Upload
vantuong
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Teori keagenan
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan
untuk memahami corporate governance. Konflik kepentingan antara
pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat
sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan
(agency cost), (Bangun dan Vincent, 2008).Menurut Darmawati, dkk.
(2004) Hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan
(principal/investor) dan pengendalian (agent/manajer). Investor memiliki
harapan bahwa manajer akan menghasilkan returns dari uang yang mereka
investasikan. Jensen dan Meckling (1976) dalam wulandari (2006)
menggambarkan hubungan agen sebagai suatu hubungan antara pemilik
perusahaan (prinsipal) dengan agen dalam pendelegasian wewenang untuk
pengambilan keputusan kepada agen.
Teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang
terjadi apabila pihak yang bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian
kerja yang berbeda. Masalah yang terjadi dalam hubungan keagenan
(Eisenhardt, 1989 dalam Darmawati, dkk(2004)). Pertama, yaitu masalah
keagenan yang timbul pada saat tujuan prinsipal dan agen berlawanan serta
sulit bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang dilakukan
9
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
10
oleh agen. Kedua, masalah pembagian resiko yang timbul pada saat kedua
belah pihak memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapi resiko. Jensen
dan Meckling (1976), Watts dan Zimmerman (1986) dalam Herawaty
(2008) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-
angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-
pihak yang berkepentingan. Sebagai bukti pertanggungjawaban atas
kinerjanya maka agen dapat melaporkannya dengan bukti laporan keuangan
tersebut. Agar prinsipal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sejauh
mana agen bekerja dalam meningkatkan kesejahteraan serta sebagai dasar
pemberian kompensasi kepada agen.
Corporate governance merupakan suatu mekanisme pengelolaan
yang didasarkan pada teori keagenan. Penerapan konsep corporate
governance diharapkan dapat memberikan kepercayaan bagi agen (manajer)
dalam mengelola kekayaan pemilik (investor), dan pemilik menjadi lebih
yakin bahwa agen tidak akan melakukan suatu kecurangan untuk
kesejahteraan agen(Darwis, 2009).
2.2 Pengertian corporate governance
FCGI (2001b) dalam Darwis (2009) mendefinisikan bahwa
corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak
kreditor, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal
dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
11
mereka, sehingga menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan (stakeholder).
The Organization of Economic Corporation and Development
(OECD) mendefinisikan corporate governance sebagai serangkaian
hubungan antara manajemen perusahaan, pengurus, pemegang saham, dan
semua pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder). Ini
adalah definisi yang netral sesuai dengan ilmu ekonomi murni dan tidak
mencerminkan tujuan dari corporate governance yang sangat berorientasi
pada nilai (Chapra dan Habib Ahmed, 2008).
Adrian Cadbury (1992) dalam Wulandari (2006) mengungkapkan
bahwa corporate governance merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan atau mengawasi perusahaan. Sedangkan menurut Hidayah
(2008) menyimpulkan bahwa corporate governance merupakan sistem dan
struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan untuk
meningkatkan nilai pemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak
yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholder) seperti kreditur,
supplier, asosiasi bisnis, konsumen, karyawan, pemerintah dan masyarakat
luas.
Bangun dan Vincent (2008) mengemukakan bahwa corporate
governance merupakan salah satu dasar dalam meningkatkan efisiensi
ekonomis, yang meliputi hubungan antara manajemen perusahaan dan
stakeholder. Corporate governance juga diperlukan untuk mengendalikan
perilaku pengelola perusahaan agar bertindak tidak hanya menguntungkan
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
12
dirinya sendiri, yaitu menyamakan kepentingan antara pemilik perusahaan
dengan pengelola perusahaan. Monks (2003) dalam Thomas (2006)
mengemukakan bahwa good corporate governance merupakan sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah
(value added) untuk semua stakeholder.
Beberapa penelitian tentang corporate governance menunjukkan
hasil bahwa corporate governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan,
misal pnelitian yang dilakukan oleh Darwis (2009), Kusumawati (2005),
dan Wulandari (2006). Menurut Hidayah (2008) yang meneliti pengaruh
kualitas pengungkapan informasi terhadap hubungan antara penerapan
corporate governance dengan kinerja perusahaan menyimpulkan bahwa
penerapan corporate governance tidak mempengaruhi kinerja pasar
perusahaan secara langsung.Sayidah (2007) yang menyimpulkan
bahwakualitas corporate governance tidak mempengaruhi kinerja
perusahaan.
