Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Plambing
Plambing didefinisikan sebagai seni dan ilmu pemasangan pipa dan
peralatan saniter. Fungsi pertama dari instalasi plambing adalah untuk menyediakan
air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup. Fungsi
keduanya adalah untuk menyalurkan air bekas pakai (air kotor) dari peralatan
saniter ke tempat yang ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian penting
gedung atau lingkungannya. (Simangunsong dan Daryanto, 2003)
2.2. Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air Bersih
Penyediaan air bersih merupakan tujuan terpenting dari sistem penyediaan
air. Dengan adanya sistem plambing ini diharapkan air bersih tidak mengalami
pencemaran sehingga kualitas air tetap terjaga saat digunakan. Adapun beberapa
hal yang memicu pencemaran air antara lain, masuknya kotoran ke dalam tangki,
terjadinya karat pada alat plambing, aliran balik air dari jenis kualitas lain ke dalam
pipa.
1.1.1. Syarat Air Bersih
Berikut beberapa kriteria yang harus terpenuhi dalam penyediaan air bersih.
a. Syarat Kualitas
Kualitas air yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik dari segi
fisik, kimia, biologi dan radiologis agar tidak menimbulkan efek samping
dalam pemakaiannya.
b. Syarat Kuantitas
Maksud dari syarat kuantitas yakni diharapkan air bersih yang tersedia dapat
mencukupi kebutuhan penghuni gedung tersebut.
5
c. Syarat Kontinuitas
Persyaratan kontinuitas ini dimaksudkan untuk ketersediaan air yang
diambil sesuai kuantitas yang dibutuhkan dapat terus menerus digunakan
dengan fluktuasi debit yang relatif tetap selama 24 jam pada musim kemarau
ataupun hujan.
d. Syarat Tekanan
Tekanan air yang ada pada sistem plambing harus sesuai dengan ketentuan
yang berlaku sesuai dengan jenis gedung.
1.1.2. Jenis Sistem Penyediaan Air Bersih
Terdapat beberapa jenis sistem penyediaan air bersih, seperti yang telah
disebutkan dalam buku “Perencanaan Dan Pemeliharaan Sistem Plambing” karya
Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo morimura, 2005.
a. Sistem Sambungan Langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan
pipa utama penyediaan air bersih. Sistem ini biasanya diterapkan untuk
perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah karena terbatasnya tekanan
dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama
tersebut.
b. Sistem Tangki Atap
Dalam sistem ini air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah
kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya terletak di atas
lantai tertinggi bangunan yang kemudian air dari tangki tersebut
dididtribusikan ke seluruh bangunan.
c. Sistem Tangki Tekan
Prinsip kerja sistem ini yaitu, air yang telah ditampung dalam tangki bawah
dipompakan ke dalam suatu tangki tertutup sehingga udara di dalamnya
terkompresi. Air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi
bangunan.
6
d. Sistem Tanpa Tangki (Booster System)
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki
tekan atau pun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi
bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama.
1.1.3. Laju Aliran Air
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperoleh besarnya
laju aliran air, diantaranya yaitu berdasarkan jumlah penghuni, berdasarkan jenis
dan jumlah alat plambing dan berdasarkan unit beban alat plambing.
