39
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Bermain 2.1.1 Definisi Bermain Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain, anak belajar berbagai hal. Bermain merupakan bagian yang amat penting dalam tumbuh kembang anak untuk menjadi manusia seutuhnya. Bermain bagi anak adalah salah satu hak anak yang paling hakiki. Melalui kegiatan bermain ini, anak bisa mencapai perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan sosial (Prasetyono, 2007). Masa anak-anak sangat identik dengan masa bermain, karena perkembangan anak mulai diasah sesuai kebutuhannya disaat tumbuh kembang. Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak-anak dapat melakukan atau mempraktikan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz, 2005). Aktivitas bermain yang dilakukan anak-anak merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

  • Upload
    doannhu

  • View
    220

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Bermain

2.1.1 Definisi Bermain

Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan

bermain, anak belajar berbagai hal. Bermain merupakan bagian

yang amat penting dalam tumbuh kembang anak untuk menjadi

manusia seutuhnya. Bermain bagi anak adalah salah satu hak

anak yang paling hakiki. Melalui kegiatan bermain ini, anak bisa

mencapai perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan sosial

(Prasetyono, 2007).

Masa anak-anak sangat identik dengan masa bermain,

karena perkembangan anak mulai diasah sesuai kebutuhannya

disaat tumbuh kembang. Bermain merupakan suatu aktivitas

dimana anak-anak dapat melakukan atau mempraktikan

keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,

menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan

berperilaku dewasa (Aziz, 2005).

Aktivitas bermain yang dilakukan anak-anak merupakan

cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

12

Bermain juga merupakan media yang baik untuk belajar, karena

dengan bermain anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi),

belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa

yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak, serta

suara (Wong, 2000).

Bagi anak-anak, bermain adalah “pekerjaan” mereka.

Bermain membantu anak memahami ketegangan dan tekanan,

mengembangkan kapasitas mereka, dan menguatkan

pertahanan mereka, sehingga bermain tidak dapat dipisahkan

dari kehidupan anak baik sehat maupun sakit (Potter & Perry,

2005).

Bermain membantu anak menguasai kecemasan dan

konflik sehingga ketegangan mengendur dan anak tersebut

dapat menghadapi masalah kehidupan. Permainan

memungkinkan anak menyalurkan kelebihan energi fisik dan

melepaskan emosi yang tertahan, yang meningkatkan

kemampuan si anak untuk menghadapi masalah (Santrock,

2007)

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

dunia anak adalah dunia bermain dan bermain adalah hak anak

yang paling hakiki. Melalui kegiatan bermain ini, anak bisa

mencapai perkembangan fisik, intelektual, emosi dan sosial.

Perkembangan secara fisik dapat dilihat saat bermain,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

13

perkembangan intelektual bisa dilihat dari kemampuannya

menggunakan atau memanfaatkan lingkungan, perkembangan

emosi dapat dilihat ketika anak merasa senang, tidak senang,

marah, menang dan kalah dan perkembangan sosial bisa dilihat

dari hubungannya dengan teman sebayanya, menolong dan

memperhatikan kepentingan orang lain.

2.1.2 Fungsi Bermain

Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan

sensorik-motorik, membantu perkembangan kognitif/intelektual,

perkembangan sosial, perkembangan kreativitas,

perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral, dan

bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).

a. Perkembangan Sensorik-Motorik

Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensorik-

motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan

anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan

fungsi otot, sehingga kemampuan penginderaan anak mulai

meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diterima

anak seperti: stimulasi visual (penglihatan), stimulasi audio

(pendengaran), stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi

kinetik.

b. Perkembangan Intelektual (Kognitif)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

14

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan

manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan

sekitar, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur

dan membedakan objek. Saat bermai, anak akan mencoba

melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu

memahami objek permainan seperti dunia tempat tinggal,

mampu membedakan khayalan dengan kenyataan dan

berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,

sehingga fungsi bermain pada model demikian akan

meningkatkan perkembangan kongnitif selanjutnya.

c. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial ditandai dengan anak mampu

berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan

bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.

Bermain dengan orang lain akan membantu anak

mengembangkan hubungan sosial, belajar memecahkan

masalah dari hubungan tersebut. Contoh pada anak-anak

usia todler yang bermain dengan teman sebayanya dan

bentuk permainannya adalah bermain peran seperti menjadi

guru, menjadi ayah atau ibu, menjadi anak dan lain-lain. Ini

merupakan tahap awal bagi anak usia todler dan prasekolah

untuk meluaskan aktivitas sosialnya diluar lingkungan

keluarga.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

15

d. Perkembangan Kreativitas

Bermain dapat meningkatkan kreativitas yaitu anak

mulai menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam

bentuk objek atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui

kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk

merealisasikan ide-idenya, misalnya dengan membongkar

dan memasang satu alat permainan akan merangsang

kreativitasnya untuk semakin berkembang.

e. Perkembangan Kesadaran Diri

Anak yang bermain akan mengembangkan

kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga

akan belajar mengenali kemampuannya dan

membandingkannya dengan orang lain dan menguji

kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan

mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.

f. Perkembangan Moral

Anak mempelajari nilai benar dan salah dari

lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Anak yang

melakukan aktivitas bermain, akan mendapatkan

kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

16

dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri

dengan aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.

Bermain juga dapat membantu anak belajar

mengenai nilai moral dan etika, belajar membedakan mana

yang benar dan mana yang salah serta belajar bertanggung

jawab atas segala tindakan yang dilakukannya.

