif adalah bahan yang
ditujukan untuk menghasilkan khasiat farmakologi atau efek langsung lain
dalam diagnosis, penyembuhan, peredaan, pengobatan atau pencegahan
penyakit, atau untuk mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh.
Zat aktif senyawa kimia murni tunggal jarang diberikan langsung
sebagai sediaan obat. Akan tetapi, sediaan obat yang diformulasikan
hampir selalu diberikan. Sediaan obat ini dapat beragam dari larutan yang
relatif sederhana sampai ke sistem sediaan obat yang rumit, dengan
menggunakan zat tambahan atau eksipien dalam formulasi untuk
memberikan fungsi farmasetik yang berbeda–beda sesuai dengan tujuan
yang dimaksudkan (Siregar, 2010).
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
9
Desain dan formulasi suatu bentuk sediaan yang tepat
mensyaratkan pertimbangan karakteristik fisika, kimia, dan biologi semua
zat aktif dan eksipien yang digunakan dalam pembuatan suatu produk.
2. Kehalalan dalam Pengobatan
1. Pengertian Halal
Menurut Kamus Bahasa Indonesia kata Halal artinya diizinkan
(tidak dilarang oleh syarak), kehalalan adalah perilah halalnya sesuatu
(halal tidaknya sesuatu). Halal dalam Bahasa Arab yaitu "halal," yang
artinya "diperbolehkan" menurut hukum Islam. Kebalikan dari halal
adalah "Haram" yang berarti "melanggar hukum", yaitu "dilarang", dan
"terlarang". Halal dan Haram adalah istilah universal yang berlaku
untuk semua segi kehidupan. Menurut Sunhadji Rofi’i Ketua LPPOM
MUI, halal artinya dibenarkan. Lawannya ialah haram yang artinya
dilarang atau tidak dibenarkan menurut syariat Islam. Sedangkan
thoyyib artinya bermutu dan tidak membahayakan kesehatan.
2. Pengobatan Halal
Pengobatan hendaknya dilakukan dengan cara yang halal dan
dengan obat yang halal dan tidak menggunakan obat yang berbahan
haram. Seperti dalam hadist:
“Sesungguhnya Thariq bin Suwaid al-Ju’fiy bertanya kepada Nabi
SAW tentang Khamr, kemudian Nabi melarangnya untuk
membuatnya. Kemudian dia berkata: sesungguhnya saya
membuatnya untuk obat. Kemudian Nabi SAW bersabda:
“Sesunggunya (khamar) itu bukan obat, melainkan penyakit” (HR.
Muslim).
“Dari Abu Darda’, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat bagi
setiap penyakit, maka berobatlah dan janganlah berobat
dengan yang haram”. (HR. Abu Dawud).
Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untuk
pengobatan hukumnya haram kecuali memenuhi syarat sebagai
berikut:
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
10
a. digunakan pada kondisi keterpaksaan (al-dlarurat), yaitu
kondisi keterpaksaan yang apabila tidak dilakukan dapat
mengancam jiwa manusia, atau kondisi keterdesakan yang
setara dengan kondisi darurat (al-hajat allati tanzilu manzilah
al-dlarurat), yaitu kondisi keterdesakan yang apabila tidak
dilakukan maka akan dapat mengancam eksistensi jiwa manusia di
kemudian hari. Dalam hal ini, orang yang sakit kritis
diperbolehkan untuk berobat dari unsur obat yang dilarang
seperti porcine, minuman keras atau obat yang berbahaya dalam
rangka menyelamatkan nyawanya. Hal ini sesuai dengan ayat Al
Qur’an yang artinya: “Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan
atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang
disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi barang
siapa terpaksa (memakannya) bukan karena menginginkannya
dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” ( Q.S. Al-
Baqarah: 173).
b. belum ditemukan bahan yang halal dan suci,
c. adanya rekomendasi paramedis kompeten dan terpercaya bahwa
tidak ada obat yang halal (MUI No 30 tahun 2013).