Tabel 2.1. Pemakaian Air Dingin Minimum Sesuai Penggunaan Gedung
No. Penggunaan Gedung Pemakaian
Air Satuan
1 Rumah Tinggal 120 liter/penghuni/hari
2 Rumah Susun 100 liter/penghuni/hari
3 Asrama 120 liter/penghuni/hari
4 Rumah Sakit 50 liter/tempat tidur pasien/hari
5 Sekolah Dasar 40 liter/siswa/hari
6 SLTP 50 liter/siswa/hari
7 SMU/SMK dan Lebih tinggi 80 liter/siswa/hari
8 Ruko / Rukan 100 liter/penghuni dan pegawai/hari
9 Kantor / Pabrik 50 liter/pegawai/hari
10 Toserba, Toko Pengecer 5 liter/m2
11 Restoran 15 liter/kursi
12 Hotel Berbintang 250 liter/tempat tidur/hari
13 Hotel Melati / Penginapan 150 liter/tempat tidur/hari
14 Gd. Pertunjukan, Bioskop 10 liter/kursi
15 Gd. Serba Guna 25 liter/kursi
16 Stasiun, Terminal 3 liter/penumpang tiba dan pergi
17 Peribadatan 5 liter/orang (belum dengan air wudhu)
Sumber : SNI 03-7065-2005
7
Tabel 2.2. Laju Aliran Air Berdasarkan Nilai Unit Alat Plambing Kumulatif
Sistem Penyediaan Tangki Gelontor Sistem Penyediaan Katup Gelontor
Load Water Supply
Fixture Units (WSFU)
Demand
Liter/second
Load Water
Supply Fixture
Units (WSFU)
Demand
Liter/second
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
14
16
18
20
25
30
35
40
45
50
60
70
80
90
100
120
140
160
180
200
250
300
400
500
750
1000
1250
1500
2000
2500
3000
4000
5000
0,19
0,32
0,41
0,51
0,59
0,68
0,74
0,81
0,86
0,92
1,01
1,07
1,14
1,19
1,24
1,36
1,47
1,57
1,66
1,76
1,84
2,02
2,21
2,41
2,59
2,74
3,03
3,31
3,60
3,85
4,10
4,73
5,36
6,62
7,82
10,73
13,12
15,08
16,97
20,50
23,97
27,32
33,12
37,41
5
6
7
8
9
10
12
14
16
18
20
25
30
35
40
45
50
60
70
80
90
100
120
140
160
180
200
250
300
400
500
750
1000
1250
1500
2000
2500
3000
4000
5000
0,95
1,10
1,25
1,40
1,55
1,70
1,80
1,91
2,01
2,11
2,21
2,40
2,65
2,78
2,90
3,03
3,15
3,41
3,66
3,86
4,06
4,26
4,61
4,86
5,11
5,39
5,68
6,37
6,81
8,01
9,02
11,17
13,12
15,08
16,97
20,50
23,97
27,32
33,12
37,41
Sumber : Pedoman Plambing Indonesia
8
a. Berdasarkan Jumlah Pemakai
Metode ini didasarkan pada pemakaian air rerata sehari dari setiap penghuni
dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah pemakaian air
sehari dapat diperkirakan. Angka pemakaian air yang diperoleh dengan
metode ini biasanya digunakan untuk menetapkan volume tangki atap,
tangki bawah, pompa dan sebagainya.
Rumus perhitungan pemakaian air rata-rata perhari
𝑄ℎ = 𝑄𝑑
𝑇 ....................................................................................(2.1)
Qd = jumlah penghuni x pemakaian air/org/hari
Dimana : Qh =Pemakaian air rata-rata (m3/jam)
Qd =Pemakaian air rata-rata sehari (m3)
T =Jangka waktu pemakaian (jam)
Rumus perhitungan pemakaian air pada jam puncak
𝑄ℎ−𝑚𝑎𝑥 = (𝑐1)(𝑄ℎ)....................................................................(2.2)
Dimana konstanta c1 biasanya berkisar antara 1,5 sampai 2,0.
Rumus perhitungan pemakaian air menit puncak
𝑄𝑚−𝑚𝑎𝑥 = (𝑐2)(𝑄ℎ
60) ...................................................................(2.3)
Dimana konstanta c2 berkisar antara 3,0 sampai 4,0.
b. Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing
Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat
diketahui misalnya untuk perumahan atau gedung kecil lainnya.