Permainan adalah media yang efektif untuk

mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan

memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting bagi orang tua

untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas

bermain dengan mengajarkan nilai moral, seperti baik atau

buruk, benar atau salah.

g. Bermain Sebagai Terapi

Bermain mempunyai nilai terapeutik, bermain dapat

menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga

adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat

bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.

Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan

mengalami perasaan yang sangat tidak menyenangkan,

seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Anak yang

melakukan kegiatan bermain akan terlepas dari ketegangan

dan stres yang dialaminya akibat dari efek dirawat di rumah

sakit.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

17

Bermain dirumah sakit membuat normal sesuatu yang

asing dan kadang kondisi lingkungan yang tidak ramah dan

memberi jalan untuk menurunkan tekanan.

Bermain membantu untuk memahami ketegangan

dan tekanan, mengembangkan kapasitas mereka, dan

menguatkan pertahanan mereka.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

Ada lima faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain

pada anak (Supartini, 2004). Faktor-faktor tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Tahap Perkembangan Anak

Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu

sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan

perkembangannya. Tentunya permainan anak usia bayi

tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan

anak usia prasekolah, demikian juga sebaliknya, karena

pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi

pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Status Kesehatan Anak

Aktivitas bermain memerlukan energi. Namun bukan

berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit.

Kebutuhan bermain pada anak sama halnya dengan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

18

kebutuhan bekerja pada orang dewasa, yang penting pada

saat kondisi anak sedang menurun atau anak sedang

terkena sakit, bahkan dirawat di rumah sakit, orang tua dan

perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat

dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak

yang sedang dirawat di rumah sakit.

3. Jenis Kelamin Anak

Dalam melakukan aktivitas bermain tidak

membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan, semua

alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau

anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir,

imajinasi, kreativitas, dan kemampuan sosial anak.

Ada pendapat lain yang menyakini bahwa permainan

adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal

identitas diri sehingga sebagian alat permainan anak

perempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki-

laki. Hal ini dilatar belakangi oleh adanya alasan tuntutan

perilaku yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dan

hal ini dipelajari melalui media permainan.

4. Lingkungan yang Mendukung

Fasilitas bermain lebih diutamakan yang dapat

menstimulasi imajinasi dan kreativitas anak. Keyakinan

keluarga tentang moral dan budaya juga mempengaruhi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

19

bagaimana anak dididik melalui permainan, sementara

lingkungan fisik sekitar rumah lebih banyak mempengaruhi

ruang gerak anak untuk melakukan aktivitas fisik dan

motorik.

5. Alat dan Jenis Permainan yang Cocok

Alat dan jenis permainan dipilih yang sesuai dengan

tahapan tumbuh kembang anak. Label yang tertera pada

mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya,

apakah mainan tersebut aman dan sesuai dengan usia

anak. Alat permainan yang harus didorong, ditarik dan

dimanipulasi akan mengajarkan anak untuk

mengembangkan kemampuan koordinasi gerak.

2.1.4 Klasifikasi Bermain

Sifat bermain pada anak yang kita tahu ada dua yaitu

bersifat aktif dan bersifat pasif. Sifat demikian akan memberikan

jenis permainan yang berbeda, dikatakan bermain aktif jika anak

berperan aktif dalam permainan, selalu memberikan

rangsangan dan melaksanakannya, sedangkan bermain pasif

adalah anak memberikan respon secara pasif terhadap

permainan dan orang atau lingkungan yang memberikan respon

secara aktif. Melihat sifat tersebut, kita dapat mengenal macam-

macam dari permainan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

20

Ada beberapa jenis permainan, ditinjau dari isi permainan

dan karakter sosialnya. Berdasarkan isi permainan ada Social

affective play, sense pleasure play, skill play, games,

unoccupied behavior dan dramatic play. Ditinjau dari karakter

permainan, terdapat jenis social onlooker play, solitary play dan

parallel play (Aziz, 2005).

a. Berdasarkan Isi Permainan

1) Social Affective Play (Bermain Afektif Sosial)

Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang

dalam berhubungan dengan orang lain. Sifat dari

bermain ini adalah orang lain yang berperan aktif dan

anak hanya berespon terhadap stimulasi sehingga akan

memberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.

Permainan yang biasa dilakukan adalah “ciluk ba”,

berbicara dan memberi tangan untuk digenggam oleh

bayi sambil tersenyum/tertawa. Bayi akan mencoba

berespon terhadap tingkah laku orang tuanya dengan

tersenyum, tertawa atau mengecoh.

2) Sense of Pleasure Play (Bermain Bersenang-Senang)

Bermain ini hanya memberikan kesenangan pada

anak melalui objek yang ada, sehingga anak merasa

senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang

lain.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

21

Sifat bermain ini adalah bergantung pada stimulasi

yang diberikan pada anak, mengingat sifat dari bermain

ini hanya memberikan kesenangan pada anak tanpa

mempedulikan aspek kehadiran orang lain, misalnya

dengan menggunakan pasir, anak akan membuat

gunung-gunung atau benda apa saja yang dapat

dibentuknya dengan pasir.

3) Skill Play (Bermain Keterampilan)

Permainan ini akan meningkatkan keterampilan

anak khususnya motorik kasar dan halus, misalnya bayi

akan terampil memegang benda-benda kecil,

memindahkan benda dari satu tempat ketempat lain, dan

anak akan terampil naik sepeda.

