Upload
doandat
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Posyandu
1. Pengertian
Pos Pelayanan Terpadu atau yang sering disebut Posyandu adalah
suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan
masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat dan kegiatan- kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader- kader kesehatan
yang sebelumnya telah dibekali pendidikan dan diberi pelatihan dari
Puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan- kegiatan yang
ada dalam Posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan
partisipasi masyarakat setempat (Effendy, 1998).
2. Tujuan Posyandu
Menurut Effendy (1998), Posyandu memiliki 6 tujuan. Tujuan
utamanya adalah mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak.
Tujuan lain dari Posyandu meliputi pelayanan kesehatan ibu, peningkatan
pelayanan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan- kegiatan lain yang menunjang peningkatan
kemampuan hidup sehat, pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan
pada masyarakat dalam usaha peningkatan cakupan pelayanan kesehatan
pada penduduk berdasarkan letak geografi. Disamping untuk pendekatan
dan pemerataan pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam usaha
7
peningkatan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan
letak geografi, tujuan lain dari kegiatan Posyandu adalah meningkatkan
dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk
swakelola usaha - usaha kesehatan masyarakat.
3. Sasaran Posyandu
Sasaran dari pengadaan Posyandu pada masalah kesehatan ibu dan
anak yang meliputi bayi berusia kurang dari satu tahun, anak balita usia
satu sampai lima tahun, ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas. Wanita
usia subur juga menjadi sasaran dari pengadaan Posyandu (Effendy, 1998).
Sasaran dari kegiatan Posyandu lebih diutamakan pada balita, hal
ini dikarenakan masa balita merupakan periode penting dalam proses
tumbuh kembang. Perkembangan anak dipengaruhi dan ditentukan pada
masa pertumbuhan dasar. Pada masa balita, perkembanagn kemampuan
bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensi berjalan
sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Disamping perkembangan kemampuan bahasa, kreativitas, kesadaran
sosial, emosional, dan intelegensi, pada masa ini juga terbentuk
perkembangan moral serta dasar- dasar kepribadian (Soetjiningsih, 1998).
4. Manfaat Posyandu
a. Bagi Masyarakat
1). Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan
pelayanan kesehatan bagi anak balita dan ibu.
8
2). Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi
kurang / gizi buruk.
3). Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul vitamin A
4). Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
5). Ibu hamil juga akan terpantau berat badannya dan memperoleh
tablet tambah darah serta imunisasi TT.
6). Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah
7). Memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang
kesehatan ibu dan anak.
8). Apabila terdapat kelainan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas,
dan ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke
Puskesmas.
9). Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu
dan anak balita.
b. Bagi Kader
1) Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih
lengkap.
2) Ikut berperan secara nyata dalam tumbuh kembang anak balita dan
kesehatan ibu.
3) Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang
terpercaya dalam bidang kesehatan.
4) Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak
dan kesehatan ibu (Hendra, 2008).
9
5. Peran Posyandu
Pada saat ini peran Posyandu lebih kepada prioritas masalah
kesehatan terutama pada masyarakat. Peran Posyandu di desa sangat
signifikan dalam memantau masalah kesehatan di daerah setempat untuk
menurunkan masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat. Kinerja sebuah
Posyandu lebih relevan untuk mengatasi masalah kesehatan pada balita,
misalnya Kurang Energi Protein (KEP), ibu hamil, dan Wanita Usia Subur
(WUS) yang dapat dengan mudah ditemukan di Posyandu (DepKes,
1997).
6. Jenis Kegiatan Posyandu
Jenis kegiatan Posyandu menurut Effendy (1998) dibagi menjadi 2,
meliputi lima kegiatan posyandu atau yang disebut dengan Sapta Krida
Posyandu. Lima kegiatan Posyandu (Pasca Krida Posyandu) meliputi
kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi,
peningkatan gizi, dan penanggulangan diare, sedangkan tujuh kegiatan
Posyandu (Sapta Krida Posyandu) meliputi lima kegiatan Posyandu (Panca
Kraida Posyandu) ditambah dengan sanitasi dasar dan penyediaan obat
esensial.
10
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu penglihatan,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk bentuknya tindakan seseorang (Notoadmodjo,
2003).