9
1 2 4 8 12 16 24 32 40 50 70 100
Kloset, dengan katup
gelontor
1 50 50 40 30 27 23 19 17 15 12 10
Satu 2 3 4 5 6 7 7 8 9 10
Alat plambing biasa 1 100 75 55 48 45 42 40 39 38 35 33
dua 3 5 6 7 10 13 16 19 25 33
Sumber : Soufyan Noerbambang dan Takeo Morimura, (2005)
Rumus untuk menghitung faktor pemakaian :
𝑌𝑛 = 𝑌1 − [(𝑌1 − 𝑌2) ×(𝑋𝑛−𝑋1)
(𝑋2−𝑋1)]...............................................................(2.4)
Dimana : Yn = Faktor pemakaian (%)
Y1 = Jenis alat plambing pada jumlah 1
Y2 = Jenis alat plambing pada jumlah 2
Xn = Jumlah alat plambing yang akan dicari
X1 = Jumlah alat plambing 1
X2 = Jumlah alat plambing 2
Jumlah alat
plambing
Jenis alat
plambing
Tabel 2.3. Faktor Pemakaian (%) dan Jumlah Alat Plambing
10
Tabel 2.4. Pemakaian Air Tiap Alat Plambing
No Nama alat
plambing
Pemakaian air
untuk
penggunaan satu
kali (liter)
Penggunaan
per jam
Laju aliran
air
(liter/menit)
Waktu
untuk
pengisian
(detik)
1
Kloset (dengan
katup gelontor)
13,5-16.51)
6 - 12
110-180
8,2-10
2
Kloset (dengan
tangki gelontor)
13-15
6 - 12
15
60
3
Peturasan
(dengan katup
gelontor)
5
12 - 20
30
10
4
Peturasan, 2-4
orang (dengan
tangki gelontor)
9-18
(@4,5)
12
1,8-3,6
300
5
Peturasan, 5-7
orang (dengan
tangki gelontor)
22,5-31,5
(@4,5)
12
4,5-6,3
300
6
Bak cuci
tangan kecil 3 12 - 20 10 18
7
Bak cuci
tangan biasa
(lavatory)
10
6 - 12
15
40
8
Bak cuci dapur
(sink) dengan
keran 13 mm
15
6 - 12
15
60
9
Bak cuci dapur
(sink) dengan
keran 22 mm
25
6-12
25
60
10
Bak mandi
rendam
(bathtub)
125
3
30
250
11 Pancuran mandi
(shower) 24-60
12 120-300
12
Bak mandi gaya
Jepang
Tergantung
ukurannya 3 30
c. Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing
Dalam metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban
(fixture unit). untuk setiap bagian pipa dijumlahkan besarnya unit beban dari
semua alat plambing yang dilayaninya, kemudian dicari besarnya laju aliran
Sumber : Soufyan Noerbambang dan Takeo Morimura, (2005)
11
air dengan kurva. Kurva ini memberiksn hubungan antara jumlah unit beban
alat plambing dengan laju aliran air dengan memasukkan faktor
kemungkinan penggunaan serempak dari alat-alat plambing.
Tabel 2.5. Unit Beban Alat Plambing Untuk Penyediaan Air Dingin
Jenis alat plambing Jenis Penyediaan air
Unit alat plambing
Keterangan Untuk
pribadi
Untuk
umum
Kloset Katup gelontor 6 10
Kloset Tangki gelontor 3 5
Peturasan dengan tiang Katup gelontor 10
Peturasan terbuka
(Urinall stall)
Katup gelontor 5
Peturasan terbuka
(Urinall stall)
Tangki gelontor 3
Bak cuci (kecil) Keran 0,5 1
Bak cuci tangan Keran 1 2
Bak mandi rendam
(Bath tub)
Keran pencampur air
dingin dan panas 2 4
Pancuran Mandi
(Shower)
Keran pencampur air
dingin dan panas 2 4
Pancuran Mandi
tunggal
Keran pencampur air
dingin dan panas 2
Bak cuci bersama (Untuk tiap keran) 2
Bak cuci pel Keran 3 4 Gedung kantor, dsb.
Bak cuci dapur Keran 2 4
Untuk umum : hotel atau
restoran, dll.
Bak cuci piring Keran 5
Bak cuci pakaian (satu
smpai tiga)
Keran 3
Pancuran minum Keran air minum 2
Pemanas air Katup bola 2
Sumber : Soufyan Noerbambang dan Takeo Morimura, (2005)
12
1.1.4. Tekanan Air dan Kecepatan Aliran
Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam
pemakaiannya. Tekanan air yang berlebihan juga dapat menimbulkan rasa sakit
terkena pancaran air serta mempercepat kerusakan alat plambing dan menambah
kemungkinan timbulnya pukulan air.