Keterampilan tersebut diperoleh dari pengulangan

kegiatan permainan yang dilakukan. Semakin sering

melakukan latihan, anak akan semakin terampil. Sifat

permainan ini adalah bersifat aktif dimana anak selalu

ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu

seperti bermain dalam bongkar pasang gambar.

4) Games atau Permainan

Games atau permainan adalah jenis permainan

yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan

perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

22

anak sendiri atau dengan teman sebayanya. Banyak

sekali jenis permainan ini mulai dari yang tradisional

maupun yang modern misalnya ular tangga, congklak,

puzzle dan lain-lain.

5) Dramatic Play (Bermain Dramatik)

Dramatic play dapat dilakukan anak dengan

mencoba melakukan berpura-pura dalam berperilaku

seperti anak memperankan sebagai seorang dewasa,

seorang ibu dan guru dalam kehidupan sehari-hari.

Sifat dari permainan Dramatic play ini adalah anak

dituntut aktif dalam memerankan sesuatu. Permainan

dramatik ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu

berkomunikasi dan mengenal kehidupan sosial.

Permainan ini penting untuk proses identifikasi terhadap

peran orang tertentu.

6) Unoccupied Behavior

Unoccupied behavior bukanlah permainan yang

umumnya kita pahami. Pada saat tertentu, anak sering

terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, memainkan

kursi, meja atau apa saja yang ada disekelilingnya, Jadi

sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan

tertentu.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

23

Situasi dan objek disekelilingnya yang digunakan

sebagai alat permainan. Anak tampak senang, gembira,

dan asyik dengan situasi serta lingkungan tersebut.

b. Berdasarkan Karakter Sosial

Berdasarkan karakter sosialnya, ada lima jenis

permainan, yaitu onlooker play, solitary play, parallel play,

associative play dan cooperative play.

1) Onlooker play (Bermain Onlooker)

Jenis permainan ini adalah dengan melihat apa

yang dilakukan oleh anak lain yang sedang bermain

tetapi tidak berusaha untuk bermain. Anak tersebut

bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap

permainan yang sedang dilakukan temannya.

2) Solitary Play (Bermain Soliter/Mandiri)

Solitary play merupakan jenis permainan yang

dilakukan secara mandiri dan berpusat pada

permainannya sendiri tanpa mempedulikan orang lain.

Pada permainan ini anak tampak berada dalam

kelompok permainannya, tetapi anak bermain sendiri

dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat

permainan tersebut berbeda dengan alat permainan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

24

yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama

ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya.

3) Parallel Play (Bermain Pararel)

Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat

permainan yang sama, tetapi antara satu anak dengan

anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga

tidak ada sosialisasi satu sama lain. Sifat dari permainan

ini adalah anak aktif secara mandiri tetapi masih dalam

satu kelompok.

4) Associative Play (Bermain Asosiatif)

Associative play melibatkan interaksi sosial dengan

sedikit atau tanpa pengaturan. Tipe permainan ini adalah

anak-anak kelihatan lebih tertarik pada satu sama lain

dibanding pada permainan yang mereka mainkan.

Bermain ini akan menumbuhkan kreativitas anak

karena stimulasi dari anak lain ada, akan tetapi belum

dilatih dalam mengikuti paraturan dalam kelompok.

Contohnya bermain boneka-bonekaan, hujan-hujanan,

dan bermain masak-masakan.

5) Cooperative Play (Bermain Kooperatif)

Cooperative play merupakan bermain secara

bersama dengan adanya aturan yang jelas sehingga

adanya perasaan dalam kebersamaan sehingga

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

25

berbentuk hubungan pemimpin dan pengikut. Sifat dari

bermain ini adalah aktif, anak akan selalu menumbuhkan

kreativitasnya dan melatih anak pada peraturan

kelompok sehingga anak dituntut selalu mengikuti

peraturan. Contonhnya pada permainan sepak bola,

ada anak yang memimpin permainan, aturan main harus

dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat mencapai

tujuan bersama, yaitu memenangkan permainan dengan

memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.

2.1.5 Tahapan Perkembangan Bermain

Tahapan perkembangan bermain terdiri dari tahap

eksplorasi, tahap permainan, tahap bermain dan tahap

melamun (Hurlock, 1999).

1. Tahap Eksplorasi

Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permainan

mereka terutama terdiri atas melihat orang dan benda

serta melakukan usaha acak untuk menggapai benda

yang diacungkan dihadapannya.

Bayi dapat mengendalikan tangan sehingga cukup

memungkinkan bagi mereka untuk mengambil,

memegang, dan mempelajari benda kecil, setelah mereka

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

26

dapat merangkak atau berjalan, mulai memperhatikan apa

saja yang berada dalam jarak jangkauannya.

2. Tahap Permainan

Bermain barang mainan dimulai pada tahun

pertama dan mencapai puncaknya pada usia antara 5 dan

6 tahun. Anak semula hanya mengeksplorasi mainannya.

Usia antara 2 dan 3 tahun, mereka membayangkan

bahwa mainannya mempunyai sifat hidup dapat bergerak,

berbicara dan merasakan, dengan semakin

berkembangnya kecerdasan anak, mereka tidak lagi

menganggap benda mati sebagai sesuatu yang hidup dan

hal ini mengurangi minatnya pada barang mainan.

Faktor lain yang mendorong penyusutan minat

dengan barang mainan ini adalah bahwa permainan ini

sifatnya menyendiri sedangkan mereka menginginkan

teman. Tahapan usia masuk sekolah, kebanyakan anak

menganggap bermain barang mainan sebagai “permainan

bayi”.