Sistem tata kelola perusahaan yang baik menuntut dibangun dan
dijalankan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan (corporate governance)
dalam proses manajerial perusahaan. Dengan mengenal prinsip-prinsip
Good Corporate Governance yang berlaku secara universal diharapkan
perusahaan dapat hidup secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi
para stakeholder (Yusrita dkk, 2010).
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
13
Terdapat lima prinsip GCG yang dapat dijadikan pedoman bagi
para pelaku bisnis, yaitu:
1. Transparency (keterbukaan informasi)
Transparency atau keterbukaan informasi merupakan suatu prinsip yang
harus diwujudkan oleh suatu perusahaan untuk menyediakan informasi
yang sudah diaudit dan diungkapkan sejalan dengan pembukuan yang
berkualitas yang bersifat akurat, efisien dan tepat waktu dalam
penyampaiannya kepada para stakeholders.
2. Accountability (kejelasan fungsi)
Akuntability atau kejelasan fungsi yang dapat dipertanggungjawabkan,
yaitu bahwa Anggota dewan direksi harus bertindak mewakili
kepentingan perusahaan dan para pemegang saham dalam Penilaian yang
bersifat independent terlepas dari manajemen dan adanya akses terhadap
informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu. Apabila prinsip ini
diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak,
kewajiban dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham,
dewan komisaris dan dewan direksi.
3. Responsibility (pertanggungjawaban)
Bentuk pertanggungjawaban suatu perusahaan adalah kepatuhan
perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya; masalah pajak,
hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
14
lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama
masyarakat disekitarnya. Dengan diterapkannya prinsip ini, diharapkan
akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya,
perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung jawab kepada
shareholder juga kepada stakeholders lainnya.
4. Fairnes (keadilan)
Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak
stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Diharapkan fairnes dapat menjadi faktor pendorong yang dapat
memonitor dan memberikan jaminan perlakuan yang adil di antara
beragam kepentingan dalam perusahaan.
5. Indepandency (kemandirian)
Intinya, prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara
profesional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau
intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-
peraturan yang berlaku.
Bapepam berperan secara langsung maupun tidak langsung dalam
mendorong implementasi prinsip-prinsip GCG di Indonesia. Peraturan dan
kebijakan bapepam terkait dengan GCG antara lain menyangkut keputusan
Bapepam mengenai prinsip transparansi yang mewajibkan perusahaan untuk
mempublikasikan informasi secara umum mengenai aspek yang terkait
dengan pemegang saham, transaksi material, dan perubahan dalam aktivitas
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
15
bisnis inti, keputusan mengenai merger dan akuisisi perusahaan publik, serta
pengungkapan mengenai perusahaan apakah dlam proses peradilan
kepailitan. Peraturan kedua yaitu keputusan Bapepam kuputusan Bapepam
yang terkait dengan penerapan prinsip-prinsip kewajaran terutama
untukperlindungan kepentingan dan hak pemegang saham,ketentuan
mengenai benturan kepentingan dalamtransaksi-transaksi tertentu, dan
ketentuan mengenaipenawaran tender.Ketiga, keputusan Bapepam
mengenai penerapanprinsip responsibilitas dan akuntabilitas
sepertikeputusan mengenai merger dan akuisisi perusahaanpublik, terutama
terkait dengan kewajiban direksi dandewan komisaris untuk membuat
pernyataan kepadaBapepam dan RUPS bahwa merger dan akuisisi
yanghendak dilakukan telah mempertimbangkan secaramatang dengan
memperhatikan kepentingan stakeholders,kepentingan publik, kepentingan
perusahaan,persaingan yang sehat, dan jaminan akan terpenuhinyahak-hak
pemegang saham publik termasukkewajiban untuk memiliki komite audit
(Thomas, 2006).