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai
enam tingkatan, yaitu
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan, tingkatan mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu
merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang yang dipelajari, antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya. Contoh:
menyebutkan tanda- tanda kekurangan kalori dan protein pada anak
balita.
11
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang belum paham terhadap obyek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata. Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi penggunaan kaidah, metode, prinsip,
dan sebagainya sesuai konteks dan situasi tertentu.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi
atau obyek ke dalam komponen- komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur tersebut, dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.
Kemampuan abstrak ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan atau membuat bagan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
12
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkasnya, dan
menyelesaikan terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian- penilaian
itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada. Misalnya dapat
membandingkan antara anak yang cukup gizi dan anak yang kurang
gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat
menafsirkan sebab- sebab mengapa ibu- ibu tidak mau ikut
penyuluhan, dan sebagainya.
Dari pengalaman bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan
pengetahuan (Notoamodjo, 2007).
3. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2003):
a. Tingkat Pendidikan
Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang
sangat pokok. Sudah barang tentu tingkat pendidikan dapat
menghasilkan suatu perubahan dalam pengetahuan orang tua.
b. Informasi
Dengan kurangnya informasi tentang cara- cara mencapai hidup sehat,
cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan
13
sebagainya akan menurunkan tingkat pengetahuan orang tua tentang
hal tersebut.
c. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,
karena informasi- informasi baru akan disaring, kira- kira sesuai atau
tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.
d. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur, dengan tingkat pendidikan
seseorang, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan lebih
luas sedang umur semakin bertambah.
e. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi yang rendah berpengaruh pada pengetahuan orang tua
tentang tumbuh kembang anak, dalam memenuhi kebutuhan hidup
sehat terutama perawatan kebersihan diri dan makanan yang bergizi.
C. Tumbuh Kembang Balita
1. Pengertian Balita
Dalam teori perkembangan disebutkan bahwa usia balita (bawah
lima tahun) terbagi dalam 4 difisi umur, yaitu usia 28 hari pertama setelah
lahir yang disebut neonatus, usia 1 bulan sampai 1 tahun yang disebut
bayi, usia 1 sampai 3 tahun yang biasa disebut usia preschooler (Pilliteri,
1999).
14
2. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah berbeda dengan perkembangan, pertumbuhan
dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif bahwa pertumbuhan itu
hanya berlaku perubahan kuantitatif, misalnya bertambahnya sel, rambut,
ukuran- ukuran badan, dan fungsi- fungsi fisik yang murni (Achmadi dan
Munawar, 2005). Menurut Soetjiningsih (1995), menyatakan bahwa
pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, kilo), ukuran panjang (sentimeter,
meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh).
3. Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu perubahan dan perubahan ini tidak
bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Adapun istilah perkembangan
adalah suatu proses perubahan yang lebih dapat mencerminkan sifat- sifat
mengenai gejala, psikologi yang nampak (Achmadi dan Munawar, 2005).
Perkembangan (development) adalah berkembangnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Disini menyangkut adanya proses diferensia dari sel- sel tubuh, jaringan
tubuh, organ- organ dan sistem organ yang berkembang emosi, intelektual
dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
(Soetjiningsih, 1995).
15
Anak pada usia balita mempunyai ciri khusus, yaitu mengalami
masa pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, pertumbuhan jasmani
yang terjadi biasanya diikuti dengan perubahan atau perkembangan dalam
segi lain, seperti berfikir, berbicara, berperasaan, bertingkah laku, dan lain-
lain. Walaupun pencapaian kemampuan pada setiap anak berbeda, akan
tetapi perlu disadari adanya pasokan umur tentang apa yang perlu dicapai
oleh anak pada usia tertentu. Menurut Santoso dan Ranti (1999), ada
empat aspek tumbuh kembang yang perlu diperhatikan:
a. Perkembangan kemampuan gerak dasar, yaitu gerakan yang
melibatkan seluruh tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena
dilakukan oleh otot tubuh.
b. Perkembangan kemampuan gerak halus, yaitu gerakan yang hanya
melibatkan sebagian tubuh dan otot kecil saja serta tidak memerlukan
tenaga.
c. Perkembangan kemampuan berbicara, bahasa, dan kecerdasan, yaitu
disebut juga komunikasi aktif dan pasif yang berkembang secara
bertahap malalui berbagai panca indera.
d. Perkembangan kemampuan bergaul dan mandiri, dengan
bertambahnya usia anak maka kemampuan untuk melakukan gerakan
motorik akan meningkat pula apalagi bila anak diajarkan tentang
aturan disiplin, sopan santun, dan sebagainya.