3. Tahap Bermain

Tahapan usia masuk sekolah, jenis permainan

mereka sangat beragam, semula mereka meneruskan

bermain dengan barang mainan, terutama bila sendirian,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

27

selain itu mereka merasa tertarik dengan permainan, olah

raga, hobi dan bentuk permainan matang lainnya.

4. Tahap Melamun

Mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan

minat dalam permainan yang sebelumnya disenangi dan

banyak menghabiskan waktunya dengan melamun.

Melamun yang merupakan ciri khas anak remaja

adalah saat berkorban, saat mereka menganggap dirinya

tidak diperlukan dengan baik dan tidak dimengerti oleh

siapapun.

2.1.6 Permainan Untuk Anak Usia Prasekolah

Usia anak prasekolah dapat dikatakan sebagai masa

bermain, karena setiap waktunya diisi dengan kegiatan bermain.

Kegiatan bermain yang dimaksud disini adalah suatu kegiatan

yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh

kesenangan.

Terdapat beberapa macam permainan anak usia

prasekolah menurut Yusuf (2002:172) yaitu sebagai berikut:

a. Permainan fungsi (permainan gerak) seperti meloncat-

loncat, naik turun tangga, berlari-larian, bermain tali, dan

bermain bola.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

28

b. Permainan fiksi, seperti menjadikan kursi seperti kuda,

main sekolah-sekolahan, dagang-dagangan, perang-

perangan, dokter-dokteran, robot-robotan, tembak-

tembakan dan masak-masakan.

c. Permainan reseptif atau apresiatif, seperti mendengarkan

cerita atau dongeng, melihat gambar, membaca buku

cerita, melihat orang melukis, menceritakan kisahnya.

d. Permainan membentuk (konstruksi), seperti membuat kue

dari tanah liat, membuat gunung pasir, membuat kapal-

kapalan dari kertas, membuat gerobak dari kulit jeruk,

membentuk bangunan rumah-rumahan dari potongan

kayu-kayu, puzzle.

e. Permainan prestasi seperti sepak bola, bola voli, tenis

meja dan bola basket.

2.1.7 Bermain Untuk Anak yang Dirawat Di Rumah Sakit

Tujuan utama asuhan keperawatan bagi anak yang

dirawat di rumah sakit adalah meminimalkan munculnya

masalah pada perkembangan anak. Perawat yang memberi

kesempatan pada anak untuk berpatisipasi dalam aktivitas-

aktivitas yang sesuai dengan tingkat perkembangan akan lebih

menormalkan lingkungan anak.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

29

Anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut

dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam

menghadapi stres akibat sakit dan dirawat di rumah sakit.

a. Manfaat Bermain di Rumah Sakit

Adapun manfaat bermain di rumah sakit menurut

Wong (2009: 804) yaitu sebagai berikut:

1. Memberikan pengalihan dan menyebabkan relaksasi

2. Membantu anak merasa lebih aman di lingkungan yang

asing

3. Membantu mengurangi stres akibat perpisahan dan

perasaan rindu rumah

4. Alat untuk melepaskan ketegangan dan ungkapan

perasaan

5. Meningkatkan interaksi dan perkembangan sikap yang

positif terhadap orang lain

6. Sebagai alat ekspresi ide-ide dan minat

7. Sebagai alat untuk mencapai tujuan terapeutik

8. Menempatkan anak pada peran aktif dan memberi

kesempatan pada anak untuk menentukan pilihan dan

merasa mengendalikan.

b. Terapi bermain yang dilaksanakan di rumah sakit tetap

harus memperhatikan kondisi kesehatan anak (Supartini,

2004).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

30

Beberapa prinsip permainan pada anak dirumah sakit yaitu

sebagai berikut:

1. Permainan tidak boleh bertentangan dengan

pengobatan yang sedang dijalankan pada anak. Apabila

anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang

dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh

diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain

khusus yang ada di ruang rawat.

2. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi,

singkat dan sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak

melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang

ada pada anak atau yang tersedia di ruangan. Walaupun

akan membuat suatu alat permainan, pilih yang

sederhana supaya tidak melelahkan anak.

3. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak.

Pilih alat permainan yang aman untuk anak, tidak tajam,

tidak merangsang anak untuk berlari-lari dan bergerak

secara berlebihan

4. Melibatkan orang tua saat anak bermain merupakan

satu hal yang harus diingat. Orang tua mempunyai

kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi

tumbuh-kembang pada anak walaupun sedang dirawat

di rumah sakit, termasuk dalam aktivitas bermain

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

31

anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator

sehingga apabila permainan diinisiasi oleh perawat,

orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi

anak.

Peneliti melihat bahwa macam permainan anak yang

dapat dilakukan anak di rumah sakit menurut Yusuf adalah

permainan fiksi seperti dokter-dokteran, robot-robotan, tembak-

tembakan. Permainan reseptif atau apresiatif seperti

mendengarkan cerita atau dongeng, melihat gambar, melihat

orang melukis dan permainan membentuk (konstruksi) seperti

puzzle. Bentuk permainan ini dapat dilakukan oleh anak-anak

yang sakit karena sesuai dengan keterbatasan fisiknya.