Dalam pelaksanaan penerapan GCG diperusahaan adalah penting
bagi perusahaan untuk melakukan tahapan-tahapan yang cermat. Pada
umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil menerapkan GCG
menggunakan tahapan-tahapan berikut (Chinn, 2000; Shaw, 2003; dalam
Thomas, 2006) :
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
16
1. Tahap persiapan
Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama yaitu : pertama, awareness
building yaitu merupakan langkah awal untuk membangunkesadaran
mengenai arti penting GCG dan komitmen bersama dalam
penerapannya. Kedua, GCG assesmentyaitu merupakan upaya untuk
mangukur atau lebih tepatnya memetakan kondisi perusahaan dalam
penetapan GCG saat ini. Ketiga, GCG manual building yaitu langkah
berikut setelah GCG assesment dilakukan.
2. Tahap implementasi
Setelah perusahaan memiliki GCG manual, langkah berikutnya yaitu
memulai implementasi diperusahaan. Tahap ini terdiri atas 3 langkah
utama yakni :
1) Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkankepada seluruh
perusahaan berbagai aspek yangterkait dengan implementasi GCG
khususnyamengenai pedoman penerapan GCG.
2) Implementasi, yaitu kegiatan yang dilakukansejalan dengan
pedoman GCG yang ada, berdasarroadmap yang telah disusun.
3) Internalisasi, yaitu tahap jangka panjang dalamimplementasi.
Internalisasi mencakup upaya-upayauntuk memperkenalkan GCG
di dalamseluruh proses bisnis perusahaan kerja, danberbagai
peraturan perusahaan.
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
17
3. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari
waktu ke waktu untukmengukur sejauh mana efektivitas penerapan
GCGtelah dilakukan dengan meminta pihak independenmelakukan
audit implementasi dan scoring ataspraktik GCG yang ada.
Berdasarkan definisi atau pengertian good corporate governance di
atas dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya good corporate governance
adalah mengenai sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders)
terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan
komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.
2.3Dewan komisaris
Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi
tanggungjawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam
laporan keuangan (Nasution dan Doddy , 2007). Hubungan antara jumlah
anggota dewan komisaris dengan nilai perusahaan didukung oleh perspektif
fungsi service dan kontrol yang dapat diberikan oleh dewan komisaris
(Darwis, 2009). Yenmark (1996), Eisenberg, Sundgren, dan Wells (1998),
dan Jensen (1993) dalam Nasution dan Doddy (2007) mengatakan bahwa
makin banyaknya personel yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat
pada makin buruknya kinerja yang dimiliki perusahaan.
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
18
World Bank (1999) dalam Darwis (2009) menyimpulkan bahwa
salah satu cara yang paling efisien dalam rangka untuk mengurangi
terjadinya konflik kepentingan dan memastikan pencapaian tujuan
perusahaan, diperlukan keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian
yang secara efektif mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta
kemampuan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan yang berbeda. Mekanisme (pengendalian) internal dalam
perusahaan antara lain struktur kepemilikan dan pengendalian yang
dilakukan oleh komisaris dalam hal ini komposisi dewan.
Penelitian yang dilakukan oleh Darwis (2009) menyimpulkan
bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Bangun dan Vincent (2008) juga menyimpulkan bahwa jumlah
dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen
laba. Ukuran dewan komisaris yang besar dianggap kurang efektif dalam
menjalankan fungsinya karena sulit dalam komunikasi, koordinasi serta
pembuatan keputusan.
2.4 Kepemilikan Institusional
Institusi merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan
besar terhadap investasi saham yang dilakukan. Institusi biasanya
menyerahkan tanggungjawab kepada divisi tertentu untuk mengelola
investasi suatu perusahaan (Etty, 2009). Kepemilikan institusional, dimana
umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan.
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
19
Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan
aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan
terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Kepemilikan
institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen
melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi
manajemen laba (Bangun dan Vincent, 2008). Herawaty (2008) dalam
penelitiannya menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.
Hal yang sama juga dilakukan Darwis (2009) yang menemukan
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
investor institusional mempunyai akses atas sumber informasi yang lebih
tepat waktu dan relevan yang dapat mengetahui keberadaan pengelolaan
laba lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan investor individual.
Penelitian lain yang dilakukan Wulandari (2006) menemukan bahwa
kepemilikan institusional tidak signifikan berpengaruh positif terhadap
kinerja.