Hal-hal di atas diperkuat dengan adanya beberapa pendapat:
1. Pendapat Imam Al-‘Izz ibn ‘Abd Al-Salam dalam Kitab
“Qawa’id AlAhkam” :
“Boleh berobat dengan benda-benda najis jika belum menemukan
benda suci yang dapat menggantikannya, karena mashlahat
kesehatan dan keselematan lebih diutamakan daripada
mashlahat menjauhi benda najis”.
2. Pendapat Imam al-Nawawi dalam Kitab Al-Majmu’ (9/55) :
“Sahabat-sahabat kami (Pengikut Madzhab Syafi’i)
berpendapat: Sesungguhnya berobat dengan menggunakan
benda najis dibolehkan apabila belum menemukan benda suci
yang dapat menggantikannya, apabila telah didapatkan – obat
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
11
dengan benda yang suci – maka haram hukumnya berobat dengan
benda-benda najis. Inilah maksud dari hadist “Sesungguhnya
Allah tidak menjadikan kesehatan kalian pada sesuatu yang
diharamkan atas kalian “, maka berobat dengan benda najis
menjadi haram apabila ada obat alternatif yang tidak mengandung
najis dan tidak haram apabila belum menemukan selain benda najis
tersebut. Sahabat-sahabat kami (Pengikut Madzhab Syafi’i)
berpendapat: Dibolehkannya berobat dengan benda najis apabila
para ahli kesehatan –farmakologi- menyatakan bahwa belum ada
obat kecuali dengan benda najis itu, atau obat – dengan benda
najis itu – direkomendasikan oleh dokter muslim”.
Obat halal harus memenuhi aspek-aspek berikut:
a. Sumber obat tidak mengandung zat dari hewan yang terlarang seperti
babi atau binatang yang disembelih tidak sesuai syariat Islam. Obat
yang terbuat dari tanaman, tanah, air, sumber mineral dan mikro
organisme yang ada di darat dan di dalam air dianggap halal dan
diperbolehkan kecuali yang beracun dan berbahaya. Sama halnya
dengan kandungan obat yang dibuat secara sintesis itu halal kecuali
bahan-bahan yang beracun, berbahaya, dan yang tercampur bahan
yang tidak halal.
b. Metode persiapan, pemprosesan, pembuatan, atau pemyimpanan
harus terbebas dari unsur yang tidak halal atau kotor.
c. Penggunaannya tidak memiliki dampak yang berbahaya di masa yang
akan datang.
d. Berdasarkan pada konsep halalan toyyiba, aspek higienis dalam
mempersiapkan dan penanganan obat harus diperhatikan semua
pihak. Kehalalan berarti terbebas dari kotoran, debu, kuman dan
kandungan non-halal lainnya seperti minuman keras yang dapat
menyebabkan penyakit dan termasuk kebersihan personilnya,
pakaian, alat dan tempat proses pengobatan. Dipastikan bahwa obat
yang diproduksi tidak membahayakan bagi pelanggan.
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
12
e. Sertifikasi dari dokter Muslim yang jujur dan terpercaya selama
inspeksi.
f. Obat tidak mengandung bahan-bahan yang tidak dijelaskan dalam
formulasi dan terbukti digunakan.
g. Perawatan tidak berdasarkan pada sihir, pemujaan, dan takhayul atau
penggunaan zat atau media yang dilarang karena mereka
bertentangan dengan syariat Islam. Dengan jelas disebutkan dalam Al
Qur’an bahwa: “Dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki
dari kalangan manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa
laki-laki dari jin, tapi mereka (jin) menjadikan mereka (manusia)
bertambah sesat”. (Al-Jinn, 72: 6) (Roziatul, 2012).