Secara umum dapat dikatakan besarnya tekanan standar adalah 1,0 kg/cm2,
tekanan statik antara 4,0 kg/cm2 sampai 5,0 kg/cm2 untuk perkantoran dan antara
2,5 kg/cm2 sampai 3,5 kg/cm2 untuk hotel dan perumahan.
Nama alat plambing
Tekanan yang
dibutuhkan
(kg/cm2)
Tekanan
standar
(kg/cm2)
Katup gelontor kloset 0,7
1
Katup gelontor peturasan 0,4
Keran yang menutup sendiri, otomatik 0,7
Pancuran mandi, dengan pancaran halus/tajam 0,7
Pancuran mandi (biasa) 0,35
Keran biasa 0,3
Pemanas air langsung, dengan bahan bakar gas 0,25-0,7
Sumber : Soufyan Noerbambang dan Takeo Morimura, (2005)
Tabel 2.6. Tekanan Yang Dibutuhkan Alat Plambing
Gambar 2.1. Grafik Hubungan Antara Unit Beban
Alat Plambing dengan Laju Aliran
13
Rumus mencari tekanan tiap lantai :
P = 𝜌 × 𝑔 × ℎ .......................................................................................(2.5)
Dimana : P = Tekanan (N/m2)
𝜌 = Kerapatan air (998,2 kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/ss)
h = Tinggi Potensial (m)
Biasanya standar kecepatan yang digunakan yakni sebesar 0,9 – 1,2 m/dtk,
dengan batas maksimum antara 1,5 – 2,0 m/dtk.
Rumus untuk pemeriksaan kecepatan aliran :
𝑉 = 4𝑄
𝜋.𝐷2 .................................................................................................(2.6)
Dimana : V = Kecepatan aliran (m/dtk)
Q = Laju aliran (m3/dtk)
D = Diameter Pipa (m)
1.1.5. Peralatan Penyediaan Air Bersih
2.2.5.1. Tangki Air
a. Tangki air atas (Roof Tank)
Tangki atas digunakan untuk memenuhi kebutuhan puncak, biasanya
disediakan dengan kapasitas cukup untuk jangka waktu kenutuhan puncak
yakni sekitar 30 menit. Kapasitas efektif tangki atas dinyatakan dengan
rumus :
𝑉𝐸 = (𝑄𝑝 − 𝑄𝑚𝑎𝑥)𝑇𝑝 − 𝑄𝑝𝑢 × 𝑇𝑝𝑢...................................................(2.7)
Dimana : 𝑉𝐸 = Kapasitas efektif tangki atas (liter)
Qp = Kebutuhan puncak (liter/menit)
Qmax = Kebutuhan jam puncak (liter/menit)
Qpu = Kapasitas pompa pengisi (liter/menit)
Tp = Jangka waktu kebutuhan puncak (menit)
Tpu = Jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)
b. Tangki air bawah (Ground Reservoir Tank)
Tangki air bawah merupakan tempat tampungan seluruh air yang berasal
dari sumber. Kapasitas tangki yang hanya digunakan sebagai tampungan air
minum ukurannya adalah:
14
𝑉𝑅 = 𝑄𝑑 − (𝑄𝑠 × 𝑇)..............................................................................(2.8)
Dimana : 𝑉𝑅 = Volume tangki air minum (m3)
Qd = Jumlah kebutuhan air per hari (m3/hari)
Qs = Kapasitas pipa dinas (m3/jam)
T = Rata-rata pemakaian per hari (jam/hari)
2.2.5.2. Pipa
Pipa merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengalirkan fluida. Jenis
pipa yang pada umumnya digunakan pada instalasi dalam gedung adalah :
a. Pipa PVC (poly vinyl chloride)
b. Pipa GIP (galvanized iron pipe)
c. Pipa HDPE (high density poly ethylene)
Adapun kerugian-kerugian yang terjadi ketika air mengalir dalam
pipa, kerugian tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yakni kerugian akibat
gesekan, belokan, reducer, katup, dsb. Secara garis besar, kerugian tersebut dibagi
menjadi dua yaitu :
Kerugian Head Mayor (Mayor looses)
Kerugian yang disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida
dengan dinding pipa atau perubahan kecepatan yang dialami fluida.