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor genetik,
seperti jenis kelamin, riwayat kesehatan, atau penyakit menurun,
16
inteligensia, watak atau temperamen, dan lingkungan seperti tingkat sosial
ekonomi, hubungan orang tua dan anak, posisi anak dalam keluarga,
penyakit yang berasal dari lingkungan, dan nutrisi (Pilliteri, 1999).
Sudah banyak diketahui bahwa nutrisi (zat gizi) merupakan komponen
penting untuk tercapainya proses pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal, oleh karena itu penilaian keadaan gizi anak merupakan salah satu
parameter yang terpenting untuk menilai keadaan tumbuh kembang fisik
anak untuk menilai keadaan kesehatan anak tersebut (Santoso dan Ranti,
1999).
4. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Balita
a. Faktor Internal
Faktor internal dipengaruhi oleh genetika, dimana faktor genetika
berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang
bisa didefikasikan dengan ciri fisik, seperti bentuk tubuh, raut muka,
warna kulit, intelegensi, sifat atau watak, dan penyakit (Achmadi dan
Munawar, 2005).
b. Faktor Eksternal
Dipengaruhi oleh lingkungan, dimana lingkungan sangat berperan,
keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat anak
bergaul dan bermain sehari- hari dan keadaan alam sekitarnya. Besar
kecilnya pengaruh lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohani
(Achmadi dan Munawar, 2005).
17
5. Penilaian Pertumbuhan Balita
Untuk melakukan penilaian pertumbuhan anak menurut
Soetjiningsih (1995) digunakan ukuran- ukuran antrometrik yang meliputi:
a. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting, dipakai
pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua
kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lainnya tulang,
otot, lemak, cairan tubuh, dan lain- lainnya.
b. Tinggi Badan
Keistimewaan tinggi badan adalah bahwa ukuran tinggi badan pada
masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal dicapai,
akan meningkat pesat pada masa bayi, kemudian lambat, kemudian
menjadi pesat kembali (pacu tubuh Adolesen), selanjutnya melambat
lagi dan akhirnya berhenti umur 18- 20 tahun.
c. Lingkaran Kepala
Lingkaran kepala mencerminkan volume intracranial. Dipakai untuk
menaksir pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh normal maka
kepala akan kecil. Sehingga pada lingkaran kepala yang kecil dari
normal (mikrofeli), maka menunjukkan adanya retardasi mental.
18
d. Lingkaran Lengan Atas
Lingkaran lengan atas mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak
dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh
dibandingkan dengan berat badan.
e. Lipatan Kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subkapular merupakan
tumbuh kembang jaringan lemak di bawah kulit, yang mencerminkan
kecukupan energi.
6. Penilaian Perkembangan Balita
Penting untuk dipahami bahwa dengan skrining dan mengetahui
adanya masalah perkembangan anak, tidak berarti bahwa diagnosis pasti
dari kelainan tersebut telah di tetapkan. Skrining hanyalah prosedur rutin
dalam pemeriksaaan tumbuh kembang anak sehari- hari, yang dapat
memberikan petunjuk kalau ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian.
Sehingga masih diperlikan anamnesis yang baik, pemerpiksaan fisik yang
teliti dan pemeriksaan penunjang lainnya agar diagnosis dapat dibuat,
supaya intervensi dan pengobatan dapat dilakukan sebaik- baiknya
(Soetjiningsih, 1995).
7. Kunjungan Balita
Kunjungan adalah hal atau perbuatan berkunjung ke suatu tempat.
kunjungan balita ke posyandu adalah datangnya balita ke Posyandu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan misalnya: penimbngan, imunisasi,
penyuluhan gizi, dan lain sebagainya. Kunjungan balita ke Posyandu yang
19
paling baik adalah teratur setiap bulan atau 12 kali pertahn. Untuk ini
kunjungan balita diberi batasan 8 kali pertahun.