Islam telah memberikan panduan mengenai unsur yang dilarang
dalam pengobatan. Berikut adalah unsur yang dilarang dalam
pengobatan:
1) Bangkai. Tidak diperbolehkan untuk menggunakan bangkai yang
binatang yang mati yang tidak disembelih berdasarkan syariat Islam
untuk tujuan pengobatan. Islam telah memperingatkan bahwa
pengobatan menggunakan zat yang dilarang itu tidak baik dan
memalukan berdasarkan akal sehat dan perundang-undangan. Oleh
karena itu, Muslim dilarang untuk untuk mencari kesembuhan penyakit
melalui penggunaan zat yang dilarang. Namun demikian, Muslim
diperbolehkan menggunakan binatang dan organ dalam yang halal untuk
dimakan dan disembelih sesuai syariat Islam guna untuk pengobatan.
2) Minuman Keras: Mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak
diperbolehkan menggunakan minuman keras dalam pengobatan. Hal ini
dijelaskan lebih jauh oleh Thariq bin Suwaid Al Ju’fiyyi, suatu hari dia
bertanya kepada Nabi SAW tentang pembuatan (minuman) anggur. Dia
melarang pembuatannya. Kemudian Thariq berkata: Aku membuat
anggur khusus untuk pengobatan. Nabi bersabda: “Dia tidak akan
menyembuhkanmu dari apa yang dilarang bagimu”(H.R. Muslim). Ibnu
Taymiyyah berpendapat bahwa minum obat yang mengandung minuman
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
13
keras tidak diperbolehkan berdasarkan hadits Nabi SAW dan ini
merupakan pendapat mayoritas ulama (Ibnu Taymiyyah). Namun
demikian, mayoritas ulama berpendapat bahwa minuman kerias sebagai
pengobatan diperbolehkan dalam keadaan darurat.
3) Alkohol.Empat madzhab yaitu Hanafi, Maliki, Shafi'I dan Hambali
serempak sepakat bahwa alkohol yang berasal dari fermentasi tidak
diperbolehkan karena dihukumi dengan hukum khamr (minuman keras).
Kandungan ethanol yang tinggi dalam minuman keras menyebabkan
ketidakseimbangan tubuh manusia dan sistem saraf. Di lain pihak, para
ulama berbeda pendapat mengenai status alkohol yang diproduksi secara
kimiawi. Ulama kontemporer seperti Al Qaradhawi memandang bahwa
alkohol yang diproses secara kimiawi diperbolehkan untuk penggunaan
ekternal (Al-Qaradhawi, 1989). Beberapa negara Muslim seperti
Malaysia dan Saudi Arabia memutuskan untuk sepakat dengan aturan
ini. Dengan demikian, benzyl alcohol, methyl alcohol dan polyethylene
alcohol yang digunakan pada obat-obatan dapat dianggap halal dan
dapat digunakan sesuai dengan jumlah yang diperbolehkan.Pelarangan
penggunaan alkohol untuk muslim akan menghalangi perkembangan dan
penerapan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kimia, farmasi,
obat-obatan dan produksi. Secara medis, pelarangan terbut bisa
memperpanjang penderitaan pasien yang terluka dan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Karena beberapa obat-obatan dicampur dengan
alkohol, para ulama berpendapat bahwa hal tersebut tidak membuat obat
haram jika campuran tersebut hanya memberikan dampak kecil (Al-
Sharbini, 1957).
4) Napza (Drugs). Penggunaan napza sebagai obat memang bermanfaat
karena sangat efektif untuk penggunaan jangka pendek, akan tetapi
dapat menyebabkan bahaya besar bagi pasien dalam penggunaan jangka
panjang. Dampak jangka panjang diantaranya gagal ginjal dan
kerusakan hati (Priori, 1998). Itulah mengapa penggunaanya hanya
diresepkan oleh badan tertentu melalui pengawasan dan monitoring yang
ketat. Asupan resep obat-obatan terlarang harus didasarkan pada azas
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
14
darurat dan merupakan solusi sementara untuk penyakit yang belum
ditemukan obatnya. Jenis napza yang pada umumnya digunakan dalam
pengobatan adalah:
a) Zat Narkotika dari bunga opium atau sintesis yang digunakan
sebagai penghilang rasa sakit bagi pasien dengan serangan
jantung akut, kanker, atau rasa sakit selama melahirkan.