Jenis aliran fluida dapat diketahui melalui Reynold number sebagai
berikut :
Re = 𝜌×𝑣×𝐷
𝜇...................................................................................(2.9)
Dimana : v = Kecepatan fluida (m/s)
𝜌 = Massa jenis fluida (kg/m3)
D = Diameter pipa (m)
𝜇 = Viskositas fluida (kg/m.s atau N.s/m2)
Kecepatan fluida (v) pada Reynold number dapat diketahui dengan
rumus :
m = 𝜌 × 𝑣 × 𝐴...........................................................................(2.10)
Dimana : m = Laju aliran massa fluida (kg/s)
𝜌 = Massa jenis fluida (kg/m3)
15
v = Kecepatan fluida (m/s)
A = Luas penampang (m2)
Head Mayor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Darcy-
Weisbach sebagai berikut :
ℎ𝑓 = 𝑓 𝐿×𝑣2
𝐷×2𝑔.............................................................................(2.11)
dimana : hf = kerugian head karena gesekan (m)
f = faktor gesekan (dari diagram moody)
L = panjang pipa (m)
v = kecepatan rerata aliran dalam pipa (m/s)
D = diameter pipa (m)
G = percepatan gravitasi (9,81 m/ss)
Kerugian Head Minor (Minor looses)
Kerugian yang disebabkan oleh perubahan-perubahan mendadak
dari geometri aliran karena perubahan ukuran pipa, belokan-
belokan, katup, reducer serta berbagai jenis sambungan. Rumuas
besarnya kerugian minor :
ℎ𝑓 = Σ𝑛. 𝑘.𝑣2
2𝑔...........................................................................(2.12)
dimana : hf = kerugian head (m)
Σ𝑛 = jumlah kelengkapan pipa
Gambar 2.2. Diagram Moody
16
k = koefisian kerugian
v = kecepatan aliran dalam pipa (m/s)
G = percepatan gravitasi (9,81 m/ss)
2.2.5.3. Pompa
Pompa diperlukan untuk membantu mengalirkan dan menaikkan air dari
tangki bawah ke tangki atas yang kemudian akan didistribusikan. Beberapa jenis
pompa diantaranya yaitu pompa booster, pompa submersibel, pompa sentrifugal
dan lain-lain.
Gambar 2.3. Pompa Sentrifugal
2.2.5.4. Perlengkapan dan Aksesoris Pipa
a. Flens
Flens merupakan komponen yang digunakan untuk menggabungkan dua
element pipa dengan equipment lainnya.
b. Katup (Valve)
Katup memiliki fungsi sebagai pengatur atau pengontrol aliran dari suatu
cairan. Adapun beberapa jenis katup yang sering digunakan dalam sistem
plambing yakni katup sorong, katup bola, katup bersudut dan katup satu
arah.
17
Gambar 2.4. Katup Sorong Gambar 2.5. Katup Bola
c. Belokan
Belokan adalah komponen pada pipa yang berfungsi sebagai penyambung
antar pipa agar arah pipa dapat sesuai dengan kebutuhan. Beberapa belokan
yang kerap diaplikasikan pada pipa yaitu belokan 90o, belokan 45 o, belokan
T-90 o dan lain sebagainya.
Gambar 2.6. Jenis Belokan
18
2.3. Prinsip Dasar Sistem Pemadam Kebakaran
Sistem pemadam kebakaran atau instalasi hydrant kebakaran merupakan
suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air
bertekanan, yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. (Depnaker,
1995)
2.3.1. Klasifikasi Bahaya Kebakaran
2.3.1.1. Bahaya Kebakaran Ringan
Hunian dengan bahaya kebakaran ringan termasuk hunian yang mempunyai
kondisi serupa dengan rumah ibadah, gedung pertemuan, bangunan pendidikan,
rumah sakit, perpustakaan, perumahan, musium dan lain sebagainya.