2.2 Kecemasan

2.2.1 Definisi Kecemasan

Kecemasan atau ansietas adalah reaksi yang normal

terhadap stres dan ancaman bahaya. Ansietas merupakan

reaksi emosional terhadap persepsi adanya bahaya, baik yang

nyata maupun yang hanya dibayangkan. Ansietas dan

ketakutan sering digunakan dengan arti yang sama; tetapi,

ketakutan biasanya merujuk akan adanya ancaman yang

spesifik; sedangkan ansietas merujuk akan adanya ancaman

yang tidak spesifik (Brunner & Suddarth, 2002).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

32

Kecemasan merupakan suatu respon emosi atau

perasaan yang timbul dari penyebab yang tidak pasti dan tidak

spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan

merasa terancam. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari

adanya ancaman terhadap diri, harga diri atau identitas

seseorang, selain itu kecemasan bisa berhubungan dengan

ketakutan akan hukuman, penolakan, kurang kasih sayang,

rusaknya hubungan atau kehilangan fungsi tubuh (Stuart, G.W

& Sundeen, S.J, 1995).

Kecemasan juga berkaitan dengan tingkat

perkembangan, jenis kelamin, sosial budaya dan pengalaman.

Manifestasi yang khas pada ansietas tergantung pada masing-

masing individu dan dapat meliputi menarik diri, membisu,

hiperaktif, mengumpat, berbicara atau bercanda secara

berlebihan, menyerang dengan kata-kata atau secara fisik,

berkhayal, mengeluh dan menangis (Stuart dan Sundeen, 2007)

Riwayat kecemasan yang berkembang secara normal

pada awalnya nampak pada usia 7-8 bulan, ketika bayi mulai

membandingkan dengan pengasuh primernya, pada diri mereka

sering berkembang rasa waswas dan perubahan suasana hati

yang sebelumnya tidak ada apabila bersama orang asing.

Anak prasekolah secara khas mengembangkan

ketakutan spesifik akibat gelap, binatang, situasi khayalan. Anak

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

33

usia sekolah berhenti mengkhayalkan ketakutan secara

perlahan dan menggantinya dengan takut bahaya badaniah dan

juga dengan kekuatiran lain yang secara potensial nyata

(Nelson, 2000).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

kecemasan atau ansietas adalah suatu respon emosional

terhadap persepsi adanya bahaya yang tidak spesifik atau tidak

pasti sehingga menimbulkan perasaan terancam dan tidak

nyaman.

2.2.2 Kecemasan Ketika Proses Perawatan Di Rumah Sakit

Dirawat di rumah sakit atau perawatan di rumah sakit

merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang

berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di

rumah sakit, untuk menjalani terapi dan perawatan sampai

pemulangan kembali ke rumah.

Penyakit dan dirawat di rumah sakit sering kali menjadi

krisis pertama yang harus dihadapi anak, untuk anak-anak

penyakit dan dirawat di rumah sakit merupakan pengalaman

yang penuh tekanan.

Anak-anak, terutama selama tahun-tahun awal, sangat

rentang terhadap krisis penyakit dan dirawat di rumah sakit

karena stres akibat perubahan dari keadaan sehat biasa dan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

34

rutinitas lingkungan, dan anak memiliki jumlah mekanisme

koping yang terbatas untuk menyelesaikan stressor (kejadian-

kejadian yang menimbulkan stres).

Stressor utama dari dirawat di rumah sakit antara lain

adalah perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh dan

nyeri. Reaksi anak terhadap krisis tersebut dipengaruhi oleh

usia perkembangan mereka, pengalaman mereka sebelumnya

dengan penyakit, perpisahan atau dirawat di rumah sakit,

keterampilan koping yang mereka miliki dan dapatkan,

keparahan diagnosis dan sistem pendukung yang ada.

Perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri

bisa membuat anak menjadi cemas. Rasa cemas yang

ditunjukkan setiap anak berbeda-beda sesuai usianya, namun

yang menjadi pokok pembahasan dalam skripsi ini yaitu pada

anak usia 3-6 tahun yang masuk dalam usia prasekolah.

Berikut ini adalah kecemasan ketika proses dirawat di

rumah sakit pada anak usia 3-6 tahun menurut (Wong, 2009 :

754)

1. Cemas Akibat Perpisahan

Kecemasan akibat perpisahan merupakan stres

terbesar yang timbul selama perawatan di rumah sakit

selama masa bayi dan masa kanak-kanak awal atau

prasekolah. Respon terhadap stresor ini selama masa bayi

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

35

dan kanak-kanak awal atau prasekolah ditunjukan melalui

3 fase yaitu fase protes, fase putus asa dan fase

pelepasan (Wong, 2009).

a. Fase Protes

Selama fase protes, anak-anak bereaksi secara

agresif terhadap perpisahan dengan orang tua yang

mereka tunjukkan dengan cara mereka menangis dan

berteriak memanggil orang tua mereka, menolak

perhatian dari orang lain dan kedukaan mereka tidak

dapat ditenangkan.

Perilaku lain yang diobservasi selama masa todler

sampai prasekolah yaitu: menyerang orang asing

secara verbal (mis, “pergi”), menyerang orang asing

secara fisik (mis: menendang, menggigit, memukul,

mencubit), mencoba kabur untuk mencari orang tua,

mencoba menahan orang tua secara fisik agar tetap

tinggal bila ada perawat yang akan melakukan

tindakan berupa infus, suntik.