Contohnya adalah morfin dan pethidine.
b) Cannabis atau marijuana dari pohon cannabis indica dan
cannabis sativa yang digunakan sebagai pereda rasa sakit.
c) Kokain yang digunakan untuk membekukan dan mengentikan
pendarahan. Dampak instannya adalah disilusi (mengalami rasa
kekecewaan yang mendalam) dan penggunaan yang melebihi
dosis dapat menyebabkan epilepsi dan kematian dikarenakan
lemas kekurangan nafas.
5) Gelatin. Gelatin merupakan zat yang diperoleh dari hidrolisis sebagian
kolagen yang berasal dari protein, tulang, tendon dan kulit binatang.
Diperkirakan sekitar 44% gelatin berasal dari babi, 28% dari sapi, 27%
dari tulang binatang dan 1% dari sumber lain. Gelatin dari tanaman
memiliki fungsi yang sama dengan gelatin binatang dan dapat
dikonsumsi dari gluten gandum atau tanaman biji-bijian lainnya. Oleh
karena itu, gelatin bisa juga berasal dari tanaman(Rahman, 2010).
Argumen utama yang telah muncul adalah bahwa gelatin bersumber dari
binatang. Gelatin jenis ini bisa jadi haram jika berasal dari binatang
yang dilarang seperti babi, atau binatang yang tidak disembelih
berdasarkan aturan Islam. Makanan atau obat apapun yang dibuat dari
campuran gelatin ini juga dianggap haram. Diantara nama generik untuk
gelatin yang tertulis pada label produk adalah bovine gelatine, gum base,
emulsifierdan e-code gelatin(e441). (Asmak, 2015).
Beberapa contoh obat haram diantaranya:
a) Insulin, ada beberapa tipe insulin seperti regular human insulin (RHI),
rapid-acting insulin analogues (RAAs), neutral protamine insulin dan
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
15
long-acting analoges yang tersedia untuk pasien diabetes untuk
mengendalikan kadar gula darah diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 (Rys,
2011). Insulin pada mulanya berasal dari ekstrak pankreas anjing dan
hari ini insulin bisa diperoleh dari sapi, babi atau rekombinan insulin
manusia. Sekarang, penggunaan rekombinan insulin manusia telah
tersebar yang diproduksi melalui metode rekayasa genetik yang berasal
dari insulin babi (Lam, 2000).
b) Heparin, Heparin adalah anticoagulant yang digunakan untuk mencegah
pembentukan pembekuan darah untuk memudahkan sirkulasi darah.
Heparin diberikan melalui injeksi dan umumnya digunakan pada operasi
jantung dan penyakit kardiovaskular. Heparin diproduksi dari usus babi
dan paru sapi (Sommers, 2011).
c) Porcine trypsin, Trypsin berasal dari babi dan digunakan dalam berbagai
macam penggunaan ilmiah dan medis juga dalam industri makanan
(Johnson, 2002). Trypsin juga digunakan dalam produksi insulin yang
umumnya digunakan untuk mengobati diabetes (Diabetes mellitus)
(Bolli, 2012).
d) Low Molecular Weight Heparin (HBMR). Dewan Fatwa Nasional
untuk Agama Islam, Malaysia dalam rapatnya yang ke-87 (23 dan 25
Juni 2009) memutuskan bahwa HBMR Fraxiparine Clexane haram
karena ada obat alternatif yaitu Arixtra. Obat ini diproduksi dari sumber
yang halal dan memiliki fungsi dan efek yang sama dengan Clexane dan
Fraxiparine (National Fatwa Council, 2009).
3. Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (UU No 36
tahun 2014). Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara
aktif dan professional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan
formal kesehatan mauun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
16
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (RI, PP. 1996). Dalam
Sistem Kesehatan Nasional (SKN), tenaga kesehatan merupakan pokok
dari subsistem SDM kesehatan, yaitu tatanan yang menghimpun berbagai
upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan
kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin
tercapianya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
(Bappenas, 2005).