2.5 Kepemilikan manajerial
Kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham atau
pemilikdalam perusahaan dari pihak manajemen yang ikut aktif dalam
pengambilan keputusan suatu perusahaan (Downes dan Goodmen, 1999
dalam Etty, 2009). Jensen dan Meckling (1976) dalam Herawaty (2008)
menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
20
untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan
kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham.
Bukti empiris mengenai Kepemilikan manajerial telah dilakukan
oleh Darwis (2009) dan Yusriati dkk (2010) yang menemukan hasil yang
sama bahwa tidak ada pengaruh antara kepemilikan manajerial terhadap
kinerja keuangan. Penelitian lain juga dilakukan Herawaty (2008) yang
membuktikan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan.
2.6 Dewan komisaris independen
Dewan komisaris diberi tugas dan tanggungjawab dalam
pengawasan kualitas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.
Dengan adanya dewan komisaris independen, diharapkan para eksekutif
akan bertindak untuk kepentingan pemilik. Melalui peranan dewan dalam
melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh pihak
manajemen, komposisi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang
efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang
berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan pelaporan
keuangan (Budiono, 2005 dalam Darwis 2009). Struktur governance di
Indonesia memisahkan antara dewan komisaris dengan dewan direksi.
Jumlah dewan komisaris independen yang disarankan adalah 20% dari
jumlah total dewan komisaris yang berasal dari luar pemilik atau kalangan
profesional (Wulandari, 2006).
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
21
Penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008) menemukan
bahwa komisaris independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
nilai perusahaan. Penelitian ini kontradiktif dengan Yusriati dkk (2010) dan
Darwis (2009) menemukan bahwa komposisi dewan komisaris independen
tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Begitu pula dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wulandari (2006) yang menemukan hasil bahwa
proporsi dewan komisaris independen tidak signifikan berpengaruh positif
terhadap kinerja perusahaan.
2.7 Komite audit
Komite audit merupakan sistem pengendalian perusahaan,
sesuaiketentuan Bank Indonesia, Komite Audit diketuai oleh Komisaris
Independen, sedangkan anggota Komite adalah pihak-pihak independen
yang memiliki kompetensi di bidang-bidang yang dipersyaratkan. Seluruh
keanggotaan Komite Audit adalah independen sehingga tidak memiliki
hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan
keluarga dengan Dewan Komisaris, Direksi dan/atau Pemegang Saham
Pengendali atau hubungan dengan perusahaan yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen.Komite audit merupakan salah
satu komite yang memiliki peranan penting dalam corporate governance.
Tugas komite audit adalah membantu dewan komisaris untuk memenuhi
tanggungjawabnya dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh.
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
22
Penelitian tentang komite audit sebelumnya telah dilakukan oleh
Yusriati (2010) yang memberikan bukti bahwa komite audit mempunyai
pengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal serupa juga diungkapkan oleh
Herawaty (2008) yang menemukan bukti bahwa kualitas audit berpengaruh
terhadap signifikan terhadap nilai perusahaan.
2.8 Kinerja keuangan
Yusrita. dkk (2010) mendefinisikan, kinerja keuangan sebagai
kemampuan kerja manajemen keuangan dalam mencapai prestasi
kinerjanya. Menegaskan bahwa kinerja perusahaan merupakan suatu
tampilan perusahaan dalam periode tertentu. Penilaian kinerja perusahaan
adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi,
bagan organisasi, karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 1997 dalam Bara dan Elizabeth,
2006).
Dalam membahas metode penilaian kinerja keuangan, perusahaan
harus didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan yang dibuat
sesuai dengan prinsip akuntansi keuangan yang berlaku umum. Laporan
keuangan ini merupakan data yang paling umum yang tersedia untuk tujuan
tersebut, walaupun seringkali tidak mewakili hasil dan kondisi ekonomi.
Laporan keuangan disebut sebagai "kartu skor" periodik yang memuat hasil
investasi operasi dan pembiayaan perusahaan, maka fokus akan diarahkan
pada hubungan dan indikator keuangan yang memungkinkan analisa
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
23
penilaian kinerja masa lalu dan juga proyeksi hasil masa depan dimana akan
menekankan pada manfaat serta keterbatasan yang terkandung didalamnya
(sucipto, 2003).
2.9 Kerangka pemikiran
Suatu perusahaan akan mencapai tujuan yang diharapkan apabila
kinerja didalam perusahaan dapat diterapkan dengan baik secara maksimal.