Perilaku-perilaku tersebut dapat berlangsung dari

beberapa jam sampai beberapa hari. Protes seperti

menangis dapat terus berlangsung, hanya berhenti

bila lelah. Pendekatan orang asing dapat

mencetuskan peningkatan stres.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

36

b. Fase Putus Asa

Perilaku yang diobservasi pada usia prasekolah

pada fase putus asa yaitu yaitu: anak menjadi tidak

aktif, anak menarik diri dari orang lain, anak terlihat

depresi atau sedih, anak menjadi tidak tertarik dengan

lingkunga, misalnya hanya ingin tidur terus, tidak

komunikatif, mundur keperilaku awal (mis: mengisap

ibu jari, mengompol, menggunakan dot,

menggunakan botol). Lamanya perilaku tersebut

berlangsung bervariasi dan kondisi fisik anak dapat

memburuk karena menolak untuk makan, minum atau

bergerak.

c. Fase Pelepasan

Fase pelepasan disebut juga penyangkalan. Pada

tahap ini, secara superficial tampak bahwa anak

akhirnya menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Anak tersebut menjadi tertarik terhadap lingkungan

sekitar, bermain dengan orang lain, dan tampak

membentuk hubungan baru, akan tetapi perilaku ini

merupakan hasil dari kepasrahan dan bukan

merupakan tanda-tanda kesenangan.

Anak memisahkan diri dari orang tua sebagai

upaya menghilangkan nyeri emosional karena

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

37

menginginkan kehadiran orang tua dan mengatasinya

dengan membentuk hubungan yang dangkal dengan

orang lain, menjadi makin berpusat dengan diri

sendiri.

Tahap ini merupakan tahap yang paling serius

karena pemutar balikkan reaksi yang merugikan

cenderung terjadi setelah sikap memisahkan diri

tersebut dilakukan.

Perkembangan ketahap pelepasan jarang terjadi.

Perilaku yang diobservasi pada fase pelepasan yaitu:

menunjukkan peningkatan minat terhadap lingkungan

sekitar, berinteraksi dengan orang asing atau pemberi

asuhan yang dikenalnya, membentuk hubungan baru

namun dangkal, tampak bahagia.

2. Kehilangan Kendali

Satu faktor yang mempengaruhi jumlah stres

akibat dirawat di rumah sakit adalah jumlah kendali yang

orang tersebut rasakan. Wong (2009:773) mengatakan

bahwa perasaan kehilangan kendali terjadi akibat

perpisahan, restriksi fisik, perubahan rutinitas, pemaksaan

ketergantungan dan pemikiran magis. Kurangnya kendali

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

38

akan meningkatkan persepsi ancaman dan dapat

mempengaruhi keterampilan koping anak-anak.

Kehilangan kendali dalam konteks kekuasaan diri

mereka merupakan faktor yang mempengaruhi secara

krisis persepsi dan reaksi mereka terhadap perpisahan,

nyeri, sakit dan dirawat di rumah sakit.

Egosentris dan pemikiran magis anak prasekolah

membatasi kemampuan mereka untuk memahami

berbagai peristiwa karena mereka memandang semua

pengalaman dari sudut pandang mereka sendiri

(egosentrik). Tanpa persiapan yang adekuat terhadap

lingkungan yang tidak dikenal atau pengalaman,

penjelasan fantasi anak prasekolah untuk peristiwa-

peristiwa semacam itu biasanya lebih berlebihan, aneh

dan lebih menakutkan dari kejadian sebenarnya.

Respon terhadap pemikiran semacam itu membuat

anak biasanya merasa malu, bersalah dan takut. Anak

prasekolah juga menyimpulkan dari sesuatu yang khusus

ke sesuatu yang khusus lagi, bukan dari spesifik ke umum

atau sebaliknya, misalnya jika konsep anak prasekolah

tentang perawat adalah mereka yang menyebabkan nyeri,

maka anak sekolah akan berpikir bahwa setiap perawat

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

39

atau setiap orang yang memakai seragam yang sama juga

akan menyebabkan nyeri.

3. Cedera Tubuh dan Nyeri

Takut akan cedera tubuh dan nyeri sering terjadi

diantara anak-anak. Konsekuensi rasa takut ini dapat

sangat mendalam.

Konflik psikososial anak pada kelompok usia

prasekolah membuatnya sangat rentan terhadap ancaman

cedera tubuh. Prosedur intrusif baik yang menimbulkan

nyeri maupun yang tidak, merupakan ancaman bagi anak

prasekolah yang konsep integritas tubuhnya belum

berkembang baik.

Anak prasekolah dapat bereaksi terhadap injeksi

sama kuatirnya dengan nyeri pada saat jarum dicabut,

mereka takut intrusif atau pungsi vena atau pungsi lumbal

pada tubuh tidak akan menutup kembali dan “isi tubuh”

mereka akan bocor keluar.

Reaksi terhadap nyeri cenderung sama dengan

yang terlihat pada masa todler, meskipun beberapa

perbedaan menjadi jelas, misalnya, respon anak

prasekolah terhadap intervensi persiapan dalam hal

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

40

penjelasan dan distraksi lebih baik bila dibandingkan

dengan respon anak yang lebih kecil.

Agresi fisik dan verbal lebih spesifik dan mengarah

pada tujuan bukan menunjukkan resistensi tubuh total,

anak prasekolah malah akan mendorong orang yang akan

melakukan prosedur agar menjauh, mencoba

mengamankan peralatan, atau berusaha mengunci diri di

tempat yang aman. Anak prasekolah juga bisa

menyerang atau melarikan diri. Ekspresi verbal mereka

bisa ditunjukkan dengan mengatakan pada perawat

secara verbal “pergi dari sini” atau “saya benci kamu”.