Undang-undang Republik Indonesia No 36 tahun 2014 mengatur
tentang jenis tenaga kesehatan sebagai berikut:
a. Tenaga medis, meliputi dokter dan dokter gigi, dokter spesialis, dan
dokter gigi spesialis.
b. Tenaga psikologi klinis, meliputi psikologi klinis.
c. Tenaga keperawatan, meliputi berbagai jenis perawat
d. Tenaga kebidanan meliputi bidan.
e. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analisis farmasi, dan asisten
apoteker
f. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiologi kesehatan, tenaga
promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja,
tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan
kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga.
g. Tenaga kesehatan lingkungan meliputi tenaga sanitasi lingkungan,
entomology kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan.
h. Tenaga Gizi meliputi nutrision dan dietisian
i. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasi terapis, terapis
wicara, dan akupuntur.
j. Tenaga keteknisian medis meliputi perekam medis dan informasi
kesehatan, teknik kardiovaskular, teknisi pelayanan darah, refraksionis
optisien/optometris, teknisi gigi, penata anastesi, terapis gigi, dan
mulut audiologis.
k. Tenaga teknik biomedikasi meliputiradiografer, elektromedis, ahli
teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan
otorik prostetik.
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
17
l. Tenaga kesehatan tradisional meliputi tenaga kesehatan tradisional
ramuan dan tenaga kesehatan tradisional ketrampilan.
m. Tenaga kesehatan lain yang ditetapkan oleh menteri.
Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi,
dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran
gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui olehPemerintah
Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Praktik
kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan
dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.
Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi
mempunyai wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai dengan
pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas:
a. mewawancarai pasien
b. memeriksa fisik dan mental pasien
c. menentukan pemeriksaan penunjang
d. menegakkan diagnosis
e. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien
f. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
g. menulis resep obat dan alat kesehatan
h. menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi
i. menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan
j. meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di
daerah terpencil yang tidak ada apotek (UU No.29 tahun 2004).
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Pekerjaan
Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan
Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
18
berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.Dalam
menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan
kefarmasian. Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter
dilaksanakan oleh Apoteker.
Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker dapat:
a. mengangkat seorang Apoteker pendamping yang memiliki SIPA
b. mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama
komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan
dokter dan/atau pasien
c. menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada
masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan (PP No.51 Tahun 2009)
4. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behaviour). Tingkat pengetahuan di dalam
domain kognitif (Notoatmodjo, 2012), tercakup dalam 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya dengan spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Pengukuran bahwa
orang yang bersangkutan tahu yaitu dapat menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya,
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
19
menginterpretasikan suatu materi tersebut secara benar. Pengukuran
bahwa orang yang bersangkutan telah paham yaitu: dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkandan sebagainya.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi yang dimaksud yaitu: penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya.
4. Analisis
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan
suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Pengukuran kemampuan analisis yaitu dapat dilihat dari:
penggunaan kata kerja, menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokan an sebagainya.
5. Sintesis
Sintesis diartikan sebagaikemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Pengukuran kemampuan menyintesis yaitu dapat dilihat
dari cara: menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan
sebagaiya.
6. Evaluasi
Evaluasi diartikan sebagai dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran kemampuan mengevaluasi dapat digunakan kriteria yang
sesuai dengan sebab dan akibat.
5. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dapat disimpulkan bahwa
manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
20
Sedangkan menurut Newcomb (1998), salah seorang psikolog sosial
menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Menurut
Alport (1954) yang dikutip Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa sikap
itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend tobehave)
Dengan kata lain, fungsi sikap merupakan (reaksi terbuka) atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau
reaksi tertutup. Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :
1. Menerima (receiving)
Menerima merupakan sikap seseorang mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan.