Sistem tata kelola perusahaan yang baik menuntut dibangun dan dijalankan
prinsip-prinsip tata kelola perusahaan (corporate governance) dalam proses
manajerial perusahaan. Dengan mengenal prinsip-prinsip Good Corporate
Governance yang berlaku secara universal diharapkan perusahaan dapat
hidup secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi para stakeholder
(Yusrita. dkk, 2010).
Mekanisme (pengendalian) internal dalam perusahaan antara lain
struktur kepemilikan dan pengendalian yang dilakukan oleh komisaris
dalam hal ini komposisi dewan. Dimana dewan komisarismerupakan suatu
dewan yang memegang peranan penting dalam perusahaan dalam
mengarahkan strategi dan mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan
bahwa para manajer benar-benar meningkatkan kinerja perusahaan sebagai
bagian daripada pencapaian tujuan perusahaan. Yenmark (1996), Eisenberg,
Sundgren, dan Wells (1998), dan Jensen (1993) dalam Nasution dan Doddy
(2007) mengatakan bahwa makin banyaknya personel yang menjadi dewan
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
24
komisaris dapat berakibat pada makin buruknya kinerja yang dimiliki
perusahaan.
Kepemilikan institusional pada umumnya dapat bertindak
sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Semakin besar kepemilikan
institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan
diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan
yang dilakukan oleh manajemen. Kepemilikan institusional memiliki
kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses
monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba
(Bangun dan Vincent, 2008).
Kepemilikan manajerial merupakan mekanisme untuk mengurangi
masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-
kepentingan manajer dengan pemegang saham seperti yang telah dijelaskan
oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Herawaty (2008). Kepemilikan
manajerial telah dilakukan oleh Darwis (2009) dan Yusriati dkk (2010) yang
menemukan hasil yang sama bahwa tidak ada pengaruh antara kepemilikan
manajerial terhadap kinerja keuangan. Penelitian lain juga dilakukan
Herawaty (2008) yang membuktikan bahwa kepemilikan manajerial
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
Dengan adanya dewan komisaris independen, diharapkan para
eksekutif akan bertindak untuk kepentingan pemilik. Melalui peranan dewan
dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh
pihak manajemen, komposisi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
25
yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang
berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan pelaporan
keuangan (Budiono, 2005 dalam Darwis 2009).
Komite audit adalah sekelompok orang yang beranggotakan satu
orang atau lebih yang dibentuk oleh dewan komisaris yang diketuai oleh
komisaris independen yang bekerja secara kolektif untuk membantu dewan
komisaris dalam tugasnya yaitu untuk memenuhi tanggungjawabnya dalam
memberikan pengawasan secara menyeluruh.Komite audit merupakan salah
satu komite yang memiliki peranan penting dalam corporate governance.
Komite audit yang beranggotakan sedikit cenderung dapat bertindak lebih
efisien. Akan tetapi, Komite Audit beranggota terlalu sedikit juga
menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam pengalaman anggota.
Sedapat mungkin anggota Komite Audit memiliki pemahaman memadai
tentang pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan
internal.Seperti penelitian yang dilakukan Herawaty (2008) yang
menyatakan bahwa kualitas audit memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja.
Berdasarkan rumusan masalah dan penelitian terdahulu, maka
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ukuran dewan
komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi
dewan komisaris independen dan komite audit. Dimana variabel tersebut
merupakan elemen dari corporate governance yang perlu diterapkan
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
26
didalam perusahaan guna memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Maka
kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Model kerangka pemikiran
2.10 Hipotesis
Berdasarkan asumsi diatas dapat disimpulkan hipotesis dari
masing–masing variabel antara lain, yaitu :
H1: Ukuran dewan komisaris,kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit
berpengaruh terhadap kinerja keuangan
H2:Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Dewan komisaris
Kepemilikan institusional
Komite audit
Kinerja keuangan
perusahaan
perbankan
H1
H4
H2
H6
Kepemilikan manajerial
Komposisi dewan komisaris
independen
H3
H5
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012
27
H3 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
H4: Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
H5: Komposisi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
H6: Komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Pengaruh Penerapan Corporate..., Meity Fitriana, Fakultas Ekonomi UMP, 2012