Posyandu yang frekuensi penimbangan atau kunjungan balitanya
kurang dari 8 kali pertahun dianggap masih rawan. Sedangkan bila
frekuensi penimbangan sudah 8 kali atau lebih dalam kurun waktu satu
tahun dianggap sudah cukup baik, tetapi frekuensi penimbangan
tergantung dari jenis posyandunya (Dinkes Prov. Jateng, 2007).
D. Faktor- faktor Yang Berhubungan Keikutsertaan Ibu Balita Membawa
Balitanya ke Posyandu
Menurut Djaiman (2002), faktor- faktor yang berhubungan dengan
kunjungan balita ke Posyandu meliputi, umur balita, jumlah anak, status
pekerjaan ibu, dan jarak tempat tinggal. Umur balita merupakan permulaan
kehidupan untuk seseorang dan pada saat ini perkembangan kemampuan
berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensi berjalan
sangat cepat. Lebih lanjut menurut Djaiman (2002) bahwa umur 12 – 35
bulan merupakan umur yang berpengaruh terhadap kunjungan, karena pada
umur ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Hal ini yang menyebabkan ibu
balita tidak hadir di Posyandu khususnya ibu balita yang balitanya berusia
diatas 38 bulan, karena ibu balita merasa bahwa anaknya sudah mendapatkan
imunisasi lengkap dan perkembangan sosial anak semakin bertambah.
20
Kehadiran ibu balita ke Posyandu juga dipengaruhi oleh jumlah anggota
keluarga. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Hurlock (1999)
bahwa semakin besar keluarga maka semakin besar pula permasalahan yang
akan muncul di rumah terutama untuk mengurus anak mereka. Seorang ibu
akan sulit mengatur waktu untuk hadir di Posyandu karena waktunya akan
habis untuk memberikan perhatian dan kasih saying untuk mengurus anak –
anaknya di rumah.
Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip dari Lawrence Green (1980),
perilaku dipengaruhi tiga faktor:
1. Faktor – faktor predisposisi (predisposisi factors)
a. Umur ibu
Umur sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi social
terdapat pada masa dewasa, wanita yang cepat dewasa cepat aktif di
bidang social seperti ikut serta dalam Posyandu (Hurlock, 2005).
b. Pengetahuan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengidraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tidakan seseorang (overt behavior).
21
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain. Seseorang memperoleh pengetahuan bahwa itu panas setelah
memperoleh pengalaman tangan atau kakinya kena api dan terasa
panas. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat
anak tetangganya kena penyakit polio sehingga cacat, karena anak
tersebut belum pernah memperoleh imunisasi polio (Notoatmodjo,
2003).
c. Tingkatan pendidikan
Seorang ibu yang berpendidikan, lebih cenderung untuk
menggunakan sebagian besar pendapatan dan waktu bagi anak –
anaknya. Ibu ini akan memanfaatkan sepenuhnya fasilitas kuratif dan
prefentif seperti posyandu dalam masyarakat baik bagi dirinya sendiri
maupun bagi anak-anaknya.
Pendidikan ibu juga mempengaruhi perilaku individu, makin tinggi
pendidikan seseorang makin tinggi kesadaran untuk berperan serta
dalam posyandu (Depkes RI, 1995).
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting
dalam tumbuh kembangnya anak, karena dengan pendidikan yang baik
maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama
tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga
kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih,
1995).
22
d. Status pekerjaan ibu
Ketergantungan wanita bekerja yang sangat besar adalah pada
penerimaan upah. Pendapatan yang memadai akan menunjang tumbuh
kembangnya anak, karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder
(Soetjiningsih, 1995).
Bagi wanita pekerja, bagaimanapun juga mereka adalah ibu rumah
tangga yang sult dilepas begitu saja dari lingkungan keluarga. Wanita
mempunyai beban dan hambatan lebih berat disbanding rekan prianya.
Dalam arti wanita harus lebih dulu mengatasi urusan keluarga, suami,
anak dan hal-hal yang menyangkut urusan rumah tangga seperti
mengimunisasikan anak, menimbangkan anak, menyekolahkan anak
dan lain-lain (Anoraga, 2001).
e. Jumlah anak dalam keluarga
Jumlah anak adalah banyaknya keturunan dalam satu keluarga.