2. Menanggapi (responding)
Menanggapi merupakan sikap memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi terlepas dari usaha ya
tersebut salah atau benar.
3. Menghargai (valuing)
Menghargai merupakan sikap seseorang mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi tindakannya
dan sikap bertanggung jawab yaitu mampu mengambil segala resiko
yang terjadi.
6. Presepsi
Menurut Robbin, persepsi merupakan sebagai proses dimana orang
dapat mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensasi yang dirasakan
dengan tujuan untuk memberi makna terhadap suatu lingkungan
(Notoatmodjo, 2010).
Walaupun proses mulainya rangsangan fisik hingga interprestasi
yang begitu cepat, maka untuk mempelajari persepsi kita dapat
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
21
membaginya menjai dua bagian besar yaitu: proses sensasi atau merasakan
(sensasion) yang menyangkut proses sensor dan proses persepsi yang
menyangkut interprestasi kita terhadap suatu objek yang kita lihat atau kita
dengar atau kita rasakan (Notoatmodjo, 2010).
Ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus dapat masuk
dalam perhatian kita. Faktor-faktor ini dapat kita bagi menjadi dua
kelompok besar yaitu factor eksternal dan factor internal. Factor internal
merupakan factor yang melekat pada suatu objek, sedangkan factor
eksternal merupakan factor yang terjadi bila ada stimulus dari orang yang
mempresentasikan hal tersebut.
1. Faktor Eksternal
a. Kontras: cara paling mudah untuk menarik perhatian seseorang
yaitu dengan kontras baik pada warna, ukuran, bentuk atau
gerakan.
1. Kontras warna: jika kita mendaki gunung maka kita harus
memakai pakaian yang berwarna mencolok seperti warna
jingga, supaya memudahkan pencarian bila kita tersesat.
2. Kontras ukuran: cara ini banyak dilalakukan oleh perusahaan
iklan, dimana mereka akan membuat papan iklan yang besar
untuk menarik perhatian.
3. Kontras bentuk: jika kita berbadan gemuk kemudian kita
berkumpul diantara orang yang berbadan kurus maka kita akan
cepat menjadi perhatian.
4. Kontras gerakan: gerakan akan menarik perhatian kit ajika
benda-benda lainnya diam.
b. Perubahan intestinal: suara yang pelan berubah menjadi keras, atau
cahaya yang awalnya redup menjadi terang akan menarik perhatian
kita.
c. Pengulangan: iklan yang sering diulang-ulang akan menarik
perhatian kita, walaupun sering sekali membuat kita merasa marah
dibuatnya.
d. Sesuatu yang baru: suatu stimulus yang baru akan lebih menarik
perhatian kita dari pada sesuatu apa yang sudah kita ketahui.
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017
22
e. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak: suatu stimulus yang
menarik perhatian orang banyak maka akan menarik perhatian kita.
2. Faktor Internal
a. Pengalaman atau pengetahuan: pengalaman atau pengetahuan yang
dimiliki seseorang merupakan factor yang sangat berperan dalam
menginterprestasikan stimulus yang kita peroleh. Pengalaman
masa lalu maka akan memepengaruhi perubahan interprestasi.
b. Harapan: harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi
akan adanya stimulu yang ada.
c. Kebutuhan: kebutuhan akan memepengaruhi stimulus tersebut
dapat masuk adalam rentang perhatian kita dan kebutuhan ini akan
menginterprestasikan stimulus secara berbeda.
d. Motivasi: motivasi akan memepengruhi persepsi seseorang.
e. Emosi: emosi seseorang akan mempengaruhi persepsi terhadap
stimulus yang ada. Emosi takut juga akan mempengaruhi persepsi
kita terhadap rasa sakit.
f. Budaya: seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan
menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara
berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang diluar
kelompoknya sebagai sama saja (Notoatmodjo, 2010).
Tingkat Pengetahuan, Sikap,..., Alfiyaturrohmaniyah Trisnawati, Fak. Farmasi UMP 2017