Respon anak prasekolah saat mengalami cedera

tubuh dan nyeri yaitu: menangis keras, berteriak, ekspresi

verbal seperti “aduh”, “auw”, “sakit”, memukul-mukulkan

lengan dan kaki, berusaha mendorong stimulus menjauh

sebelum nyeri terjadi, tidak kooperatif, memerlukan

restrein fisik, meminta agar prosedur dihentikan,

bergelayut pada orang tua atau orang bermakna lainnya,

meminta dukungan emosional seperti pelukan, dapat

menjadi gelisah dan peka terhadap nyeri yang

berkelanjutan.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

41

2.2.3 Teori Kecemasan

Ada beberapa teori yang menjelaskan predisposisi dari

cemas dalam Hilgard’s introduction to psychology (Atkinson,

1996), antara lain:

1. Teori Psikoanalitik

Teori ini berasumsi penyebab utama dari kecemasan

adalah konflik internal dan faktor lain yang tidak diketahui.

Freud membedakannya antara kecemasan objektif dengan

kecemasan neurotik. Pada kecemasan objektif, respon yang

timbul terjadi akibat seseorang berada dalam situasi yang

mengancam sedangkan pada kecemasan neurotik, respon

yang terjadi bukan karena seseorang berada dalam situasi

mengancam yang nyata. Hal ini terjadi lebih karena adanya

konflik individu antara id dan superego, karena konflik antara id

dan superego merupakan hal yang tidak nyata, maka

seseorang cenderung tidak mengetahui mengapa mereka

merasakan ketakutan.

2. Teori Perilaku

Menurut teori ini kecemasan lebih dipicu oleh kejadian

eksternal yang spesifik dari pada konflik internal. Kecemasan

dirasakan bila seseorang tidak dapat berhadapan dengan

banyak situasi dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini

menimbulkan cemas sepanjang waktu.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

42

3. Teori Kognitif

Teori ini berfokus pada bagaimana seseorang berpikir

tentang kecemasan pada situasi tertentu dan potensi bahaya

yang mungkin dihadapi. Seseorang yang cemas biasanya

cenderung membuat penilaian yang tidak realistis.

4. Teori Biologi

Kecemasan dapat ditemui dalam satu keluarga. Lima

belas persen orang tua dan saudara kandung yang mengalami

kecemasan akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain.

2.3 Anak Usia Prasekolah

2.3.1 Definisi Anak Usia Prasekolah

Menurut Yusuf (2002:162) anak usia prasekolah

merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun,

ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai

pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet

training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya

(mencelakakan dirinya). Menurut Wong (2009:493) periode

prasekolah yaitu anak usia 3-6 tahun.

Pada pertumbuhan masa prasekolah, perkembangan

psikososial pada anak sudah menunjukkan adanya rasa inisiatif,

konsep diri yang positif serta mampu mengidentifikasi dirinya.

Perkembangan adaptasi sosial dapat bermain dengan

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

43

permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat

permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan

peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali

anggota keluarga (Aziz, 2005).

2.3.2 Teori-Teori Perkembangan Anak

Teori perkembangan manusia bermacam-macam.

Beberapa teori melihat perkembangan sebagai proses yang

berlangsung terus, berpindah dari hal-hal yang sederhana

kearah yang lebih kompleks, teori lain melihat bahwa proses

tersebut tidak berlangsung terus, dengan pilihan periode

hubungan keseimbangan dan ketidakseimbangan.

Berikut teori perkembangan menurut Freud, Erikson

(1963), Piaget (1952), Kohlberg (1968).

1. Perkembangan Kognitif (Piaget 1952)

Piaget melihat perkembangan pikiran sebagai kejadian

melalui adaptasi terhadap lingkungan. Anak menyesuaikan

(mengisi) informasi yang baru kedalam struktur pemikiran yang

sudah ada (skema) dan mengakomodasi (mengubah) skema

tersebut untuk menerima informasi yang baru. Usaha untuk

keseimbangan (ekuilibrasi) terjadi melalui dua proses ini. Piaget

juga menyatukan prinsip epigenetic kedalam teorinya. Prinsip ini

menyebutkan bahwa perkembangan bergantung pada program

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

44

genetik seseorang dan bahwa setiap aspek atau bagian memiliki

waktunya sendiri untuk berpengaruh.

Sesuai dengan tahap perkembangan anak menurut

Piaget, anak usia 3-6 tahun masuk dalam tahap praoperasional

(2-7 Tahun) yaitu anak mengembangkan sistem perwakilan

menggunakan simbol seperti kata untuk mewakili manusia,

tempat dan benda. Konsep praoperasional dibatasi oleh

kemampuan berfokus hanya pada satu aspek pada satu waktu,

dan pemikiran sering terlihat tidak logis karena alasan anak dari

satu hal yang spesifik ke yang lainnya.

Prekonseptual (2-4 tahun) anak sangat egosentris.

Batasan persepsi dan pemikiran transduktif mulai; anak menjadi

animistik dan tahap Intuitif (4-7 tahun) yaitu anak mulai

membentuk sesuatu tetapi tidak dapat menjelaskan hal tersebut

secara rasional. Anak tidak mampu untuk menyadari bagian dari

sesuatu secara keseluruhan.