Jumlah anak yang banyak pada keluarga akan mengakibatkan
berkurangnya perhatian dan kasih saying yang diterima, lebih-lebih
jika jarak anak terlalu dekat. Pada keluarga dengan keadaan social
ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan
selain berkurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak juga
kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahanpun tak
terpenuhi. Oleh karena itu program Keluarga Berencana dalam
posyandu tetap diperlukan (Soetjiningsih, 1995).
23
f. Pendapatan
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak dan kesehatan anak, karena orang tua dapat
menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun
sekunder (Setjiningsih, 1995).
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
a. Keterjangkauan fasilitas
Menurut Effendy (1998) masalah kesehatan terjadi tidak terlepas
dari faktor-faktor yang menjadi mata rantai terjadinya penyakit, yang
kesemuanya itu tidak terlepas dari faktor-faktor lingkungan dimana
masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan
atau apapun gaya hidup yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam
bidang kesehatan, ketersediaan dan ketrjangkauan fasilitas kesehatan
yang dapat memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
b. Jarak posyandu
Jarak membatasi kemampuan dan kemauan ibu untuk mencari
pelayanan, terutama jika sarana transportasi yang tersedia terbatas,
komunikasi sulit dan didesa tersebut tidak terdapat transportasi.
Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah dijangkau
oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri, posyandu
dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah ada, rumah penduduk,
balai desa, balai RT atau ditempat khusus yang dibangun masyarakat
(Effendy, 1998).
24
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
a. Perangkat desa atau orang tua
Setiap mengambil suatu tindakan yang akan mempengaruhi orang
banyak diperlukan pemimpin, maka pembinaan peran serta masyarakat
dilakukan melalui pembentukan tokoh masyarakat yang menjadi
panutan bagi masyarakat. Penciptaan tokoh dalam masyarakat perlu
dilakukan kelompok masyarakat, dalam rangka mencapai tujuan
pembanguna kesehatan dikalangan masyarakat (Depkes RI, 1995).
Salah satu indikator keberhasilan peningkatan peran serta
masyarakat adalah meningkatnya kemampuan kepemimpinan
masyarakat di bidang kesehatan, dengan meningkatnya jumlah kader
kesehatan yang aktif dan jumlah tokoh masyarakat yang mampu
merintis gerakan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 1990).
b. Dukungan kader
Setiap program dengan sasaran masyarakat khususnya program
posyandu tidak akan berhasil jika masyarakat tidak mengerti tentang
pentingnya posyandu. Oleh sebab itu sangat diperlukan adanya peran
serta dari petugas kesehatan dalam menunjang keberhasilan program
tersebut.
25
Patisipasi atau peran serta masyarakat yang diharapkan terutama
partisipasi kader atau tokoh masyarakat dan dengan peran serta kader
kesehatan ini, bila dilaksakan dengan baik akan membantu dalam
meningkatkan hasil cakupan posyandu (Depkes RI, 1995).
Pengertian kader itu sendiri adalah anggota masyarakat yang :
1. Dipilih dari masyarakat setempat yang disetujui dibina oleh
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD).
2. Dalam melaksanakan kegiatan bertanggung jawab pada masyarakat
melalui Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD).
3. Mau dan mampu bekerja secara suka rela
4. Sebaiknya dapat membaca dan menulis huruf latin.
5. Masih mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat
disamping usahanya mencari nafkah.
26
E. Kerangka teori
Gambar 1. Kerangka Teori
Sumber : Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) yang dimodifikasi
F. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2. kerangka konsep
Faktor predisposisi (Predisposing factors):
- Umur Anak - Tingkat
Pendidikan - Tingkat
Pengetahuan - Status Pekerjaan
Tingkat pengetahuan ibu tetang tumbuh kembang balita
Keikutsertaannya ibu balita membawa balitanya ke Posyandu
Faktor Penguat (Reiforcing Factors):
- Dukungan Kader - Perangkat Desa
atau Orang Tua
Faktor pemungkin (Enabling Factors):
- Faktor jarak - Sarana Penunjang
Keikutsertaannya ibu balita membawa balitanya ke Posyandu
27
G. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu
tetang tumbuh kembang balita.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keikutsertaannya ibu balita
membawa balitanya ke Posyandu
H. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang balita
dengan keikutsertaannya ibu balita membawa balitanya ke posyandu di Desa
Meteseh Kecamatan Tembalang Semarang.