2.3.1.2. Bahaya Kebakaran Sedang
Hunian dengan bahaya kebakaran sedang kelompok 1 termasuk hunian yang
mempunyai kondisi serupa dengan pabrik elektronik, pabrik gelas, pabrik
pengalengan, restoran (daerah servis), parkir untuk mobil dan ruangan pamer, dan
lain-lain. Sedangkan untuk kelompok 2 meliputi pabrik kimia, kandang kuda,
pabrik permesinan, pabrik textile, dan lain-lain.
2.3.1.3. Bahaya Kebakaran Berat
Hunian dengan bahaya kebakaran berat kelompok 1 termasuk hunian yang
mempunyai kondisi serupa dengan hanggar pesawat terbang, pengecoran,
penggergajian kayu, pabrik plywood, percetakan, dan lain sebagainya. Sedangkan
untuk kelompok 2 meliputi pabrik asphalt saturating, solvent cleaning,
pabrik/bengkel dimana dilakukan pekerjaan varnish dan pengecatan dengan cara
pencelupan dan pabrik atau tempat tertentu dimana dilakukan pekerjaan dengan
resiko kebakaran yang tinggi, dan lain-lain.
2.3.2. Sistem Pemadam Kebakaran Dalam Gedung
Ada beberapa sistem pemadam kebakaran yang dapat digunakan,
diantaranya yaitu sistem sprinklers dan sistem fire hose reel yang ada di dalam
kotak hydrant.
2.3.2.2. Sistem sprinklers
Sistem sprinkler memiliki fungsi memancarkan air secara otomatis ketika
ada api yang akan menyebabkan kebakaran. Sprinkler akan bekerja secara otomatis
19
jika temperatur operasi pada kepala sprinkler berkisar antara 57°C atau 68°C.
Terdapat beberapa jenis sistem pada sprinkler, diantaranya yaitu:
Wet riser system
Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan
tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
Dry riser system
Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air bertekanan.
Peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika
instalasi fire alarm memerintahkannya.
Biasanya gedung bertingkat menggunakan sistem wet riser karena
lebih cepat dalam menangani kebakaran dibandingkan dry riser. Adapun klasifikasi
dari prinsip kerja sistem sprinklers yakni :
Sistem bahaya kebakaran ringan
Kepadatan pancaran yang direncanakan 2,25 mm/menit dengan
daerah kerja maksimum yang diperkirakan 84 m2.
Sistem bahaya kebakaran sedang
Kepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit dengan daerah
kerja maksimum yang diperkirakan 72-360 m2.
Sistem bahaya kebakaran berat
Untuk proses industri kepadatan pancaran yang direncanakan 7,5-
12,5 mm/menit dengan daerah kerja maksimum yang diperkirakan
260 m2. Untuk gudang penimbunan kepadatan pancaran yang
direncanakan 7,5-30 mm/menit dengan daerah kerja maksimum
yang diperkirakan 260-300 m2
Untuk menentukan area jangkauan sprinklers, dapat dihitung sebagai
berikut :
X = jarak maksimal antar titik sprinkler – (1
4 x jarak maksimal)
Sedangkan rumus untuk menentukan jumlah kepala sprinkler adalah :
Jumlah sprinkler = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑟𝑖𝑛𝑘𝑙𝑒𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑖𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 ..................................................(2.13)
20
2.3.2.3. Sistem fire hose reel
Sistem fire hose reel mempunyai fungsi mengalirkan air secara manual
dengan menggunakan selang yang telah disediakan. Mempunyai diameter pipa 6,35
cm, jangkauan maksimal pipa 30,5 m, dilengkapi dengan katup pengeluaran,
diletakkan sekitar 50 cm diatas lantai agar mudah dijangkau.
2.3.3. Sistem Pemadam Kebakaran Luar Gedung
Hydrant pilar mempunyai fungsi untuk menyuplai air ke gedung yang akan
disalurkan pada bagian yang terbakar. Diameter selang minimal 2,5 in, diameter
pipa minimum 4 in, dengan panjang selang 30 m, diletakkan 50 cm diatas
permukaan tanah dan tidak kurang dari 6m dari tepi bangunan. Dibutuhkan adanya
siamese connection yang berfungsi sebagai penyuplai air dari mobil pemadam
kebakaran untuk disalurkan ke dalam instalasi pipa yang ada di dalam gedung yang
kemudian akan dipancarkan oleh hydrant box.