2. Perkembangan Psikosexual Anak (Freud)

Pada perkembangan psikososial anak pertama kali

dikemukakan oleh Sigmund Freud yang merupakan proses dalam

perkembangan anak dengan pertambahan pematangan fungsi

struktur serta kejiwaan yang dapat menimbulkan dorongan untuk

mencari rangsangan dan kesenangan secara umum untuk

menjadikan diri anak menjadi orang dewasa.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

45

Tahapan perkembangan Freud, anak usia 3-5 tahun atau

prasekolah masuk dalam tahap oedipal/phalik yaitu

perkembangan anak dengan kepuasan pada anak terletak pada

rangsangan autoerotic yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan

dari beberapa daerah erogennya, suka pada lain jenis. Anak laki-

laki cenderung suka pada ibunya dari pada ayahnya demikian

sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya. Anak mulai

mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan

laki-laki.

3. Perkembangan Psikososial Anak (Erikson 1963)

Merupakan perkembangan anak yang ditinjau dari aspek

psikososial. Perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson bahwa

anak dalam perkembangannya selalu dipengaruhi oleh

lingkungan sosial. Teori ini menunjukkan pentingnya hereditas

dan lingkungan yang memiliki dasar epigenetik, perkembangan

ditentukan oleh prinsip genetik dan berlangsung terus-menerus

sepanjang tahapan usia.

Menurut Erikson, setiap tahap memiliki krisis personal

yang melibatkan konflik utama yang kritis pada saat itu.

Perkembangan ego sangat dipengaruhi oleh pengaruh sosial dan

kultural, dan kesuksesan hasil dari setiap krisis melibatkan

perkembangan dari kebaikan yang khusus. Kesuksesan

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

46

penguasaan terhadap setiap konflik dibangun pada keberhasilan

penyelesaian pusat konflik sebelumnya.

Sesuai dengan tahap perkembangan Erikson anak usia 3-

6 tahun atau prasekolah masuk dalam tahap inisiatif vs rasa

bersalah, yaitu anak mengembangkan inisiatif pada saat

merencanakan dan mencoba hal-hal baru. Perilaku anak ditandai

dengan sesuatu yang kuat, imajinatif, dan intrusif. Terjadi

perkembangan perasaan bersalah dan identifikasi dengan orang

tua yang sama jenis kelamin. Pembatasan dari orang tua bisa

mencegah anak dari perkembangan inisiatif, rasa bersalah

mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan

dengan orang tua. Anak harus belajar untuk memulai aktivitas

tanpa merusak hak-hak orang lain.

4. Perkembangan Kognitif Anak ( Kohlberg 1968)

Mengemukakan bahwa perkembangan kognitif mendasari

kemajuan moral seseorang dari tingkat ke tingkat. Tahap ini

terjadi dalam urutan yang sama, berdasarkan kultur. Individu

berbeda dalam seberapa cepat dan seberapa jauh mereka maju

melaui tahapan ini.

Sesuai dengan tahap perkembangan menurut Kohlberg

anak usia prasekolah masuk dalam tingkat premoral (lahir sampai

9 tahun) yaitu terdapat sedikit kewaspadaan mengenai apa yang

dimaksud dengan perilaku moral yang bisa diterima secara sosial.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

47

kontrol didapatkan dari luar. Anak menyerah pada kekuatan dan

kepemilikan. Anak usia prasekolah juga masuk dalam orientasi

hukum dan kepatuhan yaitu peraturan dari orang lain diikuti untuk

menghindari hukuman. Anak menggabungkan label dari baik dan

buruk dan benar dan salah dalam perilaku dalam bentuk

konsekuensi dari tindakan-tindakan.

2.4 Hubungan Bermain dengan Kecemasan Anak Usia 3-6 tahun yang

Dirawat Di Rumah Sakit

Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak

dan salah satu alat yang efektif untuk penatalaksanaan stres, karena

sakit dan dirawat di rumah sakit menimbulkan krisis dalam kehidupan

anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stres berlebihan,

maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan

cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi

stres tersebut.

Penelitian ini fokus pada frekuensi bermain pada anak, dengan

bentuk permainan yang anak-anak gunakan saat dirawat di rumah

sakit sesuai dengan studi pendahuluan yaitu bermain robot-robotan,

boneka, kapal-kapalan, membaca buku cerita.

Penelitian yang dilakukan oleh Suryanti Marasaoly (2009)

tentang pengaruh terapi bermain puzzle terhadap dampak

hospitalisasi pada anak usia prasekolah di ruang Anggrek 1 Rumah

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

48

Sakit Popus R.S Sukanto yang dipublikasi melalui

www.garuda.dikti.go.id mendapatkan hasil penelitian yaitu ada

pengaruh yang bermakna antara intervensi terapi bermain puzzle

dengan dampak hospitalisasi.

Jurnal keperawatan oleh Alfiyanti D. (2007) tantang pengaruh

terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah

selama tindakan keperawatan di ruang Lukman Rumah Sakit Roemani

Semarang, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan anak usia

prasekolah selama tindakan keperawatan sebelum dan sesudah

dilakukan terapi bermain.

2.5 Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Frekuensi bermain

Anak usia prasekolah 3-6 tahun

Waktu bermain

Lamanya dirawat

Usia anak

Jenis kelamin

Kecemasan yang timbul

akibat dirawat di rumah sakit

Jenis dan berat ringannya

penyakit anak, pengalaman

sakit sebelumnya, sifat

anak, alat permainan yang

digunakan

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2236/3/T1_462008033_BAB II… · Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain,

49

Keterangan:

: diteliti

: tidak diteliti

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan

penelitian. Hipotesis sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis

diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk

pernyataan yang dapat diuji (Noor, 2011).

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi

bermain terhadap kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang

dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum

Semarang, berarti sebenarnya r = 0

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara frekuensi bermain

terhadap kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat

di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum

Semarang, jadi memang ≠ 0.